asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi ny. n … · tentang ‘‘ asuhan kebidanan pada bayi...
Post on 30-Mar-2019
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA
BAYI NY. N DENGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
HENDRINA CHANDRA DEWI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA
BAYI NY. N DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RSUD SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
HENDRINA CHANDRA DEWI
NIM. B13065
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA
BERAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah yang berjudul ‘’Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Berat di RSUD Sukoharjo’’Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai slah satu syarat
kelulusan dari program D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun Karya Tulis Ilmiah ini
tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari berbagai
pihak.Oleh kaena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta
2. Ibu Siti Nurjanah,SST., M.Keb, selaku Kepala Program Pendidikan D III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Siti Nurjanah,SST., M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. dr.Nasruddin, M. Kes, selaku direktur RSUD Sukoharjo yang telah bersedia
memberikan ijin pada penulis dalam melakukan studi kasus.
5. Ny. N yang bersedia bayi nya untuk menjadi pasien dalam pengambilan studi
kasus.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu penulis membuka saran dan kritik demi kemajuan
penelitian selanjutnya. SemogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta , Juni 2016
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016
Hendrina Chandra Dewi
B13065
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA
BAYI NY. NDENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RSUD SUKOHARJO
xiii + 94 halaman+ 9 tabel + 1 gambar + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 10,41/1.000 bayi yang hidup dan pada tahun 2012 sebesar
10,75/1.000 bayi yang hidup, perbandingan tersebut sudah terbukti oleh
penurunan angka kematian bayi. Kemungkian yang muncul pada bayi asfiksia
secara keseluruhan mengalami kematian sekitar 10-20%, sedangkan 20-45% dari
bayi yang hidup mengalami kelainan neurologi. Sekitar 60% dengan gejala sisa
berat, dan sisanya adalah normal. Berdasarkan data yang didapat dari RSUD
Sukoharjo pada bulanSeptember 2014 hingga September 2015 sebanyak 1458
bayi lahir dan yang asfiksia berat 42 bayi.
Tujuan Studi Kasus : Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan Asfiksia Berat dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7
langkah Varney.
Metode Studi Kasus : jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu deskriptif observasional yang berlokasi di RSUD Sukoharjo dengan
menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah varney dengan pengumpulan
data primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 hari di RSUD
Sukoharjo, maka hasil asuhan yang didapat yaitu keadaan umum baik, bayi
bernapas normal, reflek morro, rooting, suching, tonick neck, grasping, ada dan
kuat, serta bayi sudah diperbolehkan pulang.
Kesimpulan : Di dalam perencanaan dan pelaksanaan terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik dilapangan yaitu dilapangan diberikan terapi oksigen terapi
oksigen 3 liter/menit, pemberian infus D 10 % 12 tpm, cefotaxim 3 x 75 mg,
dexamethason 3 x ¼ ampul, memasang OGT, dihangatkan dengan inkubator
dengan suhu 36,60C.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Asfiksia Berat.
Kepustakaan : 31 literatur (Tahun 2005 hingga 2015)
vi
MOTTO
� Kehidupan adalah untuk diperjuangkan bukan untuk dinikmati,karena
yang dinilai adalah proses untuk memperjuangkan bukan hasilnya.
� Doa adalah sumber kekuatan yang luar biasa,bukan hanya
kekuatan,bahkan satu doa bisa mengalahkan segala kegagalan,Aamiin.
� Yang kaya semakin kaya, yang miskin makin miskin. Masalahnya bukan
pada jumlah harta tapi pada mindset/pola pikir. Mindset lah yang harus
diubah lebih dulu (Robert Kiyosaki).
� Bagi mereka yang bersabar juga tetap beramal salih Allah akan kabulkan
doa mereka di waktu yang paling tepat di tempat yang paling baik dengan
cara yang paling indah (Felix Siaw).
� Setinggi-tinggi ilmu, pertanyaan bagimu kelak “Siapa Tuhanmu”
sepanjang-panjang gelar terbaik adalah “Almarhum” (Felix Siauw).
� Everything comes to you at the right moment, be patient.
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempersembahkan kepada :
1. Allah SWT yang sudah memberikan saya kekuatan melalui doa-doa
sehingga menjadi suatu karya yang bisa membuat saya lulus kuliah pada
waktunya.
2. Bapak dan ibu tersayang,tanpa restu mereka semangat tidak akan saya
dapatkan,karena mereka adalah salah satu sumber semangat saya yang
terbaik.
3. Kakakku tersayang Herdina Sarah Swastika, S.E., yang selalu memberikan
semangat, nasihat, dukungan dan pengalaman selama ini.
4. Sahabat-sahabat terdekat Shinta, Teteh, Ambar, Dinar, Diana, Melda,
Alin, April, Nur, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu saya
sangat bersyukur karena kalian selalu memberikan semangat dalam suka
dan duka.
5. Kepada Ibu Siti Nurjanah, SST., M. Keb selaku pembimbing KTI. ibu
Erlyn Hapsari, SST., M. Keb, ibu Riadini W. U., SST., MPH, dan ibu
Christiani Bumi P., SST., M. Kes, selaku pembimbing akademik saya.
6. Dosen-dosen yang sangat saya hormati. Terimakasih atas kesabaran dan
keikhlasan untuk membimbing kami hingga lulus kuliah. Jasa anda akan
selalu saya ingat sampai kapanpun.
7. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, saya sangat bersyukur bisa
berjuang bersama dengan kalian yang sangat unik, pintar dan ramah
semoga setelah lulus kita mendapatkan pekerjaan atau pilihan kita yang
paling baik. Aamiin
8. Almamater tercinta.
viii
CURRICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Hendrina Chandra Dewi
Tempat/Tanggal Lahir : Surakarta29 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Trowangsan RT
01/RW01Malangjiwan,Colomadu
PENDIDIKAN
1. SD Negri 3 Singopuran, Kartasura Tahun 2001
2. SD Negri 1 Colomadu Lulus Tahun 2007
3. SMP Negri 1 Colomadu Lulus Tahun 2009
4. SMA Negri Colomadu Lulus Tahun 2013
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2013
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
INTISARI................................ .......................................................................... v
MOTO.................................... ............................................................................ vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................... .................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
LAMPIRAN.............. ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 4
E. Keaslian Studi Kasus ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ...................................................................................... 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 27
C. Landasan Hukum ............................................................................. 44
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ......................................................................................... 45
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................... 45
C. Subjek Studi Kasus ........................................................................... 45
D. Waktu Studi Kasus ............................................................................ 45
E. Instrumen Studi Kasus ...................................................................... 46
x
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
G. Alat-alat yang dibutuhkan ................................................................. 48
H. Jadwal Penelitian .............................................................................. 49
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ................................................................................ 50
1. Pengkajian Data ......................................................................... 50
2. Interpretasi Data ......................................................................... 58
3. Diagnosa Potensial ..................................................................... 59
4. Tindakan Segera ........................................................................ 59
5. Perencanaan ............................................................................... 60
6. Pelaksanaan ................................................................................ 61
7. Evaluasi ...................................................................................... 63
B. Pembahasan ..................................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 91
B. Saran ................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 APGAR Score ................................................................................ 11
Tabel 1.2 APGAR Score ................................................................................ 31
Tabel 1.3hasil nilai APGAR Score, Pada tanggal 11 juni 2016 .................... 55
Tabel 2.1 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 11 juni 2016 ............................... 63
Tabel 2.2 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 12 juni 2016 ............................... 66
Tabel 2.3 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 13 juni 2016 ............................... 70
Tabel 2.4 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 14 juni 2016 ............................... 74
Tabel 2.5 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 15 juni 2016 ............................... 77
Tabel 2.6 Tanda-tanda vital, Pada tanggal 16 juni 2016 ............................... 79
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir ....................................... 26
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Studi Kasus
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Studi Kasus
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Menjadi Pasien.
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 8. Format Askeb
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet Perawatan Tali Pusat
Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet Tanda Bahaya Bayi
Baru Lahir
Lampiran 12. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet Penyuluhan Asi
Eksklusif
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Proposal dan Karya Tulis Ilmiah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap persalinan seharusnya ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. Namun faktanya di Indonesia terutama pada daerah terpencil,tenaga
kesehatan yang kurang terlatih menjadi pemicu tingginya Angka Kematian
Bayi (AKB) Serta kendala transportasi, jarak dan fasilitas untuk mengakses
layanan berkualitas.Faktor lainnya karena kurangnya pengetahuan dan
perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat
membawa pasien ke tenaga dan fasilitas kesehatan. Kondisi ini sangat erat
dengan pengetahuan ibu yang bersangkutan, terkait dengan kondisi ekonomi,
sosial dan budaya (Suryani dan Tiarna,2014).
Angka Kematian Bayi menurut laporan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 lebih rendah dari hasil survei 2007. Untuk
periode lima tahun sebelumnya, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah
32 kematian per 1.000 bayi yang hidup dan kematian balita adalah 40
kematian per 1.000 balita yang hidup. Bila dibandingkan dengan survei 2007
mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus (SDKI, 2012).
Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 10,41/1.000 bayi yang hidup dan pada tahun 2012 sebesar
10,75/1.000 bayi yang hidup, perbandingan tersebut sudah terbukti oleh
penurunan angka kematian bayi. Untuk target Millenium Profil Kesehatan
2
Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Development Goals (MDGs) ke-4 tahun
2015 sebesar 17/1.000 bayi yang hidup. Angka kematian Bayi tahun 2013 di
Sukoharjo sendiri sebesar 10,8/1000 bayi yang hidup (Dinkes jateng, 2013).
Berdasarkan data yang didapat dari RSUD Sukoharjo pada tanggal 10
Desember 2015 bahwa jumlah bayi lahir sejak September 2014 hingga
September 2015 adalah sebanyak 1458 bayi, diantaranya jumlah bayi normal
579 bayi,bayi patologi 879 bayi, berat badan lahir rendah 172 bayi
(19,5%),cacat bawaan 169 bayi (19,2%), ikterus 107 bayi (12,7%), asfiksia
ringan sebanyak bayi 73 bayi (8,3%), asfiksia sedang 68 bayi (7,7%),
asfiksia berat 42 bayi (4,7%), hipotermi sedang 42 bayi (4,7%), caput
succedaneum 41 bayi (4,6%), chepal hematoma 34 bayi (3,8%), hipotermi
berat 26 bayi (2,9%).
Asfiksia merupakan salah satu penyebab tingginya AKB dan berperan
penting dalam pencapaian penurunan AKB di Indonesia. Menurut
Prawirohardjo (2009) Bila bayi terjadi asfiksia terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
memengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang kekurangan oksigen akan
terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat dan apabila
berlanjut akan terjadi henti napas, denyut jantung neuromuskular berkurang
berangsung-angsur memasuki periode apneu yang dikenal dengan apneu
primer dan apneu sekunder.
