bab 5 hasil dan pembahasan - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/29669/6/bab 5 hasil dan...
Post on 12-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
80
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses
pengumpulan data tentang pengaruh gabungan sugesti dan musik instrumentalia
terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef
Surabaya. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data
umum (karakteristik responden), dan data khusus yang kemudian akan dilakukan
pembahasan sesuai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 17
November sampai 2 Desember 2014. Pengukuran kualitas tidur menggunakan
kuisioner kualitas tidur PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang diisi peneliti
berdasarkan jawaban responden.
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian data umum/demografi responden, dan data khusus kualitas tidur pada
responden sebelum dan sesudah intervensi.
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya yang
berada di Jalan Jelidro II/33, Lontar, Surabaya, Jawa Timur. Griya ini memiliki
luas tanah seluas 1900m2 termasuk gedung kantor, gedung serba guna, kamar para
suster dari Kongregasi Suster Santo Yosef, pos keamanan, lapangan parkir, wisma
klien yang terdiri dari 2 lantai, lantai dasar (pertama) untuk klien wanita dengan
24 kamar, sedangkan lantai 2 untuk klien laki-laki dengan 18 kamar ditambah 2
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
81
kamar untuk biarawati, tiap kamar memiliki jumlah tempat tidur yang berbeda
yaitu ada 1 kamar isi 2 tempat tidur, ada yang 4 tempat tidur, dan ada yang 6
tempat tidur, kapel, taman dan kebun sayuran mini di tengah griya, ruang makan
para lansia, ruang makan para biarawati, kantor, ruang tamu, ruang berkumpul,
ruang pemeriksaan kesehatan, ruang terapi, dapur umum, kamar mandi tamu,
gudang penyimpanan, tandon air. Griya Lansia Santo Yosef memiliki daya
tampung sebanyak 140 orang, namun jumlah lansia saat ini adalah 120 orang.
Persyaratan untuk masuk ke griya adalah laki-laki atau perempuan berusia
minimal 60 tahun, tidak ada penyakit menular dengan bukti foto Rontgen paru
dan hasil laboratorium untuk pemeriksaan hati normal, tanpa ada unsur paksaan,
memiliki penanggung jawab 2 orang dan keduanya atau salah satu berdomisili di
Surabaya, administrasi telah dilunasi, mengisi formulir masuk calon oma dan opa
di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Biaya untuk tinggal di griya ini per
bulannya sebesar Rp 2.000.000,-. Jumlah karyawan yang merawat lansia ada 45
orang dan jumlah biarawati ada 2 orang. Semua karyawan di griya memiliki
jadwal kerja pagi, sore, malam.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
82
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya Hari Jam Aktivitas
Senin – Sabtu 04.30 Bangun pagi 04.30-05.00 Senam pagi 05.00-06.00 MCK 06.00-06.30 Doa pagi 06.30-07.30 Sarapan pagi 08.00 – 10.00 Kegiatan / Hiburan 10.00-10.30 Snack 10.30-11.30 Istirahat dan mendengarkan musik
klasik rohani 12.00-12.30 Doa siang 12.30-13.30 Makan siang 14.00 – 15.30 Tidur siang 15.30 – 16.30 MCK 17.00-18.00 Makan Malam 18.00-18.30 Doa Sore 19.00 Tidur Minggu 08.00-09.30 Misa Pagi Catatan : Selasa Rabu
10.00-11.00 11.00-13.00
Jadwal periksa mingguan pada dokter umum Jadwal periksa pada psikiater
Kegiatan rutinitas di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya hampir sama
seperti kegiatan di panti wredha pada umumnya. Setiap hari Senin hingga Sabtu
pagi selalu dilakukan olahraga pagi yaitu berupa senam yang terdiri dari senam
otak, senam nadi, dan senam lansia. Perbedaannya yaitu pada hari Selasa dan
Rabu diadakan pemeriksaan kesehatan bagi semua lansia. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan oleh dokter dan perawat berupa pemeriksaan kesehatan secara umum
dan juga pemeriksaan psikologi. Kemudian pada hari Minggu pagi selalu
diadakan ibadah mingguan. Setiap jam 06.00, 12.00, 18.00, selalu dilakukan doa
bersama yang dipandu oleh biarawati atau pegawai griya melalui speaker sentral
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
83
yang berada di kantor griya, sedangkan para lansia berada di kamar masing-
masing.
Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan yang dilakukan lansia sebelum
tidur malam sangat beragam. Beberapa lansia ada yang menonton TV hingga jam
22.00 WIB, membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan, berdiam diri di
kamar atau berdoa hingga tertidur, ngobrol dengan teman sekamar atau wisma
hingga mengantuk lalu meminta ijin untuk pergi tidur.
5.1.2 Data umum
Data umum menguraikan karakteristik responden yang meliputi usia, lama
tinggal, kebiasaan sebelum tidur, dan pola tidur siang.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
84
Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya Kode
Umur Lama Kebiasaan Pola
Responden Tinggal sebelum tidur tidur siang
P
1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 4 1 4 2 2 4 1 5 2 2 1 2 6 2 2 1 2 7 2 2 4 1 8 2 2 2 1 9 2 2 2 1
10 2 1 4 1 11 2 1 4 1
K
1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 1 4 2 1 4 1 5 2 1 4 1 6 2 1 2 1 7 2 1 2 1 8 2 2 4 1 9 2 1 4 1
10 2 2 4 1 11 2 1 4 1
Keterangan :
1. P = Perlakuan 4. Kebiasaan sebelum tidur
K = Kontrol 1 = Duduk-duduk /diam di kamar
2. Umur 2 = Melihat TV
1 = 60-65 tahun 3 = Berbincang dengan teman
2 = 66-74 tahun sekamar atau wisma
3. Lama Tinggal 4 = Lain-lain (membaca buku,berdoa)
1 = < 1 tahun 5. Pola Tidur Siang
2 = 1-5 tahun 1 = Tidur
3 = 6-10 tahun 2 = Tidak tidur
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 65-74 tahun dengan persentase 86,4% atau 19 orang dan usia
55-64 tahun sebesar 13,6% atau 3 orang. Jumlah responden yang tinggal di Griya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
85
Lansia Santo Yosef Surabaya selama kurang dari 1 tahun sebanyak 6 orang atau
27,27%, 1-5 tahun sebanyak 15 orang atau 68,18%, dan yang tinggal selama 6-10
tahun sebanyak 1 orang atau 4,54%. Kemudian, kebiasaan responden sebelum
tidur yaitu duduk atau diam diatas tempat tidur sampai tertidur sebanyak 3 orang
atau 13,6%, melihat TV sebanyak 4 orang atau 18,18 %, berbincang dengan
teman sekamar atau wisma sebanyak 4 orang atau 18,18%, serta 11 orang atau 50
% memilih untuk melakukan kegiatan lain yaitu membaca buku bertema
keagamaan atau pengetahuan dan berdoa. Lalu sebanyak 4 orang atau 18,20%
responden yang tidak mempunyai pola tidur siang hari, sedangkan sebanyak 18
orang atau 81,80% responden memiliki kebiasaan tidur pada siang hari.
5.1.3 Data Variabel yang Diteliti
Pada bab ini akan diuraikan data tentang kualitas tidur pada lansia sebelum
dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
1. Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan
musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Tabel 5.3 Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia
Perlakuan Persentase Kontrol Persentase
Baik - - - -
Buruk 11 100% 11 100%
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden
pada kelompok perlakuan dan kontrol berada pada tingkat buruk..
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
86
2. Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan
musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Tabel 5.4 Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia Perlakuan Persentase Kontrol Persentase
Baik 9 81,18% 2 18,82%
Buruk 2 18,82% 9 81,18%
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden
setelah diberikan gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu sebanyak 9
orang pada kelompok perlakuan meningkat menjadi baik, sedangkan 2 orang
lainnya masih dalam tingkat buruk. Pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang
kualitas tidurnya buruk dan 2 orang baik.
3. Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol
Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
No Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Pre Post Perbedaan Pre Post Perbedaan Post Post 1 11 4 -7 13 4 -9 4 4 2 11 4 -7 12 4 -8 4 4 3 12 4 -8 12 11 -1 4 11 4 12 4 -8 12 11 -1 4 11 5 12 3 -9 12 11 -1 3 11 6 12 3 -9 12 11 -1 3 11 7 12 4 -8 12 11 -1 4 11 8 12 4 -8 12 11 -1 4 11 9 13 4 -9 12 11 -1 4 11 10 15 7 -8 12 10 -2 7 10 11 14 7 -7 13 10 -2 7 10
p=0,004 Mc Nemar
Test p=≤0,05
Rata-rata peningkatan :
p=0,5 Mc Nemar
Test p=≤0,05
Rata-rata peningkatan :
p=0,003 Chi-Square Test
p=≤0,05
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
87
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan dari hasil uji statistik dengan
menggunakan Mc Nemar Test ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan
musik instrumentalia dengan nilai p=0,004, berarti p<0,05, maka H1 diterima artinya ada
pengaruh yang signifikan pada pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia
terhadap peningkatan kualitas tidur. Namun pada kelompok kontrol didapatkan hasil
p=0,5 yang berarti p>0,05, maka H1 ditolak. Hasil uji statistik Chi-Square Test,
didapatkan p=0,009 yang berarti p<0,05, berarti ada pengaruh pemberian gabungan
sugesti dan musik instrumentalia terhadap kualitas tidur pada hasil post test kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
5.2 Pembahasan
Seluruh responden dalam penelitian ini mengalami gangguan tidur dengan
kualitas tidur dalam rentang buruk. Tingkat kualitas tidur dilakukan dengan
wawancara yang berpedoman pada kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) yang terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur secara objektif, latensi
tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur malam (kuantitas), efisiensi tidur,
gangguan ketika tidur malam, penggunaan obat-obatan tidur, dan terganggunya
aktivitas di siang hari. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kualitas
tidurnya kurang, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit, lama tidur kurang
dari 6 jam, efisiensi tidur yang kurang, gangguan tidur pada malam hari yang
meningkat, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang
terganggu lebih dari 3 hari dalam seminggu.
Intervensi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia dalam
penelitian ini adalah gabungan sugesti dan musik instrumentalia. Gabungan kedua
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
88
hal ini diberikan dalam bentuk rekaman dalam sebuah CD yang dimainkan setiap
pukul 19.30-20.30 selama satu minggu. Rekaman ini berdurasi selama 30 menit
dan diulang hingga dua kali setiap kali memainkannya. Tempo musik dalam
rekaman ini adalah 50-60 beat per menit seperti yang dijelaskan oleh Campbell
(2002) bahwa musik dengan tempo lambat sekitar 60 beat / menit, dapat
mengubah tingkat kesadaran dari susunan gelombang beta ke gelombang alfa,
sehingga meningkatkan tingkat rileks dan ketenangan.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memainkan rekaman ini
ada 2 (dua) hal yaitu persiapan lingkungan dan persiapan pasien. Ketika
melakukan persiapan lingkungan, semua perawat griya yang sudah
menandatangani persetujuan untuk menjadi perawat pengawas dalam penelitian
ini, dikumpulkan dan diberi pengarahan secara singkat. Lalu semua peralatan
yang diperlukan yaitu player, CD rekaman gabungan sugesti dan musik
instrumentalia, speaker sentral, dan jam tangan, dipersiapkan. Sebelum
memainkan rekaman tersebut, responden terlebih dahulu ditegur sapa, dilakukan
cek kembali kesesuaian antara identitas yang telah didapatkan peneliti dengan
identitas yang disebutkan secara langsung oleh responden, dan dijelaskan kembali
mengenai tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Kemudian, pasien
diminta untuk berbaring ditempat tidurnya masing-masing dengan memposisikan
tubuhnya senyaman mungkin. Rekaman musik instrumentalia dan sugesti
dimainkan hingga semua lansia benar-benar terlelap dalam rentang waktu satu
jam dengan volume pada speaker sentral berada pada level 2 pada rentang 0-9.
Semua prosedur pelaksanaan intervensi ini dilakukan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol selama masing-masing satu minggu. Pelaksanaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
89
pada kelompok kontrol dilakukan setelah intervensi pada kelompok perlakuan.
Semua lansia yang menjadi responden bekerjasama dengan baik dalam
pelaksanaan intervensi ini. Prosedur ini dilakukan selama 2x30 menit karena
proses fisiologi gelombang tidur. Pada menit ke 10-20 sejak awal lansia memulai
tidur, terjadi proses tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) tahap dua. Tidur
tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya
gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum
tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas
otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun dan menandai
permulaan tidur yang sebenarnya. Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah
memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggidengan
frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap
ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan hanya tinggal
gelombang delta dengan 0,5 – 2 putaran perdetik, amplitudo 100 – 200 mikrovolt.
Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun,
denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas
minimal (Setiyo, 2008).
Sebelum dilakukan intervensi pemberian gabungan sugesti dan musik
instrumentalia, semua responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
yaitu sebanyak 22 orang, berada dalam skor kualitas tidur yang buruk. Hal ini
dikarenakan sebagian responden memiliki lama tinggal di griya kurang dari 1
tahun, memiliki pola tidur siang. Usia lansia merupakan usia yang beresiko tinggi
megalami gangguan kualitas tidur. Menurut Darmojo (2009), seiring
bertambahnya usia, terdapat penurunan periode tidur. Seorang usia lanjut
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
90
membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat
tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya.
Responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini sebagian besar
berusia 66-74 tahun. Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur
dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan
jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry&
Potter, 2005).
Pada penelitian ini, semakin lama lansia tinggal dipanti, lansia menjadi
semakin mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan waktu tidurnya.
Responden yang tinggal di panti lebih dari 1-5 tahun, memiliki kualitas tidur yang
lebih baik. Lansia yang lebih lama tinggal di panti, memiliki kemampuan adaptasi
yang lebih baik daripada penghuni panti yang baru. Gangguan tidur sering terjadi
pada malam pertama di tempat perawatan jangka panjang atau hospitalisasi yang
lama, tetapi sulit tidaknya lansia tidur berhubungan dengan kemampuan lansia
dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Gitawati, 2007).
Responden dalam penelitian ini adalah wanita. Wanita lansia beresiko
tinggi terjadi gangguan tidur karena tingkat stress dan peran hormonal wanita
yang cukup tinggi dalam proses penuaan. Lansia wanita lebih mudah stress karena
wanita memiliki hormon estrogen yang mempengaruhi tingkat stress dan lebih
menonjolkan perasaannya. Wanita lansia, terutama wanita yang memiliki anak,
dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine involunter saat
batuk, bersin, atau pun saat tidur tanpa disadari mereka akan mengompol sehingga
menyebabkan terbangun. Hal ini disebabkan karena melemahnya otot kandung
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
91
kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Di Griya Lansia Santo Yosep, dari 22
responden, 18 orang menderita inkontinensia urin.
Setelah dilaksanakan pemberian gabungan sugesti dan musik
instrumentalia selama 7 hari pada kelompok perlakuan, diperoleh skor responden
dalam kriteria baik 9 orang dan kriteria buruk 2 orang. Meskipun masih ada
responden yang mempunyai kriteria kualitas tidur buruk, tetapi responden
mendapatkan penurunan skor dan merasa puas dengan tidurnya. Pada kelompok
kontrol, didapatkan skor kualitas tidur dalam kriteria buruk sebanyak 9 orang dan
sangat buruk sebanyak 2 orang.
Pada kelompok perlakuan, setelah dilakukan intervensi, skor PSQI
mengalami penurunan, yang berarti telah terjadi perbaikan kualitas tidur
responden. Responden 5P dan 6P mengalami peningkatan skor kualitas tidur yang
cukup signifikan yaitu 9 poin karena kedua responden tersebut berpendapat bahwa
intervensi yang diberikan cocok dengan mereka karena mereka menyukai musik
klasik. Responden kelompok perlakuan lainnya mengalami penurunan skor 6-8
poin dengan kriteria tidur baik dan buruk. Sebagian besar responden mengalami
perbaikan tidur dari segi kualitas tidur subjektif yang menjadi lebih baik, kesulitan
untuk memulai tidur (latensi tidur) berkurang selama kurang dari 30 menit, lama
tidur meningkat menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur juga meningkat,
gangguan tidur malam berkurang, dan terganggunya aktifitas di siang hari
menurun. Responden 10P dan 11P mengalami penurunan skor dan perbaikan
kualitas tidur, tetapi masih dalam kriteria tidur buruk karena perubahan yang
kurang signifikan pada latensi dan efisiensi tidur. Hal ini dapat terjadi karena
masih banyak faktor yang mempengaruhi tidur responden , antara lain faktor lama
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
92
tinggal. Kedua responden ini adalah lansia yang kurang dari 1 tahun tinggal di
griya. Penelitian yang dilakukan selama 7 hari pada kelompok perlakuan ini, tidak
ada responden yang terserang sakit, sehingga penelitian berjalan dengan baik.
Pada kelompok kontrol, responden 1K dan 2K mengalami penurunan skor
yang sangat tinggi yaitu 8-9 poin dan masuk dalam kriteria baik. Hal ini
dikarenakan pada saat dilakukan intervensi untuk kelompok perlakuan pada 2
(dua) hari terakhir, responden 1K mendapat kunjungan dari keluarganya selama 1
(satu) hari dan responden berpendapat bahwa kondisi fisik atau psikisnya menjadi
sangat baik dan tenang. Kondisi fisik atau psikis yang baik dapat menunjang tidur
malam yang lebih efektif. Pada responden 2K juga mengalami penurunan skor
yang tinggi karena 1 (satu) hari sebelum dilakukan intervensi pada kelompok
kontrol, responden mendapat kiriman hadiah berupa baju dan beberapa foto anak
serta cucu kesayangannya yang berada di luar negeri. Responden berpendapat
bahwa hal tersebut mempengaruhi kondisi badan dan pikirannya menjadi sangat
baik dan damai sehingga mendukung kenyamanan saat tidur malam.
