bab 2 landasan teori 2.1 procurement. -...
Post on 05-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Procurement.
2.1.1 Pengertian.
Procurement merupakan pembelian barang dan jasa oleh perusahaan (Turban,
2004, p231). Procurement Management adalah koordinasi dari semua aktivitas yang
berhubungan dengan pembelian produk dan kebutuhan pelayanan untuk
menyempurnakan misi dari sebuah organisasi.
Dalam procurement management ini, bagian penjualan personal akan
menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam aktivitas procurement. Aktivitas–aktivitas
yang termasuk adalah pemilihan supplier yang berkualitas, negosiasi harga, membangun
hubungan strategi dengan supplier, evaluasi supplier dan sertifikat.
2.1.2 Metode Procurement.
Perusahaan - perusahaan menggunakan metode yang berbeda dalam memperoleh
produk dan jasa yang tergantung apa dan dimana mereka membeli, kuantitas yang
diperlukan, berapa jumlah uang yang terpakai dan lainnya.
Metode-metode utama dari procurement ini terdiri dari :
1. Membeli dari manufaktur, penjual grosir, atau pengecer dari katalog – katalog
mereka dan adanya negosiasi.
2. Membeli melalui katalog yang terhubung dengan memeriksa katalog penjual atau
membeli melalui mal-mal industri.
9
3. Membeli melalui katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui
katalog-katalog vendor termasuk kesepakatan harga. Pendekatan ini digunakan
untuk implementasi desktop purchasing, yang memungkinkan requisition untuk
memesan secara lansung dari vendor.
4. Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana pemasok bersaing dengan
yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian dalam jumlah besar.
5. Membeli dari situs pelelangan umum atau privasi dimana organisasi
berpartisipasi sebagai salah satu pembeli.
6. Bergabung dengan suatu kelompok sistem pembeli dimana memeriksa
permintaan partisipan, menciptakan jumlah besar. Kemudian kelompok ini dapat
menegosiasikan harga atau menginisiasi proses tender.
7. Berkolaborasi dengan para pemasok untuk berbagi informasi tentang penjualan
dan persediaan, sehingga dapat mengurangi persediaan dan stock-out dan
mempertinggi ketepatan waktu pengiriman.
2.2 E-procurement.
2.2.1 Pengertian.
E-procurement merupakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik oleh
perusahaan (Turban, 2004, p.232). E-Procurement merupakan integrasi dan manajemen
elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan pembeliaan,
pemberian hak pemesanan, pengiriman dan pembayaran antara pembeli dan pemasok
(Chaffey, 2004, p.309).
E-procurement adalah bentuk e-commerce untuk perantaraan produk dan jasa
atau digunakan untuk tendering produk dan jasa antara perusahaan dengan pemasok. E-
10
procurement kebanyakan diakses dari web oleh perusahaan-perusahaan besar dan badan-
badan usaha umum. E-procurement merupakan aplikasi e-commerce untuk proses
negosiasi dan perjanjian (contracting).
2.2.2 Konsep E-procurement.
Berikut ini adalah diagram e-procurement management, sebagai berikut:
Gambar 2.1 e-procurement management
Sumber : Kalakota (2000, p.339)
2.2.3 Proses E-procurement.
Berikut ini adalah alur proses procurement yang digambarkan sebagai berikut:
11
Gambar 2.2 The Procurement Process
Sumber : Turban (2004)
Pre-purchase activities After purchase activities
Search for Vendors and Product E-Catalogs, brosur,conventions, exhibit, telephone calls, visits
Quality Vendors Which vendor we can do business with? Research firm, financial, stability, credit history
Select a market mechanism Privat, public, auctions, exchange Tendering system has a special process
Compare and Negotiate Price, financing, delivery, quality, etc
Make a purchase (individual or committee) Have a contact Arrange payment
Initiate a purchase order Electronic form or trigger ready order
Arrange a pick-up or receive shipment
Check shipping document, billing, quality
Make payment Approve payment. Arrange money transfer
12
Semua proses manual dari membuat requisition, permintaan kuota, undangan
tender, pengeluaran Purchase Order dan implementasi permintaan dapat didukung secara
atomatis. (Turban, 2004, p.233)
2.2.4 Tujuan dan Keuntungan dari E-procurement.
Dengan mengotomatisasi dan mengefisiensikan aktivitas yang sulit dari fungsi
pembelian, para profesional pembelian dapat berfokus pada beberapa strategi pembelian
dan mencapai tujuan dan keuntungan dari e-procurement (Turban, 2004) :
1. Meningkatkan produktivitas dari agen-agen pembelian seperti penyediaan waktu
yang lebih banyak dan mengurangi tekanan kerja.
2. Menurunkan harga pembelian melalui standarisasi produk dan konsolidasi dari
pembelian.
3. Meningkatkan aliran informasi dan manajemen seperti informasi pemasok dan
informasi harga.
4. Meningkatkan proses pembayaran.
5. Meminimalkan pembelian dari supplier yang bukan kontrak.
6. Membangun efesiensi, hubungan kolaborasi supplier.
7. Memastikan pengiriman tepat waktu, setiap waktu.
8. Mengurangi kebutuhan keahlian dan kebutuhan pelatihan-pelatihan agen
pembelian.
9. Merampingkan proses pembelian, membuatnya menjadi lebih sederhana dan
cepat.
10. Menemukan supplier baru yang dapat menyediakan barang dan jasa yang lebih
cepat atau lebih murah.