Kemungkian yang muncul pada bayi asfiksia secara keseluruhan
mengalami kematian sekitar 10-20%, sedangkan 20-45% dari bayi yang
3
hidup mengalami kelainan neurologi. Sekitar 60% dengan gejala sisa berat,
dan sisanya adalah normal(Poverawati,2010).
Berdasarkan latar belakang diatas,angka kejadian bayi baru lahir
dengan asfiksia berat membutuhkan perhatian yang khusus,maka dari itu
kasus tersebut memerlukan penanganan yang segera supaya bayi tidak
berlanjut ke henti napas, oleh karena itu penting dilakukan studi kasus
tentang ‘‘ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. N dengan
Asfiksia Berat di RSUD Sukoharjo’’.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu ‘‘BagaimanaAsuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. N
dengan Asfiksia Berat di RSUD Sukoharjo?’’.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. N
dengan Asfiksia Berat dan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7
langkah Varney.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi
baru lahir pada bayi Ny. Ndengan Asfiksia Berat.
2) Menginterpretasikan data berupa diagnosa kebidanan, masalah,
kebutuhan bayi baru lahirpada bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat.
4
3) Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir pada bayi
Ny. Ndengan Asfiksia Berat.
4) Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahirpada bayi Ny.
Ndengan Asfiksia Berat.
5) Merencanakan tindakan pada bayi baru lahirpada bayi Ny.
Ndengan Asfiksia Berat.
6) Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir pada bayi Ny.
Ndengan Asfiksia Berat.
7) Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada
bayi baru lahir pada bayi Ny. Ndengan Asfiksia Berat.
b. Penulis dapat menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata
dilapangan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan,wawasan dan keterampilan penulis dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia
Berat.
2. Bagi Profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam
menangani kasus pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat sesuai
dengan standar kebidanan.
5
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Memberi masukan untuk Rumah Sakit sebagai penyempurna pada
penanganan asuhan kebidana pada bayi baru lahir dengan Asfiksia
Berat.
b. Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan Asfiksia Berat.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus serupa tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia
sudah pernah dilakukan oleh:
1. Titis Arum Putri (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia sedang di RB Restu
Ibu Sragen”. Asuhan yang diberikan adalah membebaskan jalan nafas
dengan menghisap lendir dan merangsang taktil, menghangatkan bayi,
mengobservasi keadaan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak daam pemberian terapi yaitu : injeksi kalfoxcim 1 x 160 mg/hari,
injeksi vit K 1 mg secara IM. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah
asfiksia teratasi keadaan umum bayi baik, bayi tidak hipotermi.
2. Diva Oktikasari (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan di RSUD dr.
Moewardi” dengan asuhan yang di berikan mengeringkan dan
menghangatkan bayi kemudian mengobservasi keadaan bayi dan
6
kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan pemberian injeksi
penicilin procain 3 x 0,5 cc/IM, injeksi Vit A 1 x 1 mm. Hasil dari asuhan
yang diberikan adalah asfiksia teratasi keadaan umum baik, bayi tidak
hipotermi.
3. Putri Intansari (2013) , Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul
‘‘Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. X dengan Asfiksia
Berat Disertai Capput Succedaneum di Ruang Perinatologi RSUD
Surakarta’’. Asuhan yang diberikan resusitasi dan observasi vital sign,bayi
dapat bernapas teratur serta benjolan yang terdapat pada bayi dapat
mengecil dan tidak terjadi infeksi. Kesimpulan yang didapat asuhan yang
diberikan belum dikatakan efektif karena terdapat kesenjangan namun
kondisi bayi akhirnya dapat bernafas dengan normal dan tidak terjadi
infeksi pada benjolan kepala bayi.
Perbedaan studi kasus diatas dengan studi kasus penulis terletak pada
waktu, tempat pelaksanaan, subjek, dan pemberian terapi. Persamaan
dengan kasus terletak pada tema yaitu bayi baru lahir dengan asfiksia dan
pemberian kie.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi baru lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Sudarti, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-400
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
b. Menurut Dewi (2013) ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
2. Berat badan 2500-4000 gram.
3. Panjang badan 48-52 cm.
4. Lingkar dada 30-38 cm.
5. Lingkar kepala 33-35 cm.
6. Lingkar lengan 11-12 cm.
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8. Pernapasan 40-60 x/menit.
9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup.
8
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
11. Kuku agak panjang dan lemas.
12. Nilai APGAR>7.
13. Gerak aktif.
14. Bayi lahir langsung menangis.
15. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genetalia
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan
mayora.
20. Eliminasi baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan.
c. Menurut Marmi (2015), Klasifikasi bayi baru lahir usia gestasi
1) Kehamilan cukup bulan (term atau aterm) : masa gestasi 37-42
minggu.
9
2) Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37
minggu.
3) Kehamilan lebih bulan (postterm) : masa gestasi lebih dari 42
minggu.
4) Bayi cukup bulan (term infant) : bayi dengan usia gestasi 37-42
minggu.
5) Bayi kurang bulan (preterm infant) : bayi dengan usia geestasi
kurang dari 37 minggu.
d. Klasifikasi Klinik Nilai APGAR
1) Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
a) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung
kemudian mulut.
c) Bersihkan badan dan tali pusat.
d) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan
kedalam incubator (Maryanti dkk, 2011).
2) Asfiksiasedang (apgar skor 4-6)
a) Bersihkan jalan napas.
b) Berikan oksigen 2 liter/menit.
c) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila
belum bereaksi bantu pernapasan dengan masker (sungkup)
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi bayi masih
sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml
10
dandekstrosan 40% sebanyak 4 ml disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan
intracranial meningkat (Maryanti dkk, 2011).
3) Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
a) Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
b) Berikan oksigen 4-5 liter/menit.
c) Bila tidak berhasil lakukan endotrakeal tube (ETT)
d) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
e) Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih
sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml
dan dekstrosa 40% sebanyak 4 ml (Maryanti dkk, 2011).
e. Penilaian APGAR pada bayi baru lahir
Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan
observasi melalui pemeriksaan nilai APGAR. Penilaian APGAR ini
merupakan standar evaluasi untuk bayi baru lahir, dimana nilai ini
dapat mengidentifikasi bayi tersebut membutuhkan tindakan
resusitasi atau tidak (Rohani, 2011). Nilai APGAR di nilai dari 1
menit, 5 menit dan 10 menit, sehingga dapat di ketahui bayi normal
atau terjadi asfiksia ringan (APGAR 7-10), asfiksia sedang (APGAR
4-6) dan asfiksia berat (APGAR 0-3) (Maryanti, 2011).
11
Tabel 1.1 APGAR Score
Tanda Nilai
0 1 2
A : appearance color
(warna kulit)
Pucat Badan merah,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
P :pulse/heart rate
(frekuensi jantung)
Tidak ada Lambat (<100 per
menit)
(>100 per menit)
G: grimace (refleks terhadap
rangsangan)
Tidak ada Hanya pergerakan
wajah ketika
distimulasi
Menangis, batuk, bersin
A : activity (tonus otot) Lemah Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
R : respiration (pernapasan) Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat, usaha
nafas baik
Sumber : Rohani, Saswita, Marisah (2011)
f. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Sudarti (2010), asuhan segera bayi baru lahir normal
adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah
kelahiran. Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah:
1) Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
a) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
b) Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencengah keluarnya panas
tubuh.
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit.
d) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.
12
e) Apabila suhu bayi kurang dari 36.5°C, segera hangatkan
bayi.
2) Mengusahakan ada kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
segera mugkin.
a) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kotak dini
antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan
mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir dan
ikatan batin dan pemberian ASI.
b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap
siap dengan menunjukkan reflekrooting. Jangan paksakan
bayi untuk menyusu.
c) Jangan pisahkan bayi sedikitnya satu jam seetelah
persalinan.
3) Menjaga pernafasan
a) Memeriksa pernapasan dan warna kulit setiap 5 menit
b) Jika tidak bernafas, lakukan hal sebagai berikut: keringkan
bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah
punggung bayi dengan lembut.
c) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi
d) Bila sianosis/kulit biru atau sukar bernafas/frekuensi
pernapasan 30-60 x/menit, berikan oksigen dengan kateter
nasal.
13
4) Merawat mata
a) Berikan Eritromicin 0.5% atau Tetrasiklin 1%, untuk
pencengahan penyakit mata klr klamidia, atau
b) Berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera
setelah lahir.
Menurut Prawiroharjo (2009), asuhan tambahan yang diberikan:
a) Membersihkan jalan napas
b) Masalah memotongan tali pusat tanpa membubuhi apapun
c) Memberikan vitamin K 1 mg intramuskuler, dipaha kirri
anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.
g. Masalah Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin (2010), masalah bayi baru lahir yang
perlu tindakan segera dalam 1 jam pertama, adalah:
1) Tidak bernapas atau megap-megap, penanganan umum yang
biasa di lakukan:
a) Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan
pakaian hangat-kering.
b) Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi ditempat yang keras dan hangat (dibawah
radiant heater) untuk resusitasi.
d) Lakukan perawatan resusitasi.
14
2) Sianosis atau sukar bernapas, jika bayi sianosis (biru) atau sukar
bernapas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding
dada kedalam atau merintih).
a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih
b) Beri oksigen 0.5 liter/menit lewat kateter nassal
c) Rujuk kekamar bayi atau ke pelayanan yang dituju.
3) Bayi berat lahir rendah (BBLR) <2500 gram, ada dua macam
BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan, dan
yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan berat badan yang
kurang dari 2500 gram yang seharusnya untuk masa gestasi
(Dewi, 2010).
Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) yaitu masa
gestasi kurang dari 37 minggu. Faktor penyebab ibu mengalami
pendarahan antepartum, trauma fisik/psikologis dan diabetes
atau usia ibu masih terlalu muda (<20tahun) dan
multigravidarum dengan jarak kehamilan yang dekat.
Bayi kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi (dismatur), kondisi seeperti ini dapat terjadi
preterm, aterm, maupun postterm. Bayi yang lahir dengan berat
sangat kecil yaitu < 1500 gram atau usai 32 minggu sering
mengalami masalah berat seperti, sukar bernafas, sukar
menghisap, ikterus berat, infeksi, rentan hipotermi (Dewi,
2010).
15
4) Letargi adalah tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga
sangat mugkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi
demikian, maka segera rujuk (Dewi, 2010).
5) Hipotermi (suhu < 36°C)
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila < 35°C
untuk mengatsi kondisi tersebut gunakan alat yang ada
inkubator, radian heater, kamar hangat, atau tempat tidur yang
hangat, atau lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
memiliki Neonatal Instensif Care Unit (NICU) (Dewi, 2010).
2. Asfiksia
a. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan
tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan
(Sofian, 2011).Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi
baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir
dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernafas
tetapi kemudian mengalami asfiksia atau biasa di sebut asfiksia
sekunder (Sukarni dan Sudarti, 2014).
b. Etiologi
Aliran darah ibu ke bayi dapat di pengaruhi oleh keadaan ibu.
