bab 2 landasan teori (pr) yang di dalam bahasa · pdf fileperanan dalam kamus umum bahasa...
Post on 13-Feb-2018
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Umum
2.1.1 Definisi Humas
Public Relations (PR) yang di dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi
Hubungan Masyarakat (Humas) menurut Frank Jefkins (2004:10), adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik yang sifatnya internal (ke dalam) maupun yang
sifatnya eksternal (ke luar), antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Cutlip, Center & Brown menyebutkan “public relations is the distinctive
management function which help establish and mutual lines communications,
understanding, acceptance, and cooperation between an organization and its public.”
(PR adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling
pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama antara
organisasi dengan berbagai publiknya). (Soemirat & Ardianto, 2010:14)
Fraser Seitel mengungkapkan definisi yang lebih singkat mengenai humas, yaitu:
“Public relations is a planned process to influence public opinion, through sound
character and proper performance, based on mutually satisfactory two-way
communication” (Seitel, 2004:4).
Fraser F. Seitel mencoba menguraikan bahwa pekerjaan humas merupakan
sebuah proses terencana untuk mempengaruhi opini publik melalui karakter dan
performa yang layak, berdasarkan komunikasi dua arah yang saling menguntungkan.
14
L. Bernays dalam bukunya Public Relations menyebutkan bahwa PR mempunyai
tiga arti: (1) penerangan kepada publik; (2) persuasi ditujukan kepada publik untuk
mengubah sikap dan tingkah laku publik; (3) upaya untuk menyatukan sikap dan
perilaku suatu lembaga (Soemirat & Ardianto, 2010:13).
Lawrence & Hazelton mendefinisikan Public Relations sebagai “a
communication function of management through which organizations adapt to, alter, or
maintain their environment for the purpose of achieving organizational goals.” (Wilcox,
Ault, Cameron, & Agee, 2003:4).
Definisi yang dikutip dari Sukatendel dalam (Soemirat & Ardianto, 2010:112)
Humas adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra
organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama.
Humas juga merupakan suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua
jenis organisasi, baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan (profit)
maupun perusahaan non komersial yang tidak mencari keuntungan. Tidak perduli
apakah organisasi tersebut berada di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.
(Morissan, 2006:5)
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dipahami bahwa Public Relations adalah
salah satu usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan menguntungkan
antara organisasi dengan publik dengan menumbuhkan saling pengertian antara
organisasi dengan publiknya.
2.1.2 Peranan Humas
Peranan dalam kamus umum Bahasa Indonesia mempunyai arti tugas dan fungsi
(Badudu & Zain, 2001:1037). Humas mempunyai peran yang berbeda dalam setiap
15
organisasi atau perusahaan. Menurut Cutlip , Center & Broom dalam buku Effective
Public Relations, membagi ke dalam 4 peran besar Humas:
1. Expert Prescriber Communication
Humas adalah seorang ahli yang dapat memberikan saran, nasehat kepada
pimpinan organisasi, hubungannya dapat diibaratkan antara dokter dengan
pasien.
2. Problem Solving Process Facilitator
Dapat memfasilitasi pemecahan masalah. Humas terlibat dalam setiap
penanganan masalah, menjadi anggota tim atau menjadi pimpinan tim
penanganan masalah.
3. Communication Facilitator
Peranan Humas adalah jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan.
Sebagai mediator atau penengah jika terjadi miscommunication.
4. Technician Communication
Humas adalah pelaksana teknis komunikasi. Menyediakan layanan di
bidang teknis dimana kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang
akan digunakan bukanlah keputusan petugas Humas melainkan keputusan
manajemen dan petugas Humas yang melaksanakannya (Kusumastuti, 2004:25).
