bab 01 pendahuluan 2012 - perpustakaan...
Post on 12-Jun-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 1
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh berbagai aspek kehidupan
seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan
ekonomi, perkembangan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan,
baik secara fisik maupun non-fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan
tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak
terarah dan penurunan kualitas ruang, dimana berbagai kegiatan manusia dilaksanakan.
Ruang yang ada pada dasarnya terbatas, sementara kegiatan terus meningkat menjadikan perlu
perencanaan tata ruang yang lebih adaptif dan aplikatif. Pada sisi lain perkembangan peraturan
dan perkembangan wilayah sendiri semakin cepat sehingga tata ruang yang ada harus selalu
menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kabupaten Lamongan merupakan kabupaten yang memiliki banyak potensi, khususnya sektor
industri, perikanan, pertanian, dan pariwisata, tetapi keberadaan potensi tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu, Kabupaten Lamongan juga mempunyai peranan
penting baik dalam pengembangan wilayah, Jawa Timur maupun dalam skala Nasional. Dimana,
Lamongan termasuk dalam SWP Gerbangkartasusila Plus yang termasuk dalam Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Revitalisasi Kota – kota yang telah berfungsi.
Kabupaten Lamongan secara umum dapat dikatakan mengalami perkembangan yang cukup
pesat, berbagai program pembangunan dan kebijakan yang diambil juga menyesuaikan dengan
dinamika dan kebutuhan pembangunan, sehingga secara keseluruhan rencana tata ruang yang
PENDAHULUAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 2
ada dan telah disusun sebelumnya memerlukan beberapa penyesuaian. Perubahan dalam skala
nasional juga terjadi dengan terbitnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang yang menyebutkan bahwa dimensi waktu perencanaan adalah 20 Tahun, dan setiap
wilayah harus memiliki kawasan strategis.
Dalam Skala Nasional Lamongan termasuk dalam Gerbangkartasusila plus dengan pusat di
Metropolitan Surabaya. Dilihat secara sistem perwilayaah Surabaya ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional, sehingga Perkotaan Lamongan juga merupakan Pusat Kegiatan Nasional.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengembangan sistem transportasi skala regional dan
nasional sebagai penghubung antar wilayah. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi, jalan
nasional arteri Gresik- Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang. Sudirman- Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl.
Jaksa Agung Suprapto-Lamongan; Lamongan-Babat; dan Babat-Widang; jalan nasional kolektor
Babat-Bojonegoro dan Gresik-Sadang-Tuban; jalan propinsi kolektor Babat-Temangkar; Jl
Lamongrejo; Jl Akhmad Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup; Lamongan-Bts. Kab.
Mojokerto; Babat-Bts. Kab. Jombang; Jalan Lama Babat; dan Jalan Halte (Dradah,Ngimbang dan
Kambangan); rencana jalan tol Gresik – Lamongan – Tuban; dan pengembangan jaringan kereta
api double trek Surabaya - Gresik – Lamongan – Bojonegoro.
Pemerintah Kabupaten Lamongan telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang menuntut
perubahan ruang dalam skala besar, diantaranya adalah pengembangan Kawasan Strategis
Ekonomi berupa Lamongan Shorebase (LS), pengembangan Wisata Bahari Lamongan, Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong, Pelabuhan ASDP Paciran, Agropolitan di wilayah selatan, dan
pengembangan lainnya. Berbagai pertimbangan tersebut diatas menjadikan dasar perlunya
penyesuaian RTRW Kabupaten Lamongan yang ada, disertai penyempurnaan pada beberapa
bagian sesuai kebijakan dan perkiraan perkembangan pada masa yang akan datang.
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lamongan dilakukan dengan lebih adaptif, aplikatif dan
saling bersesuaian dengan berbagai program pembangunan dalam tingkat nasional, provinsi,
kabupaten termasuk kesesuaian dengan wilayah sekitarnya. Selanjutnya Kabupaten Lamongan
telah menetapkan arah pembangunan secara keseluruhan yang dituangkan dalam visi dan misi
pembangunan yakni :
Visi :
“Mewujudkan Lamongan sebagai kabupaten yang adil, merata, sejahtera, dan berdaya saing”
Misi :
- Mewujudkan masyarakat Lamongan yang terdidik, bermoral, dan berdaya saing untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
- Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan investasi dan
produktivitas sektor-sektor andalan daerah.
- Mewujudkan pembangunan daerah berupa sarana dan prasarana dasar (infrastruktur dan
utilitas) yang memadai guna membuka daerah yang masih terisolir dan tertinggal.
- Mewujudkan Lamongan yang Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) dengan
10 (sepuluh) prinsipnya, yaitu: 1) Prinsip Partisipasi; 2) Penegakan Hukum atau supremasi
hukum; 3) Transparansi; 4) Kesetaran; 5) Wawasan ke depan, 6) Akuntabilitas; 7)
Pengawasan; 8) Efisiensi; 9) Efektivitas; dan, 10) Profesionalisme aparatur.
- Mewujudkan kemampuan dalam pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamongan secara luas dan
merata.
- Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang tentram, tertib dan aman guna
menunjang efektifitas pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan memahami kondisi kearifan dan nilai-nilai budaya lokal.
Berdasarkan berbagai hal tersebut diatas, diharapkan dengan tersusunnya RTRW Kabupaten
Lamongan yang baru diharapkan akan menjadikan arahan pembangunan yang lebih harmonis,
serasi, selaras dan seimbang antar sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan
dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya pelaksanaan pembangunan
yang mengacu pada RTRW Kabupaten Lamongan ini diharapkan akan semakin mendorong
kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Lamongan secara keseluruhan.
RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta
menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
berwawasan tata ruang. RTRW Kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang
lebih rinci yakni penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana - rencana
ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 3
1.2. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lamongan ini berlandaskan pada :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di
Lingkungan Provinsi Jawa Timur, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103).
1.3. Profil Wilayah Kabupaten
Profil wilayah Kabupaten Lamongan menjelaskan mengenai gambaran umum kabupaten yang
dilengkapi dengan peta orientasi dan pembagian wilayah kabupaten, kependudukan dan sumber
daya manusia, potensi bencana alam, potensi sumber daya alam dan potensi ekonomi wilayah.
1.3.1. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan
Secara Administrasi wilayah kabupaten Lamongan memiliki batas-batas, sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban
Wilayah perencanaan terdiri atas 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474
desa/kelurahan (462 desa dan 12 kelurahan). Jumlah dusun sebanyak 1.486 dusun dan Rukun
Tetangga (RT) sebanyak 6.843 RT. Dengan Luas wilayah keseluruhan adalah 181.280 Ha.
Adapun kecamatan – kecamatan yang ada di dalam wilayah Kabupaten Lamongan meliputi
Kecamatan Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring,
Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Sarirejo, Deket, Glagah, Karangbinangun,
Turi, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran, Maduran, Laren, Solokuro, Paciran dan Brondong.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1. yaitu Orientasi Wilayah Kabupaten Lamongan
dalam Lingkup Propinsi Jawa Timur dan Peta 1.2. yaitu Batas Administrasi Kabupaten
Lamongan.
1.3.2 Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan
laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan
ketinggian 0-20 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100
m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m.
Klasifikasi kemiringan lahan per Kecamatan dapat dilihat pada tabel 1.2 dan pada Peta 1.3 Peta
Topografi Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 4
Tabel 1.1 Luas Daerah Per Kecamatan Menurut Klasifikasi Kemiringan
Kabupaten Lamongan
Nomor Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% Luas (Ha)
1 Sukorame 2.923 1.224 - - 4.147
2 Bluluk 3.503 1.850 62 - 5.415
3 Ngimbang 5.069 1.452 4.912 - 11.433
4 Sambeng 5.116 11.806 2.390 232 19.544
5 Mantup 8.217 1.060 30 - 9.307
6 Kembangbahu 6.352 32 - - 6.384
7 Sugio 7.020 2.027 82 - 9.129
8 Kedungpring 6.041 1.930 472 - 8.443
9 Modo 5.953 1.407 420 - 7.780
10 Babat 5.361 772 162 - 6.295
11 Pucuk 4.386 98 - - 4.484
12 Sukodadi 5.232 - - - 5.232
13 Lamongan 4.038 - - - 4.038
14 Tikung 5.299 - - - 5.299
15 Sarirejo 4.739 - - - 4.739
16 Deket 5.005 - - - 5.005
17 Glagah 4.052 - - - 4.052
18 Karangbinangun 5.288 - - - 5.288
19 Turi 5.869 - - - 5.869
20 Kalitengah 4.335 - - - 4.335
21 Karanggeneng 5.132 - - - 5.132
22 Sekaran 4.965 - - - 4.965
23 Maduran 3.015 - - - 3.015
24 Laren 7.285 2.315 - - 9.600
25 Solokuro 2.110 7.850 142 - 10.102
26 Paciran - 4.314 425 50 4.789
27 Brondong 5.047 2.337 75 - 7.459
JUMLAH 131.352 40.474 9.172 282 181.280
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 5
Peta 1.1 Orientasi Wilayah Kabupaten Lamongan dalam Lingkup Propinsi Jawa Timur
1.1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 6
Peta 1.2. Batas Administrasi Kabupaten Lamongan.
1.2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 7
Peta 1.3 Peta Topografi Kabupaten Lamongan.
1.3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 8
1.3.3 Geologi
Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zone
Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur
karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan
permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi
(cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua
pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai
kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan
masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi
secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut yang kaya unsur
karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen).
Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio-
Pleistosen)yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut.
Adapun jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Lamongan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
• Satuan Batu Lanau dengan sisipan batu gamping pasiran dan batu lempung
• Satuan Napal dengan sisipan batu pasir gampingan, batu pasir dan tuff
• Satuan Batu Lempung dengan sisipan batu pasir gampingan dan batu gamping
• Satuan Batu Pasir Tufan dengan sisipan konglomerat, breksi dan batu lempung
• Satuan Batu Gamping Koral dan Klastik dengan sisipan napal dan batu lempung
• Aluvial Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 1.4 Peta Geologi Kabupaten Lamongan.
1.3.4 Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Lamongan terdiri dari 8 macam, dengan Klasifikasi tanah terbesar
merupakan jenis tanah Kpl. Grumosol Kelabu Litosol. Dimana luas lahan berdasarkan pada jenis
tanahnya dapat dilihat pada tabel 1.2 dan Peta 1.5 Peta Jenis Tanah Kabupaten Lamongan.
Tabel 1.2 Luas Menurut Jenis Tanah Kabupaten Lamongan
Nomor Jenis Tanah
Luas
Hektar %
1 Alluvial Hidromorf 250 0,14
2 Alluvial Kelabu Kekuningan 68.810 37,96
3 Assosiasi Hidromorf 600 0,33
4 Litosol 7.659 4,22
Nomor Jenis Tanah
Luas
Hektar %
5 Regusal Coklat kekuningan 350 0,19
6 Grumosal Kelabu 2.125 1,17
7 Kpl. Grumosol Kelabu Litosal 78.990 43,57
8 Kpl. Medeteran Merah dan Litosal 22.496 12,41
JUMLAH 181.280 100,00
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007
1.3.5 Kemampuan Tanah
Kemampuan tanah adalah identifikasi unsur-unsur tanah yang sangat berpengaruh terutama
terhadap jenis-jenis penggunaan tanah yang ada di atasnya. Unsur kemampuan tanah yang
dimaksud terdiri dari luas kemiringan tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, drainase
permukaan tanah, faktor terbatas berbatu dan erosi tanah. Luas tanah berdasarkan kemampuan
tanah pada Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3 Luas Dirinci Menurut Kemampuan Tanah Kabupaten Lamongan
Nomor Uraian
Luas
Hektar %
1
Luas Kemiringan Tanah
0 - 2 % 131.352 72,46
3 - 15% 40.474 22,33
16 - 40% 9.172 5,06
> 40% 282 0,16
Total 181.280 100,00
2
Tekstur Tanah
Sedang 114.884 63,37
Halus 63.709 35,14
Kasar 2.687 1,48
Total 181.280 100,00
3
Kedalaman Efektif Tanah
0 - 30 Cm 5.989 3,30
31 - 60 Cm 12.916 7,12
61 – 90 Cm 34.656 19,12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 9
Nomor Uraian
Luas
Hektar %
> 90 Cm 127.719 70,45
Total 181.280 100,00
4
Drainase Permukaan Tanah
Tidak pernah tergenang 151.395 83,51
Tergenang Periodik 29.273 16,15
Tergenang terus-
menerus
612 0,34
Total 181.280 100,00
5
Faktor Terbatas Berbatu
Tidak Berbatu 180.072 99,33
Berbatu 1.208 0,67
Total 181.280 100,00
6
Erosi Tanah
Tidak ada Erosi 169.994 93,77
Ada Erosi 11.286 6,23
JUMLAH 181.280 100,00
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007
Kemampuan tanah di Kabupaten Lamongan merupakan unsur-unsur yang sangat berpengaruh
pada jenis-jenis penggunaan lahan yang ada diatasnya. Unsur-unsur fisik tersebut meliputi :
A. Tekstur Tanah
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lamongan bertekstur Sedang 114.884 Ha atau 63,37 % dari
luas wilayah. Selain itu, wilayah dengan luas 63.709 Ha atau 35,14 % adalah tanah dengan
tekstur halus sedangkan tanah dengan tekstur kasar mempunyai luas sebesar 2.687 Ha atau 1,48
% dari luas wilayah Kabupaten Lamongan seluruhnya.
