bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab4/2007-2-00393-mn-bab...
Post on 02-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
38
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden
4.1.1 P.T. Astra Agro Lestari Tbk
PT Astra Agro Lestari Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan nama PT
Suryaraya Cakrawala berdasarkan Akta Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H.,
No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro
Niaga berdasarkan Akta perubahan No. 9 tanggal 4 Agustus 1989 dari notaris
yang sama. Akta pendirian Perusahaan dan perubahannya disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
10099.HT.01.01.TH.89 tanggal 31 Oktober 1989.
Pada tanggal 30 Juni 1997, perusahaan melakukan penggabungan usaha
dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian penggabungan usaha yang telah
diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 126 tanggal 19 Juni
1997. Penggabungan usaha ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan
(pooling of interest). Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah
menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar
menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500
(Rupiah penuh). Perubahan nama dan peningkatan modal dasar Perusahaan ini
diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No 136 tanggal 23 Juni
1997 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. 95 Tambahan
No. 5616 tanggal 27 November 1997.
39
Perubahan Anggaran Dasar terkahir Perusahaan diaktakan dengan Akta
Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 65 tanggal 11 Agustus 1997, mengenai
perubahan seluruh anggaran dasar Perusahaan guna memenuhi ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku di pasar modal, termasuk perubahan nama
Perusahaan menjadi PT Astra Agro Lestari Tbk, dan persetujuan para pemegang
saham atas penawaran umum saham Perusahaan kepada masyarakat sebanyak
125,8 juta saham. Perubahan Anggaran Dasar tersebut disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
8271.HT.01.04.TH.97 tanggal 21 Agustus 1997 dan diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia No. 95 Tambahan No. 5617 tanggal 27
November 1997.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian,
pengangkutan, jasa dan konsultan. Perusahaan mempunyai investasi pada anak
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri kelapa sawit,
karet dan kakao.
Kantor pusat Perusahaan dan anak perusahaan berlokasi di Jalan Pulo Ayang
Raya Blok OR No. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa
sawit dan karet Perusahaan seluas 3.862 hektar dan 357 hektar (sebelumnya
tahun 2004 perkebunan karet seluas 1.200 hektar) berlokasi di Kalimantan Selatan
dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara. Perkebunan dan pabrik
pengolahan anak perusahaan berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan
Sulawesi.
Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995.
40
Pada tanggal 31 Desember 2005, luas areal hak atas tanah yang dimiliki oleh
Perusahaan dan anak perusahaan seluas 227.179 hektar (2004:213.650 hektar)
dengan luas areal tertanam seluas 152.035 hektar (2004: 146.747 hektar).
Sampai dengan 31 Desember 2005 beberapa anak perusahaan
mengembangkan perkebunan plasma dan membina kerjasama dengan petani
plasma untuk areal tertanam seluas 52.495 hektar (2004: 49.962 hektar) dimana
seluas 37.132 hektar (2004: 335.935 hektar) telah dikonversi.
Pabrik pengolahan Perusahaan dan anaka perusahaan berkapasitas produksi
efektif 760 ton tandan buah segar per jam, 19,3 ton karet, 2,6 ton kakao, 300 ton
CPO serta 100 ton inti sawit per hari.
Pada tanggal 9 Desember 1997, Perusahaan melakukan penawaran umum
perdana saham Perusahaan sebanyak 125,8 juta saham dengan nilai nominal Rp
500 (Rupiah penuh) per saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.550
(Rupiah penuh) per saham. Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Laporan keuangan konsolidasian mencakup akun-akun anak perusahaan
dimana Perusahaan mempunyai kepemilikan saham lebih dari 50%, atau memiliki
kemampuan untuk mengendalikan anak-anak perusahaan, yang terdiri dari :
41
Tabel 4.1
Anak Perusahaan P.T. Astra Agro Lestari Tbk
Nama anak perusahaan dan aktivitas utama Lokasi
Kelapa sawit
PT Sari Lembah Subur Riau
PT Eka Dura Indonesia Riau
PT Tunggal Perkasa Plantations Riau
PT Sawit Asahan Indah Riau
PT Kimia Tirta Utama Riau
PT Surya Panen Subur Riau
PT Sari Aditya Loka Jambi
PT Letawa Sulawesi Selatan
PT Pasangkayu Sulawesi Selatan
PT Suryaraya Lestari Sulawesi Selatan
PT Mamuang Sulawesi Selatan
PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi Kalimantan Tengah
PT Gunung Sejahtera Puti Pesona Kalimantan Tengah
PT Gunung Sejahtera Dua Indah Kalimantan Tengah
PT Suryaindah Nusantarapagi Kalimantan Tengah
PT Agro Menararachmat Kalimantan Tengah
PT Gunung Sejahtera Yoli Makmur Kalimantan Tengah
PT Gunung Sejahtera Raman Permai Kalimantan Tengah
PT Persadabina Nusantaraabadi Kalimantan Tengah
PT Nirmala Agro Lestari Kalimantan Tengah
PT Bhadra Cemerlang Kalimantan Tengah
PT Ciptanarada Lestari Kalimantan Tengah
PT Karya Tanah Subur Aceh
PT Perkebunan Lembah Bhakti Aceh
PT Waru Kaltim Plantation Kalimantan Timur
PT Simpati Tani Sentosa Kalimantan Timur
42
PT Sumber Kharisma Persada Kalimantan Timur
PT Sukses Tani Nusasubur Kalimantan Timur
PT Cakradenta Agung Pertiwi Kalimantan Selatan
PT Lestari Tani Teladan Sulawesi Tengah
PT Karyanusa Eka Daya Kalimantan Timur
PT Bhadra Sukses Sulawesi Selatan
Kelapa sawit dan karet
PT Cakung Permata Nusa Kalimantan Selatan
Kakao
PT Pandji Waringin Banten
Manufaktur dan jasa
PT Eka Dura Perdana Riau
Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk
Susunan anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Perusahaan pada
tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut :
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris Michael Dharmawan Ruslim
Wakil Presiden Komisaris Neville Barry Venter
Komisaris Gunawan Geniusahardja
Komisaris Prijono Sugiarto
Komisaris Benny Subianto
Komisaris Kiki Sutantyo
Komisaris Patrick Morris Alexander
Komisaris Harbrinderjit Sight Dilon
Dewan Direksi
43
Presiden Direktur Maruli Gultom
Wakil Presiden Direktur Benny Tjoeng
Direktur Pongki Pamungkas
Direktur Juliani Eliza Syaftari
Direktur Bambang Palgoenadi
Direktur Tony Hermawan Koerhidayat
Pada tanggal 31 Desember 2005, Grup mempunyai karyawan tetap
sebanyak 17.789 karyawan (2004: 16.727 karyawan) dengan jumlah biaya
karyawan kurang lebih sebesar Rp 402 miliar (2004: Rp 389 miliar).