Sementara menurut Rosady Ruslan (2010:26) di dalam bukunya ”Manajemen
Public Relations dan Media Komunikasi”, menyebutkan bahwa peranan dari Public
Relations adalah:
a. Communicator
16
Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung,
melalui media cetak/elektronik dan lisan (spoken person) atau tatap muka dan
sebagainya. Disamping itu juga bertindak sebagai mediator dan sekaligus persuador.
b. Relationship
Kemampuan peran PR/Humas membangun hubungan yang positif antara lembaga
yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan
saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi antara kedua belah
pihak tersebut.
c. Back up management
Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti
manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai
tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi.
d. Good image maker
Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan
sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public ralations dalam melaksanakan
manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk
yang diwakilinya.
2.1.3 Fungsi Humas
Menurut Effendy, dalam bukunya Hubungan Masyarakat suatu Komunikologis
(2006:100) fungsi Humas adalah sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan
eksternal.
17
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari
organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publiknya kepada
organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum.
5. Operasionalisasi dan organisasi Humas adalah bagaimana membina
hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah
terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun dari pihak publiknya.
2.1.4 Ruang Lingkup Humas
Ruang lingkup tugas Humas terbagi dua yaitu publik internal dan publik
eksternal. Kedua publik tersebut merupakan sasaran dari tugas Humas untuk dapat
menciptakan keselarasan dan membina hubungan yang harmonis dengan melakukan
komunikasi dua arah, sehingga apa yang diinginkan oleh lembaga atau organisasi dapat
diterima atau dimengerti oleh kedua publik tersebut, begitu juga sebaliknya.
Dalam upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
publik maka ruang lingkup kegiatan atau tugas Public Relations pada dasarnya terbagi
dua yaitu:
1. Membina hubungan kedalam (publik internal).
Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi
bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri dan mampu
mengidentifikasi atau mengenali hal - hal yang menimbulkan gambaran
18
negatif didalam masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh
organisasi.
2. Membina hubungan keluar (publik eksternal)
Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum
(masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang
positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya (Jefkins, 2004:20-21).
2.1.5 Strategi Humas
Mengutip Ruslan (2002), Firsan Nova, dalam bukunya Crisis Public Relations
mengemukakan Strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dengan Bauran PR
adalah sebagai berikut:
1. Publications
Setiap fungsi dan tugas Public Relations atau Humas adalah
menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui
berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi
yang pantas untuk diketahui oleh publik. Dalam hal ini tugas Humas adalah
menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan
pers/wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga/organisasi yang
diwakilinya.
2. Event
Merancang sebuah event atau program acara yang bertujuan untuk
memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke
publik, dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik.
19
3. News (Menciptakan Berita)
berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bulletin,
dan lain lain. Untuk itulah seorang PR harus mempunyai kemampuan menulis
untuk menciptakan publisitas.
4. Community involvement (kepedulian pada komunitas)
Keterlibatan tugas sehari-hari seorang PR adalah mengadakan kontak
sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik
(community relations / human relations) dengan pihak organisasi atau
lembaga yang diwakilinya.
5. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra)
Ada dua fungsi utama dari public relations, yaitu memberikan informasi
kepada publik, atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat
memperoleh tanggapan berupa citra positif.
6. Lobbying and negotiation
Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan
bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk
mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan
lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
7. Social Responsibility (tanggung jawab sosial)
Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Public Relations
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat.
Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik.
20
2.1.6 Teori Komunikasi Organisasi
Di pandang dari sudut perpekstif fungsional, komunikasi organisasi dapat
didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi
yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif
interpretif, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses penciptaan makna
atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan
peranan orang-orang dan proses dalam menciptakan makna (Purba, 2006:112).
Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi sebagai berikut
:“Organizational communications is the process of creating and exchanging messages
within anetwork of interdependent relationship to cope environmental uncertainly”.
Dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah
(Muhammad, 2009 : 67).
2.1.7 Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
2.1.7.1 Komunikasi Organisasi Internal
Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai :
“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure
(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which
gets work done (operation and management)". (Pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan
terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas
(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan
21
atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dalam manajemen))
(Effendy, 2003:122).
Komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis, yaitu :
1. Komunikasi vertikal
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communications) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan
secara timbal balik (two way traffic communication).
2. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf
dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya (Effendy,
2003:123-125).
2.1.7.2 Komunikasi Organisasi Eksternal
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada instansi – instansi pemerintah seperti departemen,
direktorat, jawatan, dan pada perusahaan – perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya
ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat
daripada oleh pimpinan sendiri. Yang dilakukan oleh pimpinan sendiri adalah terbatas
pada hal – hal yang dianggap sangat penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang
lain, umpamanya perundingan (negotiation) menyangkut kebijakan organisasi. Yang
lainnya dilakukan oleh kepala Humas yang dalam kegiatan komunikasi eksternal
merupakan tangan kanan pimpinan.
22
Komunikasi organisasi eksternal terdapat dua jalur secara timbal balik, yakni
komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidak – tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam
usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga. Komunikasi dari organisasi
kepada khalayak dapat melalui berbagai bentuk seperti: majalah organisasi, press
release, artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, pidato televisi, film dokumenter,
brosur, leaflet, poster, konferensi pers. Sedangkan, Komunikasi dari khalayak kepada
organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang
dilakukan oleh organisasi (Effendy, 2003:129).
2.1.8 Citra
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah: (1) kata benda:
gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang
ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas
dalam karya prosa atau puisi; (4) data atau informasi dari potret udara untuk bahan
evaluasi.
Citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan; kesan
yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang, atau organisasi. (Soemirat &
Ardianto, 2010:113)
Sedangkan, menurut Frank Jeffkins yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto
menyebutkan bahwa “Citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan
23
pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.” (Soemirat & Ardianto, 2010:
114).
Menurut Katz (1994) dalam buku Dasar-dasar Public Relations, menyebutkan
citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan
mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra
perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf
perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di
sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan (Soemirat &
Ardianto, 2010:113).
2.1.9 Jenis-jenis Citra
Beberapa jenis citra menurut Jefkins yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto (2011:138),
yakni:
1. Citra Bayangan (mirror image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya
adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
mengenai pandangan luar terhadap organisasinya.
2. Citra yang Berlaku (current image)
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku ini adalah suatu citra atau
pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun
sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan
24
jarang, sesuai dengan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau
pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai.
3. Citra Harapan (wish image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini
juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik
atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi
tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. Namun secara umum, yang
disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik.
4. Citra Perusahaan (corporate image)
Citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya sebagai citra lembaga) adalah citra
dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan
pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal- hal positif
yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau
riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan- keberhasilan di bidang
keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik,
reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut
memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.
5. Citra Majemuk (multiple image)
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai
(anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki peranan dan
perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan
suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara
keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama
banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya.
25
2.1.10 Proses Pembentukan Citra
Agar suatu citra dapat terbentuk, maka diperlukan suatu proses. Proses
pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan sistem komunikasi
dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dikutip oleh Danasaputra, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra
Sumber: Soemirat & Ardianto (2010:115)
Berdasarkan model pembentukan citra di atas, Public Relations digambarkan
sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra,
sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau
perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
1. Persepsi
Adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu
proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap
rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
26
2. Kognisi
Adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan
timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus
memberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognisinya.
3. Motif
Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
4. Sikap
Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu (Soemirat & Ardianto,
2010:115).
2.2 Teori-teori Khusus
2.2.1 Humas Pemerintah
Eksistensi Humas dalam suatu lembaga/instansi pemerintah merupakan
keharusan secara fungsional dan operasional. Humas dalam bidang pemerintahan
sebagai organisasi/lembaga yang bersifat nonprofit, lebih banyak mengacu pada
pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan anggota organisasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan dengannya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi
Pemerintah menjelaskan bahwa, Humas Pemerintah adalah lembaga Humas dan/atau
27
praktisi Humas pemerintah yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang informasi
dan komunikasi yang persuasif, efektif, dan efisien, untuk menciptakan hubungan yang
harmonis dengan publiknya melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka
menciptakan citra dan reputasi yang positif instansi pemerintah.
