askep-bronkitis
Post on 02-Jan-2016
130 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang
pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas
yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi daripada normal
diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji padi-padian, pembuat-pembuat
cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus menerus terpapar pada debu. Namun
penyebab utama adalah merokok sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang
mengiritasi tabung-tabung bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang
berlebihan. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh
laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan
kelainan congenital.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Bronchitis?
1.2.2 Apa etiologi Bronchitis?
1.2.3 Bagaimana anatomi fisiologi Bronchitis?
1.2.4 Bagaimana fisiologi pernafasan?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi Bronchitis?
1.2.6 Bagaimana patoflow Bronchitis?
1.2.7 Apa manifestasi klinik Bronchitis?
1.2.8 Bagaimana pemeriksaan diagnostic Bronchitis?
1.2.9 Bagaimana terapi Bronchitis?
1.2.10 Apa komplikasi Bronchitis?
1.2.11 Bagaimana prognosis Bronchitis?
1.2.12 Bagaimana pencegahan Bronchitis?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan Gangguan
sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung dan cepat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi bronchitis
2. Untuk mengetahui etiologi bronchitis
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi
4. Untuk mengetahui fisiologi Pernafasan
5. Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis
6. Untuk mengetahui patoflow bronchitis
7. Untuk mengetahui manifestasi klinik bronchitis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik bronchitis
9. Untuk mengetahui terapi bronchitis
10. Untuk mengetahui komplikasi bronchitis
11. Untuk mengetahui prognosis bronchitis
12. Untuk mengetahui pencegahan bronchitis
2
BAB 2
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli.Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamasi.
Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus lokal yang
bersifat patologis.Dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus
berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.Pada umumnya
bronkus berukuran kecil yang diserang.Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-
paru dan dapat merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan. Ini berarti bahwa
bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit
lain juga.
Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah hipersekresi mukus
dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling
sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab
lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal. 490).
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi/ektasis
(pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa desrtuksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.Hal ini dapat
memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.(Gunawan, Iriyan. 2006).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi
bronkus.Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti
bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain
tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
3
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik.Bronkitis Akut adalah batuk
yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan nafas yang besar.Bronkitis
akut pada umumnya ringan.Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu),
rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika
disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan..
Bronchitis kronikmerupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus yang bisa
berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan proses dasar dari
suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing,
atau paparan terhadap iritan jalan nafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis kronik
apabila terdapat batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.
2.2 Etiologi
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi,
aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus merupakan penyebab
tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.Virus penyebab yang
sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus
(RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya
dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella
pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang berulang,
yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya menyebabkan
bronchitis kronik.Penyebab umum untuk bronchitis akut dan kronik pada anak adalah
sebagai berikut.
• Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus,
rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.
• Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae
(Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma species.
• Polusi udara, seperti merokok.
• Alergi
• Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
• Infeksi fungi
4
2.3 Anatomi Fisiologi
A. Organ-Organ Pernafasan
1. Organ saluran pernafasan atas
a) Hidung
Hidung merupakan saluran udara
yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung (septum
oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu, dan kotoran-kotoran yagn masuk ke dalam lubang hidung.
b) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga hidung dan mulut
sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi tiga bagian :
(1)Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nesofaring
(2)Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium disebut
orofaring.
(3)Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.
c) Laring. Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring dan trakea,
dan bertindak sebagai pembentukan suara.
2. Organ saluran pernafasan bawah
a) Trakhea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang
trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos.
b) Bronkhial dan alveoli
5
Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang
terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial untuk
memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya adalah sebagai
satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran
darah.
c) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli). Gelembung-gelembung
alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru
kiri dan kanan).
Kapasitas paru-paru :
(1) Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi sedalam
dalamnya.
(2) Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
d) Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah
yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam
pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya
tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan
terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Bagian paru-paru :
1) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran
halus, licin atau pleura.
2) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks
menjadi 2 bagian
3) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas
lobus bawah dan atas tengah dan bawah
4) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap
lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari bronkus
6
5) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam
kloster antara 15-20 alveoli
2.4 Fisiologi Pernafasan
Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran, diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Guna pernafasan :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt
Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt
Bayi kira-kira : 30 x/ mnt
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Efek dari gerakan ini
adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah
ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah
ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.
2.5 Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus
dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan
sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa
7
sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah
merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut
dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di
bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan
sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
8
Alergen Infasi kuman ke jalan napas
Aktivasi Ig. E
Peningkatan pelepasan Histamin
Fenomene Infeksi
Iritasi Mukosa Bronkus
Edema mukosa sel goblet memproduksi
mukus
Penyebaran bakteri/virus ke seluruh tubuh.
Bakterimia/viremia
Peningkatan akumulasi sekret bronkus
Ndx. Bersihan jalan napas tidak efektif Hipertermi
Peningkatan laju metabolisme tubuh umum
Demam
Ndx. Gangguan keseimbangan
cairan
Malaise
Ndx. Intoleransi Aktifitas
Penyempitan jalan napas
Napas pendek
Penggunaan otot napas tambahan
Ndx. Gangguan pola napas
Batuk produktif
Nyeri
Ndx. Gangguan rasa nyaman:
nyeri
Tidak nafsu makan
Ndx. Gangguan Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Nyeri pada retrosternal
Bronkiulos melebar Kerusakan Bronkiolus
Ndx. Kerusakan Pertukaran Gas
Batuk darah
KEMATIAN
2.6 Patoflow
Etiologi
9
2.7 Manifestasi Klinik
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran
pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya.
Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan
mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena
terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,
yaitu :
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan seseorang
kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak
menurun.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus
menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah.
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
c. Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
10
2.9 Terapi
Tujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala batuk, melegakan
pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.
Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di mana Anda
bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu Anda belajar untuk bernapas
dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan Anda untuk berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga antibiotik
tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik jika bronkitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk seperti
DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat pengencer
dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-obatan lain
untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang
menyempit .
b. Obat tradisional – herbal bronkitis.
Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis adalah
propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan untuk mengobati
bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan semakin berkhasiat jika di
campur dengan madu hutan. Selain propolis dapat digunakan teripang. Teripang
adalah hewan yang hidup di dasar laut. Teripang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun
meniran merupakan tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam bentuk
kapsul.
11
Kemoterapi pada bronkitis.
Kemotherapi dapat digunakan :
1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
3. atau kedua-duanya digunakan
Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian
antibiotik antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotik secara empirik.
Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronkitis, tidak
pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik diberikan jika terdapat
aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan selama 7-10 hari dengan terapi
tunggal atau dengan beberapa antibiotik, sampai terjadi konversi warna sputum
yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).
Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi
gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.
2.10 Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.
2.11 Prognosis
a. Bronkitis akut biasanya sembuh total, dengan prognosis yang bagus.
b. Pasien dengan bronkitis kronik dan didiagnosis asma, penyakit struktur saluran
napas, atau imunodefisiensi perlu pengawasan secara teratur untuk meminimalkan
kerusakan paru dan perkembangan menjadi penyakit paru kronik yang ireversibel.
2.12 Pencegahan
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
Membatasi aktivitas anak.
Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang
tertutup lehernya.
12
Hindari makanan yang merangsang.
Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
denganair hangat.
Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
13
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit
bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis
Pucat, dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia.
Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.
14
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan
menunjukan edema (bronkitis).
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun
3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.
Bunyi napas ronchi
Perkusi hiperesonan pada area paru.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu –
abukeseluruhan.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernapasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..
15
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok.
Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.
3.2 Diagnosa dan Perencanaan/Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan Napas, Takefektif
Dapat dihubungkan dengan : Peningkatan produksi sekret
Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan
bunyi napas bersih
Kriteria evaluasi : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki
bersihan jalan napas, mis: batuk efektif dan
mengaeluarkan sekret
Tindakan/intervensi Rasional
1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis: krekels, ronki.