Jika aliran oksigen berkurang akan menyebabkan asfiksia pada bayi
baru lahir. Akan tetapi bayi juga dapat mengalami asfiksia tanpa
16
didahului tanda gawat janin (Sondakh, 2013).Banyak hal yang dapat
menyebabkan bayi tidak bernafas saat lahir. Sering kali ini terjadi
ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat gawat janin,
bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat janin adalah reaksi
janin pada kondisi dimana terjadi ketidakcukupan oksigen
(Sondakh, 2013).
Gawat janin dapat diketahui yaitu dari frekuensi bunyi jantung
janin kurang dari 100 atau lebih 180 kali per menit, dan
berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali
dalam sehari), kemudian adanya air ketuban yang becampur
mekonium atau berwarna kehijauan (pada bayi presentasi kepala)
(Sondakh, 2013).Menurut Prawirahardjo (2009), penggolongan
penyebab kegagalan pernafasan pada bayi adalah :
1) Faktor Ibu
a) Hipoksia ibu
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karenahipoventilasi
akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam.
b) Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian
pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan seperti
gangguan kontraksi uterus misalnya hipertoni, hipotensi
17
mendadakan pada ibu perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamsia.
2) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdaharan plasenta.
3) Faktor fetus kompresi umbilikus akan mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat di temukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4) Faktor noenatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat
terjadi karena beberapa hal yaitu:
a. Pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebihan
pada ibu secara langsung.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan
intrakranial.
c. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya herni
diafragmatik, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru.
18
Menurut Dewi (2010), penggolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi adalah :
1) Faktor ibu
a. Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni.
b. Adanya pendarahan pada plasenta previa dan solusio
plasenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah
secara mendadak.
c. Vasokonstriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan dan
preeklamsia dan eklamsia.
d. Kasus solusio plasenta yng dapat menyebabkan gangguan
pertukran gas (oksigen dan zat asam arang).
2) Faktor janin
a. Gangguan aliran darah dari tali pusat, hal ini biasanya
berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat, simpul pada
tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban yang
telah pecah yang menyebabkan tali pusat menumbung, dalan
kehamilan lebih bulan (post-term).
b. Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC yang
menggunakan narkosa.
19
Menurut Towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
yakni faktor ibu, plasenta, fetus, dan neonatus.
1) Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan
mengalami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadiasfiksia
dan komplikasi lain.
2) Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, misalnya solusio plasenta, pendarahan plasenta
dan lain-lain.
3) Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya
aliran darah, dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin.
4) Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal berikut.
a) Pemakaian anestesi berlebihan pada ibu.
b) Trauma yang terjai saat persalinan.
c) Kelainan kongenital pada bayi.
20
5) Patofisiologi
Menurut Sondakh dan Mid (2013), patofisiologi asfiksia dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi
kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida yang berlebihan
dan asidosis metabolik yang menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
1. Frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap kemudian masuk ke periode
apneu primer. Apabila bayi menerima stimulasi adekuat selama
periode ini akan mulai bernafas lagi, seperti rangsangan taktil.
2. Bayi yang mengalami asfiksia lebih jauh berada dalam tahap
apnea sekunder yang harus segera didukung pernapasan buatan
karena dapat menyebabkan kematian pada bayi.
3. Kurangnya oksigen menyebabkan metabolisme pada bayi baru
lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena
kurangnya glukosa yang dibutuhkan untuk sumber energi pada
saat kedaruratan, hal ini mengakibatkan akumulasi asam laktat
dan asidosis metabolik.
4. Efek hipoksia pada otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal
aliran darah ke otak meningkat, sebagai bagian mekanisme
kompensasi. Jika hipoksia berlanjut maka tidak akan terjadi
penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak.
21
6) Tanda Gejala Asfiksia
Menurut Dewi (2013) adalah :
1) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b. Bayi tampak sianosis.
c. Adanya reaksi sela iga.
d. Bayi merintih (grunting).
e. Adanya pernapasan cuping hidung.
f. Bayi kurang aktifitas.
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales,
dan wheezing positif.
2) Bayi kurang aktivitas. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama
proses persalinan.
22
3) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Bayi akan megalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala yang
muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut.
a. Frekuensi jantung kecil,yaitu 40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha napas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan
rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
7) Diagnosa
Aspek yang sangat penting dari resusitasi adalah menilai bayi,
menetukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksakan
tindakan. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit,
5 menit, 10 menit sesudah bayi lahir dan penilaian bayi harus di
mulai sesegera sesudah bayi lahir dan bayi memerlukan interventasi
berdasarkan penilaian pernapasan, denyut jantung atau warna bayi,
maka penilaian ini harus dilakukan segera, walaupun nilai APGAR
tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi,
tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
23
penilaian efektivitas upaya resusitasi, jadi nilai APGAR perlu dinilai
apa awal 1 menit dan 5 menit (Prawirohardjo, 2009).
8) Penatalaksanaan
1. Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia ringan
(APGAR skor 7-10)
a) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung
kemudian mulut.
c) Bersihkan badan dan tali pusat.
d) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan
kedalam inkubator (Maryanti dkk, 2011).
2. Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia sedang
(APGAR skor 4-6).
a) Bersihkan jalan napas.
b) Berikan oksigen 2 liter/menit.
c) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila
belum bereaksi bantu pernapasan dengan masker (sungkup).
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi bayi masih
sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml.
dekstrosan 40% sebanyak 4 ml disuntikan melalui vena
umbilikalis secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan
intracranial meningkat (Maryanti dkk, 2011).
24
3. Asfiksia berat (APGAR skor 0-3)
a) Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
b) Berikan oksigen 4-5 liter/menit.
c) Bila tidak berhasil lakukan ondotrakeal tube (ETT)
d) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
e) Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih
sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml.
Dekstrosa 40% sebanyak 4 ml (Maryanti dkk, 2011).
3. Asfiksia Berat
a. Pengertian
Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan
observasi melalui pemeriksaan nilai APGAR. Penilaian APGAR ini
merupakan standar evaluasi untuk bayi baru lahir, dimana nilai ini
dapat mengidentifikasi bayi tersebut membutuhkan tindakan
resusitasi atau tidak (Rohani, 2011). Nilai APGAR pada asfiksia
berat adalah 0-3 (Maryanti, 2011).
b. Tanda dan gejala Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Bayi akan megalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan
dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada
asfiksia berat adalah sebagai berikut.
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu 40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha napas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
25
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
c. Penatalaksanaan pada bayi dengan Asfiksia berat (APGAR skor 0-3)
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
b. Berikan oksigen 4-5 liter/menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ondotrakeal tube (ETT)
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT.
e. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih
sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml.
Dekstrosa 40% sebanyak 4 ml (Maryanti dkk, 2011).
26
Gambar 2.1 Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
Sumber : Rohani (2010)
Bila tidak mau dirujuk dan tidak berhasil:
1. Sesudah 10 menit pertimbangan untuk
menghentikan resustasi
2. Konseling
3. Pencatatan dan pelaporan
BAYI LAHIR
PENILAIAN :
1. Bayi cukup bulan
2. Ketuban jernih, tidak bercampur dengan mekonium
3. Menangis dan bernafas
4. Otot tonus baik
Bayi tidak bernapas atau megap-megap
Ventilasi
1. Pasang sungkup perhatikan letaknya
2. Ventiasi 2x dengan tekanan air 30 cm air
3. Bila tidak mengembang lakukan ventilasi
20x dengan tekanan 20 cm air selama 30
detik
NILAI NAFAS
Asuhan Bayi
Normal
1. Konseling
2. Lanjutkan resusitasi
3. Pemantauan
4. Pencengahan hipotermi
5. Pemberian vitamin K 1
6. Pencengahan infeksi
7. Pencatatan dan pelaporan
Dirujuk
Bayi tidak bernafas / megap-
megap
1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x
selama 20detik
2. Hentikan ventilasi dan nilai
kembali nafas tiap 30 detik
3. Bila bayi tidak bernafas
spontan sesudah 2 menit
setelah resusitasi siapkan
LANGKAH AWAL :
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsangan taktil
5. Reposisi
NILAI NAFAS
Bayi bernapas normal asuhan
pasca resusitasi:
1. Pemantauan
2. Pencengahan hipotermi
3. Inisiasi menyusu dini
4. Pemberian vitamin K 1
5. Pencengahan infeksi
6. Pemeriksaan fisik
7. Pencatatan dan pelaporan
27
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalammenerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dkk, 2010 ).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yangmemperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan
pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-
pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dkk, 2010 ).
a. Langkah pertama: pengumpulan data dasar atau pengkajian
1) Data Subjektif adalah data yang didapat dari pasien atau
keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim
kesehatan secara independen tetap melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2008).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan
keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara
tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi:
28
a) Biodata
Menggunakan identitas menurut Ambarwati dan Wulandari
(2009), yaitu:
(1) Nama Bayi : Untuk mengetahui identitas bayi dan
menghindari kekeliruan.
(2) Umur Bayi : Untuk mengetahui usia bayi yang
nantinya disesuaikan dengan tindakan
yang akan dilakukan.
(3) Tanggal Lahir : Untuk mengetahui usia neonatus.
(4) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi
dan memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar bayi yang
dimaksud.
(5) Nama ayah/ibu : Untuk memudahkan memanggil atau
menghindari kekeliruan.
(6) Umur : Untuk mengetahui apakah ibu
termasuk resiko tinggi atau tidak.
(7) Pekerjaan : Untuk mengetahui tinggkat sosial
ekonomi.
(8) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan
kebidanan dan untuk mengetahui
sejauhmana mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
29
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya.
(9) Suku/Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
(10) Alamat : Untuk memudahkan komunikasi dan
kunjungan rumah.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan Asfiksia (Ambarwati,dkk 2010). Pada
asfiksia berat, mengeluh keadaan bayi tidak segera bernapas
secara spontan setelah dilahirkan (Arief, 2009).
c) Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu dikaji adalah tanggal hari pertama haid terakhir,
masalah dan kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian
obat-obatan, keluhan selama hamil (Istianti, 2010)
d) Riwayat Penyakit Kehamilan dan Persalinan
(1) Riwayat Prenatal
Untuk mengetahui riwayat ANC (Sondakh, 2013). Pada
riwayat kehamilan bisa disebabkan hipoksia ibu karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam. Berkurangnya aliran darah pada uterus
akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen
ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering
30
ditemukan pada keadaan seperti gangguan kontraksi
uterus misalnya hipertoni, hipotensi mendadak pada ibu
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsia
(Prawirohardjo, 2009).
(2) Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui berapa usia kehamilan ,waktu
persalinan,jenis persalinan, lama kala 1, sampai kala 4,
berat badan bayi, di tolong oleh siapa, adakah
komplikasi dalam persalinan (Sondakh, 2013).
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh
luas kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila
terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta dan perdarahan plasenta
(Prawirohardjo, 2009).
e) Psikososial Budaya
Untuk mengetahui apakah ada pantangan makan atau
kebiasaan yang tidak deperoleh selama hamil dalam adat
masyarakat setempat, perasaan tentang kehamilan ini,
kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kehamilan
yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan
ini, dan keluarga lain yang tinggal serumah (Varney, 2007).