13
11. Meminimalkan kesalahan manusia dalam proses pembelian dan pengiriman.
12. Memonitor dan mengatur kebiasaan membeli.
13. Merampingkan proses procurement, membuat secara sederhana dan cepat
14. Memiliki pilihan supplier yang lebih luas sehingga perusahaan dapat
membandingkan tawaran pemasok-pemasok tersebut seperti membandingkan
harga, kualitas, kecepatan pengiriman pesanan
15. Dari sisi supplier adalah dapat memperoleh kesempatan tender yang lebih luas
karena dapat memperoleh informasi melalui web di internet dan mengurangi
biaya untuk pengajuan tender
14
2.3 Sistem Informasi.
2.3.1 Pengertian Sistem.
Sistem adalah kumpulan objek – objek seperti orang, sumber daya, konsep dan
prosedur yang diharapkan dapat menampilkan fungsi yang dikenal atau untuk mencapai
sasaran. (Turban dan Aronson, 2001, p.34). Menurut Mcleod (2002, p.11) seperti yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hendra Teguh, SE, Ak., sistem adalah
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan.
2.3.2 Pengertian Sistem Informasi.
Sistem Informasi adalah kombinasi dari dua orang , perangkat keras, perangkat
lunak dan jaringan komputer serta sumber data yang mengumpulkan, merubah dan
menyebarkan informasi dalam organisasi (O’brien, 2005, p.7).
Menurut Bentley et al (2002, p.8), Sistem informasi adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi,
dan pengendalian dalam suatu organisasi. Sistem informasi juga membantu para manajer
dan karyawan untuk menganalisis masalah, memvisualisasikan hal-hal kompleks, dan
menciptakan produk baru.
Menurut Wikipedia.com, Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk
mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer,
perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang
menekankan finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi Penjualan adalah
suatu sistem informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang
15
dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan memperoleh informasi
guna mendukung pengambilan keputusan mengenai penjualan.
2.3.3 Pengertian Internet, intranet, dan ekstranet.
Internet merupakan sebuah koleksi global dari ribuan jaringan yang dikelola
secara bebas. Menurut Zeid (2000, p.19), internet (interconnected network) adalah
sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan
jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Pada internet dapat terjadi berbagai macam
transaksi bisnis yang terjadi secara online.
Pengertian internet menurut Greentein et al (2002, p.6) adalah infrastruktur yang
sangat unik dimana tidak dimiliki oleh setiap orang. Internet adalah jaringan dari
jaringan yang dimana selalu berkembang dengan seiring berjalannya waktu.
Internet terdiri dari jutaan jaringan yang bersama-sama membawa informasi-
informasi dan layanan yang bervariasi seperti e-mail, yang saling terhubung [http 1].
Intranet dilindungi oleh ukuran keamanan seperti password, enkripsi, dan
firewall, sehingga hanya dapat di akses melalui internet oleh pemakai yang memiliki
otorisasi (O`Brien, 2005). Sedangkan menurut Whiteley (2004, p.168), beberapa
organisasi memiliki situs web yang tersedia pada internet dengan akses yang terbatas
kepada pemegang password, seperti fasilitas yang dinamakan ekstranet. Pengertian
ekstranet adalah hubungan jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk saling
menghubungkan intranet suatu bisnis dengan intranet pelanggannya, pemasok, dan mitra
bisnis lainnya (O`Brien, 2005).
Menurut Mcleod (2004, p.222) organisasi dapat membatasi akses jaringan
mereka hanya bagi anggota organisasinya dengan menggunakan intranet. Intranet
16
menggunakan protokol jaringan yang sama dalam internet tetapi membatasi akses ke
sumber daya komputer hanya bagi sekelompok orang pilihan di dalam organisasi.
Berdasarkan teori-teori diatas, bahwa internet merupakan sumber informasi yang
dibutuhkan bagi perusahaan. Internet memberikan jaringan yang dapat dihubungkan
antar divisi diperusahaan. Sedangkan ekstranet merupakan jaringan antar perusahaan
yang mempunyai perlindungan agar hanya dapat di akses oleh pemakai yang memiliki
otoritas. Sedangkan ekstranet merupakan perluasan dari jaringan internet dengan
jaringan intranet yang terbuka bagi perusahaan, supplier dan pebisnis lain untuk
menjalin hubungan bisnis.
2.4 E-Business.
Pengertian e-business adalah melakukan berbagai macam aktivitas bisnis yang
secara elektronik dengan mudah menggunakan teknologi yang berbasis internet
(Kalakota, 2001). Proses e-business mencakup tidak hanya pemasaran dan penjualan
online, tetapi manajemen supply chain dan saluran, manufacturing dan kontrol
persediaan, operasi keuangan dan prosedur arus kerja pegawai yang melintasi
keseluruhan organisasi.
17
2.5 Business to Business (B2B).
2.5.1 Pengertian.
Business to business (B2B) merupakan model e-commerce dimana semua yang
berpartisipasi adalah para pebisnis dan organisasi lainnya. B2B adalah transaksi yang
diadakan secara elektronik antar bisnis melalui internet, intranet, ekstranet , atau
jaringan pribadi.
2.5.2 Model Business to Business (B2B).
Model Business to Business (B2B) terdiri dari :
1. Model berpusat pada perusahaan (one-to-many, many-to-one).
Dalam model ini, satu perusahaan melakukan penjualan yang disebut tempat
pemasaran sisi penjualan (one-to-many), dan satu perusahaan yang lain
melakukan semua pembelian yang disebut tempat pemasaran sisi pembelian
(many-to-one).
2. Tempat Pemasaran Banyak ke Banyak – Pertukaran (Many-to-Many: Exchange).
Area ini merupakan tempat pemasaran secara elektronik dimana banyak pembeli
dan banyak penjual bertemu secara elektronik dengan tujuan perdagangan antar
yang lain.
3 Tempat Pemasaran Sisi Penjual Satu ke Banyak (One-to-Many: Sell-side
Marketplaces).
Tempat pemasaran berbasis web dimana satu perusahaan menjual ke banyak
pembeli melalui catalog elektronik atau pelelangan, frekuensi pada ekstranet.
