bab i pendahuluan a. latar belakang -...
Post on 02-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang 1945 kekuasaan Negara dapat dibagi ke dalam
beberapa cabang kekuasaan yang dikaitkan dengan lembaga-lembaga Negara
yaitu kekuasaan legislatif (membuat UU), kekuasaan eksekutif (melaksanakan
UU) dan kekuasaan yudikatif (menyelenggarakan keadilan guna menegakkan
hukum dan keadilan). Kekuasaan legislatif merupakan lembaga yang dipilih dan
disetujui warga (choosen and appointed), berwenang membuat UU dan
merupakan lembaga tertinggi dalam sebuah Negara.
Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, daerah diberi kewenangan dan
tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat, Pemerintah Daerah akan berupaya untuk
meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan
serta potensi yang dimiliki, sehingga memberikan peluang dan kesempatan bagi
daerah untuk berupaya semaksimal mungkin dalam rangka mencapai tujuan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Dengan adanya otonomi daerah
tersebut berarti Pemerintah Daerah harus berusaha dan mampu mengembangkan
2
diri, menggali potensi untuk kesejahteraan warganya dan sekaligus
mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan otonomi di daerah.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintah Daerah
disebutkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati, Walikota yang dilengkapi dengan perangkat daerah, yaitu
Organisasi Pemerintah Daerah terdiri atas Sekretatis Daerah, Dinas, Badan dan
Lembaga Teknis Daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di
daerah. DPRD dibentuk untuk melaksanakan fungsi pokok yaitu, fungsi
pembentukan perda, anggaran dan pengawasan. Ketiga fungsi tersebut
dilaksanakan dalam kerangka representasi atau perwakilan. Salah satu fungsi
DPRD yang sangat penting dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi
luas di daerah adalah fungsi legislasi.
Wakil rakyat tidak dapat lepas dalam peran representasi, artikulasi dan
agregasi kepentingan rakyat, maka diperlukan kemampuan personal dan
kelompok dalam membawa kepentingan masyarakat banyak yang lebih luas di
berbagai kesempatan, karena harus melewati proses politik dengan lembaga lain
seperti pemerintah Daerah (eksekutif), ormas dan pelaku bisnis. Sebab dalam
pelaksanaan fungsi legislasi ini merupakan suatu proses untuk mengakomodasi
berbagai kepentingan para pihak (stakeholders), untuk menetapkan bagaimana
pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi legislasi berkenaan dengan
kewenangan untuk menentukan peraturan yang mengikat warga negara dengan
norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi.
3
Mekanisme penyusunan, perancangan, pembahasan, pengundangan, dan
penyebarluasan Peraturan Daerah lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Dalam proses fungsi legislasi terdapat proses penyusunan Raperda yang
sebelumnya ada 2 tahapan yaitu penyusunan Program Pembentuk Peraturan
Daerah (Properda) dan Penyusunan Naskah Akademik. Properda (Program
Pembentuk Peraturan Daerah) adalah instrument perencanaan Properda Provinsi
atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu,
dan sistematis.1 Sedangkan naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi
terhadap permasaahan dan kebutuhan hukum masyarakat.2
Eksekutif membuat Prolegda sebagai konsekuensi penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diterjemahkan dalam bentuk Perda,
sedangkan DPRD membuat Prolegda karena selain sebagai lembaga legislatif
yang berwenang membuat Perda, juga karena DPRD melalui Perda menentukan
arah pembangunan dan pemerintahan di daerah, sebagai dasar perumusan
kebijakan publik di daerah, serta sebagai pendukung pembentukan perangkat
daerah dan susunan organisasi perangkat daerah. Menurut Undang-Undang
1Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 2Ketentuan Pasal 1 angka 18 Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 11 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Daerah
4
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
materi muatan Peraturan Daerah adalah dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
Dengan adanya Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, maka diharapkan pelaksanaan fungsi legislasi
DPRD dapat sesuai dengan dasar hukum tersebut. Dalam perkembangannya
fungsi legislasi DPRD belum dapat berjalan maksimal, faktanya dalam
pembentukan Peraturan Daerah baik secara nasional masih banyak menyisakan
masalah3, diantaranya: Pertama, Aspek Teknik Penyusunan. Dari segi teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan, diperoleh data bahwa sebagian besar
Peraturan Daerah dalam penyusunannya belum mengikuti teknik penyusunan
Peraturan Perundang undangan sebagaimana diatur dalam Lampiran Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Ketentuan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan pada
umumnya tidak dipedomani secara taat asas dalam Pembentukan Peraturan
Daerah; Kedua, Aspek Substansi terdiri dari isi dari Peraturan Daerah tersebut
masih kurang memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya,
dan seringkali juga bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang
lebih tinggi, seperti misalnya: menghambat/mempengaruhi investasi, belum
menyatakan secara nyata kebijakan pelestarian daya dukung lingkungan hidup,
belum berorientasi kepada pelayanan publik, serta belum diserapnya nilai HAM;
3Kajian oleh Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah DIRJEN Peraturan
Perundang-undangan DEPHUMKAM dalam PetaPermasalahan Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah dan Upaya Fasilitasi Percanangan Peraturan Daerah oleh Dr. Wahiduddin Adams, SH, MA
5
2.50 %
97.50 %
Sumber Legislasi Daerah Secara Nasional Inisiatif DPRD (2 ,5% ) Usulan Eksekutif (97,5 % )
Ketiga, dalam pembentukan peraturan daerah masih ditemukan adanya pasal-pasal
yang hilang, maksudnya adalah seringkali ditemukan adanya ketentuan norma
dalam Raperda yang tidak diikuti oleh peraturan pelaksanaan lebih lanjut.
