asuhan keperawatan pada an. a dengan prioritas …asuhan keperawatan pada an. a dengan prioritas...
Post on 06-Mar-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma
2017
Asuhan Keperawatan pada An. A
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektrolit:
Gastroenteritis di RS. dr. Pirngadi Medan
Sirait, Nio Bonita
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2718
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit:
Gastroenteritis di RS. dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam rangka menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Nio Bonita Sirait
142500048
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan Karunia-Nya yang telah memberikan nafas kehidupan,
kesehatan dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit : Gastroenteritis di RSUD.
dr. Pirngadi Medan”. Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan diploma bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan arahan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M. Kep, Sp. KMB selaku wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Siti Saidah Nasution, S. Kp, M.Kep, Sp. Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi D-III
Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp. M.Biomed selaku dosen penguji yang dengan sabar
telah menguji dan membimbing penulis.
7. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
program pendidikan D-III Keperawatan.
8. Seluruh staf Dosen dan Pegawai Fakultas Keperawatan Sumatera Utara
Medan yang telah banyak memberi ilmu dan nasehat kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
iii
9. Kepada Orang Tua tercinta, ayah M. Sirait dan Ibunda R. Simbolon yang
sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian, dan kasih
sayang serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya Tulis
ilmiah ini dengan baik.
10. Seluruh teman-teman D-III Keperawatan stambuk 2014 terkhusus kepada
sahabat tercinta : Theresia, Hotnida, Yunita, Jelita, Putri, Winda, Mawar,
Lusia, Sofia yang membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa memberikan rahmat dan Karunia-Nya bagi kita
semua.
Medan, Juli 2017
Penulis
(Nio Bonita Sirait)
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Sampul
Lembar Persetujuan ............................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iv
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 4
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................... 4
1.3 Manfaat ................................................................................ 5
Bab 2 Pengelolaan Kasus ....................................................................... 6
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Kebutuhan Dasar Cairan Elektrolit ...................................... 17
1. Pengkajian ..................................................................... 18
2. Analisa Data .................................................................. 19
3. Rumusan Masalah ......................................................... 20
4. Perencanaan .................................................................. 20
5. Implementasi ................................................................. 20
6. Evaluasi ......................................................................... 20
B. Asuhan Keperawatan Kasus ................................................ 21
1. Pengkajian ..................................................................... 21
2. Analisa Data .................................................................. 32
3. Masalah Keperawatan ................................................... 33
4. Diagnosa Keperawatan Prioritas ................................... 33
5. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ...................... 34
6. Pelaksanaan Keperawatan ............................................ 36
Bab 3 Kesimpulan dan Saran ................................................................ 39
A. Kesimpulan .......................................................................... 39
B. Saran .................................................................................... 39
Daftar Pustaka ......................................................................................... 40
Lampiran ................................................................................................. 41
1. Catatan Perkembangan
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit gastroenteritis (diare akut) masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka
kesakitan dan kematian pada anak di berbagai negara termasuk Indonesia.
Gastroenteritis didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2008).
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap
tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Wong, 2008).
Penyebab gastroenteritis terbesar adalah karena infeksi. Gastroenteritis
infeksi bisa disebabkan oleh organisme bakteri, virus, dan atau parasit.
Kebanyakan mikroorganisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur
fekal-oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-
manusia dengan kontak yang erat (mis, pada tempat penitipan anak). Kurangnya
air bersih, tinggal berdesakan, higiene yang buruk, kurang gizi dan sanitasi yang
jelek merupakan faktor risiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri
atau parasit yang patogen. Penigkatan insiden dan beratnya penyakit diare pada
bayi juga berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut usia pada
kerentanan terhadap mikroorganisme patogen (Wong, 2008)
Rotavirus merupakan agens palig penting yang menyebabkan diare disertai
dehidrasi pada anak kecil diseluruh dunia. Gejala dapat berkisar mulai dari
gambaran klinik tanpa manifestasi gejala hingga kematian akibat dehidrasi.
Infeksi rotavirus menyebabkan sebagian perawatan rumah sakit karena diare berat
pada anak-anak kecil dn merupakan infeksi nasokomial (infeksi yang didapat
dirumah sakit) yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella,
Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering
Universitas Sumatera Utara
2
diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cyptosporidium merupakan
parasit paling sering menimbulkan diare infeksius akut.
Gastroenteritis saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan
kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan 4-5 juta orang meninggal karena
gastroenteritis akut. World health Organization (WHO) memperkirakan empat
milyar kasus terjadi didunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito,2007).
Indonesia mencatat angka kejadian gastroenteritis atau diare sekitar 120-
130 kejadian per 1000 penduduk, dan sekitar 60% kejadian tersebut terjadi pada
balita. Kejadian luar biasa setiap tahun terjadi sekitar 150 kejadian dengan jumlah
kasus sekitar 20.000 orang dan angka kematian sekitar 2% (Irianto et al, 1884).
Menurut data di Provinsi Sumatera Utara tahun 2005, penyakit diare
menyebabkan kematian pada saat terjadi Kejadian luar Biasa (KLB) di 6 (enam)
kabupaten yaitu, Kabupaten Deli Serdang dengan Attack Rate (AR) sebesar
0,82% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,23%, Kabupaten Asahan dengan
AR sebesar 0,04% dan CFR sebesar 4%, Kabupaten Labuhan Batu dengan AR
sebesar 3,29% dan CFR sebesar 1,62%, Kabupaten Simalungan dengan AR
1,16% dan CFR sebesar 2,6%, Kabupaten Mandailing Natal dengan AR sebesar
1,45% dan CFR sebesar 1,25%, dan Kabupaten Serdang Bedagai dengan AR
sebesar 0,01% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006). Berdasarkan data dinas
kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 203.371 kasus diare
disaana kesehatan dengan angka kematian sebanyak 12 kasus ( Dinkes Sumatera
Utara, 2014).
Medan salah satu kota di Sumatera Utara tidak terlepas dari masalah diare
karena penyakit ini sering terjadi pada iklim tropis. Dari data profil kesehatan
Kota Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi penderita diare rawat jalan di
puskesmas sebesar 5,8% (45.141) dari 780.706 penderita berbagai penyakit
lainnya (Dinkes Kota Medan, 2006). Sejak januari 2013, Rumah Sakit Umum
(RSU) dr Pirngadi Medan telah menangani sebanyak 478 penderita diare dn 10
penderita dinyatakan meninggal dunia (Edison, Peranginangin, humas RSUD dr.
Pirngadi).
Universitas Sumatera Utara
3
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari
semua diare adalah gangguan transportasi, larutan usus akibat perpindahan air
melalui membrane usus berlangsung pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran dan
larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium klorida dan glukosa. Dalam
tubuh individu yang sehat sekitar 69% dari barat badannya terdiri dari air dan
secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama yakni cairan
intraselular dan ekstraselular. Kompartemen cairan ekstraselular dapat dibagi lagi
menjadi cairan interstisial dan intravascular.
Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian homeostasis keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika dalam larutan cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan
dan minuman dan cairan intravena (IV) dan distribusi kebagian seluruh tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti dari air tubuh total dan elektrolit
kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
dengan yang lainnya (Daniel, 2013).
Terapi pertama yang dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang menderita
diare akut dan dehidrasi oral (oral dehydration therapy,ORT) atau pemberian
oralit. Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang pelayanan
kesehatan di dunia selama dawarsa yang lalu. Cara ini dipandang lebih efektif,
lebih aman, tidak memberikan rasa nyeri, dan juga biasanya lebih murah
dibandingkan dengan terapi intravena (pemberian infus). Sebagai hasilnya,
American acade-my of pediatrics, World Health organization (WHO) dan
Cennters for disease Control and Prevention merekomendasikan penggunaan
oralit sebagai terapi pilihan bagi sebagian besar kasus dehidrasi karena diare
(American Academy of Pediatrics, 1996; Gastanadudy da Begue, 1999; Hugger,
Harkles dan Rentschler, 1998;lasche dan Duggan, 1999). Larutan oralit
Universitas Sumatera Utara
4
meningkatkan dan mempermudah reabsorbsi natrium serta air, dan sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa larutan ini sangat mengurangi gejala muntah,
kehilangan cairan akibat diare dan lamanya sakit.
Ganguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama
diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga
tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Soliki, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit pada An.A dengan Gastroenteritis di ruang Melati I RSUD dr.
Pirngadi.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Mahasiswa mengetahui Analisa data asuhan keperawatan pasien pada
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Mahasiswa mengetahui rumusan masalah asuhan keperawatan pasien
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mahasiswa mengetahui perencanaan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Mahasiswa mengetahui implementasi asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Mahasiswa mengetahui kriteria hasil evaluasi asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Universitas Sumatera Utara
5
1.3 Manfaat
1. Penulis
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk melakukan asuhan
keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit.
2. Instansi kesehatan
Diharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan
dalam memberikan penyuluhan dan informasi atau masukan dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya bagi pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.
3. Instansi pendidikan
Diharapkan dapat mendapat menjadi bahan bacaan dan sumber informasi bagi
mahasiswa dan pendidik dalam melaksanakan program pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit
2.1.1 Definisi
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi
usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi > 1
tahun mengandung air sebanyak 70-75%. seiring dengan pertumbuhan seseorang
persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada
laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50% berat
badan (Vaughans, 2013).
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam sel dan
diluar tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan
dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati,
kulit dan paru-paru (Kozier, 2010).
2.1.2 Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
1. Volume cairan
Total body water (TBW) dapat ditentukan melalui beberapa
perhitungan yang menerapkan tehnik dilusi dengan menggunakan berbagai
zat seperti, deuterium, tritium dan antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel
biasanya diukur secara langsung akan tetapi lebih sulit dibandingkan
pengukuran air tubuh total. Hal ini disebabkan bahan yang digunakan dalam
proses dilusi harus hanya terdapat pada cairan ekstrasel dan tersebar pada
seluruh kompartemen ekstrasel (Tarwoto, 2006).
Beberapa cara mengukur kompartemen cairan tubuh, yaitu :
a. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat
terlarut di dalam kompartemen.
Konsentrasi zat = jumlah zat yang disuntikan volume distribusi
b. Dalam melakukan pengukuran jumlah air dalam kompartemen, perlu
dilakukan perhitungan (koreksi) zat-zat yang diekskresikan dalam kurun
Universitas Sumatera Utara
7
waktu yang dibutuhkan oleh zat tersebut sejak disuntikkan dan
terdistribusi kedalam kompartemen.
Vd : jumlah zat disuntikan – jumlah dieksresikan konsentrasi setelah
ekuibilibrium
c. Untuk mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat
tertentu yang terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen.
Sementara pengukuran volume kompartemen yang tidak mengandung zat
tertentu, dilakukan dengan melakukan pengurangan.
1) Untuk mengukur jumlah total air tubuh (total body water)
dibutuhkan zat deuterium atau disebut deuterated water (D2O),
tritium atau disebut tritiated water (THO). Dan antipirin.
2) Volume ekstraseluler (ekstracellular fluid volume, ECFV) diukur
dengan melakukan pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol
dan sulfat.
3) Volume intraselular (intracelular fluid volume, ICFV) diukur dengan
melakukan substaksi
ICF = TBW – ECFV
Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan
persentase ini berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin,
dan umur. Pengaruh terbesar adalah jumlah lemak tubuh. Kandungan air di
dalam sel lemak lebih rendah dibandingkan kandungan air dalam sel otot.
Sehingga cairan tubuh total pada orang yang gemuk lebih rendah dari mereka
yang tidak gemuk. Pada bayi dan anak persentase cairan tubuh total lebih
besar dibandingkan dengan orang dewasa dan akan menurun sesuai dengan
pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan tubuh total sebesar 70-
75% dari berat badan, sedangkan pada bayi normal dan pada orang dewasa
sebesar 55-60% dari berat badan.
Bila diperkirakan sekitar 55% berat tubuh merupakan air, maka
perhitungan cairan tubuh total menggunakan rumus :
Jumlah total air tubuh (L) = Berat badan (Kg) x 55%
Universitas Sumatera Utara
8
Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan
keseimbangan air tubuh normal. Pada keadaan dehidrasi berat, air tubuh total
berkurang sekitar 10% maka pada keadaan dehidrasi berat air tubuh total
dihitung
Jumlah air tubuh total (L) = 0,9 x Berat badan (Kg) x 55%
2. Distribusi cairan
Menurut Wong (2008), seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam
kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular. Lebih jauh
kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.
a. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung diantara sel disebut cairan intraselular. Cairan
intrasel (CIS) ditemukan berada didalam sel-sel tubuh. Pada orang
dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraseluler (sekitar 27 liter rata-rata untuk orang dewasa laki-laki dengan
berat badan sekitar 70 Kg), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari
berat badannya merupakan cairan intraselular
b. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada diluar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir,
sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat dicairan ekstraselular. Setelah
usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai dengan
sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada
dewasa muda dengan berat badan rata-rata 70 Kg. Cairan ekstraseluler
dibagi menjadi :
1) Cairan interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,
sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam
volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh. Volume ISF
adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
2) Cairan intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnya volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa
Universitas Sumatera Utara
9
sekitar 5-6 L dimana liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari
sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular
dan sekresi saluran pencernaa. Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluler adalah sekitar 1 L, tetapi cairan dalam jumlah banyak
dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.
Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel
(nutrien, oksigen, berbagai io, tracemierals dan regulator hormon/molekul).
3. Fungsi cairan
Menurut Tarwoto 2006, ada 5 fungsi cairan yaitu :
a. Sebuah medium untuk reaksi metabolik didalam sel.
b. Sebuah pengangkut gizi, produk sisa, dan zat lain ke sel.
c. Sebuah pelumas antar organ
d. Sebagai penyekat dan penyerap guncangan
e. Sebuah cara dalam mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.