31
f) Perokok dan pemakai obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan merokok, menggunakan
obat-obatan, dan alkohol (Istiyanti, 2010).
2) Data Objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk
menegakandiagnosa pada bayi (Sulistyawati dkk, 2010).
a) Riwayat pemeriksaan khusus
Tabel 1.2APGAR Score
a) K
e
a
d
a
Sumber : Rohani, Saswita, Marisah (2011)
b) Pemeriksaan umum
(1) Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respon yang
baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan
(Sulistiyawati, 2009).
(2) Lemah jika pasien dimasukan dalam kriteria ini jika
kurang memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
Tanda Nilai
0 1 2
A : appearance color
(warna kulit)
Pucat Badan merah,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
P :pulse/heart rate
(frekuensi jantung)
Tidak ada Lambat (<100 per
menit)
(>100 per menit)
G: grimace (refleks terhadap
rangsangan)
Tidak ada Hanya pergerakan
wajah ketika
distimulasi
Menangis, batuk, bersin
A : activity (tonus otot) Lemah Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
R : respiration (pernapasan) Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat, usaha
nafas baik
32
mampu lagi berjalan sendiri (Sulistiyawati, 2009). Pada
kasus asfiksia berat bayi dalam keadaan lemah.
b) Kesadaran
Menurut Prihardjo (2007), kesadaran meliputi :
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
(2) Apatis adalah kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(3) Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja,
dapat dibangunkan dengan rangsang nueri tetapi jatuh
tidur lagi.
(4) Delirium (semi koma) adalah kesadaran yang
menyerupai koma.
c) Tanda-tanda vital :
(1) Denyut jantung dinilai kecepatan, irama, kekuatan,
dalam satu menit normalnya 120-160x/menit. Pada
kasus asfiksia berat frekuensi jantung menurun
menjadi 40x/menit.
(2) Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi
napas dalam satu menit, pernapasan normal adalah 40-
60x/menit. Pada kasus asfiksia berat bayi tidak ada
usaha untuk bernapas.
33
(3) Suhu dinilai dari temperatur normal rectal dan axilla
yaitu 36,5oC sampai 37,5
oC (Dewi, 2013).
d) Menurut Sondakh(2013),pemeriksaan fisik sistematis
meliputi:
(1) Kepala : Pemeriksaan terhadap ukuran, sutura
menutup atau terbuka, adanya caput
succedaneum, kraniotabes, dan
sebagainya.
(2) Muka : Warna kulit merah atau tidak, simetris
atau tidak, adakah chepal hematoma
atau tidak.
(3) Mata : Simetris atau tidak, warna conjungtiva
pucat atau tidak, adakah sklera ikterus
pada mata atau tidak.
(4) Mulut : Reflek hisap baik atau tidak, bibir
kering atau tidak, adakah kelainan
palatum atau tidak.
(5) Hidung : Simetris atau tidak, bersih atau tidak,
tidak atau ada pernafasan cuping
hidung. Pada kasus bayi asfiksia berat
tidak ada usaha untuk bernapas.
(6) Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak,
adakah kelainan.
34
(7) Leher :Untuk mengetahui pembesaran kelenjar
tiroid dan bendungan vena juga laris.
(8) Dada : Simetris atau tidak, adakah retraksi
dinding dada atau tidak, apakah ada
kelainan atau tidak.
(9) Tali pusat : Bersih atau tidak,adakah pendarahan
atau tidak, terbungkus kasa atau tidak.
(10) Abdomen :Simetris atau tidak, adakah perdarahan
tali pusat atau tidak, adakah tanda-
tanda infeksi atau tidak.
(11) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun
pada skrotum, jika perempuan apakah
labia mayora sudah menutupi labia
minora.
(12) Ekstremitas :Simetris atau tidak, jumlah jari tangan
lengkap atau tidak dan kaki lengkap
atau tidak, adakah polidaktili atau
tidak. Pada kasus bayi asfiksia berat
warna kulitnya biru pucat.
(13) Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.
e) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek Morro : Apabila bayi diberi sentuhan
mendadak terutama dengan jari dan
35
tangan, maka menimbulkan gerak
terkejut (Rohani, 2010). Pada bayi
asfiksia berat gerak reflek terkejut
tidak ada karena bayi lemah.
(2) Reflek Grasping : Apabila telapak tangan bayi di
sentuh dengan jari pemeriksa, maka
bayi akan berusaha menggengam
jari pemeriksa (Rohani, 2010). Pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat
reflek menggenggam masih lemah.
(3) Reflek Rotting : Apabila pipi bayi disentuh oleh jari
pemeriksa, maka bayi akan menoleh
dan mencari sentuhan itu
(Rohani, 2010). Pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat reflek menoleh
masih lemah.
(4) Reflek Sucking : Apabila bayi di beri dot atau puting,
maka bayi berusaha untuk
menghisap (Rohani, 2010). Pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat
reflek menghisap masih lemah.
(5) Reflek Tonic Neck : Reflek yang timbul jika bayi
mengangkat leher dan menoleh
36
kekanan atau kekiri jika diposisikan
tengkurap (Rohani, 2010).Pada bayi
baru lahir dengan asfiksia berat
reflek menoleh tidak ada.
f) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Jitowiyono (2011), pemeriksaan antropometri
meliputi :
(1) Lingkar Kepala : Normal pada bayi baru lahir
antara 33-38 cm.
(2) Lingkar Dada : Normal pada bayi baru lahir
antara 30-35 cm.
(3) Panjang Badan : Normal pada bayi baru lahir
antara 48-52 cm.
(4) Berat badan : Normal berat badan bayi baru
lahir antara 2500 gram sampai
4000 gram.
g) Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir hari pertama 60
cc/kg BB, selanjutnya di tambah 30 cc/kg BB (Jitowiyono,
2011).
h) Eliminasi
(1) Urine : Pengeluaran urine pada bayi baru lahir
terjadi 24 jam pertama setelah lahir. Urine
37
yang normal berwarna kuning
(Jitowiyono,2011).
(2) Mekonium: Pengeluaran mekonium pada bayi baru
lahir normal agak lembek dan berwarna
hitam kehijauan (Jitowiyono,2011).
i) Data Penunjang
Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit
guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya
(Varney, 2007).
b. Langkah kedua: Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yangtelah
dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap
pasien (Ambarwati dkk, 2010).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat di tegakkan yang berkaitan (Ambarwati, 2010)
Diagnosa kebidanan pada kasus ini ialah “Bayi Ny. N dengan
Asfiksia Berat”.
Data dasar meiliputi
38
a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal...pukul...
(2) Ibu mengatakan bayinya tidak bernapas secara
spontan dan tidak ada usahan untuk bernapas.
(3) Ibu mengatakan saat bayinya lemah.
b) Data Objektif
(1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
(2) Frekuensi jantung kecil, yaitu 40 kali per menit.
(3) Tidak ada usaha napas.
(4) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
(5) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan
rangsangan.
(6) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
(7) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum
atau sesudah persalinan (Dewi, 2013)
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan
pernyataan(Ambarwati dkk, 2010).Menurut Sulistyawati
(2013) dalam asuhan kebidanan masalah dan diagnosis dipakai
keduanya karena beberapa masalah tidak dapat didefenisikan
sebagai diagnosis tetapi perlu di pertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah yang sering
39
timbul pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat adalah tidak
ada usaha untuk bernapas (Dewi, 2013).
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan
pasienberdasarkan keadaan dan masalahnya(Sulistyawati,
2010). Kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
yaitu resusitasi pada bayi baru lahir (Arief dkk,2009).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akanterjadi. Pada langkah ini diidetifikasikan masalah
atau diagnosapotensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila
hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dkk, 2010). Menurut
Prawirohardjo (2009) Bila proses ini berlangsung terlalu jauh
dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Pada bayi
yang kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat dan apabila berlanjut akan terjadi
henti napas.
d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah
Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan
pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera
(emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk
40
menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi
pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain
(Sulisyawati, 2010).Antisipasi dalam kasus bayi baru lahir dengan
asfiksia ringan adalah membersihkan jalan napas, mempertahankan
suhu tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil (Jitowiyono,2011).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-
langkahsebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi berikutnya (Ambarwati
dkk, 2010). Pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat yaitu
membersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup, siapkan
oksigen 4-5 liter/menit, bila tidak berhasil lakukan endotrakeal
tube (ETT), bersihkan jalan napas melalui ETT, apabila bayi sudah
mulai bernapas tetapi masih sianosis,berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6 ml, dekstrosa 40% sebanyak 4 ml (Maryanti dkk,
2011).
41
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana
asuhanpenyuluhan pada klien dan keluarga (Ambarwati dkk,
2010). Pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat segera bersihkan
jalan napas sambil pompa dengan sungkup, berikan oksigen 4-5
liter/menit, bila tidak berhasil lakukan endotrakeal tube (ETT),
bersihkan jalan napas melalui ETT, apabila bayi sudah mulai
bernapas tetapi masih sianosis,berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6 ml dan dekstrosa 40% sebanyak 4 ml (Maryanti dkk,
2011).
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terahir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum
efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati, 2010).
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan bayi baru lahir
dengan asfiksia berat adalah bayi bernapas dengan normal, tidak
hipotermi, tidak infeksi, reflek dan nutrisi bayi baik, dan vital sign
normal.
42
3. Data Perkembangan SOAP
Menurut Marmi dan Raharjo (2015), metode SOAP merupakan
singkatan dari:
S: Subjektif
a. Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien
melalui anamnesa
b. Tanda gejala subjekif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menaeche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat KB, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwaat
psikososial, pola hidup)
c. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.
O : Objektif
a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assessment.
b. Tanda geala objektif yyang diperoleh dari hasil pemeriksaan
(keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium
dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi).
43
c. Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa.
A : Assesment
a. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan.
b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasiberdasarkan assesment.
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk
mengusahakan tercapaina kondisi klien yang sebaik mungkin.
b. Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien.
c. Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil merupakan hal
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis
dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari kecepatan nilai tindakan.
Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi
44
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan.
C. Landasan Hukum
Bidan dalam menyenggarakan prakteknya berlandaskan pada
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat 2 yaitu pelayanan
kebidanan kepada anak meliputi:
1. Perawatan bayi baru lahir
2. Perawatan tali pusat
3. Perawatan bayi
4. Resusitasi pada bayi baru lahir
5. Permantauan tumbuh kembang anak
6. Pemberian imunisasi
7. Pemberian penyuluhan (Permenkes, 2010)
Berdasarkan wewenang bidan menurut KEPMENKES 369/SK/III/2007
dalam Standar Profesi Bidan mengenai Asuhan Bayi Baru Lahir dalam
kompetensi ke 6 yang berisi bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan studi kasus dengan menggunakan
menggunakan pendekatan observasional deskriptif. Laporan studi kasus
adalah studi yang mengekplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,
memiliki pengambilan datayang mendalam, dan menyertakan berbagai
sumber informasi (Nasir dkk, 2011).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan di RSUD Sukoharjo.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013). Subjek pada
asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat adalah bayi Ny. N.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana pengambilan kasus
diambil (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan di RSUD Sukoharjo
pada bulan April 2016 – Juni 2016.
