bab 1 tabi
Post on 27-Jan-2016
28 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini strategi pendekatan global terus dilakukan terhadap hal yang dapat
merusak lingkungan, apabila aspek ini diabaikan maka akan menimbulkan efek yang
dapat merusak hingga akhirnya merubah lingkungan tersebut. Misalnya sebuah
pabrik pengolahan air limbah, yang memiliki perhatian utama dalam pemulihan
sistem ekologi yang dapat menimbulkan efek pada lingkungan akibat penggunaan
energi, penggunaan bahan kimia serta produksi limbah berupa lumpur (Garg, 2009).
Limbah adalah sampah-sampah yang berbentuk cair yang memiliki kandungan
senyawa yang bersifat organik maupun anorganik yang tersusun atas partikel-partikel
yang berbahaya jika digunakan oleh makhluk hidup tanpa pengolahan terlebih
dahulu (Efendi, 2013). Limbah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses akam yang belum memiliki ilai
ekonomis. Bahan buangan zat kimia termasuk bahan pencemar berbahaya karena
dapat berpotensi merusak lingkungan (Soraya dkk., 2010).
Pada sebagian besar industri, untuk menanggulangi dampak negatif yang
ditimbulkan air limbah buangannya telah dilakukan pembangunan instalansi
pengolahan air limbah (IPAL). Namun, beroperasinya IPAL juga memunculkan
masalah baru yaitu timbulnya lumpur atau “sludge” sebagai produk samping IPAL
(Ikbal dan Nugroho, 2006).
Limbah-limbah sludge yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa penanganan
lebih lanjut, berpotensi sebagai sumber pencemar. Selain karena menimbulkan bau
tak sedap, limbah sludge yang terkena hujan akan terikut aliran air tanah dan masuk
ke sungai disekitar pabrik. Limbah sludge yang mengandung bahan organik
berpotensi meningkatkan “Biological Oxygen Demand” (BOD) dan “Chemical
Oxygen Demand” (COD), yang akan mempengaruhi kualitas air sungai dan sistem
kehidupan aquatik serta dapat mengakibatkan pendangkalan air sungai (Ruliansyah
dkk., 2012).
Proses penerapan penanganan sludge pada masing-masing industri berbeda-
beda. Pada beberapa indistri sludge hanya ditumpuk pada lahan – lahan kosong di
sekitar pabrik atau dijadikan sebagai tanah urukan. Namun, dengan cara seperti ini
kurang tepat karena bahan – bahan organik sludge akan mencemari lingkungan serta
air tanah disekitarnya. Pada sebagian industri, volume sludge diperkecil dengan cara
mengurangi kadar airnya dengan dengan alat belt press atau filte rpress. Ada juga
industri yang mneggunakan fasilitas drying bed untuk mengeringkan sludgenya. cara
ini selain membutuhkan lahan yang luas, pengeringan dengan sludge drying bed
sangat bergantung pada kondisi cuaca. Disaming cara – cara di atas ada juga industri
yang membkara sludge yang dihasilkannya. Cara terakhir ini disamping boros energi
karena membutuhkan suhu yang tinggi juga dapat mencemari udara (Ikbal dan
Nugroho, 2006).
Melalui uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penanganan limbah
sludge membutuhkan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kemampuan
industri tersebut. Penanganan limbah sludge tidak dapat dilakukan secara seragam
untuk masing – masing industri yang berbeda karena kharakteristik yang dihasilkan
dari limbah tersebut pasti memiliki beberapa perbedaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah sampah-sampah yang berbentuk cair yang memiliki kandungan
senyawa yang bersifat organik maupun anorganik yang tersusun atas partikel-partikel
yang berbahaya jika digunakan oleh makhluk hidup tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Air limbah berasal dari berbagai sumber. Segala sesuatu yang berasal dari
toilet, air hujan yang telah bergabung bersama polutannya, serta yang berasal dari
aktivitas perindustrian. Oleh karena itu, kadar air sampah (wastewater) sangat tinggi
yaitu sekitar 99.9% atau lebih, dengan kandungan bahan organik dan bahan
anorganik yang berbentuk padatan (Efendi, 2013).