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
3. Catat adanya/derajat dispnea, mis: keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis: peninggian kepala tempat tidur, duduk sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis: debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir.
- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius, mis: penyebaran krekels basah (bronkitis)
- Takipnee biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan frekuensi pernapasan memanjang dibandingkan ekspirasi.
- Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit, mis: infeksi, reaksi alergi.
- Peninggian kepala temat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan graavitasi.
- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
- Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
16
Intervensi Rasional7. Observasi karakteristik batuk, mis:
menetap, batuk pendek basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan.
9. Berikan obat sesuai indikasi: -Bronkidalator (mis: epinefrin, albuterol, isoetarin)-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, teofilin)-Kromolin-Antimikrobial-Analgesik(mis: kodein)
10. Berikan humidifikasi taambahan, mis: nebuliser.
11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.
12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.
- Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dibawah setelah di perkusi dada.
- Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diagfragma.
- Merilekskan otot halus dan menurunkan spasme jalan napas.
- Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos.
- Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.
- Mengontrol infeksi pernapasan.- Batuk menetap yang melelahkan perlu
ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.
- Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
- Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyak sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
- Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.
2. Diagnosa keperawatan : Pertukaran Gas, Kerusakan
Dapat dihubungkan dengan : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan
oksigenasi jaringan yang adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas
gejala distress pernafasan.
17
Kriteria evaluasi : Pasien dapat berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam tingkat kemampuan situasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara dan/bunyi tambahan.
6. Palpasi fremitus.7. Awasi tingkat kesadaran/status
mental. Selidiki adanya perubahan.8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung10. Awasi/gambarkan seri GDA dan
Nadi oksimetri.11. Berikan oksigen tambahan yang
sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati
13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.
- Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit
- Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dan kerja napas.
- Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-abuan dan dianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.
- Kental, tebal, dan banyak sekresiadalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
- Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basa menyebar menunjukkan cairan pada interstisial jantung
- Penurunan getasan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau jebakan udara
- Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. DGA memburuk disertai bingung menunjukan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
- Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan disprea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih
18
penting dari program pengobatan. Program latihan ditunjukkna untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan
Tubuh
Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat,
Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan
menuju tujuan yang tepat.
Hasil evaluasi : Menunjukkan perilaku pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi Rasional1. Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus.3. Berikan perawatan oral sering,
buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi
- Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
- Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
- Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
- Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori utama.
- Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan dispnea.
- Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
- Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.
- Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
19
seimbang (mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).
4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap
Dapat berhubungan dengan : Menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah resiko tinggi
Menunjukan teknik, perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan teknik mencuci
tangan yang tepat dan melaksanakan
tindakan pencegahan yang sesuai
Untuk mencegah infeksi.
Intervensi Rasional1. Awasi suhu
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk
efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat.
3. Observasi warna, karakter, bau
sputum.
4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum.
Tekankan cuci tangan yang benar
(perawat dan pasien) dan pengunaan
sarung tangan bila
memegang/membuang tisu, wadah
sputum.
5. Awasi pengunjung; berikan masker
sesuai indikasi.
6. Dorong keseimbangan antara
- Demam dapat terjadi karena infeksi
dan/atau dehidrasi.
- Aktivitas ini meningkatkan
mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan arisiko terjadinya
nfaeksi paru.
- Sekret berbau, kuning/kehijauan
menunjukkan adanya infeksi paru.
- Mencegah patogen melalui cairan.
- Menurunkan potinsial terpajan pada
penyakita infeksius
- Menurunkan konsumsi/kebutuhan
keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
20
aktivitas dan istirahat.
7. Diskusikan kebutuhan masukan
nutrisi adekuat.
8. Dapatkan spesimen sputum dengan
batuk atau penghisapan untuk
pewarnaan kuman Gram,
kultur/sensivitas.
9. Berikan antimikrobial sesuai
indikasi.