18
4 Model B2B lain dan jasa.
Persetujuan bisnis dengan bisnis-bisnis untuk tujuan lain selain hanya penjualan
dan pembelian. Salah satu contohnya adalah perdagangan kolaboratif, beberapa
tipe jasa dan hubungan seperti penggabungan value chain, penyedia jasa value
chain dan perantara informasi.
2.6 Konsep Permintaan dan Penawaran.
2.6.1 Konsep dasar permintaan.
Menurut Gaspersz (2005, p.13), pada dasarnya permintaan dapat didefenisikan
sebagai kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama
periode waktu tertentu berdasarkan kondisi-kondisi tertentu.
2.6.2 Konsep dasar penawaran.
Menurut Gasperz (2005, p.35), pada dasarnya penawaran dapat didefinisikan
sebagai kuantitas produk (barang dan/ atau jasa) yang ditawarkan untuk dijual dipasar,
yang secara umum sangat tergantung pada sejumlah besar variabel.
2.7 Metodologi Penelitian.
2.7.1 Jenis dan Metode Penelitian.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis
penelitian studi khusus yang dilakukan dengan mengamati dan mempelajari penerapan
19
kasus suatu aktivitas dilapangan serta melakukan wawancara terhadap pihak – pihak
yang terkait.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara
melakukan penelitian studi kasus pada objek penelitian, kemudian melaporkannya dalam
bentuk laporan deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian
2.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Data-data penelitian diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan yang
dimaksudkan untuk memperoleh data primer di tempat penelitian secara langsung
dengan menggunakan metode observasi dan wawancara baik secara tatap muka
langsung maupun melalui telepon atau e-mail.
Untuk pendukungnya dilakukan penelitian kepustakaan yang dimaksudkan untuk
memperoleh data sekunder dan landasan teoritis serta berpikir dengan mempelajari
beberapa sumber literature yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang
dilakukan.
20
2.8 Analisis Lima kekuatan Porter.
Menurut David (2005, p.130), Model lima kekuatan Porter tentang analisis
kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan
strategi perusahaan berdasarkan analisis industri perusahaan. Analisis ini dilakukan
untuk melihat kondisi pasar/industri perusahaan, apakah terjadi perubahan yang dapat
mempengaruhi bisnis perusahaan. Dari analisis tersebut didapatkan hasil untuk
perusahaan untuk mengambil langkah antisipasi terhadap perubahan lingkungan
pasar/industri yang terjadi
Gambar 2.3 Model lima kekuatan Porter.
Sumber : David (2005, p.131)
Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai
kombinasi atas lima kekuatan, yaitu :
1 Persaingan antar perusahaan sejenis.
Potensi pengembangan produk substitusi.
r menawar supplier.
Kemungkinan masuknya pesaing baru.
Persaingan antar perusahaan sejenis.
Kekuatan tawar menawar konsumen.
21
2 Kemungkinan masuknya pesaing baru.
3 Potensi pengembangan produk substitusi.
4 Kekuatan tawar menawar supplier.
5 Kekuatan tawar menawar konsumen.
2.8.1 Persaingan antar perusahaan sejenis.
Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pesaing
perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Sehingga bagi perusahaan yang baru
akan masuk kedalam industri tersebut dapat mengetahui siapa pesaing-pesaingnya.
Intensitas persaingan di antara perusahaan sejenis yang bersaing cenderung meningkat
karena jumlah pesaing semakin bertambah, ketika pesaing semakin beragam dalam hal
kemampuan, ketika konsumen dapat dengan mudah perpindah ke perusahaan lain, ketika
hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, ketika biaya tetap tinggi, ketika produk
mudah rusak, dan ketika merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industri.
2.8.2 Kemungkinan masuknya pesaing baru.
Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri akan tergantung dari besar
atau kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika hambatan ini besar maka ancaman
masuknya pendatang baru akan rendah. Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan
kondisi yang membatasi perusahaan dalam memperoleh jalan masuk ke dalam suatu
industri. Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu :
22
1 Skala ekonomi.
2 Diferensiasi produk.
3 Kebutuhan modal.
4 Biaya beralih pemasok (switching cost).
5 Akses ke saluran distribusi.
6 Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost
advantages independent scale).
7 Kebijakan pemerintah.
2.8.3 Potensi pengembangan produk substitusi.
Potensi adanya produk substitusi dapat berpengaruh bagi perusahaan jika
konsumen tetap perusahaan telah berpindah ke perusahaan lain dikarenakan produk
substitusi yang ada lebih baik daripada produk suatu perusahaan. Cara terbaik untuk
mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar
yang didapat oleh produk tersebut dan memantau rencana perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
2.8.4 Kekuatan tawar menawar supplier.
Kekuatan tawar menawar supplier dapat dikatakan kuat sehingga mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri ketika :
1 Terdapat banyak supplier namun tidak dapat di handalkan kerena produk yang
di tawarkan terlalu mahal atau tidak mampu untuk memenuhi pesanan suatu
perusahaan.
23
2 Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.
3 Pembeli bukan konsumen penting bagi supplier.
4 Produk supplier penting bagi konsumen.
5 Efektivitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost) yang
tinggi bila beralih ke supplier lain.
2.8.5 Kekuatan tawar menawar konsumen.
Kekuatan tawar menawar konsumen dapat dikatakan kuat ketika konsumen
terkonsentrasi atas besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar
menawar perusahaan menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan
dalam suatu industri. Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika
produk yang di beli konsumen adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi.
Persaingannya adalah untuk mendapatkan pembeli dan untuk melakukan perdagangan
pada harga yang menghasilkan laba yang dapat diterima.