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan
dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri
selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikan
material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.
Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi
dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam limbah air limbah dengan
menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam
mikroorganisme. Pada waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi
sehingga mikroorganisme baru dapat bertumbuh. Proses pengolahan secara biologi
yang paling sering digunakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan
metode lumpur aktif (Sugiharto, 1987).
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2 O, N dan H. dan sel biomassa
baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower
(diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok
menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan
memudahkan pemisahan partikel dan air limbah
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi
mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri
selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat
mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan
industri dan kebutuhan masyarakat akan air.
Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses
pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut. Air
tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri
selanjutnya. Air daur ulang tersebut dapat dimanfaatkan dengan aman untuk
kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boiler laundry, toilet flusher,
penyiraman tanaman, general cleaning, fish pond car wash dan kebutuhan air yang
lainnya.
Dalam hal ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah
yang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode
lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis
industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil, bahan kimia dan obat-obatan
(Mardini, 2004).
Teknik Pengolahan air limbah banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air
limbah adalah proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini
termasuk pengolahan biologi, karena menggunakan bantuan mikroorganisma pada
proses pengolahannya. Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan secara
biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reactor
dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan
mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga
dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa
mikroba yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan
lumpur dalam jumlah tertentu (Sugiharto, 1987).
2.2 Wastewater Treatment Plant
Wastewater treatment plant adalah metode pembenahan dan pengolahan
limbah yang tergantung pada peralatan mekanis atau pembenahan kimiawi yang
terbagi atas beberapa kelompok. Dimulai dari pengolahan secara mekanis yang
terdiri dari :
a. penyaringan
b. pengambilan buih
c. pengambangan
d. dan sedimentasi
Sedangkan pengolahan secara kimiawi meliputi
a. pengentalan
b. penghilangan bau
c. dan sterilisasi
Hingga proses pembenahan secara biologis yang tergantung pada aktivitas
organisme baik yang dihubungkan dengan instalasi dan peralatan-peralatan seperti
tangki-tangki Imhoff, tangki septik, dan saringan-saringan halus yang bersusun
(Efendi, 2013).
2.2.1 Metode Alternatif Penerapan Sistem Wastewater Treatment Plant
Metode alternatif wastewater treatment plant merupakan pengolahan air
limbah dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengarah kepada pengolahan yang
bersifat mekanis maupun kimiawi yang mengikutsertakan pemurnian air, baik
suspensi organik maupun anorganiknya. Wastewater treatment plant menjadi
suatu alternatif untuk menghilangkan kandungan-kandungan zat berbahaya
yang terdapat pada air limbah sehingga pelepasan air limbah tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Beberapa metode yang digunakan dalam penerapan wastewater treatment
plant yaitu:
1. Prapembenahan (preliminary treatment) merupakan proses
penghancuran sampah padat dalam bentuk partikel besar untuk
mencegah kerusakan pada peralatan yang digunakan.
2. Pembenahan pendahuluan (priamary treatment) merupakan proses
penghancuran suspensi padat
3. Pembenahan kedua (secondary treatment) merupakan proses
penghapusan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroba.
4. Pembenahan ketiga (tertiary treatment) merupakan proses pemurnian
air dari kandungan zat-zat anorgnik seperti posfor dan zat-zat lainnya.
5. Pembenahan padatan merupakan proses pengumpulan, stabilisasi, dan
proses pengeluaran padatan.