2.1.3 Konsentrasi Cairan Tubuh
1. Osmolaritas
Osmolalitas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,
osmolaritas ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut total didalam
kompartemen cairan dan diukur sebagai bagian dari zat terlarut perkilogram
air. Dengan demikian osmolaritas menciptakan tekanan osmotic sehingga
mempengaruhi pergerakan cairan (Vaughans.2013)
2. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolalitas yang menyebabkan pergerakan air dari
kompartemen yang lain. Menurut Soegianto (2002) Beberapa istilah yang
terkait dengan tonisitas adalah sebagai berikut :
a. Larutan isotonik memiliki osmolalitas yang sama dengan cairan tubuh.
Salin normal, natrium klorida 0,9% yang merupakan sebuah larutan
isotonik.
Universitas Sumatera Utara
10
b. Larutan hipertonik memiliki osmolalitas yang lebih tinggi dibandingkan
cairan tubuh; natrium klorida 3% merupakan larutan hipertonik.
c. Larutan hipotonik seperti salin normal (nantrium klorida 0,45%),
sebaliknya.
2.1.4 Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstitial pada ruang vaskular menimbulkan
tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotic koloid.
Tekanan hidrostatik adalah teakanan yang disebabkan karena volume cairan dalam
pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh. Tekanan onkotik merupakan
tekanan yang disebabkan karna protein (Tarwoto,2006).
2.1.5 Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,
masuk kepembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh.
Menurut Hidayat (2012), Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut lain
adalah dengan cara osmosis, difusi,filtrasi dan transpor aktif:
1. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel, dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak menuju zat terlarut yang
berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan
konsentrasi.
2. Difusi
Difusi merupakan percampuran kontinu beberapa molekul di dalam cairan,
gas atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul secara acak.
Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan ukuran molekul, konsentrasi
larutan, dan suhu larutan.
3. Filtrasi
Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat terlarut secara
bersama menyembrangi sebuah membran dari satu kompartemen ke
kompartemen yang lain. Pergerakan terjadi dari area bertekanan tinggi ke area
bertekanan rendah.
Universitas Sumatera Utara
11
4. Transpor aktif
Zat dapat bergerak menyebrangi membran sel dari larutan berkonsentrasi
rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi dengan sebuah transfor aktif. Proses
ini terutama penting dalam mempertahankan perbedaan konsentrasi ion
natrium dan kalium didalam CIS dan CES.
2.1.6 Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output. Pemasukan cairan
berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1800-
2500ml/hari. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine
1200-1500ml/hari, feses 100ml, paru-paru 300-500ml, dan kulit 600-800ml
(Tarwoto, 2006).
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
1. Usia
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang jauh
lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka lebih
tinggi meningkatkan kehilangan cairan
2. Jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Air tubuh total dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Karena sel
lemak mengandung lebih sedikit atau sama sekali tidak mengandung air dan
jaringan tanpa lemak memiliki kandungan air lebih tinggi.
3. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
4. Gaya hidup
a. Diet : pada saat tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah cadangan
energi
b. Stress : dapat meningkatkan metabolisme selular, kadar konsentrasi
glukosa darah, dan kadar katekolamin, stress dapat meningkatkan
produksi ADH, yang pada gilirannya menurunkan produksi urin.
Universitas Sumatera Utara
12
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan (Vaughans, 2013)
2.1.8 Pengaturan Keseimbangan Cairan
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
a. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiostensin II yang dapat dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan supstratneural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
b. Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan osmotic dan
mengantisivasi jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
2. Antidiuretik hormon (ADH)
Hormon yang mengatur sekresi dari ginjal, disintesis dibagian anterior
hipotalamus dan bekerja pada duktus kolektivus nefron.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin-angiotensin
serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
4. Prostaglain
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jarigan
dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi
uterus dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal prostagladin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH
5. Glukokortikoid
Meningkatkan responsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan olume darah (Kozier, 2010).
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.9 Cara Pengeluaran Cairan
Menurut Tarwoto 2006, Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ
seperti :
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urin untuk semua usia 1 ml/Kg/jam.
c. Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat dan demam
c. Disebut juga isensibel water loss (IWL) sekitar 15-20ml/jam.
3. Paru-paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100-200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/Kg/BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1
derajat Celcius.
2.1.10 Pengaturan Elektrolit
1. Natrium (Na+)
a. Merupakan kation yang terbanyak dicairan ekstrasel dan merupakan
kontributor utama terhadap osmolalitas serum.
b. Na+
mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan
kontraksi otot
Universitas Sumatera Utara
14
c. Sodium diatur oleh intake garam,aldosteron, dn pengeluaran urin.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/liter.
2. Kalium (K+)
a. Kalium merupakan kation utama didalam intrasel.
b. Kalium sangat penting pengaturan elektrolit
c. Berfungsi sebagai eskatibilitas neorumuskular dan kontraksi otot.
d. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, pengaturan
keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion
hidrogen. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/liter
3. Kalsium
a. Sebagian besar kalium didalam tubuh berada didalam sistem rangka,
relatif sedikit berada di dalam cairan ekstrasel
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormon paratidroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
d. Hormon tirokkalsitonim menghambat penyerapan Ca+
4. Magnesium (Mg2+
)
a. Magnesium ditemukan didalam tulang rangka dan cairan intrasel
b. Magnesium berfungsi untuk metabolisme intrasel, yang terutama terlibat
dalam produksi dan penggunaan ATP.
5. Klorida (Cl-)
a. Klrorida merupakan anion utama dalam CES
b. Klorida merupakan komponen utama asam lambung sebagai asam
hidroklorida (HCl) dan terlibat dalam pengaturan keseimbangan asam
basa.
6. Fosfat PO4-
a. Merupakan anion utama dalam cairan intrasel
b. Terdapat dalam CE, tulang otot rangka dan jaringan saraf. Anak-anak
memiliki kadar fosfat yang lebih tinggi dibanding orang dewasa.
c. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme
karbohidrat, dan pengaturan asam basa
d. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
Universitas Sumatera Utara
15
7. Bikarbonat HCO3-
a. Bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan ekstrasel
b. Bikarbonat berfungsi untuk mengatur keseimbangan asam basa sebagai
komponen esensial dan sistem buffer asam karbonat dan bikarbonat,
kadar bikarbonat diatur oleh ginjal (Lowry, 2014).
2.1.11 Masalah Keseimbangan Cairan
1. Hipovolemia
Kondisi dimana kekurangan cairan tubuh yang disebabkan oleh asupan yang
tidak memadai atau kehilangan berlebihan. Kehilangan cairan berlebihan
dapat terjadi ketika muntah, diare, perdarahan, penggunaan diuretik berlebih,
trauma karena sakit ginjal, kekurangan aldostero dan melepuh akibat luka
bakar dan askites. Hipovolemia yang berlangsung lama dapat menimbulkan
gagal ginjal akut (Vaughans, 2013).