B. Kedalaman Efektif Tanah
Sebagian besar kecamatan di Kabupaten Lamongan, wilayahnya terletak pada kedalaman > 90
cm yang mencakup areal seluas 127.719 Ha atau 70,45%. Wilayah dengan kedalaman ini baik
untuk pertumbuhan perakaran tanaman. Sedangkan yang memiliki kedalaman 61 - 90 cm di
Kabupaten Lamongan meliputi areal seluas 34.656 Ha atau 19,12 % dari luas Kabupaten
Lamongan seluruhnya. Wilayah ini baik untuk tanaman semusim dan cukup baik untuk tanaman
keras atau Tahunan. Wilayah yang berada pada kedalaman 31 - 60 cm di Kabupaten lamongan
adalah seluas + 12.916 Ha atau 7.12 % dari seluruh luas Kabupaten Lamongan yang mana kondisi
demikian ini cukup baik untuk tanaman keras/Tahunan. Luas wilayah di Kabupaten Lamongan
yang berada pada kedalaman efektif tanah 0-30 cm adalah seluas 5.989 Ha atau 3,30% dari
seluruh luas Kabupaten Lamongan. Pada wilayah ini masih memungkinkan diusahakan tanaman
semusim, tetapi pada kedalaman 0 - 10 cm tidak baik untuk pertumbuhan tanaman.
C. Drainase
Kabupaten Lamongan memiliki drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air mencakup
seluas 151.395 Ha atau 83.51% dari wilayah Kabupaten Lamongan seluruhnya, kecuali pada
dataran-dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Drainase tanah
menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air dan menunjukkan
kecepatan resapan air dari permukaan tanah.
D. Erosi Tanah
Di Kabupaten Lamongan, wilayah yang tidak ada erosi yang meliputi areal seluas 169.994 Ha
atau 93,77 % dari luas Kabupaten Lamongan seluruhnya sedangkan yang tererosi seluas 11.286
Ha atau 6,23 % dari luas Kabupaten Lamongan seluruhnya.
1.3.6 Klimatologi
Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten
Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai
dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata
curah hujan pada Tahun 2004 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat
sebanyak 1.255 mm dan hari hujan tercatat 72 hari. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta
1.6 Peta Curah Hujan Kabupaten Lamongan.
1.3.7 Hidrologi
Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana
pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan
bencana banjir namun sebaliknya pada saat musim kemarau disebagian besar wilayah
Kabupaten Lamongan relatif berkurang.
Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan
sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai
besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata – rata 531,61 m3/bulan
(debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah
Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong
sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 10
Peta 1.4 Peta Geologi Kabupaten Lamongan
1.4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 12
Peta 1.6 Peta Klimatologi Kabupaten Lamongan.
1.6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 13
Peta 1.7 Peta Hidrologi Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 14
Wilayah Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar bahkan pada beberapa
wilayah banyak dijumpai cekungan – cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah
masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah
bulan sampai dengan tiga bulan pada musim kemarau.
Lokasi Genangan di Kabupaten Lamongan berdasarkan Periodik waktu antara lain, yaitu:
� Tergenang periodik selama 1/2 bulan terjadi di Kecamatan Pucuk, Sukodadi, Lamongan,
dan Turi.
� Tergenang periodik selama 1 bulan terjadi di Kecamatan Babat dan Sekaran.
� Tergenang periodik selama 1 – 2 bulan terjadi di Kecamatan Glagah, Deket,
Karangbinangun, Kalitengah dan Karanggeneng.
� Tergenang periodik selama 3 bulan terjadi di Kecamatan Laren.
Adapun untuk air tanah (dibawah permukaan, termasuk mata air) sebarannya sangat jarang dan
terbatas. Bahwa Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari cekungan air bawah tanah
Surabaya-Bojonegoro, dimana potensi air bawah tanah dangkal di Kabupaten Lamongan diduga
sebesar 306 juta M3/Tahun dan air tanah dalam sebesar 3 juta M3/Tahun, sehingga untuk
mendapatkan gambaran mengenai potensi air bawah tanah ini diperlukan studi khusus. Untuk
lebih jelas mengenai gambaran hidrologi di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Peta 1.7
Peta Hidrologi Kabupaten Lamongan.
1.3.8 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
1.3.8.1 Jumlah Penduduk
Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung dengan masyarakat/penduduk.
Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai
dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud disini adalah karakter dari
masing-masing penduduk.
Perkembangan penduduk Kabupaten Lamongan selama tahun - tahun terakhir mengalami
perubahan dan perkembangan yang cukup besar mulai dari Tahun 2002 hingga Tahun 2005 yaitu
secara berurutan berjumlah 1.217.316 jiwa, 1.224.813 jiwa, 1.235.152 jiwa, dan 1.393.131
jiwa. Namun, pada Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah penduduk dibandingkan dengan
jumlah penduduk Tahun sebelumnya yaitu pada Tahun 2006 jumlah penduduknya menjadi
1.390.053 jiwa, sedangkan pada Tahun 2007 kembali mengalami peningkatan jumlah penduduk,
dimana jumlah penduduknya berjumlah 1.412.386 jiwa. Untuk perkembangan jumlah penduduk
pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada Peta 1.8 Jumlah Penduduk Kabupaten
Lamongan Tahun 2007 dan Tabel 1.4
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan
Tahun 2002-2007
No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Sukorame 20,032 20,032 20,044 22,007 21,851 22,180
2 Bluluk 21,059 21,500 21,562 23,406 23,128 23,374
3 Ngimbang 42,085 42,108 42,069 46,169 45,893 46,500
4 Sambeng 49,095 49,290 49,325 52,205 51,259 50,269
5 Mantup 41,222 41,314 42,329 46,305 45,868 46,510
6 Kembangbahu 44,316 44,292 44,346 52,438 52,181 53,503
7 Sugio 54,892 54,884 56,702 61,948 64,154 65,972
8 Kedungpring 53,151 53,309 53,291 64,923 64,111 65,546
9 Modo 45,697 45,700 46,404 51,307 51,362 51,951
10 Babat 75,707 75,918 76,144 89,968 88,684 89,597
11 Pucuk 47,666 47,557 47,535 54,213 53,621 54,264
12 Sukodadi 48,336 48,804 49,803 56,400 56,807 57,797
13 Lamongan 61,073 61,265 61,802 67,998 66,698 67,552
14 Tikung 38,360 38,672 38,716 43,114 42,267 42,885
15 Sarirejo 23,715 23,700 23,654 25,840 25,373 25,724
16 Deket 43,324 43,123 43,174 47,403 45,905 46,631
17 Glagah 44,083 44,151 44,363 48,265 47,330 47,412
18 Karangbinangun 41,662 43,711 43,919 44,375 43,765 43,722
19 Turi 49,766 50,432 51,061 54,498 53,239 54,410
20 Kalitengah 33,895 33,956 34,986 36,887 36,612 37,904
21 Karanggeneng 42,896 43,607 44,253 48,250 47,928 48,643
22 Sekaran 44,562 44,675 44,791 55,066 55,678 57,479
23 Maduran 35,239 34,989 35,172 44,069 43,832 44,502
24 Laren 46,977 47,203 47,350 54,482 54,603 55,446
25 Solokuro 41,047 41,752 42,351 45,451 45,938 46,636
26 Paciran 74,212 75,082 76,098 89,698 90,914 92,177
27 Brondong 53,247 53,787 53,908 66,446 71,052 73,800
Jumlah 1.217.316 1.224.813 1.235.152 1.393.131 1.390.053 1.412.386
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2007
1.3.8.2 Karakteristik Budaya
Masyarakat Lamongan adalah masyarakat yang religius, Pemerintah Kabupaten Lamongan sangat
mendorong terciptanya pembangunan masyarakat seutuhnya. Wujud dari dorongan pemerintah
tersebut adalah dengan pendirian tempat ibadah, banyaknya pondok pesantren yang ada di
Kabupaten Lamongan serta banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang berlangsung.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 15
Demikian juga terhadap kerukunan umat dalam satu agama maupun kerukunan antar pemeluk
agama, Pemerintah Kabupaten Lamongan telah memfasilitasi kegiatan dialog antar umat
beragama maupun turut serta dalam dialog antar agama yang diadakan propinsi.
Selain di bidang agama masyarakat di Kabupaten Lamongan memiliki jiwa seni yang cukup
besar, hal ini terlihat dari banyaknya kelompok seni dan padepokan seni yang ada di Kabupaten
Lamongan serta terdapat cagar budaya yang di lindungi.
1.3.8.3 Proyeksi Penduduk
Perkembangan penduduk di Kabupaten Lamongan mulai dari Tahun 2002-2007 menunjukkan
peningkatan dengan pertambahan rata-rata mencapai 39.014 jiwa setiap Tahunnya, hal ini
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dikarenakan mobilitas penduduk tergolong cepat.
Berdasarkan tren perkembangan penduduk akan terus meningkat sampai pada akhir Tahun
perencanaan 2031. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan penduduk sampai pada akhir
Tahun perencanaan dapat dilihat pada Peta 1.9 Distribusi Penduduk Kabupaten Lamongan
Tahun 2011 -2031 dan gambar 4.1.
PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2008-2028
2008
2013
2018
2023
2028
1,452,500
1,674,724
1,938,653
2,253,414
2,630,389
1
2
3
4
5
Jumlah Penddk
Gambar 1.1. Proyeksi Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031
1.3.8.4 Sumberdaya Manusia Menurut Sektor Pekerja Utama
Sumberdaya manusia Kabupaten Lamongan dilihat berdasarkan mata pencaharian masih
didominasi sektor pertanian, dari jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lamongan sekitar
55,84 persen bekerja disektor pertanian, kemudian disektor perdagangan sebesar 18,01 persen,
disektor jasa sebesar 10,35 persen, sektor industri 9,49 persen dan sisanya disektor
pertambangan, gas, listrik dan air bersih, konstruksi, keuangan dan transportasi dan
komunikasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 - 2031
2031
2011
2016
2021
2026
2.273.456
2.059.139
1.865.025
1.689.211
1.529.970
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 16
Peta 1.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2007
1.7
1.8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 17
Peta 1.9 Distribusi Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2008 -2028
1.9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 18
Gambar 1.2. : Diagram Sumberdaya Manusia Menurut
Sektor Pekerja Utama Tahun 2007
Melihat perkembangan Kabupaten Lamongan dimasa yang akan datang menunjukkan sektor
industri akan semakin meningkat, hal ini akan mempengaruhi sistem mata pencaharian
masyarakat. Berkurangnya lahan pertanian untuk pengembangan kawasan industri akan
mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian dari petani menjadi pekerja industri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan adanya pelatihan di bidang industri, agar
masyarakat dapat memperdalam pengetahuan tentang potensi besar yang dapat dihasilkan oleh
industri. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan SDM berdasarkan mata pencaharian pada
lima Tahun yang akan datang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.3. Proyeksi Pekerja 5 Tahun Yang Akan Datang
Pada gambar diatas menunjukkan pekerja dibidang pertanian menurun menjadi 25 % dari 55,84
% kemudian pekerja disektor perdagangan, jasa-jasa, dan industri semakin meningkat.
