bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.unisnu.ac.id/481/1/bab i.pdfsunnah adalah shalat...
Post on 03-Aug-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita adalah sebagai manusia yang merupakan salah satu mahluk ciptaan
Allah SWT, dimana Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah
kepadanya, didalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surat Az-Zariyat ayat 56
yang berbunyi :
”Aku menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepadaku”.1
Dalam garis besar ibadah itu terletak pada rukun islam yang lima yaitu
syahadat, shalat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu. Adapun ibadah nomor dua
yang diwajibkan kepada kita adalah shalat, Sedangkan shalat menurut arti bahasa
adalah do’a, Adapun Shalat menurut terminologi adalah ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan
salam dengan syarat-syarat tertentu. Imam Taqiyuddin Abi Bakar Bin Muhammad
Al-Husaini dalam kitabnya kifayah Al-Akhyar menjelasakan :
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya For Woman, ( Jakarta: PT Sygma
Arkandeleema, 2009 ) hlm 523
1
2
ة با لتسليم وفي الشرع عبارةعن اقوال وافعال مفتتحة با لتكبير مختتم
بشروط
” Shalat menurut syara’ adalah ungkapan tentang beberapa perkataan
dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dengan beberapa syara’”.2
Shalat merupakan salah satu sarana ibadah yang di butuhkan oleh hamba
Allah SWT untuk mendekatakan diri (Taqarrub) kepadanya, rasa dekat seorang
hamba Allah SWT sebagai pencipta Alam semesta akan memberikan rasa tenang
dan damai di dalam dirinya karena dia merasa yakin bahwa Allah SWT adalah
tempat segala mahluk bergantung / berharap.3
Para ulama’ telah sepakat Bahwa shalat itu kewajiban yang harus dipenuhi
oleh setiap orang muslim yang telah baligh, Hukumnya adalah fardhu ‘ain.
Selama ia masih bisa menghirup udara, selama itu pula kewajiban shalat masih
melekat pada dirinya , karena Allah SWT sudah berfirman dalam Al-Qur’an surat
Al-Hajj ayat 77 yang berbunyi:
2 Imam Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad Al-Husaini, Kifayah Al-Akhyar, Juz
1(Surabaya: Darul Ilmu) hlm 82.
3. Abdul Kadir Nuhuyan et.al, Pedoman dan tuntutan shalat lengkap , ( jakarta : Gema
Insani Press, 2002 ) hlm 1.
3
”Wahai orang-orang yang beriman, Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah
tuhanmu dan berbuat baiklah agar kamu beruntung”.4
Shalat merupakan ibadah yang istimewa dan mempunyai kedudukan yang
amat tinggi dalam syari’at islam , shalat juga merupakan wujud iman dan takwa
seseorang kepada Allah SWT, dan shalat merupakan sebuah sarana yang di
jadikan hamba Allah untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT sebagai dzat
yang suci, tentunya seorang hamba harus menempuh jalan dan tata cara yang telah
ditentukan olehnya, yaitu dengan beribadah kepadanya, yang paling utama adalah
melalui shalat.5
Shalat itu dibagi menjadi dua yaitu Shalat fardhu dan shalat sunnah,
adapun shalat sunnah itu tidak wajib dikerjakan karena yang dinamakan shalat
sunnah adalah shalat tambahan selain shalat lima waktu, kata shalat sunnah
merupakan bahasa populer dari shalat tathowwu’, artinya shalat tathowwu’ adalah
4 . Departermen Agama RI.Op.Cit, hlm 341
5 . M.Khalilur rohman.Buku Pintar shalat,( Jakarta: Wahyu Media, tt) hlm 55
4
melakukan sesuatu dengan kerelaan hati, yakni melakukan sesuatu kebaikan yang
bukan merupakan kewajiban.6
Di dalam satu tahun kita menemui bulan yang penuh berkah ,bulan yang
terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu bulan ramadhan,
