bab 2 tinjauan pustaka 2.1. manajemen promosi kesehatan...
Post on 27-Aug-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Promosi Kesehatan
2.1.1 Definisi
Notoatmodjo (2007) dalam Encylopedia of the Sosial Sience mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan
tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Hilman dalam Notoatmodjo
(2007) mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang
sama.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (Notoatmodjo, 2007).
Manajemen juga berarti seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang
terkait dengan pencapaian tujuan (Ernie & Kurniawan, 2005). Manajemen kesehatan
adalah manajemen yang diterapkan pada pelayanan kesehatan demi terciptanya
keadaan sehat.
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur
para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan. “Dengan kata lain manajemen kesehatan
masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem
pelayanan kesehatan masyarakat” (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Kegiatan Manajemen Promkes
Menurut Notoatmodjo (2007), komponen fungsi manajemen dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan
untuk pencapaiannya.
b. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau
fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya
sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya
yang tersedia.
d. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Tujuan Promosi Kesehatan
Green (1991) dalam Maulana (2009), tujuan Promosi Kesehatan terdiri dari
tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang
akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan
ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke
klinik perusahaan meningkat 75% setelah Promosi Kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.
Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap,
tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat
kerja meningkat 60% setelah Promosi Kesehatan berjalan 6 bulan.
2.1.4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)
2. Kampanye Sosialisasi (sosial marketing)
3. Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4. Upaya peningkatan (upaya promotif)
Universitas Sumatera Utara
5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
2.1.5. Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan
evaluasi Promosi Kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Indikator keberhasilan mencakup
indikator masukan (input), indikator proses, dan indikator (output).
1. Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana dengan sasaran individu, kelompok, dan
masyarakat. Oleh karena itu, indikator masukan ini perlu diperhatikan secara detail
sebelum melakukan Promosi Kesehatan.
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan Promosi Kesehatan yang
akan mempengaruhi orang lain. Hal ini bisa merupakan media dan metode yang
digunakan dalam Promosi Kesehatan.
3. Indikator Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Promosi Kesehatan yaitu perilaku kesehatan
yang kondusif untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang terbagi atas:
a. Perubahan perilaku, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan dirubah.
Universitas Sumatera Utara
b. Pembinaan perilaku, yaitu perilaku masyarakat yang sudah sehat tetap
dilanjutkan.
c. Pengembangan perilaku, yaitu membiasakan perilaku hidup sehat dimulai
bagi anak-anak.
2.1.6. Promosi Kesehatan
2.1.6.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007), Promosi kesehatan adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental
dan sosial. Promosi kesehatan juga dirumuskan sebagai “upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan” (Depkes RI, 2005).
Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan
“the process of enabling individuals and communities to increase control over the
determinants of health and thereby improve their health” (proses mengupayakan
individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian
meningkatkan derajat kesehatan).
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.2. Jenis Promosi Kesehatan
Ewlest & Simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) halaman 26,
mengidentifikasi tujuan area kegiatan Promosi Kesehatan yaitu :
a. Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk
belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela
dalam tingkah laku.
b. Pelayanan Kesehatan Preventif
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J. Maulana (2009)
hal. 27, mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five
levels of prevention, yaitu:
1) Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
a) Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
b) Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan
remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik, dan
penanggulangan stress.
Universitas Sumatera Utara
2) Pencegahan Skunder
a) Diagnosis dini dan pengobatan segera.
b) Pembatasan kecacatan
3) Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang
diderita tidak menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.
c. Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan dan
untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.
d. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan
kesehatan para staf dan pelanggan.
e. Kebijakan Publik yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan
dalam situasi dan kondisi kehidupan.
f. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan,
baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
Universitas Sumatera Utara
g. Kegiatan Ekonomi yang Bersifat Peraturan
Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan
dan perencana yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan
perubahan legestalatif. Seperti peratuaran pemberian lebel makanan halal
mendorong praktek etik yang sukarela.