2. Hipervolemia
Kondisi dimana kelebihan cairan disebabkan oleh asupan berlebihan atau
berkurangnya ekskresi cairan. Kondisi yang menyebabkan menurunnya
eksresi cairn antara lain gagal jantung penyakit renal, kelainan endokrin, dan
terkadang kelainan sistem saraf pusat dan pulmonai (Tarwoto, 2006).
2.1.12 Ketidakseimbangan Asam Basa
Pada keadaan normal pH serum darah dipertahankan sekitar 7,35-7,45 agar
aktivitas sel dan reaksi kimia dapat berjalan secara optimal. Keseimbangan asam
basa ditentukan oleh adanya kadar ion hidrogen dalam cairan intrasel maupun
ekstrasel. Ion hidrogen adalah hasil akhir dari katabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein serta penguraian dari asam karbonat (H2CO3) yang merupakan senyawa
CO2 dengan air. Jika kadar pH kurang dari 7,35 disebut asidosis, sedangkan, jika
pH lebih dari asam atau kekurangan bikarbonat dalam larutan tubuh
Universitas Sumatera Utara
16
Menurut Tarwoto 2006, Keseimbangan asam basa diklasifikasikan menjadi
asidosis metabolic, asidosis respiratorik, alkalosis respiratoric.
1. Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang CO2 dari
cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan pCO2 arteri diatas 45mmHg
dengan penurunan pH<7,35
Penyebab : penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernapasan (trauma kepala, perdarahan, narkotik, anastesi, dan lain-lain
2. Alkalosis respiratorik
Disebabkan karna kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih
tinggi dalam produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan pCO2 arteri
<35 mmHg, pH7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, ansietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumoni, dan emboli paru
3. Asidosis metabolik
Terjadi akibat akumulasi abnormal pixed acid atau kehilangan basa pH arteri
<7,35, HCO3 menurun dibawah 22 mEq/liter
Gejala : pernapasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4. Alkalosis metabolik
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan rasa pada cairan
tubuh. Bikarbonat plasma meningkat >26 mEq/liter dan pH arteri > 7,45.
Penyebab ; mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO3, antasida, soda
kue) untuk mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung.
2.1.13 Kelainan Elektrolit dan Metabolik
1. Muntah
Muntah adalah ejeksi kuat dari isi lambung, penyebab tersering adalah
gastroenteritis. Pada anak, pikirkan infeksi sistemik, ingesti toksik,
apendisitis, sindroma reye, dan pertusis. Jika muntah adalah gejala satu-
satunya, pikirkan peninggian tekanan intracranial.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Diare
Banyak penyebab diare akut dan kronik. Penyebab infeksi mencakup virus
(rotavirus tersering), bakteri (salmonella,shigella, campylobakter tersering,
parasit (giardia, Csriptosporidium), infeksi terlokalisir ditempat lain, terkait
antibiotik dan keracunan makanan khususnya sari buah sindroma, susu iriatif,
intoleransi protein susu, intoleransi laktosa setelah diare infeksi dan radang
usus.
3. Dehidrasi
Prinsip umum untuk mengatasi dehidrasi
a. Timbang BB
b. Pastikan menambahkan kehilangan yang sedang berlangsung ke jumlah
rumatan+cairan dan elektrolit pengganti
c. Jika dehidrasi sedang atau berat, berikan bolus cairan awal 20 ml/kg RL
atau NS dalam 20 menit. Ulangi bolus jika respon tidak adekuat.
d. Pada dehidrasi hipotonik dan isotonic, hitung cairan dan elektrolit total
(rumatan+pengganti deficit) untuk 24 jam pertama, berikan separuhnya 8
jam pertama dan selebihnya dalam 16 jam berikutnya, pada dehidrasi
hipertonik, koreksi deficit cairan dan elektrolit perlahan-lahan dalam 48
jam.
e. Jangan tambahkan kalium ke infuse, keculi jika urine sudah ada.
Pengecualian adalah ketoasidosis diabetic, dimana koreksi
hiperglikemiadan asidosis cepat mengakibatkan hipokalemia.
f. Tambah cairan rumatan sebesar 12% untuk setiap derajat Celcius diatas
37 derajat Celsius.
Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram, dan pusing.
Universitas Sumatera Utara
18
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Cairan Elektrolit
1. Pengkajian
Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh
terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukannya. Terkait dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang
perlu dikaji oleh perawat antara lain :
a. Riwayat pengkajian.
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dam makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan
dan elektrolit.
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan :
1) Ringan : lebih kurang 2%
2) Sedang : lebih kurang 5%
3) Berat : lebih kurang 10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama.
2) Keadaaan umum
1) Pengukuran tanda vital seperti temperatur, tekanan darah, nadi,
dan pernapasan
2) Tingkat kesadaran
Universitas Sumatera Utara
19
3) Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parenterl termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : volume, kejernihan atau kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
lebih kurang 200 cc
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
1) Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa
2) Kardivaskular : distensi vena jugularis, teakanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran
5) Gatrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, bising usus.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat, jenis urine, dan analisis
gas darah.
2. Analisa data
Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan
keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan
perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah
kesehatan tertentu, dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat
Universitas Sumatera Utara
20
mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, singkat dan lengkap (Potter dan
Perry, 2005).
Pengumpulan data yang tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak sesuai
mengarah pada identifikasi kebutuhan keperawatan klien yang tidak tepat dan
akibatnya diagnosa keperawatan yang dibuat menjadi tidak akurat, tidak
lengkap atau tidak sesuai.data yang tidak akurat terjadi bila perawat tidak
berhasil mengumpulkan informasi yang relevan dengan area spesifik atau jika
perawat tidak tertur atau tidak terampildalam teknik pengkajian (Potter dan
Perry, 2005)
3. Rumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi
kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat
diarahkan pada pemilihan diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosis
keperawatan akan tampak dengan jelas berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
yang saksama. Diagnosis utama yang cocok untuk bayi atau anak diuraikan
dalam rencana asuhan keperawatan. Diagnosis lainnya akan terbukti
berdasarkan usia, kondisi, dan etiologi diare.
4. Perencanan
Fase ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan, selama fase
ini diagnosis diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil disusun, intervensi
diidentifikasi, dan sebuah rencana asuhan tertulis dikembangkan. Berikut ini
merupakan tujuan yang akan dicapai pada bayi atau anak yang mengalami
dehidrasi dan bagi keluarganya:
1. Bayi atau anak akan mempertahankan hidrasi yang memadai
2. Bayi atau anak akan mempertahankan status nutrisi yang tepat menurut
usia.
