audit judgment dalam tekanan ketaatan dan …
Post on 03-Dec-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AUDIT JUDGMENT DALAM TEKANAN KETAATAN DAN
KOMPLEKSITAS TUGAS
Oleh :
Christina Dwi Cahyaningrum
NIM : 232011139
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan diponegoro 52-60
:(0298) 321212, 311881
Telex 322364
Salatiga 50711- Indonesia
Fax. (0298) -321433
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Christina Dwi Cahyaningrum
NIM : 232011139
Program Studi : Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi :
Judul : Audit Judgment Dalam Tekanan Ketaatan dan
Kompleksitas Tugas
Pembimbing : Dr. Intiyas Utami, SE, MSi, Ak, CA
Tanggal diuji :
adalah benar-benar karya Saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 7 Januari 2015
Yang memberi pernyataan,
_______________________
Christina Dwi Cahyaningrum
iii
AUDIT JUDGMENT DALAM TEKANAN KETAATAN DAN
KOMPLEKSITAS TUGAS
Oleh :
Christina Dwi Cahyaningrum
NIM : 232011139
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
Disetujui oleh :
Dr. Intiyas Utami, SE, MSi, Ak, CA
Pembimbing Utama
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
iv
SARIPATI
Tekanan dari berbagai pihak berkepentingan diperkirakan mempengaruhi
auditor dalam membuat keputusan. Tugas yang rumit dan saling terkait juga
diperkirakan menghambat auditor dalam memperoleh informasi, memproses dan
menentukan audit judgment. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keakuratan
audit judgment yang dibuat oleh auditor yunior apabila berhadapan dengan
kondisi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Penelitian ini dilakukan di
Universitas Kristen Satya Wacana dengan partisipan mahasiswa S1 akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Penelitian ini menguji keakuratan audit judgment yang diberikan oleh
auditor yunior dalam keadaan tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Penelitian
ini menggunakan desain eksperimental 2x2x2 beetwen subject dengan total 114
partisipan mahasiswa yang berperan sebagai auditor yunior menghasilkan 80 data
siap olah. Perlakuan diberikan dalam bentuk tekanan ketaatan (tinggi dan rendah)
dan kompleksitas tugas (tinggi dan rendah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
grup yang mendapatkan perlakuan tekanan ketaatan rendah dan kompleksitas
tugas yang rendah pula akan menghasilkan audit judgment dengan keakuratan
yang tinggi.
Kata kunci: Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Audit Judgment
v
ABSTRACT
Pressure from other parties may impact the auditor's decision. Its complex
and interconnected assignments can also inhibit auditor to obtain the information
and process it to determine the audit judgment. This study aims to investigate the
accuracy of audit judgment. This research was conducted in Satya Wacana
Christian University's bachelor degree students of Accounting Department.
This study examined the accuracy of the audit judgment given by a junior
auditor in a state of obedience pressure and the task complexity. This study used
an experimental design 2x2x2 between subject with participants from 114
bachelor degree students of accounting role played as a junior auditor, generated
80 data ready to be analyzed. The treatment is given in the form of obedience
pressure (high and low) and the complexity of the task (high and low). The results
showed that the group who received lower obedience pressure and lower task
complexity will generate audit judgment with a higher accuracy.
Keywords: Obedience Pressure, Task Complexity, Audit Judgment
vi
KATA PENGANTAR
Fresh graduated S1 Akuntansi yang bekerja pada sebuah kantor akuntan
publik tentunya telah memiliki bekal secara teori mengenai ilmu pengauditan,
namun tanpa disadari lulusan yang telah berpindah peran sebagai auditor yunior
akan menemui hal-hal yang belum tentu ditemui selama menjalani masa
perkuliahan. Tekanan yang berasal dari senior atau klien dan kompleksnya tugas
yang harus diselesaikan diduga mampu mempengaruhi auditor yunior dalam
menentukan audit judgment.
Tugas akhir ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui
studi eksperimen terhadap mahasiswa sebagai penyulih auditor. Variabel tekanan
ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgment dibahas dalam telaah pustaka
dan pengembangan hipotesis. Metoda penelitian disajikan dengan memuat desain
penelitian eksperimen. Hasil dari analisis disajikan sebagai hasil pengujian
hipotesis. Penelitian ini diakhiri dengan simpulan, implikasi dan keterbatasan
penelitian.
Salatiga, 7 Januari 2015
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang karena anugerah-
Nya kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berperan selama
penelitian berlangsung hingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan dengan
baik. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Yang terkasih papa, mama, dan Yurina. Terima kasih atas perhatian
dan doa kepada penulis sekaligus menjadi penyemangat penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
2. Ibu Dr. Intiyas Utami, SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan inspirasi, waktu, arahan dan bimbingan
selama menyelesaikan kertas kerja.
3. Sdr. David A. Pesudo, SE, M.Ak yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk melaksanakan laboratorium eksperimen dalam
kelas Pengauditan yang beliau ampu.
4. Sdri. Giovania, Ine dan Tri Ika yang telah banyak mendukung dan
ikut bekerja keras selama pelaksanaan laboratorium eksperimen
penelitian.
5. Sdr. Isser Alberto Papilaya melalui keterampilannya membantu
penulis dalam menyelesaikan video karakteristik perusahaan sebagai
instrument penelitian.
6. Mahasiswa mata kuliah Pengauditan semester ganjil tahun ajaran
2014-2015 yang telah bersedia menjadi partisipan selama
laboratorium eksperimen berlangsung.
Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Salatiga, 7 Januari 2015
Penulis
Christina Dwi Cahyaningrum
viii
DAFTAR ISI
AUDIT JUDGMENT DALAM TEKANAN KETAATAN DAN KOMPLEKSITAS
TUGAS .............................................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI .............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJIAN .................................................................... iii
SARIPATI ....................................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ...................................... 6
Tekanan Ketaatan ............................................................................................. 6
Kompleksitas Tugas ......................................................................................... 7
Audit Judgment ................................................................................................. 8
Hubungan Tekanan Ketaatan dengan Audit Judgment ................................... 10
Hubungan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment ............................... 12
Interaksi Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment .. 13
METODA PENELITIAN ............................................................................................... 14
Rancangan Penelitian ..................................................................................... 14
Teknik Analisis ............................................................................................... 16
Tugas dan Prosedur Analisis .......................................................................... 16
HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 18
Gambaran Umum Partisipan (Subjek Penelitian) .......................................... 18
ix
Manipulation Check ....................................................................................... 19
Pengujian Randomisasi .................................................................................. 20
Uji Hipotesis 1 ................................................................................................ 21
Uji Hipotesis 2 ................................................................................................ 22
Uji Hipotesis 3 ................................................................................................ 24
PENUTUP ...................................................................................................................... 27
Kesimpulan ..................................................................................................... 27
Implikasi Penelitian ........................................................................................ 28
Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 30
LAMPIRAN ........................................................................................................ 31
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Eksperimen Penelitian ............................................................. 15
Tabel 2. Profil Partisipan .................................................................................... 17
Tabel 3. Manipulation Check pada Setiap Perlakuan ......................................... 19
Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova ..................................................................... 20
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis 1 .................................................................. 21
Tabel 6. Hasil Pengujian Hipotesis 2 .................................................................. 22
Tabel 7. Test of Between Subjects Effects pada Data Hipotesis 3 ....................... 24
Tabel 8. Estimated Marginal Means pada Data Hipotesis 3 ............................... 26
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Alur Penelitian ..................................................................................... 14
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Plot atas Interaksi Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas
............................................................................................................................. 25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Modul Penugasan Audit Grup 1 ................................................ 32
Lampiran 2. Modul Penugasan Audit Grup 2 ................................................ 46
Lampiran 3. Modul Penugasan Audit Grup 3 ................................................ 60
Lampiran 4. Modul Penugasan Audit Grup 4 ................................................ 74
1
AUDIT JUDGMENT DALAM TEKANAN KETAATAN DAN
KOMPLEKSITAS TUGAS
Christina Dwi Cahyaningrum
Univesitas Kristen Satya Wacana Salatiga
232011139@student.uksw.edu
PENDAHULUAN
Sejarah mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang
melibatkan auditor. Eksekutif di Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk
mendapatkan keuntungan financial. Dalam melakukan fraud, top manajemen
Phar Mor membuat laporan ganda, yaitu laporan persediaan yang tidak sama
dengan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Dalam
mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut
staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut
yang kemudian dipromosikan menjadi vice president bidang financial dan
controler, yang kemudian terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut
(academia.edu).