Jenis Promosi Kesehatan meliputi:
a. Pemberdayaan masyarakat
b. Pemgembangan kemitraan
c. Upaya advokasi
d. Pembinaan suasana
e. Pemgembangan SDM
f. Pemgembangan IPTEK
g. Pengembangan media dan sarana
h. Pengembangan infrastruktur
2.2. PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan di masyarakat (Depkes, 2008) . Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
adalah sebagai wujud operasional Promosi Kesehatan dalam upaya mengajak,
mendorong kemandirian masyarakat berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (Fatma,
2008). Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan
kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
2.2.1. Indikator-indikator dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dalam masa kedaruratan, diperlukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk
melindungi kesehatan para pengungsi. Indikator-Indikator dalam Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat/ PHBS (KEMENKES, 2012) yaitu:
1. Terus memberikan ASI pada bayi
2. Biasakan cuci tangan pakai sabun
3. Menggunakan air bersih
4. Buang air bersar/ kecil di jamban dan buang sampah di tempatnya
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
6. Melindungi anak
7. Makan makanan bergizi
8. Tidak merokok di pengungsian
9. Mengelola stress
10. Bermain sambil belajar
Menurut (Karkhi, 2011), Perilaku hidup bersih sehat di Rumah Sakit (PHBS)
1) Tidak membuang sampah sembarangan
2) Tidak meludah di lantai
3) Tidak merokok di ruangan
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat
Menurut Fatma (2008), tujuan perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat
sebagai berikut :
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya.
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan.
4. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan untuk pencapaian
PHBS di rumah tangga.
2.2.3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Fatma (2008) manfaat PHBS sebagai berikut :
1. Setiap individu meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Pengeluaran biaya dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi, pendidikan, modal
usaha dan peningkatan pendapatan keluarga
3. Produktivitas kerja meningkat
4. Anak tumbuh sehat dan cerdas
2.2.4. Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Fatma (2008) manajemen yang ada di dalam PHBS yaitu Puskesmas,
Rumah Sakit, Dinas Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
1. Puskesmas
Merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS ditingkat kecamatan
dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan
masyarakat di wilayah Puskesmas.
2. Rumah Sakit
Bertugas melaksanakan Promosi Kesehatan dan PHBS kepada individu dan
keluarga yang datang ke Rumah Sakit.
3. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota harus dapat mengkoordinasikan dan
menyusun kegiatan Promosi Kesehatan dan PHBS diwilayah dengan melibatkan
sarana-sarana kesehatan yang ada di kabupaten/kota tersebut.
2.2.5. PHBS dalam Kedaruratan Bencana
PHBS adalah Semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sendiri untuk
menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk menjaga, melindungi dan
meningkatkan kesehatan. Sementara Kedaruratan bisa berupa konflik di masyarakat,
bencana alam, atau wabah penyakit yang biasanya menyebabkan orang menderita,
baik karena akibat langsung dari kedaruratan tersebut maupun akibat tidak langsung
seperti terjangkit oleh penyakit, malnutrisi, atau tindak kekerasan (Dinkes Kab.Karo,
2012).
Rahman (2013) mengatakan PHBS diutamakan pada kelompok rentan yaitu
anak-anak termasuk bayi dan balita, Ibu hamil dan ibu menyusui, lansia/orang tua,
Universitas Sumatera Utara
orang-orang cacat dan orang-orang berkebutuhan khusus dan orang sakit. Manfaatnya
PHBS dalam kedaruratan adalah:
1. Tiap orang dapat menjaga kesehatannya.
2. Masyarakat mampu mengupayakan agar lingkungan tetap sehat.
3. Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4. Anak dapat terlindungi dari kekerasan dan stres.
5. Setiap ada masalah dapat diatasi segera.
Ada kelompok-kelompok tertentu di pengungsian yang menjadi kelompok
rentan terkena penyakit dan harus menjadi perhatian. Kelompok rentan tersebut
adalah Anak-anak termasuk bayi dan balita, ibu hamil dan ibu menyusui,
lansia/orang tua, orang-orang cacat dan orang-orang berkebutuhan khusus dan orang
sakit.