3. Keluarga akan mendapat dukungan dan penyuluhan yang tepat.
5. Implementasi
Merupakan fase proses keperawatan dimana rencana diterapkan dalam
tindakan. implementasi melibatkan penilaian yang berkesinambungan
mengenai situasi untuk memprioritaskan secara tepat dan membuat
modifikasi saat diperlukan. Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut
dapat dilaksanakan dirumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada
Universitas Sumatera Utara
21
keluarga tentang penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang
tepat. Keluarga diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya
jumlah popok yang basah atau frekuensi berkemih; memantau cairan yang
masuk lewat mulut; dan menilai frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang
hilang lewat feses. Jika anak diare akut dan dehidrasi di rumah sakit,
penimbangan berat badannya harus dikerjakan dengan akurat disamping
dilakukannya pemantauan asupan dan haluaran cairan yang cermat. Anak
dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa pemberian apapun lewat
mulut (puasa) selama 12 sampai 48 jam. Pemantauan pemberian cairan infus
merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat harus yakin bahwa cairan
serta elektrolit yang diberikan lewat infus tersebut sudah memiliki
konsentrasi yang benar; kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan
cairan dengan colume yang dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi
pemberian infus harus dijaga (wong, 2008)
6. Evaluasi
Fase kelima dari proses keperawatan adalah evaluasi. Dalam proses
keperawatan, evaluasi umumnya merupakan penentuan dari efektivitas
rencana asuhan terhadap seorang pasien.
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya
keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam
batas normal, berat badn sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada
penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema, dan lain sebagainya
(Hidayat, 2012).
Universitas Sumatera Utara
22
PROGRAM D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Tuama Gg. Kasan Medan
Tanggal Masuk RS : 11 Mei 2017
No. Register : 01. 02. 99. 41
Ruangan / kamar : Melati 1
Golongan darah : O
Tanggal pengkajian : 11 Mei 2017
Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : Gastroenteritis
I. KELUHAN UTAMA
Ny. M mengatakan An. A mengalami muntah dan mencret 1 hari yang lalu
yang disebabkan oleh An. A makan jajanan sembarangan yang dibelinya di
lingkungan tempat tinggalnya.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/pallitive
1. Apa penyebabnya : Ny. M mengatakan An. A jajan sembarangan di
lingkungan rumahnya
2. Hal-hal yang mempengaruhi keadaan : Ny. M memberikan obat sakit
kepala dan obat sakit perut kepada An. A yang dibeli warung.
Universitas Sumatera Utara
23
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan : klien lemas, dan nyeri dibagian abdomen.
2. Bagaimana dilihat : klien terlihat lemas, mukosa mulut dan bibir
kering, kulit klien tampak kering, turgor kembali agak lambat, terjadi
penurunan BB 1 Kg
C. Region
1. Dimana lokasinya : klien mengalami mual pada bagian abdomen
2. Apakah menyebar : klien mengatakan tidak menyebar
D. Severity
An. A mengalami diare dengan dehidrasi ringan ditandai turgor klien
masih baik, mukosa bibir dan mulut kering dan klien tidak mau minum
banyak, terpasang infus 60 tts/i.
E. Time
Muntah dan mencret dialami klien sejak 1 hari yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Ny. M mengatakan An. A tidak pernah mengalami sakit seperti ini, tapi
An. A pernah step pada umur 1 tahun karena demam.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. M mengatakan membawa An. A ke RSUD Dr. Pirngadi
C. Pernah dirawat/operasi
Ny. M mengatakan An. A Pernah dirawat di RSUD Dr. Pirngadi
D. Lama dirawat
Ny. M mengatakan An. A dirawat selama 3 bulan
E. Alergi
Ny. M mengatakan kalau An. A alergi telur
F. Imunisasi
Ny. M mengatakan imunisasi yang dilakukan pada An. A lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Tn. S dan Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan hingga
sekarang masih tetap sehat.
Universitas Sumatera Utara
24
B. Saudara kandung
Saudara kandung An. A tidak memiliki riwayat penyakit seperti An. A
C. Penyakit keturunan yang ada
Ny. M mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan baik dari
keluarga Tn. S ataupun Ny. M hanya saja, Ny. M mengatakan bahwa
keluarga dari pihak Tn. S dan Ny. M merupakan perokok aktif
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ny. M mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ny. M mengatakan nenek dan kakek dari klien sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Ny. M mengatakan kakek dan nenek An. A meninggal karena gastritis
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien ingin cepat sembuh
B. Keadaan emosi:
Keadaan emosi An. A baik
C. Hubungan sosial:
Orang yang berarti : Orang tua
Hubungan dengan keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada, Ny. M
mengatakan tetangga datang ke RS menjenguk An. A
D. Spiritual:
Nilai dan keyakinan : An. A menganut agama Kristen Protestan
Kegiatan ibadah : Ny. M mengatakan selama dirawat di rumah sakit
An. A menyanyikan lagu rohani bersama kakak nya dan berdoa.
VII. STATUS MENTAL
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Penampilan : Rapi
Pembicaraan : Lambat
Universitas Sumatera Utara
25
Alam perasaan : Lesu
Afek : Labil
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran umum An. A compos mentis, seluruh anggota tubuh lengkap
dan berfungsi dengan baik, tidak ada cacat yang dibawa sejak lahir
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37,8 oC
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/i
Pernapasan : 23 x/i
Skala nyeri : -
TB : 100 cm
BB : 15 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk : kepala bentuk oval
Kulit kepala : kulit kepala kuning langsat, bersih
Rambut
Penyebaran dam keadaan rambut: distribusi rambut merata
Bau : rambut tidak berbau
Warna kulit : warna kulit putuh
Wajah
Warna kulit : warna kulit An. A kuning langsat
Struktur wajah : wajah An. A terlihat simetris,
normal
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : mata An. A lengkap dan simetris
Palpebra : normal dan tidak ada gangguan
Konjungtiva dan sklera : pucat dan tampak anemis
Pupil : refleks terhadap cahaya normal
Universitas Sumatera Utara
26
Cornea dan iris : transparan dan jernih
Visus : normal
Tekanan bola mata : cekung
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung ada dan
septum nasi normal
Lubang hidung : normal
Cuping hidung : cuping hidung tidak ada
Telinga
Bentuk telinga : bentuk telinga normal
Ukuran telinga : normal
Lubang telinga : lengkap
Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir : mukosa bibir An. A tampak
kering
Keadaan gusi dan gigi : keadaan gusi kering, tidak ada
lesi
Keadaan lidah : keadaan lidah An. A simetris
Orofaring : -
Leher
Posisi trachea : posisi trachea medial
Thypoid : tidak ada tanda massa
Suara : suara An.A tampak lemah
Kelenjar limfe : normal, tidak ada tanda edema
Vena jugularis : ada dan teraba
Denyut nadi karotis : ada dan teraba
Pemeriksaan integumen
Kebersihan : kulit An. A tampak bersih
Kehangatan : kulit terasa hangat ketika diraba
Warna : warna kulit An. A kuning langsat
Universitas Sumatera Utara
27
Turgor : turgor baik
Kelembaban : kulit An. A tampak kering
Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit An. A
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk : ukuran dan bentuk payudara An. A
normal dan simetris
Warna payudara dan areola : warna coklet dan areola berwarna
hitam kecoklatan
Kondisi payudara dan puting : normal dan tidak ada
pembengkakan
Produksi asi : -
Aksila dan clavicula : normal dan simetris kiri dan kanan
Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest,pigeon chest,
flail chest, cifos coliasis) : normal
Pernapasan (frekuensi, irama) : frekuensi napas klien 23x/i
Tanda kesulitan bernapas : tidak ada
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : palpasi suara paru kiri dan kanan sama
Perkusi : resonan
Auskultasi (suara napas, suara ucapan,suara tambahan) : suara
napas vesikuler
Pemeriksaan jantung
Inspeksi : -
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : dullnes
Auskultasi :bunyi jantung normal lup dup
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris kiri dan kanan
Auskultasi : terdengar peristaltik
Universitas Sumatera Utara
28
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, klien) : nyeri
tekan(-), benjolan (-), ascites (-), hepar (-).