Fraud seperti yang terjadi dalam kasus Phar Mor terjadi akibat tiga hal
yaitu insentive/pressure, opportunity dan rationalization/attitude. Ketiga
kondisi atau hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam SAS 99 (AU316)
mengenai fraud yang timbul atas kecurangan laporan keuangan dan
penyelewengan aktiva tetap. Insentive/pressure adalah kondisi ketika
manajemen atau karyawan mendapat insentive atau tekanan (pressure) yang
menyebabkan mereka terdorong untuk melakukan fraud. Opportunity adalah
peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektifnya kontrol sehingga
membuka peluang terjadinya fraud. Sedangkan rationalization/attitude
menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi karena kondisi nilai-nilai
etika lokal yang memperbolehkan terjadinya fraud. Dalam kasus Phar Mor,
setidak-tidaknya top manajemen telah membuktikan satu dari tiga penyusun
triangle fraud, yaitu top manajemen telah melakukan pressure atau tekanan
terhadap auditor (Pearson 2010).
2
Rochman (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompetensi,
tekanan ketaatan, pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian temuan
berindikasi fraud secara tidak langsung, melalui independensi sebagai variabel
intervening. Profesi auditor baik sebagai auditor keuangan pemerintah maupun
auditor keuangan swasta memiliki kode etik profesi akuntan. Di dalam standar
profesi tersebut terdapat independensi, integritas dan obyektifitas merupakan
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh profesi akuntansi. Berdasarkan yang tertera
di dalam Standar Profesional Akuntan Publik tentang Aturan Etika Kompartemen,
auditor diharapkan mampu memenuhi standar tersebut dalam melaksanakan
profesinya.
Sesuai yang tercantum dalam Akuntan Publik Pasal 101 mengenai
independensi, dalam menjalani tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen selama memberikan jasa profesional
sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen
secara fakta (in fact) maupun secara penampilan (in appearance).
Begitupula yang tercantum dalam Akuntan Publik Pasal 102 mengenai
integritas dan obyektivitas, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas benturan kepentingan
(conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material
(material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya
kepada pihak lain. Dalam kenyataannya, meski terdapat aturan jelas yang
mengenai independensi, integritas dan obyektivitas auditor kerap berhadapan
dengan berbagai tekananan yang mungkin akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengatasi situasi dilematis.
Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor memberikan
opini dengan judgment yang didasari oleh pertimbangan terhadap perusahaan
mengenai tidak adanya keraguan dalam kelangsungan hidup perusahaan. Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 menyebutkan bahwa auditor
bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
3
keuangan yang sedang diaudit selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan
jangka waktu pantas (Institut Akuntan Publik Indonesia 2011).
Audit judgment suatu pertimbangan yang dibuat oleh auditor yang dinilai
dapat mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat. Dalam
pembuatan judgment, auditor memiliki kesadaran bahwa pertanggung jawaban
merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau dan
dimintai keterangan. Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses
pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini dan
sikap. Kualitas judgment menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor
dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor eksternal mempengaruhi auditor dalam membuat keputusan. Faktor
eksternal datang dari dalam perusahaan yaitu obedience pressure (tekanan
ketaatan) dan comformity pressure (tekanan kesesuaian), yang dapat memberikan
pengaruh langsung terhadap keputusan auditor (Faisal 2007). Selain itu banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam pembuatan audit
judgment, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Salah satu contoh faktor
teknis yaitu adanya pembatasan lingkup atau waktu audit, sedangkan faktor non
teknis seperti aspek-aspek perilaku individu yang dinilai dapat mempengaruhi
audit judgment yaitu: gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman
auditor, pengetahuan dan sebagainya.
Auditor mungkin akan merasa berada dalam tekanan ketaatan ketika
mendapatkan perintah dari atasan maupun permintaan dari klien untuk melakukan
apa yang mereka inginkan dan mungkin bertentangan dengan standar dan etika
profesi auditor. Tekanan ketaatan dari atasan menjadi hal yang cukup ditakutkan
oleh seorang auditor karena tekanan atasan menimbulkan konsekuensi yang
memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme dan
hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial (DeZoort dan Lord 1994).
Individu yang memiliki kekuasaan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
melalui perintah yang diberikan. Dengan kata lain, auditor yang merasa dibawah
tekanan akan menunjukkan perilaku dysfunctional dengan menyetujui melakukan
kesalahan ataupun pelanggaran etika, termasuk dalam pembuatan judgment. Hal
4
ini menunjukkan bahwa tekanan yang diterima oleh auditor akan mempengaruhi
baik atau buruknya kualitas suatu pengauditan.
Jamilah dkk (2007) melakukan penelitian terhadap auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur mengemukakan bahwa tekanan
ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Auditor yang
berada dalam tekanan dan mendapati perintah dari atasan maupun klien untuk
melakukan perilaku yang menyimpang dari standar profesional. Auditor yunior
cenderung untuk mentaati perintah tersebut, hal ini menunjukkan bahwa auditor
yunior tidak memiliki keberanian untuk tidak mentaati perintah atasan maupun
klien, walaupun instruksi tersebut tidak tepat. Auditor yunior cenderung untuk
tidak mengambil resiko untuk mencari pekerjaan lain atau kehilangan klien
sebagai konsekuensi menentang perintah atasan maupun klien yang dianggap
menyimpang dari standar profesional.
Terdapat beberapa penelitian berkenaan dengan variabel yang
mempengaruhi audit judgment, terkhusus yang menggunakan variabel tekanan
ketaatan dan kompleksitas tugas. Penelitian-penelitian tersebut telah
memunculkan sintesis yang berhubungan dengan variabel independen tekanan
ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap variabel audit judgment. Sehingga
memotivasi penelitian dengan variabel tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
terhadap audit judgment kembali dilakukan dengan terdapat perbedaan insentif
perlakuan selama penilitian.
Auditor merupakan profesi yang erat kaitannya dengan kondisi stres, hal
ini disebabkan karena auditor tidak hanya harus menghadapi konflik peran tetapi
juga tingkat kompleksitas tugas yang tinggi dari pekerjaan audit yang dihadapi.
Selain itu auditor menghadapi tekanan pekerjaan yang dibawa oleh tuntutan
presisi tinggi dan skeptisisme profesional tanggung jawab mereka untuk
menghasilkan laporan audit yang berkualitas tinggi. Jones, Norman dan Wier
(2010) menyatakan bahwa ada beberapa atribut yang berhubungan dengan karir
auditor yang dapat menyebabkan situasi yang sulit yang menempatkan mereka
dilingkungan kerja stres, yaitu ketika auditor berada di musim sibuk yang
membuat mereka stress karena mereka harus bekerja selama lebih dari sepuluh
jam per hari, dalam jangka waktu yang terbatas selama beberapa bulan.
5
Kompleksnya suatu pekerjaan juga dinilai dapat mempengaruhi seseorang
dalam menjalankan tugasnya dan mempengaruhi kualitas pekerjaannya (Tan dan
Alison 1999). Rumit dan kompleksnya suatu pekerjaan dapat mendorong
seseorang untuk melakukan kesalahan-kesalahan selama pengerjaan tugas. Dalam
bidang audit, kesalahan-kesalahan dapat terjadi pada saat mendapatkan,
memproses dan mengevaluasi informasi. Kesalahan-kesalahan tersebut akan
mengakibatkan tidak tepatnya keputusan maupun audit judgment. Auditor
berpotensi menghadapi permasalahan yang kompleks dan beragam mengingat
banyaknya bidang pekerjaan dan jasa yang dapat diberikan kepada klien.
Bonner (1994) mengemukakan terdapat tiga alasan pengujian terhadap
kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan: 1) kompleksitas
tugas diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor; 2) sarana
dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas
audit; 3) pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu
tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan
tugas audit.
Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001), menyimpulkan bahwa
kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh
auditor. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan
Wright (1986), menyatakan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil
oleh auditor dalam kondisi tugas dengan tingkat kompleksitas tinggi dan
kompleksitas rendah. Berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Zulaikha
(2002) yang meneliti mahasiswa S1 lulusan jurusan akuntansi yang sedang
menempuh Program Pendidikan Akuntansi (PPA) dan Program Magister Sains
Akuntansi (Maksi) menemukan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh
signifikan terhadap audit judgment.
Dalam beberapa penelitian terdapat hasil research yang inkonkusif atau
bertentangan satu dengan yang lain memotivasi riset penelitian pengaruh tekanan
ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment yang dihasilkan oleh
auditor yunior. Auditor yunior yang diperhadapkan dengan kondisi tekanan
6
ketaatan dan kompleksitas tugas dalam melaksanakan penugasan audit
menghasilkan judgment yang berbeda.
Desain penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan subjek
mahasiswa S1 jurusan akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana (FEB UKSW) yang sedang menempuh mata kuliah
Pengauditan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tekanan ketaatan dan
kompleksitas tugas yang dikondisikan dengan perelakuan yang tinggi dan rendah
akan mempengaruhi pengambilan keputusan audit judgment yang dilakukan oleh
mahasiswa, dalam hal ini berperan sebagai auditor yunior. Manfaat penelitian ini
secara teori, dapat memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan dalam
bidang audit sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
Sedangkan secara praktis, diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada
auditor bahwa terdapat perbedaan keakuratan judgment dalam kondisi tekanan
ketaatan dan kompleksitas tugas.
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tekanan Ketaatan
Tekanan ketaatan merupakan kondisi yang dialami seorang auditor apabila
dihadapkan pada sebuah dilema penerapan standar profesi auditor (Jamilah dkk
2007). Pimpinan maupun klien dapat saja menekan auditor untuk melakukan
perbuatan yang menyimpang dari standar profesi auditor. Hal ini tentunya
menimbulkan tekanan pada diri auditor untuk menuruti atau tidak menuruti atas
permintaan pimpinan atau klien yang menyimpang, sehingga seorang auditor
sering kali diperhadapkan kepada situasi dilema penerapan standar profesi auditor
dalam pengambilan keputusannya. Kekuasaan pimpinan dan klien menyebabkan
auditor tidak lagi independen, karena ia menjadi tertekan dalam melakukan
pekerjaannya.
Tekanan ketaatan timbul akibat kesenjangan ekspektasi antara entitas yang
diperiksa dengan auditor yang menimbulkan konflik bagi auditor. Sesuai dengan
standar audit umum (general audit), auditor dituntut untuk dapat memberikan
7
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan entitas. Pemberian opini wajar
tanpa pengecualian yang tidak disertai bukti audit yang memadai dapat berubah
dari masalah standar audit menjadi masalah kode etik. Apabila auditor memenuhi
tuntutan entitas, hal tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran atas standar
profesi auditor. Ketika auditor menolak untuk memenuhi tuntutan atas keinginan
pimpinan maupun klien, auditor dianggap berhasil dalam penerapan standar
profesi audit.
Tekanan-tekanan dalam penugasan audit ini bisa dalam bentuk anggaran
waktu, tenggat waktu, justifikasi maupun akuntabilitas dari pihak-pihak yang
memiliki kekuasaan dan kepentingan seperti partner dan klien. Tekanan yang
dianggap sebagai keterbatasan inilah yang membuat auditor mengambil tindakan
yang melanggar standar pemeriksaan. Sebagai konsekuensinya, auditor tidak lagi
dapat melaksanakan tugas audit dengan tidak independen dan melanggar standar
yang ada bahkan auditor tidak lagi dapat melaksanakan tugasnya karena
mendapatkan sanksi berupa pemberhentian penugasan dari klien. Pernyataan ini
memungkinkan bahwa dalam pengambilan keputusannya auditor tidak lagi
independen.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan
auditor adalah tekanan yang diterima oleh auditor dalam menghadapi atasan dan
klien untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar profesi auditor.
Tekanan ketaatan dapat diukur dengan keinginan untuk tidak memenuhi
keinginan klien untuk berperilaku menyimpang dari standar profesional, akan
menentang klien karena menegakkan profesionalisme dan akan menentang atasan
jika dipaksa melakukan hal yang bertentangan dengan standar profesional dan
moral (Jamilah dkk 2007).
Kompleksitas Tugas
Auditor selalu dihadapkan dengan tugas yang banyak, berbeda-beda dan
saling terkait satu sama lainnya. Menurut Jamilah dkk (2007) kompleksitas
merupakan sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas,
8
daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh
seorang pembuat keputusan. Dua aspek penyusun kompleksitas tugas yaitu tingkat
kesulitan tugas dan struktur tugas. Tingkat kesulitan tugas dikaitkan dengan
banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur terkait dengan
kejelasan informasi (information clarity).
Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas
tinggi dan sulit, sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang
mudah. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit
bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Restuningdiah dan
Indriantoro (2000), menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan
struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada
tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif-
alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh
dan hasilnya tidak dapat diprediksi.
Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argumen yang sama, bahwa
kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1)
Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam arti informasi tersebut tidak
konsisten dengan kejadian yang diprediksikan; 2) Adanya ambiguitas yang tinggi,
yaitu beragam outcome (hasil) yang diterapkan oleh klien dari kegiatan
pengauditan.
Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan
menurunkan tingkat keberhasilan tugas tersebut (Restuningdiah dan Indrianto
2000). Terkait dengan pengauditan, tingginya kompleksitas tugas dalam audit ini
dapat mempengaruhi auditor untuk berperilaku dysfungtional dalam menentukan
audit judgment.
Audit Judgment
Judgment auditor adalah pertimbangan auditor dalam menanggapi
informasi yang ada yang akan mempengaruhi opini akhir dalam suatu pelaporan
audit. Pertimbangan pribadi auditor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor perilaku individu.
9
Menurut Mulyadi (2002) audit judgment adalah kebijakan auditor dalam
menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan
suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau
jenis peristiwa lain. Proses audit atas laporan keuangan dilaksanakan oleh auditor
melalui empat tahap utama yaitu: 1) perencanaan; 2) pemahaman; 3) pengujian
struktur pengendalian intern; serta 4) penerbitan laporan audit.
Tanggungjawab yang besar seorang auditor yang sedang melaksanakan
tugas audit terletak pada kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang
tepat berdasarkan pertimbangan atas keterangan dan bukti-bukti yang tersisa.
Proses audit memerlukan penggunaan pertimbangan hampir pada setiap tahap
audit. Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak hanya berpengaruh pada jenis
opini yang diberikan auditor, tetapi juga berpengaruh dalam hal efisiensi
pelaksanaan tugas audit (Jamilah dkk 2007). Dalam kaitannya dengan laporan
keuangan, judgement yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh kepada
opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan (Irwanti 2011).
Sebelum penelitian ini dibuat peneliti-peneliti terdahulu telah melakukan
penelitian yang berkaitan dengan tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit
judgment. Penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha pada tahun 2006, menguji
pengaruh interaksi gender, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dengan
melakukan survey terhadap mahasiswa lulusan S1 jurusan akuntansi yang sedang
menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntan (PPA) dan Program Magister
Sains Akuntansi (Maksi). Sebagai auditor, peran ganda perempuan ternyata tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam
membuat judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap
keakuratan judgment, demikian pula ketika kompleksitas berinteraksi (interaction
effects) dengan peran gender, pengaruh tersebut juga tidak signifikan. Pengalaman
sebagai auditor berpengaruh langsung terhadap judgment. Demikian pula ketika
isu gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap judgment.
Penelitian mengenai pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas
pada kinerja audit judgment yang dilakukan oleh Sanusi dkk (2007) dengan
melakukan survey terhadap auditor yang bekerja pada KAP di Malaysia
10
mengemukakan bahwa orientasi tujuan pembelajaran berhubungan positif dengan
audit judgment performance. Orientasi tujuan penghindaran kinerja dan
kompleksitas tugas berhubungan negatif dengan audit judgment performance.
Orientasi tujuan pendekatan kinerja berinteraksi dengan kompleksitas tugas
rendah berhubungan positif dengan audit judgment performance.