Kementrian Kesehatan yang bekerjasama dengan UNICEF mengeluarkan
sebuah buku tentang 10 pesan hidup sehat dalam kedaruratan. Buku ini
diperuntukkan bagi tenaga medis maupun relawan untuk memudahkan penyampaian
informasi atau penyuluhan mengenai pentingnya perilaku hidup bersih pada masa
kedaruratan. Sepuluh pesan kedaruratan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terus memberikan asi pada bayi
2. Biasakan cuci tangan pakai sabun
3. Menggunakan air bersih
4. Buang air besar/kecil di jamban dan buang sampah di tempatnya
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
6. Melindungi anak
7. Makan makanan bergizi
8. Tidak merokok di pengungsian
9. Mengelola stres
10. Bermain sambil belajar 2.3. Tanggap Darurat Bencana
2.3.1. Pengertian Tanggap Darurat Bencana
Menurut Pedoman Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana, Tanggap darurat bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Sedangkan menurut Ramli (2010: 35), tanggap darurat bencana (respons)
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Manajemen Bencana
Menurut Mary Paker Folet, manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana Bab I Pasal 1 angka 1, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Disaster manajemen is ”An applied acience which seeks, by the systematic
observation and analysis of disaster, to improve measures relating to prevention,
mitigation, preparedness, emergency response and recovery.” (Carter, 1991: xxiii).
Menurut Willian Nick Carter bahwa penanggulangan bencana alam (disaster
Manajement) perlu diselenggarakan melalui tahapan-tahapan: persiapan
(preparation), penghadangan/penanganan (facing disaster), perbaikan akibat
kerusakan (reconstruction), pemfungsian kembali prasarana dan sarana sosial yang
rusak (rehabilitation), dan penjinakan gerak alam yang menimbulkan bencana
(mitigation).
Manajemen bencana adalah sebuah ilmu pengetahuan terapan yang berupaya
meningkatkan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan dengan menggunakan pengamatan
dan analisa yang sistematis atas bencana.
Pada dasarnya manajemen bencana merupakan sebuah proses yang dinamis,
proses tersebut terdiri dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan,
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian, dan pengawasan. Proses tersebut
juga melibatkan berbagai macam organisasi yang harus bekerja sama untuk
melakukan pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, tanggap darurat, dan pemulihan
akibat bencana.
Pasal 33 Undang-Undang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari 3 (tiga) tahap meliputi: a.
Prabencana; b.Saat tanggap darurat; dan c. pasca bencana. Selanjutnya Pasal 48
Undang-Undang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Sementara itu Pasal 49 menyebutkan bahwa pengkajian secara cepat dan tepat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a dilakukan untuk mengidentifikasi:
a. Cakupan lokasi bencana;
b. Jumlah korban;
c. Kerusakan prasarana dan sarana;
d. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;
Universitas Sumatera Utara
e. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
Penyelamatan dan evakuasi korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
huruf c dilakukan dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat
bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya:
a. Pencarian dan penyelamatan korban;
b. Pertolongan darurat; dan/atau
c. Evakuasi korban.
Pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 d
meliputi bantuan penyediaan:
a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi;
b. Pangan;
c. Sandang;
d. Pelayanan kesehatan;
e. Pelayanan psikososial; dan
f. Penampungan dan tempat hunian.
2.3.3. Masalah Kesehatan pada Tanggap Darurat Bencana
Setiap bencana memiliki karakteristik dan sangat berkaitan erat dengan
masalah yang dapat diakibatkannya (Pedoman Bencana edisi revisi 2012). Masalah
yang dimaksud salah satunya adalah masalah kesehatan pada tanggap darurat bencana
seperti:
Universitas Sumatera Utara
a. Pelayanan kesehatan korban, yaitu pelayanan untuk mencegah atau mengurangi
kecacatan yang diderita oleh korban dengan membuat Pusat Pengendali
Kesehatan (PUSDALKES).
b. Pelayanan kesehatan pengungsi, yaitu pelayanan untuk mengendalikan kesehatan
lingkungan dan penyakit yang rawan didaerah pengungsian seperti ISPA,
Malaria, Diare, dan Campak.
c. Air bersih dan sanitas, merupakan masalah yang sering muncul di daerah
bencana. Kurangnya akses air bersih serta sanitasi yang buruk bisa menyebabkan
terganggunya kesehatan pengungsi.
d. Pelayanan kesehatan gizi, merupakan hal yang penting untuk dipenuhi karena
ketika suatu bencana melanda suatu daerah, itu berarti juga melumpuhkan
perekonomian daerah tersebut. Pemenuhan gizi per hari perlu diperhatikan untuk
mendukung kelangsungan hidup pengungsi.
