bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.umm.ac.id/41261/2/bab 1.pdf1 bab i pendahuluan 1.1....
Post on 12-Sep-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh
manusia (InfoDATIN, 2014). HIV tersebut akan masuk dan merusak sel darah putih.
Sel darah putih yang seharusnya berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi setelah
terinfeksi HIV maka sel darah putih tersebut mengalami penurunan fungsinya,
sehingga mengakibatkan sistem kekebalam tubuh akan mejadi lemah dan orang yang
terinfeksi HIV akan mudah terkena berbagai penyakit. Acquired Immono Deficiency
Syindrom (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang di akibatkan oleh
virus HIV (Ardhiyanti dkk, 2015).
Cara penularan HIV melalui tiga cara (Ardhiyanti dkk, 2015) yang pertama
yaitu melalui transmisi seksual, penularannya terjadi melalui hubungan seks melalui
cairan mani (semen), cairan vagina dan serviks. Yang kedua melalui transmisi non
seksual seperti penggunaan jarum suntik dan napza. Yang Ketiga melalui transmisi
transplasental atau penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak
yaitu dengan cara ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke
bayi yang di kandungnya (antepartum), selama persalinan bayi dapat tertular melalui
darah atau cairan ketuban yang mengandung HIV, bayi tertular saat menyusu dari ibu
yang terinfeksi virus HIV. Anak tersebut akan mendapatkan infeksi HIV dengan cara
penularan dari ibu ke anak atau mother-to-child transmission/ MTC ( RAN PPIA, 2013).
2
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin
meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan
seksual yang tidak aman, sehingga dapat menularkan HIV tersebut kepada
pasangannya. HIV bukan hanya ancaman bagi keselamatan ibu hamil, akan tetapi
merupakan ancaman bagi anak yang di kandungnya. Lebih dari 90% anak yang
terinfeksi di dapat dari ibunya (RAN PPIA, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2015 di seluruh dunia ada 36,7 juta orang hidup
dengan HIV yang meliputi 17,8 juta perempuan dan 18 juta anak berusia < 15 tahun.
Jumlah dengan infeksi baru HIV pada tahun 2015 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9
juta orang dewasa dan 150.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah kematian yang
diakibatkan AIDS sebanyak 1,1 juta yang terdiri dari 1 juta orang dewasa dan 110.000
anak berusai <15 tahun. Kasus HIV AIDS pertama kali di temukan di provinsi Bali
pada tahun 1987. Sampai saat ini di Indonesia HIV AIDS sudah menyebar di 368
kabupaten atau kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kasus baru HIV positif
yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus. Berdasarkan laporan
provinsi, jumlah kasus infeksi HIV yang dilaporkan sejak 1998 sampai september 2014
provinsi Jawa Timur merupakan nomer dua pengidap HIV terbanyak yaitu sebanyak
19.249 kasus (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014). Jumlah kasus HIV menurut jenis
kelamin di Kota Malang tahun 2014 laki-laki adalah 317 orang dan perempuan 149
orang (Dinas Kesehatan Kota Malang, 2015).
Dalam upaya mengendalikan penyebaran HIV AIDS maka diperlukan deteksi
dini (Kemenkes RI, 2013). Deteksi dini sangat penting dilakukan untuk mengetahui
adanya infeksi HIV didalam tubuh seseorang. Tes HIV merupakan yang terpenting
pada layanan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan. Tes dan konseling
3
HIV akan mendorong seseorang untuk mengambil langkah pencegahan penularan
HIV. Pencegahan penularan HIV salah satunya dapat dilakukan juga pada saat
kehamilan dengan cara melakukan pemeriksaan HIV secara dini atau mengikuti
program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2013 Tentang penanggulangan HIV dan AIDS Pasal 17 menjelaskan bahwa ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannya harus dilakukan promosi kesehatan dan pencegahan
penularan HIV melalui pemeriksaan diagnostik HIV dengan tes dan konseling. Tes
dan konseling dianjurkan sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin saan
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan pada semua ibu hamil yang tinggal di
daerah dengan epedemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan keluhan IMS
dan tuberkolosis di daerah epedemi rendah (Permenkes RI, 2014).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), Proses pendekatan tes dan
konseling HIV di Indonesia melalui dua pendekatan yaitu: (1) model pendekatan utama
adalah konseling dan tes HIV sukarela atau KTS. Atau atas inisiatif klien sendiri.