Jamilah dkk (2007) meneliti pengaruh gender, tekanan ketaatan dan
kompleksitas tugas terhadap audit judgment melalui pengumpulan data berupa
kuesioner dengan cara disampaikan langsung dan sebagian melalui mail survey ke
KAP yang ada di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan gender tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap judgment, tekanan ketaatan berpengaruh
secara signifikan terhadap audit judgment, kompleksitas tugas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap audit judgment.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dan
Indra (2001) mengenai analisis pengaruh tekanan ketaatan terhadap judgment
auditor dengan menyebar distribusi kuesioner pada 280 mahasiswa jurusan
akuntansi UGM, UII Yogyakarta, UNDIP dan UNS. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa tekanan ketaatan secara signifikan berpengaruh terhadap audit
judgment. Autoritarianisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
judgment auditor yang mendapatkan tekanan ketaatan, dan gender tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap judgment auditor yang mendapatkan
tekanan ketaatan.
Kualitas judgment yang dikeluarkan oleh auditor dihasilkan dari ketepatan
auditor untuk melakukan audit judgment. Audit judgment yang dihasilkan auditor
secara umum dipengaruhi oleh aspek-aspek individual yang meliputi antara lain
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Aspek-aspek individual tersebut
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku individu.
Hubungan Tekanan Ketaatan dengan Audit Judgment
Dalam penugasannya, auditor secara terus menerus berhadapan dengan
dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan (Jamilah
dkk 2007). Semakin auditor mengalami tekanan dalam melaksanakan tugas
11
auditnya akan berpeluang besar terhadap dilema etika yang akan dialami oleh
auditor, hal tersebut selanjutnya disebut sebagai tekanan ketaatan.
Tekanan ketaatan dapat berasal dari internal maupun eksternal. Tekanan
dari internal auditor sendiri dapat berupa tekanan yang biasanya berkaitan dengan
permasalahan keuangan akibat sifat serakah, kesadaran akan kebutuhan yang
tinggi ataupun dalam kaitannya dengan job performance (perilaku takut
kehilangan pekerjaan maupun keinginan untuk mendapatkan promosi). Tekanan
dari eksternal dapat berasal dari pimpinan dan klien. Pada keadaan tersebut
auditor diperhadapkan dengan berbagai instruksi, perintah, tekanan, standar audit
atau etika profesi yang harus dipatuhi. Perintah atasan, keinginan klien ataupun
individu yang memiliki otoritas dapat mempengaruhi proses pembuatan audit
judgment yang tidak jarang perintah ataupun instruksi tersebut berindikasi untuk
melanggar atau menyimpang dari prinsip etika profesi yang ada.
Tekanan yang diterima auditor dari klien menyebabkan auditor merasa
dibawah tekanan dan cenderung berperilaku dysfunctional dengan menyetujui
kesalahan, pelanggaran etika sampai proses pembuatan audit judgment yang
mengakibatkan independensi auditor berkurang dan mempengaruhi kualitas
judgment untuk memberikan opini atas laporan keuangan auditan sesuai yang
diharapkan oleh klien. Hal ini sesuai dengan pemaparan Hartanto (2009) yang
menyebutkan bahwa auditor yang mendapatkan perintah tidak tepat, baik dari
atasan maupun klien cenderung akan berperilaku menyimpang dari standar
profesional.
Jamilah dkk (2007) berkesimpulan bahwa tekanan ketaatan dapat diukur
dengan keinginan untuk tidak memenuhi keinginan klien untuk berperilaku
menyimpang dari standar profesional akan menentang klien karena menegakkan
profesionalisme dan akan menentang atasan jika dipaksa melakukan hal yang
bertentangan dengan standar profesional dan moral. Semakin tinggi auditor
mendapatkan tekanan ketaatan, maka dimungkinkan auditor akan menunjukan
perilaku yang menyimpang.
Penulis hendak meneliti dengan membandingkan dua kondisi tekanan
ketaatan yang berbeda yaitu tekanan ketaatan yang diberikan dengan sangat
12
intensif (tinggi) dengan tekanan ketaatan yang tidak diberikan dengan intensif
(rendah).
Berdasarkan argumentasi dan riset terdahulu, maka dapat dirumuskan
hipotesis pertama sebagai berikut:
H1: Audit judgment dalam kondisi tekanan ketaatan tinggi
menunjukkan keakuratan yang lebih rendah dibanding audit
judgment dalam kondisi tekanan ketaatan rendah.
Hubungan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment
Kompleksitas tugas merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja audit judgment. Pemahaman mengenai kompleksitas audit
yang berbeda dapat membantu para manajer membuat tugas lebih baik dan
pelatihan pengambilan keputusan (Bonner 2002). Tingkat sulitnya tugas selalu
dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur
tugas terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Adanya
kompleksitas tugas yang tinggi dapat mempengaruhi keakuaratan judgment yang
dibuat oleh auditor.
Kompleksitas tugas diartikan sebagai kerumitan atas tugas yang beragam,
terdiri dari bagian-bagian yang banyak, berbeda dan saling terkait satu dengan
yang lain dan dapat pula dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dari peran. Tingkat
kerumitan yang dihadapi oleh auditor dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan
oleh auditor dalam memproses informasi yang kemudian dipakai dalam
pengambilan keputusan audit atau audit judgment.
Kompleksitas dapat dijadikan alat dalam meningkatkan kualitas hasil
pekerjaan (Libby 1995). Menurut penelitian Tan dan Alison (1999), kualitas hasil
pekerjaan dibagi berdasarkan kompleksitasnya, yaitu hasil kerja dengan
kompleksitas yang rendah, sedang dan tinggi serta penambahan variabel
kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga
mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu dengan hasil pekerjaannya dan
13
menyimpulkan bahwa akuntabilitas, pengetahuan dan kompleksitas kerja
mempengaruhi kualitas hasil kerja.
Dalam kasus lingkungan audit, penting untuk mempelajari kompleksitas
tugas karena kompleksitas tugas dapat berdampak pada kinerja audit judgment,
dan pemahaman mengenai kompleksitas tugas audit yang berbeda yang dapat
membantu para manajer membuat tugas lebih baik dan pelatihan pengambilan
keputusan (Bonner 1994).
Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) menyatakan bahwa
kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh
auditor. Auditor merasa bahwa tugas audit yang dihadapinya merupakan tugas
yang kompleks sehingga auditor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan
tidak dapat membuat judgment profesional, akibatnya judgment yang dibuat tidak
sesuai dengan bukti yang diperoleh.
Penulis hendak meneliti dengan membandingkan dua kondisi kompleksitas
tugas yang berbeda yaitu kompleksitas tugas yang diberikan berupa tugas yang
banyak, berbeda (beragam jenis), dan rumit (saling terkait satu dengan yang lain)
dengan kompleksitas tugas yang diberikan berupa tugas yang sedikit dan terdiri
dari satu jenis tugas audit.
Berdasarkan riset terdahulu dan argumentasi diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis dua sebagai berikut:
H2: Audit judgment dalam kondisi kompleksitas tugas tinggi
menunjukkan keakuratan yang lebih rendah dibanding audit
judgment dalam kompleksitas tugas rendah.
Interaksi Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment
Hasil penelitian Jamilah dkk (2007) dan Hartanto dan Indra (2001)
menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit
judgment. Ketika auditor diperhadapkan dengan tekanan dari pimpinan maupun
klien, akan mempengaruhi perilaku auditor dalam pengambilan keputusan.
14
Judgment yang diberikan auditor bisa jadi menyimpang dari standar profesi
karena auditor mendapat tekanan untuk mengikuti keinginan pimpinan dan klien.
Semakin auditor merasa tertekan, akan mempengaruhi independensi
auditor dalam memberikan judgment yang tentunya berpengaruh terhadap opini
yang diberikan. Auditor yang tidak dalam keadaan tertekan dimungkinkan mampu
memberikan judgment yang tidak menyimpang dari standar profesi akuntan.
