bab i
Post on 10-Aug-2015
70 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan sedini
mungkin, sebab merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain
itu gigi-geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting
dalam proses pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi
penting dilakukan (Depkes RI, 1999).
Secara umum penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada
masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Survey kesehatan Rumah
Tangga tahun 1995 menginformasikan bahwa penduduk Indonesia yang
menderita karies gigi aktif dengan kerusakan gigi yang belum ditangani sebanyak
63% dari jumlah penduduk. Survey tersebut juga menunjukkan masyarakat yang
menderita penyakit periodontal sebanyak 42,8 dengan mendeteksi adanya
kalkulus atau karang gigi (Depkes RI, 2000).
Mulut merupakan suatu tempat yang ideal bagi perkembangan bakteri,
karena temperatur kelembaban dan ketersediaan nutrisi yang cukup. Bakteri yang
ada di dalam mulut berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut seseorang.
Kebersihan gigi dan mulut seseorang terutama ditentukan oleh adanya sisa
makanan (food debris), plak, kalkulus/karang gigi, material alba dan noda pada
permukaan gigi (stain) (Handnyawati, 2002).
Permukaan gigi yang lama tidak dibersihkan merupakan tempat
menumpuknya kotoran/sisa makanan dan berkumpulnya bakteri dalam mulut
yang berkembang biak dan akan menghasilkan bahan-bahan metabolisme yang
lama-kelamaan akan mengeras menjadi karang gigi. Karang gigi yang melekat
erat pada permukaan gigi da lama tidak dibersihkan sehingga akan
mengiritasi/menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi dan permukaan gigi serta
bau mulut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses terjadinya karang gigi?
1
2. Apa saja akibat yang dapat ditimbulkan karena adanya karang gigi?
3. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi adanya karang gigi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai proses terjadinya karang
gigi.
2. Mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan karena adanya karang gigi.
3. Mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengatasi adanya karang gigi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kalkulus atau karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami
kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek
solid lainnya di dalam mulut. Kalkulus mempunyai permukaan yang kasar,
sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri mudah melekat dan berkembang
biak yang mengakibatkan terjadinya penebalan dari kalkulus tersebut.
Pengendapan kalkulus yang banyak biasanya terjadi pada permukaan gigi
yang berlawanan dengan muara kelenjar ludah, misalnya bagian lingual
gigi anterior sel-sel permukaan mukosa rahang bawah dan bagian bukal gigi
molar satu atas. Tetapi dapat juga dijumpai pada setiap gigi geligi tiruan yang
tidak di bersihkan dengan baik (Carranza et al, 2006).
Berdasarkan lokasi perlekatannya, kalkulus dapat dibedakan atas dua
macam yaitu :
1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah
oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai
kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan
mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.
2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah
lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda
sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras
seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan gigi.
(Carranza et al, 2006)
Menurut Tureskey dkk, karang gigi dapat terjadi karena adanya
aktivitas enzim-enzim phospat yang berasal dari sel-sel permukaan mukosa
yang sedang berdegenerasi. Umumnya enzim phospat terbentuk bila ada suatu
peradangan. Terjadinya pertumbuhan enzim phosphatase, apabila didalam
jaringan pengikat gusi terjadi peradangan pengendapan phospat dari air ludah
disebabkan adanya enzim phospat ini. sedangkan menurut Wallace mengatakan
bahwa orang yang banyak makan makanan yang berserat mempunyai karang
3
gigi yang sedikit, makanan yang sebagian besar terdiri dari tepung kanji
memudahkan terjadinya karang gigi. Makanan yang keras dan kasar dapat
menghambat pembentukan karang gigi (Sindoro, 1995).
Proses pembentukan karang gigi dimulai dengan adanya plak gigi.
Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening
dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila
pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan
tipis bening yang menempel pada permukaan gigi,terkadang juga ditemukan
pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan,
segelintir bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam
mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila
menggosok gigi atau menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama
kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras
sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di dalam24-72 jam dan
rata-rata butuh 12 hari untuk matang.
Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi
tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan
semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Jika dibiarkan
menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi tulang alveolar penyangga gigi dan
akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal. Selain itu, karang gigi juga dapat
memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi, infeksi tersebut dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah ke organ lain seperti jantung
(Bakterimia). Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu
oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung
(miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
Untuk mengatasi masalah karang gigi ini diperlukan adanya
pembersihan karang gigi yang disebut scalling. Scalling ini menggunakan
dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan elektrik dengan
menggunakan alat yang disebut scaller.
4
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi karang gigi
diantaranya adalah :
1. Menyikat gigi secara sempurna (min.3x/hari)
2. Menggunakan Dental floss, untuk menghilangkan sisa makanan ato
deposit yang terselip (terjebak) diantara 2 permukaan gigi yang
tidak terjangkau oleh sikat gigi.
3. Menggunakan obat kumur, mengandung clorhexidine yang
membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri (organisme)
penyebab plak dan karang gigi
4. Kontrol Ke dokter gigi, Sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 2
sampai 4 kali dalam setahun. Atau atas pertimbangandokter atas
kondisi yang ditemukan. Laju pembentukan karang gigi setiap
individu berbeda bedadipicu oleh bebagi faktor dalam tubuh
misalnya pada penderita deabetes bniasanya karang gigicepat
terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat tinggi
dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin cepat karang gigi
terbentuk sering pula kita melakukan perawatan pembersihan
(Sriono, 2005: 52 ).
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian karang gigi atau kalkulus
Karang gigi atau kalkulus (disebut juga tartar), yaitu suatu lapisan
deposit plak yang termineralisasi, yang keras yang menempel di gigi.
Warnanya bervariasi dari kuning hingga cokelat. Lapisan ini terlihat
keputihan dan seiring waktu berubah kekuningan setelah bercampur dengan
air liur. Karang gigi terutama timbul pada daerah-daerah yang sulit
dibersihkan.
Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium
karbonat, dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi
kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus.
Kalkulus atau karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat
pada gigi yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti Calsium, Ferum, Zink,
Cu dan Ni. Karang gigi dapat melekat pada permukaan gigi yang terletak
diatas gusi, sehingga disebut supra gingiva, atau pada permukaan yang
terletak dibawah gusi dan disebut sub gingiva (Taringan, 1989).
3.2
Komposisi karang gigi atau kalkulus
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya
di dalam mulut dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80%
6
massa anorganik, airm dan matriks organik (protein dan karbonat), sel-sel
epitel deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus dan leukosit. Masa
anorganik terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite,
brushite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil
kalsium karbonat, magnesium, fosfat, dan florida (Manson, 1993).
3.3 Mekanisme pembentukan karang gigi atau kalkulus
Pembentukan karang gigi diawali dengan adanya pembentukan plak
gigi. Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena
daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.
Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi,
dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur. Lokasi
dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi
laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta faktor-faktor penjamu seperti diet, dan
komposisi serta laju aliran saliva.
Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a. Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase
awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau
restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari
saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan
debris. Komponen khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi
komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel baru terbentuk (dua jam)
menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi
saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul
sekitar secara selektif. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri
dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih
berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan berupa material stein
yang terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak. Pelikel berfungsi
sebagai penghalang protektif, yang bertindak sebagai pelumas permukaan
dan mencegah desikasi (pengeringan jaringan). Selain itu pelikel merupakan
substrat tempat bakteri dari sekitarnya melekat. Selain itu, pelikel bekerja
7
seperti perekat bersisi dua, satu sisi melekat ke permukaan gigi, sedangkan
permukaan lainnya merupakan sisi yang melekatkan bakteri pada permukaan
gigi. Bakteri dapat melekat ke permukaan gigi diperantarai oleh reseptor
berupa lapisan tipis protein saliva dan glikoprotein yang menutupi permukaan
gigi yang sering dikenal dengan pelikel. Pelikel dan matriks plak merupakan
hasil dari host dan produk bakteri yang terdiri dari beberapakomponen
meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya
protein dan mucins. Lapisan pelikel pada permukaan gigi dikolonisasi oleh
bakteri Gram positif seperti S.sanguis, S. mutans dan A.viscosus. Komponen
bakteri seperti glukosyltransferase dan glucans juga dapat ditemukan dalam
pelikel dan memainkan peran yang sangat signifikan dalam hal perlekatan.
