bab 2 landasan teori 2.1 teori utama / basis data …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2006-2-01198-if-bab...
Post on 30-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 TEORI UTAMA / BASIS DATA
2.1.1 Basis Data
Menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2), data merupakan fakta-fakta yang
telah diketahui untuk dapat disimpan dan yang mempunyai arti yang mutlak atau
selengkapnya. Pengertian data, informasi, dan sistem informasi menurut Turban E. et
al (2003, p15), data adalah fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-gambaran
lebih lanjut dari benda-benda, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, dan transaksi-
transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan, tetapi tidak
disusun untuk menyampaikan arti khusus lainnya. Informasi adalah sebuah
kumpulan dari fakta-fakta (data) yang disusun di dalam beberapa cara, jadi
kumpulan fakta tersebut bisa berarti bagi penerimanya. Sistem Informasi adalah
sebuah sistem yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi untuk sebuah tujuan tertentu.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), basis data merupakan kumpulan
hubungan yang masuk akal dari data atau deskripsi data yang dapat digunakan
bersama dan dibuat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Secara logika, hubungan antar data terdiri dari entitas-entitas, atribut, dan
relationship dari informasi organisasi atau perusahaan.
Pengertian basis data menurut Date (1990, p10), adalah suatu koleksi atau
kumpulan data yang persisten digunakan oleh sistem aplikasi dari suatu perusahaan.
Yang dimaksud dengan persisten adalah data yang berbeda satu dengan yang lainnya
7
dan biasanya merupakan data yang bersifat sementara. Sedangkan pengertian basis
data menurut Jogiyanto (1990, p13), basis data merupakan kumpulan dari data yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
Dalam praktek, penggunaan istilah basis data menurut Elmasri dan Navathe
(1994, p2), lebih dibatasi pada arti implisit yang khusus, yaitu:
1. Basis data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata.
2. Basis data merupakan kumpulan data dari berbagai sumber yang secara logika
mempunyai arti implisit. Sehingga data yang terkumpul secara acak dan tanpa
mempunyai arti, tidak dapat disebut basis data.
3. Basis data perlu dirancang, dibangun, dan data dikumpulkan untuk suatu tujuan.
Basis data dapat digunakan oleh beberapa pemakai dan beberapa aplikasi yang
sesuai dengan kepentingan pemakai.
Dari batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa basis data mempunyai berbagai
sumber data dalam pengumpulan data bervariasi derajat interaksi kejadian dari dunia
nyata, dirancang dan dibangun agar dapat digunakan oleh beberapa pemakai untuk
berbagai kepentingan.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p16), DBMS (Database Management
System) adalah sistem software yang memungkinkan atau mengijinkan pengguna
untuk mendefinisikan, membuat, memelihara basis data, dan menyediakan akses
kontrol kepada basis data. Sedangkan menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2),
sebuah DBMS merupakan sebuah kumpulan dari program-program yang
memungkinkan atau mengijinkan pengguna untuk menciptakan dan memelihara
sebuah basis data. Oleh sebab itu, suatu DBMS adalah sebuah sistem general-
8
purpose software (software bertujuan umum) yang memudahkan proses-proses
penentuan, pembangunan, dan pelaksanaan manipulasi data pada banyak basis data
untuk berbagai macam aplikasi.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p18), komponen-komponen dari DBMS:
1. Data
Data pada sebuah sistem basis data baik itu sistem single-user maupun sistem
multi-user harus terintegrasi (terhubung) dan dapat digunakan bersama.
2. Hardware
Terdiri dari:
a. Penyimpanan permanen (magnetic disk atau hard disk), perangkat I/O
(contohnya : disk drives), Device Controller, I/O Channels, dan lainnya.
b. Hardware processor dan main memory, digunakan untuk mendukung saat
eksekusi sistem software basis data.
3. Software
DBMS, sistem operasi (seperti Microsoft Windows atau Linux), network
software (jika diperlukan) dan program aplikasi pendukung lainnya.
4. Users
a. Application Programmers, bertanggung jawab untuk membuat aplikasi basis
data dengan menggunakan bahasa pemrograman yang ada, seperti: C++,
Java, dan lainnya.
9
b. End Users, siapapun yang berinteraksi dengan sistem secara online melalui
workstation atau terminal.
c. DA (Data Administrator), seseorang yang berwenang untuk membuat
keputusan stategis dan kebijakan mengenai data yang ada, DBA (Database
Administrator), menyediakan dukungan teknis untuk implementasi keputusan
tersebut, dan bertanggungjawab atas keseluruhan kontrol sistem pada
tingkatan teknis.
Keuntungan DBMS menurut Connolly dan Begg (2002, p25):
1. Penggunaan data bersama (sharing of data)
2. Mengurangi kerangkapan data
3. Menghindari ketidakkonsistenan data
4. Integritas data terpelihara
5. Keamanan terjamin
6. Penyimpanan data dalam jumlah yang besar
7. Penetapan standarisasi
8. Meningkatkan produktivitas
9. Layanan Back up dan Recovery semakin baik
Kerugian DBMS menurut Connolly dan Begg (2002, p29):
1. Rumit
10
Karena penetapan fungsi dari DBMS yang baik, menyebabkan DBMS menjadi
software yang cukup rumit. Seluruh user harus mengetahui fungsi-fungsi yang
ada dengan baik, sehingga dapat memperoleh manfaatnya.
