bab 3 analisis semiotik naskah “mencari taman” … drama... · ini adalah mainan-mainan kasih...
Post on 01-Feb-2018
338 Views
Preview:
TRANSCRIPT
25 Universitas Indonesia
BAB 3
ANALISIS SEMIOTIK NASKAH “MENCARI TAMAN”
3.1 Pengantar
“Mencari Taman” bercerita tentang seorang anak bernama Kasih. Ia
tinggal di sebuah kota yang sangat maju. Kota ini dideskripsikan sebagai kota
yang padat penduduk, memiliki kegiatan industri modern yang mengakibatkan
polusi, dan pihak berkuasa di sana menindas pihak yang lemah. Naskah yang
terdiri dari empat babak ini memiliki tokoh utama bernama Kasih. Di adegan awal
dideskripsikan Kasih sedang bersiap-siap untuk tidur. Ia ditemani kedua orang
tuanya. Mereka bertiga dalam kondisi tidak sehat karena penyakit batuk yang tak
kunjung sembuh. Kasih dan anak-anak lain yang tinggal di kota itu tidak bisa
bermain bebas karena orang tua mereka selalu memaksa mereka tetap berada di
kamar. Hal ini sebenarnya demi kebaikan anak-anak itu sendiri karena keadaan
kota itu membahayakan Kasih dan teman-temannya.
Keadaan buruk ini disebabkan oleh adanya modernisasi yang tidak
memperhatikan keadaan alam dan lingkungan sekitar. Kendaraan bermotor dan
pabrik-pabrik telah menimbulkan suara bising dan asap kotor yang mencemari
udara. Kereta api, mobil, kapal terbang, raksasa hitam (yang dalam konteks cerita
ini diumpamakan hidup dan muncul sebagai tokoh cerita) sering bertindak
seenaknya menimbulkan kerusakan alam. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi
masyarakat yang miskin sehingga mereka tidak mempunyai kemampuan untuk
pergi berobat saat mereka sakit.
Kasih lalu diajak oleh teman-temannya untuk pergi mencari sebuah taman
yang dapat memberi mereka ruang untuk bermain. Teman-teman dalam konteks
ini adalah mainan-mainan Kasih yang hidup menjadi tokoh cerita. Mereka adalah,
boneka, beruang, jerapah, kelinci, dan kancil. Mereka berdelapan kemudian
mengajak anak-anak lain di kota itu untuk pergi bersama mencari taman impian.
Bersama bulan (yang dalam konteks ini juga diumpamakan hidup dan muncul
sebagai tokoh cerita) mereka menari dan menyanyi gembira sampai akhirnya
berhasil menemukan taman yang mereka cari, Taman Sukrasana.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
26
Saat Kasih dan teman-temannya tiba ternyata para penghuni Taman
Sukrasana telah bersiap menyambut mereka. Tokoh-tokoh yang menjadi
penduduk asli Taman Sukrasana disebut dengan nama Penghuni Rimba. Setelah
saling berkenalan mereka langsung bergembira bersama. Mereka bernyanyi
sambil bermain berbagai jenis permainan anak yang dapat dilakukan di alam
terbuka, permainan-permainan yang tidak mungkin dilakukan di kota tempat
tinggal mereka dulu. Sementara anak-anak itu bergembira, orang tua mereka
justru merasakan sebaliknya. Para orang tua panik dan khawatir dengan
keberadaan anak mereka sehingga orang-orang ini mencari anak-anak itu dibantu
oleh tokoh-tokoh lain. Tokoh-tokoh tersebut adalah mobil polisi, mobil pemadam
kebakaran, dan ambulance.
Atas informasi dari bulan akhirnya Kasih tahu bahwa taman yang indah ini
bernama Taman Sukrasana. Diberi nama seperti itu karena Sukrasanalah yang
memindahkannya dari Suargaloka ke Bumi. Sukrasana adalah raksasa kecil
bermuka buruk dan baik hati. Bulan lalu memberi informasi bahwa orang tua
Kasih juga orang tua teman-teman Kasih sedang dalam perjalanan mencari
mereka dan akan segera tiba di Taman Sukrasana. Esok paginya Kasih dan teman-
temannya mempersiapkan diri menyambut orang tua mereka. Anak-anak ini
mandi bersama Bidadari lalu menunggu rombongan itu di gapura taman.
Pertemuan ini terjadi dengan penuh suasana gembira sekaligus mengharukan.
Rombongan para orang tua pun setuju saat diajak untuk ikut tinggal di Taman
Sukrasana dan hidup bersama dengan rukun.
Sayang, kebahagiaan itu hanya terjadi sesaat karena tiba-tiba para hewan
dan Penghuni Rimba di sana tewas berlumuran darah. Mereka ditembaki oleh
angkatan perang yang merupakan bagian dari penduduk kota. Di tengah
kepanikan itu, muncul tokoh pedagang, rombongan pekerja pabrik, kereta api,
mobil, dan pesawat terbang yang menyanyikan lagu mars mereka dengan gembira
dan penuh kepuasan. Terakhir, muncullah Raksasa Hitam yang membuat orang-
orang yang masih hidup lari ketakutan menyelamatkan diri. Raksasa ini kemudian
memakan mayat-mayat binatang yang masih tergeletak di Taman Sukrasana.
Babak terakhir mendeskripsikan adegan yang sama seperti adegan awal.
Kasih ditemani kedua orang tuanya sedang berada di kamar dan bersiap untuk
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
27
tidur. Mereka menderita penyakit batuk dan wajah mereka terlihat pucat. Saat
orang tuanya pergi, Kasih berjalan ke arah jendela dan mendengar nyanyian yang
entah dari mana asalnya. Lagu itu adalah lagu yang ia dan teman-temannya
nyanyikan saat dulu bersama-sama mencari Taman Sukrasana. Anak-anak lain
pun pergi menuju jendela kamar mereka masing-masing. Dengan wajah pucat
mereka berharap lagu penuh harapan itu akan memberi mereka keajaiban untuk
lepas dari situasi ini. Akan tetapi sampai nyanyian itu hilang tidak terjadi apapun.
Anak-anak itu akhirnya hanya bisa pasrah dengan keadaan yang terjadi.
“Mencari Taman” adalah naskah yang terbagi menjadi empat babak.
Babak pertama yang terdiri dari sembilan belas adegan menceritakan perjuangan
Kasih dan teman-temannya. Mereka pergi dari kota tempat tinggal mereka dan
pindah ke Taman Sukrasana. Babak kedua berisi tentang kepanikan para orang tua
saat menyadari anak-anak mereka menghilang. Para orang tua ini kemudian
mencari anak-anak mereka dengan bantuan tokoh-tokoh lain. Babak ini terdiri dari
lima belas adegan. Dua belas adegan di babak ketiga berisi pertemuan orang tua
dan anak-anak mereka di Taman Sukrasana. Babak ini diakhiri dengan
terbunuhnya hewan-hewan dan rusaknya alam di Taman Sukrasana akibat orang-
orang yang ingin menguasai tempat itu. Di babak terakhir, deskripsi adegan
kembali seperti pada babak pertama (alur spiral) dan terbagi dalam tujuh adegan.
Adegan-adegan ini berupa dialog antartokoh, lagu-lagu yang dinyanyikan, dan
deskripsi adegan. Gaya bahasa dalam naskah ini adalah gaya bahasa yang mudah
dimengerti oleh anak karena kata-kata yang digunakan sering dipakai sehari-hari.
Dialog tokoh-tokohnya banyak berupa nyanyian dan syair lagunya memiliki rima
dengan pola-pola tertentu.
Semiotika teks drama mendasarkan analisisnya pada tiga unsur, yaitu
konstruksi karakter (tokoh), alur, dan dialog.1
1 Aston and Savona, Theatre as a Sign S ystem: A Semiotics of Text and Performance,
(London: Routledge, 1991), hlm.15-70 dikutip oleh Nur Sahid, Semiotika Teater ( Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 2004) hlm. 30
Akan tetapi, dalam naskah
“Mencari Taman” ada unsur lain yang juga dapat dijadikan sebagai tanda, yaitu
latar. Latar turut dikategorikan sebagai tanda karena memiliki makna konotatif
yang membantu dalam upaya penyampaian gagasan. Berikut ini akan dibahas
tanda-tanda berkonotasi yang ada di dalam naskah “Mencari Taman.” Setelah
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
28
tiap-tiap tanda ini dianalisis, semuanya akan dikaitkan dengan gagasan-gagasan
yang ada dalam naskah “Mencari Taman.”
3.2 Gagasan dalam Naskah Drama “Mencari Taman
Setelah membaca naskah “Mencari Taman” secara utuh dan mendalam,
ternyata ada empat gagasan yang terdapat di dalamnya. Pertama, Noorca ingin
menunjukkan bahwa orang tua selalu berusaha melakukan hal yang terbaik untuk
anaknya. Meski tindakan mereka seolah tidak memperhatikan kebutuhan anak-
anak, sebenarnya justru itu dilakukan demi kepentingan anak mereka sendiri.
Kedua, pengarang ingin menunjukkan bahwa persahabatan merupakan hal penting
dalam kehidupan. Dalam cerita ini Kasih ditolong oleh sahabat-sahabatnya untuk
mendapatkan tempat yang dapat memberikan kenyamanan untuk mereka bermain.
Ketiga, Noorca ingin menunyampaikan bahwa kebutuhan anak adalah rasa
aman, bahagia, dan tenang. Perasaan-perasaan ini dapat tumbuh dalam lingkungan
yang mendukung, seperti lingkungan yang sehat, bersih, dan memungkinkan
mereka untuk bebas bermain. Akan tetapi, seringkali lingkungan tercemari oleh
efek negatif modernisasi. Hal ini berkaitan dengan gagasan keempat, yaitu sumber
daya alam yang dimanfaatkan secara tidak bijaksana untuk kegiatan modernisasi
akan memberikan kerugian bagi kelangsungan makhluk hidup di dalamnya. Oleh
karena itu, modernisasi yang terjadi harus diimbangi dengan pelestarian alam.
Keempat gagasan itu akan disampaikan Noorca melalui tanda-tanda yang menjadi
pembentuknya. Berikut adalah proses analisis tanda-tanda tersebut.
3.2.1 Gagasan 1: Orang tua selalu berusaha melakukan hal terbaik
untuk anak
Dalam cerita ini orang tua Kasih banyak memberi larangan pada
anaknya untuk bermain bebas di luar. Larangan dari orang tua juga diterima
oleh anak-anak lain di kota tempat tinggal Kasih. Meski begitu, larangan ini
sebenarnya merupakan wujud kasih sayang dan kepedulian para orang tua
kepada anak-anak mereka. Para orang tua ini tidak ingin anak mereka
terluka/ sakit akibat lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat. “Jangan buka jendela kalau siang.” “Banyak debu di luar.”
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
29
“Jangan main di jalanan, bisa mati kamu.” “Lihat ke langit, langit mendung.” “Banyak asap kotor, tutup hidung kamu.” “Pokoknya harus tinggal di rumah terus.” “Tak usah minta jajan, mengerti?” “Jangan main sama si anu, dia penyakitan.” “Rumahnya penuh kuman, jangan ke sana.” “Baru tadi siang ada yang ketabrak mobil.” “Tutup jendela, malam-malam melamun.” “Siapa bilang boleh jalan kaki, hah?” “Tutup kuping kamu kalau ada kapal, budek.”
(Massardi “Mencari Taman” 2000: 17)
Dalam menyampaikan gagasan ini, Noorca menggunakan beberapa
tanda, yaitu tokoh Kasih, Bulan, Bintang, Matahari, Raksasa, dan mobil-
mobil bersirine.
3.2.1.1 Kasih
Tokoh Kasih merupakan sentral cerita yang juga menjadi
representasi nasib anak-anak di dalam naskah “Mencari Taman”. Ia
dideskripsikan sebagai anak perempuan baik hati, lembut, dan penyabar.
Kata kasih berarti ‘perasaan sayang’ (KBBI, 2007: 512). Tokoh Kasih
memang merupakan cerminan dari seorang anak yang dilimpahi kasih
sayang oleh orang tuanya. Namaku Kasih Papa mama yang beri Bajuku manis Ini mama yang beli Boneka cantik Jerapah dan Kasimir Beruang kelinci Ini papa yang beli Kamarku bagus Tetapi selalu berdebu Hatiku pilu Karena di rumah selalu (Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 9) Kasih adalah sebuah ekspresi (E1) dan ‘perasaan sayang’ adalah
sebuah content (C1). Ini merupakan penafsiran dalam sistem primer. Saat
masuk ke dalam penafsiran sistem sekunder, C1 di atas akan berubah
menjadi tanda baru yang disebut sebagai E1. Perasaan sayang sebagai E1
kemudian disignifikasi menjadi hal-hal yang berkaitan dengan tanda itu
sendiri. Perasaan sayang merupakan suatu bentuk emosi seseorang
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
30
terhadap orang lain. Hal ini membuat seseorang ingin hal yang ia sayangi
dalam keadaan aman. Perasaan sayang terhadap seseorang/sesuatu
menunjukkan bahwa ada kelebihan pada orang/hal yang disayangi itu.
Oleh karena itu, perasaan sayang memiliki C2
Dari kamar lain, papa dan mama yang baik mendatangi Kasih, dibelainya anak itu yang segera merengek memohon perlindungan, sementara kedua orang tua itu pun tak luput dari serangan batuk yang sulit dicegah.
‘sesuatu yang
menyenangkan’, ‘ingin melindungi dan dilindungi’, ‘sesuatu yang dapat
dibagi kepada orang lain’, dan ‘semangat hidup’.
Papa : Tidurlah, sayang. Malam sudah larut benar. Papa dan Mama juga mau bobo. Bobo ya, sayang. Nanti Kasih sakit.
Kasih : Tapi Kasih tidak bisa bobo. Di luar ribut sekali, Papa. Kasih jadi sakit (Kasih batuk). Tuh, kan, Kasih sudah sakit ya, Ma?
Mama : Tidak apa-apa, sayang. Makanya jangan lagi buka jendela kalau siang. Banyak debu dan asap di luar. Kasih kan bisa main di kamar sama Beruang, Jerapah, Boneka, dan siapa lagi , sayang?
(Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 3)
Berbagai C2
Berdasarkan konteks cerita, C
yang muncul kemudian dikaitkan lagi dengan konteks
cerita dalam teks. Di naskah ini, tanda Kasih merupakan nama seorang
anak perempuan yang menjadi pusat cerita. Ia dan teman-temanya
berjuang mencari tempat tinggal baru agar mereka terbebas dari segala
keterbatasan. Keterbatasan di sini maksudnya adalah hal-hal yang tidak
bisa mereka lakukan sebagai anak kecil karena kondisi lingkungan yang
tidak memungkinkan. Misalnya bermain sepeda, jalan-jalan, bermain bola,
dll. Anak-anak lain di kota itu pergi mengikuti Kasih karena berharap
dapat menemukan tempat baru yang sesuai dengan impian mereka.
2 yang muncul adalah ‘sesuatu yang
dicintai dan butuh perlindungan’ dan ‘sebuah harapan’. Pengarang
menggunakan tanda anak perempuan bernama Kasih sebagai alat untuk
menunjukan sesuatu yang dicintai dan dibutuhkan namun berada dalam
posisi lemah dan tak berdaya. Kasih kemudian membangkitkan harapan
anak-anak yang senasib dengan cara menemukan Taman Sukrasana.
Berdasarkan signifikasi yang muncul dalam sistem sekunder, dapat dilihat
bahwa konflik yang muncul diawali dengan kondisi suatu pihak yang
terposisikan tidak berdaya karena situasi tertentu di luar kendalinya. Tanda
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
31
ini (Tokoh Kasih) kemudian bergerak mengikuti alur cerita berjuang
melawan keadaan tersebut.
Sistem
Primer
E1 Kasih.
R1
C1 ‘Perasaan sayang.’ E2 Sistem
Sekunder R2
‘Sesuatu yang dicintai dan butuh perlindungan.’
‘Sebuah harapan’. C2
3.2.1.2 Bulan, Matahari, Bintang
Dalam signifikasi tahap primer, bulan berarti ‘benda langit yang
mengitari bumi, bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’
(KBBI, 2007: 173); bintang ‘benda langit terdiri atas gas menyala seperti
matahari, terutama tampak pada malam hari’ (KBBI, 2007: 154); dan
matahari ‘benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang
mendatangkan terang dan panas pada bumi di siang hari (KBBI, 2007:
722).
Berdasarkan pengartian di atas, ketiga benda langit yang menjadi
tanda tersebut sama-sama mampu menerangi sesuatu dengan cahayanya
atau cahaya yang dipantulkannya. Kata cahaya itu sendiri sebenarnya
dapat pula menjadi sebuah tanda berkonotasi. Cahaya merupakan sesuatu
yang terang dan mampu menerangi keadaan yang gelap. Keadaan gelap
adalah keadaan yang menyulitkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Ketika
ada cahaya, keadaan gelap tersebut akan berubah menjadi terang dan
memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Cahaya dalam hal ini
membantu seseorang untuk tahu apa yang harus ia lakukan sehingga orang
itu merasa lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, cahaya memiliki
C2
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa bulan,
matahari, dan bintang yang memancarkan/memantulkan cahaya
merupakan tanda yang digunakan pengarang untuk menjadi tokoh yang
‘petunjuk’, ‘jalan’, ‘kesenangan’, atau ‘suatu solusi atas sebuah
masalah.’
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
32
memberikan kemudahan bagi tokoh-tokoh lain yang mengalami kesulitan.
Kehadiran ketiga tokoh ini memberikan rasa aman, kesenangan, dan solusi
bagi Kasih dan teman-temannya. Mereka bertiga memiliki C2
Bulan : Baiklah anak-anak, mau menyanyi apa sekarang?
‘pelindung,
penghibur, tempat mengadu, dan pemberi solusi dalam masalah.’
Semua : Lagu yang gembira, dong. Bulan bisa nyanyi? Bulan : Tentu saja saya bisa menyanyi. Tapi mungkin tidak sebagus nyanyian
Kasih tadi. Bukankah setiap malam saya menyanyi bersama bintang- bintang? Nah, sekarang saya yang memimpin. Tapi kalian jangan marah lagi. Ikuti saya setiap satu bait. Oke?
Semua : Oke! Ayo mulai! Bulan : Anakku yang kusayangi
Apa yang kau tangisi Mari kita bersama menyanyi Lagu yang menarik hati
Semua : (Sambil menari dan berjalan mendatangi rumah anak-anak) Anakku yang kusayangi Apa yang kau tangisi Mari kita bersama menyanyi Lagu yang menarik hati
Bulan : Sakitmu tak seberapa Tak usah kau berduka Mari kita bersama tamasya Menghibur hati yang luka
Semua : Sakitmu tak seberapa Tak usah kau berduka Mari kita bersama tamasya Menghibur hati yang luka
Bulan : Ayo lanjutkan dengan kata-kata yang lain! Semua : Anak-anakku yang lucu
Jangan malu-malu Kita semua bersatu Tanpa rasa ragu-ragu
(Massardi “Mencari Taman” 2000: 21-22) Bulan juga dikisahkan memberi nasihat-nasihat pada Kasih saat
anak itu mengadukan nasibnya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Kasih : Tapi di manakah letaknya Suargaloka itu, Bulan? Bulan : Suargaloka itu adanya di atas langit yang ke tujuh. Kasih : Ooo, jauh sekali kalau begitu. Bulan : Ya, lebih tinggi dari Bulan. Kasih : Apakah Kasih boleh pergi ke sana? Bulan : O, tentu saja, anak manis. Setiap orang juga boleh pergi ke sana. Asal
dia orang baik, berbakti kepada orang tua, serta berilmu tinggi. Kasih : Dan apakah Kasih sudah jadi orang baik, Bulan? Bulan : Kasih memang anak baik tapi Kasih belum berilmu tinggi. Itu
sebabnya Kasih harus sekolah yang rajin dan berdoa kepada Tuhan. Kasih : Tuhan? Siapakah Tuhan itu, Bulan? Bulan : Tuhan adalah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh alam
semesta yang lain. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45-46)
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
33
Hal ini terjadi juga di adegan lain yang diwakili dengan tokoh
Bintang-bintang. Tapi rombongan Bintang yang tadi diam saja kini bergoyang di langit malam. Mereka menyanyi meninabobokan Bulan serta sekalian alam. Adalah engkau tahu Kapan Tuhan menciptakan Seru sekalian alam Adakah langit tahu Kapan Tuhan menciptakan Matahari, bulan, dan bintang Adakah, adakah Adakah engkau pun tahu Kapan Tuhan menciptakan Bumi dan segala insan Adakah ada yang tahu Kapan Tuhan menciptakan Tujuh hari tujuh malam Adakah, adakah Sedang segera serba gelap Sedang semesta masih senyap Sedang insan tertidur lelap Adakah engkau adakah Tahukah engkau tahukah Tuhan ada di segala Tuhan ada di segala (Massardi “Mencari Taman” 2000: 49-50) Matahari tidak melakukan interaksi langsung dengan Kasih dan
teman-temannya. Ia hanya berperan menggantikan Bulan menjaga anak-
anak itu saat siang hari. Sementara itu tanpa mereka sadari bulan sudah semakin menjauh dari
tempat mereka. Hari sudah menjelang pagi ketika bulan harus membagi tugas dengan matahari yang dari jauh sudah tersenyum-senyum kepada bulan. Dan semua penghuni taman satu demi satu jatuh tertidur. Mereka begitu letih dan begitu gembira nampaknya sehingga bulan tak berani mengganggu mereka untuk berpamit. Dan ketika bulan hendak menyingkir, dari balik bukit matahari memanggil.
Matahari : Hai! Bulan : (Berbalik) Hai! Matahari : Apa kabar, Bulan? Bulan : Kabar baik. Kamu rajin sekali, ya, pagi-pagi sudah keluar. Matahari : Ah, itu kan sudah biasa. Dan kamu, kenapa letih sekali
tampaknya? Bulan : Tadi malam saya tidak bisa tidur. Saya menyanyi bersama
anak-anak. Lihatlah di taman itu. Mereka capek sekali. Matahari : Sekarang mau kemana kamu? Bulan : Saya mau tidur dulu. Nah, tolong jaga baik-baik anak itu.
Tapi jangan dipanasi lama-lama. Kasihan.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
34
Matahari : Tentu, tentu, mereka anak-anak baik kelihatannya. Bulan : Ya, mereka memang anak-anak baik. Matahari : Siapa orang tuanya? Bulan : Orang tua mereka ada di kota. Mereka tidak betah tinggal di
sana. Dan sekarang mereka baru merdeka. Jauh dari segala larangan. Nah, sampai ketemu lagi!
Matahari : Jangan lupa, nanti malam dandan yang rapi, ya! Bulan : O, iya dong. Dah…! Matahari : Dah… Maka bulan pun pergi. Kini matahari mengganti. Burung-burung mulai bernyanyi, menyambut pagi hari, ayam berkokok berganti-ganti. Dan anak-anak tidur, sampai nanti (Massardi “Mencari Taman” 2000: 28-30). Karena ketiga tokoh ini memiliki sifat dan peranan yang sama
dalam cerita, signifikasinya pun tidak dilakukan satu persatu. Jika
dirangkum, signifikasi ini akan tampak seperti dalam tabel berikut.
3.2.1.3 Raksasa hitam
Pengarang menggunakan tanda raksasa hitam sebagai tokoh
antagonis. Raksasa dalam sistem primer berarti ‘makhluk yang menyerupai
manusia, konon berbadan tinggi besar’ (KBBI, 2007: 923). Dalam “Mencari
Taman” kemunculan tokoh ini selalu didahului oleh kemunculan empat
tokoh antagonis lainnya, yaitu Pedagang Pabrik, Kereta, Mobil, dan Kapal
Terbang (empat tokoh ini pun selalu muncul berurutan).
Di dalam kehidupan nyata, pabrik, kereta, mobil, dan kapal terbang
memiliki beberapa kesamaan, yaitu sama-sama menghasilkan polusi udara
dan menjadi salah satu penanda sebuah modernisasi. Sama-sama
menghasilkan polusi udara maksudnya adalah dalam proses operasionalnya,
keempat hal ini mengeluarkan asap yang mampu mencemari kebersihan
udara. Asap seperti ini identik dengan hal yang kotor, tidak sehat, dan
Sistem
Primer
E1 Bulan, matahari, dan bintang.
R1
C1 ‘Benda langit yang memiliki kemampuan menerangi sesuatu dengan cahayanya sendiri atau cahaya yang dipantulkannya.’
E2 Sistem
Sekunder R2
‘Pelindung, penghibur, dan tempat mengadu.’ ‘Pemberi solusi dalam sebuah masalah.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
35
berwarna hitam. Hal ini merupakan hal yang ingin ditampilkan dalam
“Mencari Taman.”
Raksasa merupakan tokoh dongeng yang dideskripsikan sebagai
sesuatu yang besar, jahat, jelek, dan menakutkan. Sifat-sifat ini dapat
disetarakan dengan sifat asap dengan konteks di atas. Jadi, tanda raksasa
pada “Mencari Taman” ketika disignifikasi tahap sekunder memiliki C2
Kapal terbang menghilang, suaranya berkumandang bercampur dengan suara pabrik, kereta api, dan mobil. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi berdebum. Itulah langkah raksasa hitam yang berbadan tinggi besar dan kepalanya menyundul awan.
‘asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan’.
Bum bum bum bum Bumi gonjang-ganjing Segera ombak-ombakan Bum bum bum Asap menggelembung Bikin awan jadi mendung Bum bum bum bum Akulah raksasa hitam Di panggung udara kelam Bum bum bum bum Awas lubang hidung Nanti bisa sakit jantung Bum bum bum bum Aku ada di lautan Di udara dan daratan Bum bum bum bum Bumi gonjang-ganjing Segera ombak-ombakan Bum bum bum bum Akulah raksasa hitam Di garang jelaga hitam Bum bum bum bum (Massardi “Mencari Taman” 2000: 35-36)
Dalam “Mencari Taman,” Raksasa Hitam berperan sebagai tokoh
yang kehadirannya ditakuti oleh orang-orang, terutama para orang tua. Saat
Raksasa Hitam muncul, para orang tua berusaha melindungi anak mereka
dengan cara meminta anak-anak itu berlari menghindar dan menutup hidung.
Hal ini memperkuat alasan bahwa memang benar bahwa Raksasa Hitam
merupakan tanda yang mengacu pada asap polusi.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
36
Rombongan kapal terbang pun hilang di balik awan. Kemudian terdengar bunyi langkah raksasa hitam di kejauhan dengan bunyi lagunya.
Bum bum bum bum Bumi gonjang ganjing
Ketika bunyi itu terdengar, orang-orang di taman yang sejak tadi diam
saja tiba-tiba terperanjat. Serentak mereka memekik dan berteriak-teriak ketakutan, juga anak-anak. Dan ketika raksasa hitam yang kepalanya menyundul awan itu muncul, kontan saja mereka semua pada kalang kabut. Orang tua semua menyelamatkan anaknya masing-masing. Mereka berlarian hiruk pikuk dan lintang pukang sambil berteriak-teriak dan menjerit-jerit dengan panik luar biasa.
“Lari-lari! Ayo lari…! Tutup hidung kalian! Tutup hidung! Ayo
berlindung! Awas hidung kalian! Kasiiihhhh…! Awas bisa sakit jantung! Hati-hati-hati paru-paru kalian!
Lalu orang-orang pun menghilang dan taman itu jadi sunyi. Raksasa hitam itu pun pergi sambil memakan mayat-mayat binatang di taman itu sampai bersih. Taman itu kini benar-benar menjadi sunyi dan senyap. Seperti daerah yang habis terkena wabah. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 64-65)
Sistem
Primer
E1 Raksasa Hitam.
R1
C1 ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’
E2 Sistem
Sekunder R2
‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, dan ‘hal yang menakutkan’.
C2
Raksasa dalam naskah ini merupakan tanda yang digunakan
pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang sifatnya negatif. Pemilihan
tanda raksasa memudahkan anak sebagai pembaca karena tokoh ini sering
muncul dalam cerita-cerita dongeng sebagai tokoh antagonis. Misalnya
dalam cerita rakyat “Timun Mas”2 dan “Magnus si Penguasa”.3
2 Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, ed. Sumbi Sambangsari (Jakarta, 2008), hlm.102.
Raksasa
dalam cerita “Timun Mas” dikisahkan sebagai tokoh jahat yang ingin
memakan gadis kecil bernama Timun Mas. Berkat bantuan penangkal dari
Dewata akhirnya Timun Mas dapat menyelamatkan diri dan raksasa
tersebut mati tenggelam dalam lumpur. Cerita “Magnus si Penguasa”
mengisahkan seorang raksasa egois bernama Magnus. Ia tinggal di perut
3 Kumpulan Dongeng Dunia, ed. Widya Kirana (Jakarta, 2008), hlm.72.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
37
bumi dan berkuasa di sana. Ia selalu bersikap semena-mena terhadap
orang-orang kerdil yang bekerja melayaninya.