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
- Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan
tekanan darah terhadap infeksi.
- Dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme
penyebab dan kerentanan terhadap
berbagai antimikrobial.
- Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan
kultur.
5. Diagnosa keperawatan : Intoleran Aktifitas Berhubungan
Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan : - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelemahan
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang
dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal
- Mengungkapkan secara verbal pemahaman
tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan
atauperalatan yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Evaluasi : - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelemahan.
- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan
oksigen.
Intervensi Rasional1. Kaji keadaan umum pasien
2. Kaji tingkat kemampuan aktivitas.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat di tempat tidur.
- Menentukan intervensi yang tepat
- Mengetahui sejauh mana
kemampuan aktivitas pasien &
menentukan tindakan selanjutnya.
- Mengetahui perubahan curah jantung
21
5. Bantu pasien untuk beraktivitas
6. Libatkan keluarga dalam
mendampingi pasien.
7. Kolaborasi medik dalam pemberian
O2
sehingga tidak terjadi hipotensi
- Mengurangi kerja jantung.
- Dapat memenuhi kebutuhan sehari –
hari dan kebutuhan O2.
- Membantu memenuhi kebutuhan
sehari – hari.
6. Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar]
Mengenai Kondisi, Tindakan
Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber
infomasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses
penyakit dan tindakan.
Kriteria evaluasi : Pasien memahami kondisi penyakitnya dan
melakukan perubahan pola hidup
Intervensi Rasional1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses
penyakit individu. Dorong
pasien/orang terdekat untuk
menanyakan pertanyaan.
2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk
latihan napas, batuk efektif, dan
latihan kolaborasi umum.
3. Diskusikan obat pernapasan, efek
samping, dan reaksi yang tak
diinginkan.
4. Tunjukkan teknik penggunaan
dosis inhaler.
5. Sistem alat untuk mencatat obat
intermitten/penggunaan inhaller.
6. Anjurkan meghindari agen sedatif
antiansietas.
- Menurunkan ansietas dan dapat
menimbulkan partisipasi pada rencana
pengobatan.
- Napas bibir dan napas
abdominal/diafragmatik membantu
otot pernapasan. Meningkatkan
toleransi aktivitas,
- Penting bagi pasien memeahami
perbedaan antara efek samping
menggangu dan efek samping
merugikan.
- Pemberian yang tepat obat
meningkatkan penggunaan dan
keefektifan.
- Menurunkan resiko kelebihan dosis
dari obat.
- Agen sedatif antansietas dapat
22
7. Tekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi.
8. Diskusikan pentingnya
menghindari orang yang sedang
infeksi pernapasan aktif
9. Diskusikan faktor individu yang
meningkatkan kondisi.
10. Kaji efek bahaya merokok dan
nasehatkan menghentikan rokok
pada pasien/orang terdekat.
menekan pernapsan.
- Menurunkan pertumbuhan bakteri
pada mulut, dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran napas
atas.
- Menurunkan pemajanan dan insiden
mendapatkan infeksi saluran napas
atas.
- Faktor lingkungan dapat menimbulkan
iritasi bronchial dan peningkatan
produksi sekret jalan nafas.
- Penghentian merokok dapat
memperlambat/menghambat kemajuan
penyakit PPOM.
23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi perawatan
yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya
peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa keperawatan yang ada.
Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah
dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar
dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan langung dan
kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat mempermudah
intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman yang benar tentang penyakit bronkitis dapat
mempermudah dalam pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam
pembuatan Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.
Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan
keperawatan.
4.2 Saran.
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses keperawatan/asuhan
keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan pada pasien bronkitis, dapat
menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah PKKDM I serta menjadi
pedoman dan bahan pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat
nantinya. Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai
mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya, anatomi dan
fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis,
terapi penyakit, komplikasi dari penyakit bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat
dilakukan dalam proses keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses
keperawatan, serta dapat mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita
turun ke lapangan/masyarakat.
24
top related