2. Ukuran
Kerumitan dan banyaknya fungsi yang ada menyebabkan DBMS memerlukan
banyak software pendukung yang mengakibatkan penambahan tempat
penyimpanan dan memori.
3. Biaya DBMS
4. Biaya tambahan hardware
5. Biaya konversi
6. Penampilan (performance)
Pada dasarnya DBMS dibuat untuk menyediakan banyak aplikasi, akibatnya
mungkin beberapa aplikasi akan berjalan tidak seperti biasanya.
7. Dampak yang tinggi dari kegagalan
Karena sistem yang terpusat, jika seluruh pengguna dan aplikasi terakses dari
DBMS maka kerusakan pada bagian manapun dari sistem, akan menyebabkan
operasi terhenti.
2.1.2 Perkembangan Database
Pada awalnya, perusahaan-perusahaan yang ada masih menggunakan sistem
operasional secara manual, yaitu semua proses penyimpanan barang, transaksi-
transaksi pembelian, penjualan, dan lain-lain masih dicatat secara langsung dan
11
untuk data penyimpanan barang masih ditempatkan pada sistem pembukuan saja.
Namun pada saat sekarang ini, semua proses-proses tersebut sudah dilakukan
menggunakan sistem komputerisasi, seperti sistem basis data untuk menyimpan
data-data, aplikasi-aplikasi yang dibuat dan terhubung dengan basis data untuk
melakukan transaksi-transkasi yang dilakukan suatu perusahaan, dan lain
sebagainya.
Basis data pada saat sekarang ini sudah merupakan suatu bagian penting bagi
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan penyimpanan data. Basis data juga sudah
mengalami beberapa perkembangan yang sangat penting dengan menggunakan
aplikasi-aplikasi yang dibuat dari masing-masing perusahaan. Aplikasi basis data
adalah program sederhana yang berinteraksi dengan basis data pada nilai tertentu
dalam eksekusinya. Kita juga menggunakan istilah sistem basis data untuk
memasukkan koleksi dari program-program aplikasi yang berinteraksi dengan basis
data.
2.1.3 Daur Hidup Database (Database Lifecycle)
Menurut Connolly dan Begg (2002, p271), sistem basis data adalah komponen
penting dari suatu sistem informasi sebuah perusahaan atau organisasi yang besar.
Aplikasi daur hidup basis data adalah pengumpulan pewarisan dengan daur hidup
dari sistem informasi. Sebagai contoh, masalah yang dihadapi selama perancangan
basis data mengharuskan penambahan koleksi dan analisis kebutuhan.
Untuk aplikasi basis data yang kecil, dengan jumlah pengguna yang sedikit,
tidak dibutuhkan daur hidup yang kompleks. Bagaimanapun, saat merancang
aplikasi basis data menengah sampai yang besar dengan sepuluh sampai seribu
12
pengguna, menggunakan ratusan dari query dan aplikasi program, daur hidup dapat
menjadi kompleks sekali.
Menurut Connolly dan Begg (2002, p273), berikut ini adalah tahapan-tahapan
dari aplikasi daur hidup basis data beserta aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan
oleh setiap tahapnya:
1 Database planning
Merencanakan bagaimana tahapan-tahapan daur hidup basis data dapat
direalisasikan dengan efisien dan efektif.
2 System definition
Menspesifikasikan jangkauan dan batasan-batasan dari aplikasi basis data,
pengguna basis data, dan area-area aplikasi.
3 Requirements collection and analysis
Mengkoleksi dan menganalisis kebutuhan pengguna dan area-area aplikasi.
4 Database design
Merancang konseptual, logikal, dan fisikal dari basis data.
5 DBMS selection (optional)
Memilih DBMS yang cocok untuk aplikasi basis data.
6 Application design
Merancang user interface dan program aplikasi yang akan menggunakan dan
memproses basis data.
7 Prototyping (optional)
membangun sebuah model kerja untuk aplikasi basis data yang memungkinkan
perancang atau pengguna untuk memvisualisasikan dan mengevaluasi bentuk
serta fungsi akhir dari sistem.
13
8 Implementation
Membuat definisi basis data eksternal, konseptual, dan internal serta program-
program aplikasi.
9 Data conversion and loading
Mengisi data dari sistem yang lama ke sistem yang baru.
10 Testing
Aplikasi basis data diuji terhadap kesalahan dan divalidasi terhadap spesifikasi
kebutuhan pengguna.
11 Operational Maintenance
Aplikasi basis data diimplementasikan secara penuh. Sistem tersebut ditinjau dan
dirawat secara terus menerus. Saat dibutuhkan, maka permintaan-permintaan
baru akan dimasukkan ke dalam aplikasi basis data melalui tahap-tahap daur
hidup sebelumnya.
