bab i pendahuluan a. latar belakangsc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/bab114123141166.pdfbab i...
Post on 04-Aug-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Restorasi Meiji dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi Meiji,
atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada
pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi1 ini
menyebabkan revolusi pada struktur politik pemerintahan, ekonomi, sosial dan
budaya Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir
Keshogunan Tokugawa) dan awal masa Meiji.
Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang
mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh
Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor
Matthew Perry dari Amerika Serikat.2 Masa Meiji (1868-1912) merupakan salah
satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa-bangsa. Di bawah
pimpinan Kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa
dasawarsa mencapai apa yang diinginkan oleh Barat memerlukan waktu berabad-
abad lamanya. Hal yang dicapai tersebut adalah pembentukan suatu bangsa yang
modern yang memiliki perindustrian modern, lembaga-lembaga politik modern,
dan pola masyarakat yang modern. Golongan-golongan lama yang selama masa
feodal membuat masyarakat terbagi dihapuskan. Seluruh negeri terjun dengan
semangat dan antusiasme ke dalam studi dan pengambilalihan peradaban Barat
modern.
Pemerintahan Meiji mengadakan pembaharuan dari negara agraris menjadi
negara industri. Pada masa awal Meiji, bangsa-bangsa Eropa dan Amerika
ternyata telah lebih dahulu sekitar 100 tahun menjadi negara-negara industri. Dan
1 Restorasi, /réstorasi/ n pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula
(tt gedung bersejarah, kedudukan raja, negara, dsb); pemugaran merestorasi mengembalikan atau memulihkan kepada keadaan semula; memugar. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 1300)
2 Tavivania, Pricia Talita. 2012. Peranan Ii Naosuke dalam Politik Dalam Negeri Pada
Akhir Pemerintahan Tokugawa. Skripsi FIB UI. Tidak diterbitkan.
2
dari sejarah Jepang dapat diketahui bahwa ternyata kira-kira 100 tahun sesudah
restorasi Meiji, Jepang mengalami kemajuan yang mengikuti negara-negara maju
lainnya di dunia. Itulah sebabnya para ahli menyebutkan Meiji sebagai sebuah
masa reformasi atau pembaharuan.
Pada masa Tokugawa sistem pemerintahan adalah sistem Baku-han, yaitu
sistem pemerintahan daerah, sedangkan pada masa Meiji pemerintahan terpusat
pada Kaisar. Meskipun sistem politik terpusat, pada kenyataannya sistem sosial
masih bersifat kedaerahan. Karena itu pemerintah Meiji ingin mengubah sistem
sosial menjadi terpusat, dengan tujuan agar tercipta pasar nasional. Revolusi yang
dilakukan pemerintah Meiji untuk membentuk negara industri dengan
pembaharuan di bidang pendidikan, yaitu dengan melancarkan kebijakan
pendidikan wajib (gimu kyoiku)3 secara nasional.
Pada masa sebelum Meiji di Jepang sudah ada lembaga pendidikan
Terakoya yang diperuntukkan bagi pendidikan rakyat biasa. Lembaga pendidikan
ini berdasarkan pada Konfusianisme4. Setelah masa Meiji, barulah dikembangkan
sistem pendidikan Barat. Sistem tersebut masuk ke Jepang dengan adanya
perubahan politik pada masa itu. Sebagai akibat dari diadakannya politik pintu
terbuka, maka pada masa itu banyak dikirim para pelajar Jepang ke Barat. Di
samping itu, pemerintah Jepang mendatangkan guru (oyatoi gaikokujin)5dari luar
negeri. Para guru asing ini lah yang membawa pemikiran pendidikan Barat serta
buku-buku teks yang berasal dari Jerman, Perancis, dan Inggris,6 dan peralatan
pengajaran Barat ke Jepang.7
3 Gimu Kyoiku ialah pendidikan wajib militer. Dicetuskan oleh Yamagata
Aritomo pada 1873 M. Meniru dari sistem militer di Perancis yang mewajibkan Semua laki-laki, baik dari golongan shizoku ( keluarga golongan samurai) dan heimin (keluarga golongn petani dan kelas bawah), saat mencapai usia 20 tahun wajib melakukan wajib militer, kecuali kepala keluarga.