Dengan adanya kegiatan industrialisasi di wilayah pantura dan wilayah selatan sebagai kegiatan
agro-industri dapat mendorong peluang kesempatan kerja sehinga berdampak terhadap
peningkatan jumlah penduduk secara umum di Kabupaten Lamongan. Adapun kegiatan ekonomi
yang memberikan dampak besar terhadap peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten
Lamongan terdiri dari industri dan pelabuhan.
1.3.8.5 Sektor Industri
Kegiatan Industri yang terdapat di Kabupaten Lamongan di wilayah pantura meliputi Industri LS,
Dok Perkapalan dan manufaktur lainnya, sedangkan di wilayah selatan di kembangkan untuk
kawasan agropolitan. Perkiraan jumlah penduduk yang akan berkembang sebagai dampak dari
kegiatan industri tersebut adalah diketahui melalui perhitungan standar dimana 1 hektar lahan
PROYEKSI PEKERJA 5 TAHUN YANG AKAN DATANG
, Perdagangan
, Hotel & Restoran
33.90%
& Angkutan
, Komunikasi
1.69%
, Keuangan
Persewaan & Jasa
Pers, 3.25%
Jasa-jasa, 15%
Industri
, Pengolahan
12.50%
Listrik, Gas & Air
Bersih, 1.65%Bangunan/Konstru
ksi, 3.20%
Pertambangan/Pe
nggalian, 0.26%
Pertanian, 25%
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 19
pada kawasan industri akan menimbulkan bengkitan tenaga kerja sebagai 100 tenaga Kerja.
Masing-masing tenaga kerja akan memiliki keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja Kawasan Industri
Kegiatan Perhitungan Jumlah TK
(jiwa)
Kawasan Industri LS Bangkitan = 100 TK / Ha;
Luasan 100 Ha; 10.000
Kawasan Industri Dok Perkapalan
Surabaya
Bangkitan = 100 TK / Ha;
Luasan 20 Ha; 2.000
Kawasan Industri Dok Pantai
Lamongan
Bangkitan = 100 TK / Ha;
Luasan 37,5 Ha; 3.750
PT.Dok Lamongan Marine
Industry
Bangkitan = 100 TK / Ha;
Luasan 35 Ha; 3.500
PT. Bunga Wangsa Sejati Bangkitan = 100 TK / Ha;
Luasan 17 Ha; 1.700
Industri Jagung Ngimbang-
Sambeng
Bangkitan = 100 TK / Ha;
Total Area + 50 Ha. 5.000
Jumlah 25.950
Sumber: Hasil Analisa
Penduduk dikawasan industri terdiri dari Kelompok manager, staff dan buruh. Dari perkiraan
jumlah tenaga kerja di kawasan industri sesuai dengan tabel diatas menunjukkan angka
sejumlah 25.950 jiwa tenaga kerja.
1.3.8.6 Pelabuhan
Kawasan Pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Lamongan terdiri dari Pelabuhan ASDP Paciran,
Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong dan Pelabuhan Rakyat Brondong di Sedayulawas.
Perkiraan jumlah penduduk yang akan berkembang sebagai dampak dari kegiatan pelabuhan
adalah tarikan tenaga kerja untuk 1 hektar kawasn pelabuhan memiliki bangkitan tenaga kerja
sebanyak 40 jiwa dan untuk pelabuhan perikanan diasumsikan dengan menggunakan jumlah
pekerja yang terdapat di pelabuhan perikanan.
Tabel 1.6 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja Kawasan Pelabuhan
Kegiatan Perhitungan Jumlah TK
(jiwa)
Kawasan Pelabuhan Sedayulawas Bangkitan = 40 TK / Ha;
Total Area + 8,75 Ha. 3.600
Kawasan Pelabuhan ASDP
Paciran
Bangkitan = 40 TK / Ha;
Total Area + 5,6 Ha. 224
Kawasan Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong
Jumlah TK di Kawasan
Pelabuhan 2.550
Jumlah 6.374
Sumber: Hasil Analisa
1.3.9 Potensi Bencana Alam
Rawan bencana yang terdapat di Kabupaten Lamongan adalah bencana banjir dan bencana
gelombang pasang.
A. Potensi
1. Kawasan rawan Banjir di Kabupaten Lamongan berada di kawasan yang di lalui oleh
Sungai Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Glagah, Karangbinangun, Turi dan Deket.
2. Pengelolaan kawasan yang terkena banjir dapat diantispasi dengan melakukan reboisasi
pada sepanjang airan sungai Bengawan Solo.
3. Potensi kawasan bencana lainnya dapat terjadi di Kecamatan Paciran dan Kecamatan
Brondong yang merupakan kawasan pesisir.
B. Masalah
1. Bencana banjir di sekitar sungai Bengawan Solo diakibatkan oleh terdapatnya
penggunaan lahan pada kawasan konservasi yaitu di tepi sungai.
2. Tidak terdapatnya penghijauan di sepanjang tepi sungai.
3. Tingginya tingkat pengembangan wilayah di kawasan pesisir sehingga mengalami
benturan dengan kelestarian lingkungan.
4. Mulai hilangnya kawasan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang.
5. Potensi yang besar di kawasan pesisir sehingga mendorong pengembangan kawasan
budidaya yang membutuhkan lahan pengembangan yang luas sehingga banyak lahan
konservasi yang terpakai. Hal ini memungkinkan terjadinya gelombang pasang jika
tidak ada penanggulangan dini.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 20
A. Rawan Bencana Banjir
Beberapa kawasan di Kabupaten Lamongan merupakan kawasan rawan banjir terutama pada
kawasan yang dilalui oleh aliran Sungai Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Babat, Sekaran,
Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun. Selain kawasan
tersebut kawasan lainnya yang termasuk dalam rawan bencana banjir antara lain Kecamatan
Deket dan Turi. Luas seluruh kawasan rawan bencana di Kabupaten Lamongan mencapai +
29.273 Ha atau sekitar 16,15 % dari luas wilayah Kabupaten Lamongan.
Beberapa penyebab terjadinya banjir antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya
kawasan hijau di sekitar daerah sungai, dan banyak terdapat kawasan budidaya di sekitar
kawasan konservasi.
Gambar 1.4. : Upaya Penanggulangan Kawasan Rawan Banjir
Berdasarkan kerawanan terhadap banjir diatas, maka guna mengantisipasi bahaya banjir dan
genangan periodik adalah :
1. Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah melalui Pengelolaan
DAS Bengawan Solo.
2. Pengelolaan irigasi yang tersistem dengan memanfaatkan DAS Bengawan Solo.
3. Melakukan penghijauan pada sepanjang sempadan aliran sungai.
4. Melakukan perlindungan hutan pada Kawasan sekitar sungai.
5. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan
dataran dan rawan banjir;
6. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
7. Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah
lain.
8. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam banjir dan bencana alam lainnya
sebagai kawasan terbangun;
B. Rawan Gelombang Pasang
Rawan bencana berupa rawan gelombang pasar perlu diantisipasi pada kawasan pantura yaitu di
pesisir Brondong dan Paciran. Kawasan ini merupakan kawasan dengan intensitas pengembangan
yang tinggi terutama untuk kegiatan-kegiatan budidaya. Untuk menyeimbangkan kelestarian
lingkungan sekitar pantai dan untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya bencana terutama
bencana gelombang pasang, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan sejak dini.
Adapun upaya penanggulangan untuk mengantisipasi kemungkinan rawan gelombang pasang,
sebagai berikut :
1. Pembangunan Jetty/penahan gelombang untuk memecah gelombang pasang.
2. Perlindungan terhadap terumbu karang untuk kelestarian biota laut.
3. Mengamankan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dilakukan dengan
mempertahankan ekosistem pantai meliputi mangrove, terumbu karang, rumput laut dan
estuaria;
4. Melakukan revitaslisasi kawasan sekitar pantai melalui pengembangan hutan mangrove
dan vegetasi untuk mencegah gelombang pasang
Gambar 1.5 : Upaya Pengelolaan Kawasan Konservasi di Sekitar Pantai
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 1.10 Peta Potensi Bencana Alam Kabupaten
Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 21
Peta 1.10 Peta Potensi Bencana Alam Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 22
1.3.10 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Lamongan diantarnya adalah potensi
pertambangan. Pertambangan merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam
dengan melakukan kegiatan mulai dengan pencarian dan pembuktian, penggalian dan
pengelolaan sampai ke pemasaran untuk digunakan dalam industri selanjutnya.
Kegiatan pertambangan bahan galian batuan di Kabupaten Lamongan tersebar di beberapa
wilayah. Masalah atau dampak negatif yang ditimbulkan akibat usaha pertambangan bahan
galian mineral batuan antara lain :
• Bentuk topografi akan berubah (khusus untuk daerah perbukitan) dan meninggalkan bentang
alam yang rusak dan gersang.
• Tanah penutup yang subur akan hilang yang menyebabkan pertambahan luasnya perbukitan
gundul dan tanah gersang, mengakibatkan terjadinya tanah longsor/gerakan tanah pada
daerah perbukitan yang curam.
• Tata air termasuk air tanah akan berubah/berkurang atau menghilangkan sumber air.
Permukaan air tanah menurun akan menyebabkan kelembaban udara akan turun dan tanah
akan menjadi kering, pada daerah – daerah tertentu terjadi penurunan permukaan tanah
yang berakibat langsung dengan penurunan permukaan air tanah.
Selain itu, terjadi pelumpuran pada musim hujan pada air permukaan (sungai, rawa, dan
waduk), juga meningkatkan proses erosi, sedimentasi dan pendangkalan pada sungai, rawa dan
waduk. Pada musim hujan akan terjadi banjir di bagian daratan dan muara sungai, sedangkan
banjir bandang/gerakan tanah terjadi di daerah perbukitan.
Kawasan Pertambangan di Kabupaten Lamongan terdapat di Desa Balongwangi, Kecamatan
Tikung yaitu Sumur Minyak Gondang I. Sumur Minyak Gondang I tersebut telah dieksplorasi pada
Desember 1991. Pada saat eksploitasi pertama yang dilakukan oleh pihak PetroChina, produksi
minyak dari sumur tersebut mencapai 110 barel (17.600 liter) per hari, dan diperkiraan dalam
waktu yang tidak terlalu lama kandungan minyak tersebut akan habis.
Namun memasuki bulan Desember 2005, produksi minyak menurun menjadi 50 sampai 55 barel
(8.000 sampai 8.800 liter) per hari dan gas 6 kaki kubik per hari. Walaupun nantinya kandungan
minyak di Sumur Gondang I telah habis, kegiatan pemboran minyak di Balongwangi masih akan
berlangsung lama. Hal ini disebabkan Petro China masih terus mencari sumber minyak yang lain
di sekitar Sumur Gondang I.
1.3.11 Potensi Ekonomi Wilayah
Kondisi perekonomian yang ada di Kabupaten Lamongan bergerak dalam berbagai sektor
diantaranya adalah pada sektor pertanian; pertambangan/penggalian; industri pengolahan;
listrik, gas dan air bersih; bangunan/kontruksi; perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan
komukasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.