Perkusi (suara abdomen) : terdengar suara tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genetalia (rambut pubis, lubang uretra): terdapat lubang uretra
Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :
lubang anus (+), kelainan pada anus (-)
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema) :
Muskuloskeletal/ekstremitas simetris, kekuatan otot (+), edema (-).
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis)
Neurologi baik
Fungsi motorik
Selama sakit klien malas berjalan
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas
dingin, getaran)
Fungsi sensorik normal
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles,
plentar)
Tidak dilakukan
IX. POLA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Frekuensi makan / hari : 3 x/hari
Nafsu/ selera makan : tidak selera
Nyeri ulu hati : tidak ada
Alergi : An. A alergi makan telur
Mual dan muntah : An. A mual dan muntah
Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : klien
normal
Waktu pemberian makan : makan pagi jam 07.00 WIB, makan siang
jam 12.00 WIB, makan malam jam 18.00 WIB
Jumah dan jenis makan : 1/3 dari porsi makanan
Universitas Sumatera Utara
29
Waktu pemberian cairan/ minum : waktu pemberian susu formula
dan air putih tidak dapat ditentukan
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Kesulitan makan (-), mengunyah (-)
II. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan diri : An. A tampak bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut An. A tampak bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan kuku tangan An. A
bersih
III. Pola kegiatan/ aktivitas
Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Klien masih dibantu oleh orang tua dalam melakukan aktivitas.
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama An. A sakit sering menynyikan lagu rohani dan berdoa
IV. Pola Eliminasi
a. BAB
Pola BAB : 3-6 x sehari
Karakter fes es : cair
Riwayat perdarahan : -
BAB terakhir : 11 Mei 2017 jam 14.00 WIB
Diare : An. A mengalami diare
Penggunaan laksatif : -
b. BAK
Pola BAK : 6 x
Karakter urine : bening
Nyeri/ rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Upaya mengatasi masalah : tidak ada
Universitas Sumatera Utara
30
Hasil Lab
Parameter Nilai Normal
WBC
RBC
HGB
ACT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RNW-CV
RDW-SD
PDW
MPV
P-LCR
PCT
11,84
4,16
12,00
36,20
87,00
28,8
33,1
464
12,8
39,3
7,4
8,0
8,20
0,37
( 10 3
/uL )
(10-6
/uL)
(g/ dL)
(%)
(fL)
(Pg)
(g/dL)
(10 3
/uL)
(%)
(fL)
(fL)
(%)
(%)
(%)
4.0 – 11.0
4.00 – 5,40
12 – 16
36.0 – 48.0
80,0 – 97,0
27,0 – 33,7
31,5 - 35, 0
150 – 400
10,0 – 15,0
35 – 47
10,0 – 18,0
6,5 – 11,0
15,0 – 25,0
0,2 – 0,5
Pengukuran Balance Cairan
Tanggal Input Output Balance cairan
12/05/2017 Minum : 100 cc
Makan : 100 c
Infus : 1500 cc
+
1780 ml
Urine : 1000 cc
Feses : 600 cc
Muntah : 100 cc
IWL : 120 cc
+
1800 cc
Input – (Output+IWL)
1780 cc – 1800 cc
= (-) 20 cc
13/05/2017 Minum : 120 cc
Makan : 100 cc
Infus: 1500 cc
+
1720 cc
Urine : 1000 cc
Feses : 600 cc
Muntah : 100 cc
IWL : 120 cc
+
1800 cc
Input - (Output+IWL)
1720 cc – 1800 cc
= (-) 60 cc
14/05/2017 Minum : 100 cc
Makan : 120 cc
Infus : 1500 cc
+
1640 cc
Urine : 1000 cc
Feses : 500 cc
Muntah : 100 cc
IWL : 120 cc
+
1720 cc
Input - (Output + IWL)
1640 cc – 1720 cc
= (-) 80 cc
Universitas Sumatera Utara
31
Jenis Terapi
Jenis Terapi/Obat Dosis Fungsi Efek samping
Zinkid 20 gram 1x2 Zink dispersibel tablet
sebagai terapi pelengkap
diare pada anak-anak
yang digunakan bersama
ORS (Oral Rehydation
Salts)
Dosis tinggi zink
untuk periode lama
dapat
menyebabkan
penurunan
lipoprotein plasma
dan absorbsi
tembaga.
Pct 170 mg 3x1 Paracetamol adalah obat
yang digunakan Untuk
penanganan demam dan
nyeri sebagai antipiretik
dan analgesik
- Menghambat
sikloseginase
pusat
- Menghambat
sintesa
prostagladin
Metronidazol 3x1 Metronidazol adalah obat
yang digunakan untuk
mengobati bakteri yang
sudah terdeteksi
Metronidazol adalah
antimikoba yang
termasuk golongan
nitroimidazol.
Kadang-kadang
timbul rasa
mual,
anoreksia.
Nyeri pada
epigastrium.
Rasa tidak enak
dimulut,
penurunan
nafsu makan,
mual, muntah,
atau gangguan
pada saluran
cerna sering
dilaporkan.
IVFD Rl 60 gtt/i Ringer laktak berguna
untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi
Panas, infeksi pada
tempat penyuntikan
Universitas Sumatera Utara
32
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS:
Ny. M mengatakan An. A
muntah kurang lebih 10 kali,
BAB cair, sedikit ampas,
muntah jika diberi makan atau
susu terjadi sejak 1 hari yang
lalu.
Ny. M mengatakan An. A
tidak mau minum
Data objektif
Os BAB dengan konsistensi
cair dan sedikit ampas
BAB 3-6x
KU : kulit kering, mukosa
mulut dan bibir kering, mata
cekung, BAK 8-10 x perh
hari, BB turun 1 Kg, tidak
selera makan.