24
2.9 Kerangka Perumusan Strategi.
Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam
kerangka pembuatan keputusan dalam 3 tahap :
TAHAP 1 : TAHAP INPUT
Matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (EFE)
Matriks Profil / Persaingan
(CPM)
Matriks Evaluasi Faktor Internal
(EFI)
TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN
Matriks Internal-
Eksternal (IE)
Matriks Strategic
Position and
Action Evaluation
(SPACE)
Matriks
TOWS
Matriks
BCG Matriks Grand Strategy
TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Gambar 2.4 Kerangka Kerja Analisis Strategi. Sumber : David (2005, p.283)
2.9.1 Tahap Input.
Informasi yang diperoleh dari Matriks EFE, matriks CPM dan matriks EFI
menjadi informasi masukan untuk matriks tahap pencocokan. Alat input membutuhkan
penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif selama tahap awal dari proses
perumusan strategi. Membuat keputusan kecil dalam matriks input berhubungan dengan
tingkat penting relatif dari faktor internal dan eksternal memungkinkan penyusun
strategi untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif.
Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat
yang sesuai.
25
2.9.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Menurut David (2005, p.206-208), menjelaskan bahwa tahapan ekstraksi dalam
menjalankan audit manajemen strategis adalah membuat matrik EFI. Matrik EFI
merupakan suatu alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama suatu perusahaan dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan
dasar untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut.
Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan
di antara bidang-bidang ini. Penilaian intuitif diperlukan dalam membuat matriks EFI.
Matriks EFI dapat dikembangkan dalam lima langkah sebagai berikut :
1. Tulislah faktor-faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk
kekuatan maupun kelemahannya. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian
kelemahan.
2. Berikan bobot dengan kisaran 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (terpenting) pada
setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa
penting faktor itu menunjang keberhasilan perusahaan dalam industri yang di
gelutinya. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau
kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar
terhadap kinerja organisasi di beri bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot
harus sama dengan 1.0.
3. Berikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk menunjukkan
apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat = 1), kelemahan kecil
(peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan besar (peringkat =
26
4). Ingatlah bahwa peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2
hanya untuk kelemahan. Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan,
sedangkan bobot dalam langkah 2 berdasarkan keadaan industri.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang
dibobot untuk setiap variabel.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai
yang dibobot untuk organisasi.
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFI, jumlah nilai
yang dibobot dapat berkisar 1.0 yang rendah sampai 4.0 yang tinggi, dengan rata-rata
2.5. Total nilai yang dibobot jauh di bawah 2.5 merupakan ciri organisasi yang lemah
secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal
yang kuat. Seperti matriks EFE, matriks EFI harus memuat antara 10 sampai 20 faktor.
Jumlah faktor tidak berpengaruh terhadap rentang jumlah nilai yang dibobot karena
bobot selalu berjumlah 1.0.
2.9.1.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2005, p.143-p.145), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
membuat perencana strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi,
sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan
persaingan. Terdapat lima langkah dalam pengembangan matriks EFE :
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang di identifikasi dalam proses audit
eksternal. Cari nama 10 dan 20 faktor, termasuk peluang-peluang dan ancaman
27
yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang dahulu
kemudian ancaman. Usahakan se-spesifik mungkin.
2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting).
Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam
industri tersebut. Peluang sering mendapat bobot lebih besar daripada ancaman.
Tetapi ancaman juga menerima bobot tinggi, jika berat atau sangat mengancam.
Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing yang sukses
dan yang gagal atau dengan mendiskusikan faktor tersebut. Jumlah seluruh bobot
yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1.0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal kunci
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon faktor
tersebut, dengan catatan 4 = respon luar biasa, 3 = respon di atas rata-rata, 2 =
respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan atas keadaan perusahaan,
sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan pada industri. Penting untuk
diperhatikan bahwa baik peluang maupun ancaman dapat memperoleh peringkat
1,2,3, atau 4.
4. kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai
bobot total bagi organisasi.
Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam matriks
EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4.0 dan yang
terendah adalah 1.0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2.5. jumlah nilai yang dibobot
28
sama dengan 4.0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat
bagus terhadap peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata
lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan
meminimalkan potensi pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Jumlah nilai yang
dibobot sama dengan 1.0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan
peluang atau menghindari ancaman eksternal.
2.9.2 Tahap Pencocokan
Strategi terkadang didefinisikan sebagai upaya memadukan sumber daya dan
ketrampilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor-faktor
ekternal. Tahap pencocokan dari kerangka perumusan strategi terdiri teknik-teknik yang
dapat dipakai tanpa harus berurutan. Seluruh perangkat ini tergantung pada informasi
yang diperoleh dari tahap masukan untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor-faktor keberhasilan
eksternal dan internal merupakan kunci untuk membuat strategi alternatif yang dapat
dijalankan. Dalam kenyataannya, hubungan eksternal dan internal lebih kompleks
sehingga diperlukan lebih banyak perbandingan dalam proses pencocokan untuk setiap
strategi yang dibuat.
Pengembangan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang disebut ofensif atau serangan. Sedangkan strategi yang di desain untuk
memperbaiki kelemahan sambil menghindari ancaman dapat disebut defensif atau
bertahan. Setiap organisasi mempunyai peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan
dan kelemahan internal yang dapat dibandingkan untuk merumuskan strategi alternatif.
29
2.9.2.1 Matriks Internal – Eksternal (IE)
Menurut David (2005, p.300) Matriks Internal Eksternal (IE) menempatkan
berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE menempatkan
berbagai divisi dari organisasi di dalam diagram skematis, sehingga disebut sebagai
matriks portofolio. Di samping itu, ukuran dari setiap lingkaran menggambarkan
presentase kontribusi penjualan dari setiap divisi, dan potongan kue mengungkapkan
presentase kontribusi laba dari setiap divisi.