Suatu ikatan antara adsorbsi dan desorbsi molekul saliva terjadi 90-120 menit
setelah menyikat gigi. Setelah 2 jam pelikel pada permukaan lingual
terbentuk setebal 20-80 nm sedangkan pelikel didaerah bukal bisa mencapai
200-700 nm. Ketebalan pelikel ini bisa berubah sewaktu - waktu tergantung
pada tempat melekatnya. Pada saat molekul protein saliva berikatan dengan
permukaan gigi protein dapat mengalami perubahan. Hal ini merupakan
petunjuk adanya reseptor baru untuk perlekatan dimana terjadi aktivitas
glukosyltransferase dan menghasilkan glucans dengan struktur yang
dimodifikasi. Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan hal yang
sangat menentukan bentuk kolonisasi mikroba. Setelah pelikel terbentuk
bakteri melekat pada pelikel tersebut dan mengalami proliferasi. Bakteri yang
pertama kali melekat pada permukaan pelikel biasanya golongan coccus.
Seiring berjalannya waktu plak dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk
berupa filamen, flagel dan spiral. Koloni awal yang terdapat pada plak adalah
spesies komensal utama meliputi Streptococcus (S. sanguis, S. Gordonii dan
S.oralis) dan A.viscosus. Pengkoloni awal tersebut melekat ke permukaan
gigi dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang terdapat pada
permukaan bakteri. Contoh adhesin ini adalah S. gordonii
dapat berikatan dengan bantuan α-amylase sedangkan A. naeslundii dan
F. Nucleatum berinteraksi dengan statherin. S. mutans berikatan dengan
glucans protein binding.
8
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental.
Bakteriyang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel
adalahdidominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti
Actinomices viscosusdan Streptococus sanguis. 18-20 Pengkoloni awal
tersebut melekat ke pelikel denganbantuan adhesin, yaitu molekul spesifik
yang berada pada permukaan bakteri.Adhesin akan berinteraksi dengan
reseptor pada pelikel dental. Masa plak kemudianmengalami pematangan
bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat,maupun
kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannyaterjadi
perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal
yangaerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan
yang sangatmiskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme
anaerob gram-negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan
gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
o Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi
o Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri
baru
Dalam tiga hari, pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke
permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotellaloescheii,
spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis.
Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalammassa plak.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder kebakteri pengkoloni
awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7 ditandai dengan
menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif.
Plak ini hanya dapat dibersihkan dengan pembersihan mekanis seperti
menggunakan sikat gigi ataupun alat pembersih dari dokter gigi lainnya.
Kalkulus ini biasanya terbentuk setelah 2 – 14 hari terbentuknya plak.
Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat pada gigi tiruan
danrestorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan scalling. Penelitian
9
morfologikalkulus menggunakan scanning electron microscopy (SEM)
menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival kasar
dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi. Permukaan luar kalkulus selalu
diliputi oleh organisme – organisme bentuk filamen dan bulat, sedangkan
permukaan dalam kalkulus tidak. Ada perbedaan jumlah koloni pada plak gigi
dengan atau tanpa kalkulus supragingival. Pada plak gigi kelompok kalkulus
terdapat lebih banyak spesies Bacteroidesintermedius,
Bacteroides melaninogenicus serta Capnocytophaga. Organisme yangterdapat
pada plak gigi yang sudah matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan
ada 22 mikroorganisme di dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang
peranan penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses
mineralisasi, meningkatkan kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga
lingkungannya menjadi tidak stabil atau merusak faktor penghambat
mineralisasi. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat,
kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi
oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus. Pada
suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk, sedangkan pada saat yang lain
lambat atau tidak terbentuk kalkulus. Kalkulus melekat erat dengan gigi dan
hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi.