Kompleksnya suatu tugas yang dikerjakan oleh auditor juga mampu
auditor dalam memberikan judgment dalam penugasan audit. Semakin rumit,
berbeda-beda dan saling terkait satu dengan yang lain mempengaruhi kinerja audit
dalam mengambil sebuah keputusan. Auditor yang dihadapkan dengan tugas yang
tidak begitu kompleks dimungkinkan mampu memberikan judgment dengan
keakuratan yang baik dan tidak menyimpang dari standar profesi akuntan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Dalam kondisi tekanan ketaatan rendah dan kompleksitas
tugas rendah audit judgment menunjukkan keakuratan yang
paling tinggi.
METODA PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan studi eksperimental 2 x 2 x 2 between-
subject. Penelitian ini menggunakan variabel audit judgment sebagai variabel
independen serta variabel tekanan ketaatan dan variabel kompleksitas tugas
sebagai variabel dependen. Percobaan dilakukan di kelas dengan mahasiswa
akuntansi yang sedang mengambil mata kuliah pengauditan sebagai subjek
eksperimen. Dalam penugasan audit, auditor yunior diberi tugas yang bersifat
teknis dan kompleks. Hasil dari penugasan yang diberikan ke auditor yunior dapat
memberikan kontribusi terhadap auditor senior maupun rekan kerja dalam
15
memberikan opini audit. Pada awal percobaan, seluruh partisipan dibagi dalam
empat kelompok secara acak dan masing-masing kelompok diberi perlakuan yang
berbeda dalam tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas.
Bagan 1
Alur Eksperimen
Pemilihan subjek dengan mahasiswa sebagai penyulih auditor yunior
didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa telah lulus dari mata kuliah
pengauditan dan bekerja di kantor akuntan sebagai auditor yunior. Pada umumnya
auditor yunior sangat rentan atas pengaruh tekanan dari lingkungan yang memiliki
otoritas lebih tinggi.
Mahasiswa yang berperan sebagai auditor yunior mempelajari
karakteristik melalui video eksperimen yang telah disiapkan oleh peneliti. Dalam
video tersebut berisikan profil KAP tempat auditor yunior bekerja, profil
pimpinan KAP, profil klien yaitu perusahaan bidang otomotif, profil pimpinan
klien serta cuplikan statement dari pimpinan KAP dan klien yang menunjukkan
tinggi rendahnya tekanan yang diberikan kepada auditor yunior.
Dalam penugasannya, auditor yunior diminta menentukan tingkat potensi
salah saji yang dilakukan oleh klien berdasarkan tingkat kompleksitas sebuah
tugas yang telah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan perbedaan perlakuan yang
telah didesain oleh peneliti. Modul penugasan audit yang telah dibuat menyajikan
skala likert 0 sampai 100, dengan angka nol menunjukkan potensi salah saji yang
dilakukan oleh klien tidak material dan angka 100 menujukkan potensi salah saji
yang dilakukan oleh klien material. Modul penugasan audit tersebut disusun
berdasarkan adopsi dari penelitian eksperimen milik Intiyas dan Supriyadi pada
tahun 2012.
Pembagian Kelompok
Eskperimen
Distribusi Modul
Penugasan Audit
Pengerjaan Modul
Penugasan Audit
Pengumpulan Modul
Penugasan Audit
Debriefing
16
Teknik Analisis
Pengujian hipotesis penelitian ini diuji menggunakan uji independensi t-
test pada hipotesis satu dan hipotesis dua. Pengujian hipotesis tiga menggunakan
two way Anova untuk melihat adanya interaksi atau tidaknya antar dua variabel
bebas.
Tugas dan Prosedur Analisis
Subjek dibagi dalam empat kelompok secara acak dengan perlakuan yang
berbeda di setiap kelompoknya yaitu perlakuan tekanan ketaatan yang tinggi,
tekanan ketaatan rendah, kompleksitas tugas yang tinggi dan kompleksitas tugas
yang rendah. Matriks desain penelitian eksperimental dijelaskan ke dalam Tabel
1.
Tabel 1
Matriks Eksperimen Penelitian
Kompleksitas Tugas
Tinggi Rendah
Tekanan Ketaatan Tinggi Grup 1 Grup 2
Rendah Grup 3 Grup 4
Tabel 1 menunjukkan empat kelompok eksperimen, terdiri dari grup 1
(tekanan ketaatan tinggi – kompleksitas tugas tinggi), grup 2 (tekanan ketaatan
tinggi – kompleksitas tugas rendah), grup 3 (tekanan ketaatan rendah –
kompleksitas tugas tinggi) dan grup 4 (tekanan ketaatan rendah – kompleksitas
tugas rendah).
Subjek dimanipulasi sesuai matriks eksperimen. Penulis telah menyiapkan
modul yang berbeda untuk setiap kelompok eksperimen. Dalam pelaksanaannya,
penulis membagi total partisipan ke dalam dua ruang yang berbeda perlakuannya.
Ruang pertama dengan perlakuan tekanan ketaatan tinggi dengan pengerjaan
modul kompleksitas tugas tinggi dan rendah, sementara ruang kedua dengan
perlakuan tekanan ketaatan rendah.
17
Tahap pertama, partisipan mempelajari karakter klien melalui video yang
telah dipersiapkan dengan jenis tekanan ketaatan yang berbeda. Dalam video
tersebut menayangkan karakteristik bisnis klien dan kemudian terdapat tekanan
yang diberikan oleh pimpinan KAP dan pimpinan klien. Grup 1 diberi modul
berisikan penugasan audit dengan kompleksitas tugas yang tinggi bermula dari
observasi persediaan di gudang, pengecekan atas piutang, pengecekan laporan atas
persediaan di gudang dan rekonsiliasi bank. Penugasan yang berbeda-beda inilah
yang membuat partisipan kesulitan dalam menentukan potensi salah saji. Selain
itu partisipan diberikan perlakuan yang intensif sehingga memberikan tekanan
untuk mengikuti kemauan atasan maupun klien. Sementara seorang auditor harus
independen dalam mengerjakan penugasan audit termasuk dalam memberikan
judgment, dalam kondisi inilah auditor merasa didalam tekanan ketaatan.
Grup 2 menerima perlakuan yang sama dengan grup 1 dalam hal tekanan
ketaatan yang tinggi, sementara mendapatkan penugasan audit yang lebih
sederhana yaitu penugasan dalam satu lingkup yang sama, yaitu pengecekan atas
persediaan di gudang. Sementara di grup 3 menerima penugasan audit yang
kompleks seperti hal nya grup 1 dan perlakuan tekanan ketaatan yang rendah,
partisipan dalam grup 3 tidak menerima tekanan dari atasan maupun klien untuk
mengikuti keinginannya sehingga independensi dari auditor yunior dalam grup 3
diprediksi tidak mengalami kegoyahan dalam memberikan audit judgment.
Sementara grup 4 menerima perlakuan tekanan ketaatan yang rendah dan
penugasan audit yang sederhana, hal ini memungkinkan auditor yunior akan
menyelesaikan tugas audit dengan tepat waktu dan maksimal tanpa adanya
ancaman independensi dalam pemberian audit judgment dari atasan maupun klien,
sehingga dimungkinkan munculnya judgment terbaik yang dihasilkan oleh grup 4.
Pengerjaan modul penugasan audit berlangsung selama satu jam di setiap
pertemuan kelompok. Selama waktu yang diberikan, partisipan diharapkan dapat
menyelesaikan seluruh penugasan audit walaupun mengalami perlakuan yang
berbeda di setiap kelompok eksperimen. Modul yang sudah dikerjakan kemudian
dikumpulkan dan nantinya diolah oleh peneliti. Setelah eksperimen selesai
dilakukan, peneliti mengembalikan suasana yang telah dimanipulasi (debriefing).
18
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Partisipan (Subjek Penelitian)
Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan eksperimen di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana kepada mahasiswa kelas
pengauditan. Partisipan yang telah lolos dari lima pertanyaan manipulasi sebanyak
100 dari total 114 mahasiswa, kemudian peneliti mengambil 80 data siap olah.