Raksasa dalam “Mencari Taman” juga dideskripsikan sebagai
tokoh yang memiliki karakter antagonis. Akan tetapi, raksasa di sini tidak
hanya sekedar menjadi tokoh, ia juga merupakan sebuah tanda atas suatu
hal yang ingin disampaikan pengarang. Seperti dalam uraian di atas,
raksasa di sini diguakan sebagai alat untuk mendeskripsikan asap tebal
dari polusi yang dihasilkan pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor.
3.2.1.4 Mobil Polisi, Mobil Pemadam Kebakaran, dan Ambulance
Dalam naskah “Mencari Taman,” ketiga tokoh ini adalah tokoh-
tokoh yang membantu para orang tua mencari anak-anak mereka yang
hilang. Dengan sirine mereka muncul dan membuat iring-iringan yang
menggemparkan kota. Mereka dan para orang tua kemudian menemukan
anak-anak yang hilang tersebut di Taman Sukrasana. Dalam lapis denotasi,
kata-kata di atas memiliki C1
Berdasarkan hubungan itu, saat masuk ke dalam tataran sekunder
akan muncul C
‘kendaraan-kendaraan yang muncul untuk
mengatasi suatu masalah tertentu.’ Mobil polisi adalah kendaraan yang
digunakan oleh sekelompok orang yang bertugas menegakkan hukum,
mobil pemadam kebakaran digunakan untuk memadamkan api, dan
ambulance digunakan untuk membawa orang yang membutuhkan bantuan
medis. Ketiga kendaraan ini sama-sama memiliki sirine sebagai penanda
darurat. Oleh karena itu, kendaraan jenis ini bisa mendapatkan prioritas
saat sedang berada di jalan umum. Kehadirannya mengisyaratkan ada
sebuah situasi darurat yang sedang terjadi.
2 ‘terjadi sebuah situasi darurat’, ‘sekelompok orang
dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan,’
‘sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak’, ‘sesuatu yang
bersuara bising dan dapat menimbulkan kepanikan’, ‘sesuatu yang
memiliki akses cepat di dalam berlalu lintas.’ Berdasarkan konteks cerita
secara utuh, kelima tokoh ini menjadi pihak yang berperan mencari Kasih
dan teman-temannya. Kelima tokoh ini akhirnya berhasil menemukan
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
38
mereka di Taman Sukrasana. Karena memiliki peranan dan karakter yang
sama, ketiga tanda ini diaggap menjadi satu tanda saat masuk dalam
signifikasi tahap sekunder. Signifikasi itu dapat dilihat dalam tabel berikut.
3.2.1.5 Gagasan 1 (orang tua selalu berusaha melakukan hal terbaik
untuk anak) dan Tanda-tanda Pembentuknya
Fokus cerita “Mencari Taman” terdapat pada permasalahan yang
dialami tokoh anak-anaknya. Dalam cerita ini dikisahkan anak-anak di
kota merasa tertekan dengan larangan-larangan orang tua yang membatasi
kebebasan mereka. Anak-anak tidak bisa lagi melakukan kegiatan-
kegiatan yang selayaknya dilakukan anak kecil, seperti berjalan-jalan di
luar rumah atau bermain sepeda. Hal ini karena keadaan lingkungan di luar
rumah sangat tidak mendukung. Banyak kendaraan tidak tertib dalam
berlalu lintas dan udara tercemar akibat polusi asap pabrik dan kendaraan.
Sebenarnya larangan-larangan yang disampaikan para orang tua
merupakan wujud kasih sayang dan kepedulian mereka terhadap anak-
anak. Mereka tidak ingin anak-anak yang mereka cintai terluka/ sakit.
Melalui cerita ini Noorca ingin menyampaikan gagasan bahwa orang tua
selalu berusaha memberikan hal terbaik bagi anak-anak.
Dalam memberikan gagasan pertama ini Noorca menggunakan
beberapa tanda sebagai alat bantunya. Tanda pertama adalah penggunaan
nama Kasih sebagai tokoh sentral dalam cerita. Kata Kasih dalam sistem
sekunder dapat disignifikasi menjadi ‘sesuatu yang dicintai, sesuatu yang
Sistem
Primer
E1 Mobil Polisi, Mobil Pemadam Kebakaran, dan Ambulance.
R1
C1 ‘Kendaraan-kendaraan yang muncul untuk mengatasi suatu masalah tertentu.’
E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Situasi darurat.’ ‘Sekelompok orang dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan.’ ‘Sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak.’ ‘Kebisingan dan kepanikan.’ ‘Kemudahan dan kecepatan dalam berlalu lintas.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
39
membutuhkan perlindungan, dan sebuah harapan.’ Tanda berikutnya
adalah bulan, matahari, dan bintang. Benda-benda yang dapat mereka lihat
sehari-hari sekaligus juga banyak muncul dalam cerita dan lagu anak
(“Ambilkan Bulan”, “Bintang Kecil”, dan “Bintang Kejora”). Dalam
“Mencari Taman” tiga tanda ini menjadi teman Kasih yang selalu memberi
nasihat dan petunjuk atas segala permasalahan yang dialami Kasih. Saat
bersama mereka Kasih dan teman-temannya merasa tenang dan bahagia.
Tanda ketiga untuk gagasan pertama ini adalah raksasa.
Berdasarkan uraian sebelumnya, raksasa di sini merupakan tanda untuk
asap yang ditimbulkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor yang
ada di kota. Karena orang tua sangat menyayangi anak-anaknya, mereka
mengupayakan agar anak-anak terhindar dari polusi itu dengan cara
melarang anak-anak bermain ke luar rumah. Polusi yang dalam konteks
cerita ini adalah sesuatu yang sifatnya negatif dikonotasikan dengan tokoh
raksasa yang dalam cerita-cerita anak sering menjadi tokoh yang bersifat
jahat.
Saat anak-anak menghilang, para orang tua sangat khawatir.
Mereka lalu mencari anak-anak itu dengan bantuan mobil-mobil bersirine.
Dalam kehidupan sehari-hari, mobil-mobil bersirine seperti mobil polisi,
pemadam kebakaran, dan ambulance muncul untuk mengatasi situasi
darurat tertentu. Oleh karena itu, kehadiran kendaraan-kendaraan ini
memudahkan anak dalam memahami bahwa peristiwa kehilangan anak
merupakan hal sangat penting yang harus segera diselesaikan. Ketiga
kendaraan ini juga dekat dengan keseharian anak. Selain karena mereka
dapat melihatnya langsung dalam kehidupan nyata, benda-benda ini juga
sering dijadikan mainan dan tokoh dalam buku cerita/film
Jadi, penggunaan nama Kasih sebagai pusat cerita mewakili
seorang anak yang disayangi dan butuh perlindungan. Hal ini juga
ditegaskan kembali dalam dialog-dialog Kasih dengan tokoh Bulan. Bulan,
bintang, dan matahari merupakan tanda-tanda untuk mewakili
sahabat/pelindung/pemberi nasihat saat Kasih mengalami masalah. Karena
rasa sayang itulah kemudian orang tua memberi batasan saat ada sesuatu
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
40
yang membahayakan anaknya. Dalam konteks cerita ini hal
membahayakan itu adalah asap polusi yang dimetaforkan oleh tokoh
raksasa hitam. Berdasarkan rasa sayang itu pula, orang tua berusaha
mencari saat anak-anak mereka hilang. Kekhawatiran dan kepedulian ini
dikonotasikan dengan adanya mobil-mobil bersirine untuk membantu
mereka mencari anak-anak itu. Berdasarkan deskripsi di atas, keempat
tanda ini secara fungsional sesuai untuk menyampaikan gagasan bahwa
orang tua selalu berusaha untuk memberikan hal terbaik untuk anak-anak
mereka.
3.2.2 Gagasan 2: Persahabatan merupakan hal penting dalam
kehidupan
Penderitaan Kasih dan anak-anak lainnya di kota itu akhirnya
berakhir saat mereka menemukan tempat bernama Taman Sukrasana.
Dalam proses ini Kasih dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Mereka
berdialog, menyanyi, dan menari bersama sehingga Kasih merasa senang.
Tokoh-tokoh ini adalah Boneka, Beruang, Jerapah, Kelinci, dan Kancil.
Mereka adalah tokoh yang sering muncul dalam cerita anak.
3.2.2.1 Boneka
Tokoh Boneka dalam naskah ini adalah teman yang selalu
menolong Kasih. Dalam sistem primer, boneka memilki C1 ‘tiruan anak
untuk permainan’(KBBI, 2007: 162). Saat disignifikasi di sistem sekunder,
C1 ini berubah menjadi E2. C2 kemudian disignifikasi melalui hal-hal yang
berkaitan dengan E2
Oleh karena itu muncul C
itu sendiri. Sesuatu yang dapat digunakan untuk
bermain adalah hal yang memberikan kesenangan pada orang yang
memainkannya. Selain itu benda ini harus bisa dikuasai oleh si pemain.
Pemain memiliki hak penuh atas apa saja yang ingin ia lakukan pada
benda/hal tersebut.
2 berupa ‘hal yang dapat memberi
kesenangan’ dan ‘hal yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ Jika
bertolak pada konteks cerita, Boneka adalah nama seorang tokoh.
Seharusnya ia merupakan tokoh yang tidak memiliki kuasa atas
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
41
keberadaan dirinya sendiri. Akan tetapi, dalam “Mencari Taman” keadaan
justru sebaliknya. Boneka merupakan pemimpin dari teman-teman Kasih.
Ia banyak mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu sehingga ia
berperan penting dalam alur cerita. Dengan inisiatif ini ia menolong Kasih
dan anak-anak lain untuk mencari tempat yang nyaman untuk mereka
bemain. Kasimir: Atau adakah di antara kita yang bersedih hati malam ini? Boneka : Ada kawan-kawan. Lihatlah yang di tempat tidur itu. Bukankah dia
kawan baik kita juga? Bukankah ia sedang sakit? Semua : Oooo…. Kamu benar, Boneka, Kasih sakit… Boneka : Dan kita harus menghiburnya. Kita harus mengajaknya menyanyi dan
menari. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 6-7) Boneka : Nah, kawan-kawan, teman kita kini bertambah. Artinya jangan sia-
siakan malam gembira ini. Mari kita ke luar menghirup udara malam bertandang di bawah bulan. Ayo.
Semua : Kita bermain-main di luar? Boneka : Ya, kita berjalan-jalan, kita menari-nari, kita menyanyi-nyanyi, dan
berbuat apa saja. Kasih : Tapi Kasih tidak bisa ikut. Nanti dimarahi Papa dan Mama. Boneka : Tidak apa-apa. Papa dan Mama lagi tidur, kita ke luar pelan-pelan dan
kita bangunkan semua anak-anak. Kasih setuju? Kasih : Kasih takut…! ………………………. Kasih : Tapi Kasih takut sama Papa Mama. Kalau ketahuan bisa disetrap. Boneka : Nah, itu sebabnya kita harus ke luar pelan-pelan lewat jendela. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 11-12)
Selain banyak memberikan inisiatif, ia juga tidak suka dikomando
oleh pihak lain. Berdasarkan arti sebenarnya, boneka adalah sesuatu yang
keberadaannya selalu dalam kuasa pihak di atasnya tetapi dalam cerita ini
tokoh Boneka justru ditampilkan sebaliknya. Ia menolak komando dari
pihak lain. Bulan : Ngintip anu… Kamu mau tau saja. Ayo dong nyanyi. Satu, dua, tiga! Tiba-tiba semuanya diam. Tidak ada yang mau menyanyi. Dan Bulan terheran-heran. Ia bingung. Bulan : Hai! Kenapa kalian tiba-tiba diam? (Semua diam). Hai! Kenapa kalian
tidak jadi menari dan menyanyi? (Semua diam) Hai! Ada apa? Apa saya tidak boleh nonton? Atau kalian marah kepada saya? (Sedih) Tapi apa salah saya?
Setelah beberapa saat sunyi, akhirnya Boneka angkat bicara. Boneka : Habis kamu begitu sih, Bulan… Bulan : Begitu bagaimana? Bukankah kalian sendiri yang mau menyanyi
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
42
untuk saya? Boneka : Memang. Tapi kenapa kamu memberi komando satu, dua, tiga? Bulan : Lho, apakah itu salah? Saya kan membantu kalian agar semuanya
teratur menyanyi. Boneka : (Sedih) Iya, maksud kamu mungkin baik. Tapi… Bulan : Tapi apa, anak-anak? Boneka : Kami tidak mau diatur dan dikomando dari atas. Saya kan bukan sembarangan boneka dan saya kan bukan bonekanya kamu? (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 14-15) Kemunculannya Boneka pun paling awal jika dibandingkan
dengan kemunculan tokoh lain (teman-teman Kasih). Kemunculannya ini
membangunkan tokoh-tokoh lain. Berikut adalah kutipannya. Nyanyian itu merasuk makin lama makin dekat. Sebuah boneka, punya
Kasih, terjatuh dari atas lemari. Ia tersentak dan termangu mendengar lagu. Lalu pelan-pelan ia mengikuti. Ia menyanyi dan menari.
Suara nyanyian dan bunyi kakinya yang menari tentu saja mengagetkan binatang-binatang mainan Kasih yang lain. Dan Beruang, Jerapah, Petit Lapin dan kawan-kawannya segera terjaga. Mereka terpesona melihat boneka. Dan tanpa sadar mereka pun ikut menari dan menyanyi. Mereka keluar dari tempatnya masing-masing dan membuat atraksi itu tambah meriah.
(Massardi “Mencari Taman” 2000: 5-6) Karakter Boneka dalam cerita ini sangat bertolak belakang dengan
C2 yang memberi signifikasi ‘sesuatu yang berada dalam kekuasaan pihak
lain.’ Akan tetapi, pihak yang selalu berada dalam kekuasaan orang lain
justru memiliki potensi untuk melepaskan diri dari keterbatasan tersebut.
Hubungan inilah yang kemudian menghasilkan C2
lain, yaitu ‘keinginan
untuk berubah’ dan ‘pemberontakan atas keadaan yang diterima.’ Hasil
signifikasi ini tepat jika dikaitkan dengan kutipan-kutipan di atas. Jika
dirangkum, proses signifikasi ini akan tampak dalam tabel berikut.
Sistem
Primer
E1 Boneka.