Bising usus 23 x/ i
TTV : suhu : 37,50C
HR : 90x/i
RR : 20 x/i
TD : 100/60 mmHg
Terpasang infus RL 60 gtt/i
Makanan dan minuman
yang terkontaminasi oleh
bakteri
Dikonsumsi oleh anak
Infeksi pada usus
(enteritis)
muntah dan mencret
Volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
Diare dehidrasi ringan
Kekurangan
volume cairan
2 DS :
Ny. M mengatakan An. A
minum susu hanya sedikit, dan
jika dipaksa untuk minum dan
makan, maka An. A akan
muntah.
Ny. M mengatakan An. A
tidak selera makan
DO :
An. A tidak selera makan,
minum susu hanya sedikit, BB
turun 1 Kg.
An. A tidak menghabiskan
porsi makan yang disediakan
TD : 100/60 mmHg
Mual dan muntah
Motilitas usus meningkat
Sekresi asam lambung
menurun
Haus ingin minum
Rongga usus penuh
dengan air
Perut terasa penuh
Tidak selera makan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Universitas Sumatera Utara
33
3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah dan mencret yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu
ditandai dengan mukosa bibir dan mulut kering, turgor kulit kembali
lambat, Mata Cekung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang
dialami An. A ditandai dengan Ny. M mengatakan An. A nafsu
makannya berkurang, berat badan menurun, kulit kering.
c. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan Ny. M mengatakan tidak pernah mendapat informasi
tentang penyakit yang dialami anaknya
4. Diagnosa Keperawatan Prioritas
a. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu ditandai
dengan berat badan An. A turun 1 kg, terpasang infus dengan cairan RL
60 gtt/menit, mata An. A tampak cekung, mukosa bibir dan mulut kering.
KU : An. A tampak lemas,
kulit kering
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 DS:
Ny. M mengatakan cemas
terhadap anaknya yang sedang
dirawat.
DO:
Orang tua klien tampak cemas
dan gelisah
Orang tua klien mengatakan
kurang tahu tentang penyakit
anaknya
Proses penyakit
Kurang terpajan
informasi tentang
penyakit
Kurang pengetahuan
Kurang
pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
34
5. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
No. Dx Perencanaan
1. Gangguan
volume
cairan
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
muntah dan
mencret
yang dialami
An. A sejak
1 hari yang
lalu ditandai
dengan
mukosa bibir
dan mulut
kering,
turgor kulit
kembali
lambat, mata
cekung
Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan
mempertahankan rehidrasi kuat
Kriteria hasil :
Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
Rencana tindakan Rasional
1. Berikan cairan oral dan
parenteral sesuai dengan
program rehidrasi
2. Pantau intake dan out put
3. Timbang BB anak tiap
hari
4. Kaji warna kulit anak,
turgor kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler,
dan membran mukosa.
5. Kaji tanda vital,
tanda/gejala dehidrasi,
dan hasil pemeriksaan
laboratorium
1. Sebagai upaya rehidrasi
untuk mengganti cairan.
2. Asupan dan haluaran cairan
menentukan status hidrasi
anak dan menjadi pedoman
dalam terapi penggantian
cairan.
3. BB secara langsung
mengukur status hidrasi
4. Kulit pucat, turgor kulit
buruk, fontanel yang
melesak kedalam,
penurunan tingkat
kesadaran, peningkatan
waktu pengisian-ulang
kapiler, dan membran
mukosa kering
mengidentifikasikan
dehidrasi
5. Untuk menilai status
hidrasi,elektrolit dan
keseimbangan asam basa
2. Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
muntah yang
dialami An.
A ditandai
dengan Ny.
M
mengatakan
An. A nafsu
makannya
berkurang
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan berat badan
stabil dan meningkat.
Tujuan dan kriteria hasil : anak menunjukkan status nutrisi
yang baik dan menunjukkan penambahan berat badan.
Rencana tindakan Rasional
1. Timbang berat badan anak
setiap hari.
2. Jaga kebersihan mulut
pasien
3. Berikan makan sedikit
tapi sering setiap 2-3 jam.
4. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi
5. Instruksikan keluarga
dalam memberikan diet
yang tepat
1. Memberikan informasi
perubahan berat badan.
2. Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu makan
3. Untuk meningkatkan intake
makanan
4. Untuk memperbaiki status
nutrisi klien
5. meningkatkan kepatuhan
keluarga terhadap program
terapeutik.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
proses
penyakit
ditandai
dengan Ny.
M
mengatakan
tidak pernah
mendapat
informasi
tentang
penyakit
yang dialami
anaknya
Tujuan: keluarga memahami penyakit anak dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan
Kriteria Hasil : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit.
Tindakan Keperawatan Rasional
1. Berikan informasi kepada
keluarga tentang penyakit
anak dan tindakan
terapeutik.
2. Bantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman
dan dukungan pada anak
3. izinkan anggota keluarga
untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak
sebanyak yang mereka
inginkan
4. Instruksikan keluarga
mengenai pencegahan
terhadap proses penyakit
5. Pendkes tentang
penggunaan obat Zink
1. Untuk mendorong
kepatuhan terhadap
program terapeutik,
khususnya jika berada di
rumah.
2. Untuk memberikan rasa
nyaman terhadap anak
3. Untuk memenuhi
kebutuhan anak dan
keluarga
4. Untuk mencegah
penyebaran penyakit
Universitas Sumatera Utara
36
6. Pelaksanaan Keperawatan
Hari/Tanggal No.
Dx Implementasi Evaluasi
Jumat/
12 Mei 2017
1 1. Memberikan cairan oral
dan parenteral sesuai
dengan rehidrasi
2. Memantau intake dan
outpu
3. Menimbang BB anak
tiap hari
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa
5. Mengkaji tanda-tanda
vital, tanda dan gejala
rehidrasi
S : -
O :
Anak tampak lemas,
mata cekung, mukosa
bibir dan mulut
kering, feses encer,
BB 15 Kg, kulit
kering
TTV : suhu 37,5 0C
A :
Kerurangan volume
cairan
P :
Intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat badan
anak setiap hari
2. mengkaji kebersihan
mulut pasien
3. Memberikan makan
sedikit tapi sering setiap
2-3 jam
4. Meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
5. Mengkaji intake dan
output klien
S :
Ny. M mengatakan
An. A tidak mau
makan, makanan yang
dimakan selalu
dimuntahkan
O :
An. A tampak lemah,
BB 15 Kg.
BAB 6x sehari
A :
Masalah belum
teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
3 1. Memberikan informasi
kepada keluarga tentang
penyakit anak dan
tindakan terapeutik.
2. Memantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman
dan dukungan pada anak
3. izinkan anggota keluarga
untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak
sebanyak yang mereka
inginkan
4. instruksikan keluarga
mengenai pencegahan
terhadap proses penyakit
S :
Ny. M mengatakan
sudah mengerti
tentang proses
penyakit.
O :
Ny. M tampak tenang
A :
Masalah teratasi
sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
37
5. Memberikan pendkes
tentang kegunaan obat
Zink
Sabtu/
13 Mei 2017
1 1. Memberikan cairan oral
dan parenteral sesuai
dengan rehidrasi
2. Memantau intake dan
output
3. Menimbang BB anak
tiap hari
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa
5. Mengkaji tanda-tanda
vital, tanda dan gejala
rehidrasi.