Hasil dalam kuisioner PSQI yang tidak banyak mengalami perubahan baik
sebelum atau setelah dilakukan intervensi gabungan sugesti dan musik
instrumentalia yaitu gangguan tidur malam. Keluhan responden paling banyak
dalam gangguan tidur malam hari yaitu terbangun karena keinginan ingin buang
air kecil. Hal ini disebabkan melemahnya otot kandung kemih pada lansia (Perry
& Potter, 2005). Faktor ini menyebabkan responden sering terbangun pada malam
hari, sehingga komponen efisiensi tidur dan lama tidur berkurang. Jika kedua
komponen ini berkurang, maka aktivitas responden pada siang hari dapat
terganggu karena kantuk.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
93
Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square Test untuk menilai post
test pada kedua kelompok, ditemukan hasil p=0,003 yang berarti bahwa ada
pengaruh setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia
terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef
Surabaya. Kemudian peneliti melakukan uji statistik dengan menggunakan
McNemar, ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan
sebelum dan setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik
instrumentalia dengan nilai p=0,004. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil
p=0,5 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan pada pre dan post test.
Penelitian ini menggunakan salah satu jenis musik instrumentalia berupa
musik klasik. Menurut Nurseha dan Djaafar (2002), musik klasik mempunyai
fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan
tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan
gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga
memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek
rileks, dan menidurkan. Oleh karena itu, intervensi ini dilakukan saat lansia
memasuki waktu tidur malam yaitu sekitar pukul 19.30-20.30 WIB.
Dasar utama penggunaan musik klasik dalam penelitian ini adalah
gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik dan suara-suara yang
ditimbulkannya. Semakin lamban gelombang otak, individu semakin merasa
rileks, puas, dan tenang. Seperti halnya meditasi, yoga, sugesti dan latihan lain
untuk menyatukan fisik dan pikiran. Musik klasik berfungsi mengatur hormon-
hormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH, prolaktin, dan hormon
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
94
pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat
mengurangi nyeri juga kecemasan (Champbell, 2001).
Musik yang memiliki karakteristik lembut dan santai, salah satu jenis
musik ini yaitu musik klasik yang dipadukan dengan kalimat sugesti positif, dapat
menstimulir otak sehingga membantu menjaga keseimbangan homeostasis tubuh
melalui jalur HPA axis, yang dapat merangsang produksi β endorphin dan
enkephalin yang merupakan neurotransmitter tidur. β endorphin dan enkephalin
mampu membuat tubuh menjadi rileks, rasa nyeri berkurang, dan menimbulkan
rasa senang sehingga lansia dapat lebih mudah tertidur (Nursalam, 2007).
Menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross
Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan
memprovokasi otak kiri (pikiran sadar) untuk non aktif dan memberikan
kesempatan kepada otak kanan (pikiran bawah sadar) untuk mengambil kontrol
atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan ketika aktivitas seseorang
sedang berada dalam gelombang theta. Karakteristik aktivitas otak ketika berada
dalam gelombang theta adalah peningkatan produksi katekolamin (sangat vital
untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional,
berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang
dipelajari, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar
(unconscious). Pada saat itulah sugesti berhasil ditanamkan dalam pikiran
seseorang (Yovan,2006).
Responden yang mendapatkan intervensi gabungan sugesti dan musik
instrumentalia merasa lebih rileks dan nyaman. Responden merasakan dampak
dari intervensi secara bertahap. Responden mengalami perbaikan tidur seperti
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
95
kualitas tidur lebih baik, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit berkurang,
lama tidur bertambah menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur lebih baik,
gangguan tidur malam berkurang, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas
siang hari yang terganggu berkurang. Gabungan sugesti dan musik instrumentalia
memberikan ketenangan dan kenyamanan yang dapat menginduksi rasa kantuk,
sehingga responden dapat memulai tidur lebih awal dan tubuh menjadi bugar dan
bersemangat setelah bangun tidur.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.
top related