4.1.2 P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (“Perusahaan”)
didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No. 93 tanggal 18 Desember
1962 yang diubah dengan akta No. 20 tanggal 9 September 1963. Akta pendirian
ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
No. J.A 5/121/20 tanggal 14 September 1963 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1963, Tambahan No. 531.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan
terkahir adalah berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH No. 338 tanggal
27 Mei 2004 menngenai Peningkatan Modal Ditempatkan dan Disetor Tanpa Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tanggal
25 Pebruari 1999 tentang bentuk-bentuk tagihan tertentu yang dapat
dikompensasikan sebagai setoran saham. Perubahan ini telah disahkan oleh
44
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. C-13363 HT.01.04.TH.2004 tanggal 28 Mei 2004 dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 554 tanggal 9 Juli 2004, Tambahan
No. 55.
Perusahaan bergerak di bidang industri perkebunan dengan menanam dan
memelihara tanaman kelapa sawit, karet, kakao, kalapa serta teh dan kopi,
mengolah hasil perkebunan tersebut dan menjual hasilnya di dalam maupun di
luar negeri, dengan proporsi pemasaran lokal dan ekspor masing-masing sebesar
60% dan 40% untuk tahun 2005 dan 2004.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor-kantor cabang operasional
berlokasi di Medan dan Palembang.
Perusahaan pada saat ini sedang mengusahakan perkebunan yang telah
menghasilkan dan belum menghasilkan seluas masing-masing 67.673 hektar
(2004: 56.937 hektar) dan 13.971 hektar (2004: 8.300 hektar) di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Produk utama adalah minyak kelapa sawit dan karet, serta sebagian kecil kakao,
teh, kopi, dan bibit.
Disamping mengelola perkebunannya sendiri, Perusahaan juga mengelola
perkebunan di atas tanah yang dimiliki petani kecil setempat (perkebunan plasma)
sesuai dengan pola perkebunan “inti plasma” yang dipilih pada saat Perusahaan
melakukan ekspansi perkebunan di Sumatera Selatan dan sebagian kecil di
Sulawesi dan Kalimantan pada tahun 1994.
45
Pengelolaan perkebunan plasma ini akan diserahterimakan kepada petani
tersebut (petani plasma) pada saat perkebunan plasma siap menghasilkan.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2005, luas areal perkebunan plasma yang
telah diserahterimakan adalah 35.917 hektar (2004: 31.013 hektar) dan yang
masih dalam pengembangan seluas 873 hektar (2004: 540 hektar).
Penawaran Umum Saham Perusahaan
Pada tanggal 7 Juni 1996, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari
Keua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melalui suratnya No. S-
912/PM/1996 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 38.800.000
saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 5 Juli 1996 saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.
Pada tanggal 16 Juni 1997 Perusahaan mengeluarkan saham bonus
sebanyak 283.274.421 saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham hasil
penawaran umum saham perdana. Pada tanggal 24 Juli 1997 saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Sebagaimana dibahas dalam Catatan 4, proses restrukturisasi hutang
Perusahaan telah diselesaikan berdasarkan Perjanjian Utama Restrukturisasi
(“MRA” – Master Restructuring Agreement) dengan para kreditur Perusahaan pada
tanggal 28 April 2004 dan selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(“RUPSLB”) Perusahaan yang diadakan pada tanggal 27 Mei 2004 telah
menyetujui :
Konversi hutang Perusahaan sebesar USD 48.876.345,41 menjadi
280.096.500 saham biasa yang akan dikeluarkan kepada First Durango
46
International, Ltd, Mauritius, melalui Penambahan Modal tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu.
Penerbitan Surat Hutang Wajib Konversi (Mandatory Convertible Notes) untuk
598.863.500 saham atas hutang Perusahaan sebesar USD 104.500.627
kepada para kreditur, yang terdiri dari USD 83.660.341 kepada Deutsche Bank
AG, London dan USD 20.840.286 kepada PT Namalatu Cakrawala Securities.
Pada tanggal 18 Juni 2004, seluruh saham hasil konversi hutang tersebut
sejumlah 280.096.500 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.
Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, Surat Hutang Wajib Konversi
yang telah dikonversikan menjadi saham biasa adalah sejumlah 329.519.500
saham (lihat Catatan 18 dan 25).
Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, seluruh saham Perusahaan
sejumlah 1.095.229.293 lembar telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.
Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan
Pada tanggal 31 Desember 2005, susunan Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris Perusahaan adalah sebagai berikut :
Presiden Komisaris Mark Howard Carnegie
Komisaris Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Komisaris Joefly Joesoef Bahroeny
Komisaris Jay Geoffrey Wacher
47
Komisaris Independen Rachmat Soebiapradja
Komisaris Independen Tengku Alwin Aziz
Presiden Direktur Glenn Muhammad Surya Yusuf
Direktur Handana Halim Wanawijaya
Direktur Wirawan Giriputra
Direktur Bryan John Dyer
Direktur Zafril Ansgar Hamzah
Jumlah rata-rata karyawan tetap dan buruh perkebunan Perusahaan untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2005 dan 2004 adalah masing-masing
sebanyak 12.866 dan 12.138.
Kepemilikan pada Anak-anak Perusahaan
Perusahaan mempunyai kepemilikan secara langsung pada anak-anak
perusahaan berikut :
Tabel 4.2
Anak Perusahaan P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk
Nama perusahaan Domisili Kegiatan usaha
PT Dwi Reksa Usaha Perkasa (DRUP)
Palembang Perdagangan dan perkebunan kelapa sawit
Lonsum Finance BV (LBV) Belanda Pembiayaan perusahaan
PT Multi Agro Kencana Prima (MAKP)
Jakarta Perkebunan, pengolahan, dan pemasaran
Lonsum Singapore Pte. Ltd. (LSP)
Singapore Perdagangan dan pemasaran
Sumber : PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
48
Berdasarkan Akta Notaris No. 21 Machrani Moertolo Soenarto, SH tanggal 8
Januari 2003, PT Multi Agro Kencana Prima telah meningkatkan modal dasar dari
Rp 1.000.000.000 menjadi Rp 50.000.000.000, modal ditempatkan dan disetor
dari Rp 250.000.000 menjadi Rp 16.000.000.000 dan nilai nominal saham dari Rp
1.000 (Rupiah penuh) menjadi Rp 64.000 (Rupiah penuh). Akta notaris tersebut
sedang dalam proses pengesahan oleh Menteri Kehakiman Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Pada tanggal 18 Nopember 2003, Perusahaan mendirikan anak perusahaan
baru di Singapura dengan nama Lonsum Singapore Pte, Ltd. (“LSP”) berdasarkan
Singapore Companies Act (Cap 50) dan telah didaftarkan pada Registry of
Companies and Businesses di Singapura dengan modal dasar sebesar S$
100.000.000.000. Tujuan utama pendirian LSP adalah untuk memberikan jasa
pemasaran dan promosi atas produk-produk perkebunan Perusahaan di luar
negeri.
Pada tanggal 30 Desember 2004, pemegang saham telah menandatangani
keputusan likuidasi Lonsum Finance B.V. yang berlaku efektif sejak tanggal 31
Desember 2004. Pada tanggal 31 Desember 2005, pelaksanaan likuidasi tersebut
masih dalam proses.