(Vesilind, Morgan, 2002)
1. Prapembenahan (preliminary treatment)
Proses preliminary treatment merupakan proses awal dalam
pembenahan limbah. Limbah yang dimasukkan ke dalam alat yang
disebut bar screen. Pada proses ini, limbah diolah dengan menggunakan
konsep gravitasi dimana limbah padatan yang telah tersuspensi di dalam
cairan akan mengalami penurunan. Setelah limbah-limbah padatan
tersebut terpisah dengan larutanya, maka diadakan lagi proses screen,
yang merupakan proses penjernihan air. Material-material yang berada
dalam limbah seperti pasir atau batuan kecil dipisahkan dari larutannya
agar peralatan-peralatan yang digunakan pada proses preliminary
treatment tidak mengalami gangguan.
2. Pembenahan Pendahuluan (primary treatment)
Pembenahan pendahuluan terdiri dari penyaringan, pembuangan pasir
dan sedimentasi terhadap limbah cair yang telah dimasukkan ke dalam
alat bar screen. Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui maka Pada
proses ini dilakukan beberapa pengolahan tambahan seperti oksidasi.
Dalam pembenahan pendahuluan, ada beberapa tahapan yang harus
dilalui yaitu:
Penyaringan
Proses ini merupakan proses pembuangan material padat yang
kasar dan besar dengan cara mengalirkan air limbah (wastewater) ke
dalam saringan-saringan, sehingga materil yang terkandung di dalam
air limbah tersebut dipecahkan dan dihancurkan menjadi potongan-
potongan kecil.
Pembungan pasir
Pada proses ini, bahan-bahan berpasir yang disebut dengan
detritus, dibuang melalui proses sedimentasi sebagian-sebagian dalam
beberapa ruangan berpasir atau tangki-tangki detritus, sehingga hanya
pasir saja yang dibiarkan mengendap dalam tangki-tangki tersebut
dengan penambahan sedikit zat-zat organik.
Pembuangan minyak dan pelumas
Dalam mengatasi volume minyak yang dibuang secara terus-
menerus sebagai busa pada skimming. Dimana di dalam tangki-tangki
skimming tersebut buih-buih yang berasal dari minyak tersebut
dipisahkan dengan meningkatkan peredaran udara khlorinasi dan
pengambangan sehingga limbah-limbah tersebut diubah menjadi
sabun sehingga dapat diolah lagi menjadi sumber daya alternatif.
Tangki Septik
Tangki septik merupakan tangki sedimentasi dengan arus
horizontal yang tergabung atas beberapa tahapan seperti pembusukan
anaerobik dengan menggunakan bakteri seperti Trichodherma sp.
Yang merupakan bakteri pemakan detritus sehingga material yang
terdapat pada tangki skimming dapat diendapkan.
Tangki Imhoff dan flokulasi mekanis
Tangki Imhoof merupakan tangki yang terdiri atas dua ruangan
terpisah yang digunakan untuk pembutiran secara mekanis dengan
menggunakan koloid dan beberapa zat-zat kimia dengan harga
ekonomis. Sehingga akan terbentuk lumpur dibagian bawah dan
samapah padabagian atasnya. Keadaan tersebut mengakibatkan kadar
Biochemical Oxigen Demand (BOD)nya akan mengalami penurunan.
(Mahida,1981).
2.3 Metode Pengolahan Sludge
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengolah limbah sludge,
berikut adalah beberapa metode – metode yang digunakan dalam pengolahan limbah
sludge:
Gambar 2.1 Berbagai Proses Pengolahan Sludge
2.3.1 Sludge Degritting
Dalam beberapa plant dimana instalasi penghilangan grit tidak digunakan
setelah tangki sedimentasi primer atau dimana instalasi penghilangan grit
tidak cukup untuk menangani laju alir atau beban yang puncak. Ketika
diinginkan pengentalan primer dari sludge, salah satu contoh yang digunakan
adalah sludge degritting. Metode sludge degritting yang paling efektif adalah
menggunakan gaya sentrifugal pada sistem mengalir untuk memisahkan
partikel grit dari sludge organik.
2.3.2 Thickening
Gravity thickening adalah salah satu proses yang paling sederhana dan paling
murah dalam menangani limbah sludge. Thickening adalah praktek untuk
meningkatkan kandungan padatan dari sludge dengan pemisahan dari cairan.