46
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan
format asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan pendekatan manajeman 7
langkah Varney dan data perkembangannya menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder:
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada
subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang diperlukan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorag sasaran penelitian (responden)
(Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan wawancara ini di lakukan pada
Ny. Ndan tenaga kesehatan.
b. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014).
47
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar status
pasien. Pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat perlu dilakukan
observasi yaitu vital sign meliputi: pernapasan, suhu, denyut jantung,
dan reflek.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan
menggubakan mata (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini inspeksi
dilakukan pemeriksaan dari kepala hingga kaki.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan, metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini dilakukan
pemeriksaanekstremitas, bentuk tubuh, persepsi getaran atau
pergerakan atau konsistensi.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk
(Priharjo, 2007). Perkusi dilakukan pada daerah abdomen untuk
pembesaran hati dan limfe.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran
(Priharjo, 2007). Pada pengambilan kasus ini penulis melakukan
pemeriksaan detak jantung bayi.
48
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Biasanya berupa
data dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saryono, 2011).
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013).
Dalam kasus dokumentasi ini dilakukan dengan
mengumpulkan data yang diambil dari cacatan atau status pasien dan
rekam medik pasien umum di RSUD Sukoharjo.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kagiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia berat, penulis menggunakan sumber buku tahun
2005-2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunakan alat-alat
sebagai berikut:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a) Format pengkajian pada bayi baru lahir
b) Buku tulis dan alat tulis
c) Bolpoin
49
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fiisik dan observasi
a) Termometer
b) Stetoskop
c) Jam tangan (detik)
3. Resusitasi
Menggunakan alat :
a) 2 belai kain / handuk
b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digilung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi bayi.
c) Alat penghisap lendir / suction.
d) Tabung oksigen.
e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
4. Alat dan bahan dalam pendokumentasian
a) Status atau cacatan pasien
b) Rekam medik
c) Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus,sampai dengan penulisan laporan studi
kasus,beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmojdo,2012). Jadwal penelitian terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Tanggal : 11 Juni 2016
Tempat : RSUD Sukoharjo
Pukul : 12.50 WIB
1. PENGKAJIAN
a. Data Objektif
1) Identitas bayi
a) Nama : By. Ny. N
b) Umur : 10 menit
c) Tanggal/Jam Lahir : 11 Juni 2016 / 12.40 WIB
d) Jenis Kelamin : Perempuan
e) BB/PB : 2800 gram / 48 cm
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. N 1. Nama : Tn. E
b) Umur : 27 Tahun 2. Umur : 28 Tahun
c) Agama : Islam 3. Agama : Islam
d) Suku Bangsa : Jawa 4. Suku Bangsa : Jawa
e) Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Swasta
g) Alamat : Payaman 01/01 Gentan, Bulu, Sukoharjo
51
b. Anamnesa (Data Subjektif)
Pada ibu
1) Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT : Ibu mengtakan hari pertama haid terakhir
pada tanggal 08 agustus 2015
b) HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir pada
tanggal 15 juni 2016
c) Masa gestasi : 39 minggu
d) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan sering mual muntah pada
pagi hari
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan sering BAK dan BAB.
e) ANC :
Ibu mengatakan memeriksa kehamilannya sebanyak 13
kali di bidan, yaitu pada trimester 1 1x, trimester 2 4x,
trimester 3 9x.
f) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang
tablet fe, gizi ibu hamil.
g) Imunisasi TT
Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT pada kehamilan
sebelumnya.
52
c. Riwayat Persalinan Ini
1) Tempat Persalinan : RSUD Sukoharjo
2) Penolong : Bidan
3) Jenis Persalinan : Normal
4) Komplikasi/Kelainan : kala 1 lama dan hipotonik.
5) Plasenta :
a) Berat badan placenta : 500 gram
b) Panjang : 50 cm
c) Jumlah kotiledon : 22
d) Cairan ketuban : jernih, jumlah ± 50 cc.
e) Insersi tali pusat : centralis
f) Kelainan : tidak ada kelainan
g) Lama persalinan :
Kala I : 15 jam - menit
Kala II : - jam 30 menit
Kala III : - jam 15 menit
Kala IV : 2 jam - menit +
Total : 17 jam 45 menit
d. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit saat hamil :
Ibu mengatakan saat hamil tidak sedang menderita penyakit
yang dirasakan seperti flu, batuk dan pilek.
53
2) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah berdebar
debar saat beraktivitas, tidak nyeri dada
bagian kiri dan tidak berkeringat dingin di
kedua telapak tangan.
b) Ginjal :Ibu mengatakan tidak pernah sakit pada
saat BAK maupun BAB dan tidak pernah
sakit pada pinggang bagian bawah.
c) Asma : Ibu mengatakan pernah sesak nafas.
d) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
e) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah kuning pada
daerah mata, ujung kuku, dan kulit.
f) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit gula dengan gejala sering haus,
lapar, dan sering kencing pada malam
hari.
g) Hipertensi : Ibu mengatakan selama hamil hasil
tekanan darahnya tidak pernah lebih dari
140/110 mmHg.
h) Epilepsi :Ibu mengatakan tidak pernah kejang-
kejang sampai mengeluarkan busa dari
mulut.
54
i) Lain-lain :Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti : TBC, Hepatitis,
HIV AIDS.
2) Menurun
ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti : jantung,
DM, dan hipertensi.
f. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak
ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
g. Riwayat operasi
ibu mengatakan pernah melakukan tindakan operasi pada saat
melahirkan anak pertama, kedua dan ketiga.
55
h. Pemeriksaan Fisik Bayi
1) Riwayat pemeriksaan khusus
Tabel 1.3 APGAR Score Aspek
yang
dinilai
NILAI JUMLAH
0 1 2 MNT 1 5 MNT 1 5 MNT
II
Warna
kulit
Biru /
pucat
Badan merah
extermitas biru
Badan dan extermitas
merah muda
1 2 2
Denyut
jantung
Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit 1 1 2
Tonus otot Tidak ada Lemah / lumpuh Menanggis Kuat 0 1 1
Aktivitas Lemah /
lumpuh
Gerakan sedikit
fleksi tungkai
Aktif 0 0 1
Repirasi Tidak ada Lambat / tidak
teratur
Baik menangis kuat 0 1 1
Jumlah 2 5 7
2) Pemeriksaan umum
a) Suhu : 36,1OC
b) Pernafasan : 40 x/menit
c) Nadi : 110 x/ menit
d) Keaktifan : lemah
3) Pemerikasaan fisik sistematis
a) Kepala : normal, ubun-ubun besar belum menutupi,
tidak ada moulage tidak terdapat chepal
hematoma.
b) Muka :pucat, simetris, tidak ada oedema
c) Mata : simetris, konjungtiva kemerahan, sklera
putih
d) Telinga :bersih, simetris, tidak ada serumen
56
e) Mulut : kebiruan, tidak ada labiokisis atau
labiopalatokisis
f) Hidung : terdapat napas cuping hidung, terdapat
sekret, tidak ada benjolan
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h) Dada : gerakan dada sesuai pola bernafas, tidak
terdapat retraksi
i) Perut :normal, tidak ada pembesaran
j) Tali pusat : tali pusat tidak ada perdarahan, sudah
dijepit memakai jepit plasenta
k) Punggung :tidak ada pembengkakan pada punggung
l) Ekstremitas : kebiruan, tidak ada oedema, akral dingin,
kuku sudah melebihi jari
m) Genetalia : labia mayora menutupi labia minora
n) Anus : berlubang, ditandai dengan
keluarnyamekonium
o) Reflek
(1) Reflek morro : lemah, jika bayi dikagetkan
dengan cara menyentuh tangan
bayi maka tangan bayi tidak
terkejut.
57
(2) Reflek rooting : lemah, jika bayi diberi rangsangan
dengan cara menyentuh sisi mulut
bayi maka bayi akan menoleh.
(3) Reflek sucking : negatif. Bayi terjadi asfiksia dan
bayi tidak dilakukan IMD segera
setelah lahir sehingga bayi tidak
dilakukan pemeriksaan reflek
menghisap.
(4) Reflek grasping : lemah, bayi belum bisa mengenyot
dengan kuat.
(5) Reflek tonic neck : lemah, bayi belum bisa menoleh.
p) Antropometri
(1) Lingkar kepala : 33 cm
(2) Lingkar dada : 34 cm
(3) BB : 2800 gram
(4) PB : 48 cm
(5) LLA : 11 cm
q) Eliminasi
(1) BAK : sudah keluar, warna kuning jernih.
(2) BAB : sudah keluar, warna coklat.
58
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
Lain-lain : tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 11 Juni 2016 Pukul : 12.51 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Baru Lahir Ny. N umur 10 menit dengan Asfiksia Berat
Data dasar
DS :
1. Ibu mengatakan anaknya yang ketiga lahir pada tanggal 11 Juni
2016, pukul 12.40 WIB
2. ibu mengatakan bayinya tidak bisa menangis saat lahir
DO :
1. Nilai APGAR score: 2-5-7
2. Pemeriksaan fisik :
a. Warna kulit : kebiruan
b. Hidung : terdapat napas cuping hidung, terdapat secret,
tidak ada benjolan
c. Mulut : kebiruan, tidak ada labioskisis dan
labiospalatokisis
d. Dada : gerakan dada sesuai pola bernapas, terdapat
retraksi
59
3. Vital sign
Suhu : 36,1OC
Denyut jantung : 110 x/ menit
Respirasi : 40 x/ menit
4. Pemeriksaan reflek :
1. Morro : ada, lemah
2. Rooting : ada, lemah
3. Sucking : negatif
4. Grasping : ada, lemah
5. Tonick neck : ada, lemah
B. Masalah
Bayi terjadi hipotermi
C. Kebutuhan
Memberikan lampu sorot bayi, mengeringkan tubuh bayi, dan
berikan terapi sesuai advis dokter.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat adalah terjadi henti nafas.
4. TINDAKAN SEGERA
Keringkan bayi, bebaskan jalan nafas, atur posisi, suction bayi,
kolaborasi dengan dokter Sp. A.
60
5. PERENCANAAN
Tanggal 11 Juni 2016 pukul : 12.55 WIB
a. Memberikan informasi kepada keluarga pasien.
b. Melakukan resusitasi
1) Keringkan tubuh bayi dengan cara ganti kain yang basah dan
bungkus dengan pakaian hangan dan kering.
2) Berikan lampu sorot pada bayi
3) Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
4) Bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung menggunakan
suction
5) Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi
c. Observasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 2 jam.
d. Kolaborasi dengan dr Sp. A untuk memberikan terapi
1) Oksigen 3 liter/ menit
2) Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara IM dipaha kiri
bagian lateral.