Berikut ini adalah gambar tahapan-tahapan aplikasi daur hidup basis data
menurut Connolly dan Begg (2002, p272):
14
Gambar 2.1 Tahapan Aplikasi Daur Hidup Basis Data
15
2.1.4 Entity-Relationship
Menurut Connolly dan Begg (2002, p330), salah satu bagian yang sulit dalam
perancangan basis data adalah suatu fakta bahwa para perancang, pembuat-pembuat
program, dan end-user cenderung untuk melihat data dan menggunakannya dengan
cara-cara yang berbeda. Kecuali kalau kita memperleh sebuah pemahaman sama
yang mencerminkan bagaimana suatu perusahaan beroperasi, suatu perancangan
yang kita hasilkan akan gagal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan user. Untuk
meyakinkan bahwa kita mendapat sebuah pemahaman yang tepat dari suatu data dan
bagaimana data tersebut digunakan oleh suatu perusahaan, kita harus mempunyai
sebuah model untuk membuat komunikasi yang non teknikal dan tidak bersifat
ambigu. Entity-Relationship (ER) adalah salah satu contohnya.
Pemodelan ER adalah sebuah pendekatan top-down untuk perancangan basis
data yang dimulai dengan mengidentifikasi suatu data penting yang disebut entitas-
entitas dan relationships diantara suatu data yang harus direpresentasikan dalam
suatu model. Lalu kita menambah perincian-perincian lagi seperti suatu informasi
yang ingin kita ambil tentang suatu entitas-entitas dan relationships yang disebut
atribut-atribut dan batasan-batasan yang lain pada suatu entitas-entitas, relationships,
dan atribut-atribut.
Berikut ini adalah notasi Entity-Relationship Modelling menurut Connolly dan
Begg (2002, p333-335):
16
Gambar 2.2 Notasi Entity-Relationship Modelling
Pengertian Multiplicity menurut Connolly dan Begg (2002, p350) adalah
sejumlah kemungkinan kejadian-kejadian dari sebuah tipe entitas di dalam sebuah
hubungan n-nary ketika nilai-nilai yang lain (n-1) ditentukan. Multiplicity biasanya
terdiri dari dua batasan terpisah, yaitu:
a. Cardinality: Mendeskripsikan jumlah maksimum dari kemungkinan kejadian-
kejadian yang saling berhubungan untuk sebuah partisipasi entitas dalam proses
penentuan tipe relationship.
b. Participation: Menentukan apakah semua kejadian-kejadian entitas akan ikut
berpartisipasi dalam sebuah relationship atau hanya beberapa saja yang ikut
berpartisipasi.
Jenis-jenis multiplicity menurut Connolly dan Begg (2002, p345) adalah:
1. One-to-One (1 : 1) Relationships
A B Relate to
Entity Name
Relationship Name
17
Gambar 2.3 One-to-One Relationships
Pada gambar 2.3, kita bisa melihat bahwa A hanya terhubung One-to-One (1 :
1) dengan C, dan B hanya terhubung One-to-One (1 : 1) dengan D. Jadi dari gambar
tersebut kita dapat menulis notasi multiplicity-nya dengan gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Notasi One-to-One Relationships
2. One-to-Many (1 : *) Relationships
Gambar 2.5 One-to-Many Relationships
A •
B •
C •
• D
• E
• F
r1 • r2 • r3 •
Group 1 Relate to Group 2
A •
B •
• C
• D
r1 • • r2
Group 1 Relate to Group 2
Group 1 Group 2 Relate to
1..1 1..1
Multiplicity
18
Pada gambar 2.5, kita bisa melihat bahwa B terhubung One-to-Many (1 : *)
dengan D dan E. Jadi dari gambar tersebut kita dapat menulis notasi multiplicity-nya
dengan gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Notasi One-to-Many Relationships
3. Many-to-Many (* : *)Relationships
Gambar 2.7 Many-to-Many Relationships
Pada gambar 2.7, kita bisa melihat bahwa A terhubung One-to-Many (1 : *)
dengan D dan E. Sedangkan E terhubung One-to-Many (1 : *) dengan A dan B. Jadi
dari entitas Group 1 (value-nya A dari gambar di atas) dan Group 2 (value-nya E dari
A •
B •
C •
• D
• E
• F
• G
r1 • r2 • r3 • r4 •
Group 1 Relate to Group 2
Group 1 Group 2 Relate to
1..1 0..*
Multiplicity
19
gambar di atas) terhubung Many-to-Many (* : *). Dari gambar tersebut kita dapat
menulis notasi multiplicity-nya dengan gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 Notasi Many-to-Many Relationships
2.1.5 Keys
Menurut Connolly dan Begg (2002, p340), Keys memiliki peran yang sangat
penting untuk menghubungkan satu objek dengan objek yang lainnya. Keys
diletakkan pada suatu atribut yang telah ditentukan kedudukannya, agar dapat
dihubungkan dengan atribut pada entitas yang lain.