Thickener di pengolahan limbah cair diterapkan paling baik di penanganan
sludge primer ataupun digabung dengan trickling filter. Limbah cair hasil
penanganan limbah cair dari sedimentasi dan filter backwashing dapat diolah
melalui pemisahan gravitasi.
2.3.3 Stabilization
Sludge distabilkan untuk mengurangi kandungan patogen, menghilangi bau
tak enak dan mengurangi ataupun menghilangkan potensial untuk membusuk.
Teknologi yang digunakan dalam stabilisasi meliputi stabilisasi dengan kapur,
perlakuan panas, aerobic digestion, anaerobic digestion dan pengkomposan.
2.3.4 Anaerobic digestion
Proses ini meliputi reduksi anaerobik dari senyawa organik pada sludge
melalui aktivitas biologis. Anaerobic digestion terdiri dari dua tahap yang
disusun secara berturut dalam penanganan sludge. Tahap pertama terdiri dari
hidrolisis dari senyawa organik berbobot molekul tinggi dan konversi dari
asam organik melalui bakteri yang menghasilkan asam. Tahap kedua yaitu
gasifikasi dari asam organik menjadi metana dan karbon dioksida melalui
bakteri yang mengubah asam menjadi metana.
2.3.5 Pengomposan
Tujuan dari pengkomposan sludge adalah untuk menstabilkan senyawa
organik yang dapat membusuk secara biologis, menghancurkan organisme
patogen, dan mengurangi volume limbah. Pada saat pengkomposan, senyawa
organik mengalami degradasi biologis, mengrangi 20 sampai 30 persen dari
padatan volatil. Dalam pengkomposan, mikroorganisme aerobik mengubah
senyawa organik menjadi karbon dioksida menghasilkan pupuk yang
memiliki bau stabil. Mikroorganisme tertentu juga ikut mati akibat
peningkatan temperatur kompos. Proses pengomposan meliputi operasi-
operasi berikut:
1. Pecampuran sludge yang telah dikeringkan dengan bulking agent.
2. Mengaerasi tumpukan kompos dengan pembalikan secara mekanis
ataupun penambahan udara.
3. Pengambilan dari bulking agent.
4. Pengolahan lanjutan dan penyimpanan
5. Pembuangan akhir conditioning
Keuntungan utama dari kompos
Menghasilkan produk biokimia yang stabil, memiliki bau rendah dan
sifat fisik yang baik
Secara signifikan mengurangi volume material yang harus disimpan,
diangkut, dibuang, atau yang digunakan
Memiliki kekuatan yang keras dan menggunakan proses sederhana yang
dapat dilakukan di tempat tertentu tanpa investasi besar dalam
infrastruktur pembuatannya.
Meningkatkan sifat fisik kompos meliputi kadar kelembaban rendah
(biasanya di bawah 3% berat), ukuran partikel lebih seragam, tekstur
gembur, dan mengurangi volume.
2.3.6 Conditioning
Pengkondisian meliputi perlakukan fisika maupun kimia terhadap sludge
untuk meningkatkan karakteristik pemisahan air. Dua cara pengkondisian
yang paling sering digunakan adalah penggunaan bahan kimia dan perlakuan
panas. Proses pengkondisian yang lain meliputi pembekuan, irradiasi, dan
elutriation.