Sehingga keberadaan pasal-pasal tersebut menjadi tidak atau kurang bermakna.
Untuk terlaksananya Fungsi Legislasi DPRD, maka DPRD di dukung oleh
suatu Badan Legislasi yang merupakan alat kelengkapan DPRD kemudian pasca
berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
Badan Legislasi berubah nomenklatur menjadi Badan Pembentuk Peraturan
Daerah (Bapemperda). Badan Pembentuk Peraturan Daerah adalah alat
kelengkapan DPRD yang menentukan skala prioritas bersifat tetap secara
kelembagaan dan dibentuk pada saat rapat penyusunan tata tertib (tatib) tentang
pembentukan alat kelengkapan DPRD yang berperan sebagai pemrakarsa
pembuatan dan pembahasan Raperda. Fenomena kinerja legislasi DPRD secara
umum jika dilihat dengan cermat, belum memenuhi harapan seperti yang
digambarkan oleh IGI.4 Pada tahun 2012-2014 pernah mencatat bahwa saat ini
DPRD Kabupaten/Kota sangat tergantung pada input Raperda yang disampaikan
oleh pemerintah daerah (eksekutif).
Diagram 1.1. Kinerja legislasi Nasional (DPRD) menurut IGI
Sumber: www.kemitraan.or.id/igi/
4Indonesia Governance Index (IGI) adalah sebagai salah satu organisasi kemitraan yang
melakukan pemeringkatan terhadap kinerja legislasi DPRD di Indonensia.
6
Diagram di atas merupakan hasil studi di 10 kabupaten/kota pada lima
provinsi yang menunjukan bahwa sumber Perda dari inisiatif DPRD sangat rendah
atau hanya berkisar 2,5% sedangkan usulan eksekutif mendominasi hingga 97,5%.
Artinya, penelitian tersebut produk legislasi daerah di 34 provinsi (yang terdiri
dari Kabupaten/Kota) se-Indonesia masih cukup rendah, termasuk di Kabupaten
Malang.
Tabel 1
Perbandingan Capaian Legislasi di Kabupaten Malang Tahun 2011-2104
No Tahun
Jumlah Raperda Capaian Jumlah
Capaian % Inisiatif
DPRD Eksekutif
Inisiatif
DPRD Eksekutif
1 2011 9 12 4 6 10 47
2 2012 7 12 4 9 13 68
3 2013 6 14 3 10 13 65
4 2014 7 16 3 9 12 52 Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Malang, diolah
Pada tahun 2015 DPRD Kabupaten Malang memiliki 22 Program
Pembentukan Peraturan Daerah. Terdiri dari 13 Raperda berasal dari eksekutif dan
9 Raperda berasal dari inisiatif DPRD.5 Dari 13 Raperda dari eksekutif, 3 Raperda
diantaranya menjadi agenda rutin yang harus ada setiap tahun yaitu Raperda
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta rancangan
anggaran pendapatan dan belanja daerah. Khusus untuk 3 Raperda tersebut
dibahas oleh Badan Anggaran dan Tim Anggaran yang merupakan alat
kelengkapan DPRD. Sedangkan untuk 19 Raperda yang ada, akan dibahas oleh
Panitia Khusus yang anggotanya diambil dari tiap-tiap komisi dan Tim Raperda
5http://dprd.malangkab.go.id
7
yang anggotanya dari SKPD yang berbeda terkait dengan bahasan tiap-tiap
Raperda.