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai IFE yang diberi bobot
pada sumbu–x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu–y. Dari total nilai yang
dibobot dari setiap divisi, dapat disusun matriks IE pada tingkat korporasi.
1. Pada sumbu–x Matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1.0 sampai 1.99
menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang,
sedangkan nilai 3.0 sampai 4.0 dianggap kuat.
2. Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1.0 sampai
1.99 dianggap rendah, nilai 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang, sedangkan nilai
3.0 sampai 4.0 dianggap tinggi.
30
Gambar 2.5 Matriks IE (Internal-Eksternal) Sumber : David (2005, p.301)
Menurut David (2005, p.303), Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama
yang memiliki implikasi strategi berbeda.
Pertama, pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan
berkembang. Strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk atau strategi integratif seperti integrasi ke belakang, integrasi ke
depan, dan integrasi horizontal dapat menjadi strategi yang sesuai untuk divisi ini.
Kedua, pada sel III, V, dan VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan
strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk
merupakan strategi umum yang sering digunakan pada divisi ini.
Ketiga, pada sel VI, VIII, dan IX adalah strategi tuai atau divestasi. Suatu
perusahaan yang berhasil mencapai portfolio bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar
sel I dalam matrik IE.
31
Analisis Matriks Stength-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT).
Menurut David (2005, p.284), matriks Stength-Weakness-Opportunities-Threats
(SWOT) adalah suatu alat yang digunakan untuk mencocokkan faktor eksternal dan
internal yang penting yang membantu manager dalam mengembangkan empat sel
strategi :
1 SO - Stength Opportunities.
2 WO – Weakness Opportunities.
3 ST – Stength Threats.
4 WT – Weakness Threats.
Mencocokan factor eksternal dan internal merupakan bagian yang paling sulit
dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik.
Penyajian yang sistematis dari matrik SWOT terdiri dari sembilan sel. Terdapat empat
sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel yang biasa dibiarkan kosong. Empat sel
factor kunci terdiri dari Stength, Weakness, Opportunities dan Threats.
Ada 8 langkah menurut David Fred (2005, p.286) yang terlibat dalam membuat matriks
SWOT :
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi SO
dalam sel yang ditentukan.
6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi
WO dalam sel yang ditentukan.
32
7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi ST
dalam sel yang ditentukan.
8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi
WT dalam sel yang ditentukan.
Biarkan selalu kosong. Stength
Tuliskan kekuatan
perusahaan.
Weakness
Tuliskan kelemahan
perusahaan.
Opportunities
Tuliskan peluang
perusahaan.
Strategi SO
Gunakan kekuatan
perusahaan untuk
memanfaatkan peluang.
Strategi WO
Atasi kelemahan
perusahaan dengan
memanfaatkan peluang.
Threats
Tuliskan ancaman
perusahaan.
Strategi ST
Gunakan kekuatan
perusahaan untuk
menghindari ancaman.
Strategi WT
Mengurangi kelemahan
perusahaan dan
menghindari ancaman.
Gambar 2.6 Matriks SWOT. Sumber : David Fred (2005, p.287)
1. SO - Stength Opportunities
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal perusahaan. Suatu perusahaan apda umumnya akan menjalankan
strategi WO, ST, atau WT untuk dapat mencapai situasi dimana perusahaan dapat
menerapkan strategi SO.
2. WO – Weakness Opportunities.
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan
dengan memanfaatkan peluang eksternal perusahaan. Terkadang terdapat peluang
33
eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya
untuk mengeksploitasi peluang tersebut.
3. ST – Stength Threats
Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal perusahaan. Ini tidak berarti perusahaan
yang kuat harus selalu menghadapi ancaman pada lingkungan eksternalnya.
4. WT – Weakness Threats
Strategi WT adalah strategi defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman eksternal perusahaan. Suatu
perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada
posisi yang tidak aman. Kenyataannya, perusahaan dalam kondisi ini mungkin harus
berusaha bertahan hidup dengan mengubah strategi perusahaannya, mengurangi ukuran,
mendeklarasikan kebangkrutan atau memilih likuidasi.
34
2.10 Value Network Analysis.
Menurut Ward dan Prepard (2002, p.267), Value network merupakan suatu bisnis
yang menyediakan sebuah penukaran dan penengah suatu mediasi antara pembeli dan
penjual dalam membangun suatu hubungan bisnis.
Menurut Stabell dan Fjeldstad (1998, p.429), Aktivitas utama (Primary
activities) dari beberapa perusahaan sebagai berikut :
1. Network promotion & Contract Management merupakan aktivitas – aktivitas
yang berhubungan dengan sesuatu yang potensial untuk bergabung kedalam
jaringan
2. Service Provisioning merupakan aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan
mendirikan, memelihara dan menghubungkan antara pelanggan dan rekening
untuk nilai yang dicapai
3. Network Infrastructure Operation merupakan aktivitas – aktivitas yang
berhubungan memelihara dan menjalankan fisik dan informasi infrastruktur.
Menurut Chan (2004, p.21), empat aktivitas pendukung yang menyokong
aktivitas utama sebagai berikut :
1. Procurement : fungsi dari penggunaan input pembelian pada value chain
organisasi. Contoh : Bahan baku, persediaan, item yang dikonsumsi, asset seperti
mesin, peralatan kantor, dan bangunan.
2. Technology Development : aktivitas – aktivitas nilai yang mencakup teknologi
atau sub-teknologi termasuk ilmu atau kemampuan melakukan sesuatu atau
35
prosedur. Contoh : penelitian dasar dan desain produk, persiapan dokumen,
pelayanan prosedur, dan penambahan teknologi kedalam produk.
3. Human Resource Management : aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan
perekrutan, penyewaan, pelatihan, perkembangan dan kompensasi untuk semua
media yang melibatkan seseorang.
