bab i pendahuluan a. alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5294/2/t1...2...
Post on 06-May-2018
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Perbarengan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dan melanggar beberapa ketentuan pidana yang berlaku. Pengaturan
mengenai perbuatan perbarengan diatur di buku ke satu Bab VI Pasal 63 – 71
KUHP. Di dalam perbarengan terdapat sistem pemberian sanksi pidana yang
mengatur bahwa pemberian pidana adalah hanya dikenakan satu ancaman pidana
pokok terberat meskipun perbuatan tersebut melanggar beberapa ketentuan yang
berlaku.
Mengenai perbarengan tindak pidana, ada suatu Kasus hukum yang
dilakukan oleh seseorang dan melanggar beberapa ketentuan pidana yang sampai
saat ini masih dalam proses penyidikan di Polres Semarang yaitu tindak pidana
penipuan yang dilakukan oleh Agoes Witjaksono dengan korbannya KSP Inti
Dana Cabang Ambarawa dan sebelumnya telah diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan Negeri Salatiga dalam tindak pidana penggelapan BPKB mobil Izusu
TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001 warna biru muda
metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R yang masih
melibatkan pelaku yang sama Agoes Witjaksono.
2
Posisi kasusnya yaitu sekitar bulan Juli 2006 jam 10.00 WIB Agoes
Witjaksono Bin Untung Soebarjadi (tersangka) bertempat di Jl. Merbabu No. 5/13
RT 02/ RW IV Kel. Kalicacing Kec. Sidomukti Kota Salatiga, menjual satu unit
mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001
warna biru muda metalik No. Pol H – 8470 – GB No. Rangka
MHCTBR54F1K209717 Nosin E 209717 kepada Sadjiarto Mulyono (saksi
korban), kemudian Agoes Witjaksono menawarkan jasa tanpa diberi imbalan
dapat mengurus untuk mutasi dan balik nama atas nama Maria Ratna Melani R
(anak saksi korban).
Selang sekitar empat hari mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model
Station Wagon tahun 2001 warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB
beserta STNK yang sudah dimutasi oleh Agoes Witjaksono tersebut diserahkan
kepada Sadjiarto Mulyono, namun BPKBnya tidak diserahkan. Agoes Witjaksono
berdalih BPKB belum jadi, karena sewaktu mobil, BPKB, dan STNK masih
ditangan Agoes Witjaksono, tanpa seijin pemiliknya Sadjiarto Mulyono, BPKB
mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001
warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB, STNK dan mobil dibawa ke
KSP Inti Dana Cabang Ambarawa untuk dijadikan Agunan / pinjaman uang,
selanjutnya setelah diperiksa / disurvei petugas KSP Inti Dana Cabang Ambarawa
barang tersebut diakui milik Agoes Witjaksono sendiri, lalu BPKB ditinggal di
KSP Inti Dana Cabang Ambarawa tersebut untuk dijadikan Agunan pinjaman
uang sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sebagai modal usaha
paving blok di Karangjati Kab. Semarang.
3
Lama ditunggu ternyata Agoes Witjaksono tidak kunjung menyerahkan
BPKB lalu Sadjiarto Mulyono melakukan pengecekan di Samsat Salatiga tentang
BPKB miliknya, dan ternyata BPKB mobilnya sudah jadi. Lalu Sadjiarto
menemui Agoes Witjaksono di rumahnya untuk menanyakan keberadaan BPKB
mobilnya, dan setelah itu barulah Agoes Witjaksono mengakui bahwa BPKB
mobil milik Sadjiarto Mulyono dipakai untuk keperluannya dan akan
dikembalikan dalam waktu dekat disertai pembuatan akta di bawah tangan
perjanjian antara Sadjiarto dan Agoes Witjaksono dan disaksikan oleh beberapa
saksi mengenai tenggang waktu pengembalian BPKB mobil milik Sadjiarto
Mulyono. Namun setelah itu justru Agoes Witjaksono menghilang dan tidak
ditemukan di rumahnya.
