bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak...
Post on 28-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan ketika pembuluh
koroner mengalami penyempitan atau sumbatan yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke jantung secara mendadak, sehingga jantung
akan melemah bahkan mati (Yahya, 2010). Penyakit ini merupakan
penyebab utama morbiditas dan kematian di negara industri yang
mengakibatkan lebih-kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Robbins,
2009), tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari kematian ini
7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Hasil Riset
Kesehatan Dasar didapatkan prevalensi jantung koroner berdasarkan
wawancara yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan
berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung
koroner berdasarkan diagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%)
diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7% kemudian
diikuti sumatra barat, bangka belitung, DIY, sulawesi selatan sebanyak
0,6%. Sedangkan untuk wilayah jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes,
2013).
Pada study pendahuluan penulis mendapatkan data dari dinkes
kabupaten ponorogo pada tahun 2015 terdapat 3220 pasien yang menderita
2
penyakit jantung koroner dan di tahun 2016 menjadi 3165. Dan dari hasil
study pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Harjono terjadi
peningkatan jumlah pasien rawat inap yang terdiagnosa penyakit jantung
koroner dari yang sebelumnya ditahun 2015 sebanyak 629 pasien
meningkat menjadi 870 pasien di tahun 2016 dan ditahun 2017 meningkat
lagi menjadi 971 pasien. Ada banyak faktor resiko yang bisa menyebabkan
penyakit jantung koroner, resiko yang sangat berpengaruh adalah resiko
akibat dari perilaku gaya hidup, khususnya pola makan yang tidak sehat.
Belakangan ini banyak orang yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak dan malas untuk berolahraga, akibatnya kadar
lemak dalam darah meningkat atau sering disebut hiperkolesterolemia
(Febry, 2010). Pevalensi angka kejadian hiperkolestrolemia di tahun 2003-
2004 adalah 15,5% dan tahun 2008 - 2009 adalah 19,4% (Roth dalam
Firdiansyah, 2014). Suatu survei kesehatan dan kesejahteraan Indonesia
menyatakan bahwa masyarakat Indonesia ternyata paling takut bila kadar
kolestrolnya tinggi. Sebanyak 23% masyarakat menyatakan bahwa
kolestrol tinggi menjadi tantangan kesehatan terbesar yang akan dihadapi
dalam lima tahun yang akan datang. Lemak yang ada dalam tubuh terdiri
dari empat fraksi (unsur) yaitu; koleterol total, trigliserida, LDL dan HDL.
Dari empat fraksi lemak tersebut kadar LDL dan HDL yang lebih berperan
menjadi faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (Kurniadi, 2015). Dalam
sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa LDL dan kolesterol tinggi
adalah dua komponen lemak dengan proporsi tinggi pada perempuan,
3
masing-masing 41,1% dan 35,7%, sedangkan pada laki-laki kolesterol
tinggi dan HDL rendah merupakan resiko utama pada komponen lemak
darah masing-masing 61,4% dan 56,8%. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa, kedua kelompok sama-sama beresiko tinggi (Rosjidi,
2014).
LDL atau yang sering disebut sebagai lemak jahat mengangkut
lemak paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan
pengendapan lemak dalam arteri. Sementara HDL mengangkut lemak
lebih sedikit dari LDL dan sering disebut lemak baik karena dapat
membuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati,
untuk diproses dan dibuang (Kurniadi, 2015). Rasio lemak LDL terhadap
HDL yang menjadi faktor resiko jantung koroner apabila rasionya > 3
(Ramayulis, 2016). Rasio lemak ini sangatlah penting untuk menganalisis
kemungkinan terjadinya penyakit jantung. Semakin tinggi rasionya maka
akan beresiko mengalami penyakit jantung (Larry, 2012). Ketika kadar
LDL dalam aliran darah meningkat, beberapa diantaranya akan menuju ke
arteri koroner dan akan menyebabkan dinding arteri koroner melemah.
Setelah itu akan terjadi peradangan pada dinding arteri koroner. Dalam
upaya menghambat peradangan ini, tubuh memberi sinyal kepada sel-sel
otot polos untuk memperbanyak diri dan membuat lebih banyak materi
berserat untuk menahan prosesnya. Pada akhirnya suatu tutup terbentuk
diatas peradangan tadi yang sering disebut dengan plak. Plak tersebut akan
mempersempit arteri dan akan mengurangi aliran darah, hal ini dapat
4
membebani jantung. Walaupun demikian, hal tersebut tidak selalu
menyebakan serangan jantung. Serangan jantung (penyakit jantung
koroner) baru akan terjadi ketika plak itu pecah dan terjadi sumbatan pada
arteri koroner (Kurniadi, 2015).
Apabila seseorang menderita penyakit jantung koroner pasti akan
merasakan gejala dari penyakitnya. Gejala yang dirasakan bisa
memberikan efek atau dampak bagi pasien. Dampak psikologis yang
dialami pada pasien dengan jantung koroner kemungkinan akan
mengakibatkan suatu kecemasan yang mendalam sampai terjadi depresi.
Sedangakan dampak sosial yang dialami yaitu pasien penyakit jantung
koroner sering dianggap lemah oleh orang sekitarnya. Hal ini terjadi
karena pasien tidak diperbolehkan untuk beraktifitas yang berat. Selain
dampak dari penyakit jantung koroner tersebut apabila penyakit jantung
koroner tidak segera ditangani atau penanganannya yang tidak tepat, maka
akan terjadi beberapa komplikasi diantaranya yaitu; disfungsi ventricular,
aritmia pasca stemi, gangguan hemodinamik, ekstrasistol ventrikel
sindroma koroner akut elevasi st tanpa elevasi st infark miokard angina tak
stabil takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel, syok kardiogenik, gagal
jantung kongestif, perikarditis, dan yang terkahir kematian mendadak
(Karikaturijo, 2010).
Sebaiknya sebelum terjadi penyakit jantung koroner perlu
dilakukan pencegahan yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, berhenti
merokok, membatasi konsumsi alkohol, kurangi berat badan apabila berat
5
badan berlebih (obesitas), menjaga pola makan yang benar, kontrol atau
kendalikan tekanan darah tinggi, mengendalikan kadar lemak yang tinggi
dengan menjaga pola makan (mengurangi makanan yang mengandung
lemak) dan rajin berolah raga (Utaminingsih, 2015). Agar kadar koleterol
kembali dalam batas yang normal, volume total aktivitas fisik dan olahraga
terencana yang diperlukan setiap minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal
energi atau 250 kkal per hari kira-kira 30-45 menit aktivitas fisik dan
olahraga terencana (Larry, 2012). Apabila penyakit Jantung Koroner sudah
terjadi maka bisa dilakukan penatalaksanaan dengan medikamentosa dan
revaskularisasi seperti pemakaian trombolitik, prosedur invasive, operasi
(Wijaya, 2013).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, penulis tertarik
untuk meneliti pengaruh nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit
jantung koroner di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Harjono
Ponorogo. Peneliti memilih lokasi penelitian di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit
rujukan dan terdapat banyak pasien yang terdiagnosa penyakit jantung
koroner.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini ialah “Apakah ada pengaruh
nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr.
Harjono Ponorogo?”.
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit
jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida dan rasio kolesterol LDL:HDL) pada pasien dengan
penyakit jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner di RSUD
Dr. Harjono Ponorogo.
2. Menganalisa pengaruh nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida dan rasio kolestrol LDL:HDL) terhadap resiko penyakit
jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit
Menjadi bahan dasar dalam membuat terapi dan manajemen pasien
dengan penyakit jantung koroner dan dapat dijadikan prediktor bagi rumah
sakit dalam menentukan outcome pasien.
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi bahan kajian pada penelitian selanjutnya untuk menggali
lebih jauh bagaimana mengelola pasien dengan penyakit jantung koroner
7
agar dapat meminimalkan komplikasi dan tercapainya angka survival yang
tinggi.
1.4.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan khususnya dalam memandang sebuah
fenomena yang ada pada tatanan pelayanan rumah sakit untuk ditelaah
secara ilmiah, khususnya pada pasien dengan penyakit jantung koroner
yang membutuhkan penanganan serius dengan memperhatikan dan
mengendalikan aspek faktor risikonya. Selain itu untuk menambah
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah pasien melalui
pendekatan ilmiah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Jantung Koroner
2.1.1 Definisi
Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba
terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang
menybabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian
dari jantung (Utaminingsih, 2015).
Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel intima arteri
yang merupakan pokok lemak (lipid), pokok komplek karbohidrat darah
dan hasil produk darah, jaringan fibrus dan defosit kalsium yang kemudian
diikuti dengan perubahan lapisan media (Wijaya, 2013).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana pembuluh darah
yang menyuplai makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami
sumbatan. Sumbatan paling sering terjadi diakibatkan karena adanya
penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah koroner (Kurniadi,
2015).
9
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan
kematian di negara industri dan mengakibatkan lebih-kurang 30%
kematian di Amerika Serikat (Robbins, 2009). Diperkirakan 20.000-
40.000 orang dari 1 juta penduduk Eropa menderita penyakit jantung
koroner (Wahyuni, 2017). Tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua
kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner
(WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar didapatkan prevalensi jantung
koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar
0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5
persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta,
Aceh masing-masing 0,7% kemudian diikuti sumatra barat, bangka
belitung, DIY, sulawesi selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah
jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes, 2013). Dari data yang diperoleh
dari dinkes kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 terdapat 3220 pasien
yang menderita penyakit jantung koroner dan di tahun 2016 menjadi 3165.
10
2.1.3 Klasifikasi
Penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 2 (Kurniadi,
2015), yaitu:
1. Chronic stable angina (angina pektoris stabil)
Chronic stable angina terjadi ketika cadangan aliran dari arteri
koroner dibatasi oleh stenosis struktural yang signifikan akibat
terjadianya aterosklerosis. Stenosis biasanya terbentuk pada regio
epikardial arteri dan akan menyebabkan obstruksi menetap dan tidak
dapat berdilatasi. Pada keadaan ini biasanya akan mereda dalam 5-10
menit setelah istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin, yang
berfungsi menurunkan kebutuhan oksigen jantung (Aaronson, 2010).
Stable angina ditandai dengan nyeri dada rasa tidak enak pada
rahang, bahu, punggung, lengan saat beraktivitas fisik atau stress
emosi akibat kurangnya aliran darah ke jantung. Pada kasus ini tidak
disertai dengan krusakan sel-sel jantung. Gambaran EKG chronic
stable angina tidak khas, tetapi ada kelainan (Kurniadi, 2015).
2. Acute coronary syndrome
Acute coronary syndrome merupakan kondisi yang sangat
berbahaya karena penurunan aliran darah melalui pembuluh koroner
terjadi secara mendadak (Aaronson, 2010). Kondisi ini dibagi
menjadi:
a. Unstable angina
11
Nyeri timbul saat beristirahat dan semakin hari nyeri lebih
sering muncul dan nyeri dirasakan lebih berat dari yang
sebelumnya (Kurniadi, 2015). Pada gambaran EKG tidak terdapat
segmen ST elevasi dan juga tidak terjadi peningkatan penanda
nekrosi miokard. Pada kasus ini obstruksi koroner luas dan
durasinya terbatas (<20 menit) dan cukup menyebabkan iskemia
namun nekrosis tidak terdeteksi (Aaronson, 2010).
b. Acute non ST elevasi myocardial infraction
Terdapat kerusakan pada sel otot jantung ditandai dengan
adanya enzim yang keluar dari sel otot jantung seperti
CK,CKMB, Trop T, dan lain-lain (Kurniadi, 2015). Pada
gambaran EKG tidak terdapat segmen ST elevasi, namun
ditemukan peningkatan kadar penanda troponin (Aaronson,
2010).
c. Acute ST elevasi myocardial infraction
Kondisi ini terjadi karena trombus menyumbat arteri
koroner secara komplet dalam waktu yang signifikan, dan
gejalanya lebih berat dari unstable angina. Acute ST elevasi
myocardial infraction ditandai dengan adanya peningkatan kadar
penanda troponin. Pada gambaran EKG terdapat segmen ST
elevasi yang menetap, hal ini menunjukkan bahwa area miokard,
dan dinding ventrikel telah mengalami nekrosis (Aarenson, 2010).