Beberapa jenis keys yang biasa digunakan, menurut Connolly dan Begg (2002,
p340), antara lain:
1. Candidate key
candidate key yaitu himpunan atribut minimal yang secara unik
mengidentifikasikan tiap-tiap keberadaan suatu tipe entitas.
2. Primary key
Primary key yaitu candidate key yang dipilih secara unik untuk
mengidentifikasikan tiap-tiap keberadaan suatu tipe entitas.
3. Foreign key
Group 1 Group 2 Relate to
0..* 1..*
Multiplicity
20
Foreign key yaitu himpunan atribut dalam suatu relasi yang cocok dengan
candidate key dari beberapa relasi.
4. Alternate key
Alternate key yaitu candidate key yang tidak terpilih menjadi primary key.
2.1.6 Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2002, p376), normalisasi adalah sebuah teknik
untuk menghasilkan sebuah kumpulan dari relasi-relasi dengan atribut-atribut yang
diinginkan, yang berdasarkan kebutuhan-kebutuhan data sebuah perusahaan.
Tujuan normalisasi menurut Petroutsos (2000, p65) adalah:
1. Membuat sekecil mungkin kerangkapan data
2. Menghindari adanya data yang tidak konsisten terutama bila dilakukan
penghapusan, atau penambahan data sebagai akibat adanya kerangkapan data
3. Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan semua
atribut.
Tahapan normalisasi menurut Connolly dan Begg (2002, p386), adalah sebagai
berikut:
1. Unnormalized (UNF), sebuah tabel yang berisi satu atau lebih grup yang
berulang. Yang dimaksud grup yang berulang itu adalah atribut-atribut yang
multivalued.
2. Normalisasi pertama (1NF), menghilangkan perulangan. Sebuah relasi dimana
setiap baris dan kolom hanya berisi satu nilai saja.
Bentuk Normal pertama ini, dicapai apabila setiap nilai atribut adalah tunggal.
Kondisi ini dapat diperoleh dengan melakukan eliminasi terhadap terjadinya data
21
ganda (repeating groups). Pada kondisi normal pertama ini kemungkinan masih
terjadi adanya data rangkap.
3. Normalisasi kedua (2NF), bentuk ini mempunyai syarat yaitu data harus
memenuhi kriteria 1NF dan setiap data barang yang bukan key harus bergantung
secara fungsional pada primary key-nya.
Bentuk normal kedua adalah berdasarkan konsep ketergantungan fungsional
penuh (full functional dependency). Full functional dependency dinyatakan jika
A dan B adalah atribut dari suatu relasi, B adalah fungsional ketergantungan
penuh (fully functional dependency) pada A jika B adalah secara fungsional
bergantung pada A, tetapi bukan merupakan himpunan bagian dari A. Bentuk
normal kedua menciptakan sebuah relasi pada bentuk normal pertama dan semua
atribut yang bukan primary key adalah fungsional tergantung penuh pada
primary key.
4. Normalisasi ketiga (3NF), sebuah relasi dalam bentuk normal pertama dan kedua
serta setiap atribut bukan key yang bergantung secara transitif kepada bukan key
juga.
Bentuk normal ketiga adalah berdasarkan pada konsep peralihan ketergantungan
(transitive dependency). Transitive dependency adalah sebuah kondisi dimana A,
B, dan C adalah atribut dari sebuah relasi bahwa jika A B dan B C, maka C
adalah transitive dependent pada A melewati B (menyatakan bahwa A bukan
functional dependent pada B atau C). Pada bentuk normal ketiga, sebuah relasi
pada bentuk normal pertama dan kedua serta dimana tidak ada atribut non-
primary key secara transitif bergantung (transitively dependent) pada primary
key.
22
5. Normalisasi Boyce-Codd (Boyce-Codd Normal Form / BCNF), suatu relasi
dinyatakan BCNF, jika dan hanya jika setiap determinannya adalah sebuah
candidate key.
Untuk menguji apakah suatu relasi sudah dalam BCNF, dilakukan identifikasi
semua determinan dan memastikan bahwa determinan tersebut adalah candidate
key. Determinan adalah sebuah atribut, atau kumpulan atribut, dimana beberapa
atribut yang lain masih bergantung secara fungsional penuh (fully functionally
dependent).
Perbedaan antara 3NF dan BCNF dalam hal functional dependency. A B, 3NF
mengijinkan ketergantungan ini dalam sebuah relasi jika B adalah atribut
primary key dan A bukan candidate key. Sedangkan dalam BCNF
ketergantungan ini tetap ada di dalam sebuah relasi, dimana A harus sebuah
candidate key.
6. Normalisasi keempat (4NF), sebuah relasi dalam BCNF dan tidak mengandung
ketergantungan multi-valued nontrivial (nontrivial multi-valued dependencies).