4.1.3 P.T. Cipendawa Agroindustri Tbk
Pendirian Perusahaan
PT Cipendawa Agroindustri Tbk didirikan pada tanggal 25 Nopember 1970
dengan nama PT Tjipendawa Farm Enterprise Ltd, dengan akta notaris Juliaan
Nimrod Siregar Gelar Mangaradja Namora, SH No. 90. Akta pendirian Perusahaan
49
tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 22 Tambahan No. 188 tanggal 16
Maret 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan akta notaris Buntario Tigris, SH, SE, MH No. 118
tanggal 23 Juni 2005 mengenai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
Perusahaan. Akta perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
C-22107 HT.01.04.TH.2005 tanggal 9 Agustus 2005.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, lingkup kegiatan
Perusahaan meliputi bidang usaha peternakan, industri, perdagangan dan
pertanian. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan peternakan berlokasi di
Cipanas (Cianjur) dan Mekarsari (Sukabumi), Jawa Barat.
Perusahaan memulai operasi komersial pada awal tahun 1971.
Penawaran Umum Efek Perusahaan
Pada tanggal 20 April 1990, Perusahaan mmperoleh Pernyataan Efektif dari
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dimana Perusahaan menawarkan
3.000.000 sahamnya terdiri dari 2.546.200 saham baru dan 453.800 saham nilai
pemegang saham lam di Bursa Efek di Indonesia kepada masyarakat dengan nilai
nominal Rp 1.000 per saham dengan harga penawaran Rp 5.900 per saham. Pada
tanggal 18 Juni 1990, seluruh saham Perusahaan telah dicatat di Bursa Efek di
Indonesia.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 15
Desember 2004, para pemegang saham Perusahaan telah menyetujui untuk
50
melakukan penambahan Modal Tanpa hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
sejumlah 14.198.115 saham dengan nominal Rp 1.000 per saham yang diambil
bagian oleh PT Graha Pustaka. Penambahan saham tersebut telah dicatat dan
disetujui oleh Direksi Bursa Efek Jakarta melalui surat No. S-0212/BEJ-PSR/03-
2005 tanggal 7 Maret 2005.
Komisaris, Direksi, dan Karyawan
Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang
diadakan pada tanggal 15 Desember 2004, yang dinyatakan dalam akta notaris
Benny Kristanto, SH No. 30 tanggal yang sama, susunan Komisaris dan Direksi
Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004 adalah sebagai berikut :
Komisaris
Komisaris Utama : Andy Raharja
Komisaris : Sri Dewanti Gunadi
Komisaris Independen : Prof. Dr. H. Soenarjo Sastrohadinoto
Direksi
Direksi Utama : Drs. Djoko Prijatno, Akt, MBM
Direktur : Rendra Prapantsa
Jumlah gaji dan tunjangan yang diberikan kepada Komisaris dan Direksi
Perusahaan sebesar Rp 517 juta pada tahun 2005. Pada tanggal 31 Desember
2005 dan 2004, Perusahaan memiliki 401 dan 328 karyawan (tidak diaudit).
4.1.4 P.T. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
51
Pendirian dan Informasi Umum
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-
Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No.11 tanggal 13 Pebruari 1985 dari
Sastra Kosasih, S.H., notaris di Surabaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Rapublik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-
6510.HT.01.01.TH.86 tanggal 18 September 1986 serta diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 11 Nopember 1986, Tambahan No.
1351. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terkahir dengan akta No. 24 tanggal 15 Juli 1999 dari Ferry Mahendra Permana,
S.H., notaris di Jakarta. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C-
17334.HT.01.04.TH.99, tanggal 6 Oktober 1999 dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 56 tanggal 14 Juli 2000, Tambahan No. 173.
Perusahaan berdomisili di Jakarta, dan peternakannya berlokasi di daerah
Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan. Kantor pusat Perusahaan
beralamat di gedung Graha Praba Samantha, Jln. Daan Mogot Km. 12 No. 9
Jakarta Barat.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri dan
perdagangan umum. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1985 dan saat ini berusaha di dibidang usaha pembibitan ayam nenek (Grand
Parent Stock Farm) dan pembibitan ayam induk (Parent Stock Farm) dalam arti
52
seluas-luasnya. Produk yang diusahakan adalah berupa bibit anak ayam terdiri
dari Induk Broiler (parent stock broiler), Induk Layer (parent stock layer), Niaga
Broiler (final stock broiler), Niaga Layer Betina (final stock layer female), dan
Niaga Layer Jantan (final stock layer male) dan produk sampingan. Jumlah
karyawan Perusahaan rata-rata 3.459 orang pada tahun 2005 dan 3.373 orang
pada tahun 2004. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) Japfa.
Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 adalah sebagai
berikut :
Komisaris Utama : Rachmat Indrajaya
Komisaris : Tukul Trajan Boentoro
Komisaris : Antonius Harwanto Suryo Sembodo
Komisaris Independen : Rachmat Indrajaya
Direktur Utama : Bambang Priambodo
Direktur : Yulius Putut Djagiri
Direktur : Budiarto Soebijanto
Jumlah imbalan yang diberikan untuk komisaris dan direksi Perusahaan pada
tahun 2005 dan 2004 sebesar Rp 1.660.201.562 dan Rp 2.102.596.585.
Anak Perusahaan
Perusahaan merupakan induk perusahaan dengan kepemilikan langsung
sebesar 99,90% saham PT Multiphala Adiputra, yang berdomisili di Jakarta dan
bergerak dalam bidang usaha yang sama dengan Perusahaan. Anak perusahaan
53
mulai beroperasi secara komersial tahun 1995. Pada tanggal 31 Desember 2005
anak perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva sebesar Rp 7.505.747.371.
Pada tahun 2004, kegiatan operasional anak perusahaan diambil alih oleh
Perusahaan untuk menjaga alat produksi utama berupa ayam induk dari wabah
penyakit dengan biosecurity extra ketat dan melakukan koordinasi yang lebih
terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut karyawan anak perusahaan dialihkan
ke Perusahaan.
Penawaran Umum Efek Perusahaan
Pada tanggal 19 Januari 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif
dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan suratnya No. S-
94/94/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum atas 10.000.000 saham
kepada masyarakat. Pada tanggal 28 Pebruari 1994 seluruh saham Perusahaan
sebanyak 75.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.
4.1.5 P.T. Bahtera Adimina Samudra Tbk
Informasi Umum
PT Bahtera Adimina Samudra Tbk (Perseroan) didirikan pada tanggal 5
Agustus 1989 berdasarkan akta Notaris Endang Irawati Ekaputri, S.H. No. 9. Akta
pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3341.HT.01.01.TH.90 tanggal 6 Juni
1990 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 6
Tambahan No. 427 tanggal 20 Januari 1998.
54
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa perubahan, terakhir
dengan akta Notaris Fathiah Helmi, SH. No. 40 tanggal 12 April 2002 mengenai
perubahan susunan direksi dan komisaris dan peningkatan modal dasar Perseroan
dari Rp 250.000.000.000 menjadi Rp 650.000.000.000. Akta perubahan ini telah
disetujui Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan nomor : C-06670.HT.01.04.TH.2002 tanggal 19 April 2002 dan
diumumkan dalam Berita Negara tertanggal 13 Agustus 2002 Nomor 62
Tambahan Nomor 8382.
Perseroan telah melakukan penawaran umum perdana sahamnya kepada
masyarakat sebanyak 84.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah
penuh) per saham dengan harga penawaran Rp 625 (Rupiah penuh) per saham
dan mulai efektif berdasarkan surat keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) No. S-1866/194/1999 tanggal 11 Oktober 1999. Pencatatan
penawaran umum saham tersebut dilakukan di PT Bursa Efek Jakarta pada
tanggal 8 November 1999.