R1
C1 ‘Tiruan anak untuk permainan.’ E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Hal yang dapat memberi kesenangan.’ ‘Orang yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ ‘Pemberontakan.’ ‘Semangat untuk melakukan perubahan.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
43
3.2.2.2 Beruang, Jerapah, Kelinci, Kancil
Empat hewan ini adalah tokoh-tokoh dalam naskah “Mencari
Taman.” Mereka menjadi penolong kasih dalam upaya mencari tempat
hidup yang lebih baik. Tiga dari empat hewan ini adalah tokoh fabel yang
kisahnya sudah umum di masyarakat. Mereka adalah beruang, kelinci, dan
kancil. Dalam tataran signifikasi primer, beruang berarti ‘binatang buas
jenis Ursus, berbulu tebal dapat berdiri di atas kedua kakinya, bercakar,
dan bermoncong putih’ (KBBI, 2007: 142). Dalam dunia anak di
kehidupan nyata beruang kemudian dikenal melalui kisah Teddy Bear atau
Teddy si Beruang yang berasal dari Amerika Serikat.
Kisah terkenal tentang kelinci adalah kisah kekalahan kelinci
angkuh ketika berlomba lari dengan siput (di beberapa versi, siput diganti
dengan kura-kura). Keangkuhan kelinci itu berhasil dikalahkan oleh
kecerdikan siput. Dalam signifikasi primer kelinci berarti ‘binatang
mamalia yang mengunggis, mempunyai telinga panjang dan ekor pendek’
(KBBI: 2007: 533). Pada kisah “Mencari Taman,” Noorca juga
menggunakan tokoh bernama Petit Lapin. Petit Lapin merupakan tokoh
cerita anak-anak berwujud kelinci.
Masih dalam sistem primer, kancil berarti ‘binatang pemakan
tanaman yang cepat larinya, berbadan langsing, kaki depan lebih pendek
daripada kaki belakang, bulunya berwarna cokelat kemerah-merahan
(KBBI, 2007: 500). Kancil dalam fabel dikisahkan memiliki sifat cerdik,
dan memiliki banyak akal untuk mengatasi situasi sulit yang dihadapinya.
Tokoh berikutnya adalah jerapah. Dalam tataran primer jerapah berarti
‘binatang pemamah biak, hidup di Afrika berkaki panjang, kaki depan
lebih panjang daripada kaki belakang sehingga punggungnya menurun
belakang, leher sangat panjang, kepalanya dapat mencapai 5-6 meter dari
tanah’ (KBBI, 2007: 471). Berdasarkan konteks cerita, signifikasi sekunder
dari keempat tanda ini tidak akan dilakukan satu persatu. Hal ini karena
mereka merupakan tokoh-tokoh dengan karakter dan peranan yang sama.
Mereka berempat hanya sebagai pendukung atas hal-hal yang dikatakan
oleh Boneka. Tidak ada kemiripan karakter antara tokoh di fabel yang
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
44
sudah dikenal umum dengan tokoh yang sama dalam “Mencari Taman.”
Misalnya, tidak ada penanda yang menunjukan bahwa kancil dalam
“Mencari Taman” merupakan tokoh yang cerdik atau kelinci dalam naskah
ini merupakan tokoh angkuh yang memiliki kemampuan berlari cepat.
Mereka berempat hanya muncul sebagai teman Kasih yang menggerakan
alur cerita dengan cara mendukung segala inisiatif tokoh Boneka.
Kecuali beruang, tiga hewan lainnya memiliki kesamaan, yaitu
hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia, herbivora (pemakan
tumbuhan), dan berkaki empat. Persamaan mereka secara menyeluruh
adalah termasuk hewan mamalia dan menjadi tokoh dalam cerita fabel.
Hewan-hewan ini sudah dikenal oleh anak karena sering muncul dalam
cerita-cerita fabel tradisional ataupun internasional. Pemaparan di atas
merupakan deskripsi dalam konteks signifikasi sistem primer.
Saat masuk ke sistem sekunder dan konteks cerita, C2
Sistem
yang muncul
untuk keempat metafora tersebut adalah ‘sesuatu yang ramah, dikenal, dan
disukai anak’, ‘hewan yang mempunyai daya juang dalam
mempertahankan hidup’, dan ‘pemberani’. Signifikasi ini muncul
berkaitan dengan signifiksi primer ‘hewan herbivora’ yaitu hewan
pemakan tumbuhan yang juga berarti hewan yang menjadi incaran hewan
karnivora sehingga mereka terbiasa dengan perjuangan keras
mempertahankan hidup. Berikut ini akan disajikan rangkuman signifikasi
berdasarkan empat tokoh di atas. Karena mereka memiliki kesamaan sifat
dan peranan dalam “Mencari Taman,” tanda ini dianggap sebagai
kesatuan.
Primer
E1 Beruang, Jerapah, Kelinci, dan Kancil.
R1
C1 ‘Hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia.’ ‘Hewan herbivora (pemakan tumbuhan).’ ‘Mamalia berkaki empat.’ ‘Menjadi tokoh dalam cerita fabel.”
E2
Sistem
Sekunder R2
‘Sesuatu yang ramah, dikenal, dan disukai anak.’ ‘Sesuatu yang mempunyai daya juang dalam mempertahankan hidup.’ ‘Pemberani.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
45
Karena ternyata tidak terdapat persamaan sifat antara tokoh dalam
“Mencari Taman” dengan fabel yang sudah berkembang di masyarakat,
dapat dikatakan bahwa pengarang mengambil tokoh ini hanya sebagai
upaya membuat pembacanya tertarik dengan cerita.
3.2.2.3 Gagasan 2 (persahabatan merupakan hal penting dalam
kehidupan) dan Tanda-tanda Pembentuknya
Noorca ingin menyampaikan gagasan bahwa persahabatan
merupakan hal penting dalam kehidupan. Ia menggunakan tanda yang
ditempatkan sebagai sahabat-sahabat Kasih. Mereka adalah tokoh-tokoh
hewan seperti beruang, jerapah, kancil, dan kelinci. Tokoh-tokoh ini
merupakan tokoh yang sering muncul dalam cerita-cerita dongeng
meskipun karakter mereka dalam dongeng-dongeng tersebut tidak sama
dengan karakter dalam naskah “Mencari Taman.”
Boneka dan empat hewan teman Kasih dalam cerita ini dikisahkan
sebagai tokoh-tokoh yang menolong Kasih dan anak-anak lain dalam
mencari tempat tinggal impian mereka. Persahabatan yang terjalin antara
Kasih dan tokoh-tokoh ini berperan besar terhadap diri Kasih. Melalui
sistem signifikasi sekunder yang telah diuraikan sebelumnya, tokoh-tokoh
ini memiliki semangat hidup yang tinggi, berani melakukan perubahan,
dan memiliki sifat ramah. Berdasarkan sifat-sifat ini mereka banyak
menolong Kasih. Saat sedih ia merasa terhibur dengan nyanyian dan tarian
dari sahabat-sahabatnya, saat merasa sendirian sahabatnya muncul
menemani, dan saat merasa sudah tidak nyaman dengan lingkungannya
sahabat-sahabat Kasih datang memberi solusi untuk mencari tempat
tinggal baru. Oleh karena itu, persahabatan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan.
3.2.3 Gagasan 3: Kebutuhan anak adalah rasa aman, bahagia, dan
tenang
Kota tempat tinggal Kasih adalah kota yang maju dan modern. Akan
tetapi, ternyata kondisi ini merusak lingkugan alam kota tersebut, seperti
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
46
banyaknya suara bising dari pabrik, debu, dan asap polusi dari kendaraan
bermotor. Keadaan ini membuat mereka tak lagi bebas bermain dan
beraktivitas seperti biasanya. Noorca ingin menyampaikan gagasannya bahwa
sebenarnya kebutuhan anak sangat sederhana, yaitu rasa aman, bahagia, dan
tenang. Untuk menciptakan suasana seperti ini lingkungan sekitar mereka pun
harus kondusif. Lingkungan yang penuh polusi akan membatasi ruang gerak
mereka karena para orang tua akan melarang anak-anak ini bermain bebas di
luar rumah. Hal ini membuat anak-anak itu tidak lagi merasa aman, bahagia,
dan tenang. Untuk menyampaikan gagasan ini Noorca menggunakan beberapa
metafora, yaitu Sukrasana, Suargaloka, Bidadari, kamar, jendela, gapura,
musik rimba, dan aneka permainan tradisional.
3.2.3.1 Sukrasana
Sukrasana merupakan salah satu tokoh dalam cerita pewayangan.
Ia adalah raksasa kecil berwajah buruk namun bersifat lembut dan baik
hati. Ia sangat sayang pada kakaknya, Sumantri, yang sedang mengabdi
pada Arjuna Sasrabahu (Raja Negeri Maesapati). Suatu hari Sukrasana
yang selalu bersikap kekanak-kanakan menyusul kakaknya ke negeri
Maesapati. Saat tiba di sana ia mendapati kakaknya sedang mengalami
masalah.
Menurut Sukrasana, Arjuna Sasrabahu jatuh cinta pada Dewi
Citrawati. Sebagai persyaratan, perempuan itu meminta Taman Sri Wedari
yang ada di Suargaloka dipindahkan ke Negeri Maesapati. Jika syarat itu
dipenuhi, Dewi Citrawati mau menerima cinta Arjuna Sasrabahu. Arjuna
Sasrabahu pun menyanggupi dan meminta tolong Sumantri untuk
melakukannya. Sumantri bingung karena ia tak tahu bagaimana cara
melakukannya. Setelah mendengar keluhan kakaknya, Sukrasana pun
berniat menolong dengan tulus. Ia meminta bantuan pada Candra Birawa
(kumpulan raksasa yang disatukan dalam satu badan) yang saat itu telah
menitis dalam tubuhnya. Dalam sekejap, Candra Birawa berhasil
memindahkan Taman Sriwedari dari Suargaloka ke Negeri Maesapati.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
47
Setelah berhasil, Sukrasana berniat tinggal di Maesapati bersama
kakaknya. Akan tetapi, Sumantri menginginkan adiknya pulang saja ke
padepokan. Sukrasana tetap bersikeras ingin tinggal di Maesapati. Untuk
menakut-nakuti Sukrasana, Sumantri mengarahkan panah Cakrabiswara
pada adiknya itu. Sayang, tanpa sengaja panah itu terlepas dan mengenai
Sukrasana. Akhirnya raksasa baik hati itu tewas di tangan kakak yang
sangat disayanginya. Meski begitu, ia sama sekali tidak merasa dendam.
Sebelum meninggal Sukrasana justru sempat memohon kepada Dewa agar
di kehidupan selanjutnya ia bisa kembali berdekatan dengan kakaknya.
Berdasarkan cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh
Sukrasana yang kekanak-kanakan ini memiliki sifat baik, penyayang, dan
rela berkorban. Ia adalah tokoh yang memiliki kekuatan besar dalam
dirinya tetapi tidak dimanfaatkan secara semena-mena. Kata Sukrasana ini
kemudian dijadikan nama tempat dalam naskah “Mencari Taman.” Taman
yang selama ini dicari Kasih dan kawan-kawannya hingga berhasil mereka
temukan adalah sebuah tempat bernama Taman Sukrasana. Taman dalam
kedua cerita ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merupakan tempat
yang indah dan diperebutkan.
Taman Sukrasana dalam “Mencari Taman” merupakan tempat
yang menyediakan banyak kenyamanan bagi anak-anak. Penduduk yang
ramah, udara yang bersih, dan lahan bermain yang luas. Di akhir cerita
taman ini justru dirusak oleh pihak-pihak yang ingin menguasai segala
potensi yang ada di tempat ini. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesamaan sifat antara tokoh Sukrasana dalam cerita wayang dengan
Taman Sukrasana dalam “Mencari Taman.” Kedua Sukrasana ini sama-
sama memiliki potensi positif untuk menolong pihak yang membutuhkan
namun pada akhirnya harus mati/musnah dengan cara yang mengenaskan.
Akan tetapi, Taman Sukrasana di sini dapat juga kita kaitkan dengan
Taman Sri Wedari dalam cerita Sukrasana. Melalui konteks Taman Sri
Wedari sebagai taman yang berada di Suargaloka (surga), dapat
disimpulkan itu adalah tempat yang indah, damai, dan diisi dengan orang-
orang yang baik.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
48
Berdasarkan hubungannya dengan Sukrasana dan Taman Sri
Wedari, C2
Kasih : (menyanyi) Hai lihat! Di sana ada rumput!
Taman Sukrasana dalam naskah “Mencari Taman” adalah
‘sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat’, ‘tempat yang indah
seperti surga’, ‘tempat yang hanya berisi orang-orang baik’, ‘tempat
impian’, ‘hadiah bagi orang yang bersikap baik’, dan ‘sesuatu yang
didapatkan dengan susah payah.’
Boneka : Hai Lihatlah! Di sana ada pepohonan! Jerapah : Hai Lihatlah! Di sana ada pancuran! Beruang : Hai Lihat! Di sana ada buahan! Bangau : Hai Lihat! Di sana ada harapan! Kan+Kel: Hai Lihat! Di sana ada rambutan! Kas+Pt Lpn: Hai Lihat! Di sana ada tujuan! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 25) Kasih : Tapi tahukah kamu ke mana anak-anak itu menghilang? Bulan : Anak-anak itu sekarang sedang berada di sebuah hutan yang indah
bukan kepalang. Tidak sembarang orang bisa ke sana karena taman itu dijaga binatang buas.
Kasih : Taman apakah itu namanya, Bulan? Bulan : Taman itu bernama Taman Sukrasana, adanya di ujung dunia.
Pernahkah kamu mendengarnya, Kasih? Kasih : Tidak pernah, tapi kenapa taman itu disebut Taman Sukrasana?
Siapakah gerangan dia, Bulan? Bulan : Sukrasana adalah raksasa kecil bermuka buruk, tapi dia sangat baik
hati dan sakti. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45)
Sistem
Primer
E1 Sukrasana
R1
C1 ‘Nama raksasa kecil buruk rupa namun baik hati.’ E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat’, ‘tempat yang indah seperti surga’, ‘tempat yang hanya berisi orang-orang baik’, ‘tempat impian’, ‘hadiah bagi orang yang bersikap baik’, dan ‘sesuatu yang didapatkan dengan susah payah.’