Sekian lama setelah hilangnya Agoes Witjaksono, datang petugas dari KSP
Inti Dana Cabang Ambarawa untuk menagih atas keterlambatan pembayaran
pinjaman yang tidak pernah Sadjiarto Mulyono lakukan apalagi menyuruh Agoes
Witjaksono untuk meminjam uang dengan jaminan BPKB mobil tersebut. Setelah
mengetahui bahwa BPKB miliknya dijaminkan oleh Agoes Witjaksono di KSP
Inti Dana Cabang Ambarawa, lalu Sadjiarto Mulyono melaporkan perbuatan
Agoes Witjaksono tersebut kepada pihak yang berwajib (Polres Salatiga).
Agoes Wijaksono tertangkap sekitar bulan September 2010 oleh Polres
Salatiga, sekitar bulan November 2010 Andrianus Baskoro (karyawan KSP Inti
Dana Cabang Ambarawa) juga melaporkan penipuan yang telah dilakukan Agoes
Witjaksono dengan agunan BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru
muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R. Setelah
4
adanya laporan dari KSP Inti Dana Cabang Ambarawa, Penyidik Polres Semarang
melakukan penyitaan BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru muda
metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R, yang selang
beberapa hari diikuti Penyidik Polres Salatiga yang akan melakukan penyitaan
barang bukti berupa BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru muda
metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R tersebut di KSP
Inti Dana Cabang Ambarawa, namun gagal karena telah disita terlebih dahulu
oleh Penyidik Polres Semarang.
Agoes Witjaksono kembali lagi diperhadapkan pada kasus hukum di Polres
Semarang dengan obyek perkara yang sama yaitu sebuah BPKB Izusu TBR 541
LS 25 LG (Panther) warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama
Maria Ratna Melani R yang sebelumnya telah diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan Negeri Salatiga dalam perkara tindak pidana penggelapan. Meskipun
perkara yang masih dalam proses penyidikan di Polres Semarang berbeda dengan
perkara dalam perkara tindak pidana penggelapan yang telah diputus oleh
Pengadilan Negeri Salatiga, namun perkara tindak pidana penipuan ini masih
melibatkan Agoes Witjaksono dan obyek perkara yang sama yaitu BPKB Izusu
TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB.
Bahkan proses penyidikan di Polres Semarang ini mengalami kemandekan sampai
sekarang, karena itulah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat
menjadi topik skripsi dengan judul “Pemenuhan Unsur Perbarengan
Perbuatan di LP / B / 323 / XI / 2010 / JTG / RES. SMG dan Putusan
Pengadilan Negeri Salatiga No. 176 / Pid.B / 2010 / PN. Sal.”
5
B. Latar Belakang Masalah
Penegakan hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan, maka
penegakan hukum pada hakekatnya adalah penegakan hukum yang melalui
beberapa tahap. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan institusi
penegak hukum sebagai garda terdepan dalam proses penegakan hukum sebelum
kejaksaan (Jaksa Penuntut Umum), pengadilan dan sampai pada tahap eksekusi.
Dalam proses penegakan hukum, Polri mempunyai kewenangan atau tindakan
pendahuluan dalam proses penegakan hukum biasanya dimulai dari penyelidikan
sebelum berlanjut ke penyidikan.
Dapat dipahami perbedaan antara tindakan penyelidikan dan penyidikan
sebagai kelanjutan pemeriksaan setelah ditemukannya bukti awal yang cukup
tentang dugaan terjadinya tindak pidana. Meskipun kewenangan antara
penyelidikan dengan penyidikan berbeda, kedua kewenangan tersebut memiliki
hubungan yang cukup erat menurut pedoman pelaksanaan KUHAP yang
disebutkan bahwa penyelidikan bukanlah merupakan fungsi yang berdiri sendiri
dan terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan merupakan hanya salah satu cara
atau metode daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lainnya yaitu
berupa tindakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
6
pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian dan
penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum.1
Jika dari tindak penyidikan tersebut pihak penyidik memiliki dugaan kuat
serta menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak,
atau menghilangkan barang bukti, dan atau melakukan tindak pidana yang sama
maka dapat dilakukan penahanan terhadap tersangka. “Kekhawatiran”
sebagaimana tersebut banyak dimanipulasikan untuk sekedar mencari keuntungan
materi.2 Maksudnya, meskipun sebenarnya tersangka tidak perlu dikhawatirkan
akan melarikan diri, merusak, atau menghilangkan barang bukti, dan atau
melakukan tindak pidana yang sama tetap saja akan dilakukan penahanan.