Susunan Komisaris dan Direksi Perseroan per tanggal 31 Desember 2005
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan RUPS Tahunan Perseroan Terbatas PT
Bahtera Adimina Samudra Tbk No. 124 tanggal 29 Juni 2005 yang dibuat di
hadapan Fathiah Helmi SH, Notaris di Jakarta adalah sebagai berikut :
Dewan Komisaris :
Presiden Komisaris : Windi Hermanto
Wakil Presiden Komisaris : Djonny Taslim
Komisaris merangkap Komisaris Independen : Reno Mauritus Silitonga
55
Dewan Direksi :
Presiden Direktur : Chan Cheung Lam Robert
Direktur : Apri Hartana
Direktur : Panudju Adjie Ibrahim
Perseroan bergerak dalam bidang usaha perikanan. Koordinasi kegiatan
usaha, pemasaran dan administrasi dilakukan melalui kantor pusat yaitu di
Gedung Total, Lantai 8, Jln. S. Parman Kav. 106 A, Jakarta. Kegiatan operasional
penangkapan ikan dan distribusi serta logistik dikoordinasikan melalui kantor
cabang yang berlokasi di Merauke dan Fak Fak, Irian Jaya. Perseroan melakukan
kegiatan penangkapan ikan sejak tahun 1991 di perairan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI) Laut Arafura.
Pada tanggal 31 Desember 2005, Perseroan memiliki 52 kapal penangkap
ikan yang terdiri dari 34 kapal besi ukuran ± 300 GRT dan 18 kapal kayu ukuran
± 75 GRT sampai dengan ± 200 GRT. Perseroan juga memiliki 1 buah kapal
tanker ukuran 315 GRT dan 2 buah kapal pengangkut dengan ukuran ± 1.215
GRT dan 2.942 GRT.
Dari 34 kapal besi ukuran ± 300 GRT yang beroperasi hanya 6 buah kapal
dan sisanya 28 unit tidak dapat beroperasi karena sedang mengalami docking
atau masa berlaku ijin operasionalnya sudah habis. Dari 18 kapal kayu sebanyak 8
unit digunakan oleh perusahaan penangkapan ikan Thailand dengan sistem kerja
sama operasi dan 10 unit sandar di Tanjung Priok.
Perseroan memperoleh Izin Usaha Perikanan (IUP) dari Direktorat Jenderal
Perikanan No. 04.03.04.0303.2255 tanggal 10 Juli 2003 untuk 77 kapal dengan
56
daerah penangkapan perairan ZEEI Laut Arafura, Samudera Pasifik dan Laut
Banda.
Perseroan juga memperoleh IUP dari Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya Cq Dinas Perikanan Daerah No. 49/IUP/1999 tanggal 20 Oktober 1999,
untuk 325 kapal dengan daerah operasi perairan sekitar Kabupaten Dati IIFak
Fak, perairan sekitar Kabupaten Administrasi Timika.
Jangka waktu berlakunya izin-izin tersebut adalah selama masa Perseroan
masih aktif melakukan kegiatan usaha perikanan. Terhitung tanggal 11 Nopember
2004 Ijin Operasional Perseroan berupa Surat Ijin Penangkapan Ikan (SPI) untuk
20 unit kapal penangkap ikan Perseroan tidak dapat dioperasikan sampai dengan
batas waktu yang tidak ditentukan atau sampai dengan dipenuhinya syarat-syarat
dalam pengajuan kembali permohonan ijin tersebut.
Pada tanggal 22 Desember 2004 Perseroan telah mengajukan kembali
permohonan SPI kepada Departemen Kelautan dan Perikanan melalui surat nomor
: 369/DPT.0/KU.420.D4/XII/04 tanggal 23 Desember 2004 meminta agar dalam
pengajuan permohonan SPI terlebih dahulu menyelesaikan pembayaran seluruh
kewajiban pungutan hasil perikanan. Berdasarkan surat nomor : 099/BAS/Dir-
DS/XII/2004. Perseroan telah memberikan pernyataan bahwa akan menyelesaikan
seluruh kewajiban pungutan hasil perikanan tersebut.
Departemen Kelautan dan Perikanan melalui surat nomor :
369/DPT.0/KU.420.51/I/05 tanggal 31 Januari 2005 telah memberikan rincian
besarnya pungutan hasil perikanan yang harus dibayar masing-masing kapal.
Perseroan mengajukan keberatan atas penetapan kewajiban pungutan hasil
perikanan.
57
4.1.6 P.T. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk
Pendirian Perusahaan
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada
tanggal 2 Oktober 1973 berdasarkan akta Notaris Tan Hong Kie No. 3. Akta
pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No. Y.A.5/41/9 tanggal 6 Februari 1974, dan diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara No. 18, Tambahan No. 93 tanggal 1 Maret 1974.
Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
dengan akta yang dibuat dihadapan Bastian Harijanto, S.H., tanggal 17 Juni 2003,
No. 203 sehubungan dengan perubahan pasal 4 ayat 2 dan 3 anggaran dasar
Perusahaan mengenai modal ditempatkan dan disetor penuh. Laporan atas
perubahan tersebut telah diterima dan dicatat pada Departemen Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 24 Juni 2003 melalui Surat
Keputusan No. C-14383.HT.01.04.TH.2003.
Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
usaha Perusahaan meliputi bidang perikanan termasuk mengambil, mengolah,
menjual serta menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan hasil perikanan.
Perusahaan dan pabriknya berkedudukan di Jln. Laksamana R.E. Martadinata 1,
Tanjung Priok, Jakarta, dan mempunyai cabang-cabang di Kendari dan Kupang,
Perusahaan memulai usaha komersial pada tahun 1983.
Perusahaan telah memenuhi persyaratan lingkungan hidup berdasarkan
Surat Keputusan No. 1371/UKPL/SDW-3/XI/1999 yang dikeluarkan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
58
Penawaran Umum Efek atau Saham Perusahaan
Sebelum Perusahaan melakukan penawaran perdana, jumlah saham
Perusahaan adalah 125.000.000 saham.
Pada tanggal 28 Februari 2000, Pernyataan Pendaftaran Perusahaan untuk
menawarkan 50.000.000 saham yang disertai 25.000.000 waran seri I dengan
harga penawaran Rp 900 per saham dinyatakan efektif. Harga pelaksanaan waran
seri I adalah sebesar Rp 900, sama dengan harga penawaran saham perdana, dan
waran seri I dapat dilaksanakan sejak tanggal 25 September 2000 sampai dengan
24 Maret 2003.
Pada tanggal 24 Maret 2000, seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan
dan disetor penuh dan waran seri I telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya.
Pada Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang diaktakan dengan akta
Notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH, MSi, No. 46 tanggal 8 Desember 2000, para
pemegang saham menyetujui perubahan nilai nominal dari Rp 500 per saham
menjadi Rp 100 per saham. Mulai tanggal 22 Januari 2002, saham dan waran seri
I Perusahaan diperdagangkan di bursa efek di Indonesia menggunakan nilai
nominal Rp 100 per saham, maka harga pelaksanaan waran seri I menjadi Rp 180
dan jumlah waran seri I baru menjadi 5 kali dari jumlah waran seri I lama.