C2
3.2.3.2 Suargaloka
Dalam naskah “Mencari Taman,” Taman Sukrasana yang menjadi
tempat tujuan para tokohnya diceritakan berasal dari Suargaloka. Hal ini
masih berkaitan dengan cerita tentang Sukrasana yang telah diuraikan
dalam subbab sebelumnya. Suargaloka merupakan surga tempat tinggal
para Dewa. Di dalamnya terdapat sebuah taman bernama Taman Sri
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
49
Wedari. Taman ini kemudian dijadikan persyaratan oleh Dewi Citrawati
saat Arjuna Sasrabahu menyatakan cinta. Dewi Citrawati bersedia
menerima cinta Arjuna Sasrabahu bila lelaki itu berhasil memindahkan
Taman Sri Wedari dari Suargaloka ke Negeri Maesapati (tempat Arjuna
Sasrabahu berkuasa). Arjuna Sasrabahu kemudian meminta bantuan
Sumantri. Akan tetapi karena Sumantri tidak sanggup melakukannya,
Sumantri lalu dibantu oleh adiknya, raksasa bermuka buruk namun baik
hati bernama Sukrasana.
Suargaloka dalam sistem primer dapat diartikan sebagai ‘surga
untuk para dewa’ (KBBI, 2007: 1.094). Surga dalam sistem primer berarti
‘kayangan tempat kediaman Batara Guru’ (KBBI, 2007: 1.109). Dalam
posisinya sebagai penguasa, dewa/Batara Guru tinggal di sebuah tempat
yang indah dan damai. Tempat ini juga disediakan bagi makhluk-makhluk
yang bersikap baik di dunia. Tempat semacam ini tentunya menjadi impian
banyak makhluk. Berdasarkan uraian itu, dalam signifikasi sistem
sekunder, surga memiliki C2
Kasih : Apakah Sukrasana membuat taman sendirian saja?
‘kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’,
dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’. Melalui makna konotasi
tersebut dapat dibayangkan bahwa taman yang ada di Suargaloka
merupakan taman yang sangat indah dan wajar bila diperebutkan.
Bulan : Oo, tidak sendirian, Kasih. Taman itu dulunya adalah milik dewa- dewa di Suargaloka.
Kasih : Lalu? Bulan : Lalu Sukrasana memindahkannya ke atas bumi dari sana. Kasih : Tapi dimanakah letaknya Suargaloka itu, Bulan? Bulan : Suargaloka itu adanya di atas langit yang ke tujuh. Kasih : Oo, jauh kalau begitu. Bulan : Ya, lebih tinggi dari Bulan. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 45)
Sistem
Primer
E1 Suargaloka
R1
C1 ‘Khayangan tempat kediaman Batara Guru’ E2 Sistem
Sekunder R2
‘Kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’, dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’.
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
50
3.2.3.3 Bidadari
Bidadari merupakan tokoh yang beberapa kali muncul dalam cerita
anak. Bidadari diartikan sebagai ‘perempuan elok yang berasal dari
khayangan’ (KBBI, 2007: 148). Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
khayangan/surga adalah tempat orang-orang baik berkumpul. Baik bisa
diasosiasikan dengan ramah, sopan, lembut, dan penuh cinta.
Khayangan/surga merupakan sebuah tempat yang sifatnya abadi. Oleh
karena itu, saat masuk proses signifikasi tahap sekunder akan muncul C2
Deskripsi adegan yang muncul dalam “Mencari Taman”
mengingatkan kita pada potongan cerita Jaka Tarub
yaitu ‘perempuan lembut dan baik hati’, ‘kesucian, keabadian’, ‘kasih
sayang dan cinta’. Dalam “Mencari Taman” tokoh Bidadari muncul
sebagai bagian dari penghuni Taman Sukrasana yang menyambut baik
kedatangan Kasih dan teman-temannya.
4
Kata mandi di sini juga termasuk tanda. Dalam sistem primer, kata
mandi berarti ‘membersihkan tubuh dengan air dan sabun’ (KBBI, 2007:
709). Jika dikaitkan dengan konteks cerita “Mencari Taman,” kata mandi
dalam signifikasi di sistem sekunder memiliki C
, sebuah cerita rakyat
yeng berasal dari Jawa Tengah. Adegan ini yaitu adegan para bidadari
yang mandi di sebuah telaga. Bedanya, dalam Jaka Tarub tokoh utamanya
(Jaka Tarub) hanya mengintip para bidadari itu mandi dan
menyembunyikan selendang salah satu bidadari sedangkan dalam
“Mencari Taman” tokoh utamanya (Kasih) justru mandi bersama para
bidadari itu.
2
4 Sambangsari., Loc.Cit., hlm.106.
‘keadaan yang baru’,
‘kesucian’, dan ‘persiapan untuk menghadapi hal yang penting’. Di dalam
cerita Kasih dan teman-temannya mandi bersama para bidadari saat akan
menyambut orang tua mereka yang akan datang menjemput ke Taman
Sukrasana. Kasih dan anak-anak lain bersiap menyambut orang tua mereka
masing-masing untuk kemudian tinggal bersama di Taman Sukrasana yang
indah, bersih, dan damai. Dapat disimpulkan bahwa tokoh Bidadari dalam
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
51
naskah ini adalah pihak yang penuh kasih sayang mempersiapkan Kasih
dan kawan-kawannya untuk masuk ke dalam dunia baru yang suci. Kasih : Hai! Tunggu! Lihat di sana itu! Ada bidadari sedang mandi! Semuanya melihat ada tujuh bidadari turun dari pelangi. Tentu saja semua anak sangat terkejut. Semua : Astaga! Bidadari itu? Kasih : Ssst, kita harus permisi dulu kepada mereka kalau mau mandi di sini. Beruang : Tapi cepatlah. Badanku sudah gemetar pengen mandi bersama-sama. Kasih : Sssst! Jangan kurang ajar.
(Kepada Bidadari) Hai Bidadari yang sedang mandi! Bidadari : Hai… Buset! Ada apa kalian datang ramai-ramai kemari? Beruang : Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kami memadu janji Kalau ada umurku panjang Bolehkah kami menumpang mandi?
(Bidadari-bidadari itu tertawa. Juga anak-anak itu) Bidadari : Kalau kalian memang mau mandi, silakan mandi dan kami akan
membantu memandikan kalian. Semua : Benar kalian mau memandikan kami? Bidadari : Kami tidak pernah bohong, anak-anak. Ayolah mandi bersama kami. Semua : Horeeeee… Ayo terjun kita mandikan Bidadari dari langit! Horeee….! Maka riuhlah danau kecil itu. Mereka mandi dengan sangat gembira, bercanda, dan tertawa-tawa tidak seperti di kota, di rumah-rumah mereka. Mereka pun menyanyi. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 54-55)
3.2.3.4 Kamar Kasih , Jendela, dan Gapura Taman
Signifikasi kamar dalam sistem primer adalah ‘sebuah ruangan
tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan’ (KBBI, 2007: 496).
Dalam kehidupan nyata, kamar adalah ruang pribadi seseorang. Di dalam
kamar, orang bebas melakukan hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak
ingin diketahui orang lain. Barang-barang yang ada di dalam kamar pun
biasanya adalah barang yang disukai atau bermanfaat bagi pemiliknya.
Sistem
Primer
E1 Bidadari.
R1
C1 ‘Perempuan elok yang berasal dari khayangan.’ E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Kesucian, keabadian.’ ‘Kasih sayang dan cinta.’ ‘Keadaan yang baru.’ ‘Sambutan positif.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
52
Oleh karena itu, dalam signifikasi tahap sekunder, C2
Malam itu di dalam kamar dari sebuah rumah tinggal di suatu kota yang sangat maju, seorang gadis kecil bernama Kasih tidur di tempat tidurnya yang khusus. Ia sulit tidur karena di luar udara begitu buruk, langit pekat, suara bising, dan kota tak pernah tidur (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 3).
yang muncul untuk
tanda kamar adalah ‘hal pribadi’, ‘representasi diri’, ‘rahasia’,
‘kepercayaan’, dan ‘kenyamanan’. Dalam naskah ini, Kasih merasa tidak
nyaman di kamarnya sendiri karena gangguan dari luar. Jika dikaitkan
dengan signifikasi tahap sekunder di atas, hal ini berarti Kasih sudah
merasa tidak nyaman dengan hal yang dekat dengan dirinya atau bahkan
dengan dirinya sendiri.
Di dalam naskah ini semua tokoh sahabat Kasih (Boneka, Beruang,
Jerapah, Kancil, Kelinci) muncul dari kamar Kasih sendiri. Ini
dikonotasikan bahwa tokoh-tokoh itu merupakan hal-hal yang dipercaya
Kasih. Nyanyian itu merasuk, makin lama makin dekat. Sebuah boneka punya
Kasih terjatuh dari atas lemari. Ia tersentak dan termangu mendengar lagu. Lalu pelan-pelan ia mengikuti. Ia menyanyi dan menari.
Suara nyanyian dan bunyi kakinya yang menari tentu saja mengagetkan binatang-binatang mainan Kasih yang lain. Beruang, Jerapah, Petit Lapin, dan kawan-kawannya segera terjaga. Mereka pun terpesona melihat boneka. Tanpa sadar mereka ikut menyanyi dan menari. Mereka keluar dari tempatnya masing-masing membuat atraksi itu tambah meriah (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 5).
Ketika lagu habis tiba-tiba terdengar suara cekikikan, entah dari mana.
Tentu saja semuanya terkejut lalu sunyi. Dari dalam lemari muncul seekor kelinci dan seekor kancil. Mereka langsung menari dan menyanyi sambil tertawa-tawa. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 10)
Saat hendak meninggalkan kamar untuk menemukan Taman
Sukrasana, Kasih keluar lewat jendela. Jendela dalam sistem primer
adalah ‘lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat
keluar masuk udara’ (KBBI, 2007: 468). Jadi, jendela bukanlah hal yang
lazim digunakan untuk keluar dari suatu ruangan. Jika ada seseorang yang
keluar melalui jendela, berarti orang itu ingin pergi secara diam-diam
karena tidak ingin diketahui orang.
Jika dikaitkan dengan konteks cerita signifikasi sistem sekunder
akan menghasilkan C2 ‘jalan keluar tidak resmi’, ‘pemberontakan,’
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
53
‘sumber cahaya’, dan ‘harapan’. Dalam konteks cerita ini, Kasih pergi
mencari sesuatu yang dapat membuat hidupnya dan hidup teman-
temannya lebih nyaman (tempat yang bersih dan indah) dengan cara diam-
diam tanpa diketahui orang tua mereka masing-masing. Kasih : Tapi Kasih takut sama Papa Mama. Kalau ketahuan bisa disetrap. Boneka : Nah itu sebabnya kita harus keluar pelan-pelan lewat jendela. Kasih : Lewat jendela? Kasih tidak mau. Nanti kaki Kasih bisa patah, dong. Jerapah : Tenang. Leher saya kan cukup panjang. Nah, Kasih bisa saya
gendong. Setuju? Kasih : (setelah menimbang-nimbang) Kasih mau. Tapi harus ada kawan-
kawan yang lain. Semua : Pokoknya beres! Kita bangunkan semua anak-anak. Ayo! Maka mereka pun pergi lewat jendela. Kasih digendong oleh Jerapah. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 12) Saat Kasih dan teman-temannya bersiap menyambut orang tua
mereka yang datang menjemput, mereka menunggu di sebuah gapura yang
dalam naskah ini disebut dengan istilah gapura taman. Dalam signifikasi
sistem primer, gapura adalah ‘pintu gerbang yang besar untuk masuk
pekarangan rumah, taman, dsb’ (KBBI, 2007: 335). Saat masuk ke sistem
sekunder, signifikasi yang muncul dari kata gapura menghasilkan C2
Maka bertemulah mereka di gapura taman. Alangkah gembiranya mereka semua, saling berpelukan, berciuman, bertangisan. Sementara para binatang tetap memainkan musiknya yang riang dan hiruk pikuk.
‘pembatas’, ‘dunia baru’, dan ‘harapan’.
(Massardi “Mencari Taman,” 2000: 59)
Jadi, jendela merupakan tanda yang membatasi antara kamar Kasih
dan dunia luar sedangkan gapura taman adalah tanda yang membatasi
Sistem
Primer
E1 Kamar, jendela, gapura taman
R1
C1 ‘Sebuah ruangan tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan.’; ‘pintu.’
E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Hal pribadi.’ Kamar:
‘Representasi diri.’ ‘Rahasia.’ ‘Kepercayaan.’ ‘Kenyamanan.’
‘Pemberontakan.’ Jendela dan gapura taman:
‘Pembatas.’ ‘Dunia baru.’ ‘Harapan’.
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
54
antara dunia luar dengan Taman Sukrasana. Tanda jendela dan gapura
sama-sama memiliki makna konotasi sebagai pembatas dan adanya
harapan baru.
3.2.3.5 Musik rimba
Dalam tahap primer musik memiliki C1 ‘susunan nada/suara dalam
urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama’ (KBBI, 2007: 766).
Musik rimba dalam naskah ini dideskripsikan sebagai musik yang
dimainkan oleh Penghuni Rimba saat Kasih dan rombongan tiba di Taman
Sukrasana. Salah satu instrumen yang ada adalah terompet. Terompet
digunakan untuk menciptakan suasana menjadi lebih bersemangat. Dalam
kehidupan nyata, alat musik ini biasa digunakan dalam upacara-upacara
penyambutan tamu penting di kerajaan. Musik mengisyaratkan kebahagiaan
Penghuni Rimba menyambut kedatangan Kasih dan teman-temannya dan
tidak ada unsur penolakan terhadap kedatangan rombongan ini.
Signifikasi sekunder musik dalam konteks memiliki C2
Sampailah rombongan ini di tempat yang luar biasa indahnya. Mereka berhenti ketika ternyata bahwa itulah taman impian yang mereka cari. Tapi tak jauh dari tempat itu, satu barisan penghuni rimba berjejer dengan pakaian kebesarannya masing-masing. Begitu megah tampaknya.
‘penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’,
‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan dan cinta’.
Rombongan pendatang itu sangat tercengang. Ada apa gerangan? Belum sempat bertanya-tanya satu sama lain, salah satu binatang di taman itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Maka tiba-tiba terdengarlah bunyi terompet dan bunyi musik rimba lainnya. Dengan gemuruh dan riuh rendah, musik mereka dimaksudkan sebagai musik penyambut tamu. Begitu musik selesai, mereka langsung menyanyi dengan semangat menyala-nyala.