Adapun profil partisipan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini
ditujukan dalam Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Profil Partisipan
Keterangan Total Presentase
Jenis Kelamin:
Pria 27 34%
Wanita 53 66%
Umur:
19 5 6%
20 58 73%
21 16 20%
≥ 22 1 1%
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):
2.01 - 2.99 26 33%
3.00 - 3.49 29 36%
≥ 3.50 25 31%
Semester:
5 72 90%
7 8 10%
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 2 memberikan informasi bahwa partisipan pria berjumlah 27 orang
(34%) dan partisipan wanita berjumlah 53 orang (66%). Mayoritas partisipan
telah menempuh kuliah selama 2 tahun, yaitu sebanyak 72 partisipan sedang
menempuh semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 (semester 5) sedangkan
sisanya sedang menempuh semester 7 (8 partisipan). Terhitung sebanyak 26 orang
(33%) memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam range 2.01-2.99; 29 orang
(36%) dengan range IPK 3.00-3.49; dan 25 orang (31%) memiliki IPK ≥ 3.50.
19
Dalam penelitian ini, partisipan berperan sebagai auditor yunior yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Tahap pertama, partisipan dibagi ke
dalam 4 kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Partisipan menerima
penugasan audit dengan kompleksitas tugas yang berbeda di masing-masing
kelompok sesuai dengan perlakuan tekanan ketaatan pada tiap kelompok. Pada
awal penugasan, partisipan diberi kuesioner pengecekan manipulasi dengan
memberikan penilaian terhadap kemungkinan munculnya tekanan negatif apabila
partisipan mendapatkan tekanan ketaatan yang berasal dari pimpinan KAP dan
pimpinan klien. Berikutnya partisipan diminta untuk mengerjakan penugasan
audit yang disesuaikan dengan perlakuandi masing-masing kelompok. Pada akhir
penugasan, partisipan diminta untuk mengisi judgment akhir.
Manipulation Check
Manipulation check atau pengecekan manipulasi dalam tekanan ketaatan
maupun kompleksitas tugas memiliki rata-rata teoritis sebesar 55, menyimpulkan
bahwa apabila partisipan dalam kondisi tekanan ketaatan tinggi maka
akanmemberikan score lebih dari 55, sebaliknya apabila dalam kondisi tekanan
ketaatan rendah akan memberikan score kurang dari 55.
Tabel 3
Manipulation Check pada Setiap Perlakuan
Variabel Teoritis Fakta
Range Mean Range Mean
Tekanan Ketaatan
Tinggi 10 – 100 55 40 - 100 61.344
Rendah 10 – 100 55 10 - 80 53.875
Kompleksitas Tugas
Tinggi 10 – 100 55 30 - 80 71.594
Rendah 10 – 100 55 20 - 80 43.625
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 3 menunjukkan partisipan mengalami tekanan ketaatan tinggi
dengan range 40-100, rata-rata 61.344 yang melebihi rata-rata teoritis yaitu 55.
Sedangkan dalam perlakuan yang berlawanan, partisipan mengalami tekanan
20
ketaatan rendah dengan range 10-80, score rata-rata 53.875 menunjukan dibawah
score rata-rata teoritis yaitu 55. Partisipan menyelesaikan penugasan dengan
tingkat kompleksitas tugas tinggi dengan range 30-100, rata-rata 53.875 yang
melebihi rata-rata teoritis yaitu 55. Sedangkan dalam penugasan yang berbeda,
partisipan menyelesaikan penugasan dengan tingkat kompleksitas tugas yang
rendah dengan range 20-80, rata-rata 43.625 menunjukan dibawah score rata-rata
teoritis yaitu 55.
Berdasarkan hasil manipulation check dapat disimpulkan bahwa seluruh
partisipan telah menerima treatment manipulation yang sesuai atas tekanan
ketaatan maupun kompleksitas tugas. Sehingga dapat dilanjutkan untuk
melakukan pengujian berikutnya.
Pengujian Randomisasi
Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis, dilakukan pengujian
randomisasi atas demografi atas profil partisipan menggunakan Uji One Way
Anova. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor demografi
mempengaruhi pengambilan keputusan.
Tabel 4
Hasil Uji One Way Anova
Mean Square Sig. Keterangan
Jenis Kelamin:
Between Groups 347.524 0.286 Tidak Berpengaruh
Within Groups 301.673
Usia:
Between Groups 438.139 0.702 Tidak Berpengaruh
Within Groups 23439.908
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK):
Between Groups 1153.262 0.149 Tidak Berpengaruh
Within Groups 22724.785
21
Semester:
Between Groups 185.035 0.437 Tidak Berpengaruh
Within Groups 23693.012
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan empat indikator yang telah ditentukan, keempatnya tidak
memenuhi nilai significancy (Sig.) lebih kecil dari alpha (0.05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa keempat indikator tidak mempengaruhi penilaian atas audit
judgment yang diberikan oleh auditor junior. Randomisasi dengan demikian
dikatakan efektif karena hanya perlakuan yang mempengaruhi audit judgment
subjek.
Uji Hipotesis 1
Hubungan Tekanan Ketaatan dengan Audit Judgment
Hipotesis 1 pada penelitian ini menyatakan bahwa audit judgment dalam
kondisi tekanan ketaatan tinggi akan menunjukkan keakuratan yang lebih rendah
dibanding audit judgment dalam kondisi tekanan ketaatan rendah. Pengujian
dilakukan dengan Uji Sample T-test dengan dua populasi yang independen yaitu
grup 1 yang mengalami perlakuan tekanan ketaatan tinggi dan grup 3 yang
mengalami perlakuan tekanan ketaatan yang rendah.
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Mean Std. Deviation T Sig. (2-tailed)
Tekanan Ketaatan
Tinggi 75.25 4.860 2.858 0.007
Rendah 68.56 9.268
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 5 mengintepretasikan mean potensi salah saji pada perlakuan
tekanan ketaatan tinggi adalah sebesar 75.25 sedangkan pada perlakuan tekanan
ketaatan rendah adalah 68.56. Hal ini menggambarkan grup 1 yang mengalami
perlakuan tekanan ketaatan tinggi dan grup 3 yang mengalami tekanan ketaatan
22
rendah keduanya memberikan score potensi salah saji yang dilakukan oleh klien
mendekati range score material yaitu 100.
Hasil pengujian statistik mengintepretasikan nilai Sig. (2-tailed) equal
variances assumed dalam t-test for Equality of Means adalah sebesar 0.007 lebih
kecil dari alpha (0.05), sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
bermakna secara statistik atau signifikan pada probabilitas 5%. Hasil pengujian
tersebut menerangkan bahwa audit judgment dalam kondisi tekanan ketaatan
tinggi menunjukkan keakuratan yang lebih rendah dibanding audit judgment
tekanan ketaatan rendah. Ketika auditor yunior mengalami tekanan ketaatan tinggi
yang berasal dari pimpinan KAP dan klien, auditor yunior akan merasa tertekan
dan berpengaruh dalam memberikan penilaian yang akurat atas potensi salah saji
yang sesuai dengan keadaan lapangan atau mengikuti permintaan pimpinan dan
klien untuk memberikan toleransi, akibat dari ancaman berupa teguran lisan
bahkan kehilangan pekerjaan.
Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya.
Hartanto dan Indra (2001), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa instruksi
dari atasan dalam kantor audit akan memberikan tekanan ketaatan atas auditor
bawahan (yunior) yang mempengaruhi judgment bawahan, meskipun instruksi
tersebut jelas tidak tepat. Sedangkan penelitian milik Jamilah dkk (2007) juga
membuktikan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit
judgment. Auditor yunior akan berperilaku menyimpang dari standar profesional
karena cenderung akan menaati perintah dari atasan dan tekanan dari klien. Selain
itu auditor yunior tidak memiliki keberanian untuk mencari pekerjaan lain dan
kehilangan klien sebagai konsekuensi menentang perintah atasan dan keinginan
klien yang tidak tepat dan menyimpang dari standar profesi.
Uji Hipotesis 2
Hubungan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment
Hipotesis 2 menduga audit judgment dalam kondisi kompleksitas tugas
tinggi akan menunjukkan keakuratan yang lebih rendah dibanding audit judgment
23
kompleksitas tugas rendah. Pengujian dilakukan dengan Uji Sample T-test dengan
dua populasi yang independen, yaitu grup 1 yang melakukan penugasan audit
dengan kompleksitas tugas yang tinggi dan grup 2 yang melakukan penugasan
audit dengan kompleksitas tugas yang rendah.