12
2.1.4 Etiologi
Obstruksi aterosklerotik pembuluh epikardium (lapisan bagian dalam
jantung) merupakan penyebab tersering penyakit arteri koroner. Spasme
arteri coronaria akibat berbagai mediator seperti serotinin dan histamin
sering terjadi pada orang jepang. Meskipun jarang kelainan kongenital
dapat menyebabkan penyakit arteri koroner (Mcphee, 2010).
Ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung
koroner. Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang, maka
semakin besar kemungkinan berkembangnya penyakit jantung koroner
pada orang tersebut. Jika seseorang memiliki tiga faktor resiko,
kemungkinan mengalami penyakit jantung koroner enam kali lebih besar
dari mereka yang hanya memiliki satu macam faktor resiko (Pusat
Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Faktor resiko penyakit jantung
koroner terbagi dalam faktor yang dapat dicegah, faktor yang tidak dapat
dicegah dan faktor tamabahan yang mempengaruhi jantung (Kurniadi,
2015):
1. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner yang Dapat Dicegah:
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit
jantung koroner. Merokok dianggap sebagai salah satu penyebab
utama yang bisa memperbesar resiko seseorang terkena penyakit
jantung koroner karena, menyebabkan penurunan kadar HDL,
meningkatkan koagulabilitas darah, dan merusak endotel.
13
Merokok dapat menyebabakan terjadinya stimulasi jantung akibat
induksi nikotin, serta terjadi penurunan kapasitas darah
pengangkut oksigen akibat mediasi karbon monoksida (Aaronson,
2010). Selain itu, perokok mempunyai resiko 10 tahun lebih cepat
mengalami penyakit jantung dibandingkan orang yang tidak
merokok (Kurniadi, 2015).
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah diatas
140/90 mmHg, dan terjadi pada lebih-kurang 25% populais dunia
(Aaronson, 2010). Orang yang mempunyai darah tinggi beresiko
mengalami penyakit jantung. Hal ini dikarenakan tekanan darah
tinggi membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama
kelamaan jantung akan kelelahan. Bahkan jika ada sumbatan di
pembuluh darah yang lain, tekanan darah tinggi akan berakibat
pada pecahnya pembuluh darah (Kurniadi, 2015).
c. Kolesterol
Kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Untuk itu, setiap orang harus menjaga
agar kadar kolesterolnya tetap normal sehingga resiko penyakit
jantungnya tetap rendah. Seperti halnya tekanan darah, kolesterol
sekarang sudah menjadi kewaspadaan masyarakat umum
(Kurniadi, 2015). Kadar kolesterol lebih dari 300 mg/dl
14
mempunyai resiko 4 kali lebih besar dari kadar kolesterol
dibawah 200 mg/dl (Baradero, 2008).
d. Kelebihan Berat Badan (obesitas)
Obesitas yang didefinisiskan dengan indeks massa tubuh
(IMT) 30 Kg (Lemone, 2016), merupakan potensi untuk
gangguan kesehatan. Berdasarkan penelitian, orang dengan
kelebihan berat badan beresiko mengalami seranga jantung
(Kurniadi, 2015), karena kelebihan berat badan cenderung
mengalami diabetes melitus, hipertensi, dan hiperkolesterol yang
bisa meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (Baradero,
2008).
e. Kurang Olahraga
Apabila tubuh kurang berolahraga kadar HDL plasma akan
menurun, tekanan darah meningkat (hipertensi) dan terjadi
resistensi insulin, hal ini bisa menjadi faktor resiko penyakit
jantung koroner. Sebuah penelitian menunjukkan tingkat
kebugaran yang sedang hingga tinggi bisa menurunkan kematian
akibat penyakit jantung koroner hingga setangah kalinya
(Aaronson, 2010), karena ketika berolahraga lemak-lemak yang
berlebihan dalam tubuh akan terbakar. Bila lemak tersebut
dibakar, maka pembuluh darah akan terbebas dari lemak jahat
sehingga keelastisannya menjadi terjaga. Pembuluh darah yang
15
sehat (terbebas dari lemak) akan membuat jantung menjadi sehat
(Kurniadi, 2015).
f. Diabetes
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang berpotensi
menjadi penyakit jangka panjang yang bisa memunculkan
komplikasi. Salah satu komplikasi penyakit diabetes adalah
penyakit jantung (Kurniadi, 2015). Sekitar 75% pasien dengan
diabetes akhirnya meninggal karena penyakit jantung koroner.
Pada pasien diabetes mengalami kerusakan endotel dan
peningkatan kadar LDL teroksidasi akibat dari mekanisme
hiperglikemi pada pasien (Aaronson, 2010).
2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner yang Tidak Dapat Dicegah
a. Penuaan
Penuaan merupakan faktor resiko yang tidak dapat
dihindari. Penuaan berkaitan dengan penambahan waktu yang
diguanakan untuk proses pengendapan lemak pada dinding
pembuluh nadi. Jadi semakin tua seseorang semakin beresiko
terkena penyakit jantung (Kurniadi, 2015).
b. Menopause
Penurunan kadar estrogen didalam darah pada wanita usia
menopause menambah resiko penyakit jantung koroner (Kurniadi,
2015). Selain itu pada wanita yang mengalami menopause terjadi
16
peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL (Lemone,
2016).
c. Riwayat Keluarga
Jika dalam kelurga ada yang mempunyai penyakit jantung,
maka anggota keluarga lain juga mempunyai resiko untuk
mempunyai penyakit yang sama (Kurniadi, 2015). Hal ini terjadi
karena gaya hidup dan kebiasaan di dalam keluarga biasanya
memiliki kemiripan. Sehingga apabila ada anggota keluarga
memiliki gaya hidup bisa yang bisa menyebabkan beresiko
penyakit jantung koroner, maka anggota kelurga lain juga akan
memiliki gaya hidup yang sama (Pudiastuti, 2013).
3. Faktor Tambahan yang Mempengaruhi Jantung
a. Stress
Tuntutan hidup yang meningkat di era modernisasi ini
seringkali menyebabkan stress (Kurniadi, 2015). Stress dan
kecemasan bisa mengganggu fungsi biologis tubuh. Saat stress
terjadi peningkatan tekanan darah yang disertai dengan
peningkatan kadar kolesterol. Strees yang dialami bisa menjadi
salah satu faktor yang bisa menyebabkan penyakit jantung
koroner (Pudiastuti, 2013).
b. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol mempunyai efek bagi kesehatan
yang sangat berbahaya. Efek yang ditimbulakn mulai dari yang
17
ringan seperti mabuk, sakit perut, pusing hingga yang berbahaya
seperti kerusakan jantung, hati, pankreas hingga otak. Alkohol
yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat
merusak otot-otot jantung (Kurniadi, 2015).
c. KB Hormonal
Pada sebuah penelitian menunjukkan penggunaan KB
hormonal dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping diantaranya yaitu meningkatkan berat badan, timbunan
kolesterol, hipertensi dan diabetes. Pada jantung dan pembuluh
darah, KB hormonal dapat meningkatkan kejadian sumbatan pada
pembuluh darah (Kurniadi, 2015).
2.1.5 Patofisiologi
Patofisologi penyakit jantung koroner meliputi berbagai kondisi
patologi yang menghambat aliran darah dalam arteri yang mensuplai
jantung. Atherosklerosis ditandai dengan akumulasi bahan lemak (lipid)
dan jaringan fibrosa pada dinding arteri, karena atherosklerosis bertambah
dan lumen dari pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah terhambat
ke daerah miokardium yang disuplai oleh arteri. Akibat atherosklerosis
bentuk dinding arteri juga kehilangan elastisitas dan menjadi kurang
respontif terhaap perubahan volume dan tekanan (Wijaya, 2013).
2.1.6 Manifestasi Klinis
18
Gejala penyakit jantung koroner terjadi sesuai dengan lokasi dan
derajat penyempitan lumen arteri, pementukan trombus dan obstruksi
aliran darah ke miokardium. Manifestasinya mencakup (Brunner, 2017):
1. Iskemik,
2. Nyeri dada: angina pektoris,
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan
lemah),
4. Infark miokardium,
5. Disritmia, kematian mendadak
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner pertama yang
dilakukan yaitu tanya jawab atau anamnesa untuk mengetahui keluhan dan
riwayat yang pernah diderita sebelumnya, termasuk keluhan utama,
keluhan tambahan, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu,
dan juga riwayat sosio-ekonomi. Sedangkan untuk mengetahui gambaran
umum keadaan fisik pasien dilakukan pemeriksaan fisik meliputi
pengamatan umum, palpasi (perabaan bagian atas jantung), perkusi
jantung (ketuk pada batas jantung untuk menentukan gambaran besar
jantung), dan auskultasi (mendengarkan bunyi jantung menggunakan
stetoskop). Tes tambahan juga dilakukan seperti pemeriksaan tekanan
darah dan tekanan vena. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk medeteksi penyakit jantung koroner (Pudiastuti, 2013):
19
1. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit karena
menggunakan pemantulan gelombang suara (ultrasound) dari bagian
jantung. Dari pemeriksaan ini bisa diketahui gambaran fungsi pompa
jantung dan kontraksi yang terganggu apabila suplai darah terganggu
akibat adanya sumbatan.
2. Elektrokardiografi (EKG)
Pada pemeriksaan EKG akan diketahui gamabaran listrik yang
ditimbulkan oleh jantung saat jantung berkontraksi. Dengan
pemerikaan ini akan didapatkan gambaran seperti denyut, ritme, dan
apakah otot jantung berkontraksi dengan normal.
3. Radioaktif isotop
Dalam pemeriksaan ini menggunakan zat kimia atau isotop
yang disuntikkan pada pasien, kemudian zat tersebut akan dideteksi
menggunakan kamera khusus. Zat yang biasanya digunakan adalah
thallium dan technetium. Pada otot jantung yang mengalami infark,
zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan pada bagian otot jantung
yang normal.
4. Angiografi
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi langsung kelainan jantung
pada pembuluh arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu
20
dengan menggunakan alat angiogram. Penggunaan angigram ini yaitu
dengan cara memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena
kemudian didorong sampai ke berabagai tempat pada jantung. Tes ini
termasuk dalam tindakan infasif (pembedahan). Hasil pemeriksaan ini
akan terlihat gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah ke
jantung.
2.1.8 Prognosis
Perubahan gaya hidup dan medikasi secara signifikan dapat
mepengaruhi resiko individual. Perubahan diet, aktivitas dan medikasi
dapat membantu mengubah proses penyakit. Apabila tidak menghentikan
kebisaan buruk maka keparahan penyakitnya akan bertambah (Digiulio,
2014).
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit jantung koroner (Wijaya, 2013):
1. Gagl jantung kongestif
2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi otot papilaris
4. Defek septum ventrikel
5. Ruptur jantung
6. Anuerisma ventrikel
21
7. Tromboembolisme
8. Perikarditik
9. Sindrom dressler
10. Aritmia
2.1.10 Pencegahan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner belum tentu sesuai harapan. Oleh karena itu perlu
dilakukan usaha pencegahan agar tidak terjadi penyakit jantung koroner.