Sebagai indikator kondisi perekonomian daerah data PDRB sangat bermanfaat untuk memonitor
dan mengevaluasi proses pembangunan khususnya pembangunan ekonomi yang telah dan sedang
berjalan. Dengan ketersediaan data PDRB maka akan dapat diketahui perkembangan struktur
ekonomi daerah, laju pertumbuhan ekonomi, serta indikator makro ekonomi lainnya. Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan di Kabupaten Lamongan menunjukkan sektor
pertanian lebih dominan dibandingkan sektor lainnya. kemudian di sektor industri, perdagangan
dan jasa-jasa semakin meningkat tiap tahunnya. untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.7 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2007
No Lapangan Usaha
Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1 Pertanian
1,916,915.77
2,020,727.99
2,178,534.38
2,367,681.06
2.643.252,46
2
Pertambangan/
Penggalian
10,897.19
11,761.91
14,878.12
16,775.18
18.536,57
3 Industri Pengolahan
214,699.89
243,123.61
274,012.91
326,138.18
369.954,47
4
Listrik, Gas & Air
Bersih
70,107.66
73,040.51
75,691.04
83,690.28 134.728,41
5
Bangunan/
Konstruksi
138,440.21
167,218.32
197,702.56
217,275.12 243.130,86
6
Perdagangan, Hotel
& Restoran
1,136,510.89
1,335,893.65
1,558,442.87
1,908,565.99 2.221.828,48
7
Angkutan &
Komunikasi
72,206.18
82,951.49
97,145.60
110,151.76
123.753,47
8
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Pers
138,691.50
161,335.22
188,986.08
227,234.79
277,196,85
9 Jasa-jasa
566,978.30
615,067.63
690,485.23
758,623.72 774.149,10
Jumlah 4,265,447.59 4,711,120.33 5,275,878.79 6.016.136,08 6.806.530,68
Sumber : PDRB Kabupaten Lamongan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 23
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan mulai dari Tahun 2003-2007 pada
sektor pertanian masih dominan. Kemudian serktor industri, perdagangan dan jasa-jasa terus
meningkat, sedangkan sektor lainnya masih konstan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.8 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2007
No Lapangan Usaha Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
1 Pertanian 1,675,775.16 1,705,441.76 1,734,688.56 1,764,039.38 1.812.097,08
2
Pertambangan/
Penggalian 6,829.57 7,098.26 7,759.12 8,152.81 8.633,83
3
Industri
Pengolahan 183,288.13 196,621.20 209,626.03 229,562.97 245.692,73
4
Listrik, Gas & Air
Bersih 51,440.89 47,371.74 48,225.67 50,369.23 113.158,00
5
Bangunan/
Konstruksi 110,208.38 120,845.82 130,557.85 136,460.37 144.306,84
6
Perdagangan,
Hotel & Restoran 918,389.72 1,003,532.26 1,094,083.22 1,206,927.16 1.324.106,32
7
Angkutan &
Komunikasi 57,126.07 60,572.36 63,567.28 66,986.28 71.243,66
8
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Pers 113,581.96 126,407.32 141,942.93 157,273.43 178.526,00
9 Jasa-jasa 421,082.77 427,903.02 453,251.13 473,142.67 430.974,87
Jumlah 3,537,722.65 3,695,793.74 3,883,701.79 4.092.014,30 4.328.739,32
Sumber : PDRB Kabupaten Lamongan
Dilihat dari prosentase PDRB Kabupaten Lamongan atas dasar harga berlaku pada Tahun 2007
pada sektor pertanian lebih dominan sebesar 38,85 % angka ini menunjukkan penurunan dari
Tahun 2003-2007, sedangkan sektor perdagangan dan jasa sebesar 44,02 % menunjukkan
peningkatan mulai dari Tahun 2003-2007 dan didukung oleh sektor industri yang terus
meningkat. Hal ini menunjukkan sektor pertanian akan terus menurun akibat dari
perkembangan industri dan sektor pendukungnya seperti perdagangan dan jasa serta kegiatan
konstruksi yang membutuhkan lahan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.9 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Lamongan Tahun 2003-2007 (%)
No Sektor
Tahun
2003 2004 2005 2006 2007
I Primer : 45,24 43,15 41,35 39,65 39,12
1. Pertanian 44,98 42,90 41,07 39,37 38,85
2. Penggalian 0,26 0,25 0,28 0,28 0,27
II Sekunder :
3. Industri Pengolahan 5,04 5,16 5,17 5,42 5,43
4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,65 1,55 2,12 2,05 1,98
5. Bangunan/Konstruksi 3,20 3,55 3,73 3,61 3,57
III Tersier :
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 26,65 28,35 29,93 31,73 32,64
7. Angkutan & Komunikasi 1,69 1,77 1,83 1,83 1,81
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,25 3,43 3,57 3,78 4,07
9. Jasa-jasa 13,28 13,04 12,30 11,93 11,38
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : PDRB Kabupaten Lamongan
Salah satu tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi diantaranya terjadinya pergeseran
struktur ekonomi dari sektor primer menuju ke sektor sekunder dan tersier. Kondisi yang
diharapkan adalah terjadinya proses transformasi dari masyarakat agraris menuju masyarakat
yang berorientasi budaya industri. Dari tabel 1.9 diatas bahwa selama 5 tahun terakhir kondisi
sektor primer cenderung menurun yakni dari 45,24 % (tahun 2003) menjadi 39,12 % (tahun
2007). Sedangkan kontribusi sektor tersier cenderung meningkat yakni dari 44,87 % (tahun 2003)
menjadi 50,41 % (tahun 2007), penggerak utama sektor tersier adalah perdagangan, hotel dan
restoran dengan kontribusi mencapai 26,65 % (tahun 2003) meningkat menjadi 32,64 % (tahun
2007).
1.3.12 Perkembangan Fungsi Kawasan
1.3.12.1 Kawasan Permukiman
Permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni kawasan permukiman
perkotaan yang dapat diindikasikan juga sebagai Ibukota Kecamatan. Wilayah ini di dominasi
kegiatan yang difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 24
pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan permukiman
pedesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh
lahan pertanian, tegalan, perkebunan sebagian diantaranya memiliki aksesibilitas yang kurang,
jumlah sarana dan prasarana penunjang terbatas pada skala pelayanan lokal.
Untuk wilayah Kabupaten Lamongan berdasarkan tinjauan terhadap masterplan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D), rencana
pemukiman dibagi kedalam empat tipologi pemukiman. Tipologi ini dilihat berdasarkan
karakteristik perkembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Adapun tipologi tersebut meliputi :
A. Kawasan pertanian/pegunungan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak
dibagian selatan Kabupaten Lamongan.
Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena tuntutan lahan mata pencaharian. cirinya
adalah bahwa masyarakat yang memiliki mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang
berdekatan mengelompok membentuk sebuah kampung.
B. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak dekat dengan jalan
utama kabupaten (bagian tengah Kabupaten Lamongan).
Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari
kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya sudah baik (dinding permanen, lantai
ubin/keramik, atap genteng), kepadatan bengunan sedang hingga tinggi, prasarana dan
sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya.
Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong
yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
C. Kawasan potensial, terdapat pada daerah - daerah yang mempunyai kecenderungan
perkembangan yang pesat dan umumnya terletak pada posisi strategis.
Kawasan ini berkembang/terbentuk karena potensi strategis kawasannya (terletak di
jaringan jalan utama (jalur utama) regional serta cepat berkembang. hal tersebut terlihat
dari angka pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Angka pertumbuhan penduduk
yang relatif tinggi, kondisi rumah umumnya sudah baik (dinding permanen, lantai
ubin/keramik, atap genteng), kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan
sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi.
Potensi terhadap perkembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong
yang tersedia masih memungkinkan untuk perkembangan tersebut.
D. Kawasan pesisir, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak di bagian Utara
Kabupaten Lamongan (Kawasan Pantai Utara).
Sesuai dengan namanya kawasan pantai/pesisir adalah kawasan yang terletak disepanjang
pantai/pesisir, dengan mata pencaharian utama pada sektor perikanan.
Angka kepadatan penduduk yang relatif sedang, kondisi rumah umumnya kurang baik dan
cenderung kumuh (dinding tidak permanen, lantai ubin dan tanah, atap genteng),
kepadatan bangunan sangat tinggi terutama yang berada disepanjang pesisir prasarana dan
sarana sangat terbatas, terutama yang berada diareal permukiman.
Adapun wilayah kabupaten Lamongan berdasarkan empat tipologi tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.10 Tipologi Permukiman Kabupaten Lamongan
NO TIPOLOGI KECAMATAN
1 Kawasan
Pertanian/Pegunungan
Mantup, Sukarame, Bluluk,
Ngimbang, Sambeng,
Kembangbahu, Sugio,
Kedungpring, Modo, Tikung,
Glagah, Karangbinangun,
Kalitengah, Karanggeneng,
Sekaran, Maduran, Laren,
Solokuro, Sarirejo.
2 Kawasan Perkotaan Lamongan, Deket
3 Kawasan Potensial Babat, Sukodadi, Pucuk, Turi
4 Kawasan Pesisir Brondong, Paciran
Sumber : RP4D Kab Lamongan 2007
1.3.12.2 Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan seluas 91.458,91
ha dengan rincian: pertanian lahan basah (sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian lahan
kering/hortikultura (bukan sawah) seluas 12.138,91 ha. Dimana untuk kawasan jenis ini
keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. Kondisi tersebut
menggambarkan bahwa kawasan ini mampu menciptakan swasembada pangan terutama melalui
program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta
rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan
bagi pertanian daerah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 25
Tabel 1.11 Luas Pertanian Lahan Basah (Sawah)
NO URAIAN LUAS (ha)
1 Sawah beririgasi teknis 14.730
2 Sawah beririgasi setengah teknis 10.551
3 Sawah beririgasi sederhana 20.560
4 Sawah tadah hujan 33.479
JUMLAH 79.320
Sumber : LDA Kab Lamongan 2007
Tabel 1.12 Luas Pertanian Lahan Kering/Hortikultura (Bukan Sawah)
NO URAIAN LUAS (ha)
1 Tegalan 9.941,91
2 Ladang 2.197
JUMLAH 12.138,91
Sumber : LDA Kabupaten Lamongan 2007
1.3.12.3 Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan tersebar secara tidak merata pada setiap
kecamatan, dengan luas lahan seluas 9.919,14 ha. Jenis komoditi perkebunan yang ada antara
lain adalah tanaman tebu, tembakau, kapas, kenaf, kelapa, jambu mete, siwalan dan cabe
jamu. Agar nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi maka sebaiknya komoditi yang ada dapat
ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena perkebunan ini tidak ada pada setiap
kecamatan.
Tabel 1.13 Jumlah Produksi Perkebunan Kabupaten Lamongan Tahun 2007
No Kecamatan Jumlah Produksi (Ton)
JUMLAH Cabe Jamu
Kenaf Tembakau Rakyat Tebu Kelapa Kapas
Tembakau Virginia
1 Sukorame - - 1,092 - 5.35 - 1,665 2,762.35
2 Bluluk - - 498 145.740 25.65 - 1,571 2,240.39
3 Ngimbang 3.20 - - 2,544.047 7.46 - 2,725 5,279.71
4 Sambeng - - 3,605 4,199.804 21.67 41.12 169 8,036.59
5 Mantup 152.19 - - 5,115.004 11.25 107.24 1,280 6,665.68
6 Kemangbahu - - - 2,741.376 5.40 11.76 - 2,758.54
7 Sugio 165.85 - - - 6.38 0.29 5,269 5,441.52
8 Kedungpring - - - 51.1 4.21 - 2,261 2,316.31
9 Modo - - 114 523.225 5.23 - 4,939 5,581.46
10 Babat - - - 116.2 0.48 - - 116.68
11 Pucuk - - - - - - - 0.00
No Kecamatan Jumlah Produksi (Ton)
JUMLAH Cabe Jamu
Kenaf Tembakau Rakyat Tebu Kelapa Kapas
Tembakau Virginia
12 Sukodadi - - - - - - - 0.00
13 Lamongan - - - - - - - 0.00
14 Tikung - - - - - - - 0.00
15 Sarirejo - - - - - - - 0.00
16 Deket - - - - - - - 0.00
17 Glagah - - - - - - - 0.00
18 Karangbinangun - - - - - - - 0.00
19 Turi - - - - - - - 0.00
20 Kalitengah - - - - - - - 0.00
21 Karanggeneng - - - - 7.67 - - 7.67
22 Sekaran - - - - - - - 0.00
23 Maduran - - - - - - - 0.00
24 Laren - 1,498 - - 2.87 - - 1,500.87
25 Solokuro - - - - 9.03 - - 9.03
26 Paciran - - - - 28.95 - - 28.95
27 Brondong - - - - 20.55 - - 20.55
JUMLAH 321.24 1,498 5,309 15,436.496 162.15 160.41 19,879 40,947.06
Sumber : Lamongan Dalam Angka, 2007
1.3.12.4 Kawasan Peternakan
Secara umum peternakan di Kabupaten Lamongan di kembangkan pada budidaya ternak besar
dan kecil, penggemukan (fattening), unggas yaitu ayam ras, ayam buras, puyuh dan itik. Pada
budidaya ternak sapi Kabupaten Lamongan merupakan sentra unggulan pengembangan ternak
jenis sapi PO di kawasan Jawa Timur sedangkan ayam ras/pedaging dikembangkan melalui pola
kemitraan dan mandiri.