Kalkulus mula-mula kuning, lama -kelamaan dapat berwarna coklat atau
kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi.
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai
proses terbentuknya kalkulus, antara lain:
1. Teori CO
Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan CO₂ dalam rongga mulut dengan
tekanan CO₂ dari duktus saliva,yang menyebabkan pH saliva
meningkat sehingga larutan menjadi jenuh.
2. Teori protein
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggungan
dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari
10
saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.
Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
4. Teori esterase
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses
hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan
kalsium membentuk kalsium fosfat.
5. Teori ammonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan
membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksiapatit dan
berfungsi sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
3.4 Jenis karang gigi (Kalkulus)
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap
gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.
Kalkulus supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat
langsung di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan
distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus
subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung di
dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Sumber mineral untuk kalkulus
supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus subgingival dari
serum darah. Endapan kalkulus supragingival terbanyak adalah pada
permukaan bukal gigi molar pertama maksila,dan pada permukaan lingual
gigi insisivus pertama dan kedua mandibula. Endapan kalkulus subgingival
paling banyak terdapat pada gigi insisivus pertama dan kedua mandibula,
11
diikuti oleh gigi molar pertama maksila, kemudian gigi-gigi anterior maksila
(Carranza et al, 2006).
Berdasarkan asalnya :
1. Salivary calculus adalah calculus yang berasal dari saliva,
berwarna kuning, konsistensi lunak, terletak di permukaan gigi.
2. Cerumal calculus adalah calculus yang berasal dari serum darah
karena adanya peradangan, berwarna coklat sampai hitam,
konsistensi keras, terletak di permukaan akar (Carranza et al,
2006)..
3.5 Indeks Kalkulus
Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
1Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
2
Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan
gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang
terkena, atau adanya kalkulus sub gingiva berupa flek di
sekeliling leher gigi
3
Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi yang terkena. Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita
yang tidak terputus di sekeliling leher gigi
Skor kalkulus diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi
jumlah gigi yang diperiksa. Skor indeks oral higiene individu diperoleh
dengan menjumlahkan nilai indeks debris dan indeks kalkulus.
3.6 Akibat yang ditimbulkan karena adanya karang gigi
Karang gigi ini menjadi tempat melekatnya kuman-kuman di dalam
mulut. Akibatnya dapat menyebabkan berbagai penyakit gusi, seperti radang
gusi (gingivitis) yang ditandai dengan gusi tampak lebih merah, agak
12
membengkak, dan sering berdarah saat menggosok gigi. Hal ini dapat
berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi lainnya (periodontitis) bila
tidak segera dirawat. Bila sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang
karena jaringan penyangga gigi sudah rusak. Selain itu, karang gigi juga
dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi, infeksi tersebut
dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah ke organ lain.
Halitosis atau bau mulut juga merupakan masalah yang disebabkan
oleh karang gigi ini karena menumpuknya berbagai macam sisa-sisa makanan
di dalam mulut yang tidak dibersihkan secara tuntas dan akhirnya membusuk.
3.7 Pencegahan dan cara mengatasi karang gigi
Pencegahan karang gigi adalah dengan menyikat gigi dengan baik dan
benar setiap hari. Penyikatan gigi sebaiknya dilakukan 2 x sehari, yaitu setiap
kali setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Karena pada waktu tidur
aktivitas gigi dan mulut berhenti dan memudahkan bakteri untuk berkembang
biak.
Sedangkan cara menyikat
gigi yang baik benar adalah
untuk bagian depan permukaan
13
gigi yaitu bagian bibir dan pipi, dilakukan dengan cara memutar. Untuk
bagian mengunyah dan menggigit, dilakukan dengan cara maju –
mundur. Sedangkan pada bagian dalam yaitu bagian
lidah dan langit – langit dilakukan dengan cara
mencongkel ( Ambarwati, 1994 : 32 ).