bulan ramadhan adalah karunia terbesar yang diberikan Allah kepada umat islam,
bulan ramadhan bukan saja mulia, karena Allah SWT mewajibkan puasa kepada
umatnya dan mensunnahkan qiyamul al-lail, di dalam bulan ramadhan qiyamul
lail biasanya disebut dengan shalat tarawih .7
Bulan ramadhan adalah merupakan bulan suci, bulan yang dimuliakan
oleh Allah SWT , bulan penuh Maghfiroh (ampunan) berkahnya, bulan di mana
pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat, syaiton-
syaiton di belenggu, bulan dimana jiwa menjadi tenang dan hati menjadi tentram,
sebab itu rasullulloh mengajak umatnya agar meningkatkan ibadah, termasuk
didalamnya beliau menggalakkan tuntunannya dalam melaksanakan shalat di
malam bulan ramadhan yang dinamakan dengan shalat tarawih.8
Landasan sunnahnya menjalankan shalat qiyamul-lail pada bulan
ramadhan atau disebut shalat tarawih adalah sebagai berikut:
6 . Abdul kadir nuhuyan, et al .Op.Cit. Hlm 68
7 Azhari Akmal Tarigan,40 pesan Ramadhan, ( Jakarta : Siraja ,2008 ), hlm 3
8 Ibid,hlm 5
5
لل للا علي عن ابي هريرة رضي للا ول للا ق قال نار ر لم ع ق و
, فيقول م ن قام يرغب في قيام رمضار من غير ار يآمرهم فيق بعزيمة
رمضار إيمانا واحتسابا غفر لق ماتقدم من ذنبق
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata Rasullulloh Saw
menganjurkan untuk shalat sunnah di malam ramadhan tanpa
memerintahkannya secara tegas, beliau bersabada “ Barang siapa
bangun untuk shalat di malam ramadhan karena iman dan mencari ridha
Allah maka di ampuni dosannya yang telah berlalu”.(HR. Muslim).9
Shalat sunnah qiyamu ramadhan hukumnya adalah sunnah mu’akadah,
Sunnah yang lebih utama dikerjakan dengan berjama’ah seperti halnya hadis di
bawah ini :
لل فل المسجد , ف لم لل للا عليق و صلل وعن عائشة ار البي
لل الثا نية , فكثر الاس , ثم اجتمعوا من بصلتق الليلة الثا ناس, ثم
لل الل عليق و ول الل ا لثة , اوالرابعة, فلم يخرج اليهم ر لم, فلم
عتم بح قال رايت الذين م اااني , فلم يمعي من الخروج اليك ا
ز رمضان خشيت ار تفترض عليكم, وذالك في
“Dan dari ‘Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW, Shalat di masjid. Lalu
orang-orang pada shalat seperti Shalat Nabi itu, kemudian ia shalat
pada malam keduanya maka orang-orang bertambah banyak kemudian
mereka pada berkumpul pada malam ketiganya atau keempatnya, tetapi
Rasullulloh SAW tidak keluar ke hadapan mereka, Kemudian tatkala
9 .Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim (Jakarta : Pustaka Amani,1994) hlm
229
6
pagi-pagi ia bersabda : “ Aku tahu apa yang kamu kerjakan, namun
tidak (satu pun hal) yang menghalangi aku keluar pada kepada kamu,
melainkan karena aku khawatir bahwa (shalat ini) akan diwajibkan atas
kamu” peristiwa ini terjadi pada bulan ramadhan”.10
Di dalam shalat tarawih, Rasullulloh SAW hanya memberikan contoh
dan tuntunan dan tidak memberikan batasan dalam jumlah raka’atnya hal tersebut
dan tentunya memberikan kebebasan, kelonggaran kepada umatnya untuk
menentukan sendiri pilihannya dengan melihat kondisi dan kemampuan, dengan
demikian ini adalah merupakan rahmat baginya Allah telah berfirman dalam Al-
Qur’an surat Albaqoroh ayat 289:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
10 Ibid,hlm 228
7
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir.".11
Ada beberapa pendapat tentang Raka’at shalat tarawih ada pendapat yang
mengatakan bahwa shalat tarawih ini tidak ada batasnya bilangannnya yaitu boleh
dikerjakan dengan 20 raka’at, 8 raka’at, 36 raka’at, ada pula yang mengatakan 8
raka’at, 20 raka’at adapula yang mengatakan 36 raka’at, sedangkan Shalat tarawih
pada masa Nabi dan Abu Bakar ada dua macam yaitu 8 raka’at tarawih dan 3 witir