Populasi ternak pada Tahun 2007 di Kabupaten Lamongan dibandingkan dengan Tahun 2006
tidak mengalami perubahan jumlah baik dari ternak besar, sedang maupun kecil. Selanjutnya
tabel perkembangan populasi produksi ternak di Kabupaten Lamongan Tahun 2003 s/d 2007
tabel di bawah ini.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 26
Tabel 1.14 Perkembangan Populasi Ternak Kabupaten Lamongan
Tahun 2003 – 2007 (Ekor/Tahun)
Komponen 2003 2004 2005 2006 2007
Ternak Besar 43.103 41.980 39.456 40.997 42.444
Ternak Kecil 69.784 73.171 65.352 69.576 72.425
Unggas 1.361.812 1.367.328 952.122 1.105.908 1.353.838
Jumlah 1.474.699 1.482.479 1.056.930 1.216.481 1.468.708
Sumber : Lamongan Dalam Angka 2007
Tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa perkembangan populasi ternak di Kabupaten
Lamongan mengalami penurunan dan peningkatan, pada tahun 2004 populasi ternak mengalami
peningkatan sebanyak 7.780 ekor, namun pada Tahun 2005 terjadi penurunan sebanyak 20.632
ekor. Sedangkan Pada Tahun 2006 relatif stabil/tetap.
Tabel 1.15 Produksi Ternak Kabupaten Lamongan Tahun 2007
Nomor Jenis Produksi Jumlah Produksi
Harga rata -
rata
1
Telur (Kg)
Ayam ras 133.429,68 12.000
Ayam buras 266.438,76 20.000
Itik 227.892,60 19.000
2.
Daging (Kg)
Sapi 2.055.764,00 45.000
Kambing 202.725,00 57.000
Domba 161.362,00 57.000
Ayam petelur 18.171,90 19.000
Ayam pedaging 8.675.294,40 20.000
Ayam buras 502.427,37 35.000
Itik 339.740,00 34.000
3. Kulit sapi 339.740,00 11.500
4.
Kulit
kambing/domba
87.381,00
11.500
Sumber : Lamongan Dalam Angka 2007
Jenis produksi ternak di Kabupaten Lamongan di bedakan menjadi telur (Kg), susu (Ltr), daging
(Kg) dan kulit. Dimana, untuk jenis produksi daging merupakan hasil produksi dengan jumlah
tertinggi, begitupun dengan harga rata – rata jenis produksi daging memiliki harga rata – rata
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis produksi lainnya.
Ayam pedaging merupakan jenis komoditi peternakan penghasil terbanyak di Kabupaten
Lamongan dengan Jumlah produksi sebesar 8.675.294,40 Kg dengan harga rata – rata 20.000/Kg.
kemudian disusul komoditi sapi dengan jumlah produksi sebesar 2.055.764,00 Kg dengan harga
rata – rata 45.000/Kg.
1.3.12.5 Kawasan Perikanan
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang mempunyai potensi
sumber daya perikanan yang cukup besar yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Sentra perikanan budidaya berupa sawah tambak dengan luas 23.774,73 Ha tersebar di wilayah
tengah dan Lamongan dengan produk utamanya adalah Bandeng, Udang Vaname dan Nila.
Sedangkan Kabupaten Lamongan yang memiliki pantai sepanjang 47 Km mulai Weru Paciran
sampai dengan Desa Lohgung, memiliki 5 tempat pendaratan ikan yaitu Weru, Brondong,
Komplek Kranji, Labuhan dan Lohgung dengan pusat pendaratan terbesar di TPI Brondong,
dengan total produksi secara keseluruhan 41.568,32 ton per tahun.
Permasalahan pokok yang dihadapi antara lain :
• Rendahnya tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat;
• Kurang persediaan benih ikan untuk memenuhi potensi usaha pembudidayaan baik tambak,
sawah tambak maupun untuk penebaran di perairan umum;
• Kurangnya persediaan air yang dapat mencukupi kebutuhan sepanjang tahun pengelolaan
kegiatan usaha pembudidayaan ikan.
Wilayah Kabupaten Lamongan yang mempunyai batas fisik langsung dengan garis pantai
merupakan lokasi yang berpotensi dapat diandalkan dalam perekonomian wilayah dalam hal
pengembangan budidaya ikan dan pendapatan dalam sektor perikanan laut, dimana saat ini juga
didukung oleh keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mempunyai skala
pelayanan regional. Selain potensi perairan laut terdapat beberapa wilayah Kabupaten
Lamongan yang mempunyai potensi perairan tambak, dengan potensi andalannya berupa
produksi bandeng dan udang. Sektor perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Lamongan
memiliki potensi sumber daya manusia yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 15.099 jiwa,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 27
dengan didukung jumlah armada tangkap ± 5.487 unit perahu. Pembagian luasan lahan area
budidaya perikanan menurut jenis budidayanya.
Tabel 1.16 Produksi dan Nilai Perikanan Laut Menurut Pusat Pendaratan Ikan
Kabupaten Lamongan Tahun 2007
No PPI Produksi (Kg)
Nilai Produksi
(JutaRp)
1 Lohgung 2.020.000,00 42.961,88
2 Labuhan 2.780.000,00 59.125,76
3 Brondong/Blimbing 20.691.325,80 311.580,01
4 Kranji 1.427.000,00 30.349,80
5 Weru 14.650.000,00 440.068,41
Sumber : Lamongan Dalam Angka, 2007
Tabel 1.17 Banyaknya Armada Penangkapan Ikan Menurut PPI dan Jenis Perahu
Kabupaten Lamongan Tahun 2007
No PPI
Perahu
Tanpa
Motor
Perahu Motor Tempel
Jumlah Besar Sedang Kecil
1 Lohgung 18 5 42 189 254
2 Labuhan 234 39 135 137 545
3 Brondong/Blimbing 42 126 624 1.514 2.306
4 Kranji 272 45 210 243 770
5 Weru 216 26 197 1.173 1.612
Jumlah 782 241 1.208 3.256 5.487
Sumber : Lamongan Dalam Angka, 2007
Tabel 1.18 Alat Penangkap Ikan Menurut Jenisnya Kabupaten Lamongan Tahun 2007
No
Alat
Penangkap Ikan
PPI
Jumlah Labuhan
Brondong /
Blimbing Kranji
Weru
Komplek Lohgung
1 Purse seine 80 187 111 119 86 583
2 Payang Besar - 1.878 72 - - 1.950
3 Pancing Prawe 53 258 595 1.682 26 2.614
4 Payang Kecil 273 57 283 2.058 172 2.843
5 Gill Net 53 456 242 109 56 916
6 Tramel Net - - 565 93 - 658
7 Kencat - - - - - 0
8 Lain - lain 37 108 64 23 25 257
Jumlah 496 2.944 1.932 4.084 365 9.821
Sumber : Lamongan Dalam Angka, 2007
Hubungan penggunaan alat tangkap dengan daerah penangkapan ikan sebagai berikut:
• Gill net di Brondong beroperasi di perairan utara Brondong dengan hasil tangkapan ikan
tongkol dan tengiri.
• Payang di Brondong beroperasi di daerah penangkapan ikan disekitar P. Bawean dengan
hasil tangkapan ikan Layang.
• Dogol beroperasi didaerah perairan utara Brondong, dengan hasil tangkapan ikan Teri
Nasi dan Teri Blinding.
• Bagan tancap yang ada di daerah Kemantren melakukan kegiatan penangkapan ikan di
perairan utara Kemantren yang berjarak 0,5 sampai 1 mil dari pantai. Ikan hasil
tangkapan ikan Teri Nasi dan Teri Blinding.
• Jaring klitik beroperasi di perairan utara Brondong, dengan hasil tangkapan ikan Petek.
• Prawe merupakan salah satu alat tangkap yang memiliki daerah penangkapan yang luas
jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya, dimana daerah penangkapan ada di utara
Pulau Bawean sampai perairan Masalembo, dengan hasil tangkapan berupa ikan Kakap
Merah (Bambangan), ikan tuna, Ikan Cucut dan ikan manyung.
• Jaring Pendem yang ditujukan untuk menangkap rajungan dan dapat pula mengahasilkan
tangkapan lain berupa cumi-cumi. Daerah penangkapannya mulai dari tanjung Awar-
awar sampai Ujung Pangkah.
• Cantrang yang ada di Kabupaten Lamongan ada dua jenis, yaitu cantrang harian dan
cantrang box, dimana perbedaan keduanya terletak pada lama trip dan daerah
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 28
penangkapan, sehingga mempengaruhi terhadap jenis dan jumlah hasil tangkapan. Untuk
cantrang harian daerah penangkapan di perairan utara madura dengan hasil tangkapan
ikan kapasan, cucut, kuniran, pari, Petek, Layur dan Beloso. Sedangkan cantrang Box
daerah penangkapannya berada di sekitar pulau Bawean dan perairan Masalembo dengan
hasil tangkapan berupa ikan kakap Merah, Cucut, manyung, Kuniran, Golok, Pari, Petek
dan Bloso.
• Purse Seine dominan berada di desa Kranji dan Brondong Daerah penangkapan purse
seine adalah sebelah selatan Pulau Bawean sampai daerah pengeboran minyak utara
Madura dengan hasil tangkapan ikan Layang, Selar, Tembang, Kembung, Tongkol dan
Tengiri.
• Modifikasi payang atau dikenal dengan Mini Trawl dominan terdapat di Weru, daerah
penangkapannya berada di Tanjung Awar-awar sampai pintu masuk alur pelayaran
menuju Tanjung Parak dengan hasil tangkapan Rajungan, Udang halus, dan Cumi-cumi
besar.
Tabel 1.19 Hubungan Daerah Penangkapan dan Alat tangkap
terhadap Jenis Komoditi Hasil Tangkapan
No
Daerah Penangkapan
Alat Tangkap
Hasil Tangkapan
1 Perairan Utara Brondong
Gill Net Dogol Jaring Klitik
Tongkol, Tengiri Teri Nasi, Teri Blinding Ikan Petek
2 Perairan P. Bawean dan Sekitarnya
Payang Purse Seine
Layang Layang, Selar, Tembang, Kembung, Tongkol, Tengiri
3 Perairan Daerah Kemantren
Bagan Tancap
Teri Nasi, Teri Blinding
4 Perairan P. Bawean-Masalembo Prawe Cantrang Box
Kakap Merah, Tuna, Cucut Dan Manyung Kakap Merah, Tuna, Cucut, Manyung, Kuniran, Golok, Pari, Petek, Bloso
5 Tanjung Awar-awar – Ujung Pangkah
Jering Pendem Mini Trawl
Cumi-cumi Rajungan, Udang Halus, Cumi-cumi
6 Utara Madura Cantrang Harian Kapasan, Cucut, Manyung, Kuniran, Golok, Pari, Petek, Bloso
Sumber : Rencana Tata Ruang Laut dan Pesisir
1.3.12.6 Kawasan Industri
Kabupaten Lamongan memiliki beragam jenis Industri yang memiliki peranan penting dalam
mendukung perekonomian wilayah Kabupaten. Berdasarkan Masterplan Pengembangan Pantai
Utara Lamongan terdapat 4 kawasan industri yaitu Kawasan industri Sidomukti seluas 3.600 ha,
Kawasan Industri Kandangsemangkon seluas 1.200 ha, Kawasan industri Sumberagung seluas 554
ha, dan kawasan industri Sidokelar seluas 2.000 ha. Sedangkan untuk industri kecil tersebar di
hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan yang berupa home industri.