4 Konfusianisme ialah konfusianisme inti ajaran filsafat dalam Konghucu yg
mengajarkan bagaimana meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. (kamus besar bahasa indonesia, hlm. 800).
5 Pengajar, guru atau orang yang ahli dalam bidangnya yang didatangkan dari
luar negeri oleh pemerintah Jepang. (kamus standar bahasa Jepang-Indonesia, hlm. 457). 6 Kenneth B. Pyle.1988. Generasi Baru Zaman Meiji (pergolakan mencari identitas
nasional 1885-1895). Jakarta. PT. Gramedia. Hlm. 33
3
Politik keterbukaan inilah sehingga pada tahun 1890, terjadi sebuah
peristiwa yang mempertemukan Jepang dan Islam. Sebuah kapal Turki karam di
perairan Jepang. Kapal itu ditepikan ke daratan Jepang dan seorang penguasa
Turki yang ada dalam kapal tersebut menetap di Jepang selama beberapa bulan.
Waktu yang digunakan menetap itulah yang digunakan penguasa Turki untuk
mengenalkan Islam kepada penduduk Jepang.8
Hingga satu per satu penduduk Jepang memeluk Islam dan tercatatlah
nama Torajajiro Yamada sebagai orang Jepang pertama yang memeluk Islam.
Yamada disusul Mitsutaro Takaoka dan Buripachiro Ariga sebagai tiga generasi
pertama yang memeluk Islam.9 Dari 600 penumpang, hanya 69 jiwa yang selamat.
Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang
pada tahun 1891. Hubungan yang sangat baik dengan Turki ini, juga membawa
kemenangan bagi Jepang dalam peperangan dengan Rusia yang dimulai pada
tahun 1904. Setelah peristiwa tersebut, yaitu sekitar tahun 1900-an, untuk pertama
kalinya warga muslim Jepang pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji.
Sejak saat itu, Islam mulai dikenal secara luas. Kemudian tahun 1955, beberapa
ulama dari Pakistan datang ke Jepang dan berdakwah di sejumlah kota besar,
membuat agama Islam mulai dikenal lebih luas di Jepang.
Perkembangan Islam di Jepang tidak berjalan dengan mulus. Ada banyak
rintangan dalam mensyiarkan Islam di negara yang menghargai kebebasan
beragama ini. Latar belakang penduduk Jepang yang disiplin dan taat, menjadikan
Jepang sebagai ladang dakwah yang cukup berat. Ditambah lagi Jepang dikenal
sebagai negara dengan agama nenek moyang, yaitu Shintosisme.10
Oleh karena
itu, butuh perjuangan keras untuk mengembangkan Islam di negara ini.
7 Ferry Rustam, 2003. Reformasi Pendidikan Pada Masa Jepang Meiji: Studi Tentang
Peran Politik Kekuasaan Dalam Penerapan Pendidikan. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 7, No. 2. UI 8 http://Sankyu.blogdetik.com/2012/14/Islam-di-Jepang.html. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2013 Pukul 08.31 WIB
9 Faisal Ismail. 2001. ISLAM, Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah. PT. Tiara
Wacana. Yogyakarta. Hal. 127
10 Agama Shinto adalah agama resmi di negara Jepang yang diproklamirkan
sebagai agama negara pada tahun 1869. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah beradab-abad hidup
4
Kendati banyak kendala dari latar belakang penduduk Jepang, Toleransi
dan kemudahan beragama di Jepang. Masyarakat Jepang modern tidak lagi
mementingkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas penduduk
Jepang beragama Shinto dan Budha (atau menganut kedua ajaran tersebut).