Pada tanggal 17 Maret 2003, periode perdagangan waran seri I di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya telah berakhir. Tanggal 24 Maret 2003
merupakan tanggal terakhir pelaksanaan waran seri I dan sampai dengan tanggal
59
tersebut, waran seri I yang telah dilaksanakan menjadi saham sejumlah
53.567.750 waran dan sejumlah 71.432.250 waran tidak dilaksanakan.
Karyawan, Direksi dan Dewan Komisaris
Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, susunan anggota dewan
Komisaris dan Direksi adalah sebagai berikut :
Komisaris Utama : Ridwan Sutjiamidjaja
Komisaris : Hartati Utama
Komisaris Independen : Johanes Sarsito
Direktur Utama : Irwan Sutjiamidjaja
Direktur : Herman Sutjiamidjaja
Direktur : Andi Sutjiamidjaja
Direktur : Ronnie Sutjiamidjaja
Direktur : Hendra Sutjiamidjaja
Direktur : Fransiskus Xaverius
Direktur : Dianto Djajamanu
Gajij dan kenikmatan lain untuk komisaris dan direksi Perusahaan pada
tahun 2005 sebesar Rp 2.019.300.000 (2004: Rp 2.010.800.000).
Pada tanggal 31 Desember 2005, Perusahaan memiliki 1.099 (2004: 1.215)
karyawan (tidak diaudit).
4.2 Deskriptif dan Analisis Hasil Statistik
60
4.2.1 Deskriptif Statistik Return on Investment Ratio
Tabel 4.3 merupakan hasil deskriptif dari return on investment ratio pada
perusahaan-perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada
tahun 2000-2005.
Tabel 4.3
Deskriptif Statistik Return on Investment Ratio
Perusahaan Pertanian Periode 2000-2005
Perusahaan Rasio ROI Perusahaan
(%) Mean Kategori
P.T. Astra Agro Lestari Tbk 0.247 Sehat
P.T. PP London Sumatra Tbk 0.152 Sehat
P.T. Cipendawa Agroindustri Tbk 0.015 Tidak Sehat
P.T. Multibreeder Adirama Industries Tbk 0.079 Tidak Sehat
P.T. Bahtera Adimina Samudra Tbk 0.069 Tidak Sehat
P.T. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk 0.082
0.107
Tidak Sehat
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa rasio return on investment
perusahaan yang terendah terdapat pada P.T. Cipendawa Agroindustri Tbk
sebesar 0,015% sedangkan rasio return on investment perusahaan tertinggi
terdapat pada P.T. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0.247%.
4.2.2 Deskriptif Statistik Sufficiency Ratios
Tabel 4.4 merupakan hasil deskriptif dari sufficiency ratios pada perusahaan-
perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun
2000-2005.
61
Tabel 4.4
Deskriptif Statistik Sufficiency Ratios
Perusahaan Pertanian Periode 2000-2005
Simbol Rasio Sufficiency Mean Min Max St. Deviasi
X1 Long-term Debt Payment (kali) 1,8513 -3,2138 13,1577 3,0271
X2 Reinvestment (%) -0,5246 -3,1156 0,7682 0,7421
X3 Debt Coverage (kali) 4,2669 -39,9502 23,3283 12,1906
X4 Cash Flow Liquidity (%) 0,4597 -0,0991 1,9712 0,5918
X5 Depreciation Amortization Impact (%) 1,6503 -13,6482 10,7730 3,8264
X6 Investment to Finance (%) 8,0333 -11,2264 294,7786 49,2448
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa mean rasio cash flow industri yang
terendah terdapat pada reinvestment ratio sebesar -0,52% sedangkan mean rasio
tertinggi pada investment to finance ratio sebesar 8,03%. Mean rasio
reinvestment (X2) industri sebesar -0,52% dengan nilai minimum -3,11%, nilai
maksimum 0,76% dan standar deviasi sebesar 0,74 dinilai sangat kecil. Karena hal
ini berarti dana yang digunakan untuk membeli asset dapat menambah 0,0052
dana yang telah dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan (CFFO) sebelum
bunga dan pajak. Kondisi ini mengindikasikan banyak perusahaan pertanian yang
sedikit menggunakan dananya untuk membeli asset dan hal ini akan menambah
dana perusahaan yang digunakan untuk menjalankan aktivitas operasi lainnya.
Selain itu, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi hanya
mencukupi 0,08 arus kas yang digunakan untuk pendanaan. Rendahnya cash flow
rata-rata industri ini karena range antara nilai terendah (-11,22%) dengan
(294,77%), sangat lebar dengan standar deviasi sebesar 49,24, lebih besar
daripada mean industri sebesar 8,033%. Hal ini menggambarkan bahwa ada
62
perusahaan yang menggunakan cash flow yang tinggi untuk aktivitas investasi
dari aktivitas pendanaan, namun ada juga perusahaan yang menggunakan cash
flow yang sedikit untuk aktivitas investasi dari aktivitas pendanaan.
4.2.3 Analisis Hasil Statistik Sufficiency Ratios
Menurut Giacomino dan Mielke (1993), sufficiency ratios dapat
menggambarkan adequacy cash flows dalam memenuhi kebutuhan kas
perusahaan. Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa :
Hasil dari variabel long-term debt payment menunjukkan rata-rata perusahaan
pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, menghasilkan nilai sebesar
1,85 kali. Hal ini berarti bahwa hutang jangka panjang perusahaan sangat
kecil, karena setiap Rp 1,85 hutang jangka panjang dapat dijamin dengan Rp
1 cash flow dari aktivitas operasi perusahaan. Rendahnya cash flow rata-rata
industri ini karena range antara nilai terendah (-3,22 kali) dengan nilai
tertinggi (13,16 kali), relatif kecil dengan standar deviasi sebesar 3,03. Hal ini
menggambarkan hampir semua perusahaan menghasilkan cash flow yang
sama untuk bisa menutupi hutang jangka panjang.
Pada variabel debt coverage menghasilkan nilai sebesar 4,26 kali. Hal ini
berarti bahwa total hutang perusahaan relatif besar, karena setiap Rp 4,27
total hutang yang ada hanya dijamin dengan Rp 1 cash flow dari aktivitas
operasi perusahaan. Selain itu, range antara nilai terendah (-39,95 kali)
dengan nilai tertinggi (23,33 kali), sangat lebar dengan standar deviasi
sebesar 12,19. Hal ini menggambarkan bahwa ada perusahaan yang
menggunakan cash flow yang relatif kecil untuk bisa menutupi total
hutangnya dan ada juga perusahaan yang menggunakan sebagian besar cash
63
flow untuk bisa menutupi total hutangnya. Kemungkinan penyebabnya adalah
adanya perbedaan tinggi rendahnya hutang jangka pendek perusahaan.
Pada variabel cash flow liquidity menghasilkan nilai sebesar 0,45%. Hal ini
berarti setiap 1% dana yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan
(CFFO) sebelum bunga dan pajak hanya mencukupi 0,45% hutang jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Perbedaan nilai minimum -0,09 dengan nilai
maksimum 1,97 dan standar deviasi 0,59 dinilai sangat kecil. Karena hal ini
mengindikasikan banyak perusahaan pertanian yang kesulitan keuangan
dalam memenuhi kewajiban/hutang lancar (illikuid) karena rata-rata
kemampuannya di bawah kriteria ideal 100%.