Pencegahan penyakit jantung koroner bisa dilakukan dengan pencegahan
primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan pencegan primer adalah
usaha untuk menjaga agar tidak terjadi penyakit jantung koroner dan usaha
ini bisa dilakukan sejak dini (saat masih remaja). Sedangkan pencegahan
sekunder adalah upaya yang dilakukan agar tidak terjadi serangan jantung
dan komplikasi bagi pasien yang sudah terdiagnosis penyakit jantung
koroner. Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencegah faktor resiko
yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner seperti strees,
hiperternsi dan diabetes (Kabo, 2008).
2.2 Lemak (Kolesterol)
2.2.1 Definisi
Kolesterol merupakan substansi seperti seperti lilin berwarna putih
yang dapat ditemukan dalam makanan-makanan yang dikonsumsi dan juga
22
diproduksi oleh semua sel tubuh terutama pada sel hati (Sabriah, 2015).
Kolesterol merupakan zat lunak dan berminyak mengacu pada lemak atau
lipid (Larry, 2012). Sedangkan hiperlipidemia / hiperkolesterolemia adalah
kelainan kadar lipoprotein, yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner (Aaronson, 2010).
2.2.2 Fungsi
Lemak dalam tubuh digunakan untuk melindungi tubuh dari dingin
dan juga yang paling penting digunakan untuk persedian kalori. Kalori
yang dihasilkan lemak, 2 kali lebih banyak dari pada yang dihasilkan
protein atau karbohidrat. Jadi lemak yang ada didalam tubuh sangat
penting untuk kesehatan tubuh (Utaminingsih, 2015).
2.2.3 Metabolisme
Tubuh memiliki kemampuan khusus untuk menghasilkan
kolesterol yang bahan bakunya berasal dari berbagai makanan yang
dikonsumsi. Sebagian besar kolesterol yang ada didalam tubuh dipoduksi
sendiri tanpa perlu mengambil bahan baku dari makanan yang dikonsumsi.
Sekitar 75-80% kolesterol disintesis oleh tubuh dan sisanya berasal dari
luar tubuh. Rata-rata tubuh orang dewasa menghasilkan 2000-3000 mg
kolesterol per harinya (Lingga, 2012).
23
Kolesterol di dalam tubuh diserap oleh usus dan masuk
keperedaran darah untuk memenuhi kebutuhan kolesterol tubuh. Sifat
koleterol tidak dapat larut dalam plasma darah, oleh karena itu kolesterol
perlu berikatan dengan protein ikatan ini disebut lipoprotein. Apabila
kebutuhan kolesterol sudah tercukupi, kolesterol akan disimpan di hati.
Sebagian kolesterol akan diubah menjadi asam empedu dan dibuang
melalui tinja (Suharjo, 2008).
2.2.4 Fraksi (Unsur) Lemak
Partikel lipoprotrin yang ada dalam tubuh terdiri dari kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan protein lainnya. Lima klasifikasi umum yang
ada pada lipoprotein (Larry, 2012), yaitu :
1. Kilomikron (Chylomicron)
Chylomicron ditemukan pada cairan limfe (getah bening) yang
dibentuk oleh sistem pembuluh limfe usus. Pembentukan kilomikron
meningkat bersamaan dengan meningkatnyatrigliserida yang diserap
oleh usus (Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Fungsi
utamanya yaitu untuk membawa trigliserida, dan dilepaskan ke dalam
darah setelah makan. Periode ini disebut dengan istilah periode
pascaprandial. Apabila kadar chylomicron meningkat saat puasa akan
menjadi resiko terjadinya penyakit jantung (Larry, 2012).
2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
24
Partikel ini dibentuk dalam hati dan berfungsi sebagai
transporter trigliserida setelah absorpsi ke seluruh jaringan tubuh.
Kadar LVDL meningkat saat puasa dapat meningkatkan resiko
penyakit jantung (Larry, 2012).
3. LDL (Low Density Lipoprotein)
Kolesterol LDL adalah kolesterol lipoprotein yang
berkepadatan rendah (Sabriah, 2015). LDL dibentuk oleh partikel
VLDL dengan proses yang disebut jalur reseptor LDL. Dalam
transformasi VLDL menjadi LDL trigliserida yang ada didalam tubuh
dibuang dan kolesterol ditambahkan hingga akhirnya terbentuk
partikel LDL yang lebih kecil (Larry, 2012). Kolesterol jenis ini sering
disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL paling banyak
mengangkut lemak di dalam darah dan memiliki kecenderungan
melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan
pembuluh darah. LDL dapat melekat karena mengalami oksidasi atau
dirusak oleh radikal bebas (Kurniadi, 2015).
4. HDL (High Density Lipoprotein)
Kolesterol HDL adalah kolesterol lipoprotein yang
berkepadatan tinggi (Sabriah, 2015). Kolesterol ini mengangkut lebih
sedikit kolesterol dari pada LDL dan sering disebut kolesterol baik
karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah
arteri kembali ke hati untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah
25
kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari
proses aterosklerosis (Kurniadi, 2015).
5. Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh
usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke
dalam plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai klomikron berasal dari
penyerapan usus setelah makan makanan yang mengandung lemak
(Utaminingsih, 2015). Meningkatnya trigliserida yang berhubungan
dengan kondisi seperti kegemukan, kadar HDL rendah, ketahanan
insulin, diabetes yang tidak dikendalikan dan meningkatnya kepadatan
partikel LDL dapat meningkatkan resiko penyakit jantung (Larry,
2012).
2.2.5 Kolesterol total
Kolesterol total merupakan keseluruhan kolesterol yang ada dalam
darah, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai ester kolesterol yang
terikat sebagai lipoprotein (Anwar, 2009). Kadar koleterol total tinggi
dalam darah memberikan resiko terjadinya jantung koroner, semakin
tinggi kadarnya maka semakin tinggi resiko mengalami penyakit jantung
koroner (Marewa, 2015).
2.2.6 Interpretasi Kadar Lemak dalam Darah
26
National Cholestrol Education Program (NCEP) ATP III pada
tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini
masih digunakan, yaitu:
Tabel 2.1 Interpretasi kadar lipid
Kolesterol LDL
<100 mg/dL Optimal
100-129 mg/dL Mendekati optimal
130-159 mg/dL Sedikit tinggi (borderline)
160-189 mg/dL Tinggi
≥190 mg/dL Sangat tinggi
Kolesterol total
<200 mg/dL Normal
200-239 mg/dL Borderline
≥240 mg/dL Tinggi
Kolesterol HDL
<40 mg/dL Rendah
40-59 mg/dL Borderline
≥60 mg/dL Tinggi
Trigliserida
<150 mg/dL Optimal
150-199 mg/dL Sedikit tinggi (borderline)
200-499 mg/dL Tinggi
≥500 mg/dL Sangat tinggi Sumber: Kurniadi (2015)
Tabel 2.2 Nilai rekomendasi kadar lipid (Larry, 2012)
Lipid Nilai Yang
Direkomendasikan
Nilai Yang Tidak
Direkomendasikan
Kolesterol total <200 mg/dL ≥201 mg/dL
LDL <100 mg/dL ≥101 mg/dL
HDL Pria: >40 mg/dL
Wanita: >45 mg/dL
Pria: ≤39 mg/dL
Wanita: ≤44 mg/dL
Trigliserida <150 mg/dL ≥151 mg/dL Sumber: Larry (2012)
27
Tabel 2.3 Indikator kadar lipid menurut WHO
Indikator Normal Beresiko Tinggi
Kolesterol total < 5,0 mmol/L 5,0 – 6,1 mmol/L ≥ 6,2 mmol/L
Trigliserida < 1,7 mmol/L 1,7 – 1,9 mmol/L ≥ 2,0 mmol/L
LDL < 3 mmol/L 3 – 4,14 mmol/L ≥ 4,15 mmol/L
HDL Resiko menurun apabila:
Pria: >1.03 mmol/L; Wanita: >1.29 mmol/L Sumber: WHO (2009)
2.2.7 Rasio Kolesterol
Rasio kolesterol total terhadap HDL dan rasio LDL terhadap HDL
merupakan prediktor kuat resiko penyakit jantung (Larry, 2012). Rasio
lemak LDL terhadap HDL yang menjadi faktor resiko tinggi jantung
koroner apabila rasionya > 3 dan faktor resiko rendah apabila ≤ 3
(Ramayulis, 2016). Fernandez dalam Wahyuni (2017) mengatakan bahwa
kematian akibat penyakit jantung koroner terjadi ketika rasio LDL
terhadap HDL mencapai antara 3,7 - 4,3. Rasio kolesterol LDL terhadap
HDL merupakan prediktor yang baik untuk menentukan progresivitas
ketebalan intima media karotis dibandingkan dengan kolesterol HDL atau
LDL secara terpisah. Progresivitas ketebalan intima media karotis dapat
memberikan gambaran progresivitas aterosklerosis (Enomoto dalam
Wahyuni, 2017).
2.2.8 Pemeriksaan Kolesterol
Pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun dianjurakan
untuk melakukan pemeriksaan kolesterol puasa setiap 6 bulan sekali. Ada
28
dua cara yang bisa digunakan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam
darah, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium oleh tenaga medis dan
pemeriksaan secara mandiri mengunakan alat pemeriksaaan kolesterol.
Walaupun pemeriksaan secara mandiri lebih praktis namun dari
pemeriksaan secara mandiri hanya dapat mengetahui kadar kolesterol total
saja, padahal dalam kolesterol total terdiri dari LDL dan HDL yang
memiliki pengaruh yang berbeda untuk tubuh. Oleh karena itu lebih
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kolesterol di laboratorium agar
bisa mengetahui kadar kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida secara
terpisah (Kurniadi, 2015).
2.3 Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Lemak
Lipid dalam aliran darah memegang peranan penting sebagai
penyebab penyakit jantung. Peningkatan kadar kolesterol total darah dan
LDL sangat berhubungan dengan penyakit jantung karena keduanya
merupakan bagian dari plak atrial. LDL yang teroksidasi menyebabkan sel
otot polos meningkatkan ikatan platelet pada dinding arteri dan
mengganggu fungsi normal pembuluh arteri (Larry, 2012).
Terdapat empat langkah proses terjadinya penyakit jantung korner
yang disebabkan oleh kolesterol (Kurniadi, 2015):
1. Dinding melemah
29
Ketika terjadi kelebihan LDL dalam aliran darah, beberapa
LDL diantaranya akan keluar dari darah dan menuju dinding arteri.
Semakin tinggi konsentrasi LDL pada darah , maka semakin banyak
pula sel-sel endotel yang mengirimkan LDL ke dinding arteri.
Keadaan ini akan menyebabkan dinding arteri menjadi melemah.
2. Respon peradangan
Melemahnya dinding arteri menimbulkan peradangan dan
menyebabakan sel-sel endotelial di arteri melepaskan kemokin untuk
memanggil makrofaga. Makrofaga mencerna LDL dan menjadi penuh
dengan kolesterol, lalu membentuk sel busa. Meskipun makrofaga
mencoba membersihkan LDL dan membersihkan kotoran yang
tertinggal pada dinding arteri, pada akhirnya mereka akan membuat
keadaan bertambah buruk karen terus mencari dukungan untuk
melawan LDL.
3. Terbentuknya plak
Dalam upaya menghambat peradangan ini, tubuh memberi
sinyal kepada sel-sel otot polos untuk memperbanyak diri dan
membuat lebih banyak materi berserat untuk menahan prosesnya.
Pada akhirnya suatu tutup terbentuk diatas peradangan tadi yang
sering disebut dengan plak. Plak tersebut akan mempersempit arteri
dan akan mengurangi aliran darah, hal ini dapat membebani jantung.
4. Gumpalan yang menyebabkan penyakit jantung koroner
30
Walaupun peradangan dan plak menyebabkan aliran darah
berkurang dan dapat membebani jantung, hal tersebut tidak selalu
menyebakan serangan jantung. Serangan jantung (penyakit jantung
koroner) baru akan terjadi ketika plak itu pecah dan terjadi sumbatan
pada arteri koroner.