Meskipun ada juga yang menganut ajaran Kristen. Kini, hampir semua penduduk
Jepang lemah dalam ilmu keagamaan karena gaya hidup modern mereka yang
lebih mementingkan urusan duniawi. Akibatnya banyak sekali penduduk Jepang
yang merasa hati mereka kosong dan seperti mencari "sesuatu" dalam hidup
mereka. Sehingga, kedatangan Islam ke Jepang telah mengisi kekosongan hati
penduduk Jepang dan melengkapi hidup mereka dengan memeluk agama Islam
dengan hati yang terbuka. Setidaknya penyebar Islam di Jepang berani
memanfaatkan sikap orang-orang Jepang yang sangat disiplin. Kedisiplinan ini
ditujukkan umat muslim saat itu dengan ketepatan waktu beribadah dan
kesungguhan dalam bertahan hidup di negara orang. Hal ini dikarenakan ajaran
Islam yang logis dan bisa dijelaskan dengan detail dari al-Qur’an dan al-hadits
menjadikan sikap toleran dan cara berpikir logis orang Jepang ini cocok dengan
ajaran Islam.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perkembangan Islam di Jepang. Berawal dari proses kedatangan dan
berkembangannya Islam di Jepang tersebut pada akhir abad ke-19 hingga awal
abad ke-20, mengungkap pengaruh komunitas muslim Jepang dalam berasimilasi
budaya, dan merekonstruksi sosial masyarakat Jepang. Penulis menegaskan karya
ilmiah ini dengan judul ‘’Islamiasi di Jepang.’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Jepang dan kendala yang
dihadapinya ?
2. Bagaimana perkembangan Islamisasi di Jepang?
di Jepang, bahkan faham ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Lihat. Yusuke Shindo. 2015. Mengenal Jepang. Kompas. Jakarta. Hlm. 154
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari proposal penelitian yang berjudul
‘’Islamisasi di Jepang’’ sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam ke Jepang dan kendala
yang dihadapinya.
2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembagan Islamisasi di Jepang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, menambah informasi dan rujukan yang bermanfaat
bagi orang lain, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan
Islam Jepang, mulai dari awal berkembangnya pasca-restorasi Meiji
hingga perubahan yang terjadi setelah Islam masuk ke Jepang.
2. Secara khusus, sebagai perwujudan ikhtiar penulis dalam meneliti
keberadaan Islam di Jepang sebagai agama minoritas.
3. Menambah sumbangsih keilmuan dalam pengetahuan dan menambah
khazanah intelektual keislaman di kalangan kaum Muslim.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, akan membahas awal kedatangan Islam di Jepang,
strategi kaum Muslim mengislamkan Jepang pada saat membuka diri dari politik
isolasi yang dipraktekkan oleh keluarga Tokugawa, yang lebih dikenal dengan
istilah Restorasi Meiji. Hal ini dilakukan oleh Kaisar Meiji untuk membuat Jepang
dapat bersaing dengan negara-negara luar yang sudah lebih dulu maju dan
berkembang, baik itu dari segi industri, pendidikan, pembangunan insfraktruktur,
politik, militer dan soal keagamaan. Dan juga akan membahas orang Jepang
pertama yang mendapat hidayah untuk menjadi mualaf dan meniggalkan agama
nenek moyangnya (baca: shinto)11
yang dianutnya sebelum menjadi mualaf, dan
11 Shinto adalah kata majemuk daripada “shin” berarti roh dan “to” berarti jalan.
Jadi Shinto mempunyai arti jalannya roh, baik roh-roh yang meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “to” berdekatan dengan kata “tao” dalam taoisme yang berarti jalan dewa atau jalannya bumi dan langit. Sedang kata “shin atau shen” identik dengan kata “yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya. Dengan melihat hubungan nama Shinto ini, maka kemungkinan besar shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang menjadikan pegangan hidup. Ibid. Hlm. 155
6
perkembangan kaum Muslim saat ini dengan segala kendala dari segi kehidupan
sosial, budaya, makanan, lingkungan sekitar dan lain semua problematika saat ini.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini membutuhkan literatur atau rujukan sebagai referensi yang
berkaitan dengan pembahasan yang akan ditulis. Dari beberapa referensi
sekiranya bisa menjadi langkan awal peneliti dalam menguraikan isi pembahasan
ini. Adapun literatur yang dimaksud sebagai berikut:
1. Cahaya Allah Di Negeri Sakura, buku ini karya Izur Rozabi. Terbit tahun
2014 oleh penerbit Diva Press Yogyakarta. Buku ini membahas tentang
aturan-aturan dalam Islam. Islam merupakan agama yang sempurna, karena
segalanya sudah diatur dari hal terkecil hingga yang besar. Itulah kesamaan
Islam dengan penduduk Jepang, sama-sama menerapkan disiplin tinggi,
semuanya serba diatur. Di bahas pula tentang Masyarakat Jepang memiliki
karakter. Jika dikaji secara mendalam, sejumlah karakter tersebut
mencerminkan nilai-nilai Islam, di antara karakter-karakter tersebut sebagai
berikut: ikhlas dalam beramal, pekerja keras, pemalu, hemat, gemar
membaca, jujur dan ikhlas membantu sesama, memiliki semangat
kebersamaan, mandiri, cinta damai, ramah, tidak biasa bersalaman, bersuara
keras, bersikap sigap, memberi sapaan terlebih dahulu, dan menyukai ilmu.