Lembaga Humas adalah unit organisasi dalam instansi pemerintah yang
melakukan fungsi manajemen bidang informasi dan komunikasi kepada publiknya.
Praktisi Humas pemerintah adalah individu instansi pemerintah yang
menjalankan fungsi kehumasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)-nya.
(2011:7)
Selanjutnya di dalam Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan
Instansi Pemerintah (2011:9), dijelaskan mengenai Visi dan Misi Humas Pemerintah.
Visi Humas pemerintah adalah terciptanya pengelolaan kehumasan
(kelembagaan, ketatalaksanaan, dan SDM) yang proporsional, profesional, efektif, dan
efisien dalam mendukung penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik.
Misi Humas Pemerintah adalah:
1. membangun citra dan reputasi positif pemerintah;
2. membentuk, meningkatkan, dan memelihara opini positif publik;
3. menampung dan mengolah aspirasi masyarakat;
4. mencari, mengklasifikasi, mengklarifikasi, serta menganalisis data dan
informasi;
5. menyosialisasikan kebijakan dan program pemerintah;
6. membangun kepercayaan publik (public trust).
28
2.2.2 Peranan Humas Pemerintah
Rosady Ruslan dalam bukunya Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi
(2011:110-111) mengemukakan bahwa, Peranan Humas Pemerintah menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara taktis (jangka pendek), Humas/PR instansi pemerintah berupaya
memberikan pesan-pesan atau informasi yang efektif kepada masyarakat sebagai
khalayak sasarannya. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif,
memotivasi dan memiliki pengaruh terhadap opini publik sebagai upaya
“menyamakan persepsi” dengan tujuan dan maksud dari instansi/lembaga yang
bersangkutan.
2. Secara strategis (jangka panjang), Humas/PR instansi pemerintah berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan (decision making process), dalam
memberikan sumbang saran, gagasan, dan ide yang kreatif serta cemerlang untuk
meyukseskan program kerja lembaga bersangkutan, hingga mampu menunjang
keberhasilan pembangunan nasional jangka panjang serta mendorong melalui
kerja sama dan mendapat dukungan masyarakat.
Di dalam Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia, disebutkan Peran Humas
pemerintah meliputi unsur-unsur berikut:
1. Komunikator
29
Humas pemerintah berperan membuka akses dan saluran komunikasi dua arah,
antara instansi pemerintah dan publiknya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, melalui sarana kehumasan.
2. Fasilitator
Humas pemerintah berperan menyerap perkembangan situasi dan aspirasi publik
untuk dijadikan masukan bagi pimpinan instansi pemerintah dalam pengambilan
putusan.
3. Diseminator
Humas pemerintah berperan dalam pelayanan informasi terhadap internal
organisasi dan publiknya, baik langsung maupun tidak langsung, mengenai
kebijakan dan kegiatan masing-masing instansi pemerintah.
4. Katalisator
Humas pemerintah berperan dalam melakukan berbagai pendekatan dan strategi
guna mempengaruhi sikap dan pendapat publik untuk menyelaraskan
kepentingan pemerintah dengan publik.
5. Konselor, Advisor, dan Interprator
Humas merupakan konsultan, penasihat, dan penerjemah kebijakan pemerintah.
6. Prescriber
Humas berperan sebagai salah satu instrumen strategis pemimpin puncak
penentu kebijakan (2011:12).