Tabel 6
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Mean Std. Deviation T Sig. (2-tailed)
Kompleksitas Tugas
Tinggi 75.25 4.860 11.155 0.000
Rendah 49.63 9.051
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 6 mengintepretasikan rata-rata potensi salah saji pada penugasan
audit dengan kompleksitas tugas yang tinggi adalah sebesar 75.25 sedangkan pada
penugasan audit dengan kompleksitas tugas yang rendah adalah 49.63. Hasil ini
menggambarkan grup 1 yang melakukan penugasan audit dengan kompleksitas
tugas yang tinggi memberikan score potensi salah saji yang dilakukan oleh klien
lebih material karena mendekati range score 100 dibanding dengan grup 2 yang
melakukan penugasan audit dengan kompleksitas tugas yang rendah.
Hasil pengujian statistik mengintepretasikan nilai Sig. (2-tailed) equal
variances assumed dalam t-test for Equality of Means adalah sebesar 0.000 yang
menunjukkan hasil lebih kecil dari alpha (0.05). Disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna secara statistik atau signifikan pada probabilitas 0.05, artinya
audit judgment yang dihasilkan dalam kondisi penugasan audit dengan
kompleksitas tugas yang tinggi menunjukkan keakuratan yang lebih rendah
dibanding audit judgment yang dihasilkan oleh penugasan audit dengan
kompleksitas tugas rendah. Ketika auditor yunior diperhadapkan dengan
penugasan audit yang kompleks, dalam penyelesaiannya auditor yunior akan
merasa kesulitan bahkan melakukan ketidakakuratan dalam mendapatkan,
memproses dan mengevaluasi informasi. Ketidakakuratan inilah yang
mengakibatkan auditor yunior memberikan penilaian atas potensi salah saji yang
kurang tepat, dengan demikian dapat mempengaruhi judgment yang akan
diberikan kepada klien.
24
Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya
milik Chung dan Monroe pada tahun 2001 yang menyimpulkan bahwa
kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh
auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1986), menyatakan bahwa terdapat
perbedaan judgment yang diambil oleh auditor pada kompleksitas tinggi dan
kompleksitas yang rendah. Penelitian yang bertentangan dengan hasil penelitian
ini antara lain, penelitian Jamilah dkk (2007) yang menyatakan bahwa
kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang
diberikan oleh auditor dalam menentukan pendapat hasil auditannya.
Uji Hipotesis 3
Interaksi Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment
Hasil dari uji hipotesis 1 dan 2 menyatakan kedua variabel bebas yaitu
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas menunjukkan signifikansi dalam
mempengaruhi audit judgment. Hipotesis 3 memprediksi adanya interaksi antara
dua variabel bebas yaitu tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit
judgment, untuk mengujinya digunakan pengujian Two Way Anova yaitu dengan
membandingkan perbedaan mean (rata-rata) antara kelompok yang telah dibagi
pada dua variabel bebas.
Tabel 7
Test of Between-Subjects Effects pada data Hipotesis 3
Source Mean Square Sig.
Corrected Model 6572.630 0.000
Intercept 261918.828 0.000
Tekanan Ketaatan 2178.828 0.000
Kompleksitas Tugas 17257.813 0.000
Tekanan Ketaatan*Kompleksitas Tugas 281.250 0.026
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai Sig.Corrected Model sebesar 0.000
lebih kecil dari alpha (0.05) yang bermakna semua variabel independen yaitu
25
tekanan ketaatan (TK), kompleksitas tugas (KT) serta interaksi tekanan ketaatan
dan kompleksitas tugas (TK*KT) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen, sehingga model ini dinyatakan valid.
Intercept Model menunjukkan nilai Sig. 0.000 lebih kecil dari alpha (0.05) yang
berarti nilai perubahan variabel dependen tanpa perlu dipengaruhi oleh
keberadaan variabel independen, sehingga tanpa ada pengaruh variabel
independen, variabel dependen dapat berubah nilainya.
Variabel tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas mengintepretasikan
pengaruh secara signifikan terhadap audit judgment di dalam model. Keduanya
menunjukkan Sig. 0.000 dimana lebih kecil dari alpha (0.05), begitupula dengan
interaksi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas menunjukkan nilai Sig. 0.026
lebih kecil dari alpha (0.05) sehingga disimpulkan bahwa interaksi ketaatan dan
kompleksitas tugas dalam model ini berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment. Interaksi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas digambarkan dalam
Gambar 1.
Gambar
1
Diagram Plot atas Interaksi Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
26
Semakin auditor merasa tertekan, akan mempengaruhi independensi
auditor dalam memberikan judgment yang tentunya berpengaruh terhadap opini
yang diberikan. Kompleksnya suatu tugas yang dikerjakan oleh auditor juga
mampu auditor dalam memberikan judgment dalam penugasan audit. Auditor
yang dihadapkan dengan tugas yang tidak begitu kompleks cenderung mampu
memberikan judgment yang akurat dan tidak menyimpang dari standar profesi
akuntan.
Pelaksanaan pengujian hipotesis 3 didukung dengan hasil hipotesis 1 dan
hipotesis 2. Berdasarkan matriks eksperimen kondisi tekanan ketaatan yang
rendah dan kompleksitas rendah diduga mampu memberikan judgment terbaik
yang tidak berindikasi terhadap penyimpangan standar profesi akuntan.
Tabel 8
Estimated Marginal Means pada data Hipotesis 3
Mean Std. Error
Tekanan Ketaatan Tinggi
Kompleksitas Tugas Tinggi 75.250 1.654
Kompleksitas Tugas Rendah 49.625 1.654
Tekanan Ketaatan Rendah
Kompleksitas Tugas Tinggi 68.563 1.654
Kompleksitas Tugas Rendah 35.438 1.654
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Grup 1 dengan perlakuan tekanan ketaatan tinggi (TKT) dan kompleksitas
tugas tinggi (KTT) menunjukkan mean paling tinggi diantara empat grup yang
lainnya yaitu sebesar 75.250, menunjukkan auditor yunior memberikan penilaian
potensi salah saji yang dilakukan oleh klien mendekati score material (100).
Grup 2 dengan perlakuan tekanan ketaatan tinggi (TKT) dan kompleksitas
tugas rendah (KTR) menunjukkan mean sebesar 49.625 menunjukkan auditor
yunior memberikan penilaian potensi salah saji yang dilakukan oleh klien
mendekati score tidak material (10).
Grup 3 dengan perlakuan tekanan ketaatan rendah (TKR) dan
kompleksitas tugas tinggi (KTT) menunjukkan mean sebesar 68.563
menunjukkan auditor yunior memberikan penilaian potensi salah saji yang
dilakukan oleh klien mendekati score material (100).
27
Grup 4 dengan perlakuan tekanan ketaatan rendah (TKR) dan
kompleksitas tugas rendah (KTT) menunjukkan mean paling rendah diantara
empat grup yang lainnya yaitu sebesar 35.438 menunjukkan auditor yunior
memberikan penilaian potensi salah saji yang dilakukan oleh klien mendekati
score tidak material (10).
Mean yang dihasilkan oleh grup 4 mendukung hipotesis 3 yang menduga
audit judgment dalam kondisi tekanan ketaatan terendah dan kompleksitas tugas
terendah akan menunjukkan keakuratan yang paling tinggi. Rata-rata potensi salah
saji yang dilakukan oleh klien mendekati score 10 yang menunjukkan skala tidak
material.