Kelemahan pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD
Kabupaten Malang terlihat dari minimnya inovasi Perda yang dihasilkan, baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, rata-rata Perda yang
dihasilkan DPRD Kabupaten Malang setiap tahun hanya sekitar 9 sampai 20
Perda. Jumlah tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata Prolegda
di daerah se-Indonesia yang mencapai 30 sampai 50 Raperda untuk disahkan
menjadi Perda setiap tahunnya.
Secara kualitatif, beberapa Perda Kabupaten Malang telah dibatalkan oleh
Mendagri, salah satunya Perda Pengelolaan Air Tanah yang sudah berlaku pada
tahun 2009 akan tetapi pada tahun 2012 pihak Kemendagri meminta untuk
merevisi karena dinilai Perda tersebut bertentangan dengan undang-undang
diatasnya.6
Selain permasalahan minimnya inovasi perda, terdapat permasalahan yang
peneliti temui dilapangan yang harus mendapat evaluasi dari pihak DPRD yaitu
saat uji publik/sosialisasi raperda. Permasalahannya adalah dari prosedur saat
mengundang konstituen yang rentang waktunya sangat singkat yaitu hanya 2-3
hari sebelum acara uji publik dilaksanakan. Sedangkan sebanyak 22 Raperda
belum disebarluaskan/dipublikasikan yang disiapkan maupun yang tengah dibahas
kepada konstituen/masyarakat, sehingga berpengaruh pada subtansi dari tiap-tiap
raperda yang nantinya berpengaruhnya pada kurangnya kualitas perda.
6Wawancara dengan staf bidang perundang-undangan DPRD Kabupaten Malang pada
tanggal 15 Desember 2015
8
Untuk dapat mengetahui fenomena kelemahan pelaksanaan fungsi
pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang seperti yang telah
digambarkan sebelumnya, terkait secara logis dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi, diperlukan suatu studi analisis yang komprehensif terhadap
lembaga legislatif (DPRD) dalam melaksanakan fungsi pembentukan peraturan
daerah, dan yang dapat mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja tersebut guna memberikan rekomendasi pemecahan permasalahan.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal penting dalam suatu penelitian, karena
dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi persoalan
yang diteliti sehingga sasaran yang hendak diteliti dan dibahas dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang pada tahun 2015 ?
2. Apa kendala dan solusi yang dilakukan DPRD Kabupaten Malang dalam
melaksanakan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah pada tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang pada tahun 2015.
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang dalam pelaksanaan fungsi
pembentukan peraturan daerah pada tahun 2015.
9
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
akademisi, mahasiswa, praktisi atau pemerhati masalah fungsi legislasi. Sehingga
bermanfaat dalam pengembangan dan pengayaan ilmu sosial, terutama yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD
Kabupaten Malang.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dipakai sebagai masukan kepada Kantor DPRD Kabupaten
Malang khususnya Badan Pembentuk Peraturan Daerah untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah dalam proses
pembentukan Raperda Tahun 2015. Adapun bagi masyarakat dengan adanya
penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memiliki pemahaman mengenai
pelaksanaan fungsi legislasi dan dapat berperan mengontrol jalannya fungsi
pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang.
E. Definisi Konsep
Definisi konsep adalah berisi gambaran umum mengenai konsep serta
istilah-istilah yang memiliki kaitan dengan penelitian. Definisi konsep juga
dimaksudkan memberi penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada di
dalam permasalahan, sehingga mempermudah dalam memahami maksud dari
10
kalimat yang ada di dalam penelitian. Untuk itu ada beberapa definisi konseptual
yang akan di jelaskan dengan rincian sebagai berikut:
1. Fungsi Legislasi
Fungsi Legislasi adalah suatu proses untuk mengakomodasi berbagai
kepentingan para pihak pemangku kepentingan (stakeholders), untuk menetapkan
bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Oleh karena itu fungsi ini
dapat mempengaruhi karakter dan profil daerah melalui peraturan daerah sebagai
produknya. Disamping itu sebagai produk hukum daerah, maka peraturan daerah
merupakan komitmen bersama para pihak pemangku kepentingan daerah yang
mempunyai kekuasaan paksa (coercive). Dengan demikian fungsi pembentukan
peraturan daerah mempunyai arti yang sangat penting untuk menciptakan keadaan
masyarakat yang diinginkan (sebagai social engineering) maupun sebagai
pencipta keadilan sosial bagi masyarakat.7
Ketentuan yang mengatur mengenai penguatan fungsi pembentukan
peraturan daerah DPRD sudah secara tegas diatur, baik dalam UUD 1945, dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
DPD dan DPRD.