2.3.7 Dewatering (pemisahan air)
Dewatering adalah unit operasi fisika untuk mengurangi kandungan air dari
sludge. Sludge tidak dibakar ataupun ditanam, sludge harus dikeringkan. Ini
dapat dicapai melalui menggunakan unggun pasar ataupun menggunakan alat
pemisahan air secara mekanis. Pemilihan teknik sludge dewatering
bergantung pada karakteristik dari sludge yang akan dikeringkan, prasyarat
ruang yang diperlukan dan kandungan air dari sludge cake untuk penanganan
akhir. Dewatering dapat dibantu dengan pengkondisian secara kimia, seperti
penambahan polimer. Ketika tanah yang ada dan kuantitas sludge sedikit,
sistem dewatering secara alami seperti unggun pengering dan lagoon
pengering adalah cara yang paling cocok. Metode dewatering secara mekanis
meliputi vacuum filter, sentrifuse, filter press dan belt filter press. Kadang-
kadang sludge ditekan sebentar di bawah tekanan pada permukaan panas. Uap
yang terbentuk pada antarmuka antara sludge dan permukaan akan memaksa
air keluar dari sludge. Cara pengeringan ini cocok ketika air cukup untuk
membuat tekanan uap pada antar muka.
2.3.8 Penyaringan
Pada proses penyaringan meliputi pressure filtration dan vacuum filtration
serta belt filter press. Filtration process berada pada kondisi batch dimana
sludge dipompakandengan tekanan yang tinggi ke dalam ruang berbaris
dengan menggunakan kain ataupun membran yang mana menahan bagian
solid tetapi meloloskan bagian cair menuju ke plate baja. Vacuum filtration
digunakan untuk pemisahan bagian kasar dan yang dapat dimanfaatkan
kembali dari sludge. Belt filter press digunakan untuk menekan sludge
dengan cara meletakkannya pada dua buah poros belt yang disusun secara
series dan kemudian diputarkan untuk membuang kandungan airnya.
2.3.9 Pengeringan
Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk mengurangi kandungan air
kurang lebih 10 persen dengan menggunakan evaporator.
(Garg, 2009 ; Sweeten dan Auvermant, 2008 ; Kocamemi, 2012)
2.4 Sludge Disposal
2.4.1 Land Application
Aplikasi lahan didefinisikan sebagai proses penyebaran, penyemprotan, injeksi
atau penggabungan limbah lumpur termasuk didalamnya adalah bahan – bahan yang
berasal dari limbah lumpur, misalnya berupa kompos atau bagian dari permukaan
tanah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari limbah lumpur
(Kocamemi, 2012).
Aplikasi lahan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dari struktur tanah.
Aplikasi lahan juga digunakan sebagai pupuk untuk penyedia nutrisi bagi tanaman
dan tumbuhan lainnya yang ditanam di tanah. Pada umumnya lumpur digunakan
untuk tanah pertanian (termasuk di dalamnya padang rumput), hutan, situs reklamasi,
situs kontak publik (misalnya taman, perternakan rumput, strip jalan raya dan
lapangan golf ), rumah dan bahkan kebun (Garg, 2009).
Limbah berupa tanah lumpur biasanya dijual atau diberikan dalam bentuk
karungan atau kontainer yang diaplikasikan untuk keperluan tanah yang disebut
dengan istilah ‘bulk’ yang artinya penggunaan lumpur digunakan secara umum
dalam jumlah yang besar yang umumnya digunakan oleh para penggunak komersil
untuk pertanian, peternakan dan bahkan bidang konstruksi (Kocamemi, 2012).
2.4.2 Landfill
Landfill adalah metode yang paling umum dari pembuangan limbah dari
seluruh dunia dan melibatkan lokasi atau daerah yang tidak terpakai atau tidak
diinginkan seperti daerah bekas tambang. Apabila landfill dikelola dengan baik dan
memiliki dana yang cukup maka landfill akan menjadi aman dan merupakan metode
yang relatif murah dalam proses pembuangannya. Ada 3 type landfill dan mereka
dibedakan berdasarkan jenis bahan yang akan dibuang :
1. Mono disposal site
Hanya satu jenis limbah yang dibuang di disini, biasanya digunakan oleh
industri yang menghasilkan satu jenis limbah dalam jumlah yang besar
2. Multi disposal site
Banyak jenis limbah yang dibuang disini, bisanya berasala dari limbah
rumah tangga, komersial maupun suatu industri
3. Co disposal site
Daerah pembuangan ini menggunakan bahan kimia, biologi dan prose
fisika untuk mengolah atau memecah limbah yang terdapat pada situs
ini. Lokasi ini umumnya digunkana untuk pembuangan limbah khusus
dan mengandung bahan yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan
serta non-biodegradable
(Garg, 2009)
Meskipun landfill adalah metode yang paling banyak digunakan dalam
pembuangan limbah, namun metode ini masih memiliki beberapa masalah tempat
pembuangan. Apabila lokasi pembuangan tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan pollutan yang berbahaya, yang dapat meresap ke dalam tanah hingga
akhirnya merusak tanah serta timbul emisi gas.