Sedangkan pada variabel depreciation-amortization impact, diketahui bahwa
mean industri sebesar 1,65% dan range antara nilai minimum -13,65%
dengan nilai maksimum 10,77%, serta standar deviasi hanya 3,83% dinilai
sangat kecil. Hal ini berarti bahwa perubahan akan penyusutan dan amortisasi
1,65%-nya dijamin dengan 1% cash flow dari aktivitas operasi perusahaan.
Dari hasil analisis di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa hampir semua
perusahaan pertanian mengalami kesulitan dalam membayar hutang jangka
pendek. Sedangkan untuk hutang jangka panjang, perusahaan tidak mengalami
kesulitan. Hal ini dikarenakan perusahaan pertanian harus menghasilkan produk
dalam jangka pendek, untuk itu perusahaan memerlukan dana untuk memenuhi
kebutuhan kas perusahaannya. Penyusutan dan amortisasi yang ada tidak terlalu
memberikan pengaruh yang besar terhadap arus kas, karena perusahaan masih
dapat memenuhi kebutuhan kas yang digunakan untuk panyusutan dan
amortisasi.
4.2.4 Deskriptif Statistik Efficiency Ratios
64
Tabel 4.5 merupakan hasil deskriptif dari efficiency ratios pada perusahaan-
perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun
2000-2005.
Tabel 4.5
Deskriptif Statistik Efficiency Ratios
Perusahaan Pertanian Periode 2000-2005
Simbol Rasio Efficiency Mean Min Max St. Deviasi
X7 Cash flow to Sales (%) 0,2634 -0,0852 1,2383 0,2383
X8 Operation Index (kali) 1,1357 -20,1368 18,4734 5,1785
X9 Cash flow Return on Assets (%) 0,1432 -0,0544 0,4706 0,1185
X10 Cash flow Return on Equity (%) 0,2878 -4,3112 5,9308 1,5676
Sumber : Data diolah
Tabel 4.5 menggambarkan bahwa mean rasio tertinggi adalah operation
index atau quality of income (X8) sebesar 1,13 kali dimana nilai minimumnya
sebesar -20,1368 kali, nilai maksimum 18,47 kali dan standar deviasi 5,17. Nilai
1,13 kali ini dinilai besar karena cash flow dari aktivitas operasi perusahaan
mencapai 113 % dari total laba operasi perusahaan. Selain itu, range antara nilai
minimum dan nilai maksimum relatif besar, serta didukung standar deviasi yang
relatif besar pula sehingga mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan-
perusahaan saat itu, ada yang menghasilkan laba yang cukup besar dan ada
perusahaan yang menghasilkan laba yang relatif kecil.
Sedangkan mean rasio industri terendah adalah cash flow return on assets
(X9) sebesar 0,14% di mana nilai minimumnya sebesar -0,05%, dan nilai
maksimum sebesar 0,47%, serta standar deviasi sebesar 0,11. Nilai 0,1432% ini
dinilai kecil karena cash flow dari aktivitas operasi hanya bernilai 0,14% dari total
assets. Artinya, setiap Rp 1 dari total assets yang ada hanya menghasilkan Rp
65
0,0014 kas. Meski demikian, range antara nilai minimum dan nilai maksimum
relatif kecil yang didukung dengan standar deviasi yang kecil pula. Berarti total
assets yang ada masih menguntungkan perusahaan meskipun relatif sedikit.
4.2.5 Analisis Hasil Statistik Efficiency Ratios
Hasil deskriptif statistik efficiency ratios dapat menjelaskan bagaimana
perusahaan menghasilkan cash flow relatif selama periode tertentu (Giacomino
dan Mielke, 1993) dan dapat menemukan sebab adanya perbedaan net income
dengan net cash inflow dan net cash outflow. Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa :
Hasil di atas menunjukkan bahwa mean industri variabel cash flow to sales
sebesar 0,26% di mana nilai minimumnya sebesar -0,08% dan nilai
maksimumnya sebesar 1,24% dengan standar deviasi 0,24. Rata-rata rasio
industri ini sangat kecil mengingat cash flow dari aktivitas operasi hanya
bernilai 0,26% dari total penjualan perusahaan. Artinya, setiap Rp 1 dari
kegiatan penjualan hanya menghasilkan Rp 0,0026 kas. Selain itu, range
antara nilai minimum dan nilai maksimum relatif kecil yang didukung standar
deviasi yang kecil pula. Berarti kegiatan penjualan perusahaan masing
menguntungkan perusahaan meskipun relatif sedikit.
Sedangkan pada cash flow return on equity, mean industri menunjukkan
0,29% di mana nilai minimumnya -4,31% dan nilai maksimumnya sebesar
5,93% dengan standar deviasi 1,57. Nilai 0,28% ini juga dinilai kecil karena
cash flow dari aktivitas operasi hanya bernilai 0,28% dari total ekuitas
perusahaan. Artinya, setiap Rp 1 dari ekuitas yang ada hanya menghasilkan
Rp 0,0028 kas.
66
4.3 Deskriptif Fungsi Diskriminan
4.3.1 Analisis perbedaan nilai rata-rata variabel diskriminan
Langkah awal dalam analisis diskriminan adalah mengevaluasi perbedaan
nilai rata-rata variabel-variabel cash flow dari kelompok perusahaan yang
berkinerja keuangan sehat dan perusahaan yang berkinerja keuangan tidak sehat.
Hasil analisis mengenai perbedaan mean kedua kelompok perusahaan nampak
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kelompok perusahaan yang
berkinerja keuangan sehat dan tidak sehat cukup berbeda. Misalnya nilai mean
rasio pembayaran hutang jangka panjang (long-term debt payment ratio) pada
kelompok perusahaan yang tidak sehat sebesar 4,50 sedangkan pada perusahaan
yang sehat sebesar 0,53, debt coverage ratio pada kelompok yang tidak sehat
sebesar 8,08 sedangkan pada perusahaan yang sehat sebesar -3,36, dan
seterusnya. Karena itu variabel X1 sampai dengan X10, dapat digunakan untuk
menggolongkan observasi yang diteliti ke dalam kelompok perusahaan yang
berkinerja keuangan sehat dan tidak sehat. Lalu berdasarkan nilai rata-rata
perusahaan ditetapkan 24 observasi berkinerja keuangan tidak sehat dan 12
observasi berkinerja keuangan sehat.