Melihat dari kewenangan yang dimiliki oleh Polri berdasarkan KUHAP,
Polri juga memiliki diskresi berupa hak istimewa untuk menerapkan hukum yang
seharusnya dilakukan atas pertimbangan menyelamatkan keadaan.3 Seperti yang
diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu untuk kepentingan umum pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. Maka sejatinya
adalah bahwa pekerjaan hukum (Polri) tidak hanya menjalankan apa yang
1 Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik, dan Permasalahannya,
PT Alumni, Bandung, 2007, halaman 55. 2 Mono, Henny, Praktik Beperkara Pidana, Bayumedia Publishing, Malang, 2007,
halaman 52. 3 Rahardjo, Satjipto, Penegakan Hukum Progresif, Kompas Media Nusantara, Jakarta,
2010, halaman 140.
7
diperintahkan undang – undang saja tetapi sesekali dalam keadaan tertentu juga
dapat melakukan rule breaking (terobosan).4
Kemandekan proses penyidikan yang tengah berlangsung di Polres
Semarang sampai sekarang ini yang menjerat Agoes Witjaksono dalam tindak
penipuan BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru muda metalik
No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R, seharusnya dapat
diselesaikan dengan segera dan tidak terkatung – katung sampai sekarang ini.
Kurangnya koordinasi bersama Kejaksaan Negeri Salatiga selaku pelaksana
putusan Pengadilan Negeri Salatiga yang sebelumnya telah memutus Agoes
Witjaksono dalam perkara tindak pidana penggelapan BPKB Izusu TBR 541 LS
25 LG (Panther) warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama
Maria Ratna Melani R.
Bahkan cukup membingungkan ketika setelah adanya putusan yang
berkekuatan hukum tetap dari Pengadilan Negeri Salatiga dalam tindak pidana
penggelapan BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru muda metalik
No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R, justru Penyidik Polres
Semarang tidak mengembalikan barang bukti berupa BPKB Izusu TBR 541 LS 25
LG (Panther) warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria
Ratna Melani R kepada saksi korban Sadjiarto Mulyono (ayah Maria Ratna
Melani R) selaku orang yang berhak atas barang bukti tersebut.
4 Ibid.
8
Barang bukti berupa BPKB Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) warna biru
muda No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R sampai saat ini
masih berada di Polres Semarang dan belum dikembalikan kepada Sadjiarto
Mulyono karena guna kemudahan proses penyidikan. Pihak Polres Semarang
mengaku kesulitan menemukan keberadaan tersangka karena tempat tinggal
terakhirnya tidak diketahui.
Permasalahan yang kini dihadapi adalah bahwa perbuatan yang dilakukan
oleh Agoes Witjaksono tersebut cenderung merupakan perbuatan perbarengan
yang masih dalam satu kesatuan tindakan yang melanggar dua ketentuan pidana
dan menimbulkan dua korban yang berbeda. Kriteria perbuatan yang melekat
dalam perbuatan perbarengan yaitu yang pertama bahwa harus adanya perbuatan,
baik berupa kejahatan maupun pelanggaraan. Dan yang kedua yaitu antara
perbuatan yang satu dengan perbuatan yang lainnya terdapat hubungan yang
sedemikian rupa, sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut.
Berangkat dari permasalahan inilah sebenarnya jika pihak penyidik Polres
Semarang yang menyidik tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh Agoes
Witjaksono menyikapi sesuai ketentuan yang telah diatur mengenai sistem
pemberian sanksi dalam perbarengan maka tunggakan perkara mungkin bisa
diminimalisir sehingga tidak berlarut – larut sampai sekarang. Mencoba menggali
lebih dalam lagi apakah dalam serangkaian tindak pidana ini adanya unsur niat
jahat pelaku tindak pidana atau kehendak benar – benar disengaja adanya satu
keputusan kehendak niat jahat pelaku dalam perbuatan perbarengan ini yaitu
ketika pelaku Agoes Witjaksono sejak pertama ingin menguasai BPKB mobil
9
Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001 warna biru
muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R dari
Sadjiarto Mulyono (korban) dengan dalih membantu untuk mengurus mutasi dan
balik nama atas nama Maria Ratna Melani R (anak korban).