e. Pengelolaan obat bencana
f. Kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
g. Penanganan kesehatan jiwa
2.3.4. Promosi Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Bencana
Penyehatan Lingkungan darurat dilakukan melalui upaya mengawasi kualitas
kesehatan lingkungan serta menyediakan fasilitas sanitasi dasar, yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan orang banyak pada suatu tempat penampungan
pengungsi, serta mengawasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan di tempat
penampungan pengungsi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1. Pengawasan dan perbaikan kualitas kesehatan lingkungan
2. Pemberdayaan masyarakat untuk dapat menolong diri sendiri dan keluarganya
3. Penyuluhan Kesehatan dengan lingkup kegiatan:
a) Pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih
b) Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana pembuangan kotoran
c) Pengawasan dan perbaikan pembuangan sampah dan limbah
d) Pengendalian vektor
e) Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan/minuman
f) Tempat penampungan pengungsi/tenda
g) Penyuluh kesehatan lingkungan (PHBS)
Penyelenggaraannya dilakukan sejak sebelum peristiwa keadaan darurat,
bencana dan perpindahan penduduk secara besar-besaran terjadi, terjadinya peristiwa
sampai tahap pasca peristiwa terjadi.
Penyehatan lingkungan darurat pada situasi darurat, kejadian bencana dan
lokasi perpindahan penduduk secara besar-besaran ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Pengawasan dan Perbaikan Kualitas Kesehatan Lingkungan
Upaya ini dilakukan terhadap:
a. Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana dan kualitas air bersih.
Penyediaan air bagi para pengungsi adalah memanfaatkan potensi air yang
ada dilokasi penampungan pengungsi maupun mendatangkan air dari luar daerah
Universitas Sumatera Utara
dengan mobil tangki air atau dengan cara mengalirkan melalui pipa yang
disediakan oleh instansi lain maupun LSM.
Dinas kesehatan kabupaten/kota berkewajiban melakukan pengawasan
dan perbaikan kualitas air yang disediakan bagi pengungsi dengan menggunakan
Penjernih Air Cepat (PAC) sehingga air menjadi jernih dan dilakukan desinfeksi
air dengan menggunakan Aquatab maupun Kaporit dengan dosis sesuai aturan
dan untuk keperluan air minum harus tetap dimasak.
Jumlah air yang disediakan bagi pengungsi sesuai standar adalah:
- Pada hari pertama mengungsi, harus tersedia 5 L/org/hari
- Hari ke dua dst, harus tersedia 20 L/org/hari
b. Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan kotoran (jamban)
Pengawasan terhadap pembuangan kotoran manusia terutama ditujukan
untuk mengurangi pencemaran terhadap sumber/penyediaan air bersih yang ada
dari tinja, sedangkan penyediaan sarana dilakukan dengan membuat sarana
pembuangan kotoran darurat dengan berkoordinasi dengan instansi pekerjaan
umum dan LSM serta melibatkan pengungsi.
Jumlah sarana pembuangan kotoran yang harus disediakan bagi pengungsi
adalah : 1 buah jamban bagi 20-100 orang pengungsi.
c. Pengawasan dan pengendalian pembuangan sampah
Pengawasan terhadap pembuangan sampah dilakukan untuk mengisolir
sampah sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan pengungsi,
Universitas Sumatera Utara
disamping untuk mengurani risiko pencemaran lingkungan dan mengurangi
tingkat kepadatan vektor.
Upaya penyehatan lingkungan darurat yang dilaksanakan adalah
menyediakan tempat sampah yang tertutup yang mudah diangkut, dan membuat
lubang sampah darurat.
Berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab untuk kebersihan
dan LSM serta melibatkan pengungsi, untuk mengangkut sampah lokasi TPA
yang ada.
Tempat sampah di tenda-tenda penampungan hendaknya kedap air, anti
serangga, dan anti tikus, sampah harus tertutup rapat dengan tutup plastik atau
logam. Kapasitas tempat sampah 50-100 liter untuk 25-50 orang. Pembuangan
akhir sampah hendaknya dengan pembakaran atau penanaman.
d. Pengawasan dan pengendalian vektor
Vektor di tempat penampungan pengungsi yang perlu mendapat perhatian
adalah lalat, tikus dan nyamuk. Upaya yang sangat perlu dilakukan oleh instansi
kesehatan adalah perbaikan pembuangan sampah/sisa makanan dan bilaman perlu
dilakukan dengan menggunakan insektisida.