67
Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Perbedaan Mean Rasio Cash Flow
Kelompok Perusahaan Periode 2000-2005
Simbol Variabel
Rata-rata
Perusahaan
Tidak Sehat
Rata-rata
Perusahaan
Sehat
X1 Long-term debt payment 4,50 0,53
X2 Reinvestment -0,12 -0,93
X3 Debt coverage 8,08 -3,36
X4 Cash flow liquidity 0,08 0,84
X5 Depreciation-amortization impact -0,42 3,72
X6 Investment to finance -0,47 50,53
X7 Cash to sales 0,10 0,43
X8 Operation index -0,48 2,75
X9 Cash flow return on assets 0,09 0,26
X10 Cash flow return on equity -0,02 0,90
Sumber : Data diolah
4.3.2 Formulasi Fungsi Diskriminan
Dengan menggunakan direct method, yaitu semua variabel dimasukkan
secara simultan diperoleh koefisien fungsi diskriminan kanonikal yang
terstandarisasi (standardized canonical discriminant function coefficients = SCDF)
dan koefisien fungsi diskriminan kanonikal yang tidak terstandarisasi (Un-
standardized canonical discriminant function coefficients = UCDF) seperti disajikan
pada Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dikembangkan model fungsi
68
diskriminan (Z-Score) berdasarkan koefisien fungsi diskriminan yang tidak
terstandarisasi (UCDF) :
Z = -2,212 – 0,057 X1 – 0,563 X2 – 0,022 X3 + 2,534 X4 – 0,019 X5
+ 0,015 X6 – 2,25 X7 + 0,043 X8 + 9,55 X9 – 0,257 X10.
Fungsi diskriminan di atas dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut.
Pengaruh terbesar dari variabel-variabel bebas terhadap perubahan variabel
terikat (Z-score) terdapat pada cash flow return on assets ratio (X9) dengan nilai
sebesar 9,55. Artinya, setiap kenaikan nilai cash flow return on assets sebesar 1%
akan menaikkan nilai diskriminan sebesar 9,55%. Hasil uji statistik F-ratio secara
parsial menunjukkan rasio ini dominan dalam membedakan kinerja keuangan
perusahaan yang sehat (Group-1) dari yang tidak sehat (Group-0) karena tingkat
signifikansinya 0% di bawah %5=α . Sedangkan pengaruh terendah pada
variabel depreciation amortization impact (X5) dengan nilai -0,019. Artinya, jika
depreciation amortization naik sebesar 1% maka Z-score turun sebesar 0,019%.
Tabel 4.7
Koefisien Fungsi Diskriminan Yang Distandarisasi (SCDF)
Dan Tidak Terstandarisasi (UCDF) Dari Performance Ratios
Simbol Variabel Koefisien SCDF Koefisien UCDF
X1 Long-term debt payment -0,111 -0,057
X2 Reinvestment -0,494 -0,563
X3 Debt coverage -0,291 -0,022
X4 Cash flow liquidity 0,921 2,534
X5 Depreciation-amortization impact -0,078 -0,019
X6 Investment to finance 0,879 0,015
69
X7 Cash to sales -0,329 -2,250
X8 Operation index 0,244 0,043
X9 Cash flow return on assets 0,761 9,550
X10 Cash flow return on equity -0,472 -0,257
Constant -2,212
Sumber : Data diolah
4.3.3. Uji Validitas Fungsi Diskriminan (Overall Fit Model)
Uji validitas fungsi diskriminan dilakukan melalui “multivariate test of
significance” di mana hasil univariate test dari Wilks’λ dikonversikan ke dalam
Chi-square statistic (X2) dengan formula ( ){ }λnGpnX 21/12 +−= dan derajat
kebebasan: p (G-1) pada %5=α seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Uji Fungsi Diskriminan Kanonikal
Can Correlation Wilks’ Lambda Chi-square Signifikansi
0,886 0,215 26,120 0,004
Sumber : Data diolah
Taraf Signifikansi = %5=α
Hasil analisis pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel-variabel
diskriminator secara simultan dapat membedakan secara signifikan perusahaan
yang berkinerja keuangan sehat dari perusahaan yang berkinerja keuangan tidak
sehat karena chi-square hitung (X2-hitung) sebesar 26,12 lebih besar daripada chi-
square table (X2-table) sebesar 18,30 pada tingkat signifikan 0.004 lebih kecil dari
%5=α . Lalu melalui penerapan uji praktis atas fungsi diskriminan, diketahui
besarnya nilai the squared canonical correlation (R) sebesar 0,886, sehingga fit
model = CR2 = (0,886)2 = 0,7849 atau 78,49%. Artinya discriminator variabels
70
secara bersama-sama dapat menjelaskan perbedaan kinerja keuangan kedua
kelompok perusahaan sebesar 78,49% sedangkan 21,51% perbedaannya
dijelaskan variabel lain di luar model, misalnya kondisi politik dan ekonomi makro.
Kesimpulannya, hipotesis pertama penelitian ini terbukti.
4.4 Pengelompokkan Perusahaan
Tujuan kedua penelitian, menetapkan nilai diskriminan (Z-score) yang diperoleh
dari rasio-rasio cash flow dapat dijadikan dasar pengklasifikasian perusahaan atas
perusahaan atas perusahaan yang berkinerja keuangan sehat dan yang tidak sehat.
Untuk mengklasifikasi sampel perusahaan pertanian, dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan cut-off value atau critical cutting score. Karena jumlah observasi tidak sama
(24 observasi tidak sehat dan 12 observasi sehat) maka formula critical cutting-score
(Zce) adalah :
10
1100
nnZnZn
offvalueCut++
=−
Di mana, Zce = critical cutting score
n0 = jumlah observasi yang tidak sehat
n1 = jumlah observasi yang tidak sehat
Z0 = group centroid kelompok perusahaan yang tidak sehat
Z1 = group centroid kelompok perusahaan yang sehat
Berdasarkan perhitungan statistik dengan direct method, diketahui group means
atau group centroid untuk perusahaan yang berkinerja tidak sehat (Group-0) sebesar
-1,78, sedangkan perusahaan yang berkinerja sehat (Group-1) sebesar 2,54. Maka cut-
off value bagi kedua kelompok :
Zce = 24(-1,78)+12(2,54) = -0,34
24 + 12
71
Bila sebuah perusahaan memiliki Z-score di bawah atau sama dengan -0,34
dikelompokkan ke dalam kelompok perusahaan yang berkinerja keuangan tidak sehat
(Group-0). Sebaliknya, bila Z-score perusahaan di atas -0,34, diklasifikasikan ke dalam
perusahaan yang berkinerja keuangan sehat (Group-1). Berdasarkan hasil uji klasifikasi
diprediksikan 20 observasi berkinerja sehat dan 16 observasi berkinerja tidak sehat
seperti nampak hasil uji statistik pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Cutoff Value (Direct Method)
Prediksi Jumlah Kelompok
(Menggunakan Fungsi Diskriminan) Aktual
Kinerja Tak Sehat Kinerja Sehat
Total Akurasi
1. Kinerja Tidak Sehat 16 8 24 66,67%
2. Kinerja Sehat 0 12 12 100%
Total 16 20 36 83,33%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.9 nampak bahwa dari 24 observasi yang dikelompokkan ke
dalam kategori perusahaan yang berkinerja keuangan tidak sehat berdasarkan mean
rasio industri, tingkat keakuratannya sebesar 66,67%. Artinya, observasi-observasi yang
dikelompokkan secara tepat ke dalam kelompok perusahaan yang berkinerja keuangan
tidak sehat sebanyak 16 observasi, sedangkan 8 observasi (33,33%) sewajarnya
dikelompokkan ke dalam kategori perusahaan yang sehat. Pada sisi lain, dari 12
observasi yang dikategorikan sebagai perusahaan yang berkinerja keuangan sehat,
tingkat keakuratannya mencapai 100%. Berarti tidak ada kesalahan dalam
pengelompokkan observasi (perusahaan).