4. Firm Infrastructure : Anggaran dari manajemen umum, perencanaan, keuangan,
akuntansi, Undang – Undang, dan urusan pemerintah yang dapat diterima oleh
aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Gambar 2.7 Value Network Diagram.
Sumber : Stabell and Fjeldstad,1998
Network Promotion & Contract Management
Service Provisioning
Network Infrastructure Operation
Firm Infrastructure
Human Resources Management
TechnologyDevelopment
Procurement
36
2.10.1 Tangible dan Intangible Exchange.
Pola dasar organisasi dalam bisnis adalah jaringan pertukaran aset tangible dan
intangible. Menurut Allee (2002, p.3), tangible exchange adalah transaksi yang
melibatkan barang, jasa atau pendapatan tetapi tidak terbatas pada barang fisik, jasa,
kontrak, invoice, nota pengembalian pembelian, request for proposal, konfirmasi atau
pembayaran. Sedangkan intangible exchange adalah pertukaran informasi yang berputar
dan mendukung produk serta proses utama perusahaan, tetapi bukan yang bersifat
kontrak. Intangibles adalah “little extras” dari para pelaku bisnis dalam menjalankan
proses bisnis sehingga berjalan lancar serta pemeliharaan relasi.
2.10.2 Value Exchange Diagram
Terdapat tiga elemen dasar dari metode pemetaan pertukaran; Nodes yang
menggambarkan pelaku. Nodes-nodes dalam peta akan saling mengirim dan menerima
tangible dan intangible aset. Hubungan ini digambarkan dengan tanda panah yang
disertai dengan label berisi judul aset atau deliverables.
Menurut Allee (2002, p.9), value exhange diagram digunakan untuk melihat
sebuah organisasi sebagai suatu jaringan yang terbentuk dari pertukaran intangible dan
tangible.
2.10.3 Impact Analysis
Setiap input yang masuk akan merangsang respon. Allee mengemukakan (2002,
p.14) bahwa value impact analysis menjawab pertanyaan “what are the tangible and
intangible costs or risk and gains for each inputs for a particular participant?”
37
Tabel 2.1 Tabel Impact Analysis Cost/Risk Benefits: High = H Medium= M Low=L
What
activities
does the
input
generate?
Does it
have
positive or
negative
impact on
cost and
tangibles?
Does it
have
positive or
negative
impact on
intangible
asset
What is
the oveall
cost/risk
for this
input?
What is
the oveall
benefits
for this
input?
What we
receive
Comes
from
Activities Tangible
Impact
Intangibles
Impact
Cost /
Risk
Benefits
Sumber: Alle 2002, p.15)
2.10.4 Value Creation Analysis
Alle mengemukakan bahwa value creation analysis menyerupai impact analysis.
Analisa ini berkonsentasi pada satu partisipan dalam satu waktu, menganalisa bagaimana
mereka menciptakan value untuk pihak lain dalam sistem. Langkah in menganalisa
bagaimana biaya tangible dan intangible yang muncul dari setiap output untuk masing-
masing partisipan.
Tabel 2.2 Tabel Value Creation Analysis
Cost/Risk Benefits: High = H Medium= M Low=L What do we do add value
to this output?
What we
output?
Goes To Value Enhancements or
Value Added
Cost/Risk Benefits
Sumber: Alle (2002, h. 15)
38
2.11 Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek (OOAD).
Untuk analisis dan perancangan sistem digunakan pendekatan OOAD (Object
Oriented Analysis and design). Menurut Mathiassen et al, dalam suatu proyek
pengembangan akan dimulai dengan menerjemahkan kebutuhan sistem dengan
merumuskan suatu definisi sistem yang mendeskripsikan suatu sistem terkomputerisasi
dalam bahasa alami, yang mencakup informasi tentang fungsi yang harus ada, di mana
sistem akan dipakai dan kondisi pengembangan. Analisis yang dilakukan pada OOAD
ini dengan melakukan analisis Problem Domain dan analisis Application Domain.
Problem domain sebagai bagian dari konteks sistem yang dikelola, diawasi, atau
dikendalikan oleh sistem, sedangkan model adalah suatu deskripsi dari class, object,
struktur, dan perilaku dalam suatu problem domain. Tujuan dilakukannya analisis
problem domain adalah untuk mengidentifikasikan dan membuat model dari suatu
problem domain.
Tabel 2.3 Aktivitas dalam analisis Problem Domain.
Aktivitas Konten Konsep
Kelas (Class) Object dan event apa saja yang
merupakan bagian dari
problem domain?
Class, object, dan event
Struktur (structure) Bagaimana seluruh class dan
object dihubungkan bersama
secara konseptual?
Generalization, aggregation,
association, dan cluster
Perilaku (behavior) Properti dinamis apa saja yang
dimiliki object?
Event trace, pola perilaku
(behavioral pattern), dan
39
atribut.
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.48)
1. Kelas (Class)
Untuk memodelkan problem domain, pertama harus dimulai terlebih dahulu
dengan melakukan suatu aktivitas yaitu membuat suatu class. Definisi object adalah
suatu entitas yang memiliki identitas, kondisi (state), dan perilaku. Sedangkan event
didefinisikan sebagai suatu kejadian langsung yang melibatkan satu atau lebih object,
dan class didefinisikan sebagai suatu kumpulan object yang memiliki struktur, pola
perilaku dan atribut yang serupa. Dalam tahap ini kan dihasilkan suatu event table yang
menunjukkan hubungan class dengan event yang ada dalam sistem. Contoh class : class
mahasiswa dengan atribut NIM, nama, alamat, no. telpon, jurusan, kelas, ipk. Operasi
yang ada di class mahasiswa adalah insert, update, delete.
2. Struktur (Structure)
Adapun tujuan dari tahap ini adalah untuk menggambarkan hubungan struktural
antara class dan object dalam suatu problem domain. Dalam tahap ini akan dihasilkan
suatu diagram class yang menunjukkan class dan strukturnya.