atau 10 tarawih dan dengan 1 witir,sedangkan pada masa Umar, Usman dan Ali
dilaksanakan 20 rakaat shalat tarawih, dengan 1 witir.12
Kalau kita amati atau fahami di tengah-tengah masyarakat mulai sejak
zaman rasullulloh hingga sekarang ini masih banyak perbedaan tentang berapa
banyak raka’at shalat tarawih itu, pada hal nabi juga tidak pernah memberi
petunjuk tentang berapa jumlah rakaat shalat tarawih, akan tetapi kalau kita
memperhatikan hadits dibawah ini :
ني ها ال عائسة رضي للا ع حمن انق لمة بل عبدالر ف عن ابي
لم في رمضار فقالت لل للا عليق و ول للا لة ر ما نار نانت
ع فل عشرة رنعة يصلل ارب يزيد في رمضار وا فل غيره علل احدى
11 Departemen RI, Op Cit, hlm 49
12 Muhammad Sholikin,Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam,( Yogyakarta : Mutiara
media,2008), hlm 136
8
, ثم يصلل اربعا فل تسئل عن حس هن تسئل عن حسهن وطولهن
ول الل اتام قبل ار وطولهن ,ثم يصلل ثلثا, قالت عائشة ,قلت يا ر
اري(ا ئسة ار عيي تا ماني وا يام قلبي)رواه البختوتر قال ياع
“ Diriwayatkan dari Abi Saalamah Ibn “Abd al-Rahman, ia bertanya
kepada ‘ Aisyah radhiyallahu ‘Anhu:” Bagaimana Rasullulloh SAW shalat pada bulan ramadhan?” lalu aisyah menceritakan bahwa
rasullulloh SAW tidak pernah menambah shalatnya baik dalam bulan
ramadhan maupun di luarnya dari sebelas raka’at, beliau tidak shalat
empat raka’at. Janganlah anda tanyakan bagaimana baik dan lamanya
,kemudian beliau shalat empat raka’at lagi, janganlah engkau tanyakan
bagaimana baik dan lamanya, setelah itu beliau shalat tiga raka’at .
Lalu Aisyah bertanya : Wahai Rasullulloh apakah anda tidur lebih
dahulu sebelum shalat witir?” Jawab beliau, “ Wahai Aisyah!
Sesungguhnya kedua belah mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur”.(
HR. Bukhari )13
Dalam hadits yang lain yang menyatakan bahwa shalat tarawih juga
boleh di kerjakan dengan 20 rakaat, hadits tersebut adalah sebagai berikut :
ومور في زمار عمرابناس يق عن يزيدبن الرومار انق قال نار ال
ب في رمضار بثلث وعشرين رنعة )رواه مالك فل المطاء(الخطا
“ Diriwayatkan dari zaid bin ibn Ruman bahwasanya ia berkata:” orang-
orang itu melakukan ibadah malam bulan ramadhan di masa umar bin
khattab RA dengan dua puluh rakaat.14
Dari hadits diatas bisa disimpulkan bahwa Rasullulloh SAW dalam
menjalankan shalat di bulan ramadhan maupun tidak ramadhan adalah tiga belas
13Az-Zabidi , Shahih Al-Bukhari, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1996) hlm 281
14 .Suyadi, Shalat Tarawih, ( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2009 ), hlm 40
9
raka’at dan bisa pula sebelas rakaat, Jadi tidak mutlak sebelas rakat dan tiga belas
rakat.
Imam Ibnu Rusd al-Maliki berkata, “Mereka berselisih pendapat dalam
masalah bilangan rakaat shalat Tarawih pada bulan Ramadhan. Malik memilih
dalam salah satu pendapatnya, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad, dan Dawud (Azh
Zhahiri), bahwa bilangannya adalah 20 rakaat di luar witir. Adapun Ibnu Qasim
mengatakan bahwa Imam Malik berpendapat raakaat tarawih adalah 36, dan
witirnya 3 rakaat.15
Mengenai jumlah Raka’at Shalat tarawih, para ulama’ berbeda pendapat
ada yang mengatakan 8 rakaat di tambah 3 rakaat shalat witir, 20 rakaat di
tambah 3 rakaat shalat witir dan ada pula yang mengatakan 36 rakaat. Imam
Hanafi mengatakan 20 rakaat, Sedangkan dari Imam malik mengatakan 36
Rakaat, Imam Syafii 20 rakaat dan imam hambali juga mengatakan 20 rakaat.16
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas lebih jauh dan
mengkaji secara ilmiah tentang Studi Komparatif Tentang Raka’at Shalat
Tarawih Menurut Imam Madzhab .