31
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI (2010)
Pada gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor
resiko yang bisa menyebebkan penyakit jantung koroner diantaranya:
makan berlebih, kurang olahraga, diabetes, merokok, konsumsi alkohol,
riwayat keluarga dan asupan tinggi garam, lemak, kolesterol, lemak jenuh.
Makan berlebih
Merokok
Asupan tinggi garam
Asupan tinggi lemak
Asupan tinggi
kolesterol
Asupan tinggi lemak
jenuh
Kegemukan
Aterosklerosis
Tekanan
Darah
Tinggi
Kolesterol darah
tinggi
Penyakit jantung
koroner
Kurang olahraga
Penuaan
Menopause
Riwayat Keluarga
Stress
Alkohol
KB Hormonal
Diabetes
32
Apabila tubuh kurang olahraga dan makan berlebih maka akan
menyebabkan kegemukan yang kemudian terjadi aterosklerosis sehingga
beresiko terjadi penyakit jantung koroner. Ada beberapa faktor lain yang
bisa menyebabkan aterosklerosis yaitu diabetes dan merokok. Hipertensi
juga merupakan faktor resiko yang menyebabkan penyakit jantung
koroner. Yang menjadi faktor penyebab tekanan darah menjadi tinggi bisa
disebabkan karena kebiasaan merokok, asupan tinggi garam, penuaan dan
lemak. Dan yang terakhir yang bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung
koroner adalah kolesterol darah yang tinggi. Faktor-faktor yang bisa
menyebabkan tingginya kadar kolesterol darah adalah asupan tinggi
lemak, kolesterol, menaupause, stress, KB hormonal dan lemak jenuh.
33
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa kolesterol total, LDL,
HDL, trigliserida dan rasio LDL : HDL mempunyai pengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung koroner pada pasien.
Kolesterol
Kolesterol Total
tinggi / rendah
LDL
tinggi / rendah
HDL
tinggi / rendah
Triglisrida
tinggi / rendah
Rasio
LDL : HDL
tinggi / rendah
Penyakit Jantung
Koroner
34
3.2 Hipotesa Penelitian
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubangan antara variabel
bebas dan terikat (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis pada penelitan ini ialah:
H1 : Ada pengaruh nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida dan rasio kolesterol LDL : HDL) terhadap resiko penyakit
jantung koroner
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
1.5 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional
analitik dengan rancangan penelitian case control yang mempelajari faktor
resiko dengan menggunakan pendekatan retrospective, yaitu rancangan
penelitian analitik dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah
belakang atau masa lalu untuk mengetahui hubungan sebab akibat pada
suatu penyakit. Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan intervensi,
karena intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan dan
peneliti hanya melakukan pengamatan secara pasif terhadap proses
perjalanan penyakit secara ilmiah (Budiarto, 2013).
Desain case control digunakan pada penelitian untuk mengetahui
yang menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dengan melakukan
pengujian hipotesis. Peneliti mengkaji kadar kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida dan rasio kolesterol LDL : HDL pada pasien dengan penyakit
jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo pada saat awal masuk rumah sakit.
36
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan
penyakit jantung koroner sebanyak 971 dan non – penyakit jantung
koroner yang memiliki data rekam medis kolesterol total, LDL, HDL dan
trigliserida di RSUD Dr. Harjono pada tahun 2017.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien rawat inap dengan penyakit
jantung koroner sebanyak 60 orang dan pasien non – penyakit jantung
koroner sebanyak 60 orang di RSUD Dr. Harjono, sehingga total
sampelnya sebanyak 120 orang. Untuk mengetahui besar sampel
menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2013):
n =
n =
n =
n =
n = 60
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diperlukan
= Deviat baku alfa kuadrat (1,962)
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti (19,4% = 0,194)
37
(Roth dalam Firdiyansyah, 2014)
Q = 1 - P
d = limit dari error atau presisi absolut (10% = 0,1)
Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kasus Kontrol
Inklusi a. Pasien yang sudah terdiagnosis
penyakit jantung koroner yang
memiliki data rekam medis
kolesterol total, LDL, HDL dan
trigliserida
b. Semua pasien dengan penyakit
jantung koroner yang dilakukan
rawat inap di RSUD Dr.
Harjono.
a. Pasien yang sudah terdiagnosis
non - penyakit jantung koroner
yang memiliki data rekam medis
kolesterol total, LDL, HDL dan
trigliserida
b. Semua pasien dengan non –
penyakit jantung koroner yang
dilakukan rawat inap di RSUD
Dr. Harjono.
Ekslusi a. Pasien dengan penyakit jantung
koroner yang dilakukan
pemeriksaan kolesterol total,
LDL, HDL dan trigliserida lebih
dari 24 jam saat pasien masuk
rumah sakit.
b. Pasien penyakit jantung koroner
tanpa disertai dengan
a. Pasien dengan non – penyakit
jantung koroner yang dilakukan
pemeriksaan kolesterol total,
LDL, HDL dan trigliserida lebih
dari 24 jam saat pasien masuk
rumah sakit.
b. Pasien dengan diagnosa medis
penyakit Jantung, Stroke, dan
38
komplikasi atau penyakit
penyerta stroke
Hipertensi
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik Sampling dalam penelitain ini menggunakan purposive
sampling. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel berdaraskan
kriteria tertentu dari tujuan spesifik yang sebelumnya ditetapkan oleh
peneliti, dan subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi anggota
sampel (Nasir, 2011).
39
4.3 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Sampel:
Pasien rawat inap dengan penyakit jantung koroner sebanyak 60 orang dan non
– penyakit jantung koroner sebanyak 60 orang di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
Populasi:
Seluruh pasien rawat inap dengan penyakit jantung koroner sebanyak 971 pasien
dan pasien non - penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
Teknik Sampling: purposive sampling
Pengumpulan Data:
Var. Independen:
Menggunakan lab klinis untuk
menilai kadar kolesterol
Var. Dependen:
Menggunakan hasil analisa
dokter untuk mendiagnosa PJK
Pengolahan dan Analisis Data:
Editing, Coding, Data Entry, dan Cleaning
Uji statistik menggunakan Chi square dengan tingkat signifikan
α = 0,05
Hasil dan Kesimpulan:
Ditampilkan dalam gambar, tabel dan narasi.
H0 ditolak jika ρ < = 0,05
40
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1 Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini
ialah nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan
rasio kolesterol LDL terhadap HDL).
2. Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini ialah
resiko pasien dengan penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
40
4.4.1 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat
Ukur
Skala
Data Skor
Variabel independen:
Fraksi lemak (kolesterol
total)
Nilai yang menunjukkan jumlah
kandungan kolesterol total dalam
darah yang diukur pada 24 jam
pertama masuk rumah sakit
Lab klinis:
Kolesterol
total
Lembar
isian
Nominal Nilai yang
direkomendasikan : <200
mg/dL
Nilai yang tidak
direkomendasikan : ≥201
mg/dL
Variabel independen:
Fraksi lemak (LDL)
Nilai yang menunjukkan jumlah
kandungan LDL dalam darah yang
diukur pada 24 jam pertama masuk
rumah sakit
Lab klinis:
LDL
Lembar
isian
Nominal Nilai yang
direkomendasikan : <100
mg/dL
Nilai yang tidak
direkomendasikan : ≥101
mg/dL
Variabel independen:
Fraksi lemak (HDL)
Nilai yang menunjukkan jumlah
kandungan HDL dalam darah yang
diukur pada 24 jam pertama masuk
rumah sakit
Lab klinis:
HDL
Lembar
isian
Nominal Nilai yang
direkomendasikan:
Pria : >40 mg/dL
Wanita : >45 mg/dL
Nilai yang tidak
direkomendasikan:
Pria : ≤39 mg/dL
Wanita : ≤44 mg/dL
41
Variabel independen:
Fraksi lemak
(trigliserida)
Nilai yang menunjukkan jumlah
kandungan Trigliserida dalam darah
yang diukur pada 24 jam pertama
masuk rumah sakit
Lab klinis:
Trigliserida
Lembar
isian
Nominal Nilai yang
direkomendasikan : <150
mg/dL
Nilai yang tidak
direkomendasikan : ≥151
mg/dL
Variabel independen:
Fraksi lemak (rasio LDL
: HDL)
Perbandingan antara kadar LDL
dengan HDL, diperoleh dengan
membagi nilai LDL dengan nilai
HDL.
Lab klinis:
LDL dan HDL
Lembar
isian
Nominal Resiko tinggi : >3
Resiko rendah : ≤ 3
Variabel dependen:
Pasien dengan penyakit
jantung coroner
Pasien yang mengalami sumbatan
pada pembuluh darah yang
menyuplai makanan dan oksigen
untuk otot jantung.
Hasil diagnosa
dokter
Lembar
isian
Nominal PJK
Non-PJK
42
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini menggunakan lembar
isian untuk mencatat hasil pengumpulan data dari rekam medis pasien.
1. Variabel independen (nilai fraksi lemak), Instrumen yang digunakan
mengukur kadar kolesterol yaitu dengan hasil lab klinis.
2. Variabel dependen (resiko penyakit jantung koroner), Instrumen yang
digunakan untuk menentukan diagnosa penyakit jantung koroner
menggunakan hasil diagnosa dokter.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Rekam Medis RSUD Dr.
Harjono Ponorogo pada tanggal 8 – 21 April 2018.
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang didapatkan dari orang lain, tidak langsung didapatkan oleh
peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2011). Dalam penelitian ini
data sekunder berasal dari data rekam medis pasien di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini ialah:
a. Mengurus ijin penelitian dari institusi STIKes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
b. Mengurus ijin penelitian ke Kesbangpolinmas Kabupaten Ponorogo.
c. Mengurus ijin penelitian di RSUD Dr.Harjono Ponorogo.
43
4.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini menggunakan lab klinis untuk mengukur kadar
kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida dan hasil analisa dokter untuk
mendiagnosa pasien penyakit penyakit jantung koroner maupun non –
penyakit jantung koroner, sehingga alat yang digunakan sudah terjamin
valid atau benar-benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011).
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukuran bisa dipercaya dan dapat diandalkan. Suatu
alat dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran konsiten atau tetap azaz
jika dilakukan pengukuran berulang (Saryono, 2013). Alat pengukuran
dalam penelitian ini sudah terbukti valid sehingga tidak perlu dilakukan uji
reliabilitas
4.7.3 Pengolahan Data
Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan komputer,
dengan tahap-tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):
1. Editing
Terlebih dahulu melakukan penyuntingan (editing) hasil
pengumpulan data. Kegiatan ini bertujuan untuk pengecekan dan
perbaikan data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau
belum. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan,
kesinambungan, keserasian dan kejelasan data yang diperoleh dari
44
responden agar seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa
dengan baik dan mudah.
2. Coding
Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding dengan mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding pada penelitian
ini ialah sebagai berikut:
a. Diagnosis
1 = Penyakit jantung koroner
2 = Non – penyakit jantung koroner
b. Kolesterol total:
1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥201 mg/dL)
2 = Nilai yang direkomendasikan (<200 mg/dL)
c. LDL:
1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥101 mg/dL)
2 = Nilai yang direkomendasikan (<100 mg/dL)
d. HDL:
1 = Nilai yang tidak direkomendasikan:
Pria (≤39 mg/dL)
Wanita (≤44 mg/dL)
2 = Nilai yang direkomendasikan:
Pria (>40 mg/dL)
Wanita (>45 mg/dL)
45
e. Trigliserida:
1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥151 mg/dL)
2 = Nilai yang direkomendasikan (<150 mg/dL)
f. Rasio kolesterol LDL : HDL
1 = Resiko tinggi (> 3)
2 = Resiko rendah (≤ 3)
g. Jenis kelamin
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
h. Umur
1 = ≤ 30 tahun
2 = 31-40 tahun
3 = 41-50 tahun
4 = 51-60 tahun
5 = ≥ 61 tahun
i. Pendidikan
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = PT
j. Pekerjaan
1 = IRT
2 = Tani
46
3 = Swasta
4 = PNS
5 = Pensiunan / Tidak Bekerja
3. Data Entry
Semua data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian
kemudian dimasukkan program atau software komputer. Program
yang digunakan pada penelitia ini adalah SPSS for Windows versi
16:00. Dalam proses ini peneliti dituntut untuk teliti saat
memasukkan data, jika tidak maka hasilnya akan bias.
