bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/27509/1/jiptummpp-gdl-siswanto09... · oleh...
Post on 17-Nov-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya dan laten,
kemiskinan selalu berkaitan dengan minimnya akses hidup yang lebih layak untuk
masyarakat. Berbagai opini yang berkembang selalu satu kata mengenai
kemiskinan sebagai akibat dari pembangunan yang tidak merata. Mahatma Gandi
seorang tokoh sosial asal India mengatakan kemiskinan sebagai bentuk terburuk
dari kekerasan1. Akar kemiskinan setidaknya bisa dilacak dengan dua pendekatan
yakni pendekatan struktural dan kultural.
Pendekatan kultural melihat bahwa dasar kemiskinan karena sifat manusia
yang malas dan spirit untuk bekerja lebih keras lagi. Pikiran manusia yang tidak
kreatif akhirnya kenyataan akan kelayakan hidup lebih baik. Perpaduan antara
sikap malas dan kerja keras inilah yang membuat percepatan ekonomi manusia
menuju taraf yang lebih maju menjadi terhambat. Kultur manusia yang lebih
dominan pada sikap antipati pada kehidupan yang lebih layak menjadikan
kemiskinan sebagai sebuah keadaan yang rumit dan mustahil dirubah. Hal ini
sejalan dengan keyakinan para penganut teori modernisasi yang menyimpulkan
bahwa akar kemiskinan kontemporer terletak pada minim atau bahkan tiadanya
modal kultural manusia pada transformasi corak kehidupan yang lebih modern2.
Masyarakat miskin kurang punya kultur disiplin tinggi, etos kerja tinggi, budaya
malas, orientasi kedalam dan fatalistik, sehingga tidak mampu menjadi
1 Maria Hartiningsih. 2011. Korupsi Yang Memiskinkan. Kompas; Jakarta. Hlm 21
2 Ibid. hlm 165
2
masyarakat transformatif ke sektor modern. Meskipun teori ini banyak dikritik
karena terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan, namun dalam konteks
indonesia bisa berlaku dan dibenarkan.
Pendekatan stuktural yang diwakili oleh kaum strukturalis memandang
bahwa kemiskinan terjadi akibat struktur sistem sosial kehidupan yang eksploitatif
dan tidak adil. Jadi bukan lagi masalah hambatan fisik, kemalasan atau faktor lain
seperti yang diyakini oleh kaum modernis. Kemiskinan jenis ini dikenal dengan
istilah kemiskinan struktural yang artinya kemiskinan yang timbul dari ciptaan
sistem buatan manusia itu sendiri. Struktur tersebut bisa berupa struktur ekonomi,
politik, sosial, dan struktur budaya. Kemiskinan struktural ialah kemiskinan yang
diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu
tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka. Kemiskinan jenis ini secara teoritis terjadi akibat
ketimpangan sosial. Struktur sosial inilah yang berhasil mengurung mereka terus-
menerus dalam kemiskinan, hal seperti ini biasanya tumbuh subur dalam negara
yang korup. Struktur sosial yang hanya menguntungkan segelintir orang atau
pemilik modal menciptakan sebuah situasi kemelaratan dalam masyarakat yang
akut3.
Persepektif ini persis seperti yang dikemukakan oleh penganut teori
Marxian yang melihat kemiskinan sebagai masalah struktural akibat dari struktur
yang ekploitatif4. Dalam iklim kapitalisme yang serakah sistem yang ekplotatis,
3 David Harvey. 2009. Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis. Resist Book: Yogyakarta.
Hlm 25 4 George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Moderen. Terjemahan Alimandan.
Yogyakarta: Prenada Media. Hlm 171
3
sistem sosial tersebut bisa dijumpai dari misalnya maraknya penggusuran, konflik
tanah, korupsi, birokrasi yang korup, dan aneka kebijakan pemerintah yang anti
rakyat miskin. Pembangunan berkelanjutan yang menerapkan prinsip kesetaraan
yang merupakan sumber utama keadilan negara berubah menjadi petaka karena
menempatkan masyarakat miskin menjadi obyek penindasan. Pertumbuhan
ekonomi berdasarkan penafsiran model ini hanya mengejar pertumbuhan ekonomi
yang tinggi namun tidak merata. Sehingga wajar seperti Indoensia walaupun
angka pertumbuhan ekonominya tinggi namun kesenjangan antara si miskin dan si
kaya semakin lebar. Penguasaan aset-aset berharga ekonomi hanya dimonopoli
oleh kelas atas yang masa bodoh dengan kemiskinan.