Maka dari itu, buku ini penting untuk menjadi sumber dari penelitian yang
sedang dikaji.
2. Mengenal Jepang, buku ini karya seorang diplomat yaitu Yusuke Shindo.
Buku ini terbit tahun 2015 oleh penerbit Kompas Jakarta. Buku ini
mengungkap sisi-sisi yang tak hanya unik dan menarik, tapi juga penting dari
negeri, kebudayaan, dan karakter orang Jepang. Dari segi kehidupan
masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi etika, kepercayaan, karakter
tradisi budaya Jepang dan lain sebagainya. Buku diharapkan bisa menambah
rujukan dalam penelitian proposal ini.
3. Dinamika Perkembangan Islam di Jepang abad 20, skripsi dari mahasiswa
jurusan sejarah dan peradaban Islam lulusan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
tahun 2008 atas nama Zulhilmy. Dalam skripsi ini berisikan segal hal yang
berkaitan tentang Jepang. Pada bab kedua membahas tentang kehidupan
7
sosial dan keagamaan di Jepang, bab ketiga menguraikan tentang awal
kedatangan dan perkembangan Islam di Jepang, dan bab selanjutnya
menjelaskan peranan umat Islam di Jepang dalam berbagai aspek kehidupan.
Maka dari itu, skripsi ini penting untuk dijadikan referensi yang tepat guna
dalam proposal ini.
Perbedaan penulisan penelitian ini dengan beberapa tinjauan pustaka yang
telah dituliskan di atas ialah pembahasan yang terkait dengan dunia Islam di
Jepang. Mulai dari proses kedatangan Islam setelah diberlakukanya restorasi Meiji
atau pembukaan negara Jepang yang sempat terisolasi dari dunia Barat hingga
berkembangnya Islam di negara matahari terbit tersebut. Hingga pembagian kurun
waktu perkembangan Islam di Jepang yang terbagi kebeberapa periode dari tahun
1868 hingga sekarang.
G. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan landasan atau kejelasan berfikir dalam
memecahkan masalah atau menyorotinya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti.
Kerangka teori menurut Koentjaraningrat berfungsi sebagai pendorong
proses berpikir dedukatif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu
teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap
fakta-fakta kongkrit yang tidak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat.
Begitupun dalam tulisan yang menggunakan kerangka berpikir sehingga dalam
penulisannya dapat terarah dan hal yang dibahas juga dapat dibatasi sehingga
tidak meluas.
Proses masuk dan berkembangnya Islam di Jepang (Islamisasi Jepang) ,
sangat erat kaitannya dengan dibukanya wilayah Jepang (baca: Restorasi Meiji),
pelayaran dan perdagangan, dan hubungan diplomasi dengan negara-negara Barat,
khususnya dengan kekhilafahan Turki Usmani. Masuknya Islam ke Jepang
hendaknya dipahami sebagai suatu proses yang dimulai dengan kedatangan Islam,
yang disusul dengan penerimaan Islam, dan berakhir dengan pelembagaan Islam
di Jepang. Kedatangan Islam adalah satu tahap di mana orang-orang yang
beragama Islam yang berasal dari luar datang ke suatu daerah tertentu. Sedangkan
8
yang dimaksud dengan penerimaan Islam adalah suatu tahap di mana telah
terdapat masyarakat pribumi atau penduduk setempat yang menerima Islam
sebagai keyakinan atau agamanya. Sedangakan tahap pelembagaan Islam adalah
saat di mana ajaran Islam telah melembaga atau memasuki struktur masyarakat.12
Menilik beberapa teori di atas penulis berkesimpulan bahwa kerangka
teori yang ingin dibangun dalam skripsi ini dengan menjelaskan perkembangan
Islam di Jepang berawal dari masuknya beberapa orang muslim setelah dibukanya
Jepang dari politik isolasi. Berlanjut pada masa setelah kaisar Mutshuhito, Islam
berkembang secara signifikan dengan banyaknya imigran yang berasal dari timur
tengah atau imigran muslim yang datang ke Jepang. Secara nyata setelah Islam
masuk dan berkembang di Jepang, membuat beberapa perubahan dari segi politik
di Jepang, budaya yang tercipta setelah berasimilasi dengan Islam, ekonomi,
sosial dan paling utama dari segi keagamaan.