1.3.12.7 Kawasan Pariwisata
Kabupaten Lamongan memiliki banyak potensi pariwisata yang tersebar di beberapa wilayah
kecamatan, objek wisata di Kabupaten Lamongan terdiri dari Wisata Alam (Wisata Bahari
Lamongan, Waduk Gondang,Goa Maharani dan Zoo dan Sumber mata air Panas Tepanas),Wisata
Budaya (Monumen van Der Wijck, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur, Makam Joko
Tingkir, Makam Nyai Ratu Andongsari dan Desa Balun). dan Wisata Buatan (TPI di Wilayah
Pantura dan Sudetan Bengawan Solo). Selain itu juga terdapat Pusat Promosi dan Penjualan
Produk Unggulan Kabupaten Lamongan, Produk Industri Kerajinan dan Makanan Khas.
A. Obyek Wisata Budaya
Di Kabupaten Lamongan Obyek wisata budaya yang ada sangat banyak dan ini dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata, selain obyek ini dapat berupa artifak atau bangunan
peninggalan sejarah/benda purbakala dan kerajinan juga sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan. Obyek tersebut adalah sebagai berikut :
� Wisata bangunan peninggalan budaya :
� Monumen van Der Wijck di Kecamatan Brondong
Pemerintah Belanda memberikan penghargaan kepada masyarakat Brondong berupa tugu
peringatan Monumen van Der Wijck, yang terletak di pelabuhan perikanan Nusantara
Brondong. Karena jasa para nelayan Brondong yang ikut memberikan pertolongan kepada
Kapal mewah milik perusahaan perkapalan Belanda, van der Wijck, yang tenggelam di
sekitar perairan Brondong.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 29
� makam Sunan Drajat di Kecamatan Paciran
Sunan Drajat merupakan tokoh penyebar agama islam di Jawa dan termasuk salah satu 9
wali. Sehingga untuk menghormati jasa – jasa Sunan Drajat dan juga dalam upaya
melestarikan benda – benda peninggalan bersejarah, di lokasi makam didirikan Museum
Sunan Drajat. Makam Sunan Drajat telah ditetapkan sebagai tempat Wisata Ziarah oleh
Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata.
� makam Sendang Duwur di Kecamatan Paciran
Sunan Sendang Duwur adalah gelar yang diberikan oleh Sunan Drajat kepada Raden Nur
Rahmad, karena jasanya dalam menyebarkan Agama Islam. Sunan Sendang Duwur adalah
seorang tokoh Kharismatik yang berpengaruh yang dapat disejajarkan dengan para Wali
Songo. Bangunan Makam Sendang Duwur berarsiktektur tinggi yang menggambarkan
perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Makam ini terletak di Desa Sendang
Duwur, kecamatan Paciran. Walaupun letak komplek makam berada di dataran yang
cukup tinggi, namun mudah dijangkau oleh kendaraan.
� Makam Joko Tingkir di Kecamatan Maduran
Merupakan tempat tujuan wisata ritual objek wisata situs makam yang lebih dikenal
sebagai komplek makam mbah Anggungboyo, hal ini dilihat dari tulisan tangan pada
Gapura makam.
Pada Komplek situs makam ini terdapat makam Mbah Anggungboyo yang bersebelahan
dengan makam isterinya bernama Putri Campa, sedangkan peninggalan lain yang
menyebut nama Joko Tingkir tidak ditemukan dilokasi tersebut, namun masyarakat
percaya bahwa Joko Tingkir adalah Anggungboyo.
� Makam Nyai Ratu Andongsari di Dusun Cancing Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang.
Objek wisata situs makam ini lebih dikenal sebagai makam gunung ratu yang diyakini
sebagai ibu kandung Patih Gajah Mada dari Mojopahit. Lokasi ini termasuk dikeramatkan
oleh masyarakat yang ditandai oleh adanya kegiatan ritual, baik oleh masyarakat desa
Cancing maupun Desa Blawi, berupa acara sedekah Bumi. Pada areal lahan 15x20m
terdapat dua makam kecil, tanpa tanda ataupun nisan bertulis, sehingga sulit diketahui
kepastian situs tersebut.
Di sekitar lokasi tersebut terdapat sendang yang diberi nama Sendang Sidowayah dengan
warna air yang selalu berwarna kuning tidak pernah jernih, disamping terdapat juga
sebuah sendang yang airnya selalu jernih dan dimanfaatkan sebagai sumber air bersih
bagi masyarakat sekitar.
� Desa Balun dI Kecamatan Turi
Desa Balun merupakan contoh desa dengan kerukunan umat beragama yang tinggi.
Agama yang ada di Desa Balun meliputi agama islam, kristen, katolik, dan hindu. Antar
sesama pemeluk saling menghormati dan menghargai, hal itu terbukti salah satunya bila
ada warga yang meninggal dunia dan beragama islam, penduduk agama lain ikut dalam
prosesi upacara penguburan kecuali menyolati jenazah. Selain itu apabila ada agama lain
sedang merayakan hari raya agamanya penganut yang lain tak segan untuk mengucapkan
selamat bagi yang merayakan.
Di Kabupaten Lamongan juga terdapat beberapa kearifan lokal terkait seni budaya, antara lain:
o Upacara Sanggring di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan
Upacara sedekah bumi ini dilakukan untuk memperingati masuknya Ki Buyut Terik ke
wilayah Ngimbang. Ki Buyut Terik adalah salah satu prajurit Mataram yang mengembangkan
wilayah Ngimbang.
o Upacara Sedekah Bumi (Kaulan) di Desa Songowareng, Kecamatan Bluluk, Kabupaten
Lamongan
Upacara sedekah bumi terdapat acara ludruk dan tayub, serta pembuatan tumpeng raksasa.
Upacara ini dilakukan pasca panen sebagai bentuk syukur pada Tuhan YME.
o Upacara sedekah bumi di Desa Dibee, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan.
Upacara sedekah bumi sebagai wujud syukur terhadap hasil pertanian dan diadakan pasca
panen.
o Upacara Petik Laut di Kelurahan Brondong, Kecamatan Brondong
Dilakukan setiap bulan maret setelah angin barat dan berlokasi di Pelabuhan Brondong.
Adapun acara dalam upacara petik laut ini adalah Wayangan dan Tayuban.
KOMPLEKS WISATA RELIGIUS SUNAN DRAJAT (Sumber : Hasil Survey, 28-
08-2008, 17.44)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 30
B. Obyek Wisata Alam
� Waduk Gondang di Kecamatan Sugio
Waduk Gondang terletak di Desa Gondang Lor dan Desa Deket Agung, kecamatan Sugio,
sekitar 19 Km ke arah barat kota Lamongan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi
bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Lamongan, waduk Gondang juga dijadikan
sebagai tempat objek Wisata. Tidak jauh dari waduk Gondang terdapat Makam Dewi
Sekardadu, putri Adipati Blambangan yang diperistri oleh Kanjeng Maulana Iskak.
Oleh masyarakat Gondang dan sekitarnya, Makam Dewi Sekardadu dikenal sebagai Makam
Mbok Rondo Gondang sebagai ibu dari Sunan Giri. Makam yang terletak ditepi jalan sebelah
timur Waduk Gondang ini ditemukan pada Tahun 1911, yang kemudian dilakukan pemugaran
pada Tahun 1917.
� Goa Maharani dan Zoo di Kecamatan Paciran
Goa Maharani merupakan salah satu keajaiban alam yang ditemukan secara tidak sengaja
oleh beberapa orang penggali phospat di daerah paciran. Goa yang menyimpan sejuta
keindahan yaitu berupa stalaktit dan stalakmit yang pada umumnya didalam goa tersebut
terdapat banyak stalaktit berbentuk kristal – kristal yang sangat indah. Goa ini berada pada
kedalaman 25 meter dari permukaan tanah dengan rongga goa seluas 2.500 m2. Ahli
pergoaan internasional menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di Goa Maharani masih hidup
dan terus tumbuh.
� Wisata Bahari Lamongan (WBL)
Wisata Bahari Lamongan (WBL) hadir dengan segala aspek – aspek nature (alam), culture
(budaya) dan architecture (arsitek) yang bernuansa global dengan tetap mempertahankan
ciri khas lokal. WBL sebagai penyeimbang wahana wisata yang telah ada sebelumnya, yaitu
Tanjung Kodok dan Goa Maharani yang terletak di pesisir bagian utara Pulau Jawa tepatnya
di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Kawasan WBL menempati lokasi seluas 17 Ha. Lokasi seluas itu, dilengkapi dengan berbagai
fasilitas yang lengkap, termasuk masjid yang berasiktektur Timur Tengah. WBL merupakan
sarana rekreasi, hiburan, pendidikan, pengetahuan kebaharian dan keterampilan dengan
berbagai sarana. Selain itu juga tersedia penginapan yang cukup representative bernama
Tanjung Kodok Beach Resort.
� Sumber air panas Puncakwangi di desa Puncakwangi
Sumber air panas ini berada di Desa Puncakwangi. Dilihat dari luar, sepertinya kawasan ini
tidak memiliki tempat pariwisata. Karena tidak terdapat papan petunjuk yang bisa
membantu wisatawan yang ingin berkunjung, aksesbilitas yang kurang seperti kondisi
perkerasan jalan yang rusak, dan yang paling penting kurangnya pengelolaan baik yang
dilakukan oleh PEMDA setempat beserta masyarakat yang ada di desa tersebut sehingga
membuat kawasan wisata ini tidak berkembang.
C. Obyek Wisata Buatan
� TPI di Wilayah Pantura
Di wilayah Pantura terdapat beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu TPI Weru, TPI
Kranji, TPI Brondong, TPI Labuhan dan TPI Lohgung. TPI Kranji merupakan kawasan
perikanan yang berada di kawasan Pantura Lamongan yang lokasinya berada di Desa Kranji.
TPI Kranji merupakan salah satu sarana pemasaran hasil laut segar dan hasil laut olahan
berupa ikan kering dengan 3 unit usaha yang menyerap 30 orang tenaga kerja serta krupuk
ikan dengan 7 unit usaha yang menyerap 22 tenaga kerja, bagi nelayan di kawasan pantura
Lamongan. TPI Kranji memiliki kapasitas/daya tampung sebesar 25-30 ton. Jumlah
kunjungan TPI Kranji berupa kapal porsaine perhari rata – rata 10-12 kapal, sedangkan kapal
kecil sebanyak 20-30 kapal.
TPI Brondong merupakan pusat pendaratan ikan di Kabupaten Lamongan yang terletak di
Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusa Brondong yang memiliki Potensi perikanan laut dengan
produksi perikanan laut tertinggi di Jawa Timur, dengan kunjungan kapal nelayan ± 2.000
kapal/bulan dengan hasil tangkapan nelayan ± 100 ton/hari dengan hasil berbagai jenis ikan
antara lain : Dorang, Kerapu, Bawal, Bambangan, Tengiri, Cumi-cumi dan ikan lainnya.