B. PENEGASAN JUDUL
15 Ibnu Rusy, Bidayatul Mujtahid,Juz 1 ( Kairo: Dar al salam, 1995 ) hlm 473
16 Abdur Rahman Al- Jaziri , Kitab Shalat Empat Madzhab , ( Jakarta : Hikmah, 2010 ),
hlm 288
10
1. Studi : mempunyai arti kajian, telaah , penelitian ilmiyah.17
2. Komparatif : Perbandingan.18
3. Tentang Rakaat : Suatu bagian dari shalat ( dari ‘itidal hingga duduk
atta-hiyad.19
4. Shalat Tarawih : adalah Shalat malam atau qiyamul lail yang
dilaksanakan pada malam bulan ramadhan.
5. Menurut Imam Madzhab : Imam Madzhab adalah Imam empat yang
madzhabnya di kenal di masyarakat kita, yaitu :
a. Imam Abu Hanifah : Ulama’ yang berasal dari kuffah , lahir pada
masa pemerintah Al-Qolid bin Malik, yang mempunyai nama Abu
Hanifah An-Nukman bin Stabit bin zufi Al-tamimi.
b. Imam Malik : Imam yang lahir di Madinah pada tahun 93 H dan
berasal dari kabilah yamniah, yang memiliki nama asal Abu
Abdullah Malik Annas Al-Ashbbahi.
17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka,1993) hlm 860
18 Tim Prima Press, Kamus Ilmiah Populer , ( :Gita Media ,2006) hlm 256
19 Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Pustaka Agung
Harapan ) hlm 572
11
c. Imam Syafi’i : Imam yang Lahir di Gazza Palestina pada tahun 150
H, yang memiliki nama asal Muhammad bin Idris Asy-Syafii Al-
Quraisyi.
d. Imam Ahmad Bin Hambal : Imam yang lahir di baghdad pada tahun
164 H, yang memiliki nama asal Ahmad bin Hambal Hilalus
Syibani.20
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar balakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam skripsi adalah :
1. Bagaimana pendapat imam madzhab terhadap jumlah raka’at shalat
tarawih ?
2. Bagaimana Analisis Komparatif imam madzhab terhadap jumlah raka’at
shalat tarawih?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pembahasan skripsi ini adalah
sebagai barikut :
1. Tujuan Formal
20 Muhammad Jawad Al- Mughniyah, fiqh lima madzhab , ( jakarta: lentera,1996) hlm
xxv-xxx1
12
Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi program strata satu (S-1) dalam syari’ah dan ilmu
hukum pada fakultas syari’ah Universitas Islam Nahdlatul Ulama’
(UNISNU) Jepara.
2. Tujuan Fungsional
a. Untuk mengetahui Bagaimana pendapat Imam madzhab tentang
jumlah rakaat shalat Tarawih.
b. Untuk mengetahui bagaimana metode istinbath hukum imam
madzhab dalam perbedaan rakaat shalat tarawih.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya
ilmu tentang shalat yang merupakan rukun islam yang kedua, yang sangat
penting terhadap ibadah dan kehidupan.
2. Manfaat praktis
a. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang
dinamis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang di peroleh.
b. memberi jawaban atas pertanyaan yang diteliti.
13
F. TELAAH PUSTAKA
Setelah melakukan kajian pustaka penulis tidak menemukan literatur
yang secara khusus membahas tentang raka’at shalat tarawih menurut imam
madzhab , pembahasan tentang rakaat shalat tarawih masih bersifat umum
dalam sub-sub bab, sehingga penulis berharap penelitian ini menjadi kajian
lebih spesifik.
Syeikh Abdurrahman Al-jaziri yang diterjemahkan oleh Syarif
Hadermansyah dan luqman junaidi dalam kitab fiqh empat madzhab,
menerangkan bahwa rakaat shalat tarawih tidak terbatas delapan saja, sebagai
bukti para sahabat meneruskan shalat tarawih mereka dirumah masing-masing
ketika menjadi khalifah umar berijtihad dengan mendirikan shalat tarawih 20
rakaat, akan tetapi pada masa khalifah umar bin abdul aziz menjadi bertambah
menjadi 36 rakaat. K.H.Muhammad Sholikin dalam bukunya yang berjudul
mukjizat dan misteri lima rukun islam menerangkan adapun jumlah rakaat
shalat tarawih sangat bervariasi, pada masa Nabi dan Abu Bakar ada dua
macam 8 rakaat shalat tarawih dan 3 witir atau 10 tarawih dengan 1 witir,Masa
umar, Usman, Ali dilaksanakan 20 tarawih dengan 3 witir,menurut imam
madzhab kalau imam syafii, hanafi dan hambali menetapkan 20 rakaat,
sedangkan imam malik 36 rakaat. Azhari Akmal Tarigan dalam bukunya yang
berjudul 40 pesan puasa Ramadhan menerangkan jumlah rakaat shalat tarawih
yang dilakukan umat islam indonsesia baik yang 8 rakaat ataupun yang 20
rakaat bahkan lebih dari,sama-sama benar jika dalil yang dipakai adalah hadis
14
sahih yang diriwayatkan oleh imam bukhari yang artinya siapa yang
melaksanakan qiyam ramadhan dengan iman dan ihtisab, akan di ampuni
dosanya yang telah lalu.
G. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan berbagai metode
tertentu, agar penulisan ini memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiyah,
metode ini antara lain :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library
research), dimana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan,
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, karena itu data yang disajikan berbentuk kata-kata dan angka.21
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperolah data yang diperlukan. Dalam penulisan skripsi
ini, penulis melakukan pengumpulan data lewat studi dan penelitian
kepustakaan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan
yang sedang penulis kaji, termasuk di dalamnya adalah referensi kitab-
21 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm 3.
15
kitab klasik, di ambil dari( kitab Bidayatul mujtahid, kitab fiqh empat
madzhab,buku tentang shalat tarawih,bukuPuasa).22
3. Analisis Data
Dalam menganalisis penelitian ini , penulis menggunakan tiga cara
pendekatan ilmiyah, yaitu :
a. Metode Deduktif
Yaitu pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai
suatu teori, dengan kata lain, metode deduktif adalah metode yang
berfikir dengan mengambil apa saja yang di pandang benar pada suatu
peristiwa dalam suatu jenis.23
b. Metode Induktif
Yaitu proses logika yang berangkat dari data empirik lewat
observasi menuju kepada teori, atau dari pengetahuan yang bersifat
khusus untuk di tarik ke sifat umum.24
c. Metode Deskritif
Metode yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan menilai
data yang terkait dengan masalah diatas metode ini digunakan untuk
memahami pendapat dan dasar hukum yang dipakai oleh imam
madzhab tentang perbedaan rakaat shalat tarawih, sedangkan langkah-
22 .Moh Nazir , Metode Penelitian,( Jakarta: Ghalia Indonesia,1998) hlm 211
23 Syaifuddin Anwar, Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm 40
24 Ibid, hlm 40
16
langkah yang digunakan oleh penulis adalah dengan mendeskripsikan
baik yang berkaitan dengan pendapat maupun dasar hukum yang
dipakai.25
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami
penelitian secara sistematis, maka kerangka penulisan disusun sebagai berikut :
a. Bab Pertama : adalah pendahuluan yang terdiri dari enam sub pembahasan.
Pertama Latar belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan
masalah yang diteliti. Kedua penegasan judul, yang di sini di tulis kejelasan
kata kunci yang sangat erat kaitannya dengan penelitian ini. Ketiga
Rumusan masalah, yang merupakan penegasan terhadap apa yang
terkandung dalam latar belakang masalah. Keempat Tujuan dan kegunaan
yang akan dicapai dalam penelitian ini. Kelima tinjauan pustaka, Keenam
Metode penelitian , Metode penelitian meliputi : Jenis penelitian, Metode
pengumpulan data, Analisis data. Ketujuh Sistematika penulisan,
Sistematika penulisan merupakan akhir dari bab ini yang bertujuan
mensistematisir penyusunan penelitian.
b. Bab kedua berisi tentang landasan teori konsep Shalat Tarawih yang terdiri
dari :
25 Ibid, hlm 7
17
Pertama pengertian Shalat tarawih,kedua waktu menjalankan shalat
tarawih, ketiga hukum shalat tarawih , keempat Tata cara shalat tarawih,
kelima Fadhilah shalat tarawih.
c. Bab ketiga Objek kajian memuat tentang biografi Imam madzhab,Istinbat
hukum Imam Madzhab, Pendapat Imam madzhab dan Dasar hukum imam
madzhab tentang raka’at shalat tarawih.
d. Bab keempat Hasil penelitian tentang analisis pendapat imam madzhab
tentang rakaat shalat tarawih, dan Analisis Komparatif tentang perbedaan
raka’at shalat tarawih.
e. Selanjutnya Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran dan
penutup.
top related