Taman ini taman kami Rimba ini rimba kami Tempat hidup mati kami Cit cit cuit cit cit cuit Tit tit tuit tit tit tuit Dung dung dung dung dung dung dung Kalian yang baru datang Kami bilang dengan lantang Ucapan selamat datang Halo halo halo halo Hidup damai dengan kami Dung dung dung dung dung dung (Massardi “Mencari Taman” 2000: 26-27)
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
55
3.2.3.6 Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan,
renang, memanjat pohon, naik binatang
Permainan galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang,
memanjat pohon, dan naik binatang merupakan permainan tradisional
yang dilakukan oleh anak-anak. Permainan ini membutuhkan lahan yang
luas di alam terbuka dan akan lebih menyenangkan jika dimainkan lebih
dari satu orang. Dalam signifikasi tahap sekunder, C2 yang muncul
adalah ‘keakraban’, ‘kekompakan dan kerja sama’, ‘kesenangan’, dan
‘strategi’.Kasih dan teman-temannya memainkan permainan ini saat
mereka tiba di Taman Sukrasana. Melalui C2
Tak terkatakan lagi bagaimana gembiranya anak-anak itu. Begitu yakin mereka diterima di tempat itu. Mereka langsung berangkulan satu sama lain memperkenalkan diri. Lalu dengan membentuk berbagai kelompok mereka bermain berbagai macam. Ada main kucing-kucingan, main galahsin, main bola, main ayunan, berenang, memanjat pohon, naik binatang, dll. Permainan anak-anak di tengah alam. Yang nyata, sambil bermain-main begitu mereka semua bernyanyi bersenang hati (Massardi “Mencari Taman” 2000: 27).
dapat disimpulkan bahwa
Taman Sukrasana merupakan harapan baru bagi mereka, yaitu sebuah
tempat yang memberi kesenangan dan kebersamaan.
Sistem
Primer
E1 Musik rimba.
R1
C1 ‘Susunan nada/suara dalam urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama.’
E2 Sistem
Sekunder R2
‘Penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’, ‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan, ‘cinta’.
C2
Sistem
Primer
E1 Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang, memanjat pohon, naik binatang.
R1
C1 ‘Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak.’
E2 Sistem
Sekunder R2
‘Keakraban’, ‘kekompakan’, ‘kerja sama’, ‘kesenangan’, dan ‘strategi’.
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
56
3.2.3.7 Gagasan 3 (Kebutuhan anak adalah rasa aman, bahagia, dan
tenang) dan Tanda-tanda Pembentuknya
Untuk menyampaikan gagasan ketiga ini Noorca menggunakan
enam tanda, yaitu Sukrasana, Suargaloka, Bidadari, kamar, jendela,
gapura, musik rimba, dan aneka permainan tradisional. Dalam cerita ini
dikisahkan bahwa Taman Sukrasana dulunya adalah taman milik para
Dewa dan berada di Suargaloka (surga). Melalui makna konotasi dari
Suargaloka, dapat disimpulkan bahwa Taman Sukrasana merupakan taman
yang luar biasa indah dan mampu memberikan kedamaian pada
penghuninya.
Bidadari yang ada di dalam taman tersebut memberi makna
konotasi bahwa orang-orang yang ada di sana menyambut anak-anak itu
dengan ramah dan dengan tangan terbuka. Para penghuni Taman
Sukrasana juga menyambut baik orang-orang yang ingin datang
menjemput Kasih dan teman-teman. Tidak hanya itu, orang-orang
dewasa ini juga diizinkan untuk tinggal di sana. Gapura taman dan
musik rimba menjadi tanda sambutan positif ini Tempat semacam inilah
yang diinginkan oleh anak-anak.
Permainan anak seperti galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan,
renang, memanjat pohon, dan naik binatang yang dimainkan Kasih dan
kawan-kawannya tersebut saat tiba di Taman Sukrasana merupakan
metafora atas hal-hal yang dibutuhkan anak dalam masa
pertumbuhannya, nilai-nilai kebersamaan, kerjasama, keakraban, dll.
Kasih sebagai pusat cerita (sekaligus juga perwakilan dari anak-anak
lain) berusaha keluar dari kehidupan mereka selama ini dan mencari
tempat baru.
Adegan Kasih dan teman-temannya menyelinap keluar lewat
jendela merupakan bentuk usaha awal mereka mencari kebebasan.
Metafora kamar dan jendela bermakna konotasi ruang yang terbatas dan
celah untuk keluar dari ruang itu menuju kebebasan. Jendela yang
digunakan Kasih sebagai celah untuk keluar kamar merupakan penanda
yang menunjukkan bahwa hal yang dilakukan Kasih dan teman-
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
57
temannya bukanlah sesuatu yang resmi dan dengan persetujuan orang
tua mereka masing-masing. Setelah keluar dari jendela, mereka
berkelana sampai akhirnya menemukan Taman Sukrasana yang indah.
Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa yang dibutuhkan anak-anak
memang sebuah suasana yang aman, tenang, dan mampu memberi
kebahagiaan bagi mereka.
3.2.4 Gagasan 4: Sumber daya alam yang tidak dimanfaatkan secara
bijaksana akan menimbulkan kerugian bagi makhluk hidup
Dalam kehidupan, modernisasi merupakan sebuah proses yang tidak
dapat dihindari. Akan tetapi, hal ini seharusnya juga memperhatikan
lingkungan tempat tinggal manusia itu sendiri. Keberadaan pabrik-pabrik tentu
memberi banyak manfaat bagi manusia karena dapat menghasilkan produk
yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Keberadaan transportasi modern seperti
kereta api, mobil, dan pesawat terbang juga memberi kemudahan bagi
kehidupan manusia. Namun jika perkembangan ini tidak memperhatikan
kelestarian alam, kehidupan makhluk di dalam lingkungan tersebut akan
terganggu.
Dalam “Mencari Taman” diceritakan bahwa anak-anak terganggu
dengan polusi yang ada di kota mereka. Hal ini menyebabkan anak-anak itu
sakit dan orang tua mereka tak lagi membolehkan anak-anak bermain bebas di
luar rumah. Noorca ingin menyampaikan gagasan ini melalui beberapa tanda,
yaitu sebagai berikut.
3.2.4.1 Pabrik, Kereta Api, Mobil, Pesawat Terbang
Kota tempat tinggal Kasih disebut sebagai kota yang sangat maju.
Dalam deskripsinya dikatakan bahwa kota ini memiliki banyak pabrik
dan berbagai jenis transportasi modern. Di kota yang sangat maju terdengar lonceng kota berdentang enam kali,
pertanda hari sudah pagi. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota. Maka pabrik-pabrik pun mulai bangkit. Kereta api segera berbunyi dan mobil-mobil mulai bergerak sementara kapal terbang siap melayang. (Massardi, “Mencari Taman”, 2000: 31)
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
58
Dalam naskah ini kota tempat tinggal Kasih adalah tempat
yang sedang mengalami modernisasi dan industrialisasi. Modernisasi
berarti ‘proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini’ (KBBI,
2007: 751). Salah satu kegiatan dalam upaya modernisasi adalah
kegiatan industri. Industri adalah ‘kegiatan memproses atau mengolah
barang dengan menggunakan sarana dan peralatan’ sedangkan
industrialisasi adalah ‘usaha menggalakan industri dalam suatu
negara’(KBBI, 2007: 431).
Hal ini kemudian dideskripsikan melalui banyaknya bangunan
pabrik dan adanya alat transportasi modern seperti kereta api, mobil, dan
pesawat terbang. Benda-benda ini menyebabkan polusi udara yang
semakin hari semakin mengganggu kesehatan penduduknya. Jadi,
industrialisasi dan modernisasi diwakili dengan tanda pabrik, kereta api,
mobil, dan pesawat terbang.
Dalam sistem denotasi pabrik adalah ‘bangunan dengan
perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu
dalam jumlah besar untuk diperdagangkan’(KBBI, 2007: 807); kereta api
adalah ‘rangkaian gerbong yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan
dengan tenaga uap/ listrik, dan berjalan di atas rel’ (KBBI, 2007: 552);
mobil adalah ‘kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin,
beroda genap, dan menggunakan bahan bakar minyak untuk
menghidupkan mesinnya’ (KBBI, 2007: 750); dan pesawat terbang
adalah ‘kapal/ mesin terbang’ (KBBI, 2007: 866).
Persamaan keempat hal di atas adalah benda ini sama-sama
menggunakan mesin dalam operasionalnya dan sama-sama memberikan
kemudahan bagi kehidupan manusia. Hal inilah yang kemudian
membantu proses signifikasi dalam tahap sekunder. Karena
perkembangan zaman, manusia mengalami modernisasi. Segala hal
menjadi lebih mudah dan praktis. Kemudahan dan kepraktisan ini
kemudian dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia itu
sendiri, salah satunya dalam bidang ekonomi. Keberadaan pabrik sebagai
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
59
tempat untuk memproduksi barang secara massal tentu memiliki nilai
ekonomis bagi masyarakat. Begitupun dengan keberadaan kereta api,
mobil, dan pesawat terbang. Ketiga alat transportasi modern ini
memudahkan segala aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, C2
Dalam “Mencari Taman”, pengarang tidak hanya menjadikan
pabrik, kereta api, mobil, dan pesawat terbang sebagai latar. Noorca juga
menjadikan empat hal itu sebagai tokoh. Tokoh-tokoh ini merupakan
tanda yang digunakan Noorca untuk menyampaikan sesuatu. Mereka
berdialog melalui nyanyian dan lewat syair-syair tersebut mereka
mendeskripsikan hal-hal buruk yang telah dilakukan.
yang muncul
adalah ‘modernisasi’, ‘kepraktisan’, ‘kegiatan ekonomi’.
Pabrik: Brik brak brik brak Pabrik bergerobak Brik brak brik brak Gubuk obrak-abrik Brik brak brik brak Pabrik bapak-bapak Brik brak brik brak Pabrik dongkrak-dongkrak Brik brak brik brak Anak berontak dobrak Brik brak brik brak Pabrik kiblik-kiblik Brik brak brik brak Perompak segerobak Brik brak brik brak Botak kocak-kocak Brik brak brik brak (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31-32)
Kereta Api: Was was was Was was was Gedebak gedebuk Gedebak gedebuk Awas awas awas Awas awas awas Bak buk bak buk Bak buk bak buk Was was was Jantung degap-degup Jantung degap-degup Nyut, nyut, nyut, nyut, nyut, nyut
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
60
Awas awas awas Kereta segera berangkat Bak buk bak buk Berontak segera disikat Was was was Was was was Gedebak gedebuk Gedebak gedebuk (Massardi “Mencari Taman” 2000: 32-33) Mobil: Ram ram geram geram Ram ram geram geram Ram ram ini mobil setan Ram ram ini memang edan Ram ram stooop…!!! “Setan! Jalan-jalan di jalanan Kalau tidak punya sedan Nanti bisa jadi setan jalanan!” Ram ram geram geram Ram ram jangan geram (Massardi “Mencari Taman” 2000: 33-34)
Pesawat Terbang: Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung Kapal terbang meraung Di langit mendung Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung Ini suara kapal terbang Mengangkut para pedagang Ngung… ngung… ngung Jangan bingung-bingung Ngung… ngung… ngung Perut kami kembung Ngung… ngung… ngung Ngung… ngung… ngung (Massardi “Mencari Taman” 2000: 34) Empat tokoh ini selalu muncul secara berurutan sambil
menyanyikan lagu-lagu yang mendeskripsikan diri mereka sendiri.
Berdasarkan alur cerita, keempat tokoh ini memiliki karakter yang sama
yaitu kasar, suka merusak, dan mementingkan kepentingan sendiri. Oleh
karena itu, saat masuk ke dalam signifikasi sekunder, keempat tanda ini
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
61
dianggap sebagai satu tanda yang memiliki C2 yang sama. Dalam posisi
mereka sebagai tokoh, keempat hal ini memiliki C2
Sistem
dalam konteks negatif.
Modernisasi, kepraktisan, dan kegiatan ekonomi yang mereka hadirkan
dilakukan dengan tujuan buruk karena mereka justru menindas kaum yang
lemah dengan kekuatan yang mereka miliki. Jika dirangkum, proses
signifikasi pabrik, mobil, kereta api, dan pesawat terbang adalah sebagai
berikut.
Primer
E1 Pabrik, mobil, kereta api, pesawat terbang.
R1
C1
Pabrik: ‘Bangunan tempat memproduksi barang dagangan dalam jumlah besar.’ Mobil, kereta api, pesawat terbang: ‘Alat transportasi modern.’
E2
Sistem
Sekunder R2
‘Modernisasi.’ ‘Kepraktisan.’ ‘Kegiatan ekonomi’.
C2
Pengarang menggunakan tanda pabrik, kereta api, dan pesawat
terbang sebagai tokoh antagonis yang dijadikan sebagai alat penyampai
gagasan. Pengarang ingin menyampaikan situasi sosial masyarakat saat itu
yang penuh dengan penderitaan. Tanda ini tepat sekali digunakan karena
masih dekat dengan keseharian anak. Banyak mainan anak yang berupa
miniatur mobil, kereta api, atau pesawat terbang. Selain itu ada juga film
kartun yang menggunakan tokoh-tokoh berwujud alat transportasi ini
sebagai tokoh utamanya, seperti tokoh kartun Cars, Thomas the Train, dan
Bob the Builder.
3.2.4.2 Raksasa hitam
Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya (subbab
3.3.1.3) raksasa hitam dalam cerita ini merupakan tanda untuk
mendeskripsikan asap polusi. Asap ini muncul sebagai akibat dari
keberadaaan pabrik-pabrik dan berbagai macam alat transportasi.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
62
3.2.4.3 Pasukan Angkatan Perang
Pasukan angkatan perang merupakan pasukan yang menjaga
keamanan suatu wilayah. Pasukan ini umum dimiliki oleh negara-negara
yang bertujuan mengamankan wilayah negara itu dari serangan musuh.
Mereka dilengkapi dengan persenjataan dan dilatih untuk terbiasa
mematuhi perintah/ komando dari pihak yang berada di atasnya. Meski
identik dengan kekerasan, mereka berjuang untuk membela kepentingan
negara mereka. Dalam praktiknya, kendaraan ini memiliki senjata lengkap
untuk menghancukan pertahanan musuh. Hal ini membuat banyak orang
menjadi korban.
Saat masuk ke sistem sekunder dan dikaitkan dengan konteks
cerita, C2
Tak satu pun yang bisa menyelamatkan diri. Semuanya hanya ternganga menyaksikan teman-temannya berjatuhan dan mereka sendiri menanti ajal yang datangnya sekonyong-konyong itu dengan penuh pesona. Lalu dari balik semak-semak muncullah angkatan perang dengan senjata-senjata yang masih berasap. Mereka tetap berbaris dengan gagahnya dan tak sedikit pun terlukis di wajah mereka rasa duka cita seperti para penduduk kota. Mereka melanjutkan perjalanannya dengan penuh kemenangan sambil menyanyikan lagu mars mereka.
yang muncul yaitu ‘senjata’, ‘sesuatu yang menakutkan dan
menimbulkan kepanikan’, ‘komando,’ ‘konflik fisik,’ ‘pertumpahan
darah’. Akan tetapi pasukan angkatan perang dalam teks ini tidak
digambarkan sebagai pihak yang membela kepentingan rakyat di kota
tempat tinggal Kasih itu. Mereka justru membela kepentingan segelintir
orang (pedagang) dengan cara membunuh hewan-hewan dan penghuni
rimba lainnya. Setelah itu mereka menguasai Taman Sukrasana.