Gambar 2. 1 Modern Sanitary Landfill
Lokasi landfill harus benar-benar dimonitoring setiap waktunya sehingga dapat
meminimalisasi timbulnya pollutan dan hala-hal yang dapat merusak lingkungan.
Ketika volume dari landfill sudah penuh, maka limbah lumpur yang ada didalamnya
harus dikurangi volumenya dengan cara dikubur. Sebelum proses pengkuburan maka
lumpur harus dihilangkan airnya, dikeringkan, dibakar (Garg, 2009).
Pemilihan lokasi landfill bergantung pada kriteria lumpur yang akan dibuang,
dekat tidaknya lokasi landfill dengan sumber timbulnya lumpur, akses jalan yang
dilalui, dampak lokasi terhadap lingkungan setempat serta stabilitas kondisi alam.
2.5 Pemanfaatan Limbah Sludge
“ Pemanfaatan Limbah Sludge IPAL PT.BSKP Sebagai Lahan Substitusi
Pembuatan Bata Beton”
PT Bridgestone Kalimantan Plantation (PT BSKP) merupakan salah satu dari
agroindustri yang bergerak dalam bidang pengolahan karet berupa RSS (Ribbed
Smoked Sheet). Salah satu potensi pencemaran lingkungan yang harus dikelola oleh
industri karet adalah limbah sludge.Potensi limbah sludge yang dihasilkan sebesar
0,1 m3/hari.
Seiring dengan berjalannya proses produksi, semakin meningkat pula jumlah
limbah sludge yang di hasilkan IPAL PT BSKP. Meningkatnya jumlah limbah
sludge menjadi permasalahan baru, mengingat limbah sludge hanya ditampung di
Sludge Drying Bed (SDB) yang terdiri dari tiga buah kolam, sewaktu-waktu dapat
penuh.Sehingga limbah sludge dibiarkan secara terbuka. Limbah sludge
yangdibiarkan di tempat terbuka tanpa penanganan lebih lanjut, berpotensi sebagai
sumber pencemar. Selain karena menimbulkan bau tak sedap, limbah sludge yang
terkena hujan akan terikut aliran air tanah dan masuk ke sungai disekitar pabrik.
Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari
bahan utama semen portland, air dan agregat; yang dipergunakan untuk pasangan
dinding. Pemanfaatan limbah sludge sebagai bahan substitusi pembuatan bata beton
merupakan salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan.
Dalam proses pembuatan bata beton ini bahan – bahan yang digunakan adalah:
1. Limbah sludge, yang digunakan sebagai bahan substitusi pembuatan
bata beton diambil dari limbah IPAL industri karet PT Bridgestone
Kalimantan Plantation, Bati-Bati, merupakan sisa dari hasil proses
pengolahan air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif.
2. Semen Portland type I merk Semen Gresik
3. Pasir (agragat halus) yang berasal dari awang bangkal.
4. Air bersih.
Berikut adalah proses pembuatan bata beton :
Sebelum proses pengolahan sludge menjadi bata beton, maka sebelumnya
dilakukan uji karakteristik terhadap limbah sludge dari perusahaan. Karakterisasi dan
identifikasi limbah sludge IPAL PT BSKP sebagai indikator pencemaran lingkungan
dilakukan berdasarkan data sekunder, meliputi analisis TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) mengacu pada PP 18 jo. 85 Tahun 1999 serta uji
toksisitas akut limbah (LD-50). Sebelum sludge digunakan maka perlu dilakukan
proses pengeringan terlebih dahulu. Proses pengeringan sludge menggunakan sinar
matahari. Lalu selanjutnya proses pembuatan bata beton dilakukan sesuai dengan
diagram alir di atas.