Adapun struktur antar class antara lain :
a. Generalization
Merupakan suatu class umum atau super class menggambarkan property umum
untuk suatu kelompok dari class khusus (subclass).
b. Cluster
Merupakan suatu kumpulan class yang saling berhubungan.
40
c. Aggregation
Merupakan suatu object superior yang memiliki sejumlah object inferior.
d. Association
Merupakan suatu relasi berarti antar sejumlah object.
3. Perilaku (Behavior)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat model dinamis dari suatu problem
domain. Dari tahap ini akan diperoleh suatu pola perilaku dengan atribut-atribut untuk
setiap class dalam suatu diagram class yang digambarkan dengan diagram state chart.
a. Event Trace
Merupakan urutan dari event yang terjadi pada suatu object.
b. Behavioral Pattern
Daftar kemungkinan event traces yang terjadi pada semua object di dalam class.
c. Atribut
Keterangan properti dari class atau event.
Application domain sebagai suatu organisasi yang mengelola, mengawasi, atau
mengendalikan suatu problem domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain
adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan penggunaan dari suatu sistem.
Tabel 2.4 Aktivitas dalam analisis Application Domain.
Aktivitas Konten Konsep
Kegunaan (usage) Bagaimana sistem
bersangkutan
Use case dan actor
41
berinteraksi dengan
orang dan sistem lain?
Fungsi (function) Kemampuan proses
informasi apa yang
dimiliki oleh sistem?
Function
Tampilan (interface) Kebutuhan tampilan apa
yang menjadi tujuan dari
sistem?
Interface, user interface,
dan system interface
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.117)
1. Kegunaan (usage)
Tujuan dari tahap usage adalah untuk menentukan bagaimana actor berinteraksi
dengan sistem, yang digambarkan dengan suatu diagram use case. Actor adalah suatu
abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem sasaran,
sedangkan use case adalah suatu pola interaksi antara sistem dan actor dalam
application domain.
2. Fungsi (Function)
Tujuan dalam tahap function adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan
informasi dari sistem yang bersangkutan yang ditunjukkan dengan suatu tabel fungsi
dengan spesifikasi dari fungsi-fungsi yang kompleks. Function juga sebagai suatu
fasilitas untuk membuat suatu model berguna bagi actor.
Tipe-tipe dari fungsi adalah sebagai berikut:
a. Update, diaktifkan oleh suatu event dari problem domain dan menghasilkan
perubahan status dari model.
42
b. Signal, diaktifkan oleh suatu perubahan status model dan menghasilkan suatu
reaksi dalam konteks bersangkutan. Reaksi ini dapat berupa tampilan untuk actor
dalam application domain.
c. Read, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas actor dan
menghasilkan sistem menampilkan bagian-bagian relevan dari suatu model.
d. Compute, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas actor dan
terdiri dari suatu komputasi yang melibatkan informasi yang disediakan oleh
actor atau model yang menghasilkan suatu tampilan dari hasil komputasi
tersebut.
3. Tampilan (Interface)
Tujuan dari tahap interface ini adalah untuk menentukan tampilan dari suatu
sistem. Interface didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas yang membuat suatu model dan
fungsi dari sistem tersedia untuk actor.
Ada dua tipe interface, yaitu:
a. User interface, yang merupakan gaya dialog dan bentuk presentasi, diagram
navigasi, atau interface untuk berhubungan dengan user.
b. System interface, yang merupakan interface untuk mengintegrasikan dengan
sistem lain atau yang merupakan diagram class bagi alat-alat eksternal dan
protocol untuk berinteraksi dengan sistem lain
43
2.11.1 Use Case Modelling.
Use-case modeling menurut Bentley (2004, p.270) disebutkan yaitu “the process
of modeling a system’s function in terms of business events, who initiated the events, and
how the system responds to those events”. Yang dapat diartikan yaitu bahwa pemodelan
use case merupakan suatu proses dari pemodelan suatu fungsi sistem dalam
hubungannya dengan kejadian-kejadian bisnis, yang menginisiasikan kejadian-kejadian,
dan bagaimana sistem menjawab dari kejadian-kejadian itu.
Ada dua komponen utama dalam menampilkan use-case modeling, yaitu use
case diagram dan use-case narrative.
Menurut Bentley (2004, p.271), use-case diagram disebutkan yaitu “a diagram
that depicts the interaction between the system and external systems and users. In other
words, it graphically describes who will use the system and in what ways the user
expects to interact with the system”. Jadi use-case diagram merupakan sebuah diagram
yang mengambarkan interaksi antara sistem dan sistem-sistem eksternal dan pengguna-
pengguna. Dengan kata lain, ini secara jelas menerangkan siapa yang menggunakan
sistem dan dengan cara bagaimana si pengguna mengharapkan untuk berinteraksi
dengan sistem.
Sedangkan menurut Bentley (2004, p.272), use-case narrative disebutkan yaitu
“a textual description of the business event and how the user will interact with the
system to accomplish the task”. Maka use-case narrative dapat diartikan sebagai sebuah
penjelasan tekstual mengenai kejadian bisnis dan bagaimana pengguna akan berinteraksi
dengan sistem untuk menyelesaikan tugas.
Use-case modeling mengidentifikasikan dan menjelaskan fungsi-fungsi sistem
dengan menggunakan peralatan yang dinamakan use-case. Menurut Whitten (2004,
44
p.272), use-case diartikan yaitu “a behaviorally related sequence of steps (a scenario),
both automated and manual, for the purpose of completing a single business task”. Yang
maksudnya sebuah rangkaian yang berifat saling berhubungan dari langkah-langkah
(sebuah skenario), yang baik otomatis atau manual, untuk tujuan dari menyelesaikan
sebuah tugas bisnis. Jadi use-case juga mendeskripsikan fungsi-fungsi sistem dari
perspektif pengguna-pengguna eksternal dalam cara dan isteilah yang mereka pahami.