Cara yang paling baik untuk mengendalikan serangga dan tikus adalah
dengan pencegahan melalui kebersihan pribadi, sanitasi, penyaluran air limbah
dan pembuangan sampah yang baik serta penyimpanan makanan dan kebiasaan
penanganan.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman, temasuk pengolahannya
yang disediakan bagi pengungsi bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit melalui makanan/minuman.
Upaya yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan dalam pengolahan
makanan yang memenuhi syarat kesehatan dan dengan cara-cara penanganan
yang benar. Penyimpanan bahan makanan maupun makanan yang matang tidak
menjadi bersarangnya vektor dan bibit penyakit.
f. Sanitasi tempat penampungan pengungsi perlu mendapat perhatian, sehingga
tidak menjadi tempat berkembangnya penyakit yang ditularkan melalui
pernafasan dan udara.
Tempat penampungan minimal harus menyediakan ruang untuk tinggal,
tempat menyimpan barang, privasi dan keamanan emosional. Jenis tempat
penampungan dapat berupa barak atau tenda. Penyediaan tempat penampungan
pengungsi perlu memperhatikan standar minimum, meliputi:
1) Luas tanah:
a) Tempat penampungan (barak) minimum 3,5 m2
b) Tenda dengan ukuran 85 m
/orang
2
2) Fasilitas air bersih dan sanitasi
dapat mengakomodasi 14-25 orang
a) Jamban : 1 (satu) jamban untuk 20 orang
b) Pancuran mandi : 1 (satu) unit untuk 50 orang
c) Jarak maksimum ke jamban : 50 meter
d) Tempat Tandon air : 1 buah untuk 200 orang (71/org/hr)
Universitas Sumatera Utara
e) Jarak tendon air ke jamban: 100 meter
3) Pencahayaan : Cukup
2) Pemberdayaan Masyarakat untuk dapat Menolong Dirinya Sendiri dan Keluarganya
Upaya pemberdayaan masyarakat pengungsi ini ditujukan untuk
meningkatkan peran mereka dalam menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh
mereka sendiri beserta keluarganya dengan cara melibatkan dalam setiap kegiatan
penyehatan lingkungan darurat yang dibangun atau dilaksanakan di tempat
penampungan khusus.
3) Penyuluhan Kesehatan
Kegiatan penyuluhan ini diarahkan untuk mewujudkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat agar pengungsi terhindar dari penularan penyakit baik melalui
air, tangan, serangga maupun tanah, dengan menganjurkan:
a. Peningkatan kebersihan pribadi termasuk kebersihan pakaian dengan
menggunakan sabun.
b. Cuci tangan sebelum makan dan menjamah makanan
c. Cuci tangan setelah buang air besar
d. Membuang sampah pada tempat sampah yang tertutup
e. Minum air yang telah dimasak sampai mendidih
f. Buang kotoran bayi/anak-anak ke lubang WC/jamban
Universitas Sumatera Utara
Upaya penyehatan lingkungan darurat ini tidak hanya dilaksanakan oleh
petugas kesehatan sendiri, melainkan harus bekerjasama dengan lintas program
maupun lintas sektor terkait.
2.4. Profil Dinkes Kabupaten Karo
2.4.1. Visi Misi Dinkes Kabupaten Karo
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2011-2015 adalah
“Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui upaya
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau dan berkesinambungan serta
didukung perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju Indonesia sehat 2015”.
Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan Misi sebagai berikut:
1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau pada individu, keluarga dan masyarakat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dalam lingkungan yang sehat.
3. Menumbuh kembangkan keikutsertaan masyarakat dan swasta dalam
pembangunan berwawasan kesehatan termasuk pendanaan.