Pendekatan tersebut mengandalkan keaktifan klien dalam mencari layanan tes HIV,
namun cakupan layanan dari KTS tersebut terbatas karena masih adanya ketakutan
akan stigma dan deskriminasi serta kebanyakan orang tidak merasa dirinya beresiko
tertular HIV; (2) pendekatan yang lainnya untuk meningkatkan cakupan guna mencapai
keterjangkauan pada pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV yaitu tes
HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling( TIPK). Layanan Tes HIV
atas Inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) salah satunya meliputi
penawaran tes HIV bagi ibu hamil.
4
Menurut WHO (2015) menyatakan bahwa TIPK merupakan salah satu strategi
penting dalam meningkatkan cakupan dalam layanan tes dan konseling HIV, dengan
adanya tes HIV dengan pendekatan TIPK ini klien bisa mendapatkan tes HIV sambil
dengan mengakses layanan kesehatan yang lainnya seperti melakukan antenatal care.
pada ibu hamil. Akan tetapi pemeriksaan HIV tersebut harus mengandalkan motivasi
individu dalam mencari layanan tes tersebut karena motivasi masyarakat untuk mencari
layanan tersebut masih rendah mengingat karena masih adanya ketakutan stigma dan
deskriminasi terkait tentang HIV di masyarakat (RAN PPIA, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni’amah (2017) mengatakan bahwa
ibu hamil yang memiliki motivasi baik terhadap tes HIV, maka semakin tinggi
kesediaan berkunjung untuk melakukan tes HIV. Sebaliknya apabila motivasi ibu hamil
rendah, maka semakin rendah kesediaan berkunjung untuk melakukan tes HIV. Motif
atau dorongan yang berati gerakan atau sesuatu yang dilakukan manusia, perbuatan dan
perilaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan yang sesuatu yang dapat
mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan motif itulah yang akan
menggerakkan serta menyalurkan perilaku, sikap, dan tingkah laku. Tingkah laku
bermotivasi dapat dikatakan sebagai tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya
kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan
terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan (Nursalam, 2008)
Motivasi terkait pemeriksaan HIV pada ibu hamil tergolong masih sangat
rendah, dilihat dari ketika petugas kesehatan memberikan penawaran tes HIV kepada
seluruh ibu hamil yang sedang melakukan kujungan Antenatal Carw (ANC) masih
banyak ibu hamil yang tidak melakukan tes HIV. Padahal tes HIV sangat penting
dilakukan karena kemungkinan HIV tersebut didapatkan dari pasangan seksualnya,
5
perilaku seks yang beresiko yang dilakukan pada masa lalau, penggunaan NAPZA. Tes
HIV juga sangat penting untung ibu hamil untuk mengetahui status HIV dalam
tubuhnya, apabila ibu hamil tersebut terinfeksi HIV maka kemungkinan 90% HIV
tersebut akan ditularkan kepada bayi yang sedang dikandungnya. Banyak ibu hamil
yang beranggapan bahwa tes HIV tidak penting dan tidak perlu dilakukan karena ibu
hamil tersebut merasa tidak beresiko terkena HIV dan takut untuk mengetahui hasil
tes HIV.
Berdasarkan hasil data dari Dinas Kesehatan Kota Malang untuk tes HIV pada
ibu hamil di puskesmas mulai di programkan pada tahun 2012, sudah terdapat 10
puskesmas yang memiliki layanan untuk tes laboratorium dari 15 puskesmas yang ada
di kota Malang. Hasil data dari bulan Januari sampai bulan September 2016 dengan
sasaran 13.407 ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang mengunjungi layanan kesehatan
adalah 9527 (71,05%). Sebanyak 5.610 (58,88%) ibu hamil yang ditawari tes HIV oleh
tenaga kesehatan dan yang mengikuti program PMTCT atau tes laboratorium sebanyak
1.721(30,57%) ibu hamil.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di UPT Puskesmas
Ciptomulyo di Kota Malang pada bulan Mei 2018. Puskesmas Ciptomulyo merupakan
puskesmas yang memiliki layanan untuk voluntary counseling and test (VCT). Hasil survei
yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada petugas kesehatan
khususnya di bagian kesehatan ibu dan anak (KIA). Petugas kesehatan di Puskesmas
Ciptomulyo mengatakan bahwa setiap ibu hamil hamil yang melakukan antenatal care
(ANC) akan ditawari oleh petugas untuk melakukan tes HIV, apabila ibu hamil tetap
menolak maka petugas akan tetap menawarkan tes HIV kepada ibu hamil pada
kunjungan selanjutnya atau merujuk kelayanan sukarela. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada ibu hamil secara kebetulan yang sedang melakukan antenatal
6
terdapat 3 orang ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV dan 2 orang belum
melakukan tes HIV . 3 orang yang sudah melakukan tes HIV mengatakan bahwa
mendapatkan tawaran tes HIV dari petugas di Puskesmas dan mau untuk melakukan
tes HIV agar mendapat kepastian tentang HIV dalam tubuhnya, sedangkan 2 orang
yang belum melakukan tes HIV 1 orang mengatakan bahwa belum mendapat tawaran
dari petugas karena baru pertama kali ke puskesmas tersebut. 1 orang lagi mengatakan
belum siap untuk pengambilan tes darah.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil di Wilayah
Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat di rumuskan permasalahan
“Apakah ada hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil
di Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi
dengan kesediaan melakukan tes HIV pada ibu hamil di Puskesmas Ciptomulyo Kota
Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi motivasi ibu hamil terhadap tes HIV.