Use-case adalah sebuah hasil dari dekomposisi sebuah jangkauan fungsionalitas sistem
ke dalam banyak pernyataan-pernyataan yang lebih kecil dari fungsionalitas sistem.
Diagram use-case memiliki komponen-komponen yaitu: use-case, actor, lingkup
sistem, dan garis relasi. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari komponen diagram use-
case:
Use case selalu dinotasikan dalam bentuk elips dengan nama mengandung kata
kerja aktif. Misalnya :
Gambar 2.8 contoh use case.
Setiap use case memiliki ruang lingkup sendiri dalam sebuah sistem, ruang
lingkup ini disebut system boundaries (lingkup sistem), yang dalam gambar diagramnya
berupa garis yang membentuk persegi dengan nama sistem yang digunakan sebagai
judulnya.
45
nama_aktor
Aktor digambarkan dalam notasi sebagai berikut :
Gambar 2.9 Actor.
Berikut merupakan gambar dari diagram use case :
Gambar 2.10 Use case diagram.
Use case merupakan alur bisnis yang muncul karena adanya actor yang
melakukan suatu interaksi dengan system untuk bertukar data. Aktor akan menentukan
aktivitas sistem, sebuah use case, untuk tujuan dari penyelesaian beberapa tugas bisnis
yang menghasilkan sesuatu yang bernilai. Garis relasi merupakan sebuah garis antara
dua simbol dalam diagram use case yang menunjukan sifat hubungan dari actor dan use
case yang dihubungkannya, seperti misalnya hubungan asosiasi, perpanjangan,
penggunaan, ketergantungan, dan penurunan sifat.
46
2.11.2 Sequence diagram
Sequence menggambarkan hubungan antara object melalui pesan, di mana pesan
itu berurutan dengan waktu. Beberapa jenis pesan pada sequence diagram :
Simple message yang dapat bersifat aynchronous
Simple message return (optional)
a synchronous
2.11.3 Architectural Design
Pada tahap ini akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagian-
bagiannya dan pemenuhan beberapa criteria design. Tahap ini juga merupakan suatu
framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas Architectural Design
bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Hasil yang
diperoleh berupa struktur dari komponen-komponen dan proses-proses sistem. Tahap
Architectural Design memiliki tiga subaktivitas (Mathiassen, 2000, h173), yaitu :
Sumber : Mathiassen (2000, h176)
Gambar 2.11 Aktivitas dalam Architectural Design
47
2.11.4 Component Architecture
Component Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari bagian-
bagian program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah
terdefinisikan dengan jelas (Mathiassen et al, 2000, h190).
2.12 Definisi Database.
Menurut Connolly (2002, p.14), Database adalah kumpulan data yang saling
berhubungan secara logis, memiliki deskripsi dari data, dirancang untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari sebuah organisasi. Database adalah sebuah tempat
penyimpanan data yang besar yang dapat digunakan secara bergantian oleh berbagai
departemen. Seluruh data yang ada terintegrasi dan memiliki sangat sedikit duplikasi.
Menurut O’brien (2005, p.145) “database is an integrated collection of logically
related data elements, consolidates records previously stored in separate files into a
common pool of data elements that provides data for many applications”. Database
adalah kumpulan secara logikal.dari integrasi elemen data untuk mengkonsolidasikan
penyimpanan sebelumnya dalam file terpisah ke dalam baris elemen data yang
menghasilkan data untuk banyak aplikasi.
Database menurut Turban (2004, p.127) “Database is a set of files that designed
to meet information needs by organization” Database adalah kumpulan dari file-file
yang dirancang sebagai informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. File itu sendiri
berturut-turut terdiri atas Record, Field, Byte, Bite.
Jadi dapat disimpulkan bahwa database adalah sebuah tempat untuk menyimpan
data – data yang akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan informasi.
48
2.12.1 DBMS (Database Management System)
Menurut Michael V. Mannino (2004, p.7), database management system is the
software that support the take over of data, dissemination, maintain, retrieve, and
formatting.
DBMS adalah sebuah software yang mendukung pengambil alihan data,
penyebaran, pemeliharaan, pengambilan, dan pemformatan. DBMS dapat mengatur
multiple file, tabel, atau objek pada waktu yang bersamaan. DBMS menyediakan fungsi
Data Manipulation Language (DML) dan Data Definition Language (DDL).
2.12.2 Komponen DBMS
DBMS dipisahkan menjadi lima komponen utama, yaitu:
1. Hardware
Adalah peralatan yang dibutuhkan dalam mengoperasikan DBMS.
2. Software
Adalah perangkat lunak yang digunakan dalam mengoperasikan DBMS.
3. Data
Adalah informasi yang akan digunakan dalam database.
4. Prosedur
Adalah metode serta aturan yang digunakan dalam penggunaan dan perancangan
database.
5. Pengguna
Adalah orang yang meggunakan database tersebut, dibagi menjadi:
49
a. Database Administrator
b. Database Designer
c. Software Developer
d. End-User
50
2.13 Kerangka berfikir.
Gambar 2.12 Kerangka Berfikir
Sumber : penulis
Melakukan Analisis 5 kekuatan Porter
Melakukan Analisis value perusahaan
Analisis IE
Analisis SWOT
Analisis EFI Analisis EFE
Pengumpulan data perusahan
Melakukan Perancangan OOAD
Hasil Strategi
Melakukan Perancangan Fitur interface website
Rencana Implementasi
Class DIagram
Use Case Sequence Diagram
User Interface
Navigation Diagram
Analisis Value Network
Impact Analisis
Analisis Value Creation
top related