Untuk mencapai visi dan misi ditetapkan strategi sebagai berikut:
1. Memantapkan tata kerja dan prosedur kerja
2. Memantapkan ketersediaan sarana penunjang pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan system pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan pencapaian cakupan pemberantasan penyakit
Universitas Sumatera Utara
5. Terlindunginya masyarakat akibat penyakit lingkungan
6. Meningkatkan pencapaian indikator kesehatan dari kesehatan ibu dan anak
7. Meningkatkan pencapaian indikator kesehatan dari program Gizi dan Usila
8. Meningkatkan pencapaian indikator kesehatan dari program PKM
9. Terlindunginya masyarakat dari kemungkinan penyakit dan gangguan kesehatan
akibat obat dan makanan
10. Meningkatnya ketertiban perizinan dan akreditasi sarana yanmed
11. Meningkatkan cakupan perlindungan kesehatan masyarakat melalui JPKM
12. Tersusun dan terlaksananya keserasian pelaksanaan program
13. Meningkatkan secara bermakna usia harapan hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan Kabupaten Karo adalah:
a. Terwujudnya percepatan menuju Kabupaten Karo Sehat 2015
b. Tercapainya kualitas aparatur dan pelayanan yang diharapkan
c. Tercapainya kualitas kesehtan yang optimal secara individu, masyarakat dan
lingkungan
d. Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas demi kesejahteraan masyarakat
e. Terwujudnya mobilisasi dan pembangunan di bidang kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Struktur Dinkes Kabupaten Karo
Gambar 2.1. Struktur Dinkes Kabupaten Karo
Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Karo
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Tugas dan Fungsi Setiap Bidang Dinkes Kabupaten Karo
Tugas Pokok dan Fungsi dalam Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
dapat diuraikan sebagai berikut (Profil Dinkes Kab.Karo, 2012) :
A. Kepala Dinas Kesehatan
Kepala dinas kesehatan mempunyai tugas pokok yaitu:
1. Melaksanakan Tugas berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah (Bupati dan Sekretaris Daerah).
2. Memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pekerjaan yang
diberikan kepada Unsur-unsur dibawahnya (Kepala bagian umum, Kepala bagian
keuangan, Kepala bagian program, dan Kepala bagian lainnya).
Fungsi :
1. Mengadakan Koordinasi, Integrasi, Singkronisasi dan Kolaborasi, baik dalam
Lingkungan Dinas Kesehatan maupun dengan Instansi – instansi lainnya diluar
Dinas sesuai dengan Tugas bagian dan Bidang masing-masing.
2. Mengevaluasi seluruh Program dan kegiatan bagian dan Bidang-bidang di
Lingkungan Kerja Dinas Kesehatan dan Unit-unit Pelaksanaan Teknis Dinas.
3. Memberikan Laporan Kegiatan Program secara berkala kepada Bupati Kepala
Daerah.
4. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Dinas, Kepala Badan, Kepala
Kantor/Instansi terkait di lingkungan kerja Pemerintah Kab. Karo.
5. Melaksanakan Konsultasi dengan Bupati, Wakil Bupati, dan Sekertaris Daerah
atas pelaksanaan kegiatan dilingkungan kerja Dinas Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
B. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok yaitu: merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan
serta aset.
Fungsi :
1. Penyusunan perencanaan anggaran belanja satuan organisasi di lingkuangan
dinas.
2. Pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan dan perlengkapan,
rumah tangga, dokumentasi dan kepustakan.
3. Pelayanan teknis administrasi kepada semua satuan organisasi dinas dalam rangka
pelaksanaan tugas dinas.
4. Pelakasaan koordinasi secara lintas program dan lintas sektor dalam rangka
menggariskan kebijakan di bidang tugasnya.
5. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
administrasi.
6. Pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya sesuai tugas dan kewenangan dinas.
Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Program
Universitas Sumatera Utara
C. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Kepala sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas pokok dan
fungsi yaitu:
Urusan Umum
1. Menyusun perencanaan kebutuhan dan pengelolaan urusan umum rumahtangga
dinas dan UPTnya.
2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian barang inventaris milik dinas,
daerah dan negara.
3. Melaksanakan persiapan rapat-rapat dinas dan arsip serta kehumasan.
4. Melaksanakan penataan administrasi barang inventaris.
5. Melaksanakan pembinaan terhadap petugas kehumasan dan bendahara barang.
Urusan Kepegawaian/Nakes
1. Merumuskan kebutuhan pegawai / nakes pada dinas dan UPTnya.
2. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian/nakes dan penempatannya.
3. Merencanakan peningkatan sumber daya manusia (SDM) nakes melalui
pendidikan dan pelatihan serta kursus-kursus profesi.