Auditor yunior yang diperhadapkan dengan kondisi tekanan ketaatan
tinggi dan kompleksitas tugas yang tinggi menunjukkan keakuratan yang rendah
dalam penentuan potensi salah saji atas klien yang nantinya berpengaruh terhadap
keputusan audit. Sebaliknya, auditor yunior yang diperhadapkan dengan kondisi
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas yang rendah akan menunjukkan
keakuratan yang tinggi dalam penentuan potensi salah saji klien, sehingga
memberikan keyakinan bahwa audit judgment yang diberikan oleh auditor yunior
tersebut terjamin keakuratannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini mengamati pengaruh tekanan ketaatan dan kompleksitas
tugas terhadap audit judgment yang dibuat oleh auditor yunior melalui studi
eksperimental. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa pertama, tekanan
ketaatan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Semakin
auditor yunior dalam tekanan ketaatan yang berasal dari klien maupun atasan,
akan memicu auditor yunior berperilaku dysfunctional dengan melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan standar profesional. Auditor yunior cenderung
mengikuti permintaan klien maupun atasan untuk memberikan toleransi salah saji
atas penugasan audit dalam perusahaan klien. Sedangkan auditor yunior yang
tidak berada dalam kondisi tekanan ketaatan yang terlalu insentif, akan
28
memberikan judgment atas penugasan audit terhadap klien sesuai dengan fakta
dan bukti yang ia temukan tanpa merisaukan ancaman-ancaman yang diberikan
oleh klien dan atasan apabila bertindak tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Sehingga audit judgment yang dihasilkan oleh auditor yunior yang berada dalam
kondisi tekanan ketaatan tinggi akan menunjukkan keakuratan lebih rendah
dibandingkan dengan auditor yunior yang berada dalam kondisi tekanan ketaatan
rendah.
Kedua, kompleksitas tugas secara signifikan berpengaruh negative
terhadap audit judgment. Semakin rumit suatu penugasan audit yang diberikan
kepada auditor yunior, akan menimbulkan keraguan oleh auditor yunior dalam
menentukan potensi salah saji yang dilakukan oleh klien. Auditor yunior akan
kesulitan dalam memperoleh bukti, memproses dan mengevaluasi informasi.
Kesulitan yang dihadapi oleh auditor yunior memungkinkan kesalahan yang akan
dilakukannya. Kesalahan tersebut mengakibatkan tidak tepatnya keputusan
maupun audit judgment. Audit judgment dalam kondisi kompleksitas tugas yang
tinggi akan menunjukkan keakuratan yang lebih rendah dibanding audit judgment
kompleksitas tugas rendah.
Ketiga, interaksi tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh
secara signifikan terhadap audit judgment. Auditor yunior yang diperhadapkan
dengan kondisi tekanan ketaatan tinggi dan kompleksitas tugas tinggi
menunjukkan keakuratan yang rendah dalam penentuan potensi salah saji atas
klien yang nantinya berpengaruh terhadap keputusan audit. Sebaliknya, auditor
yunior yang diperhadapkan dengan kondisi tekanan ketaatan dan kompleksitas
tugas yang rendah akan menunjukkan keakuratan yang tinggi dalam penentuan
potensi salah saji klien, sehingga memberikan keyakinan bahwa audit judgment
yang diberikan oleh auditor yunior tersebut terjamin keakuratannya.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki implikasi dalam beberapa hal, yaitu: 1)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kantor akuntan publik dapat memberikan
pelatihan kepada auditor baik yang pemula maupun senior untuk mendapatkan
29
kesepahaman mengenai perintah atasan maupun klien yang tidak bertentangan
dengan norma atau standar profesional; 2) Ikatan Akuntan Indonesia dapat
melakukan antisipasi terhadap tindakan auditor yang menyimpang dari standar
profesional, misalnya dengan menerbitkan aturan yang memuat sanksi yang tegas
terhadap auditor yang melakukan penyimpangan; 3) Kantor akuntan publik dapat
memilah-milah penugasan audit yang akan diberikan kepada auditor dengan
tingkat kompleksitas tugas yang tidak begitu tinggi, sehingga meminimalkan
auditor dalam melakukan kesalahan-kesalahan yang memicu ketidaktepatan dalam
menentukan audit judgment.
Keterbatasan Penelitian
Intepretasi hasil penelitian ini mengacu pada beberapa keterbatasan.
Pertama, dalam penelitian ini tidak serta menguji karakter personal kepada
responden eksperimen yaitu mahasiswa sebagai penyulih auditor yunior sehingga
hal ini dapat sebagai pertimbangan apabila akan dilakukan penelitian berikutnya.
Kedua, waktu pelaksanaan eksperimen dilakukan beberapa tahap dengan waktu
yang berbeda sehingga dimungkinkan terjadi perembesan informasi dari subjek
dari satu kelas subjek kelas berikutnya. Namun hal ini sudah diantisipasi bahwa
jeda waktu tidak terlalu panjang. Pemberian manipulasi juga diberikan dalam
situasi dan suasana yang diupayakan tidak berbeda antar kelas. Ketiga,
pengambilan keputusan dilakukan secara individu padahal dalam praktik banyak
keputusan audit dilakukan secara kelompok, sehingga sangat diusulkan bagi
penelitian berikutnya untuk menyajikan penyelesaian penugasan secara kelompok,
tidak lagi secara individu.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. An Examination of Effect of
Experience and Task Complexcity on Audit judgment. Journal of The
Accounting Review, LXII (1) pages 1-13.
Academia. Kasus Phar Mor, Inc.
https://www.academia.edu/8322949/Kasus_Fraud_PHAR-
MOR_INC_I._ILUSTRASI_KASUS_Pihak-Pihak_yang_terkait.
Bonner, S. E. 1994. Is Experience Necessary in Cue Measurement? The Case of
Auditing Task. Contemporary Accounting Research, Vol. 8, No. 1.
University of Colorado.
Chung, J. dan G. S. Monroe. 2001. A Research Note on The Effect of Gender and
Task Complexity on Audit judgment. Journal of Behavioral Research, Vol.
13, pages 111-125.
DeZoort, F.T dan A. T. Lord. 1994. An Investigation of Obedience Pressure
Effects on Auditor’s Judgment. Behavioral Research in Accounting, Vol.
6, pages 1-30.
Elder, J. E, M. S. Beasley, dan A. A. Arens. 2010. Auditing and Assurance
Services. Pearson Education. Inc, thirteenth edition. Upper Saddle River,
New Jersey 07548
Faisal. 2007. Tekanan Pengaruh Sosial Dalam Menjelaskan Hubungan Moral
Reasoning Terhadap Keputusan Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, Vol. 4, No. 1, hal 25-46
Hartanto, H.Y dan I. W.Kusuma. 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan
Terhadap Audit Judgment. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Desember 2001.
Hartanto, S.Y. 1999. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Judgment
Auditor. Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
31
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik 31
Maret 2011. Jakarta: Salemba Empat.
Intiyas U dan Supriyadi. 2012. Flexibel Working Arrangement And Stress
Management Training in Mitigating Auditor’s Burnout: An Experimental
Study. SSRN-id2270892.
Irwanti, N.A. 2011. Pengaruh Gender dan Tekanan Ketaatan terhadap Audit
Judgment, Kompleksitas Tugas Sebagai Variabel Moderating. Jurusan
Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang.
Jamillah, S., Z. Fanani, dan G. Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan
Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Simposium
Nasional Akuntansi X Unhas Makassar, Vol. 10, No. 1, hal.1-30.
Jones, A. III., C. S Norman, dan B. Wier. 2010. Healthy Lifestyle as a Coping
Mechanism for Role Stress in Public Accounting. Behavioral Research in
Accounting, Vol. 22, pages 21-41.
Libby, R. 1995. The Role of Knowledge and Memory in Audit judgment. In
Judgment and Decision-Making Research in Accounting and Auditing.
Edited by R. Ashton and A. Ashton.Cambridge University Press New
York.
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam. Jakarta: Salemba Empat.
Restuningdiah, N. dan N. Indriantoro.2000. Pengaruh Partisipasi terhadap
Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan
Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai
sebagai Moderating Variabel. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3,
No.2, hal.119-133.
Rochman, Yahya. 2014. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Ketaatan, Pengalaman
Auditor Terhadap Pendeteksian Temuan Berindikasi Fraud dengan
Independensi Sebagai Variabel Intervening. Thesis S2 Akuntansi Fakultas
Ekonomi. Universitas Trunojoyo
Sanusi, Z. M., T.M.Iskandar dan J. M. L. Poon. 2007. Effect of Goal Orientation
and Task Complexity on Audit Judgment Performance. Malaysian
Accounting Review, pages 123-139.
32
Tan, H. T dan A. Kao. 1999. Accountability Effects on Auditors’ Performance:
Influence of Knowledge, Problem-Solving Ability, and Task Complexity.
Journal of Accounting Research, Vol. 37, pages 209-223.
Zulaikha. 2006. Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan
Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional
Akuntansi Universitas Padang, Vol. 9.
top related