3) Memasang OGT
4) Infus D 10% 12 tpm
5) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
6) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e. Lakukan perawatan bayi dengan inkubator dengan suhu 36, 6OC
f. Lakukan perawatan tali pusat dengan menggunkan kassa steril
61
g. Berikan kebutuhan cairan pada bayi berupa ASI dalam botol ± 25
cc/4 jam melalui OGT.
h. Berikan injeksi Hb.O 0,5 cc secara IM dipaha kanan bagian lateral
satu jam setelah pemberian vitamin K.
i. Observasi output bayi.
6. PELAKSANAAN
Tanggal 11 Juni 2016 pukul 13.00 WIB
a. Pukul 13.00 WIB Memberikan informasi kepada keluarga pasien
dengan cara memberitahu keadaan bayinya saat ini masih dalam
pengawasan dokter.
b. Pukul 13.01 WIB Melakukan resusitasi :
1) Mengeringkan tubuh bayi dengan cara ganti kain yang basah
dan bungkus dengan pakaian hangan dan kering.
2) Meletakan bayi dibawah lampu sorot pada bayi dengan jarak 60
cm.
3) Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan cara
mengganjal bahu bayi 2-3 cm.
4) membersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung
menggunakan suction pada mulut 5 cm dn hidung 3 cm.
5) Memberikan rangsangan taktil paa telapak kaki dan punggung
bayi dengan cara menepuk.
62
c. mengobservasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 2
jam
d. Pukul 13.03 WIB melaksanakan advis dokter dengan memberikan
terapi:
1) Oksigen 3 liter/ menit
2) Injeksi vit K 1 mg secara IM
3) Memasang OGT
4) Infus D 10% 12 tpm
5) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
6) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e. Pukul 13.03 WIB melakukan perawatan bayi dengan inkubator
dengan suhu 36, 6OC
f. Pukul 13.03 WIB melakukan perawatan tali pusat dengan
menggunkan kassa steril
g. Pukul 13.04 WIB memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa
ASI ibu dalam botol ± 25 cc/4 jam melalui OGT.
h. Pukul 13.55 WIB memberikan injeksi Hb.O 0,5 cc secara IM dipaha
kanan bagian lateral satu jam setelah pemberian vitamin K.
i. Pukul 13.56 WIB Melakukan observasi output bayi.
63
7. EVALUASI
Tanggal 11 Juni 2016 pukul 14.00 WIB
a. Pukul 13.00 WIB Setelah diberikan informasi pada pasien bayi sudah
mulai bisa menangis dan keadaan bayi masih lemah.
b. Pukul 13.01 WIB bayi sudah di lakukan resusitasi
c. Pukul 13.02 WIB Setelah dilakukan observasi tanda-tanda vital bayi
setiap 2 jam dengan hasil :
Tabel 2.1 Tanda-tanda vital
Jam
(WIB)
Denyut jantung
(x/menit)
Resprasi
(x/ menit)
Suhu
(oC)
12.40 110 40 36,1
14.40 118 42 36,1
16.40 104 40 36,2 Sumber : Data primer, 2013
d. Pukul 13.04 WIB Setelah diberikan terapi oksigen
1) Oksigen 3 liter/ menit
2) Injeksi vit K 1 mg secara IM
3) Memasang OGT
4) Infus D 10% 12 tpm
5) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
6) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e. Pukul 13.04 WIB Setelah dilakukan perawatan bayi dengan inkubator
dengan suhu 36,6OC maka suhu tubuh bayi sudah mulai meningkat
yaitu 36,2OC
f. Pukul 14.04berikan injeksi Hb.O 0,5 cc secara IM dipaha kanan
bagian lateral satu jam setelah pemberian vitamin K.
64
g. Pukul 14.04 WIB Tali pusat bayi telah dibersihkan dan dibungkus
menggunakan kassa steril
h. Pukul 14.04 WIB Sudah dilakukan pemberian cairan berupa ASI
sebanyak ± 25 cc/4 jam melalui OGT sedikit demi sedikit.
i. Pukul 14.04 WIB Setelah dilakukan observasi output pada bayi
dengan hasil :
1) BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : kuning jernih
2) BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
Warna : coklat
65
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 12 Juni 2016 pukul : 08.00 WIB
S : Subjektif
1. keluarga mengatakan bayinya belum bisa menangis
2. keluarga mengatakan bayinya masih lemah
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak masih lemah
2. Tanda-tanda vital bayi :
Denyut jantung : 104 x/menit
Respirasi : 44 x/menit
Suhu : 36,3OC
3. Tali pusat masih terbungkus kassa steril, dan masih basah.
4. Pemeriksaan reflek :
1. Morro : ada, kuat
2. Sucking : ada, kuat
3. Rooting : ada, kuat
4. Grasping : ada, lemah
5. Tonick neck : ada, lemah
5. Masih terpasang oksigen 2 liter/ menit
6. Masih terpasang OGT
7. Masih terpasang infus D 10% 12 tpm
8. Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
66
9. Dexametason 3 x ¼ ampul secara IV
10. Bayi masih berada di dalam inkubator 35,6OC
A : Assesment
Bayi Ny. N umur 2 hari dengan riwayat Asfiksia Berat hari kedua.
P : Planning
Tanggal 22 April 2016 pukul 08.15 WIB
1. Pukul 08.15 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 2 jam.
Pukul 12.01 WIB Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi
setiap 2 jam dengan hasil :
Tabel 2.2 tanda-tanda vital Jam
(WIB)
Denyut Jantung
(x/menit)
Respirasi
(x/menit)
Suhu
(OC)
08.00
10.00
104
107
44
52
36,3
36,3
12.00 120 60 36,4 Sumber : data primer, 2013
2. Pukul 08.16 WIB Mengobservasi output bayi.
Pukul 12.02 WIB Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan
hasil :
(1) BAK
Frekuensi : 5-6 x/hari
Warna : kuning jernih
(2) BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
Warna : coklat kekuningan
67
3. Pukul 08.16 WIB Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
dengan cara membungkus bayi dengan menggunkan kain bersih dan
kering.
Pukul 12.03 WIB Bayi telah terbungkus dengan kain bersih dan kering
4. Pukul 08.17 WIB Setelah diberikan terapi oksigen 2 liter/ menit,
Cefotaxim 3 x 125 mg secara IV, Dexametason 3 x ¼ ampul secara IV,
infus D 10 % 12 tpm, keadaannya baik dan gerak masih lemah.
Pukul 12.04 WIB sudah diberikan terapi :
a) Oksigen 2 liter/ menit
b) Masih terpasang OGT
c) Infus D 10% 12 tpm
d) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
e) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
5. Pukul 08.18 WIB Setelah dilakukan perawatan bayi dengan inkubator
dengan suhu 36,6OC maka suhu tubuh bayi sudah mulai meningkat yaitu
36,4OC.
Pukul 12.04 WIB bayi masih didalam inkubator 36,6ºC, suhu tubuh bayi
meningkat menjadi 36,4ºC.
6. Pukul 08.19 WIB Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa ASI
dalam botol sebanyak ± 25 cc/4 jam.
Pukul 12.05 WIB bayi sudah diberika ASI dalam botol sebanyak ± 25
cc/menit melalui OGT.
68
7. Pukul 08.20 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on
demand pada saat keadaan ibu sudah membaik.
Pukul 12.06 WIB Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand
pada saat keaadaan bayi sudah membaik
8. Pukul 08.20 WIB Melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa
steril.
Pukul 12.10 WIB Telah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan
kassa steril.
69
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 13 Juni 2016 pukul : 08.00 WIB
S : Subjektif
1. keluarga mengatakan bayinya sudah bisa menoleh
2. keluarga mengatakan bayinya sudah mulai bisa menyusu dengan kuat
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak masih lemah
2. Tanda-tanda vital bayi ;
Denyut jantung : 104 x/menit
Respirasi : 44 x/menit
Suhu : 36,4OC
3. Warna kulit kemerahan
4. Tali pusat masih terbungkus kassa steril, dan masih basah.
5. Pemeriksaan reflek :
a. Morro : ada, kuat
b. Sucking : ada, kuat
c. Rooting : ada, kuat
d. Grasping : ada, kuat
e. Tonick neck : ada, kuat
6. OGT masih terpasang
7. Pemberian terapi
a) Pemberian oksigen 2 liter/menit
70
b) Infus D 10% 12 tpm
c) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
d) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e) Bayi masih berada di dalam inkubator 35,6OC.
A : Assesment
Bayi Ny. N umur 3 hari dengan riwayat Asfiksia Berat hari ketiga.
P : Planning
Tanggal 13 Juni 2016 pukul 08.15 WIB
1. Pukul 08.15 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 2 jamPukul
12.00 WIB Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi setiap 2
jam dengan hasil:
Tabel 2.3 tanda-tanda vital Jam
(WIB)
Denyut Jantung
(x/menit)
Respirasi
(x/menit)
Suhu
(OC)
08.00
10.00
104
110
44
50
36,3
36,4
12.00 120 60 36,4 Sumber : data primer, 2013
2. Pukul 08.16 WIB Mengobservasi output bayi
Pukul 12.01 WIB Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan
hasil :
1. BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : kuning jernih
2. BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
71
Warna : coklat kekuningan
3. Pukul 08.16 WIB Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
dengan cara membungkus bayi dengan menggunkan kain bersih dan
kering.
Pukul 12.02 WIB Bayi telah terbungkus dengan kain bersih dan kering
4. Pukul 08.16 WIB diberikan terapi oksigen : oksigen 2 liter/ menit,
Cefotaxim3 x 75 mg secara IV, dexametason3 x ¼ ampul secara IV, infus
D 10 % 12 tpm, bayi sudah bisa bernafas dan keadaannya baik dan gerak
masih lemah.
Pukul 12.03 WIB Sudah diberikan terapi oksigen : oksigen 2 liter/ menit,
Cefotaxim 3 x 125 mg secara IV, dexametason 3 x ¼ ampul IV, infus D
10 % 2 tpm, bayi sudah bisa bernafas dan keadaannya baik dan gerak
masih lemah
5. Pukul 08.17 WIB Setelah dilakukan perawatan bayi dengan inkubator
dengan suhu 36,6OC maka suhu tubuh bayi sudah mulai meningkat yaitu
36,4OC
Pukul 12.04 WIB sudah dilakukan perawatan bayi dengan inkubator
dengan suhu 36,6OC maka suhu tubuh bayi sudah mulai meningkat yaitu
36,4OC
6. Pukul 08.18 WIB Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa ASI
dalam botol sebanyak ± 25 cc/4 jam.
Pukul 12.03 WIB sudah diberikan kebutuhn cairan pada bayi berupa susu
formula sebanyak ± 25 cc/4jam
72
7. Pukul 08.19 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on
demand pada saat keadaan ibu sudh membaik.
Pukul 12.06 WIB Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand
pada saat keaadaan ibu sudah membaik
8. Pukul 08.20 WIB Melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa
steril.
Pukul 12.08 WIB Telah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan
kassa steril.