4. Merencanakan dan melaksanakan peningkatan kesejahteraan pegawai.
5. Melaksanakan pembinaan disiplin pegawai negeri sipil /nakes secara keseluruhan.
6. Melaksanakan evaluasi kegiatan urusan umum dan kepegawaian.
D. Kepala Sub Bagian Keuangan
Kepala sub bagian keuangan mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu:
1. Membuat perencanaan kebutuhan anggaran dinas kesehatan dan UPTnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Menyusun/merumuskan ramperda retribusi pelayanan kesehatan.
3. Melaksanakan pengelolaan keuangan di lingkungan bagian tata usaha.
4. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan keuangan di lingkungan dinas dan
UPTnya.
5. Melaksanakan penataan dan pelaporan administrasi keuangan.
6. Melaksanakan pengawasan verifikasi administrasi kuangan sesuai dengan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
7. Melakukan konsultasi dengan sekretaris dinas atas pelaksanaan penyusunan
program/perencanaan dan urusan keuangan.
E. Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan (Yankes)
Kepala sub bagian pelayanan kesehatan mempunyai tugas pokok dan fungsi
yaitu: Melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dibidang Pelayanan
Kesehatan
Fungsi :
1. Merencanakan dan merumuskan program yankes di bidang Promosi Kesehatan
dan jaminan pemilihan kesehatan masyarakat.
2. Merencanakan dan merumuskan program farmasi dan alkes.
3. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan.
4. Melaksanakan koordinasi program bimbingan kesehatan masyarakat, Promosi
Kesehatan serta program farmamin dan alkes baik lintas program maupun lintas
sektor.
Universitas Sumatera Utara
5. Melaksanakan penataan sistim informasi kesehatan (SIK) di lingkungan bidang
yankes.
6. Melaksanakan pembinaan dan monitoring mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Puskesmas dan sarana kesehatan lainnya baik pemerintah maupun milik
swasta.
7. Melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan program di lingkungan bidang
Yankesmas.
8. Melaksanakan konsultasi dengan kepala dinas terkait dengan tugas pokok dan
fungsi bidang Yankesmas.
9. Mengambil kebijaksanaan apabila terjadi masalah/kasus di bidang pembinaan
dan pelayanan masyarakat.
10. Melaksanakan fungsi-fungsi lainnya sesuai tugas dan kewenangan dinas.
F. Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok dan
fungsi yaitu: Melaksanakan sebagian tugas kepala dinas kesehatan dibidang
Pemberantasan Penyakit (P2) dan kesehatan lingkungan.
Fungsi :
1. Mengkoordinasikan program P2M-PL secara lintas program maupun lintas sektor.
2. Melakukan pembinaan terhadap wasor di lingkungan P2M-PL.
3. Melakukan penataan sistim informasi manajemen kesehatan (SIK) pada program
P2 Kesling .
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Kesling
Universitas Sumatera Utara
5. Melakukan konsultasi dengan kepala dinas atas pelaksanaan program/kegiatan P2
Kesling
6. Mengambil kebijaksanaan bila terjadi masalah/kasus luar biasa di bidang P2
Kesling.
Bidang P2 Kesling terdiri dari :
1. Seksi Pemberantasan Penyakit (P2)
2. Seksi Kesehatan Lingkungan
G. Kepala Seksi Promkes
Kepala seksi bina PromKes mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu:
1. Merencanakan dan merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan
Promosi Kesehatan dan pesran serta masyarakat secara lintas program dan lintas
sektoral dengan melibatkan langsung unsur masyarakat dalam upaya peningkatan
status derajat kesehatan masyarakat.
2. Menyusun dan merencanakan secara lebih profesional pengelolaan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi seperti
posyandu, dana sehat, pos obat desa, polindes, poskesdes dan lain-lain.
3. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan untuk memotivasi dan mendorong
pembentukan masyarakat untuk berbudaya / berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat.
4. Melakukan advokasi dalam pembuatan kebijakan publik yang memberikan
dampak positif pada pembangunan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan
kelembagaan dan kepesertaan JPKM secara lintas program dan lintas sektor
dengan tujuan dapat memotivasi masyarakat dalam kepersertaan JPKM.
6. Menyusun dan merencanakan secara lebih profesional pengelolaan JPKM
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, efisien dan
efektif serta membina peserta JPKM dan keluarganya dalam rangka meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat.
7. Melakukan advokasi dalam memperoleh persetujuan dan dukungan terhadap
kegiatan kelembagaan dan kepesertaan JPKM bagi masyarakat secara luas.