Selain itu pembersihan gigi dapat menggunakan
benang khusus atau dental floss yang dibuat untuk
kedokteran gigi untuk membersihkan sela – sela gigi.
Apabila setelah makan dan tidak sempat gosok gigi, lakukan kumur
dengan air. Untuk menghilangkan sisa makanan. Atau dengan makan buah –
buahan yang berserat dan banyak mengandung air.
Pembersihan karang gigi atau scalling sebaiknya dilakukan secara
rutin tiap 2 sampai 4 kali dalam setahun dengan pergi ke dokter gigi. Atau atas
pertimbangan dokter atas kondisi yang ditemukan. Scalling ini dilakukan
dengan dua cara yaitu manual dan elektrik. Scaler yang dilakukan secara
manual menggunakan hand instrument. Namun cara ini, sudah jarang dilakukan
karena lebih sulit, membutuhkan waktu lebih lama, pembersihan tidak
maksimal, dan butuh tenaga ekstra sebab karang gigi melekat cukup erat ke
permukaan gigi dan sulit dipecahkan. Kecuali memang tidak ada alat lain
seperti dokter gigi yang bekerja di pedalaman, yang tidak ada pilihan lain
kecuali menggunakan hand instrument. Scaler ultrasonik, yaitu alat yang bekerja
dengan getaran ultrasonik pada bagian ujungnya yang berbentuk sedikit
runcing agar dapat memecah karang gigi hingga ke tempat yang sulit
dijangkau, termasuk karang gigi yang ada di bawah gusi.
14
Hand instrument
Laju pembentukan karang gigi setiap individu berbeda – beda dipicu
oleh berbagai faktor dalam tubuh misalnya pada penderita diabetes biasanya
karang gigi cepat terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat
tinggi dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin capat karang gigi terbentuk
sering pula kita melakukan perawatan pembersihan ( Sriono, 2005 : 52 ).
15
Ultrasonic scaller
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN & SARAN
Karang gigi merupakan suatu lapisan deposit plak yang
termineralisasi, yang keras yang menempel di gigi. Karang gigi ini jika tidak
segera ditangani maka akan menimbulkan berbagai masalah didalam rongga
mulut, diantaranya adalah dapat menyebabkan penyakit pada jaringan
periodontal seperti radang jaringan penyangga gigi, gigi goyang karena
resorbsi tulang alveolar dan mengakibatkan gigi mudah tanggal serta dapat
juga mengakibatkan bau mulut.
Cara mengatasi masalah karang gigi ini dapat dilakukan penyikatan
gigi secara teratur dua kali sehari setiap pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur, selain itu juga dapat dilakukan pembersihan sela-sela gigi
menggunakan dental floss serta perawatan scalling ke dokter gigi.
Oleh karena itu, masalah rongga mulut hendaknya tidak dianggap
sepele karena merupakan bagian dari kesehatan tubuh, sehingga diperlukan
pemeriksaan yang rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali serta perlunya
memperhatikan oral hygiene agar keadaan rongga mulut tetap bersih dan sehat.
16
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Carranza FA. Newman MG. Takei HH. 2006. Clinical
Periodontology. 9th ed Philadelpia: WB Saunders Co; p. 74.
2. Depkes RI. 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Puskesmas. Depkes, Jakarta.
3. Handnyanawati, H. 2002. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan
Gingivitis Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kabupaten Jember.
Jakarta : JKGUI
4. Harty FJ, R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
5. Limantara, Ambarwati. 1994. Pendidikan Kesehatan Gigi. Surabaya: SPRG
Sindoro
6. Manson J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates
7. Sindoro, I. 1996. Perlindungan Khusus, Depkes RI. Surabaya
8. Srigupta, AA.2004. Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta
9. Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan. Yogyakarta : Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM
10. S.U, Sri Lelyati. Kalkulus – Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal
dan Penanganannya. Jakarta: Bagian Periodontologi FKG UI
11. Taringan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : EGC
17
top related