73
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 14 Juni 2016 pukul : 08.00 WIB
S : Subjektif
1. keluarga mengatakan bayinya sudah aktif
2. keluarga mengatakan bayinya sudah mulai bisa menghisap dan menelan
saat minum susu.
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak masih lemah
2. Tanda-tanda vital bayi :
Denyut jantung : 104 x/menit
Respirasi : 44 x/menit
Suhu : 36,5OC
3. Warna kulit kemerahan
4. Tali pusat masih terbungkus kassa steril, dan masih basah.
5. Pemeriksaan reflek :
1. Morro : ada, kuat
2. Sucking : ada, kuat
3. Rooting : ada, kuat
4. Grasping : ada, kuat
5. Tonick neck : ada, kuat
6. Pemberian infus, OGT, dan injeksi sudah dilepas
7. Bayi masih berada di dalam inkubator 35,6OC
74
A : Assesment
Bayi Ny. N umur 4 hari dengan riwayat Asfiksia Berat perawatan hari keempat.
P : Planning
Tanggal 24 April 2016 pukul 08.15 WIB
1. Pukul 08.15 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital bayi setiap 2 jam
Pukul 12.00 WIB Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi setiap
2 jam dengan hasil :
Tabel 2.4 tanda-tanda vital Jam
(WIB)
Denyut Jantung
(x/menit)
Respirasi
(x/menit)
Suhu
(OC)
08.00
10.00
120
120
55
55
36,5
36,6
12.00 120 60 36,7 Sumber : data primer, 2013
2. Pukul 08.16 WIB Mengobservasi output bayi
Pukul 12.01 WIB Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 5-6 x/hari
Warna : kuning jernih
b. BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kekuningan
3. Pukul 08.16 WIB Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan
cara membungkus bayi dengan menggunkan kain bersih dan kering.
Pukul 12.02 WIB Bayi telah terbungkus dengan kain bersih dan kering
75
4. Pukul 08.17 WIB dilakukan perawatan bayi dengan inkubator dengan suhu
36,6OC
Pukul 12.03 WIB Setelah dilakukan perawatan bayi dengan inkubator dengan
suhu 36,6OC maka suhu tubuh bayi sudah mulai meningkat yaitu 36,7
OC
5. Pukul 08.17 WIB Memberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa ASI dalam
botol sebanyak ± 25 cc/4 jam.
Pukul 12.04 WIB sudah diberikan kebutuhan cairan pada bayi berupa ASI
sebanyak ± 25 cc/4jam.
6. Pukul 08.18 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on
demand.
Pukul 12.05 WIB Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara on demand.
76
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal 15 Juni 2016 pukul : 08.00 WIB
S : Subjektif
1. keluarga mengatakan bayinya sudah dimandikan
2. keluarga mengatakan bayinya sudah mulai menyusui dengan kuat.
O : Objektif
1. Relek isap bayi sudah baik
2. Tanda-tanda vital bayi
Denyut jantung : 120 x/menit
R : 60 x/menit
S : 36,6 OC
Warna kulit : merah muda
3. Tonus otot leher baik
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernapasan
5. Pergerakan tangan dan reflek baik
A : Assesment
Bayi Ny. N umur 5 hari dengan riwayat Asfiksia Berat hari kelima.
P : Planning
Tanggal 15 Juni 2016 pukul 08.15 WIB
1. Pukul 08.15 WIB Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi
tetap terbungkus, agar suhu bayi tetap normal
Pukul 12.00 WIB bayi sudah dibedong
77
1. Pukul 08.16 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital
Pukul 12.01 WIB telah dilakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi setiap
2 jam dengan hasil :
Tabel 2.5 tanda-tanda vital Jam
(WIB)
Denyut Jantung
(x/menit)
Respirasi
(x/menit)
Suhu
(OC)
08.00
10.00
120
120
54
55
36,6
36,6
12.00 120 60 36,6 Sumber : data primer, 2013
2. Pukul 08.16 WIB Mengobservasi output pada bayi.
Pukul 12.01 WIB Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil :
1. BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : kuning jernih
2. BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
Warna : coklat kekuningan.
2. Pukul 08.17 WIB bayi diturunkan dari inkubator dan melatih bayi menetek
karena keadaan bayi membaik.
Pukul 12.03 WIB Bayi turun dari inkubator dan telah menetek
3. Pukul 08.18 WIB Menjaga kebersihan.
Pukul 12.05 WIB Bayi telah dijaga kebersihannnya.
78
DATA PERKEMBANGAN V
Tanggal 16 Juni 2016 pukul : 08.00 WIB
S: Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah mulai menyusui bayinya dengan menggunakan ASI.
2. Ibu mengatakan bayinya sudah sehat
O : Objektif
1. Reflek isap bayi sudah baik
2. Tanda-tanda vital bayi
Denyut jantung : 120 x/menit
Respirasi : 60 x/menit
Suhu : 36,6OC
Warna kulit : kemerah-merahan
3. Tonus otot leher baik
4. Gerakan dada sesuai dengan pola bernapas
5. Pergerakan tangan dan reflek baik
A : Assesment
Bayi Ny. N umur 6 hari dengan riwayat Asfiksia Berat hari keenam.
P : Planning
Tanggal 16 Juni 2016 pukul 08.15 WIB
1. Pukul 08.15 WIB mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi
tetap terbungkus, agar suhu tubuh bayi tetap normal.
Pukul 12.00 WIB Bayi sudah terbungkus dan suhu bayi sudah diperhatikan
79
2. Pukul 08.16 WIB mengobservasi tanda-tanda vital bayi
Pukul 12.01 WIB Telah dilakukan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
pada bayi dengan hasil :
Tabel 2.6 tanda-tanda vital Jam
(WIB)
Denyut Jantung
(x/menit)
Respirasi
(x/menit)
Suhu
(OC)
08.00
10.00
124
120
57
60
36,6
36,6
12.00 120 60 36,6 Sumber : data primer, 2013
3. Pukul 08.17 WIB Mengobservasi output pada bayi
Pukul 12.02 WIB Telah dilakukan observasi output pada bayi dengan hasil :
1. BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : jernih
2. BAB
Frekuensi : 1-3 x/hari
Konsistensi : padat
4. Pukul 08.18 WIB mengajarkan ibu bagaimana menjaga tali pusat,
memberikan ASI eksklusif, dan memberi informasi kepada ibu tanda bahaya
bayi baru lahir.
Pukul 12.04 WIB ibu sudah mengerti dan pahan bagaimana cara memandikan
bayi dan menjaga tali pusat
Pukul 08.19 WIB menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
Pukul 12.05 WIB ibu bersedia memberikan ASI nya
80
5. Pukul 08.20 WIB mempersiapkan bayi untuk pulang karena sudah
diperbolehkan pulang.
Pukul 12.06 WIB bayi dan ibu berencana pulang pukul 15.00 WIB.
81
B. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah yang akan
membahas kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktik langsung
dilapangan selama melaksanakan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada
Bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat.
Kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan juga memerlukan
pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan oleh bidan
dalam menangani masalah kebidanan, sehingga dapat diuraikan pembahasan
dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney yang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dengan pengumpulan data dasar yang merupakan data
awal dari manajemen kebidanan menurut varney, dilaksanakan dengan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan, dan studi
dokumentasi. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian
data merupakan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien.
a. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapat dari pasien atau
keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan secara
independen tetap melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam,
2008). Pada kasus asfiksia berat diketahui data subjektif mengeluh
82
keadaan bayi tidak segera bernapas secara spontan setelah dilahirkan
(Arief, 2009).
Pada kasus bayi Ny. N dengan asfiksia berat ibu mengatakan
bayinya tidak menangis secara spontan setelah dilahirkan.
b. Data Objektif
Untuk melengkapi data kita dalam menegakan diagnosis, maka
kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara
berurutan (Sulistyawati, 2010) Data ini dikumpulkan guna melengkapi
data untuk menegakan pemeriksaan apgar score, pada bayi asfiksia
berat nilai apgar score 0-3 (Sulistyawati dkk, 2010).
Kasus bayi baru lahir Ny. N dengan asfiksia berat hasil
pemeriksaan apgar score menit pertama adalah 2. Pada teori pasien
dengan bayi baru lahir asfiksia berat pemeriksaan nilai apgar score
adalah 0-3.
Dalam pengkajian ini penulis menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus.Pada kasus bayi baru lahir dengan asfiksia berat
tidakdilakukan pemeriksaan laboratorium
83
2. Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yangtelah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa
tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien (Ambarwati dkk, 2010).
Diagnosa dapat di tegakkan yang berkaitan (Ambarwati, 2010).
Diagnosa kebidanan pada kasus ini ialah “Bayi Ny. N dengan Asfiksia
Berat”.
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan
(Ambarwati dkk, 2010). Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat adalah tidak ada usaha untuk bernapas
(Dewi, 2013).Menurut Sulistyawati (2013) dalam asuhan kebidanan
masalah dan diagnosis dipakai keduanya karena beberapa masalah tidak
dapat didefinisikan sebagai diagnosis tetapi perlu di pertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah yang timbul pada bayi baru
lahir dengan asfiksia berat Ny. N adalah hipotermi.
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasienberdasarkan
keadaan dan masalahnya(Sulistyawati, 2010).
Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Bayi
Baru Lahir Ny. N dengan Asfiksia Berat. Masalah yang didapatkan pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat yaitu hipotermi, Kebutuhan pada
bayi Ny. N adalah memberikan lampu sorot bayi, mengeringkan tubuh
84
bayi, dan berikan terapi sesuai advis dokter. Dalam langkah ini tidak
ditemukan antara kesenjangan teori dan praktik dilapangan.
3. Diagnosa Potensial
Menurut Prawirohardjo (2009) Bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Pada bayi yang
kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat dan apabila berlanjut akan terjadi henti napas.
Pada kasus pasien bayi Ny. N dengan asfiksia berat tidak terjadi
diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi
dapat bernapas dengan spontan. Dalam langkah ini tidak ditemukan
antara kesenjangan teori dan praktik dilapangan.
4. TindakanSegera
Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada
beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di
mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan
pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan
tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan
mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim
kesehatan lain (Sulisyawati, 2010). Antisipasi dalam kasus bayi baru
lahir dengan asfiksia ringan adalah membersihkan jalan napas,
mempertahankan suhu tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
(Jitowiyono,2011).
85
Pada bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat tindakan segera yang
dilakukan adalah Keringkan bayi, bebaskan jalan nafas, atur posisi,
suction bayi, kolaborasi dengan dokter Sp. A. Dalam langkah ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.
5. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkahsebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi berikutnya
(Ambarwati dkk, 2010).
Menurut Maryanti dkk (2011), Pada bayi baru lahir dengan
asfiksia berat yaitu :
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
b. Siapkan oksigen 4-5 liter/menit, bila tidak berhasil lakukan
endotrakeal tube (ETT), bersihkan jalan napas melalui ETT.
c. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis,berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml, dekstrosa 40% sebanyak 4
ml
Pada kasus bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat ini rencana tindakan
yang akan diberikan adalah :
a Memberikan informasi kepada keluarga pasien.