Berdasarkan hasil pengujian karakteristik limbah sludge, mengandung
C-Organik 4,89 %, N 0,96 %, P2O5 0,22 %, K2O 0,08 %, CaCO3 1,58 %. Dari hasil
uji yang didapat, limbah sludge tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk
buatan baik pupuk tunggal maupun majemuk. Sehingga alternatif lainnya yaitu
memanfaatkan limbah sludge sebagai bahan substitusi pembuatan bata beton. Hal ini
dilihat dari teksturnya yang sedikit lebih banyak mengandung pasir (49,85%)
dibandingkan tanah liat (45,17%). Selain itu, limbah sludge juga mengandung
komponen SiO2 3,21% yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler)dan CaCO3
1,58% yang memiliki fungsi dalam proses perekatan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Sludge adalah bahan padat, semi-padat, atau cair organik yang merupakan
produk sampingan dari proses pengolahan air limbah.
2. Wastewater treatment plant adalah metode pembenahan dan pengolahan
limbah yang tergantung pada peralatan mekanis atau pembenahan kimiawi.
3. Proses pengolahan sludge dapat dilakukan dengan Sludge Degritting
Thickening, Stabilization, Anaerobic digestion, Pengkomposan, Conditioning,
Dewatering (pemisahan air), Penyaringan dan Pengeringan
4. Metode pembuangan akhir sludge terbagi menjadi dua yaitu Land Application
dan Landfill. Landfill metode yang paling umum digunakan dan juga
memiliki biaya yang tidak terlalu mahal.
5. Limbah Sludge dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah limbah sludge yang
berasala dari PT.BSKP dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi
pembuatan bata beton
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Rahmad Wastewater Treatment Plant Solusi Limbah Cair dengan Aplikasi
Wastewater Treatment, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer, Universitas Bakrie, Jakarta, 2013
Garg, Neeraj Kumar. “Multicriteria Assessment of Alternative Sludge Disposal
Methods”. Thesis of Master of Science in Energy Systems and the
Environment. Unliversity of Strathclyde Engineering. 2009
Ikbal dan Rudi Nugroho. “Pengolahan Sludge dengan Proses Biologi Anaerobik”.
Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol 7. No 1. Hal : 80-89.
2006
Kocamemi, Bilge Alpaslan. 2012. Sludge Treatment. Marmara University
Department Of Environmental Engineering Istanbul, Turkey
Mahida.1981. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta :
Rajawali.
Mardini, Dini, 2004. Penggunaan Metode Lumpur Aktif Sebagai Salah Satu
Pengolahan Sekunder Terhadap Limbah Cair Industri Tekstil Pt. Cagm
Dengan Sistem Flow Skala Laboratorium repository.upi. 2012
Papadimitriou, C.A. 2006. Coke Oven Wastewater Treatment By Two Activated
Sludge Systems. Journal gnest,Vol8, No.1, Hal. 3
Ruliansyah, Fauzi Ramadhan dan Zakhroful Maimun. “Pemanfaatan Limbah Sludge
Sebagai Bahan Substitusi Pembuatan Bata Beton”. Jurnal Info Teknik. Vol
13. No 1. Hal : 72 – 81. 2012
Soraya, Dea, Ani Iryani dan Ade Mulyati. Wastewater Treatment at PT. X by
Activated Sludge. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Pakuan Bogor : Bogor. 2010
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Pustaka Setia.
Sweeten, John M. And Auvermann, Brent W. 2008. Composting Manure And
Sludge. Agri Life Extension.
Vesilind, Morgan. 2002. Introduction To Environmental Engineering. Second
Edition.USA : Thomson Brooks/Cole.
.
top related