Bentuk normal keempat merupakan bentuk yang lebih kuat dari BCNF dimana
4NF mencegah relasi dari nontrivial multi-valued dependency dan data
redundancy. Normalisasi dari BCNF ke 4NF meliputi pemindahan multi-valued
dependency dari relasi dengan menempatkan atribut dalam sebuah relasi baru
bersama dengan determinan.
Multi-valued dependency menggambarkan ketergantungan antara atribut-atribut
dalam suatu relasi.
7. Normalisasi kelima (5NF), sebuah relasi yang tidak mempunyai ketergantungan
gabungan (join dependency).
23
Join dependency menggambarkan sebuah tipe ketergantungan. Sebagai contoh,
untuk sebuah relasi R dengan subset-subset atribut dari R yang dimisalkan
dengan A, B, ..., Z , sebuah relasi R menunjukkan join dependency, jika dan
hanya jika, setiap nilai dari R sama dengan gabungan dari proyeksi-proyeksinya
pada A, B, ..., Z.
Adapun anomali atau penyimpangan di dalam melakukan perubahan terhadap
data yang ada pada suatu tabel. Ada 3 anomali atau penyimpangan menurut
Connolly dan Begg (2002, p377), yaitu:
1. Insertion Anomalies
a. Penyimpangan yang terjadi ketika ingin memasukkan suatu data baru yang
bersifat foreign key maka harus memasukkan detil dari data tersebut secara
berulang apabila ada data yang sama. Tujuannya untuk mencegah terjadinya
ketidakkonsistenan data.
b. Penyimpangan yang terjadi ketika ingin memasukkan suatu data baru yang
bersifat foreign key, tetapi primary key dari data tersebut belum bisa
dimasukkan karena alasan tertentu. Ini melanggar aturan dari integrity
constraints, yaitu entity integrity (dalam sebuah relasi, atribut primary key
tidak boleh bersifat null)
2. Deletion Anomalies
Penyimpangan yang terjadi apabila ingin menghapus suatu data di mana data
tersebut merupakan foreign key dari tabel gabungan dan tidak ada duplikasi dari
foreign key tersebut, maka detil dari foreign key tersebut akan bebar-benar hilang
dari basis data.
3. Modification Anomalies
24
Penyimpangan yang terjadi apabila ingin mengubah suatu detil data foreign key
pada tabel gabungan maka harus mengubah detil data foreign key pada setiap
baris lainnya sesuai dengan data foreign key yang diubah.
2.1.7 Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2002, p279), Database design (perancangan
basis data) adalah proses pembuatan sebuah perancangan untuk suatu basis data yang
akan mendukung operasi dan tujuan suatu perusahaan. Proses perancangan basis data
menurut Connolly dan Begg (2002, p419), terdiri dari tiga tahap utama, yang
pertama yaitu, perancangan konseptual basis data adalah proses untuk membuat
sebuah model informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan, serta bebas dari
semua pertimbangan fisik. Yang kedua yaitu, perancangan logikal basis data adalah
proses untuk membuat sebuah model informasi yang digunakan dalam suatu
perusahaan, berdasarkan suatu data model spesifik, namun bebas dari DBMS
tertentu dan pertimbangan fisik lainnya. Dan yang ketiga yaitu, perancangan fisikal
basis data adalah proses untuk menghasilkan sebuah gambaran dari
pengimplementasian basis data pada secondary storage, menggambarkan hubungan
dasarnya, pengaturan file, pengindeksan yang digunakan untuk memenuhi akses data
yang efisien, batasan integritas terkait lainnya, dan pengukuran keamanan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah metodologi dari perancangan basis
data, menurut Connolly dan Begg (2002, p420):
1. Perancangan konseptual basis data
Langkah 1 : Membuat data model lokal yang konseptual untuk setiap tampilan
1.1 : Mengidentifikasikan tipe-tipe dari entitas
25
1.2 : Mengidentifikasikan tipe-tipe dari relationship
1.3 : Mengidentifikasikan dan mengasosiasikan atribut dengan tipe-tipe
entitas atau relationship
1.4 : Menentukan atribut domain
1.5 : Menentukan candidate key dan primary key
1.6 : Pertimbangkan penggunaan konsep enhanced modelling (optional
step)
1.7 : Periksa model yang redundancy
1.8 : Memvalidasikan model konseptual lokal terhadap transaksi
pengguna
1.9 : Melihat kembali data model konseptual lokal dengan pengguna
2 Perancangan logikal basis data untuk model relasional
Langkah 2 : Membuat dan memvalidasikan data model lokal yang logikal untuk
setiap tampilan
2.1 : Hilangkan fitur-fitur yang tidak kompatibel dengan model relasional
(optional step)
2.2 : Turunkan relasi-relasi untuk data model logikal lokal
2.3 : Memvalidasikan relasi-relasi menggunakan normalisasi
2.4 : Memvalidasikan relasi-relasi terhadap transaksi pengguna
2.5 : Menentukan integrity constraints (batasan-batasan yang diberlakukan
dalam rangka menjaga suatu database agar tidak berubah menjadi
tidak konsisten)
2.6 : Melihat kembali data model logikal lokal dengan pengguna
Langkah 3 : Membuat dan memvalidasikan data model global yang logikal
26
3.1 : Menggabungkan data model logikal lokal menjadi model global
3.2 : Memvalidasikan data model logikal global
3.3 : Periksa untuk perkembangan mendatang
3.4 : Melihat kembali data model logikal global dengan pengguna
3 Perancangan fisikal basis data untuk basis data relasional
Langkah 4 : Mengubah data model global yang logikal untuk target DBMS
4.1 : Merancang relasi-relasi dasar
4.2 : Merancang representasi data turunan
4.3 : Merancang enterprise constraints
Langkah 5 : Merancang representasi fisik
5.1 : Analisa transaksi-transaksi
5.2 : Memilih pengorganisasian file
5.3 : Memilih pengindeksan-pengindeksan
5.4 : Memperkirakan kebutuhan disk space
Langkah 6 : Merancang tampilan pengguna
Langkah 7 : Merancang mekanisme keamanan
Langkah 8 : Mempertimbangkan pengenalan dari kontrol pengulangan
Langkah 9 : Mengawasi dan mengatur sistem operasional.