PINTU MASUK KAWASAN MAHARANI ZOO DAN GOA (Sumber : Hasil Survey, 28-
08-2008, 15.10)
WISATA BAHARI LAMONGAN (Sumber : Hasil Survey, 28-08-2008, 15.04)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 31
Hampir sebagian besar pemasarannya berupa ikan segar untuk pasar lokal dan eksport,
selain itu juga ikan hasil tangkapan nelayan ada juga yang diolah menjadi produk olahan
seperti ikan asin, krupuk ikan, terasi dan petis.
Pada Kawasan TPI Brondong juga dapat dinikmati pemandangan aktifitas bongkar muat hasil
tangkapan nelayan bebekalan, proses pelelangan ikan serta pengepakan ikan.
� Sudetan Bengawan Solo (Floodway)
Merupakan bendungan gerak dengan system kerja memotong aliran air dari hulu yang
menuju kelaut dengan debit air yang tetap. System ini bertujuan untuk mengaliri sawah
penduduk dan mengatur air agar debitnya tetap sehingga dapat mengurangi resiko banjir.
PELABUHAN SEDAYU LAWAS DI KECAMATAN
BRONDONG.
(Sumber : Hasil Survey, 28-08-2008, 17.05)
SUASANA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN
SEDAYU LAWAS.
(Sumber : Hasil Survey, 28-08-2008, 17.03)
SUASANA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PELABUHAN BRONDONG (Sumber : Hasil Survey,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 32
1.3.12.8 Kawasan Pertambangan
Pertambangan merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan melakukan
kegiatan mulai dengan pencarian dan pembuktian, penggalian dan pengelolaan sampai ke
pemasaran untuk digunakan dalam industri selanjutnya. Kawasan pertambangan sebagaimana
dimaksud meliputi : kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan serta
kawasan peruntukan minyak dan gas bumi. Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan
logam dan batuan yang ada merupakan kawasan pertambangan batuan yang berupa batu kapur
atau dolomit terdapat di Kecamatan Paciran, Brondong, Solokuro , Babat, Sugio, Ngimbang,
Sambeng dan Mantup.
Kawasan minyak dan gas bumi merupakan kawasan pertambangan terdapat di Desa
Balongwangi, Kecamatan Tikung yaitu Sumur Minyak Gondang I yang dieksplorasi pada Desember
1991.
1.3.12.9 Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan di Kabupaten Lamongan seluas 33.717,30 Ha atau sekitar 18,60 % dari luas
wilayah Kabupaten Lamongan seluas 181.280 Ha. Jika dilihat dari fungsinya sebagian besar dari
kawasan hutan merupakan hutan produksi seluas 33.464 Ha dan hutan lindung seluas 252,9 Ha.
Kerusakan kawasan hutan yang terjadi akan mengakibatkan makin meluasnya lahan kritis,
berkurang atau hilangnya sumber air, terjadi erosi dan pendangkalan aliran sungai yang sampai
saat ini belum diatasi. Selain hutan produksi dan hutan lindung di Kabupaten Lamongan juga
terdapat kawasan hutan rakyat seluas 7.098,1 ha.
1.3.12.10 Kawasan Strategis Kabupaten
Merupakan kawasan yang potensial mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan. Adapun kawasan strategis tersebut dibagi menjadi :
A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis ekonomi merupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat
tumbuh dan memiliki sektor unggulan serta potensi eksport yang dapat menggerakkan
pertumbuhan sekonomi daerah dengan didukung keberadaan jaringan prasarana dan
fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
Dalam hal ini Kabupaten Lamongan mempunyai kawasan strategis di wilayah pantura
berupa kawasan industri, wilayah selatan berupa agropolitan, serta kawasan perdagangan
dan jasa.
B. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial dan Budaya
Merupakan kawasan pelestarian, pengembangan adat-istiadat dan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya, serta perlindungan terhadap aset daerah.
Adanya beberapa wilayah di Kabupaten Lamongan yang memerlukan perlindungan dan
pengamanan di dalam dan sekitar bangunan bernilai sejarah, situs dan kawasan dengan
bentukan geologi tertentu.
C. Kawasan Strategis Kepentingan Penyelamatan Lingkungan Hidup
Merupakan kawasan perlindungan keanekaragaman hayati baik ekosistem, flora, fauna
maupun tata guna air yang akan menentukan perubahan rona alam dan berdampak luas
terhadap keberlangsungan kehidupan.
Pengamanan terhadap kawasan penyelamatan lingkungan hidup, sehingga fungsinya masih
dapat bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Lamongan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 33
1.3.13 Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan yang ada di suatu daerah merupakan suatu ruangan hasil gabungan
aktivitas manusia, sesuai dengan tingkat teknologi, jenis usaha, kondisi fisik, jumlah penduduk,
serta ketersediaan lahan yang ada di suatu wilayah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta
1.11 Penggunaan Lahan Kabupaten lamongan 2008.
Sebagai pusat regional, Kabupaten Lamongan dikembangkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
sebagai:
� Pusat pemasaran dan perdagangan regional
� Pusat perhubungan/transportasi
� Pusat kegiatan industri
� Pusat kegiatan pariwisata (akomodasi pendukung kegiatan pariwisata)
� Pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan).
Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 2 macam, yaitu: lahan sawah dan
lahan non sawah. Lahan sawah ini terbagi menjadi lahan sawah tadah hujan, sawah teknis.
Sedangkan lahan non sawah ini terdiri dari perkampungan, industri, pertambangan, hutan
(tanah bakau), perairan (darat dan tambak), tanah terbuka, jalan, sungai/saluran irigasi, dan
lain-lain.
Pengembangan fungsi-fungsi lahan di Kabupaten Lamongan diatas diharapkan dapat mendukung
pengembangan sektor sub sektor perikanan, industri, dan pertanian tanaman pangan. Selain itu
fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan yang diarahkan pada
peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor unggulan yang berupa pembangunan industri dan
pertanian.
Tabel 1.20 Tutupan Lahan Kabupaten Lamongan Tahun 2011
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Permukiman 13.030,00
2 Sawah irigasi 45.841,00
3 Sawah Tadah Hujan 33.479,00
4 Perkebunan 9.919,14
5 Hutan 33.717,30
6 Hutan Rakyat 7.098,1
7 Tambak 1.380,05
8 Sungai 8.760,00
9 Waduk 8.719,50
10 Tegalan/ Ladang 12.138,91
11 Pertambangan 1.200,00
12 Peruntukkan lainnya 5.997,00
JUMLAH 181.280,00 *Sumber data : kondisi eksisting Tahun 2011
1.4 Azas, Tujuan dan Sasaran
Penyusunan Rencana Tata Ruang disusun atas dasar asas :
1. Keterpaduan;
2. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan;
3. Keberlanjutan;
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
5. Keterbukaan;
6. Kebersamaan dan kemitraan;
7. Perlindungan kepentingan umum;
8. Kepastian hukum dan keadilan; serta
9. Akuntabilitas.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional dengan :
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia;
3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang; serta
4. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan program
pembangunan dan pengendalian secara optimal.
Selanjutnya tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang
wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan
lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan ini sendiri adalah untuk :
1. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi program-program
pembangunan;
2. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan program
pembangunan dan pengendalian secara optimal;
3. Pengembangan investasi melalui delegasi dan kepastian hukum;
4. Mendorong perkembangan wilayah melalui kemudahan investasi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 34
Sedangkan sasaran dari kegiatan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Lamongan
adalah:
1. Teridentifikasinya perkembangan dan kondisi tata ruang saat ini;
2. Tersusunnya kembali RTRW Kabupaten Lamongan yang baru untuk waktu 20 (duapuluh)
Tahun ke depan, sesuai dengan sasaran perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, yaitu :
a. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat;
b. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah
kabupaten;
d. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten;
e. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 36
1.5 Isu Strategis Kabupaten Lamongan
Ada beberapa isu strategis terkait dengan Kabupaten Lamongan, yang sangat mempengaruhi
terhadap kebijakan struktur dan pola ruang yang akan dicapai di masa yang akan datang,
meliputi :
● Pengembangan Jalan Tol Manyar – Paciran – Tuban (lewat Pantura)
● Pengembangan angkutan masal cepat di wilayah perkotaan meliputi pengembangan
angkutan masal cepat di wilayah Gerbangkertosusila (GKS) termasuk Kab. Lamongan;
● Pembangunan Lamongan Shorebase ( LS) dan Kawasan Kemaritiman;
● Pengembangan Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik – Lamongan);
● Pengembangan Kawasan Kerjasama Regional Segitiga Emas Pertumbuhan Tuban –
Lamongan – Bojonegoro;
● Pengembangan Prasarana Utama Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong;
● Pengembangan jalur KA ganda Surabaya – Lamongan – Bojonegoro;
● Peningkatan pengoperasian KA Komuter SULAM (Surabaya – Lamongan) menjadi SULAMBA
(Surabaya – Lamongan – Babat);
● Pengembangan kawasan pelabuhan ASDP;
● Lamongan adalah salah satu kota di Jawa Timur yang ternyata “menyimpan” beragam
objek wisata dan menjadi salah satu andalan Jawa Timur, di antaranya adalah Wisata
Bahari Lamongan (WBL) objek wisata Goa Maharani dan Zoo, Makam Sunan Drajad,
Makam Sendang Duwur dan TPI di Pantura);
● Pengembangan Agropolitan di wilayah selatan;
● Di Jawa Timur, Kabupaten Lamongan merupakan salah satu Kabupaten yang kondusif
untuk berinvestasi;
● Penanganan Banjir perlu dilakukan perbaikan dan pengelolaan sungai Bengawan Solo,
sepanjang 273 Km (Waduk Gajah Mungkur - Gresik) guna peningkatan kapasitas aliran,
perbaikan alur sungai serta perbaikan sistem drainase;
● Pengembangan Kawasan strategis yaitu Kawasan East Java Industrial Integreted Zone
(EJIIZ) sebagai kawasan yang memiliki sistem legal, administrasi dan jaringan jalan,
pelabuhan internasional laut dan udara, kawasan berikat, ekspor prosesing zone,
kawasan industri serta cargo yang dikelola secara terintegrasi. Kawasan EJIIZ ini selain
terdapat di Kabupaten Pasuruan juga terdapat di Kabupaten Tuban, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten
Bangkalan.
1.6 Visi dan Misi Penataan Ruang
Penataan ruang merupakan matra ruang program pembangunan Kabupaten Lamongan, sehingga
harus terdapat sinkronisasi antara program pembangunan yang telah dicanangkan dalam
RPJP/RPJM Kabupaten Lamongan, maupun berbagai program sektor terkait. Salah satu hal
terkait dengan penataan ruang Kabupaten Lamongan harus mencakup upaya terkait
pertumbuhan wilayah, pengurangan kesenjangan internal antar wilayah terutama bagi wilayah
yang memiliki beberapa kantong kemiskinan, mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup
serta peningkatan kualitas SDM di berbagai bidang termasuk upaya pengurangan kemiskinan dan
pengangguran.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka Visi penataan ruang wilayah Kabupaten
Lamongan adalah : Terwujudnya Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan sebagai
kawasan pengembangan Pertanian, Industri dan Pariwisata.