4. Cleaning
Jika semua data sudah dimasukkan perlu dilakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembentulan atau
koreksi.
4.8 Teknik Analisa Data
4.8.1 Analisa Univarat
Analisa data univarat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik pada setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan pada macam data yang dimiliki peniliti,
dalam penelitian ini menggunakan perhitungan distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi pada penelitian adalah sebagai berikut: karakteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), kadar
47
kolesterol (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) dan rasio
kolesterol LDL terhadap HDL dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Data yang akan dianalisi dengan menggunakan rumus prosentase sebagai
berikut:
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi jumlah responden
SN = Jumlah jawaban responden secara keseluruhan
4.8.2 Analisa Bivariat
Apabila sudah dilakukan analisis univariat, maka hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan selanjutnya
dilakukan analisis bivariat. Pada analisis bivariat dilakukan beberapa
tahapan (Notoatmodjo, 2012), diantaranya:
1. Analisis proposi atau persentase, dengan membandingkan distribusi
silang antara dua variabel yang bersangkutan (nilai fraksi lemak dan
penyakit jantung koroner).
2. Analisis dari hasil uji statistik, dilihat dari uji statistik ini maka bisa
disimpulkan adanya pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen (nilai fraksi lemak dan penyakit jantung koroner)
tersebut bermakna atau tidak bermakna. Uji statistik pada penelitian
ini menggunakan uji chi-squere dengan bantuan software komputer
48
pengolah data. Selain itu untuk melihat kemaknaan perhitungan jika
nilai ρ-value α = 0,05 berarti terdapat pengaruh yang bermakna
(signifikan) atau H1 diterima dan H0 ditolak, berarti ada pengaruh
antara nilai fraksi lemak terhadap penyakit jantung koroner. Jika nilai
ρ-value > α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
pengaruh antara nilai fraksi lemak terhadap penyakit jantung koroner.
3. Analisis keeratan pengaruh antara dua variabel yang diteliti, dengan
melihat nilai Odd Ratio (OR). Besar dan kecilnya nilai OR
menunjukan keeratan pada hubungan antara dua variabel yang diteliti.
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin
kepada Ketua Bakesbangpol Kabupaten Ponorogo, Direktur RSUD Dr.
Harjono untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah peneliti
mendapatkan ijin, barulah melakukan penelitian dengan menekankan aspek
etika yang meliputi :
1. Lembar persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan pada penelitian ini memuat penjelasan-
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak. Apabila
kepala rekam medis telah mengerti dan memberikan ijin maka diminta
untuk menandatangani surat persetujuan/ perijinan untuk dilakukan
penelitian. Namun apabila kepala rekam medis menolak, maka peneliti
tidak akan memaksa.
49
2. Tanpa nama (Anonimity)
Peneliti tidak mencantumkan nama lengkap subyek pada lembar
pengumpulan data untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek. Peneliti
menulisakan menggunakan nama inisial untuk mengganti nama lengkap
subyek pada saat melakukan pengumpulan data dari data sekunder yaitu
data rekam medis.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
dalam bentuk informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasian oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
Pengumpulan data dilakukan pada 120 sampel, terdiri atas 60 pasien
dengan penyakit jantung koroner dan 60 pasien non – penyakit jantung
koroner yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan pada penelitian maka hasil penelitian ini berisi tentang
data umum dan data khusus. Data umum berisi tentang karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan,
sedangkan data khusus berisi hasil pemeriksaan laboratorium kadar
kolesterol (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) dan rasio kolesterol
LDL terhadap HDL. Lokasi penelitian ini di ruang rekam medis Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Harjono Jl. Ponorogo – Pacitan Ponorogo pada
tanggal 8 – 21 April 2018. Data penelitian yang diperoleh seluruhnya
merupakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis pasien.
51
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Karakteristik Data Umum Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo
No Jenis Kelamin
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1 Laki-laki 27 45 32 53,3
2 Perempuan 33 55 28 46,7
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian
besar pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 pasien (55%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada 60 pasien
non – penyakit jantung koroner, sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 32 pasien (53,3%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
No Umur
PJK Non –PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1. ≤ 30 tahun 0 0 10 16,7
2. 31 – 40 tahun 1 1,7 5 8,3
3. 41 – 50 tahun 5 8,3 12 20
4. 51 – 60 tahun 15 25 9 15
5. ≥ 61 tahun 39 65 24 40
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur
diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar
pasien berumur ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 39 pasien (65%). Sedangkan
52
karakteristik responden berdasarkan umur pada 60 pasien non - penyakit
jantung koroner, sebagian besar pasien berumur ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 24
pasien (40%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo
No Pendidikan
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1. SD 32 53,3 24 40
2. SMP 6 10 12 20
3. SMA 17 28,3 22 36,7
4. PT 5 8,3 2 3,3
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan
pendidikan diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian
besar pasien berpendidikan SD yaitu sebanyak 32 pasien (53,3%). Sedangkan
karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada 60 pasien non - penyakit
jantung koroner, sebagian besar pasien berpendidikan SD yaitu sebanyak 24
pasien (40%).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo
No Pekerjaan
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1. IRT 3 5 3 5
2. Tani 4 6,7 11 18,3
3. Swasta 39 65 35 58,3
4. PNS 4 6,7 2 3,3
5. Pensiunan & tidak bekerja 10 16,7 9 15
Jumlah 60 100 60 100
53
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan
pekerjaaan diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian
besar pasien memilki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 39 pasien (65%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaaan pada 60 pasien non
- penyakit jantung koroner, sebagian besar pasien memilki pekerjaan swasta
yaitu sebanyak 35 pasien (58,3%).
5.2.2 Karakteristik Data Khusus Responden
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kadar LDL Pada Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo
No Kadar LDL
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1
Nilai yang tidak
direkomendasikan (≥101
mg/dL)
45 75 12 20
2 Nilai yang direkomendasikan
(<100 mg/dL) 15 25 48 80
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar
LDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar
kadar LDL pasien ≥101 mg/dL yaitu sebanyak 45 pasien (75%). Sedangkan
kadar LDL pada 60 pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar
kadar LDL pasien <100 mg/dL yaitu sebanyak 48 pasien (80%).
54
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kadar HDL Pada Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo
No Kadar HDL
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1
Nilai yang tidak
direkomendasikan:
Pria (≤39 mg/dL), Wanita
(≤44 mg/dL)
24 40 21 35
2
Nilai yang
direkomendasikan:
Pria (>40 mg/dL), Wanita
(>45 mg/dL)
36 60 39 65
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar
HDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar
memiliki kadar HDL yang direkomendasikan yaitu sebanyak 36 pasien (60%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar HDL pada 60 pasien non
- penyakit jantung koroner, sebagian besar memiliki kadar HDL yang
direkomndasikan yaitu sebanyak 39 pasien (65%).
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kadar Trigliserida Pada Pasien dengan Penyakit
Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.
Harjono Ponorogo
No Kadar Trigliserida
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1
Nilai yang tidak
direkomendasikan (≥151
mg/dL)
32 55 19 31,6
2 Nilai yang direkomendasikan
(<150 mg/dL) 27 45 41 68,4
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar
trigliserida diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian
55
besar kadar Trigliserida pasien ≥151 mg/dL yaitu sebanyak 32 pasien (55%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar trigliserida pada 60
pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar kadar Trigliserida pasien
<150 mg/dL yaitu sebanyak 41 pasien (68,4%).
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Pada Pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di
RSUD Dr. Harjono Ponorogo
No Kadar Kolesterol Total
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1
Nilai yang tidak
direkomendasikan (≥201
mg/dL)
24 40 7 11,7
2
Nilai yang
direkomendasikan (<200
mg/dL)
36 60 53 88,3
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar
kolesterol total diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner,
sebagian besar kadar kolesterol total pasien <200 mg/dL yaitu sebanyak 36
pasien (60%). Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar kolesterol
total pada 60 pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar kadar
kolesterol total pasien <200 mg/dL yaitu sebanyak 53 pasien (88,3%).
56
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Rasio LDL : HDL Pada Pasien dengan Penyakit
Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.
Harjono Ponorogo
No Rasio LDL : HDL
PJK Non – PJK
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
Jumlah
(f)
Persentase
(%)
1 Resiko tinggi (> 3) 31 51,7 16 26,7
2 Resiko rendah (≤ 3) 29 48,3 44 73,3
Jumlah 60 100 60 100
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan rasio
LDL : HDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner,
sebagian besar rasio LDL : HDL pasien > 3 yaitu sebanyak 31 pasien (51,7%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan rasio LDL : HDL pada 60
pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar rasio LDL : HDL pasien
≤ 3 yaitu sebanyak 44 pasien (73,3%).
5.3 Hasil Penelitian
Tabel 5.10 Distribusi Silang Frekuensi Kadar LDL Pada Pasien dengan Penyakit
Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.
Harjono Ponorogo
Fraksi Lemak PJK
Non –
PJK Jumlah ρ
value
Odd
Ratio f % f % f %
LDL
Nilai yang tidak
direkomendasikan
(≥101 mg/dL)
45 75 12 20 57 47,5
0.000
12
(95 %
CI
5,072-
28,391)
Nilai yang
direkomendasikan
(<100 mg/dL)
15 25 48 80 63 52,5
Total 60 100 60 100 120 100
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar LDL pada 60
pasien dengan penyakit jantung koroner ≥101 mg/dL yaitu sebanyak 45
57
(75%) pasien dan pada 60 pasien non – penyakit jantung koroner sebagian
besar memiliki kadar LDL <100 mg/dL yaitu sebanyak 48 pasien (80%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai
ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh kadar LDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar LDL ≥101
mg/dL 5,072 hingga 28,39112 kali atau lebih tepatnya 12 kali lebih
beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan dengan yang
memiliki kadar LDL <100 mg/dL, dengan tingkat kepercayaan (CI)
sebesar 95%.
Tabel 5.11 Distribusi Silang Frekuensi Kadar HDL Pada Pasien dengan Penyakit
Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.
Harjono Ponorogo
Fraksi Lemak PJK
Non –
PJK Jumlah ρ
value
Odd
Ratio f % f % f %
HDL
Nilai yang tidak
direkomendasikan:
Pria (≤39 mg/dL)
Wanita (≤44 mg/dL)
24 40 21 35 45 37,5
0,572
1,238
(95%
CI
0,590-
2,596)
Nilai yang
direkomendasikan:
Pria (>40 mg/dL)
Wanita (>45 mg/dL)
36 60 39 65 75 62,5
Total 60 100 60 100 120 100
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 60 pasien dengan penyakit
jantung koroner yaitu sebanyak 36 (60%) memiliki kadar HDL yang
direkomendasikan, sedangkan pada 60 pasien non – penyakit jantung
koroner sebagian besar memiliki kadar HDL yang direkomendasikan yaitu
sebanyak 39 pasien (65%).
58
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai
ρ-value = 0,572 > α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, sehingga
tidak ada pengaruhyang signifikan kadar HDL terhadap resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio juga didapatkan
bahwa tidak terdapat pengaruh karena nilai odd ratio kurang dari 1 yaitu
0,590.