2.1.8 Data Definition Language (DDL)
Menurut Martina (2003, p58), DDL merupakan bagian dari sistem manajemen
basis data, dipakai untuk mendefinisikan dan mengatur semua atribut dan properti
dari sebuah basis data. DDL digunakan untuk mendefinisikan basis data, tabel, dan
view. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang termasuk dalam DDL, yaitu:
27
1. Create Table
Digunakan untuk membuat tabel dengan mengidentifikasikan tipe data untuk
tiap kolom.
2. Alter Table
Digunakan untuk menambah dan menghapus kolom dan konstrain.
3. Drop Table
Menghapus tabel beserta semua data yang terkait di dalamnya.
4. Create Index
Digunakan untuk membuat indeks pada suatu tabel.
5. Drop Index
Digunakan untuk menghapus indeks yang sudah dibuat sebelumnya.
2.1.9 Data Manipulation Language (DML)
Menurut Martina (2003, p60), DML digunakan untuk menampilkan,
menambah, mengubah, dan menghapus data dalam objek-objek yang didefinisikan
oleh DDL. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang termasuk dalam DML,
yaitu:
1. Select
Digunakan untuk menampilkan sebagian atau seluruh isi dari suatu tabel dan
menampilkan kombinasi isi dari beberapa tabel.
2. Update
Digunakan untuk mengubah isi satu atau beberapa atribut dari suatu tabel.
3. Insert
28
Digunakan untuk menambah satu atau beberapa baris nilai baru ke dalam suatu
tabel.
4. Delete
Digunakan untuk menghapus sebagian atau seluruh isi dari tabel.
2.1.10 Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Igor Hawryszkiewycz (1998, p143), pengertian DFD (Data Flow
Diagram) adalah sebuah metode atau cara untuk menggambarkan bagaimana data
mengalir atau berjalan di dalam sebuah sistem. Data Flow Diagram menggunakan
sejumlah simbol untuk mewakili sistem-sistem. Kebanyakan metode-metode
pemodelan aliran data menggunakan empat macam simbol untuk mewakili
komponen-komponen sistem. Komponen sistemnya yaitu:
1. Proses, adalah suatu representasi tentang apa yang sistem-sistem lakukan. Setiap
proses memiliki satu atau lebih input-input data dan menghasilkan satu atau lebih
output-output data.
2. Entitas Eksternal, adalah sebuah objek diluar batasan dari suatu sistem. Entitas
Eksternal yang menyuplai atau memberikan data ke dalam sebuah sistem
kadang-kadang disebut sources. Entitas Eksternal yang menggunakan data dari
suatu sistem kadang-kadang disebut sinks.
3. Penyimpanan data, adalah sebuah komponen dari suatu DFD yang
menggambarkan suatu penyimpanan data di dalam suatu sistem.
4. Aliran data, adalah data yang mengalir antara proses-proses, penyimpanan-
penyimpanan data, dan entitas-entitas eksternal. Aliran-aliran dari data di dalam
suatu sistem bisa berlaku:
29
a. Antara dua Proses
b. Dari sebuah Penyimpanan Data ke sebuah Proses
c. Dari sebuah Proses ke sebuah Penyimpanan Data
d. Dari sebuah sources ke sebuah Proses
e. Dari sebuah Proses ke sebuah sinks.
Simbol yang ada:
Konteks Diagram menurut Igor Hawryszkiewycz (1998, p144), adalah diagram
yang menunjukkan masukkan (input) dan keluaran (output) dari suatu sistem.
2.1.11 State Transition Diagram STD
Menurut Hoffer. J. A. et al (1996, p364), State Transition Diagram adalah
suatu diagram yang menggambarkan bagaimana suatu proses dihubungkan satu sama
lain dalam waktu yang bersamaan. State Transition Diagram digambarkan dengan
Mewakili Proses
Mewakili Eksternal Entitas
Mewakili Penyimpanan Data
Mewakili Aliran Data atau Data Flow
30
sebuah state yang berupa komponen sistem yang menunjukan bagaimana kejadian-
kejadian tersebut dari satu state ke state lain.