Sedangkan Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Lamongan adalah :
1. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah
sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah;
2. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
3. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana tata ruang
serta mendorong peluang investasi produktif; serta
4. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan perdesaan untuk
peningkatan kualitas SDM yang lebih prduktif dan mandiri serta berdaya-saing tinggi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
I - 38
Tabel 1.21
Kajian Cepat KLHS Kabupaten Lamongan
NO ISU STRATEGIS/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
1. Pengembangan komoditi perikanan
Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran
meningkatkan produktivitas, pengolahan hasil perikanan dan melakukan upaya eksport; mengembangkan kawasan minapolitan; meningkatkan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan laut.
adanya ego sektoral dalam penanganan permasalahan di area pantai dan sekitarnya
mengamankan kawasan perlindungan setempat dengan mempertahankan ekosistem pantai yang meliputi hutan mangrove, terumbu karang, dan estuaria;
Pengembangan terumbu karang buatan Peningkatan kegiatan perikanan di lokasi sempadan pantai untuk pengembangan perikanan
2. Pengembangan kawasan strategis ekonomi di wilayah pantura.
Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran
Meningkatnya perekonomian masyarakat Menambah lahan pekerjaan baru sehingga diharapkan tingkat pengangguran menurun
Adanya limbah industri dan kerusakan ekosistem pantai Volume sampah yang meningkat
Penyediaan pengolahan limbah terhadap sentra industri Peningkatan kapasitas daya tampung TPA
Pengembangan sentra industri diharapakan diserti pula dengan penyediaan sistem pengolahan limbah yang berfungsi untuk mereduksi pencemaran. Penyediaan sistem pengolahan tersebut diupayakan terdapat pada masing-masing sentra industri secara komunal menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), baik secara individual maupun komunal;
Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran
adanya kebijakan program secara terpadu guna mengatasi permasalahan di area pantai dan sekitarnya
adanya ego sektoral dalam penanganan permasalahan di area pantai dan sekitarnya
mengamankan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dengan mempertahankan ekosistem pantai yang meliputi hutan mangrove, terumbu karang, dan estuaria; membatasi pengembangan kawasan fungsional yang meliputi kawasan pariwisata, pelabuhan, dan permukiman di sempadan pantai dengan memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir;
pembatasan perluasan kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Pembuatan tanggul untuk mencegah terjadinya kerusakan karena adanya gelombang pasang. Budidaya terumbu karang Peningkatan kegiatan perikanan di lokasi sempadan pantai Pelestarian hutan bakau Pengembangan kegiatan pantai yang menyatu dengan pengembangan prospek
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 39
NO ISU STRATEGIS/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
pengelolaan perikanan dan pariwisata sangat mendukung pengembangan kegiatan kawasan.
3. Pengembangan jaringan Jalan Tol
Manyar – Paciran - Tuban
Meningkatkan aksesbilitas dari dan menuju Kabupaten Lamongan Meningkatkan aksesbilitas untuk perkembangan industry dan ekonomi wilayah pantai utara
Polusi udara dan suara Berkurangnya lahan resapan
Penanaman vegetasi untuk mereduksi polusi Penyediaan RTH
Pada pengembangan jaringan jalan dilakukan juga pemberian vegetasi pada kiri kanan jalan untuk mengurangi dampak polusi suara dan udara. Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk menambah kawasan RTH. Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
4. Pengembangan kereta api komuter
Surabaya – Lamongan - Babat
Sebagai salah satu alternatif moda angkutan
Penurunan jumlah pengguna angkutan darat (AKDP)
Peningkatan sarana dan prasarana stasiun
Penyediaan studi kelayakan dalam proses pengembangan
5. Pengembangan jalur kereta apai ganda
Surabaya – Lamongan - Bojonegoro
Sebagai salah satu alternatif moda angkutan Meningkatkan akses bagi penumpang dan barang
Penurunan jumlah pengguna angkutan darat (AKDP)
Peningkatan sarana dan prasarana stasiun
Penyediaan studi kelayakan dalam proses pengembangan
6. Pengembangan Pelabuhan Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran
Meningkatkan aksesbilitas menuju luar wilayah kabupaten Lamongan melalui jalur laut
Rusaknya ekosistem laut pada sekitar wilayah pelabuhan
Menjaga kelestarian ekosistem laut dengan melakukan delineasi terhadap kawasan pengembangan Menyusun dan menetapkan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP)
Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
7. Lamongan adalah salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai beragam obyek wisata dan menjadi salah satu andalan Jawa Timur.
Kabupaten Lamongan Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar Meningkatkan PAD. Mengurangi tingkat pengangguran
Terganggunya fungsi lindung yang ada di wilayah sekitar kawasan wisata
Delineasi kawasan antara kawasan lindung dan kawasan wisata sehingga pengembangan kawasan wisata tidak mengganggu fungsi lindung
Pembatasan pengembangan pariwisata pada kawasan yang dikhawatirkan akan merusak ekosistem kawasan lindung mengembangkan obyek wisata andalan prioritas dengan mengkaitkan kalender wisata dalam skala nasional dan meningkatkan promosi wisata;
8. Pengembangan Jalan lingkar/alternatif
Kabupaten Lamongan Meningkatkan aksesbilitas dari dan menuju Kabupaten Lamongan
Polusi udara dan suara Berkurangnya lahan resapan
Penanaman vegetasi untuk mereduksi polusi Penyediaan RTH
Pada pengembangan jaringan jalan dilakukan juga pemberian vegetasi pada kiri kanan jalan untuk mengurangi dampak polusi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 40
NO ISU STRATEGIS/ RENCANA
PENGEMBANGAN LOKASI
PENGARUH ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI
POSITIF NEGATIF
Mereduksi kemacetan di wilayah Kabupaten Lamongan
suara dan udara. Perlu penyediaan jalur hijau dan pulau-pulau jalan untuk menambah kawasan RTH. Penyediaan studi kelayakan dan AMDAL dalam proses pengembangan
9 Pemanfaatan DAS Bengawan Solo untuk kegiatan irigasi dan air baku
Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun
Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Lamongan Tersedianya air baku
Biaya pemeliharaan yang tinggi Meningkatnya sedimentasi
membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan rawan bencana banjir dan gelombang pasang; konservasi tanah dan air di daerah pengaliran sungai (DPS) hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan di dasar sungai; dan menata ruang dan rekayasa di daerah pengaliran sungai hulu sehingga pemanfaatan lahan tidak merusak kondisi hidrologi daerah aliran sungai (DAS) dan tidak memperbesar masalah banjir dengan program percepatan rehabilitasi hutan dan lahan;
Pemanfaatan yang dilarang Misalnya saja pada kawasan sempadan sungai, tidak diperbolehkan adanya pembangunan terutama permukiman penduduk. Karena keberadaannya sangat mengganggu estetika lahan dan akan menimbulkan bencana apabila tidak diperhatikan kegiatan yang berjalan di dalamnya. menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana dengan menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan rute pengungsian, lokasi pengungsian sementara, dan lokasi pos pengamat ketinggian muka air di sungai penyebab banjir;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 41
1.7 Pengertian dan Ruang Lingkup
1.7.1 Pengertian
Pengertian-pengertian yang digunakan dan berkaitan dengan penyusunan Revisi Rencana Tata
Ruang di Wilayah Kabupaten Tuban sebagai berikut :
1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah adalah Kabupaten Lamongan.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan.
4. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarki memiliki hubungan fungsional.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataan ruang.
13. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
15. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan pan penetapan rencana tata ruang.
17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
20. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan yang selanjutnya disingkat RTRW
Kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Lamongan.
21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
22. Wilayah Kabupaten adalah seluruh Wilayah Kabupaten Lamongan yang meliputi ruang
daratan, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi berdasarkan Peraturan
Per Undang-Undangan yang berlaku.
23. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan
pada tingkat wilayah.
24. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
26. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan.
27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
29. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 42
30. Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang terdiri dari atas satu atau lebih pusat kegiatan
pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian (perikanan) dan pengelolaan
sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.
31. Kawasan Gerbangkertosusila adalah Kawasan Strategis Nasional (PKN) dari aspek ekonomi
yang meliputi Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota
Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Beserta rencana
wilayah pengembangannya Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jombang,
Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten
Sumenep;
32. Pusat Kegiatan Nasional selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegitan skala internasional, nasional atau beberapa Provinsi.
33. Pusat Kegiatan Lokal selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa Kecamatan.
34. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan
perkotaan yang di promosikan untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa
Kecamatan.
35. Pusat Pelayanan Kawasan selanjutnya disebut PPK merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa.
36. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
37. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat KSP adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
38. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
39. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung menyimpan, dan mengalirkan air berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
40. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
41. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
42. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
43. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
44. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh, ditanam dan dikelola di atas tanah yang dibebani
hak milik atau pun hak lainnya dan arealnya berada di luar kawasan hutan negara. Hutan
Rakyat dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun bersama orang lain atau badan
hukum.
45. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan.
46. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
47. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
48. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.Ruang terbuka
terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
49. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
50. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
51. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
52. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
penataan ruang.
53. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat,
korporas, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
54. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyrakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 43
55. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat BKPRD adalah badan
bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang – undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Lamongan dan mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
1.7.2 Lingkup Ruang
Lingkup ruang atau lokasi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Lamongan meliputi seluruh
wilayah Kabupaten Lamongan, dengan batas-batas yaitu :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban
Secara administrasi wilayah perencanaan terdiri atas 27 kecamatan dengan jumlah
desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa dan 12 kelurahan). Jumlah dusun
sebanyak 1.486 dusun dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 6.843 RT. Dengan Luas wilayah
keseluruhan adalah 181.280 Ha.
Wilayah Kabupaten Lamongan meliputi Kecamatan Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng,
Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring, Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Tikung,
Sarirejo, Deket, Glagah, Karangbinangun, Turi, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran, Maduran,
Laren, Solokuro, Paciran dan Brondong.
1.7.3 Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan yakni materi yang akan dikaji atau output yang akan dihasilkan dari
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Lamongan, yang sesuai dengan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan ditindaklanjuti dengan Permen PU Nomor 16 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, meliputi :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
3. Rencana pola ruang wilayah kabupaten;
4. Penetapan kawasan strategis kabupaten;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; serta
6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
1.7.4 Waktu Perencanaan
Waktu perencanaan dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
Lamongan yaitu selama kurun waktu 20 Tahun, yang dibagi dalam 5 Tahunan, yaitu :
Tahap I : 2011 - 2016
Tahap II : 2017 – 2021
Tahap III : 2022 - 2026
Tahap IV : 2027 – 2031
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANAMONGANAMONGANAMONGAN
I - 44
1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
Lamongan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang; rumusan masalah; azas; tujuan dan
sasaran; Visi Misi; ruang lingkup; ketentuan umum; dasar hukum; dan sistematika
penyajian.
BAB II POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH
Pada bab ini menggambarkan potensi, masalah dan prospek sesuai dengan kondisi
yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk mengisi bagian strategi.
BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Pada bab ini berisikan tentang strategi-strategi yang digunakan untuk mencapai
rencana pengembangan sesuai dengan prospek pengembangan di Kabupaten
Lamongan.
BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Pada bab ini berisikan tentang rencana sistem struktur pemanfaatan ruang kawasan
perdesaan; sistem struktur pemanfaatan ruang kawasan perkotaan; sistem pusat
kegiatan perdesaan dan perkotaan; rencana sistem jaringan prasarana wilayah serta
rencana pengelolaan kawasan.
BAB V RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Bab ini berisikan tentang rencana pola pemantapan kawasan lindung; rencana
pengembangan kawasan budidaya; pola ruang wilayah; rencana pengembangan
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; rencana pengelolaan kawasan lindung,
kawasan budidaya, pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta
pengelolaan tata guna tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya.
BAB VI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis meliputi kawasan
hankam, kawasan ekonomi, kawasan sosio-kultural, dan kawasan penyelamatan
lingkungan hidup, rencana pengelolaan kawasan strategis.
BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis operasionalisasi
rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis berisikan
koordinasi penataan ruang dan penataan ruang; serta prioritas dan tahapan
pembangunan berisikan prioritas pelaksanaan pembangunan dan indikasi program.
BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
LAMONGAN
Pada bab ini berisikan tentang pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengaturan
zonasi; ketentuan perizinan yang berisikan izin lokasi dan izin peruntukan
penggunaan tanah (IPPT); ketentuan insentif dan disinsentif; serta arahan sanksi.
BAB IX HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang;
sanksi administratif yang diberikan jika ada pelanggaran serta partisipasi / peran
serta masyarakat.
BAB X PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari Laporan Rencana kegiatan Penyusunan
Revisi Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Lamongan sebagai arahan
pengembangan pada masa yang akan datang, serta rekomendasi yang seharusnya
dilakukan guna menunjang kegiatan pembangunan dan pengembangan wilayah.
top related