72
Untuk mengetahui keakuratan pengklasifikasian, dilakukan perbandingan antara
hasil ketepatan prediksi (hit ratio) dengan change model (ukuran kesempatan) yaitu
kesempatan proporsional (Cpro) dan kesempatan maksimum (Cmax). Nilai
perhitungannya :
Cpro = p2 + (1 – p)2 = (12/36)2 + {1 – (12/36)}2 = 0,5578 = 55,78%
Cmax = (p) = (12/36) = 0,3333 = 33,33%
Hit ratio = (p+g)/n = (16 + 12)/36 = 0,7778 = 77,77%
Karena hit ratio > change model yaitu 77,77% lebih besar dari 55,78% (Cpro) dan
33,33% (Cmax), disimpulkan bahwa tingkat keakuratan pengklasifikasian tinggi. Berarti,
rasio-rasio cash flow dapat mengelompokkan secara tepat sebesar 77,77% sehingga
tingkat kesalahannya hanya sebesar 22,23%.
Lalu untuk mengetahui kestabilan Two-group Discriminant Analysis (TDA),
dibandingkan antara press’ Qstatistic dengan nilai press’ Qtable (X2: 0,05;1 = 3,84).
Press’ Q – hitung = ( ){ }( )1
2
−−−
KNnXKN
= ( ){ }( )1236
22836 2
−− X
= 11,11
Karena nilai press’ Qstatistic > nilai press’ Qtable, maka Two-group Discriminant
Analysis dinilai stabil. Kesimpulannya, hipotesis kedua terbukti yakni Z-score yang
diperoleh dari rasio-rasio cash flow dapat dijadikan dasar pengelompokan perusahaan
atas perusahaan yang berkinerja sehat dan tidak sehat.
4.5 Perbandingan Analisis Cash Flow Ratios dengan Return on Investment Ratio
Dari hasil diskriminan di atas, penulis mendapatkan perbandingan analisis cash flow
ratios dengan return on investment yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. Perinciannya
adalah sebagai berikut :
73
Pada perusahaan P.T. Astra Agro Lestari Tbk. baik dengan menggunakan cash flow
ratio analysis maupun return on investment, keduanya menunjukkan kinerja
keuangan yang sehat.
Pada perusahaan P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. baik dengan
menggunakan cash flow ratio analysis maupun return on investment, keduanya
menunjukkan kinerja keuangan yang sehat.
Pada perusahaan P.T. Cipendawa Agroindustri Tbk. baik dengan menggunakan cash
flow ratio analysis maupun return on investment, keduanya menunjukkan kinerja
keuangan yang tidak sehat.
Pada perusahaan P.T. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. menunjukkan bahwa ada
perbedaan hasil perbandingan analisis cash flow ratio dengan return on investment
mengenai kinerja keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan cash flow
ratio analysis, menunjukkan kinerja keuangan yang sehat. Akan tetapi, dengan
menggunakan return on investment ratio, menunjukkan kinerja keuangan yang tidak
sehat. Perbedaan kemungkinan disebabkan oleh tidak efektifnya pemakaian total
sumber daya oleh perusahaan, sehingga hasil pengembalian atas investasi yang ada
menjadi rendah.
Pada perusahaan P.T. Bahtera Adimina Samudra Tbk. baik dengan menggunakan
cash flow ratio analysis maupun return on investment, keduanya menunjukkan
kinerja keuangan yang tidak sehat.
Pada perusahaan P.T. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk. baik dengan
menggunakan cash flow ratio analysis maupun return on investment, keduanya
menunjukkan kinerja keuangan yang tidak sehat.
74
Tabel 4.10
Perbandingan Analysis Cash Flow Ratio dengan Return on Investment Pada
Perusahaan Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2005
Analysis
No. Perusahaan ROI
Cash Flow Ratio
(metode fungsi Diskriminan)
1. P.T. Astra Agro Lestari Tbk. Sehat Sehat
2. P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Sehat Sehat
3. P.T. Cipendawa Agroindustri Tbk. Tidak Sehat Tidak Sehat
4. P.T. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Tidak Sehat Sehat
5. P.T. Bahtera Adimina Samudra Tbk. Tidak Sehat Tidak Sehat
6. P.T. Dharma Samudra Fishing Industries Tbk. Tidak Sehat Tidak Sehat
Sumber : Data diolah
Secara keseluruhan diketahui bahwa hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
mengatakan cash flow ratios sebagai faktor-faktor pembeda yang signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan oleh Gomboia dan Ketz (1983), Gentry, Giacomino dan
Mielke (1993). Namun bertentangan dengan Casey dan Bartezak (1984, 1985) yang
menyebut cash flow ratios tidak memberikan kontribusi apapun bagi perbedaan kinerja
keuangan perusahaan. Selain itu, cash flow ratio analysis juga mampu membuktikan
bahwa tidak selalu perusahaan yang solvable belum tentu menghasilkan laba pada
periode awal, dimana terjadi pada P.T. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk sehingga
walaupun return on investment ratio menunjukkan kinerja keuangan yang tidak sehat,
tetapi apabila dilakukan analisis cash flow perusahaan tersebut mempunyai kinerja
keuangan yang sehat.
75
Secara khusus ada beberapa variabel dalam temuan ini yang tidak konsisten
dengan teori dan penelitian lainnya. Pengaruh negatif reinvestment ratio (X2) sebesar -
0,0563, depreciation amortization impact (X5), dan cash flow return on equity ratio (X10)
tidak konsisten dengan teori yang menjelaskan bahwa rasio-rasio ini sewajarnya
berbanding lurus dengan Z-score, yaitu semakin besar/sedikit reinvestment semakin
meningkatkan/menurunkan Z-score. Hasil empirik yang menyimpang dari teori
kemungkinan disebabkan sedikitnya cash flow yang dihasilkan dari aktivitas operasi
industri pertanian selama periode penelitian tahun 2000-2005. Argumen ini didukung
dengan data mean industri reinvestment ratio sebesar -0,52%, depreciation amortization
ratio sebesar 1,65%, dan cash flow return on stockholders equity ratio sebesar 0,10%,
jauh di bawah kriteria ideal 100%. Implikasinya, pembelian asset, beban amortisasi dan
depresiasi perlu dicarikan sumber dana alternatif di luar aliran kas dari aktivitas operasi
perusahaan dan ekuitas, sebab modal yang berasal dari saham atau pemilik perusahaan
juga tidak dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap aliran kas yang ada,
sehingga dana alternatif bisa didapat dengan menambah hutang baru atau menjual
aktiva tetap yang tidak produktif.
4.6 Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan
perusahaan dengan melakukan perbandingan analysis cash flow ratios dengan return on
investment pada perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai variabel-variabel
yang berbanding lurus dengan Z-score, dan mengoptimalkan variabel-variabel yang akan
meningkatkan Z-score, serta memperkecil memperbaiki efektifitas dari variabel-variabel
yang akan menurunkan Z-score.
76
Jadi, penggunaan metode ROI hendaknya digunakan dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan untuk melihat seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.
Sedangkan penggunaan metode cash flow digunakan perusahaan untuk melihat
penggunaan arus kas yang terjadi dalam perusahaan.
top related