8. Membuat pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa dalam bidang promosi
kesehatan.
9. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala dinas
kesehatan.
H. Kepala Seksi Bidang Farmasi dan Alkes
Kepala seksi bidang farmasi dan alkes mempunyai tugas pokok dan fungsi
yaitu:
1. Membuat perencanaan dan merumuskan program Farmamin, dan Alkes.
2. Melaksanakan Pembinaan terhadap Program Farmamin dan Alkes.
3. Melakukan Pengawasan dan pengendalian kepada Fasilitas dan Pengelolaan
Kefarmasian, Makanan, Minuman dan peralatan Kesehatan.
4. Melaksanakan Pendataan, Registrasi dan perijinan pada fasilitas farmasi, Rumah
makan/Industri, Rumah Tangga, PDAM/industri air minum dan Alat Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengkoordinasikan Program Farmasi dan Alkes baik Lintas Program maupun
Lintas Sektor.
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program Farmamin dan Alkes
7. Melaksanakan konsultasi dengan kepala bidang Yankesmas atas pelaksanaan
kegiatan farmamin dan alkes.
8. Membuat pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa di bidang farmasi dan
alkes.
9. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Yankesmas maupun oleh Kepala Dinas Kesehatan.
2.5 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
- Kebijakan - Tenaga Kesehatan - Metode - Dana - Sarana dan Prasarana
Perencanaan Pengorganisasian Pemantauan dan
Evaluasi
Penerapan PHBS
Kedaruratan
Input
Proses
Out Put
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kerangka penelitian ini di
lakukan berdasarkan metode input, proses dan output manajemen promosi kesehatan
khususnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada masa tanggap darurat
erupsi Gunung Sinabung tahun 2014 yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Karo.
Adapun yang dinilai dari komponen input meliputi:
1. Kebijakan adalah seluruh aktivitas pemerintah yang dilakukan oleh badan/ kantor
pemerintah, secara langsung ataupun tidak langsung, dan berpengaruh pada
masyarakat/ individu/kelompok.
2. Tenaga Kesehatan merupakan komponen yang diperlukan dalam mewujudkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kondisi tanggap darurat bencana.
3. Metode dan Media. Metode adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan
Promosi Kesehatan PHBS. Sedangkan media adalah suatu alat atau bahan yang
digunakan selain metode dalam menyampaikan pesan-pesan promosi kesehatan.
Metode dan media yang dipilih harus disesuaikan dengan kelompok sasaran yang
dituju dengan mempertimbangkan perilaku, budaya atau kebiasaan mereka agar
keberhasilan dari Promosi Kesehatan tersebut tercapai.
4. Dana merupakan kebutuhan finansial untuk suatu program atau kegiatan yang
ingin dilaksanakan. Kebutuhan dana ini sangatlah penting dalam melancarkan
promosi kesehatan PHBS yang dirancang.
5. Sarana dan Prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai
alat dalam mencapai maksud atau tujuan yang bisa berupa alat atau media.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu penunjang utama terselenggaranya
suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
Yang dinilai dari komponen proses meliputi:
1. Perencanaan adalah suatu proses penganalisaan dan pemahaman dari suatu
sistem, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memperkirakan
kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan rencana kerja yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus tersebut,
menganalisa efektifitas dari pelbagai rencana kerja ini, memilih satu diantaranya
yang dipandang paling baik, menyusun perincian dari rencana kerja terpilih secara
lengkap agar dapat dilaksanakan, dan mengikatnya dalam suatu sistem
pengawasan yang terus menerus dalam rangka dapat dicapainya hubungan
optimal antara rencana kerja itu dengan sistem yang ada.
2. Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan
wewenang seseorang, dan pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan.
3. Pemantauan Penggerakan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan aktivitas mempengaruhi orang lain agar mereka suka melaksanakan
usaha-usaha kearah pencapaian sasaran/tujuan administrasi.
4. Evaluasi adalah suatu tindakan yang dilakukan melalui proses pemantauan
sehingga menghasilkan suatu hal yang dibandingkan dengan rencana kerja.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang dinilai dari komponen output berupa keberhasilan program
PHBS dinilai dari PHBS dilapangan dan targetnya yaitu penurunan angka kesakitan
dan tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Universitas Sumatera Utara
top related