Ada dua macam simbol yang menggambarkan proses dalam State Transition
Diagram (STD), yaitu:
1. Gambar persegi panjang menunjukan state dari sistem
Mewakili State dalam STD
2. Gambar panah menunjukan transisi antar state. Tiap panah diberi label dengan
ekspresi aturan. Label yang di atas menunjukan kejadian atau kondisi yang
menyebabkan transisi yang terjadi. Label yang dibawah menunjukan aksi yang
terjadi akibat dari kejadian tadi.
Mewakili Transisi dalam STD
2.2 TEORI PENDUKUNG
2.2.1 Penjualan
Menurut Swatsha (1989, p8), penjualan adalah ilmu dan seni mempengaruhi
pribadi yang dilakukan oleh penjualan untuk mengajak orang lain agar bersedia
membeli barang atau jasa yang ditawarkannya.
Fungsi yang terkait dengan sistem penjualan adalah:
1. Fungsi penjualan, bertanggung jawab untuk menerima order, mengedit order,
meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan bertanggung
jawab atas transaksi penjualan.
31
2. Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk menyimpan dan menyiapkan barang
yang dipesan dan mengirimkan ke bagian pengiriman.
3. Fungsi pengiriman, bertanggung jawab untuk menyerahkan barang ke pelanggan
berdasarkan surat order pengiriman yang diterima dari bagian penjualan.
Sistem informasi penjualan terbentuk prosedur-prosedur yang bekerja satu
sama lainnya untuk mencapai tujuan. Prosedur-prosedur yang membentuk sistem
informasi penjualan adalah:
1. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini bagian order penjualan menerima order dari pembeli dan
menambah informasi penting pada surat order. Bagian ini kemudian
mengirimkan kepada bagian kredit untuk meminta persetujuan kredit. Setelah
disetujui bagian penjualan mengisi faktur penjualan dan surat order pengiriman
ke bagian yang terkait.
2. Prosedur Pengiriman
Bagian pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan
informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari
bagian order penjualan.
3. Prosedur Distribusi Penjualan
Yaitu mendistribusi data-data penjualan menurut informasi yang diperlukan
manajemen.
Dokumen yang digunakan menurut Mulyadi (1993, p216) adalah sebagai
berikut:
1. Surat order pengiriman dan tembusannya
2. Faktur dan tembusannya
32
3. Rekapitulasi harga pokok penjualan
4. Bukti memorial.
Informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen dari transaksi penjualan
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pendapatan penjualan menurut produk atau kelompok produk persatuan
waktu
2. Jumlah piutang setiap debitur dari transaksi penjualan
3. Jumlah harga pokok yang dijual
4. Nama dan alamat pembeli
5. Kuantitas barang yang dijual
6. Nama wiraniaga yang melakukan.
2.2.2 Pembelian
Pembelian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan
tersebut ada dua macam:
1. Dikonsumsikan, umumnya oleh perusahaan industri dan rumah tangga.
2. Dijual kembali, meskipun tujuannya berbeda, bagaimanapun sifatnya adalah
membeli barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Mulyadi (1993, p301), pembelian adalah suatu usaha yang digunakan
dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan.
Menurut Assauri (1993, p205), pembelian merupakan salah satu fungsi yang
penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan yang dibebani tanggung jawab
untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu
dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku.
33
Secara umum definisi pembelian adalah usaha pengadaan barang atau jasa
dengan tujuan yang akan digunakan sendiri, untuk kepentingan proses produksi
maupun untuk dijual kembali, baik dengan atau tanpa proses, dalam proses
pembelian yang ada, agar kegiatan pembelian dapat dilakukan dengan benar. Jenis
transaksi dalam pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Pembelian Tunai yaitu jenis transaksi, dimana pembayaran langsung dilakukan
pada saat penerimaan barang.
b. Pembelian kredit yaitu jenis transaksi, dimana pembayaran tidak dilakukan pada
saat penyerahan barang, tetapi dilakukan selang beberapa waktu sesuai perjanjian
dengan pihak pemasok.
Sedangkan berdasarkan jenis pemasok, pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Pembelian lokal, yaitu pembelian dari pemasok dalam negeri.
b. Pembelian impor, yaitu pembelian yang dilakukan dari pemasok luar negeri.