2.2.3 Fungsi Humas Pemerintah
Ruslan (2011:110), mengemukakan fungsi pokok Humas pemerintah Indonesia,
yaitu:
30
1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja pemerintah yang
diwakilinya;
2. Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan-pesan dan informasi
mengenai kebijaksanaan, hingga mampu mensosialisasikan program-
program pembangunan baik secara nasional maupun daerah kepada
masyarakat;
3. Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam
upaya menjembatani kepentingan instansi pemerintah disatu pihak, dan
menampung aspirasi atau opini publik (masyarakat), serta memperhatikan
keinginan-keinginan masyarakat dilain pihak;
4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan
dinamis demi mengamankan stabilitas dan program pembangunan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Fungsi Humas pemerintah menurut Canfield, seperti yang dikutip dalam
(Ardianto, 2011:241), yaitu:
1. Mengabdi kepada kepentingan umum (it should serve the public’s interest)
2. Memelihara komunikasi yang baik (maintain a good communication)
3. Menitikberatkan pada moral dan prilaku yang baik (to stress a good morals
and manners)
Di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata
Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah, Fungsi Humas adalah:
31
1. membentuk, meningkatkan, serta memelihara citra dan reputasi positif instansi
pemerintah dengan menyediakan informasi tentang kebijakan, program, dan
kegiatan instansi;
2. menciptakan iklim hubungan internal dan eksternal yang kondusif dan dinamis;
3. menjadi penghubung instansi dengan publiknya;
4. melaksanakan fungsi manajemen komunikasi, yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemberian masukan dalam
pengelolaan informasi.
2.2.4 Kegiatan Humas Pemerintah
Menurut Sunarto dalam bukunya Humas Pemerintahan dan Komunikasi
Persuasif (2003:45-47), dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan, maka
Humas Pemerintah perlu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Membina pengertian pada khalayak terhadap kebijaksanaan pemerintah.
dalam hal ini, maka khalayak yang menjadi sasaran terdiri dari:
- Khalayak Intern, yaitu karyawan di lingkungan sendiri;
- Khalayak Ekstern, seperti media massa, pejabat pemerintah,
pemuka pendapat (opinion leader), dan sebagainya.
2. Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan pokok aparatur pemerintah,
khususnya berkenaan dengan pemberian pelayanan masyarakat dan yang
telah direlease untuk publikasi.
3. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat.
32
4. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai sumber.
Masalah pengumpulan dan penyimpanan data dan informasi yang menjadi
perhatian semua orang. Tidak saja besarnya jumlah informasi, tetapi juga
terus menumpuknya informasi yang relevan yang diperlukan oleh
perorangan, badan/instansi, media dan kantor berita, lembaga pendidikan dan
perusahaan yang memerlukan data dan informasi.
5. Melakukan analisa terhadap permasalahan yang telah diklasifikasikankan ke
dalam bidang-bidang permasalahan yang sesuai dengan bidang pekerjaan
Humas yang bersangkutan, kemudian membuat kesimpulan terhadap
permasalahan tersebut. Hasil dari proses pengolahan ini dipergunakan untuk
memberikan gambaran atau informasi kepada pimpinan dan khalayak
6. Produk kegiatan Humas merupakan informasi yang mengandung penjelasan-
penjelasan atas fakta pendapat atau sikap yang akan dikomunikasikan. Sifat
informasi biasanya bermacam-macam, yaitu:
- Rahasia/tidak rahasia;
- Nilai aktualitasnya bagi khalayak rendah/tinggi;
- Nilai kebutuhan khalayak yang luas/terbatas.
Untuk memproduksi informasi Kehumasan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Sifat dan volume informasi;
- Golongan sasaran yang akan dituju;
- Media yang akan dipergunakan/dimanfaatkan;
- Media yang dimiliki.
33
Bentuk produk yang dihasilkan oleh Humas dapat berupa :
1) Majalah, bulletin
2) Press Release
3) Artikel sponsor untuk media
4) Desain program siaran radio, TV dan produk film
5) Poster, folder, pamflet, selebaran, dan sebagainya.
7. Penyebaran merupakan proses kegiatan produk Humas kepada khalayak
intern maupun ekstern. Produk Humas yang akan disebarkan kepada
masyarakat pada umumnya harus mengandung jaminan akan validitas dan
kredibilitas informasi yang dikomunikasikan. Penyebaran produk-produk
Humas hendaknya disesuaikan dengan sasaran yang hendak dicapai. Oleh
karena itu penyebaran dapat ditinjau dari segi pengelompokan sasaran yang
bersifat vertikal, misalnya : Kelompok Cendekiawan, Kelompok Pendidikan,
dan sebagainya.