Setelah beberapa lama Islam mulai berkembang hingga ada inisiatif dari
sekelompok muslim Jepang untuk membuat kelompok muslim atau organisasi
muslim untuk menunjang segala kegiatan keislaman. Berawal dari kelompok
muslim tersebut cendekiawan muslim Jepang mendirikan sebuah lembaga Islam
guna memberikan kemudahan bagi masyarakat muslim untuk menjalani
aktifitasnya sesuai syariat Islam yang berlaku. Lembaga-lembaga Islam (Islamic
center) tersebar di beberapa wilayah Jepang, seperti di Masjid Tokyo, Masjid
Kobe, Kyoto, Takusima dan beberapa wilayah Jepang lainnya.
H. Metode Penelitian
Agar dapat melakukan suatu penelitian yang ideal maka diperlukan suatu
cara atau teknik dalm melakukan penelitian, terutama penelitian sejarah. Maka
dari tiu dalam penelitian ini diperlukannya sesuatu yang dapat mempermudah
dalam kegiatan penelitian, yaitu memerlukan metodologi penelitian sejarah.
Metodologi sejarah merupakan prosedur atau cara bagaimana untuk
mengetahui sesuatu. Metodologi sejarah sebagai science of methods berarti
sebagai ilmu yang berbicara tentang cara, yaitu cara untuk mengetahui peristiwa
12 M. Shaleh Putuhena. 2007. Historiografi Haji Indonesia. LKiS. Jogjakarta. Hlm. 83
9
yang terjadi pada masa yang telah lampau.13
Sedangkan penelitian sejarah
merupakan suatu penelitian yang tergolong “metode historis”, yaitu metode yang
khusus digunakan dalam kegiatan penelitian sejarah melalui tahapan tertentu.
Penerapan metode historis menempuh tahapan-tahapan kerja, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Notosusanto14
, yaitu :
1) Heuristik
Heuristik adalah teknik atau cara-cara untuk menemukan sumber yang bisa
didapat melalui studi kepustakaan, pengamatan secara langsung di lapangan (jika
memungkinkan), melalui interview untuk sejarah kontemporer. Menurut
Notosusanto, heuristik berasal dari bahasa Yunani ‘heuriskein’, yang berarti sama
dengan ‘to find’ berarti tidak hanya menemukan, tetapi melewati tahapan
pencarian terlebih dahulu. Pada tahap pertama, peneliti berusaha mencari dan
mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
Penelitian sejarah yang dilakukan oleh mahasiswa biasanya hanya menggunakan
sumber skunder, berupa buku-buku yang ditulis orang tentang suatu masalah, hal
ini tidak masalah asal penggunaannya menggunakan kaedah-kaedah dalam
penelitian sejarah. Saat ini data sejarah bisa didapat dari berbagai macam cara
selain studi pustaka, sumber sejarah dapat juga diakses melalalui media cetak dan
elektronik. Yang lebih pokok bagi seorang peneliti bagaimana menangani bukti-
bukti sejarah dan bagaimana menghubungkannya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa heuristik adalah upaya penelitian
yang mendalam untuk menghimpun jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-
dokumen agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian-kejadian
bersejarah di masa lampau. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini adalah suatu
teknik atau suatu seni, keberhasilan seseorang dalam mencari sumber pada
dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang dikumpulkan.
Dalam hal ini penulis sudah melakukan kegiatan penelitian ini dengan
mencari berbagai literatur yang terkait dengan pembahasan Islam di Jepang.
13 Sulasman. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh Aplikasi.
Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 74. 14 Ibid, hlm. 75.