Tabel 5.12 Distribusi Silang Frekuensi Kadar Trigliserida Pada Pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di
RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
Fraksi Lemak PJK
Non –
PJK Jumlah ρ
value
Odd
Ratio f % f % f %
Trigli-
serida
Nilai yang tidak
direkomendasi-
kan (≥151mg/dL)
33 55 19 31,7 52 43,3
0,010
2,637
(95%
CI
1,252-
5,554)
Nilai yang
direkomendasi-
kan(<150mg/dL)
27 45 41 68,3 68 56,7
Total 60 100 60 100 120 100
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar trigliserida
pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner ≥ 151 mg/dL yaitu
sebanyak 33 pasien (55%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung
koroner <150 mg/dL yaitu sebanyak 41 pasien (68,3%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai
ρ-value = 0,010 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh kadar rigliserida terhadap resiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar
trigliserida ≥151 mg/dL 1,252 hingga 5,554 kali atau lebih tepatnya 2,637
kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingan
59
dengan orang yang memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL, dengan
tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95%.
Tabel 5.13 Distribusi Silang Frekuensi Kadar Kolesterol Total Pada Pasien
dengan Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung
Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
Fraksi Lemak PJK
Non –
PJK Jumlah ρ
value
Odd
Ratio f % f % f %
Koles-
terol
Total
Nilai yang tidak
direkomendasi-
kan(≥201mg/dL)
24 40 7 11,7 31 25,8
0,000
5,048
(95% CI
1,967-
12,952)
Nilai yang
direkomendasi-
kan(<200mg/dL)
36 60 53 88,3 89 74,2
Total 60 100 60 100 120 100
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar trigliserida
pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner <200 mg/dL yaitu
sebanyak 36 pasien (60%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung
koroner sebagian besar memiliki kadar trigliserida <200 mg/dL yaitu
sebanyak 53 pasien (88,3%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai
ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh kadar kolesterol total terhadap resiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar
kolesterol total ≥201 mg/dL 1,967 hingga 12,952 kali atau lebih tepatnya
5,048 kali beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan
dengan pasien yang memiliki kadar kolesterol total <200 mg/dL, dengan
tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95%.
60
Tabel 5.14 Distribusi Silang Frekuensi Rasio LDL : HDL Pada Pasien dengan
Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di
RSUD Dr. Harjono Ponorogo
Fraksi Lemak PJK
Non –
PJK Jumlah ρ
velue Odd Ratio
F % f % F %
LDL:HDL
Resiko
tinggi
> 3
31 51,7 16 26,7 47 39,2
0,005
2,940 (95%
CI 1,369-
6,311) Resiko
rendah
≤ 3
29 48,3 44 73,3 73 60,8
Total 60 100 60 100 120 100
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sebagian besar rasio LDL : HDL
pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner > 3 yaitu sebanyak 31
pasien (51,7%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung koroner
sebagian besar memiliki nilai rasio≤ 3 mg/dL yaitu sebanyak 44 pasien
(73,3%).
Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai
ρ-value = 0,005 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh rasio LDL : HDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan bahwa pasien dengan
rasio LDL : HDL > 3 1,369 hingga 6,311 kali atau lebih tepatnya 2,940
kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan
pasien dengan rasio LDL : HDL ≤ 3, dengan tingkat kepercayaan (CI)
sebesar 95%.
61
5.4 Pembahasan
5.4.1 Nilai Fraksi Lemak (Kolesterol Total, LDL, HDL, Trigliserida dan
Rasio Kolesterol LDL:HDL) Pada Pasien Dengan Penyakit Jantung
Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-21
April 2018 di RSUD Dr. Harjono Ponorogo didapatkan hasil bahwa dari
60 pasien dengan penyakit jantung koroner sebanyak 45 pasien (75%)
memiliki kadar LDL ≥101 mg/dL, 36 pasien (60%) memiliki kadar HDL
pria >40 mg/dL dan wanita >45 mg/dL, 32 pasien (55%) memiliki kadar
trigliserida ≥151 mg/dL, 36 pasein (60%) memiliki kadar kolesterol total
<200 mg/dL, dan 31 pasien (51,7%) memilik rasio LDL : HDL ≤ 3.
Sedangkan dari 60 pasien non penyakit jantung koroner sebanyak 48
pasien (80%) memiliki kadar LDL <100 mg/dL, 39 pasien (65%) memiliki
memiliki kadar HDL pria >40 mg/dL dan wanita >45 mg/dL, 41 pasien
(68,4%) memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL, 53 pasien (88,3%)
memiliki kadar kolestrol total <200 mg/dL, dan 44 pasien (73,3%)
memiliki rasio LDL : HDL ≤ 3.
Dari 120 pasien didapatkan sebagian besar pasien dengan penyakit
jantung koroner (75%) memiliki kadar LDL ≥101 mg/dL, sedangkan kadar
LDL pada pasien non – penyakit jantung koroner sebagian besar (80%)
memiliki kadar LDL <100 mg/dL. Angka kejadian LDL tinggi pada pasien
dengan penyakit jantung koroner pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wongkar (2014)
62
yaitu sebanyak 98,3%. Dalam penelitian tersebut kelompok kontrol
memiliki kadar LDL yang tinggi, namun angka kejadiannya lebih rendah
dibandingkan kelompok kasus yaitu sebanyak 86,7%.
Pada penelitian ini sabagian besar pasien dengan penyakit jantung
koroner memiliki kadar LDL yang tinggi, ini menjadi bukti bahwa LDL
memiliki peran penting dalam faktor resiko penyakit jantung koroner.
Semakin tinggi kadar kolesterol dalam tubuh maka semakin banyak LDL
yang melekat pada dinding arteri. Hal ini bisa menyababkan penyempitan
dan sumbatan dalam pembuluh arteri. Kurniadi (2015) dalam bukunya
mengatakan LDL merupakan target utama dalam pengobatan penyakit
jantung koroner. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menurunkan kadar
LDL pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Walaupun peningkatan
kadar LDL identik pada pasien dengan penyakit jantung koroner, namun
ini juga merupakan salah satu gejala pada penyakit lain seperti stroke.
Gofir (2009) dalam bukunya mengatakan kadar kolesterol LDL dan
kolesterol total yang tinggi dapat meningkatkan risiko stroke sampai dua
kali lipat dibandingkan dengan orang yang kadar kolesterol LDL dan
kolesterol totalnya normal.
Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil kadar HDL antara pasien
dengan penyakit jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner
berada pada rentang nilai yang sama yaitu pada nilai yang
direkomendasikan. Angka kejadian kadar HDL yang direkomendasikan
pada pasien dengan penyakit jantung koroner sebanyak 60%, sedangkan
63
pada pasien non – penyakit jantung koroner sebanyak 65%. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Firdiansyah (2014), pada pasien dengan
penyakit jantung koroner sebagian besar (75%) memiliki kadar HDL <40
mg/dL. Pada penelitian tersebut pasien non – penyakit jantung koroner
sebagian besar juga memiliki kadar HDL <40 mg/dL.
Pada orang yang normal kadar HDL berfungsi untuk mengangkut
kembali kadar LDL yang berlabih dalam tubuh. Namun dalam penelitian
ini tidak terdapat perbedaan antara pasien dengan penyakit jantung koroner
dan non – penyakit jantung koroner. Dari kelompok kasus dan kontrol
sama-sama memiliki nilai HDL yang direkomendasikan (normal).Tinggi
atau rendahnya kadar HDL tidak menjamin akan terhindar dari resiko
penyakit jantung koroner sebab Utaminingsih (2015) mengatakan
seseorang yang mimiliki kadar kolesterol HDL dalam kategori baik masih
memiliki resiko penyakit jantung koroner.
Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
pada pasien dengan penyakit jantung koroner lebih dari setengahnya
(55%) yaitu sebanyak 32 pasien memiliki kadar trigliserida ≥151 mg/dL.
Sedangkan pada pasien non – penyakit jantung koroner sebagian besar
(68,4%) 41 pasien memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Rotty (2015) didapatkan hasil bahwa sebagian besar
pasien dengan penyakit jantung koroner (69%) memiliki kadar trigliserida
<150 mg/dL, hal ini tentu saja berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
64
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida didalam
tubuh, pada era yang modern ini sebagian orang memiliki pola makan
yang tidak sehat separti makan-makanan yang banyak mengandung lemak,
santan, dan makanan cepat saji. Padahal pola makan yang sepeti itu bisa
meningkatakan kadar trigliserida didalam tubuh. Selain pola makan,
mengkonsumsi alkohol juga bisa meningkatkan kadar trigliserida.
Meskipun peredaran alkohol di Indonesia sudah dibatasi akan tetapi masih
banyak orang yang sering mengkonsumsi alkohol tanpa mempedulikan
kehatannya. Kurniadi (2015) dalam bukunya mengatakan alkohol yang
dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus dapat
merusak otot-otot jantung.
Kadar kolesterol total pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa
pasien dengan penyakit jantung koroner dan non-penyakit jantung koroner
berada pada nilai yang direkomendasikan (<200 mg/dL). Pada pasien
dengan penyakit jantung koroner sabanyak 36 pasien (60%), sedangkan
pada pasien non - penyakit jantung koroner sebanyak 53 pasien (88,3%).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahrawardani (2013)
sebagian besar pasien dengan penyakit jantung koroner (60,2%) memiliki
kadar kolesterol total <200 mg/dL dan pada pasien non – penyakit jantung
koroner sebagian besar (72%) memiliki kadar trigliserida ≥200 mg/dL.
Kadar koleterol total yang tinggi dalam darah menyebabkan resiko
terjadinya jantung koroner, semakin tinggi kadarnya maka semakin tinggi
resiko mengalami penyakit jantung koroner (Marewa, 2015). Akan tetapi
65
pada penelitian ini antara pasien penyakit jantung koroner maupun non
penyakit jantung koroner memiliki rentang nilai yang sama, yaitu <200
mg/dL. Hal ini bisa saja terjadi karena penyakit jantung koroner yang
dialami pasien bisa saja disebabkan oleh faktor lain selain kolesterol
seperti diabetes, proses penuan, stress dll.
Dari hasil penghitungan nilai rasio LDL : HDL yaitu sebanyak 31
pasien dengan penyakit jantung koroner (51,7%) memiliki nilai rasio > 3
dan 44 pasien (73,3%) non – penyakit jantung koroner memiliki rasio
LDL : HDL ≤ 3. Hal ini membuktikan pernyataan Larry (2012) dalam
bukunya yang mengatakan bahwa nilai rasio kolesterol total terhadap HDL
dan rasio LDL terhadap HDL merupakan prediktor kuat resiko penyakit
jantung. Dalam penelitian ini sebagian besar pasien dengan penyakit
jantung koroner memiliki rasio > 3, yang memiliki arti bahwa pasien
memiliki resiko tinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner.
Selain nilai fraksi lemak pada penelitian ini juga mencari data
umum yang dimiliki oleh pasien, dan didapatkan hasil bahwa dari 60
pasien dengan penyakit jantung koroner yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada laki-laki dengan distribusi 55% untuk perempuan
dan sisanya laki-laki. Sedangkan pada pasien non – penyakit jantung
koroner sebagian besar (53,3%) yaitu sebanyak 32 pasien berjenis kelamin
laki-laki. Penelitian ini membuktikan bahwa perempuan mempunyai resiko
lebih besar menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan laki-
laki. Pasien dengan penyakit jantung koroner pada perempuan dalam
66
penelitian ini kemungkinan bisa disebabkan oleh penggunaan KB
hormonal. Kurniadi (2015) dalam bukunya mengatakan penggunaan KB
hormonal dalam jangka panjang dapat meningkatkan kejadian sumbatan
pada pembuluh darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rosjidi (2014) yakini penyakit jantung koroner lebih
banyak menyerang perempuan dari pada laki-laki dengan rata-rata jumlah
faktor resiko sebanyak 5,0 kali. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Firdiansyah (2014) dimana penyakit jantung
koroner lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan
dengan persetanse sebesar 53,33%.