2.2.5 Citra Organisasi/Perusahaan
Citra perusahaan (corporate image) (ada pula yang menyebutnya sebagai citra
lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas
produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal- hal
positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau
riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan- keberhasilan di bidang
keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi
sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul
34
tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya (Ardianto,
2011:138).
Menurut Dowling dalam bukunya Creating Corporate: Reputation, Identity,
Image and Performance “Citra organisasi atau perusahaan mempunyai 2 (dua)
komponen utama, yaitu komponen logikal dan komponen emosional.” (Dowling, 2002:
20-21). Komponen logikal, berhubungan dengan karakteristik-karakteristik yang dapat
dirasakan, yang dapat dengan mudah diukur. Sedangkan komponen emosional
diasosiasikan dengan dimensi psikologis yang ditunjukkan oleh perasaan dan sikap
terhadap organisasi. Kedua komponen tersebut secara simultan mempengaruhi
pemikiran seseorang untuk menilai citra suatu organisasi atau perusahaan. Sehingga citra
organisasi atau perusahaan merupakan akumulasi dari nilai-nilai kepercayaan yang
diberikan oleh seseorang yang mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk
membentuk opini publik yang lebih abstrak.
Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti citra organisasi khususnya citra
Kemenpora sebagai instansi/lembaga pemerintah yang mempunyai tanggung jawab bagi
kesejahteraan pemuda dan olahraga pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
2.2.6 Special Events
Special Event atau peristiwa khusus adalah kegiatan yang mampu memuaskan
minat orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan; mampu meningkatkan
pengetahuan dan memenuhi kesenangan penonton. Special event dapat diselenggarakan
pada saat hari-hari atau pekan-pekan khusus, pertunjukan dan pameran khusus,
peringatan khusus, hadiah khusus, peresmian gedung, perlombaan, parade dan pawai
35
khusus, peristiwa komunitas yang disponsori, organisasi yang disponsori, dan lain lain
(Moore, 2004:321).
Special event merupakan salah satu tools public relations disamping kegiatan
lain, seperti identitas perusahaan, publisitas, website, dan sebagainya. Sebagai tools PR,
special event dapat digunakan untuk melaksanakan perannya. Salah satu peran utama
Public Relations adalah sebagai komunikator perusahaan untuk menyampaikan
informasi tentang perusahaan, lembaga, atau perorangan yang diwakilinya kepada publik
baik internal maupun eksternal. (Pudjiastuti, 2010:31)
Special event juga dapat dijelaskan sebagai salah satu kiat yang dapat
diselenggarakan sebagai upaya untuk menarik perhatian media pers dan publik terhadap
perusahaan atau produk tertentu yang dapat ditampilkan dalam acara tersebut. Dengan
adanya special event diharapkan mampu memuaskan pihak-pihak yang terlibat atau
terkait untuk berperan serta dalam suatu kesempatan pada special event, baik untuk
meningkatkan pengetahuan (knowledge), pengenalan (awareness), maupun upaya
pemenuhan selera (pleasure) dan menarik simpati atau empati, sehingga mampu
menumbuhkan saling penegertian bagi kedua pihak dan pada akhirnya dapat
menciptakan citra (image) positif dari masyarakat atau publik sebagai target sasarannya
(Ruslan, 2008:211).
Bentuk dari special event dalam program kerja Public Relations adalah sebagai
berikut:
1. calendar of events yaitu acara rutin (regular events) yang dilaksanakan pada
hari, bulan, tahun, tertentu secara periodik dan berulang-ulang (rutin)
diselenggarakan sepanjang tahun kalender.