Setelah BPKB mobil tersebut berada dalam penguasaannya Agoes
Witjaksono, pada saat setelah selesai pengurusan mutasi dan balik nama atas
nama Maria Ratna Melani R (anak korban), Agoes Witjaksono tidak langsung
mengembalikan STNK, mobil beserta BPKBnya kepada korban namun malah
tanpa sepengetahuan dan seijin pemiliknya Sadjiarto Mulyono membawa ke KSP
Inti Dana Cabang Ambarawa untuk dijadikan agunan pinjaman uang sebesar Rp.
50.000.000,- (lima juta rupiah) sebagai modal usaha paving bloknya di Karangjati
Kab. Semarang.
Dalam membuat perjanjian kreditnya dengan pihak KSP Inti Dana Cabang
Ambarawa, Agoes Witjaksono mengakui bahwa BPKB mobil yang dijadikan
sebagai jaminan kredit tersebut diakui sebagai miliknya padahal pemilik
sebenarnya yang sah adalah Sadjiarto Mulyono.
Tindak pidana pertama yang dilakukan oleh Agoes Witjaksono adalah
penggelapan BPKB mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station
Wagon tahun 2001 warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama
Maria Ratna Melani R dengan sengaja melawan hukum mengakui barang seuatu
yang seluruh atau sebagian adalah kepunyaan orang lain yang ada dalam
kekuasaanya bukan karena kejahatan.
10
Tindak pidana kedua yang dilakukan oleh Agoes Witjaksono adalah
penipuan yaitu dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan
hukum dengan memakai nama palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya
atau supaya memberikan utang (dalam hal ini menyakinkan pihak KSP Inti Dana
Cabang Ambarawa dengan rangkaian kebohongan pelaku guna memperoleh
pengutangan uang sebesar Rp. 50.000.000,- dengan mengakui bahwa BPKB
mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001
warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani
R adalah kepunyaan Agoes Witjaksono).
Kedua jarak waktu antara tindak pidana penggelapan BPKB mobil Izusu
TBR 541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001 warna biru muda
metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna Melani R yang dilakukan
Agoes Witjaksono dengan tindak pidana yang dilakukannya dalam tindak pidana
penipuan dengan menjaminkan BPKB mobil Izusu TBR 541 LS 25 LG (Panther)
model Station Wagon tahun 2001 warna biru muda metalik No. Pol. H – 8470 –
GB atas nama Maria Ratna Melani R kepada KSP Inti Dana Cabang Ambarawa
tidak terlalu lama yaitu hanya berselang beberapa hari kedua tindak pidana
tersebut terjadi, yaitu sekitar bulan Juli 2006.
Didahului dengan tindak pidana penggelapan BPKB mobil tersebut yang
dilakukan dan diikuti beberapa hari berikutnya tindak pidana penipuan yang
dilakukan oleh Agoes Witjaksono dengan menjaminkan BPKB mobil Izusu TBR
541 LS 25 LG (Panther) model Station Wagon tahun 2001 warna biru muda
11
metalik No. Pol. H – 8470 – GB atas nama Maria Ratna melani R tanpa
sepengetahuan si pemilik Sadjiarto Mulyono.
Sebenarnya dalam sistem pemberian sanksi pidana dalam perbuatan
perbarengan adalah hanya dikenakan satu aturan pidana terberat dan bilamana
berbeda – beda maka akan dikenakan ketentuan yang memuat pidana pokok
terberat.5
Jika melihat teori tersebut, sebenarnya nampak jelas bahwa mengenai sistem
pemberian sanksi pidana dalam kasus ini yang dilakukan oleh Agoes Witjaksono
dalam tindak pidana penggelapan dan tindak pidana penipuan dapat dikenakan
pidana pokok terberat. Meskipun dalam KUHP telah diatur mengenai sanksi
pidananya sama yaitu masing – masing dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.6
Bertitik tolak pada alasan untuk kepastian hukum dalam suatu kasus perkara
pidana, baik bagi pembuat maupun negara dan masyarakat ataupun pihak – pihak
lain yang ada hubungannya dengan perkara pidana tersebut. Bagi pembuat
termasuk juga keluarganya ialah untuk rasa ketentraman diri bahwa dirinya tidak
akan diganggu dengan adanya tuntutan terus – menerus oleh negara. Bagi negara
ialah dapat terjaganya kewibawaan negara khususnya lembaga peradilan atas
putusan yang dibuatnya. Demikian juga negara tidak terus – menerus disibukkan
untuk menuntut dan mengadili orang yang sama sebagai akibat dari perbuatan
5 Teguh prasetyo, Hukum Pidana, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,
halaman 181. 6 Lihat ketentuan Pasal 372 tentang pengelapan dan 378 tentang perbuatan curang.