Selain jenis kelamin, umur juga bisa menjadi faktor resiko
terjadinya penyakit jantung koroner. Pada pasien dengan penyakit jantung
koroner sebagian besar (65%) yaitu sebanyak 39 pasien berusia ≥ 61 tahun
dan sebagian besar pasien non – penyakit jantung koroner (40%) juga
berusia ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 24 pasien. Hal ini terjadi karena
prevalensi penyakit jantung koroner terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang. Selain itu pada usia ≥ 61 tahun proses
metabolisme didalam tubuh juga akan menurun, sehingga organ tubuh
tidak bisa berfungsi secara optimal yang menyebabkan lansia lebih mudah
mengalami beberapa penyakit diantaranya yaitu penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Roth
dalam Firdiansyah (2014) yang menjelaskan bahwa angka kejadian
penyakit jantung koroner terjadi pada pasien dengan usia diatas 60 tahun.
67
Tingkat pendidikan juga bisa mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin tinggi pengetahuan tentang pencegahan terhadap terjadinya
penyakit jantung koroner. Sehingga apa bila tingkat pendidikannya tinggi,
maka resiko terjadi penyakit jantung koroner akan semakin kecil dan
begitu pula dengan kebalikannya. Namun pada penelitian ini dari 120
responden sebagaian besar memiliki pendidikan akhir SD, pada pasien
dengan penyakit jantung koroner sebanyak 32 pasien (53,3%) sedangkan
pasien non – penyakit jantung koroner sebanyak 24 pasien (40%).
Meskipun demikian penelitian yang dilakukan oleh Melaeny (2017)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
jantung koroner. Hal ini disebabkan karena tidak selamanya pasien yang
berpendidikan rendah, tingkat pengetahuannya tentang penyakit jantung
koroner rendah karena informasi tetap bisa didapatkan walaupun dari luar
pendidikan formal.
Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa dari 120
responden sebagian besar bekerja sebagai swasta. Pada pasien dengan
penyakit jantung koroner sebanyak 39 pasien (65%) dan pada pasien non –
penyakit jantung koroner sebanyak 35 pasien (58,3). Pekerjaan yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi aktifitas gerak dalam
kesehariannya. Orang dengan pekerjaan yang memiliki banyak aktifitas
gerak seperti tani beresiko kecil mengalami penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa jenis pekerjaan
68
terbanyak pasien yang mengalami penyakit jantung koroner adalah
pensiunan sebanyak 32,8% (Wahyuni, 2017). Meskipun demikian hasil
penelitian Farahdika (2015) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis pekerjaan dengan terjadinya penyakit jantung koroner (ρ = 0,107).
5.4.2 Pengaruh Nilai Fraksi Lemak (Kolesterol Total, LDL, HDL,
Trigliserida dan Rasio Kolestrol LDL : HDL) Terhadap Resiko
Penyakit Jantung Koroner
Dalam penelitian ini setelah semua data diperoleh kemudian
dialakukan uji stasitistik menggunakan uji chi-square dan diperoleh hasil
bahwa kadar LDL pada 120 responden memiliki ρ-value = 0,000 α =
0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada pengaruh yang
signifikan kadar LDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Dari penghitungan odd ratio dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki
kadar LDL ≥101 mg/dL beresiko terjadi penyakit jantung koroner sebesar
12 kali dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Wongkar (2014) yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara kadar LDL dengan kejadian penyakit jantung
koroner dengan nilai odd ratio 9,077.
Kadar LDL yang tinggi akan menyebabkan terbentuknya plak pada
dinding pembuluh darah (Kurniadi, 2015) sehingga pembuluh darah akan
menyempit. Apabila flak ini pecah maka akan menyumbat di pembuluh
darah, salah satunya di arteri koroner. Hal ini yang bisa menjadi salah satu
69
faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar LDL
juga bisa dipengaruhi oleh menopause, Lemone (2016) dalam bukunya
mengatakan bahwa wanita yang mengalami menopause akan mengalami
peningkatan pada kadar LDL. Pada penelitian ini sebagian besar pasien
dengan penyakit jantung koroner berjenis kelamin perempuan (55%) dan
sebagian besar pasien dengan penyakit jantung koroner berusia ≥ 61 tahun
(65%). Pada usia tersebut biasanya wanita sudah mengalami menopause,
sehingga peningkatan kadar LDL sering terjadi.
Nilai ρ-value pada uji statistik untuk kadar HDL sebesar 0,572 maka
ρ-value > α sehingga Ho diterima dan H1 ditolak, dan dapat diartiakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan kadar HDL terhadap resiko
terjadinya penyakit jantung koroner. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herman (2015) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL
dengan kejadian PJK (ρ = 0,550).
HDL atau sering disebut dengan kolesterol yang baik (Kurniadi,
2015) dalam tubuh mengangkut lemak yang dibawa LDL untuk
dikembalikan lagi ke hati dan dibuang, sehingga bisa untuk mencegah
timbulnya flak pada pembuluh darah yang nanti akan menjadi awal terjadi
penyakit jantung koroner. Penurunan kadar HDL bisa disebabkan oleh
rokok (Aaronson, 2010). Dalam penelitian ini sebanyak 45% pasien
dengan penyakit jantung koroner berjenis kelamin laki-laki, hampir
seluruh laki-laki di Indonesia merupakan perokok yang aktif sehingga
70
banyak dari mereka yang mengalami penurunan kadar HDL. Tidak hanya
pada perokok aktif tapi pada perokok pasif juga bisa terjadi penurunan
kadar HDL. Selain dari rokok, rendahnya konsumsi ikan di Ponorogo juga
bisa menyebabkan penurunan kadar HDL. Konsumsi ikan sangatlah
bermanfaat bagi tubuh, karena dalam ikan terkandung omega yang dapat
meningkatkan kadar HDL.
Kadar trigliserida dapat mempengaruhi resiko terjadinya penyakit
jantung koroner yang dibuktikan dengan penelitian ini diperoleh hasil nilai
ρ-value = 0,010 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh yang signifikan kadar trigliserida terhadap resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio menunjukan bahwa
pasien dengan kadar trigliserida ≥151 mg/dL 2,637 kali beresiko terjadinya
penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahrawardani (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar kadar
trigliserida dengan kejadian penyakit jantung koroner (ρ = 0,019).
Trigliserida adalah lemak darah yang akan naik seiring dengan
konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet gula dan lemak, serta
gaya hidup yang tidak sehat. Peningkatan kadar trigliserida juga akan
meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Kurniadi,
2015). Gaya hidup yang kurang olahraga juga bisa menyebabkan kadar
trigliserida dalam tubuh meningkat. Oleh karena itu aktifitas fisik maupun
olahraga sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar trigliserida.
71
Larry (2012) mengatakan bahwa volume total aktivitas fisik dan olahraga
terencana yang diperlukan setiap minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal
energi atau 250 kkal per hari dapat mengembalikan kadar trigliserida
dalam batas normal.
Faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner salah satunya yaitu peningkatan kadar kolesterol total hal ini
dibuktikan dengan nilai ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan
H0 ditolak, sehingga ada pengaruh yang signifikan kadar kolesterol total
terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Dari penghitungan
odd ratio menunjukan pasien dengan kadar kolesterol total ≥201 mg/dL
5,048 kali beresiko terjadinya penyakit jantung koroner dengan tingkat
kepercayaan 95%. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zahrawardani (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kadar kolesterol total dengan kejadian penyakit jantung
koroner. Akan tetapi dalam penelitian Herman (2015) mengatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan
penyakit jantung koroner (ρ = 0,526).
Dalam penelitian ini kadar lemak LDL dan trigliserida mempuyai
pengaruh terhadap resiko penyakit jantung koroner, oleh karena itu
kolesterol total juga mempunyai pengaruh terhadap resiko penyakit
jantung koroner. Anwar (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa
Kolesterol total merupakan keseluruhan lemak yang ada dalam darah, baik
72
dalam bentuk bebas maupun sebagai ester lemak yang terikat sebagai
lipoprotein.
Dalam uji statistik pada rasio LDL : HDL di dapatkan nilai ρ-value
= 0,005 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada
pengaruh yang signifikan rasio LDL : HDL terhadap resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien
dengan nilai rasio LDL : HDL > 3 maka 2,940 kali beresiko terjadinya
penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95%. Enomoto
dalam Wahyuni (2017) mengatakan rasio LDL:HDL merupakan prediktor
yang baik untuk penyakit jantung koroner dibandingkan dengan nilai LDL
atau HDL secara terpisah. Sehingga sangatlah penting untuk menghitung
rasio LDL:HDL agar dapat mengetahui seberapa besar resiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya
kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum
optimal atau bisa dikatakan sempurna:
1. Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan data
sekunder yaitu data yang didapatkan dari orang lain, sehingga
peneliti tidak mengetahui ada kesalahan saat pengambilan
sampel darah untuk mengetahui kadar koesterol pada pasien.
73
2. Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dalam waktu
sehingga tidak bisa mengambil sampel secara total sampling. Hal
ini juga bisa mempengaruhi hasil pada penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul pengaruh nilai fraksi lemak
terhadap resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono ponorogo
tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner sebagian besar
memiliki nilai LDL dan trigliserida yang tidak direkomendasikan,
nilai HDL dan kolesterola total yang direkomendasikas, dan rasio
LDL : HDL yang beresiko tinggi mengalami penyakit jantung
koroner.
2. Pada pasien non-penyakit jantung koroner sebagian besar
memiliki nilai LDL, HDL, trigliserida dan kolesterol total yang
direkomendasikan, dan rasio LDL : HDL yang beresiko rendah
mengalami penyakit jantung koroner.
74
3. Ada pengaruh yang signifikan pada kadar LDL, trigliserida,
kolesterol total dan rasio LDL : HDL terhadap kejadian penyakit
jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
4. Tidak ada pengaruh yang signifkan pada kadar HDL terhadap
kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
75
6.2 Saran
1. Bagi Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
Diharapkan kepada pasien dengan penyakit jantung koroner dapat
mengontrol kadar lemak dalam tubuhnya dengan cara rajin berolahraga,
mengurangi makanan yang berlemak, mengkonsumsi makanan yang
mengadung banyak omega dan tidak mengkonsumsi alkohol.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakuakan penelitian dengan
jumlah sampel yang lebih besar atau bisa juga mengunankan teknik total
sampling.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi tempat penelitian bisa membantu mengontrol kadar
lemak pada pasien dengan penyakit jantung koroner maupun pada pasien
non-penyakit jantung koroner agar dapat menurunkan angka kejadian
penyakit jantung koroner.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P. I. dan Ward, J. P. T. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Erlangga
Anwar, F. dan Khomsan, A. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah
Baradero, M., Dayrit M. W. dan Siswadi, Y. 2008. Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Budiarto, E. 2013. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta:
EGC
Dahlan, M. S. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:
Salemba Medika
Digiulio, M. dan Jakson, D. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Rapha Publishing
Farahdika. 2015. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung
Koroner Pada Usia Dewasa Madya (41-60). Unnes Journal Of Public
Health. Vol. 4, No. 2. (Diakses: 28 april 2018). Diambil dari:
https://journal.unnes.ac.id
Febry, A. B. 2010. Menu Sehat Untuk 30 Hari Untuk Hiperkolestrol, Hipertensi
dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Argo Media Pustaka
Firdiansyah, M.H. 2014. Hubungan Antara Rasio Kadar Kolesterol Total
Terhadap High-Density Lipoprotein (Hdl) Dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi. Naskah Publikasi. Universitas
Muhamadiyah Surakarta (Diakses: 29 desember 2017). Diambil dari:
http://eprints.ums.ac.id/
Gofir. 2009. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka. Cendeika Press
Herman, S.I dan Syukri, M. 2015. Hubugan Faktor Resiko yang Dapat
Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M.