86
b Melakukan resusitasi
1) Keringkan tubuh bayi dengan cara ganti kain yang basah dan
bungkus dengan pakaian hangan dan kering.
2) Berikan lampu sorot pada bayi
3) Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
4) Bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung menggunakan
suction
5) Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi
c Observasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 2 jam.
d Kolaborasi dengan dr Sp. A untuk memberikan terapi :
1) Oksigen 3 liter/ menit
2) Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara IM dipaha kiri
bagian lateral.
3) Memasang OGT
4) Infus D 10% 12 tpm
5) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
6) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e Lakukan perawatan bayi dengan inkubator dengan suhu 36, 6OC
f Lakukan perawatan tali pusat dengan menggunkan kassa steril
g Berikan kebutuhan cairan pada bayi berupa susu formula dalam
botol ± 25 cc/4 jam melalui dot.
h Berikan injeksi Hb.O 0,5 cc secara IM dipaha kanan bagian lateral
satu jam setelah pemberian vitamin K.
87
i Observasi output bayi.
Dalam langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik dilapangan. Di dalam pemberian terapi terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik yaitu pad kasus diberikan terapi oksigen 3
liter/menit, pemberian infus D 10 % 12 tpm untuk memenuhi cairan,
cefotaxim 3 x 75 mg, dexamethason 3 x ¼ ampul, memasang OGT
karena reflek sucking bayi Ny. N lemah, dihangatkan dengan
inkubator dengan suhu 36,60C karena bayi mengalami suatu masalah
yaitu hipotermi, dan observasi pernapasan tiap 2 jam. Hal ini tidak
menjadi suatu masalah karena pada hakikatnya pemberian asuhan
atau terapi pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien
tersebut dan advis dokter.
6. Pelaksanaan
Menurut Maryanti dkk (2011), Pada bayi baru lahir dengan
asfiksia berat yaitu :
a Membersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
b Siapkan oksigen 4-5 liter/menit, bila tidak berhasil lakukan
endotrakeal tube (ETT), bersihkan jalan napas melalui ETT.
c Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis,berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml, dekstrosa 40% sebanyak
4 ml
Padakasus bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat ini rencana tindakan
yang akan diberikan adalah :
88
a Memberikan informasi kepada keluarga pasien.
b Melakukan resusitasi
1) Keringkan tubuh bayi dengan cara ganti kain yang basah dan
bungkus dengan pakaian hangan dan kering.
2) Berikan lampu sorot pada bayi
3) Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
4) Bersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung menggunakan
suction
5) Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi
c Observasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 2 jam.
d Kolaborasi dengan dr Sp. A untuk memberikan terapi :
1) Oksigen 3 liter/ menit
2) Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara IM dipaha kiri
bagian lateral.
3) Memasang OGT
4) Infus D 10% 12 tpm
5) Cefotaxim 3 x 75 mg, secara IV
6) Dexametason 3 x ¼ ampul, secara IV
e Lakukan perawatan bayi dengan inkubator dengan suhu 36, 6OC
f Lakukan perawatan tali pusat dengan menggunkan kassa steril
g Berikan kebutuhan cairan pada bayi berupa susu formula dalam
botol ± 25 cc/4 jam melalui dot.
89
h Berikan injeksi Hb.O 0,5 cc secara IM dipaha kanan bagian lateral
satu jam setelah pemberian vitamin K.
i Observasi output bayi.
Dalam langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik dilapangan. Di dalam pemberian terapi terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik di lapangan yaitu dilapangan diberikan terapi
oksigen 3 liter/menit, pemberian infus D 10 % 12 tpm untuk
memenuhi cairan, cefotaxim 3 x 75 mg, dexamethason 3 x ¼ ampul,
memasang OGT karena reflek sucking bayi Ny. N lemah,
dihangatkan dengan inkubator dengan suhu 36,60C karena bayi
mengalami suatu masalah yaitu hipotermi, dan observasi pernapasan
tiap 2 jam. Hal ini tidak menjadi suatu masalah karena pada
hakikatnya pemberian asuhan atau terapi pada pasien harus
disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut dan advis dokter.
7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terahir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2010).
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 hari di RSUD
Sukoharjo, maka hasil asuhan yang didapat yaitu keadaan umum baik,
bayi bernapas normal, reflek morro, rooting, suching, tonick neck,
90
grasping, ada dan kuat, serta bayi sudah diperbolehkan pulang. Demikian
asuhan yang diberikan dengan teori yang ada, sehingga terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan yaitu pada asuhan dan
pemberian terapi tidak terjadi suatu masalah karena sudah melakukan
advis dokter spesialis. Dalam langkah ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik dilapangan.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. N dengan Asfiksia Berat di
Rsud Sukoharjo” ini dapat membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia berat dilakukan
dengan pengumpulan data subjektif yaitu ibu mengatakan bayinya tidak
bisa menangis saat lahir. Data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik
yaitu dengan pemeriksaan khusus (apgar score) yaitu 2-5-7
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan
akurat sehingga didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. N umur 10
menit dengan Asfiksia Berat. Masalah yang timbul adalah hipotermi pada
bayi, kebutuhan yang diberikan adalah mengeringkan tubuh bayi, dan
memberikan lampu sorot pada bayi.
3. Diagnosa potensial pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat adalah
henti nafas. Tetapi tidak terjadi karena telah dilakukan perawatan secara
intensif.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Berat adalah perawatan bayi, pembersihan jalan nafas, pemberian O2 ,
menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan dokter Sp. A.
92
5. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan
memberi informasi pada keluaga pasien, keringkan tubuh bayi, berikan
lampu sorot pada bayi, ganti kain basah dengan kain kering dan bersih,
bungkus tubuh bayi, posisikan kepala sedikit ekstensi, bersihkan jalan
napas dari mulut hingga hidung, berikan rangsangan taktil pada telapak
kaki dan punggung bayi, observasi tanda-tanda vital bayi terutama
pernapasan, berikan terapi oksigen 3 liter/menit, pemberian infus D 10 %
12 tpm, cefotaxim 3 x 75 mg, dexamethason 3 x ¼ ampul, memasang
OGT, dihangatkan dengan inkubator dengan suhu 36,60C, observasi
pernapasan tiap 2 jam.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir dengan
Asfiksia Berat sesuai dengan rencana yang sudah dibuat yaitu memberi
informasi pada keluarga pasien, mengeringkan tubuh bayi, memberikan
lampu sorot pada bayi, mengganti kain basah dengan kain kering dan
bersih, membungkus tubuh bayi, memposisikan kepala sedikit ekstensi,
membersihkan jalan napas dari mulut hingga hidung, memberikan
rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, mengobservasi
tanda-tanda vital bayi terutama pernapasan, berikan terapi oksigen terapi
oksigen 3 liter/menit, pemberian infus D 10 % 12 tpm, cefotaxim 3 x 75
mg, dexamethason 3 x ¼ ampul, memasang OGT, dihangatkan dengan
inkubator dengan suhu 36,60C, observasi pernapasan tiap 2 jam.
93
7. Setelah dilakukan pemeriksaan bayi baru lahir dan perawatan bayi
selama 6 hari hasil dari kondisi bayi ny. N dengan riwayat asfiksia berat
di RSUD Sukoharjo, yaitu keadaan umum bayi baik, bayi dapat bernapas
normal, reflek morro, rooting, sucking, tonick neck, dan reflek grasping
ada dan kuat, serta bayi sudah diperbolehkan pulang. Demikian asuhan
yang diberikan dengan teori yang ada sehingga terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik dilapangan yaitu pada pemberian terapi dan tidak
menjadi suatu masalah karena sudah diberikan advis dokter spesialis.
8. Di dalam pemberian terapi terdapat kesenjangan antara teori dan praktik
di lapangan diberikan terapi oksigen 3 liter/menit, pemberian infus D 10
% 12 tpm untuk memenuhi cairan, cefotaxim 3 x 75 mg, dexamethason 3
x ¼ ampul, memasang OGT karena reflek sucking bayi Ny. N lemah,
dihangatkan dengan inkubator dengan suhu 36,60C karena bayi
mengalami suatu masalah yaitu hipotermi, dan observasi pernapasan tiap
2 jam. Hal ini tidak menjadi suatu masalah karena pada hakikatnya
pemberian asuhan atau terapi pada pasien harus disesuaikan dengan
kondisi pasien tersebut.
B. Saran
Dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat mmemberikan
saran sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
Pasien diharapkan untuk segera membawa bayi mereka ke tenaga
kesehatan terdekat jika terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir.
94
2. Bagi Profesi
Bidan diharapkan lebih meningkatkan standar asuhan kebidanan yang
sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney
khususnya dalam penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia berat
sehingga pelayanan yang dihasilkan efektif dan efisien dapat tercapai
pada pasien.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu
pelayanan kesehatan dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir khususnya bayi dengan Asfiksia Berat.
4. Bagi Pendidikan
Diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
untuk lebih mengetahui dan memahami asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Asfiksia Berat.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta: Nuha Medika.
Arief, Dr, Kristiyanasari. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogjakarta: Nuha Medika.
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Dewi, V,N,L. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. www.dinkesjatengprov.go.id
Hidayat. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Intansari Putri (2013). Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. X
dengan Asfiksia Berat Disertai Capput Succedaneum di Ruang
Perinatologi RSUD Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta :
KTI tidak diterbitkan
Jitiwiyono, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Yogjakarta:
Nuha Medika.
KEPMENKES 369/SK/III/2007 kompetensi 6
Marmi, dkk.2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti, D, Sujianti. 2011. Buku Ajar Neonatu Bayi Dan Balita. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Mochtar, dkk. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Nasir, dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kessehatan. Yogjakarta:
Nuha Medika.
Notoadmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Nursalam. 2008. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Oktikasari, D. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Ringan Di RS Moewardi. Surakarta. STIKes Kusuma Husada. Karya
Tulis Ilmiah.
Permenkes no. 1464/menkes/per/x/2010 pasal 16 ayat 2
Prawirohardjo. 2009. Pelayanan KesehatanMaternal Neonatal. Jakarta: YBPSP
Priharjo. 2007. Pengkajian fisik keperawatan. Jakarta: ECG.
Proverawati, Ismawati. 2010. BBLR Berat Badan Lahir Rendah. Yogjakarta:
Nuha Medika.
Putri Titis Arum (2012), Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
sedang di RB Restu Ibu Sragen, Stikes Kusuma Husada Surakarta : KTI
tidak diterbitkan
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
Saifuddin, A,B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: PT Mitra Cendikia.
Sondakh, J,J,S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudarti. 2010. Kelaianan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogjakarta: Nuha
Medika.
Sukarni, Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan Persalinan Nifas Dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogjakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Suryani, dkk. 2014. Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta Timur:
Dunia Cerdas.
_______, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogjakarta:
Nuha Medika.
________, Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi Dan
Kegawatdaruratan. Yogjakarta: Nuha Medika.
top related