12
perbarengan yang dibuatnya. Suatu ketika suatu kasus perkara pidana benar –
benar berakhir dan tuntas.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana pemenuhan unsur perbarengan dalam tindak pidana LP No. Pol.
LP/B/323/XI/2010/JTG/RES. SMG di Polres Semarang dikaitkan dengan Putusan
Pengadilan Negeri Salatiga No. 176/Pid.B/2010/PN. Sal?
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui pemenuhan unsur perbarengan dalam tindak pidana LP No. Pol.
LP/B/323/XI/2010/JTG/RES. SMG di Polres Semarang dikaitkan dengan Putusan
Pengadilan Negeri Salatiga No. 176/Pid.B/2010/PN. Sal.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian normatif
dilengkapi empiris, yaitu menganalisa putusan Pengadilan Negeri Salatiga
dengan putusan No.176/Pid.B/2010/PN.Sal dan kasus hukum yang masih
dalam proses penyidikan di Polres Semarang dengan Nomor Registrasi
Perkara LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg, serta terjun ke lapangan guna
13
memperoleh data yang akurat dengan cara pengambilan data dan
wawancara kepada penyidik Polres Semarang.
2. Pendekatan Masalah
a. Pendekatan Undang – undang
Pendekatan undang – undang yang digunakan yaitu menganalisis
ketentuan Pasal 63 - 71 KUHP tentang perbarengan (concursus).
b. Pendekatan Kasus Perkara
Pendekatan kasus perkara ini yaitu dengan menganalisis suatu
putusan yang telah diputus dan berkekuatan hukum tetap di Pengadilan
Negeri Salatiga yaitu Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor :
176/Pid.B/2010/PN. Sal, dan wawancara kepada penyidik Polres
Semarang mengenai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) proses
penyidikan Dengan No. Pol. LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg.
3. Bahan Hukum
Dalam penelitian ini terdiri :
a. Bahan Hukum Primer
14
Bahan hukum primer yang digunakan yaitu KUHP, KUHAP,
Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor :
176/Pid.B/2010/PN. Sal, dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dengan
No. Pol. LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg.
c. Bahan Hukum Tertier
Yaitu dengan memberikan penjelasan berdasarkan pendapat –
pendapat para ahli hukum, literatur hukum, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kamus hukum dan hasil peneitian – penelitian hukum.
4. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum
a. Bahan Hukum Primer
Diambil dari kepustakaan, Putusan Pengadilan Negeri Salatiga
Nomor : 176/Pid.B/2010/PN. Sal, dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
dengan No. Pol. LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg.
b. Bahan Hukum Sekunder
Informasi yang dapat mendukung penulisan ini yaitu dengan
wawancara narasumber yaitu penyidik Polres Semarang.
15
c. Bahan Hukum Tertier
Yaitu bahan – bahan yang dapat memberikan petunjuk dan
penjelasan mengenai apa yang terdapat dalam bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Misalnya : Kamus yang berkaitan dengan
penelitian, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, dan
Ensiklopedia.
5. Unit Amatan
Unit amatan dalam penulisan ini mengenai Pasal 63 - 71 KUHP yang
dikaitkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga No.
176/Pid.B/2010/PN. Sal, dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dengan No.
Pol. LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg yang tengah berlangsung di Polres
Semarang sampai pada saat ini.
6. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah yuridis kualitatif yaitu
metode penelitian dengan cara studi kepustakaan, yakni dengan cara
mengumpulkan data berupa peraturan – peraturan dan literatur – literatur
lainnya yang berhubungan dengan Pasal 63 - 71 KUHP dikaitkan dengan
Putusan Pengadilan Negeri Salatiga No. 176/Pid. B/2010/PN. Sal, dan
16
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dengan No. Pol.
LP/B/323/XI/2010/JTG/Res. Smg.
top related