36
2. momentum of events, yaitu acara yang sifatnya khusus yang dilaksanakan
pada moment-moment tertentu, pembukuan kantor baru, ulang tahun
perusahaan dan sebagainya yang dianggap sebagai moment oleh pihak
lembaga atau humas untuk mengadakan suatu acara istimewa yang perlu
diperingatkan dan dipublikasikan (Ardianto, 2004:102).
Program peringatan Hari Olahraga Nasional yang dilaksanakan oleh Kemenpora
termasuk salah satu calendar event yang merupakan acara rutin yang dilasanakan setiap
tahun pada tanggal 9 September.
2.2.7 Media Relations
Soemirat & Ardianto dalam bukunya Dasar-dasar Public Relations (2010:121)
menyatakan bahwa, media relations atau kegiatan hubungan pers adalah membina
hubungan baik dengan kalangan pers yang mengelola media cetak (surat kabar/majalah)
dan media elektronik (tv/radio).
Menurut Sunarto (2003:97), media relations adalah upaya untuk mencapai
publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi Humas dalam
rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dan organisasi atau
instansi yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk media relations menurut (Soemirat & Ardianto, 2010:128):
1. Konferensi Pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara
simultan/berbarengan oleh seorang pejabat pemerintah atau swasta kepada
sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Konferensi pers
37
diselenggarakan bila ada peristiwa penting di suatu instansi/perusahaan/badan,
atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers.
2. Press Briefing yaitu diselenggarakan secara reguler oleh seorang pejabat PR.
Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru
terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum
puas dan menginginkan keterangan lebih rinci.
3. Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk
mengunjungi daerah tertentu dan merekapun (pers) diajak menikmati objek wisata
menarik.
4. Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak
digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarluaskan berita.
Istilah press release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan
dengan media cetak (surat kabar dan majalah), tetapi mencakup media elektronik
(radio dan televisi).
5. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan
memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu
meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik.
6. Press Luncheon yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para
wakil media massa/wartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa
bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan
perkembangan perusahaan/lembaga tersebut.
7. Wawancara Pers yaitu sifatnya lebih pribadi, lebih individual. PR atau top
manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang
bersangkutan.
38
Bentuk media relations lain yang juga biasa dilakukan yaitu Press Gathering.
Menurut Rosady Ruslan, press gathering atau media gathering adalah pertemuan pers
secara informal khususnya hubungan baik (good relationship) antara pihak Humas dan
wartawan media massa. Bentuk kontak ini lebih menekankan pendekatan pribadi ke
pribadi, sebagai upaya lebih dekat mengenal satu sama lain (Ruslan, 2010:194).
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Teori Umum
- Humas
- Komunikasi Organisasi
- Citra
Teori Khusus
- Humas Pemerintah
- Citra Organisasi
- Calendar Event Haornas
- Media Relations
Latar Belakang Masalah
Perlunya pengelolaan citra pada instansi/lembaga pemerintah yang merupakan salah satu
peranan Humas.
Hasil yang diharapkan
Diketahuinya peranan Humas dan upaya mengatasi
hambatan/kendala dalam pengelolaan citra Kemenpora melalui program peringatan
Haornas.
39
Dari kerangka pikir penulis di atas dapat dijelaskan bahwa latar belakang
penelitian ini adalah diperlukannya pengelolaan citra Kemenpora yang merupakan salah
satu peranan Humas. Konsep yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan teori
umum yaitu: Humas, Komunikasi Organisasi, Citra. Kemudian penulis lebih
memfokuskan konsep tersebut ke dalam teori khusus yaitu: Humas Pemerintah, Citra
Organisasi, Calendar Event Haornas, dan Media Relations.
Dengan adanya program calendar event Haornas, Humas harus dapat
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan kegiatan tersebut kepada publik internal dan
eksternal. Hasil penelitian yang diharapakan adalah diketahuinya peranan Humas dalam
pengelolaan citra dan upaya Humas dalam megatasi hambatan/kendala dalam
pengelolaan citra Kemenpora melalui program peringatan Hari Olahraga Nasional.
top related