Signifikasi dalam sistem sekunder tersebut dapat dibuktikan dengan
tindakan mereka yang dideskripsikan dalam petunjuk pemanggungan
berikut ini.
Dan bersamaan dengan hilangnya angkatan perang dari pandangan, muncullah rombongan para pedagang yang tertawa dan berlagak penuh wibawa. Sementara penduduk kota serta anak-anak masih dalam rasa pesona, para pedagang itu muncul dengan nyanyian mereka:
Kamilah pedagang barang-barang Datang dengan pundi uang Mari kita bersenang-senang Membangun taman impian Dengan membangun kita berjuang Agar hidup bisa tenang Murah sandang murah pangan Semua orang kebagian
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
63
Ayolah jangan berpangku tangan Kita bangun pabrik-pabrik Kereta dan kapal terbang Nuklir jangan ketinggalan Janganlah terus hidup di hutan Dengan hewan dan tanaman Seperti dalam impian Para penjaga lingkungan Sekarang zaman sudah berganti Semua harus membangun Biar penuh pengorbanan Ini keharusan zaman Kota yang lama kita tinggalkan Sudah tidak menghasilkan Juga penuh pencemaran Tak ada yang ketinggalan Ayo bangun jangan sngkan-sungkan Tidak usah pikir uang Perut kami penuh uang Sampai ke tujuh turunan Ayo ayo ayo Ini uang, ini uang Siapa yang membangun Akan mendapat uang Pembangunaaaaaaan….. Pembangunaaaaaaan….. Uaaaaaaaaaang… uaaaaaaang…! Ayo pada antri Abang tua kasih abang Uang dari negeri seberang Ayo ayo ayo……..! (Massardi, “Mencari Taman,” 2000: 60-62)
Dalam hal ini berarti pihak yang memberikan komando adalah
pedagang. Hal ini karena tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pasukan
angkatan perang adalah tindakan-tindakan yang menguntungkan bagi
kaum pedagang dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan
masyarakat lainnya.
Sistem
Primer
E1 Pasukan angkatan perang.
R1
C1 ‘Pasukan yang menjaga keamanan suatu wilayah.’ E2 Sistem
Sekunder R2
‘Senjata,’ ‘komando,’ ‘pertumpahan darah,’ ‘pembelaan kepentingan,’ ‘sesuatu yang menakutkan dan menimbulkan kepanikan.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
64
3.2.4.4 Lonceng dan Sirine
Kota tempat tinggal Kasih dalam naskah ini disebut sebagai kota
yang sangat maju. Kota ini dideskripsikan sebagai tempat yang memiliki
bangunan dan fasilitas modern, tempat yang memiliki kegiatan ekonomi
produktif dengan banyak pabrik, dan tempat dengan tingkat polusi udara
yang tinggi. Polusi ini merupakan akibat dari kegiatan industri.
Masyarakat bahkan tidak bisa melakukan aktivitas yang wajar, misalnya
anak-anak tak lagi bisa main sepeda ataupun hanya berjalan-jalan santai di
luar rumah. Menurut para orang tua, sudah terlalu banyak mobil di sana
sehingga mereka khawatir anaknya akan tertabrak jika bermain sepeda di
luar. Selain itu anak-anak tersebut juga tidak dapat berjalan-jalan di luar
rumah karena udara yang kotor.
Malam itu di dalam kamar dari sebuah rumah tinggal di suatu kota
yang sangat maju, seorang gadis kecil bernama Kasih tidur di tempat tidurnya yang khusus. Ia sulit tidur karena di luar udara begitu buruk, langit pekat, suara bising, dan kota tak pernah tidur. Suara kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik begitu gemuruh merongrong masyarakat kota yang maju peradabannya. (Massardi “Mencari Taman,” 2000: 3) Jerapah : Jangan kuatir, sayang. Di luar sekarang ada bulan. Kita bisa main
galah atau sepeda. Kasih punya sepeda? Kasih : Dulu Kasih punya. Bagus sekali. Tapi sekarang tidak boleh dipakai,
soalnya di luar banyak mobil. Nanti Kasih bisa mati. Beruang : Mati kenapa? Kasih : Ketabrak mobil. Kancil : Tapi sekarang tak ada mobil dan tak usah main sepeda, kita jalan kaki
saja. Lebih enak. Kelinci : Iya, lebih enak dan Kasih tidak akan sakit lagi. Sekarang tidak ada
debu di jalan. Kasih : Tapi kata Mama asap pabrik juga berbahaya dan Kasih tidak boleh
jalan-jalan di luar, apalagi malam-malam. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 11) Selain deskripsi di atas, keadaan kota ini juga dideskripsikan
melalui keberadaan tanda lonceng dan sirine. Lonceng dalam signifikasi
tahap primer adalah ‘jam dinding yang besar’ (KBBI, 2007: 682). Lonceng
berfungsi untuk menunjukan waktu. Bentuknya yang besar membuat
lonceng biasa diletakkan di tempat yang luas dan mudah untuk dijadikan
pusat perhatian. Bunyi lonceng merupakan penanda akan suatu waktu
tertentu. Hal ini dijadikan acuan bagi orang-orang yang mendengarnya
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
65
untuk melakukan aktivitas seperti yang telah mereka jadwalkan masing-
masing.
Dalam “Mencari Taman”, lonceng dan sirine dibunyikan untuk
membangunkan penduduk untuk kerja. Selain itu bunyi ini juga menjadi
tanda bagi dimulainya aktivitas pabrik. Berdasarkan konteks cerita, C2
lonceng dan sirine dalam signifikasi sekunder adalah ‘jadwal’, ‘disiplin’,
‘aktivitas’, dan ‘komando.’ Masyarakat di kota tempat tinggal Kasih
bergerak mekanis tiap harinya. Masyarakat yang berkuasa melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan keuntungan pribadi mereka masing-
masing sedangkan masyarakat di bawahnya hanya bisa pasrah dan tidak
berdaya melawan keadaan.
Di kota yang sangat maju, terdengar lonceng kota berdentang enam kali, pertanda hari sudah pagi. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota. Maka pabrik-pabrik pun mulai bangkit. Kereta api segera berbunyi dan mobil-mobil mulai bergerak sementara kapal terbang siap melayang. Segala bunyi yang bangkit di pagi itu adalah nyanyian penduduk kota yang takkan pernah berganti, entah sampai kapan. Setiap pagi itulah langit kota mulai berubah warna menjadi mendung yang kering yang dari jauh nampak sebagai raksasa yang siap menelan kota dan seisinya, setiap hari, setiap saat. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31)
Selain lonceng, pengarang juga menggunakan tanda sirine untuk
mendeskripsikan keadaan. Sirine dalam tahap primer memiliki C1 ‘alat
untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras, misalnya sebagai
tanda bahaya dsb (KBBI, hlm.1.074). Saat masuk ke sistem sekunder,
sirine memiliki C2
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, lonceng dalam konteks
cerita ini memiliki C
‘alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu
yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.
Dalam naskah ini, sirine muncul pertama kali saat pagi hari setelah
lonceng berdentang enam kali.
2 sebagai komando dimulainya aktivitas masyarakat
dalam kota itu. Maksudnya, masyarakat sudah memiliki kewajiban
masing-masing sesuai aturan waktu yang telah ditentukan pihak yang
berkuasa. Sementara itu, sirine dalam konteks ini memiliki C2 sebagai
sesuatu yang menjadi penanda rasa takut dan ketidakberdayaan
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
66
masyarakat kota. Mereka dibangunkan oleh sirine yang menjadi penanda
bahwa saat bangun mereka akan menghadapi situasi yang sama, seperti
hari-hari sebelumnya, menakutkan dan merasa tidak aman. Kemudian menyusul bunyi sirine meraung membelah pagi membangunkan pekerja penduduk kota (Massardi “Mencari Taman” 2000: 31). Makna konotasi sirine ini juga tergambar dalam adegan berikutnya,
yaitu saat para orang tua mencari anak-anak mereka dengan bantuan
mobil-mobil. Jenis mobil yang muncul membantu adalah mobil bersirine.
Ini menggambarkan bahwa situasi yang sedang terjadi bersifat darurat dan
menimbulkan kepanikan. Lalu sirine dibunyikan di mana-mana. Seluruh kota tambah gempar.
Lalu mobil-mobil pemadam kebakaran, ambulance, dan mobil polisi berseliweran dengan sirinenya meraung-raung. Di tengah teriakan panik orang-orang kota, pasukan angkatan perang pun muncul berbaris bersama pasukan tank baja, dan lain-lain dalam suasana tempur. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 39) 3.2.4.5 Kuburan
Saat Kasih dan teman-temannya berhasil menemukan Taman
Sukrasana, mereka menyebut kota tempat mereka tinggal sebelumnya
dengan metafora kuburan. Kuburan adalah ‘tanah tempat menguburkan
mayat’ (KBBI, 2007: 606) atau dengan kata lain tempat bagi sesuatu yang
sudah tidak memiliki kehidupan lagi. Kuburan dideskripsikan sebagai
suatu tempat yang gelap, sesak, sunyi, dan menyeramkan.
Oleh karena itu, dalam signifikasi tahap sekunder kuburan
memiliki C2
Sistem
‘kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat
Primer
E1 Lonceng dan sirine
R1
C1 Lonceng: ‘Jam dinding yang besar.’ Sirine: ‘Alat untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras, misalnya sebagai tanda bahaya dsb.’
E2
Sistem
Sekunder
R2
‘Jadwal’, ‘disiplin’, ‘aktivitas’, dan ‘komando.’ Lonceng:
‘Alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.
Sirine: C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
67
yang menakutkan’. Hal ini menunjukkan bahwa kota tempat tinggal Kasih
tersebut merupakan tempat yang menakutkan dan tidak mampu
memberikan hal berarti lagi bagi mereka. Kasih : (Menyanyi) Hai! Lihat! Di sana ada rumput! Boneka : Hai! Lihatlah! Di sana ada pepohonan! Jerapah : Hai! Lihatlah! Di sana ada pancuran! Beruang : Hai! Lihat! Di sana ada buahan! Bangau : Hai! Lihatl Di sana ada harapan! Kancil+Kelinci : Hai! Lihat! Di sana ada rambutan! Kas+Pt Lpn : Hai! Lihat! Di sana ada tujuan! Anak-anak : (Berbalik ke belakang) Hai! Lihatlah! Semua : (Berbalik ke belakang) Ada apa? Ada apa? Anak-anak : Hai lihat! Di sana ada kuburan Semua : (Bergidik) Idih!
(Mundur) Idih! (Mundur) Idih! Di sana ada kuburan Kami banyak larangan Mendingan kita ke depan (berbalik lagi) Di sana tempat tujuan Alam yang penuh impian Ha ha ha Hi hi hi Holopis kuntul baris Ayo maju, maju…! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 25-26)
3.2.4.6 Batuk
Dalam “Mencari Taman” tokoh-tokohnya dideskripsikan menderita
akibat ulah orang-orang yang berkuasa di atas mereka. Salah satu bentuk
deskripsinya adalah melalui penyakit batuk. Tokoh-tokoh protagonis
mengalami batuk-batuk yang berkepanjangan dan sulit disembuhkan karena
mereka tidak punya uang untuk berobat. Oleh karena itu, untuk menghindari
kondisi tersebut para orang tua memilih untuk melarang anak mereka ke luar
rumah.
Sistem
Primer
E1 Kuburan.
R1
C1 ‘Tanah tempat menguburkan mayat.’ E2 Sistem
Sekunder R2
‘Kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat yang menakutkan’.
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
68
“Jangan buka jendela kalau siang!” “Banyak debu di luar!” “Jangan main di jalanan, bisa mati kamu!” “Lihat ke langit! Hari mendung!” “Banyak asap kotor, tutup hidung kamu!” “Pokoknya harus tinggal di rumah terus!” “Tak usah minta jajan!” “Jangan main sama si anu, dia penyakitan!” “Rumahnya penuh kuman, jangan ke sana!” “Baru tadi siang ada yang ketabrak mobil!” “Tutup jendela! Malam-malam melamun!” “Siapa bilang boleh jalan kaki, hah? “Tutup kuping kamu kalau ada kapal. Budek!” (Massardi “Mencari Taman” 2000: 17)
Batuk dalam signifikasi sistem primer memiliki C1 ‘penyakit pada
jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal
pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang
keras seperti menyalak’ (KBBI, 2007: 114). Penyakit ini menyerang bagian
penting (pernafasan manusia) sehingga mengganggu kinerja dan kreativitas
penderitanya. Berdasarkan hal ini, saat masuk ke dalam sistem sekunder, C2
Kami ini warga kota
yang muncul adalah ‘ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang
sifatnya penting.’ Pengarang menggunakan metafora batuk sebagai salah
satu akibat dari konflik cerita. Hal ini menyiratkan bahwa masalah yang
muncul menyerang bagian penting dari kehidupan manusia, yaitu kesehatan
dan kesejahteraan.