2. Mengidentifikasi kesediaan ibu hamil dalam melakukan tes HIV.
7
3. Menganalisis hubungan motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV pada
ibu hamil di Puskesmas Ciptomulyo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan
peneliti, serta dapat dijadikan pembelajaran tentang HIV sehingga dapat memberikan
informasi tentang tes HIV khususnya kepada ibu hamil bahwa tes HIV merupakan
langkah pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
1.4.3 Manfaat Bagi Ibu Hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan
pengetahuan kepada ibu hamil mengenai HIV dan pencegahan penularan HIV dari ibu
ke anak dengan cara melakukan deteksi dini berupa tes HIV serta dapat memberikan
motivasi yang baik kepada ibu hamil untuk melakukan tes HIV.
1.4.4 Manfaat Bagi Perawat
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut
tentang tes HIV. Serta dapat memberikan mutu pelayanan dan upaya-upaya promotif
melalui sosialisasi kesehatan kepada masyarakat tentang HIV untuk melakukan tes HIV
sebagai upaya dari pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti
selanjutnya yang akan meneliti tentang motivasi dengan kesediaan melakukan tes HIV.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Ada beberapa penelitian yang telah di lakukan berkaitan dengan penelitian
tentang hubungan motivasi dengan perilaku ibu hamil melakukan tes HIV atas inisiatif
pemberi pelayanan kesehatan dan konseling (TIPK) belum pernah dilakukan, namun
ada beberapa persamaan dan perbedaan seperti berikut:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arulita Ika Fibriana (2013) Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
berjudul “Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam Voluntary Counseling and
Testing (VCT)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi pelanggan WPS
dalam melakukan VCT. Metode penelitian survei dengan pendekatan cross sectional
terhadap 93 pelanggan WPS di Lokalisasi Argorejo Semarang. Variabel penelitian
meliputi persepsi kerentanan, persepsi keparahan HIV/AIDS, persepsi manfaat VCT,
persepsi hambatan VCT, motivasi/isyarat melakukan VCT, dan praktik VCT. Hasil
penelitian menunjukkan partisipasi pelanggan WPS di resosialisasi Argorejo dalam
melakukan VCT masih rendah yaitu 60,2% (56) orang. Simpulan penelitian adalah
partisipasi pelanggan WPS dalam melakukan VCT masih rendah.
Perbedaan penelitian Arulita Ika Fibriana dengan peneliti adalah Arulita Ika
Fibriana melakukan penelitian kepada pelanggan WPS yang berpartisipasi melakukan
VCT, sedangkan peneliti melakukan penelitian kepada ibu hamil.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Nurmasari, dkk (2015) yang
berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS dengan Perilaku
Pemeriksaan Test PITC (Provider Initiaded Test and Counseling) di Puskesmas Sleman
Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan test PITC
9
(Provider Initiaded Test and Counseling). Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan analisis korelasi dengan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan
accidental sampling dengan 72 responden. Hasil penelitian sebagian responden
memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 50 responden (98,6%),
dan sebanyak 71 responden melakukan pemeriksaan PITC. Tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan PITC
di Puskesmas Sleman Yogyakarta.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Annisa Nurmasari,dkk dengan peneliti
adalah variabel independen dan tempat penelitian. Variabel independen peneliti adalah
motivasi, dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas di Kota Malang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Kurniati (2014) berjudul “Pengaruh
Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan Suami terhadap Perilaku Pemeriksaan IVA
pada Wanita Subur di Puskesmas Kedungrejo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan, motivasi, dan dukungan suami terhadap perilaku
peeriksaan IVA pada wanita usia subur. Jenis penelitian adalah analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua wanita usia subur di wilayah
Puskesmas Kedungrejo Kabupaten Banyuwangi dengan sampel 61 responden dengan
teknik proposional random sampling dengan menyebarkan langsung kuesioner kepada
responden. Teknik analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif antara pengetahuan dengan perilaku
melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai statistik signifikan (OR= 4,298; CI 95%
1,213 hingga15,232 ; p = 0.024). Ada pengaruh yang signifikan (OR= 4,700; CI 95%
1,379 hingga16,016 ; p = 0.013) antara motivasi ibu dengan perilaku melakukan
10
pemeriksaan IVA. Serta ada pengaruh antara dukungan suami dengan perilaku
melakukan pemeriksaan IVA.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Indah Kurniati dengan peneliti adalah
variabel independen dan dependen. Variabel independen penelitian ini adalah
pengaruh pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga sedangkan peneliti adalah
hubungan motivasi. Variabel dependen pada peneliti ini adalah perilaku pemeriksaan
IVA sedangkan peneliti kesediaan menerima tes HIV. Responden penelitian yang
dilakukan Indah kurniati yaitu wanita usia subur sedangkan peneliti adalah ibu hamil.
Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim E. Elsheikh, etc (2015) yang berjudul
“Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV/AIDS and services
for Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV”. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh pemahaman ke persepsi ibu hamil di Sudan terhadap HIV/AIDS
dan penggunaan layanan PMTCT. Metode yang digunakan adalah ten focus group
discussion (FGDs) yang dilakukan pada masyarakat Khartoum (N=121). Rekrutmen
kelayakan yang tinggal di dekat atau di sekitar PMTCT rentang usia 18-40 tahun. Dari
121 wanita yang berpartisipasi terdapat 72 orang sedang hamil (61%). Hasil penelitian
ini adalah beberapa wanita tahu tentang penularan dari ibu ke anak (MTCT) dari
HIV.Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar wanita merasa rentan
terhadap infeksi HIV dengan persepsi keparahan yang tinggi, namun persepsi ini belum
diartikan ke dalam sikap positif terhadap pentingnya tes HIV selama kehamilan.
Perbedaan peneliti dengan peneliti ini adalah peneliti ingin melihat bagaimana
motivasi ibu hamil melakukan tes HIV. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah
cross sectional.
11
Peneliti yang dilakukan oleh Laura, etc (2015) dengan judul “Factors influencing
acceptability of voluntary HIV testing among pregnant women in Gamboma, Republic of Congo”.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan tes HIV secara sukarela pada ibu hamil di Republik Congo. Metode
penelitian menggunakan cross sectional dilakukan antara bulan Januari dan September
2012. Wanita hamil yang menghadiri perawatan antenatal care dan mengikuti tes HIV
secara sukarela. Diantara 136 peserta terdapat 98 orang (72%) menerima tes HIV
secara sukarela setelah dilakukan konseling pre-test. Penelitian ini menunjukan bahwa
tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penularan HIV/ pencegahan HIV adalah
hambatan untuk penerimaan tes HIV secara sukarela.
Hasil penelitian yang dilakukan Siti Ni’amah (2017) berjudul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiv/Aids dan VCT serta Motivasi Ibu Hamil dengan
Kesediaan Mengikuti VCT di Kabupaten Pati” Tujuan peneliti adalah mengetahui
hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan VCT serta motivasi ibu hamil dengan
kesediaan mengikuti VCT. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
Kabupaten Pati, sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan stratified random sampling. Jenis penelitian ini adalah survey dengan
pendekatan cross sectional yang alat ukurnya berupa kuesioner yang berisi tentang
pengetahuan, motivasi dan kesediaan mengikuti VCT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 60 ibu hamil sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 29
orang (48.3%) tentang HIV/AIDS dan VCT, sebagian besar dari ibu hamil memiliki
motivasi baik sebanyak 37 ibu hamil (61.7 %), sebagian besar ibu hamil bersedia
mengikuti pelayanan VCT sebanyak 41 orang (68.3%). Berdasarkan uji Pearson Chi
Square diperoleh X2 hitung (31,664) > X 2 tabel (5,991) dan p value = 0,001 (< 0,05)
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan
12
ibu hamil tentang HIV/AIDS dan VCT serta motivasi ibu hamil dengan kesediaan
berkunjung ke VCT.
Perbedaan peneliti dengan penelitian Siti Ni’amah adalah variabel peneliti
hanya motivasi. Tempat penelitian Siti Ni’amah di Pati, sedangkan peneliti di Malang.
top related