10
Beberapa buku telah didapatkan dari berbagai perpustakaan baik daerah maupun
nasional seperti di perpustakaan 400 kota Cirebon, perpustakaan kampus ISIF
Fahmina, perpustakaan IAIN Cirebon, perpustakaan daerah sumber, perpustakaan
Nasional Jakarta, perpustakaan pusat informasi dan kebudayaan Kedutaan Besar
Jepang dan perpustakaan pusat kebudayaan Jepang.
2) Kritik
Kritik adalah salah satu upaya untuk menyelidiki apakah sumber sejarah
itu sejati, baik bentuk ataupun isinya. Pada tahap ini, sumber dikumpulkan pada
kegiatan heuristis yang berupa buku-buku yang relevan dengan pembahasan
terkait, ataupun hasil temuan di lapangan tentang bukti-bukti pembahasan atau
topik utama penelitian. Selanjutnya diseleksi dengan mengacu pada prosedur yang
ada, yakni sumber faktual dan orisinalnya terjamin, inilah yang dikenal dengan
kritik.15
Kritik dilakukan oleh seorang sejarawan jika sumber-sumber sejarah telah
dikumpulkan. Tahapa kritik tentu memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya.
Salah satunya adalah otensitas sumber. Proses kritik meliputi dua macam, yaitu
kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal harus dilakukan oleh sejarawan
untuk mengetahui tentang keaslian sumber. Kritik eksternal adalah cara untuk
melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek ‘’luar’’ sumber
sejarah.16
Kenyataan sejarah dapat diketahui melaui bukti-bukti sejarah yang
dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi.17
Sebelum semua
informasi yang diperoleh oleh seorang sejarawan digunakan dalan merekonstruksi
sejarah, tentunya informasi-informasi tersebut harus melalui seleksi yang ketat
terlebih dahulu, agar sumber-sumber yang digunakan terjaga autentisitasnya.
Adapun kritik internal menekankan pada aspek ‘dalam’, yaitu ‘’isi’’ dari
sumber berupa kesaksian. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik
eksternal, seorang sejarawan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia
harus memutuskan kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak. Keputusan ini
berdasarkan atas dua penemuan penyelidikan, yaitu pertama adalah seorang
15 Ibid, hlm. 101
16 Ibid. Hlm 102
17 Susmihara. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Hlm. 1.
11
sejarawan harus dapat menangkap arti sebenarnya dari sebuah informasi yang
diberikan oleh sumber sejarah. Kedua, setelah fakta kesaksian dibuktikan dan
isinya telah dibuat sejelas mungkin, selanjutnya kredebilitas saksi atau sumber
harus ditegakkan.18
Dalam tahap kritik sumber dan verifikasi ini penulis membaca secara
mendalam dam menelaah secara tepat referensi-referensi sejarah yang
berhubungan dengan sejarah perkembangan Islam di Jepang. Kemudian penulis
berusaha membandingkan antara referensi yang satu dengan referensi yang
lainnya, dengan maksud untuk menemukan kebenaran mengenai sumber tersebut
serta dapat dipercaya.
3) Intrepertasi
Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk digunakan itu belum berguna,
jika belum diberi arti. Fakta nampak mempunyai arti bila telah mulai dihubungkan
dan dibandingkan satu sama lain, inilah permulaan mengadakan penafsiran fakta.
Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta yang
diperoleh sejarah itu. Tidak ada interpretasi yang bersipat pasti atau final,
sehingga setiap generasi berhak menerangkan interpretasinya sendiri.19
Kemampuan interpretasi adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan
topik sejarah, serta menjelaskan masalah kekinian. Tidak ada masa lalu dalam
konteks sejarah yang aktual karena yang ada hanyalah interpretasi historis.
Tahapan ini berkaitan dengan apa yang masih dijadikan tuntunan atau pedoman,
dan apakah masih perlu dikembangkan atau justru harus dihilangkan.20
Interpretasi ada dua macam, yaitu analisis dan sentesis. Analisis berarti
menguraikan. Sentesis artinya menyatukan, Jadi revolusi adalah hasil interpretasi
setelah data itu dikelompokan menjadi satu. Interpretasi sejarah bertujuan
melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber sejarah dan
bersama dengan teori disusunlah fakta itu dalam cakupan interpretasi yang
18 Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh Aplikasi, Op.Cit, Hlm. 104.