S : -
O :
mukosa bibir dan
mulut kering, feses
cair, BB 15,2 kg, kulit
tampak lembab
TTV : suhu 37,30C
A :
masalah teratasi
sebagian
P :
intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat badan
anak setiap hari
2. Menjaga kebersihan
mulut klien
3. Memberikan makan
sedikit tapi sering setiap
2-3 jam
4. Meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
5. Mengkaji intake dan
output klien
S :
Ny. M mengatakan
anak sudah mau
makan tapi masih
sedikit, muntah
berkurang
O :
An. A tampak segar,
BB 15,2 kg
A :
masalah tertasi
sebagian sebagian
P :
intervensi dilanjutka
3 1. Memberikan informasi
kepada keluarga tentang
penyakit anak dan
tindakan terapeutik.
2. Memantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman
dan dukungan pada anak
3. Izinkan anggota keluarga
untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak
sebanyak yang mereka
inginkan
4. Instruksikan keluarga
mengenai pencegahan
terhadap proses penyakit
5. Memberikan Pendkes
S : Ny. M mengatakan
sudah mengerti
tentang proses
penyakit
Ny. M mengatakan
sudah mengerti cara
merawat klien
O :
Ny. M tampak tenang
A :
Masalah teratasi
P :
intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
38
tentang kegunaan obat
zink
Minggu/
14 Mei2017
1 1. Memberikan cairan oral
dan parenteral sesuai
dengan rehidrasi
2. Memantau intake dan
output
3. Menimbang BB anak
tiap hari
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa
5. Mengkaji tanda-tanda
vital, tanda dan gejala
rehidrasi.
S : -
O : mukosa bibir dan
mulut lembab,feses
sedikit cair banyak
ampas,BB 15,4 kg,
kulit lembab.
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
2 1. Menimbang berat badan
anak setiap hari
2. Memberikan makan
sedikit tapi sering setiap
2-3 jam
3. Meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
4. Mengkaji intake dan
output klien
S :
Ny. M mengatakan
anak sudah mau
makan dan minum,
dan tidak muntah lagi
O :
BB : 15,4 Kg
Makan
A :
masalah teratasi
P :
intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
39
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
An. A mengalami gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
berhubungan dengan mual dan muntah yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu
ditandai dengan output yang berlebihan, berat badan berkurang, kehilangan nafsu
makan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei 2017 sampai 14 Mei 2017, dan
ditemukan masalah gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output yang berlebihan ditandai dengan An. A muntah dan
mencret sejak 1 hari yang lalu. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah yang dialami An. A ditandai dengan Ny. M mengatakan An. A
nafsu makannya berkurang, mukosa bibir dan mulut kering, turgor kulit kembali
lambat, mata cekung. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan proses
penyakit ditandai dengan Ny. M mengatakan tidak pernah mendapat informai
tentang penyakit anaknya. Dilakukan implementasi berdasarkan intervensi selama
3 hari dan hasil evaluasi dari masalah yang dialami An. A yakni masalah teratasi.
3.2 Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya perawat
yang ada diruangan lebih aktif dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit
2. Bagi Istitusi Penidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas,
profesional, terampil, inovatif dan aktif. Sehingga mahasiswa mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang berkualitas.
3. Bagi keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga
pasien, keluarga dapat mendukung pasien dan memberikan pertolongan
pertama bagi pasien dengan masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.
Universitas Sumatera Utara
40
DAFTAR PUSTAKA
Axton, S. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Edisi Ketiga. Jakarta:
EGC.
Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih.
Edisi Kesepuluh. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia- Aplikasi Konsep
Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba
Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses, Dan
Praktik, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.
Soegianto. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa &Penatalaksanaan. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Speer, K. M. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinikal
Pathway. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika
Vhaugans, B. W. (2011). Keperawatan Dasar. Edisi Pertama. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperwatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta: EGC.
Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, alih bahasa Andri Hartono,
dkk. Edisi Keenam. Jakarta : EGC
.
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx
Hari/
Tanggal Pukul Imlpementasi Evaluasi
1 Senin/
15 Mei 2017
13.00
WIB
1. Memberikan
cairan oral dan
parenteral sesuai
dengan rehidrasi
2. Memantau intake
dan output
3. Menimbang BB
anak tiap hari
4. Mengkaji warna
kulit anak, turgor
kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang
kapiler dan
membran mukosa
5. Mengkaji tanda-
tanda vital, tanda
dan gejala
rehidrasi
S : -
O : mukosa bibir
dan mulut kering,
feses cair, BB 16
kg, kulit tampak
lembab
TTV :
suhu 37 0C
N : 90 x/i
RR : 23 x/i
TD : 100/60 mmHg
A :
masalah teratasi
sebagian
P :
intervensi
dilanjutkan
2 Senin/
15 Mei 2017
14.30
WIB
1. Menimbang berat
badan anak setiap
hari
2. Menjaga
kebersihan mulut
klien
3. Memberikan
makan sedikit tapi
sering setiap 2-3
jam
4. Meningkatkan
asupan cairan dan
nutrisi
5. Mengkaji intake
dan output klien
S :
Ny. M mengatakan
anak sudah mau
makan tapi masih
sedikit, muntah
berkurang
O :
An. A tampak segar,
BB 16 kg
A :
masalah teratasi
sebagian sebagian
P :
intervensi
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
42
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx
Hari/
Tanggal
Pukul Imlpementasi Evaluasi
1 Selasa/
16 Mei 2017
16 M
e
i
2
0
1
7
15.00
WIB
1. Memberikan
cairan oral dan
parenteral sesuai
dengan rehidrasi
2. Memantau intake
dan output
3. Menimbang BB
anak tiap hari
4. Mengkaji warna
kulit anak, turgor
kulit, tingkat
kesadaran, waktu
pengisian-ulang
kapiler dan
membran mukosa
5. Mengkaji tanda-
tanda vital, tanda
dan gejala
rehidrasi
S: -
O:
mukosa bibir dan
mulut tampak
lembab, feses
sedikit cair dan
banyak ampas, kulit
tampak lembab,
suhu 37 o C, BB 16
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi
dihentikan
2 16.00
WIB
1. Menimbang berat
badan anak setiap
hari
2. Menjaga
kebersihan mulut
klien
3. Memberikan
makan sedikit tapi
sering setiap 2-3
jam
4. Meningkatkan
asupan cairan dan
nutrisi
5. Mengkaji intake
dan output klien
S :
Ny. M mengatakan
An. A sudah nafsu
makan.
O :
An. A
menghabiskan
porsi makan yang
disediakan, mukosa
bibir dan mulut
lembab, BB 16 kg
A :
Masalah teratasi
P :Intervensi
dihentikan
Universitas Sumatera Utara
top related