77
Djamil Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. (Diakses: 26 april
2018). Diambil dari: https://jurnal.fk.unand.ac.id/
Kabo, P. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Karikaturijo, 2010. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Universitas Pembangunan
Nasional Veteran
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. (Diakses: 15
desember 2017). Diambil dari : http://www.depkes.go.id/
Kurniadi, H. 2015. Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolestrol Tinggi,
Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media
Larry, J. Durstine dan Ramonita. 2012. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama
Lemone, P., Burke, K. M. dan Bauldoff, G. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Lingga, L. 2012. Sehat dan Sembuh dengan Lemak. Jakarta: Elex Media
Marewa, L. W. 2015. Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi selatan.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Mcphee, S. J. dan Ganong, W.F. 2010. Patofisiologi penyakit: pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC
Melaeny, C. S. Dan Katuuk, M. 2017. Hubungan Riwayat Lama Merokok Dan
Kadar Kolesterol Total Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di
Poliklinik Jantung Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. e-Journal
Keperawatan (e-Kp). Vol. 5, No. 1, (Diakses: 27 april 2018). Diambil dari:
https://media.neliti.com
Nasir, A., Muhith, A dan Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
78
Pudiastuti, R. D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika
Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi
Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Ramayulis, R. 2016. Diet Untuk Peenyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya
Grup
Robbins dan Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC
Rosjidi, C. H. dan Isroin, L. 2014. Perempuan Lebih Rentan Terserang Penyakit
Kardiovaskular. Ponorogo: Jurnal Florence. Vol. VII, No. 1. (Diakses: 5
Januari 2018). Diambil dari: http://eprints.umpo.ac.id/
Rotty, L. Dan Lee, J. A. 2015. Profil Lipid Pada Pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2012. Manado:
Jurnal e-Clinic. Vol. 3, No. 1. (Diakses: 25 April 2018). Diambil dari:
https://ejournal.unsrat.ac.id/
Sabriah, A. N. 2015. Cara Ampuh Menurunkan Kolesterol dalam Sekejab.
Jakarta: Bonjer
Saryono dan Anggraeni, M, D. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian kesehatan Penentuan Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta: Nuha medika
Suharjo, J. B. dan Cahyono, B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern.
Yogyakarta: Kanisius
Sujarweni, V. W. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media
Utaminingsih, W. R. 2015. Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas. Yogyakarta:
Media Ilmu
Wahyuni, E. S. 2017. Hubungan Asupan Lemak, Vitamin A, C, dan E dengan
Rasio LDL/HDL pada Penderita Jantung Koroner di RSUD Dr. H. Abdul
79
Moeloek Provinsi Lampung. Lampung: Jurnal Kebidanan. Vol. 3, No. 1.
(Diakses: 25 desember 2017). Diambil dari: http://ejurnal.malahayati.ac.id/
Wongkar, A.H. 2014. Hubungan Profil Lipid Darah Low Density Lipoprotein
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BLU RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manano. Manado. (Diakses: 25 april 2018). Diambil dari :
https://ejournalhealth.com/
WHO. 2009. Mongolian Steps Survey On The Prevalence Of Noncommunicable
Disease And Injury Risk Factors. (Diakses: 10 Januari 2018). Diambil dari:
http://www.who.int/
WHO. 2013. The Top 10 Causes of Death. (Diakses: 15 desember 2017). Diambil
dari: http://who.int/
Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Mediakal Bedah 1. Yogyakarta:
Nuha Medika
Yahya, F. 2010. Menakhlukkan Pembunuh Nomer 1: Mencegah danMengatasi
Penyakit Jantung Koroner Secara Tetap dan Cepat. Bandung: Mizan
Pustaka
Zahrawardani, D. Dan Herlambang, K.S. 2013. Analisis Faktor Resiko Kejadian
Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang:
Jurnal Kedokteran Muhamadiyah. Vol. 1, No. 2. (Diakses: 26 april 2018).
Diambil dari: https://jurnal.unimus.ac.id/
80
Lampiran 1
81
Lampiran 2
82
83
Lampiran 3
84
Lampiran 4
85
Lampiran 5
86
Lampiran 6
LEMBAR PERMOHONAN PENELITIAN
1. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Fraksi Lemak Terhadap Resiko Penyakit
Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
2. Identitas Peneliti
a. Nama : Vidya Kusumawati
b. Asal institusi : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
3. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh nilai fraksi lemak terhadap
resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
Peneliti sangat mengharapkan perijinan untuk melaksanakan penelitian ini,
dan peneliti akan menjamin sepenuhnya kerahasiaan hasil penelitian. Informasi
yang diberikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan
tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Jika diijinkan untuk
melakukan penelitian ini, mohon untuk menandatangani lembar informed
concernt yang sudah peneliti siapkan.
Peneliti,
Vidya Kusumawati
NIM. 201402051
87
Lampiran 7
88
Lampiran 8
88
Lampiran 9
LEMBAR ISIAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN NON – PENYAKIT JANTUNG KORONER
DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO
No Nama Diagnosis Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan LDL HDL Trigliserida Kolesterol Total LDL : HDL
1 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
2 K 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0
3 M 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
4 S 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0
5 DW 1.0 2.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
6 S 1.0 2.0 5.0 3.0 5.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
7 S 1.0 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
8 ST 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0
9 NS 1.0 2.0 4.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0
10 S 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0
11 S 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
89
12 HU 1.0 1.0 4.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
13 DUT 1.0 2.0 5.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
14 BS 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0
15 PR 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
16 P 1.0 1.0 5.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0
17 M 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
18 B 1.0 1.0 3.0 4.0 4.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0
19 BS 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0
20 S 1.0 2.0 4.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
21 D 1.0 1.0 5.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
22 W 1.0 1.0 5.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
23 Q 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
24 RK 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0
25 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
90
26 S 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
27 B 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
28 F 1.0 1.0 3.0 4.0 4.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0
29 C 1.0 2.0 3.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0
30 A 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0
31 Z 1.0 1.0 4.0 4.0 4.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0
32 W 1.0 1.0 4.0 3.0 4.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
33 G 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0
34 G 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0
35 T 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
36 Y 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
37 I 1.0 2.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0
38 U 1.0 2.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
39 M 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0
91
40 K 1.0 2.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
41 J 1.0 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0
42 L 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0
43 G 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
44 NS 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
45 M 1.0 1.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0
46 DK 1.0 2.0 5.0 4.0 5.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0
47 WS 1.0 1.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
48 P 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
49 LM 1.0 1.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0
50 LA 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
51 HU 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
52 IK 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
53 IB 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
92
54 JW 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
55 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
56 M 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
57 KS 1.0 1.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0
58 P 1.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
59 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
60 W 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0
61 NH 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
62 NS 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
63 ER 2.0 2.0 1.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
64 S 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0
65 G 2.0 1.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0
66 S 2.0 1.0 4.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
67 S 2.0 2.0 4.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
93
68 S 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0
69 T 2.0 1.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
70 Z 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
71 P 2.0 1.0 3.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
72 P 2.0 2.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
73 SPU 2.0 1.0 2.0 3.0 5.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
74 I 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
75 P 2.0 2.0 5.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
76 N 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
77 W 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0
78 M 2.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
79 B 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
80 K 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
81 A 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0
94
82 C 2.0 2.0 1.0 4.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
83 D 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
84 EA 2.0 1.0 3.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
85 JI 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
86 AD 2.0 1.0 4.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
87 LE 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
88 EH 2.0 2.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
89 D 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
90 F 2.0 1.0 5.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0
91 G 2.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
92 GJ 2.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
93 L 2.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
94 N 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
95 M 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
95
96 QA 2.0 2.0 3.0 1.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
97 R 2.0 1.0 3.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
98 E 2.0 1.0 1.0 3.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
99 W 2.0 1.0 1.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
100 R 2.0 1.0 1.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
101 T 2.0 1.0 5.0 1.0 5.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0
102 I 2.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
103 C 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0
104 A 2.0 2.0 4.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
105 F 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
106 G 2.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0
107 JI 2.0 2.0 5.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
108 L 2.0 2.0 1.0 4.0 4.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
109 M 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
96
110 JP 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
111 Z 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
112 H 2.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
113 B 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
114 S 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
115 SU 2.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
116 RP 2.0 2.0 5.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
117 FS 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
118 S 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
119 M 2.0 1.0 3.0 2.0 4.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0
120 G 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
97
Lampiran 10
DOKUMENTASI PENELITIAN
98
Lampiran 11
99
Lampiran 12
HASIL UJI STATISTIK CHI-SQUARE DENGAN SPSS
1. LDL
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 36.391a 1 .000
Continuity Correctionb 34.219 1 .000
Likelihood Ratio 38.527 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 36.088 1 .000
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
28,50.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for LDL (>=
101 / < 100) 12.000 5.072 28.391
For cohort DIAGNOSA
= PJK 3.316 2.090 5.261
For cohort DIAGNOSA
= NON PJK .276 .164 .465
N of Valid Cases 120
100
2. HDL
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .320a 1 .572
Continuity
Correctionb
.142 1 .706
Likelihood Ratio .320 1 .571
Fisher's Exact Test .706 .353
Linear-by-Linear
Association .317 1 .573
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22,50.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for HDL
(PRIA <= 39,
WANITA <= 44 /
PRIA > 40, WANITA
> 45)
1.238 .590 2.596
For cohort
DIAGNOSA = PJK 1.111 .775 1.594
For cohort
DIAGNOSA = NON
PJK
.897 .613 1.313
N of Valid Cases 120
101
3. TRIGLISERIDA
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 6.652a 1 .010
Continuity
Correctionb
5.735 1 .017
Likelihood Ratio 6.719 1 .010
Fisher's Exact Test .016 .008
Linear-by-Linear
Association 6.596 1 .010
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26,00.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
TRIGLISERIDA (>=
151 / < 151)
2.637 1.252 5.554
For cohort
DIAGNOSA = PJK 1.598 1.117 2.287
For cohort
DIAGNOSA = NON
PJK
.606 .403 .910
N of Valid Cases 120
102
4. KOLESTEROL TOTAL
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 12.570a 1 .000
Continuity Correctionb 11.134 1 .001
Likelihood Ratio 13.124 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association 12.465 1 .000
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
KOLESTEROL_TOTAL
(>= 201 / < 200)
5.048 1.967 12.952
For cohort DIAGNOSA
= PJK 1.914 1.396 2.625
For cohort DIAGNOSA
= NON PJK .379 .193 .744
N of Valid Cases 120
103
5. RASIO LDL : HDL
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.869a 1 .005
Continuity Correctionb 6.855 1 .009
Likelihood Ratio 7.976 1 .005
Fisher's Exact Test .009 .004
Linear-by-Linear Association 7.804 1 .005
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
23,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
RASIO_LDL_HDL (> 3 /
<= 3)
2.940 1.369 6.311
For cohort DIAGNOSA =
PJK 1.660 1.171 2.354
For cohort DIAGNOSA =
NON PJK .565 .364 .876
N of Valid Cases 120
104
Lampiran 13
HASIL UJI CHI-SQUARE PADA RASIO LDL: HDL
(JIKA NILAI DITURUNKAN 1 TINGKAT)
*Resiko tinggi jika > 2
Resiko rendah jika ≤ 2
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 15.680a 1 .000
Continuity
Correctionb
14.222 1 .000
Likelihood Ratio 16.150 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 15.549 1 .000
N of Valid Casesb 120
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22,50.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
RASIO_LDL_HDL
(> 2 / <= 2)
4.889 2.171 11.008
For cohort
DIAGNOSA = PJK 2.400 1.436 4.010
For cohort
DIAGNOSA = NON
PJK
.491 .346 .696
N of Valid Cases 120
105
Lampiran 14
top related