19 Ibid, hlm. 107
20 Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Amzah. Jakarta. hlm. 4.
12
menyeluruh.21
Tahapan ini adalah hasil dari adanya verifikasi atau kritik pada
sumber sejarah, sehingga pada tahap interpretasi akan menghasilkan penafsiran
yang terhubung dengan fakta-fakta yang diperoleh, sehingga membuahkan
susunan cerita sejarah yang kronologis.
4) Historiografi
Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah
rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh
dengan menempuh proses. Penulisan laporan disusun berdasarkan serialisasi
(kronologis, kausasi dan imajinasi). Penulisan sejarah sedapat mungkin disusun
berdasarkan kronologis ini sangat penting agar peristiwa sejarah tidak menjadi
kacau. Aspek kronologi dalam penulisan sejarah sangatlah penting, dalam ilmu-
ilmu sosial mungkin aspek tahun tidak terlallu penting, dalam ilmu sosial kecuali
sejarah orang berpikir tentang sistematika tidak tentang kronologi. Dalam ilmu
sosial perubahan akan dikerjakan dengan sistematika seperrti perubahan ekonomi,
perubahan masyarakat, perubahan politik dan perubahan kebudayaan. Dalam ilmu
sejarah perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya.22
Selanjutnya cerita sejarah hendaknya disusun berdasarkan sebab akibat.
Proses mencari sebab dan akibat akan memperjelas jalannya suatu peristiwa.
Suatu cerita sejarah yang terputus-putus karena datanya tidak lengkap, dapat diisi
dengan imajinasi. Pengertian imajinasi di sini bukan dalam arti imajinasi yang
fiktif seperti terdapat pada sastrawan, tetapi imajinasi yang masih dituntun oleh
fakta sejarah yang ada. Selain itu penulisan sejarah dapat dilakukan dengan cara
koligasi. Yang dimaksud proses koligasi adalah suatu cara sejarawan
menerangkan kejadian atau peritiwa yang dipelajarinya, yaitu dengan menelusuri
kejadian-kejadian yang secara sekilas tidak berhubungan, tetapi setelah ditelusuri
ternyata mempunyai hubungan yang erat.
Dengan adanya tahap historiografi ini, diharapkan kajian mengenai tema
kesejarahan yang diteliti akan semakin bertambah dan akan menghasilkan
21 Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, Teori, Metode, Contoh Aplikasi, Op.Cit,
hlm. 111. 22 Ibid. Hlm. 144
13
pemahaman-pemahaman baru terhadap objek yang diteliti. Tentunya dengan
bertambahnya wawasan mengenai objek sejarah yang diteliti tersebut, maka
pemahaman para penikmat sejarah mengenai objek yang diteliti akan semakin
luas.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian skripsi ini sebagai berikut :
Bab I : berisi tentang latar belakang, rumusan masalah atau identifikasi
masalah, batasan masalah, kerangka teori, prosedur penelitian yang di dalamnya
terdiri dari ruang lingkup penelitian, jenis sumber data, metode pengumpulan
data, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II : berkaitan dengan gambaran umum tentang Jepang, sejarah awal
dalam membentuk tatanan pemerintahan sebuah negara yang bersistem
keshogunan berubah menjadi kekaisaran, dan awal mula tercetusnya gagasan
restorasi Meiji.
Bab III : Proses masuknya Islam ke Jepang. Peristiwa tenggelamnya
kapal ertogrul, Datangnya para imigran muslim, Munculnya para muallaf asli
Jepang.
Bab IV : menjelaskan tentang perkembangan Islam di Jepang saat
dimulainya restorasi Meiji. Mulai munculnya masjid pertama di Jepang.
Perkembangan Islam yang terbagi menjadi beberapa kurun waktu periode.
Bab V : kesimpulan dari materi-materi yang telah diuraikan dari bab-
bab sebelumnya dan disertai dengan adanya saran-saran untuk melengkapi segala
sesuatu yang kurang atau belum sempurna dalam penelitian ini agar bisa
diperbaiki dan disempurnakan dimasa yang akan datang.
top related