Fungsi pembelian pada perusahaan industri adalah melakukan pembelian bahan
baku yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Dalam melaksanakan
pembelian ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu mutu bahan baku atau
barang jadi, jumlah bahan yang dibutuhkan, waktu, serta harga bahan. Untuk dapat
melaksanakan fungsi pembelian secara efektif dan efisien dibutuhkan adanya
kemampuan dari bagian pembelian. Pengawasan perlu dilakukan terhadap
pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana dalam
persediaan dan kelancaran arus barang ke dalam perusahaan. Di samping itu, untuk
menghindari praktek-praktek yang tidak sehat dalam fungsi pembelian
Menurut Mulyadi (1993, p302), fungsi yang terkait dalam sistem pembelian
adalah:
34
a. Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian
sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan
barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
b. Fungsi pembelian, bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai
harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan
mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
c. Fungsi penerimaan, bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap
jenis, mutu, dan kuantitas bahan yang diterima dari pemasok untuk menentukan
dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan.
Menurut Mulyadi (1993, p303-305), jaringan prosedur yang membentuk sistem
pembelian adalah:
1. Prosedur permintaan pembelian, dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan
permintaan pembelian dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi
pembelian.
2. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok, fungsi pembelian
mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada pemasok untuk
memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian
yang lain untuk memungkinkan pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai
pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan.
3. Prosedur order pembelian, fungsi pembelian mengirim surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi
lain dalam perusahaan mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh
perusahaan.
35
4. Prosedur penerimaan barang, dalam prosedur ini fungsi penerimaan barang
melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu bahan yang
diterima dari pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan barang
untuk menyatakan penerimaan dari pemasok tersebut.
5. Prosedur distribusi pembelian, prosedur ini meliputi distribusi rekening yang
didebet dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan
manajemen.
Menurut Mulyadi (1993, p305-311), informasi yang diperlukan oleh
manajemen dari kegiatan pembelian adalah:
a. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (Re-order Point)
b. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok
c. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok
d. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu
e. Total utang dagang pada tanggal tertentu
f. Tambahan kualitas dan harga pokok persediaan dari pembeli.
Berikut ini dokumen yang digunakan adalah:
a. Surat permintaan pembelian, formulir ini diisi oleh fungsi gudang atau fungsi
pemakai barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan pembelian barang
dengan jenis, jumlah, dan mutu seperti yang disebutkan dalam surat tersebut, dan
biasanya terdiri dari dua lembar untuk setiap permintaan, satu lembar untuk
fungsi pembelian dan tembusannya untuk arsip fungsi yang meminta barang.
b. Surat permintaan penawaran harga, digunakan untuk meminta penawaran harga
bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi, yang
menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.
36
c. Surat order pembelian, digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang
telah terpilih.
d. Laporan penerimaan barang, dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk
menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis,
spesifikasi, dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
e. Surat perubahan order pembelian, digunakan apabila terjadi perubahan terhadap
isi surat order pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan.
Bukti kas keluar, dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar
pencatatan transaksi pembelian dan juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas
untuk pembayaran hutang kepada pemasok dan sekaligus berfungsi sebagai surat
pemberitahuan kepada kreditur mengenai maksud pembayaran.
2.2.3 Persediaan
Menurut Assauri (1993, p219), persediaan adalah aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam
suatu proses produksi.
Menurut Handoko (1994, p333), persediaan adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan
sumber daya mungkin internal maupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan
mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu
37
atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk
perusahaan.
Menurut Smith dan Skousen (1993, p326-327), persediaan adalah barang-
barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, serta untuk
perusahaan manufaktur, barang-barang yang tengah diproduksi atau ditempatkan di
dalam produksi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-barang
yang dibeli untuk diproduksi, serta dijual kembali dan habis dipakai oleh perusahaan.
Karena pentingnya peranan persediaan barang bagi perusahaan, kekayaan tersebut
haruslah berada dalam pengendalian dan pengawasan ketat.
Tujuan pengawasan persediaan menurut Rangkuti (1995, p9) adalah:
a. Menjaga agar jangan sampai kehabisan persediaan
b. Supaya pembentukan persediaan stabil
c. Menghindari pembelian secara kecil-kecilan (menjadi tidak efisien)
d. Pemesanan yang ekonomis.
Menurut Rangkuti (1995, p7-8), jenis-jenis persediaan menurut fungsinya
dapat dibedakan menjadi:
a. Batch stock atau Lot size inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena
pembelian atau pembuatan bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang
lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
b. Fluctuation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
c. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pada maksimal yang terdapat
38
dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau
permintaan meningkat.
Jenis dan posisi barang menurut Rangkuti (1995, p14), dapat dibedakan
menjadi:
1. Persediaan bahan baku yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti besi,
kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli, yaitu persediaan barang-
barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan
lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses, yaitu
persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
Menurut Smith dan Skousen (1993, p329), ada dua sistem yang umum dipakai
dalam pencatatan persediaan akhir atau periode, yaitu dengan:
1. Sistem periodik, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik
dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
2. Sistem perseptual (Book Inventories), yaitu pencatatan dalam administrasi
persediaan. Setiap mutasi daripada persediaan sebagai akibat daripada pembelian
ataupun penjualan dicatat atau terlihat dalam kartu Administrasi Persediaan. Bila
metode ini yang dipakai, maka perhitungan secara fisik paling tidak setahun
sekali.
top related