Mempunyai jiwa raga Kalau berjalan tuk tuk tuk Tidak lupa batuk-batuk Tiap hari kami bekerja berat Dengan bercucur keringat Kalau gajian terlambat Tak bisa terbeli obat Kami tinggal di pinggiran Jauh dari keramaian Kalau siang kepanasan Kalau malam kedinginan Tu wa tu wa Satu dua satu dua Hidupku tua di kota Tak bisa tertawa Ha ha ha ha ha Jangan tertawa Ha ha ha ha ha
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
69
Kami tertawa (Massardi “Mencari Taman” 2000: 36-37) Di kamar lain, Papa dan Mama yang baik mendatangi Kasih, dibelainya anak itu dan ia segera merengek minta perlindungan. Sementara kedua orang itu pun tak luput dari serangan batuk yang sulit dicegah. (Massardi “Mencari Taman” 2000: 3) Bonekaku yang lucu Di kamar yang berdebu Duduk termangu-mangu Sambil terbatuk-batuk Bonekaku yang baru Tak habis kuterharu Uhuk-uhuk-uhuk-uhuk-uhuk! Anak-anak yang lucu Di kamar yang berdebu Tidur tak bisa tidur Main tak bisa main Hidup dalam penjara Udara yang membusuk Uhuk-uhuk-uhuk-uhuk-batuk! (Massardi “Mencari Taman” 2000: 5)
3.2.4.7 Gagasan 4 (Sumber daya alam yang tidak dimanfaatkan
secara bijaksana akan menimbulkan kerugian bagi makhluk
hidup) dan Tanda-tanda Pembentuknya
Konflik cerita berawal dari tindakan kesewenang-wenangan suatu
pihak terhadap pihak di bawahnya. Dalam hal ini adalah peraturan/sistem
yang berlaku dalam masyarakat terhadap hak masyarakat miskin terutama
anak-anak, yang dalam naskah ini diwakili oleh tokoh Kasih. Para pelaku
industri (dalam hal ini adalah orang dewasa) melakukan hal-hal yang
menguntungkan kepentingan mereka sendiri. Segala yang terjadi sehari-
hari merupakan hal yang sudah diatur dan harus dilakukan. Hal ini
ditunjukkan oleh tanda lonceng. Saat lonceng berdentang, sirine juga
Sistem
Primer
E1 Batuk.
R1
C1 ‘Penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.
E2 Sistem
Sekunder R2
‘Ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang sifatnya penting.’
C2
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
70
mulai berbunyi. Metafora sirine ini memiliki makna konotasi ketakutan,
bahaya, dan ketidakberdayaan masyarakat lemah.
Keberadaan kereta api, mobil, dan pesawat terbang sebagai tokoh
merupakan tanda yang digunakan pengarang untuk mendeskripsikan
modernisasi yang terjadi di kota itu. Modernisasi ini ternyata tidak
diimbangi dengan pelestarian alam. Mereka tidak memikirkan dampak dari
polusi yang timbul. Hal ini dikonotasikan dengan raksasa dan penyakit
batuk. Raksasa hitam adalah tanda yang mengacu pada asap yang
dihasilkan pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Penyakit batuk yang
dialami para tokohnya tidak hanya dapat dimaknai sebagai sebuah
penyakit yang menyerang sistem pernafasan tetapi juga dapat dimaknai
melalui sistem sekunder. Melalui batuk tersebut dapat disimpulkan bahwa
keadaan yang ada sudah sangat mengganggu bagian penting dari
kehidupan anak-anak itu: kebebasan, keceriaan, dan rasa aman. Hal ini
berkaitan juga dengan gagasan ketiga.
Saat menemukan Taman Sukrasana, Kasih dan teman-temanya
ingin tinggal di sana dan menganggap bahwa yang ada di belakang mereka
(kota tempat dulu mereka tinggal) adalah kuburan. Makna konotasi
kuburan dalam konteks ini adalah tempat yang tidak memiliki kehidupan,
segalanya serba terbatas, dan penuh tekanan dan rasa takut. Hal ini karena
kota itu bising, penuh debu dan asap polusi, dan tidak memberikan rasa
aman bagi mereka. Saat rombongan orang tua datang, rupanya ada juga
kaum pedagang dan angkatan perang dalam rombongan itu. Mereka
kemudian merusak Taman Sukrasana dan menjadikan taman itu seperti
kota tempat tinggal Kasih sebelumnya. Mereka menebang pohon-pohon
lalu membangun pabrik-pabrik tanpa mempedulikan lingkungan. Mereka
justru memanfaatkan keindahan Taman Sukrasana demi kepentingan
mereka sendiri. Kamilah pedagang barang-barang Datang dengan pundi uang Mari kita senang-senang Membangun taman impian Dengan membangun kita berjuang Agar hidup bisa tenang Murah sandang murah pangan Semua orang kebagian
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
71
Ayolah jangan berpangku tangan Kita bangun pabrik-pabrik Kereta dan kapal terbang Nuklir jangan ketinggalan Janganlah terus hidup di hutan Dengan hewan dan tanaman Seperti dalam impian Para penjaga lingkungan Sekarang zaman sudah berganti Semua harus membangun Biar penuh pengorbanan Ini keharusan zaman Kota yang lama kita tinggalkan Sudah tidak menghasilkan Juga penuh pencemaran Tidak ada yang ketinggalan Ayo bangun jangan sungkan-sungkan Tidak usah pikir uang Perut kami penuh uang Sampai ke tujuh turunan (Massardi “Mencari Taman” 2000: 61-62) “Ayo tebang! Jangan sungkan-sungkan!” “Hidup pembangunan! Hidup pembangunan!” “Ayo bikin pabrik! Babat hutan-hutan!” “Bang! Bang! Bang! Bang!” “Bikin lapangan terbang! Bikin kapal terbang!” “Hidup para pedagang! Ganyang pembenci uang!” “Ayo tebang! Ayo tebang!” (Massardi “Mencari Taman” 2000: 63)
Berdasarkan uraian di atas, tanda-tanda yang digunakan sesuai untuk
menyampaikan gagasan keempat Noorca dalam naskah ini, yaitu
modernisasi harus diimbangi dengan pelestarian sumber daya alam. Pabrik,
kereta api, mobil, pesawat terbang dan raksasa menjadi metafora untuk
modernisasi. Lonceng dan sirine menjadi penanda dari sebuah situasi hidup
yang berjalan teratur berdasarkan komando dari pihak tertentu. Begitu
buruknya situasi di kota tersebut sehingga Kasih dan teman-temannya
menyebut tempat itu sebagai kuburan.
3.3 Gagasan-gagasan dalam “Mencari Taman” dan Tanda-Tanda
Pembentuknya.
Dalam naskah ini ditemukan beberapa tanda yang digunakan oleh
pengarang dalam upaya membantu menyampaikan gagasannya. Makna
sekunder yang muncul dianalisis berdasarkan konteks cerita naskah ini
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
72
sendiri. Jika tanda-tanda itu dirangkum, akan tampak seperti dalam tabel
berikut ini.
Gagasan Tanda yang
digunakan
Signifikasi
Tahap Primer (C1 Tahap Sekunder (C) 2)
Ora
ng tu
a se
lalu
ber
usah
a m
elak
ukan
hal
terb
aik
untu
k an
ak.
Kasih
‘Perasaan sayang.’
‘Sesuatu yang dicintai dan butuh perlindungan.’ ‘Sebuah harapan’.
Bulan,
Matahari,
Bintang
‘Benda langit yang memiliki kemampuan menerangi sesuatu dengan cahayanya sendiri atau cahaya yang dipantulkannya.’
‘Pelindung, penghibur, dan tempat mengadu.’ ‘Pemberi solusi dalam sebuah masalah.’
Raksasa ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’
‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan.’
Mobil polisi, mobil pemadam kebakaran, ambulance
‘Kendaraan-kendaraan yang muncul untuk mengatasi suatu masalah tertentu.’
‘Situasi darurat.’ ‘Sekelompok orang dengan keahlian tertentu yang berkaitan dengan upaya penyelamatan.’ ‘Sesuatu yang dapat menarik perhatian orang banyak.’ ‘Kebisingan dan kepanikan.’ ‘Kemudahan dan kecepatan dalam berlalu lintas.’
Pers
ahab
atan
mer
upak
an
hal p
entin
g da
lam
kehi
dupa
n.
Boneka ‘Tiruan anak untuk permainan.’
‘Hal yang dapat memberi kesenangan.’ ‘Orang yang berada dalam kekuasaan pihak lain.’ ‘Pemberontakan.’ ‘Semangat untuk melakukan perubahan.’
Kelinci, Beruang, Kancil, Jerapah
‘Hewan jinak/ dapat berteman dengan manusia.’ ‘Hewan herbivora (pemakan tumbuhan).’ ‘Mamalia berkaki empat.’ ‘Menjadi tokoh dalam cerita fabel.’
‘Sesuatu yang ramah, dikenal, dan disukai anak.’ ‘Sesuatu yang mempunyai daya juang dalam mempertahankan hidup.’ ‘Pemberani.’
Keb
utuh
an a
nak
ada
lah
rasa
am
an ,
baha
gia,
dan
te
nang
Sukrasana ‘Nama raksasa kecil buruk rupa namun baik hati.’
‘Sesuatu yang baik, menyenangkan, dan bermanfaat.’ ‘Tempat yang indah seperti surga.’ ‘Tempat yang hanya berisi orang-orang baik.’ ‘Tempat impian.’ ‘Hadiah bagi orang yang bersikap baik.’ ‘Sesuatu yang didapatkan dengan susah payah.’
Suargaloka ‘Khayangan tempat kediaman Batara Guru’
‘Kedamaian’, ‘tempat impian’, ‘keindahan’, dan ‘tempat berkumpul orang-orang baik’.
Bidadari ‘Perempuan elok yang berasal dari khayangan’
‘Kesucian, keabadian.’ ‘Kasih sayang dan cinta.’
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
73
‘Keadaan yang baru.’ ‘Sambutan positif.’
Kamar, jendela, gapura taman
Sebuah ruangan tertutup yang menjadi bagian dari sebuah bangunan.
Kamar:
‘Lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara.’
Jendela:
‘Pintu gerbang yang besar untuk masuk pekarangan rumah, taman, dsb.’
Gapura taman:
‘Hal pribadi.’ Kamar:
‘Representasi diri.’ ‘Rahasia.’ ‘Kepercayaan.’ ‘Kenyamanan.’
‘Pemberontakan.’ Jendela dan gapura taman:
‘Pembatas.’ ‘Dunia baru.’ ‘Harapan.’
Musik rimba ‘Susunan nada/suara dalam urutan sedemikian rupa hingga menghasilkan irama.’
‘Penyambutan’, ‘sesuatu yang dapat menarik perhatian’, ‘semangat’, ‘keakraban’, ‘suasana gembira’, ‘keramaian’, dan ‘kehangatan dan cinta’.
Permainan anak: galahsin, kucing-kucingan, bola, ayunan, renang, memanjat pohon, naik binatang.
Jenis permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak, membutuhkan lahan yang luas di alam terbuka dan lebih menyenangkan jika dimainkan lebih dari satu orang
Keakraban, kekompakan, kerja sama, kesenangan, dan strategi.
Su
mbe
r da
ya a
lam
yan
g tid
ak d
iman
faat
kan
seca
ra b
ijaks
ana
akan
m
embe
rika
n ke
rugi
an b
agi m
akhl
uk h
idup
.
Pabrik, Kereta
api, Mobil,
Pesawat
terbang
‘Bangunan tempat memproduksi barang dagangan dalam jumlah besar.’
Pabrik:
‘Alat transportasi modern’
Mobil, kereta api, pesawat terbang:
‘Modernisasi.’ ‘Kepraktisan.’ ‘Kegiatan ekonomi’.
Raksasa ‘Makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar.’
‘Asap’, ‘hitam’, ‘kotor/jorok’, ‘gelap’, ‘hal yang menakutkan.’
Pasukan Angkatan Perang
‘Pasukan yang menjaga keamanan suatu wilayah.’
‘Senjata,’ ‘komando,’ ‘pertumpahan darah,’ ‘pembelaan kepentingan,’ ‘sesuatu yang menakutkan dan menimbulkan kepanikan.’
Lonceng, dan sirine.
Lonceng:
‘Jam dinding yang besar.’
Sirine: ‘Alat untuk menghasilkan bunyi yang mendengung keras (sebagai tanda bahaya dsb).’
‘Jadwal’, ‘disiplin’, ‘aktivitas’, dan ‘komando.’
Lonceng:
‘Alat untuk menarik perhatian’, ‘ancaman’, ‘sesuatu yang mengganggu’, ‘ketakutan dan kepanikan’, dan ‘situasi darurat’.
Sirine:
Kuburan ‘Tanah tempat menguburkan mayat.’
‘Kesunyian’, ‘kehampaan’, ‘akhir kehidupan’ dan ‘tempat yang menakutkan’.
Batuk
‘Penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorok sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.’
‘Ketidakberdayaan’ dan ‘kehilangan sesuatu yang sifatnya penting.’
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
Universitas Indonesia
74
Setelah Taman Sukrasana dirusak, keadaan tempat itu pun menjadi sama
dengan kota tempat tinggal Kasih sebelumnya. Pohon-pohon ditebang, pabrik dan
jalan raya dibangun di mana-mana, kendaraan-kendaraan modern berkeliaran
mengeluarkan asap polusi hitam, suara bising mengganggu ketenangan, dan lain-
lain. Kasih dan teman-temannya pun kembali menderita seperti dulu lagi. Mereka
tidak bebas bermain dan berjalan-jalan ke luar rumah lagi. Hal ini dideskripsikan
dengan adanya pengulangan adegan awal sebagai penutup cerita. Alur seperti ini
disebut alur spiral. Alur spiral menyiratkan bahwa konflik yang terjadi dalam
naskah tersebut adalah hal yang masih sering terjadi dan terus berlanjut.
Sampai sekarang situasi ini (keadaan lingkungan yang buruk akibat
modernisasi dan industrialisasi) masih juga terjadi. Kondisi dunia beberapa waktu
terakhir bahkan direpotkan dengan isu global warming. Gagasan yang ada dalam
“Mencari Taman” yang ditulis tahun 1976 ternyata masih relevan dengan kondisi
yang terjadi pada tahun 2009 ini. Gagasan mengenai kepentingan anak yang
dikombinasikan dengan gagasan tentang kerusakan lingkungan merupakan hal
yang dekat dengan dunia anak. Gagasan-gagasan ini dibentuk oleh tanda-tanda
yang diambil dari berbagai sumber. Sumber-sumber yang dapat diambil sebagai
gagasan cerita yang sesuai untuk anak-anak antara lain cerita rakyat, mitologi,
legenda, di samping kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan dunia anak-
anak.5
Untuk membuat sebuah gagasan dalam cerita menjadi mudah dipahami
anak sebagai pembaca bukan hanya melalui hal yang dekat dengan keseharian
mereka, pemilihan tokoh pun menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. Pada
umumnya cerita anak-anak lebih senang menempatkan tokoh anak karena faktor
identifikasi diri yang terdapat pada anak sebagai pembaca. Hal ini akan membuat
anak lebih dekat dengan alam dunia yang dibacanya.
Cerita-cerita ini terdapat dalam naskah “Mencari Taman.”
6
Dalam “Mencari Taman”
hal itu diperkaya dengan adanya tokoh-tokoh fiktif berupa mainan yang hidup
atau tokoh-tokoh dari dunia dongeng.
5 Sarumpaet, Op. Cit., hlm.30. 6 Liotohe, Op. Cit., hlm.16.
Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009
top related