Menurut Jimly Asshiddiqie, pelaksanaan fungsi legislasi dalam
pembentukan UU, menyangkut 4 (empat) bentuk kegiatan, yaitu:
1. Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
7 Wasistiono, Sadu 2009, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Daerah, hal 58
11
2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment
approval);
4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat
lainnya (Binding decision making on international agreement and
treaties or other legal binding document).8
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat di daerah yang merupakan wahana untuk melaksanakan
demokrasi di daerah berdasarkan Pancasila. DPRD sebagai badan legislatif daerah
dan merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah.9
Fungsi Dewan10
:
1. Membentuk Undang-undang yang di bahas oleh DPR bersama Presiden
untuk mendapatkan persetujuan bersama dan mengajukan usul
Rancangan Peraturan Daerah.
2. Fungsi Anggaran, Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara
bersama-sama presiden.
3. Fungsi Pengawasan, Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan atas kebijakan
pemerintah.
8 Jimly Assidqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1. Cet. 1. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006. Hal 44 9 Ibid., hal.57
10Peraturan DPRD Kabupaten Malang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Tatib DPRD
Kabupaten Malang
12
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur konstrak atau variabel tersebut.
1. Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2015
a. Proses penyusunan Program Legislasi Daerah (Perencanaan
Pembentukan Perda);
b. Penyusunan Raperda
1. Raperda Yang Berasal Dari Eksekutif
2. Raperda Yang Berasal Dari Inisiatif DPRD
2. Kendala yang dihadapi DPRD Kabupaten Malang
a. Waktu Pembahasan Raperda
b. Ketersediaan Anggaran
13
G. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah
Peraturan
Perundang-
undangan
Aspirasi
Masyarakat
PROPEMPER
DA
(Badan
Pembentukan
Peraturan
Daerah
Pembentukan
Perda
(DPRD)
Naskah
Akademik +
Draft
Kajian
Raperda
Uji Publik
(Raperda
Eksekutif) /
Sosialisasi
(Raperda
DPRD)
Pengesahan Rapat
Paripurna
Pembahasan
Tingkat II
Pembahasan
Tingkat I
14
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang
dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan
yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan
triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.11
Adapun langkah-langkah metode yang digunakan dalam mendukung
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana pengertian
penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable
mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan dengan variabel yang lain.12
2. Sumber Data
a. Data Primer
11
Sugiyono (2009), Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta, Bandung. Hal 15 12
Ibid., Hal 5
15
Data primer merupakan sumber data yang didapat langsung oleh peneliti
dari obyek yang sedang diteliti. Data-data yang diperoleh secara langsung antara
lain hasil observasi, wawancara serta dokumentasi di Kantor DPRD Kabupaten
Malang selaku lembaga yang berwenang melaksanakan fungsi legislasi. Selain itu
juga dari subyek lain yaitu dinas atau badan yang memiliki kaitan koordinasi guna
mewujudkan pelaksanaan fungsi legislasi di Kabupaten Malang.
b. Data Sekunder
Definisi data sekunder menurut Jonathan Sarwono adalah data yang sudah
tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data yang diambil dari
suatu instansi yaitu DPRD Kabupaten Malang dengan permasalahan dilapangan
yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan
laporan-laporan penelitian. Selain itu data sekunder lainnya dengan melakukan
kajian pustaka, yang bersumber dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, Koran,
internet dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Definisi Observasi lapangan atau pengamatan lapangan (field observation)
adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan panca indra yang
dimiliki. Selain dengan membaca koran, mendengarkan radio, menonton televise
atau berbicara dengan orang lain, kegiatan obsevasi merupakan salah satu
kegiatan untuk memahami lingkungan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang
16
dianggap penting yang terdapat di lokasi penelitian yaitu di DPRD Kabupaten
Malang.
c. Wawancara
Definisi dari wawancara menurut ahli adalah tehnik mengumpulkan data
atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan
frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.
d. Subyek Penelitian
1. Ketua Badan Pembentuk Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD
Kabupaten Malang
2. 1 – 2 Anggota Pansus
3. 1 - 2 Staff Bidang Perundang-undangan
4. 1 – 2 Staff Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang
e. Lokasi Penelitian
Kantor DPRD Kabupaten Malang JL. Panji, No. 119, Kepanjen, JawaTimur
65163, Telepon (0341) 398400
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data
kualitatif terdiri dari empat komponen antara lain adalah :
17
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara dan studi dokumentasi.
b. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak
relevan.
c. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
d. Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
18
jelas. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori jika
didukung oleh data-data yang lain.
top related