Fakir miskin merupakan sumber persoalan terbesar setiap daerah karena
berhubungan dengan permasalahan kesejahteraan hidup masyarakat dan sebagai
penghambat keberhasilan pembangunan pemerintah. Kemiskinan merupakan
peristiwa yang kita selalu ditemui di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Dalam kemiskinan nilai kemanusiaan menjadi sia-sia, masa depan
menjadi suram, dan hidup mereka selalu bergulat dengan kekurangan.
Kemiskinan ialah pembodohan terbesar dalam sejarah dan pemerintah harus
bertaggungjawab untuk menangani itu5. Satu hal yang paling sulit dipenuhi dalam
kemiskinan yakni kebahagiaan ekonomi. Kebahagiaan diyakini sebagai momen-
momen indah dalam kehidupan dengan kecukupan standar minimum dasar berupa
kebutuhan sandang, pangan, dan rumah yang layak.
5 Eko Prasetyo. 2008. Kaum Miskin Bersatulah. Resist Book: Yogyakarta. Hlm 29
4
Sebagai negara yang telah merdeka, Indonesia menjadi potret kemiskinan
yang tak pernah selesai diselesaikan. Paham pembangunan yang berkeadilan
seperti dicita-citakan dalam pancasila sebagai landasan bernegara belum mampu
menekan angka kemiskinan pada batas ideal. Ironi kemiskinan dalam negara yang
secara geografi memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Pada tahun 2012
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nasional memperkirakan angka kemiskinan
Indonesia berkisar antara 32, 5 Juta jiwa atau sekitar 12,5% dari total penduduk
nasional6. Angka yang sungguh mencengangkan dan pemerintah terkesan lepas
tanggungjawab. Padahal dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dengan
tegas menyatakan bahwa kaum miskin merupakan tanggungjawab pemerintah.
Dengan hadirnya otonomi daerah memberikan harapan baru dalam
penyelesaiaan fenomena kemiskinan. Semangat otonomi daerah yang membangun
pembangunan masyarakat secara utuh, mengharuskan persoalan kemiskinan
menjadi prioritas. Kehadiran otonomi daerah setidaknya menambah optimisme
masyarakat miskin untuk memperoleh perbaikan nasib atau keluar dari jurang
kemiskinan, sebuah impian yang dari dulu diinginkan. Dalam otonomi daerah
kemiskinan mutlak harus segera disudahi. Otonomi daerah adalah kesepakatan
politik yang diciptakan agar kemajuan di daerah bisa terwujud dengan baik.
Logika ini bisa memperkuat anggapan sebagian orang yang optimis dengan
keyakinan bahwa otonomi daerah identik dengan kemajuan.
Otonomi daerah memiliki beberapa keunggulan seperti otonomi daerah
akan memperkuat sarana demokratisasi di daerah, Otonomi daerah dapat
6 Kompas, 10 Januari 2013
5
membantu meningkatkan kualitas dan efisiensi pemerintahan, Otonomi daerah
dapat mendorong stabilitas dan kesatuan nasional dan Otonomi daerah
memajukan pembangunan daerah7. Maka wajar jika kehadiran otonomi daerah
sangat diharapkan dalam membuka harapan kesejahteraan yang lebih manusiawi.
Berbagai nada optimisme di atas lahir dari sikap protes mereka para pengagum
otonomi daerah terhadap sentralisasi kekuasaan yang penuh ketimpangan.
Sentralisasi kekuasaan yang berhasil menciptakan kegaduhan politik yang
mengendap pada jaman orde baru yang kemudian ketika sudah memuncak
berhasil mencipatakan instabilitas politik. Jatuhnya rezim orde baru juga sedikit
banyak disebabkan oleh hal tersebut.
Genderang otonomi daerah seolah-olah pertanda kemerdekaan. Pada saat
ini kehadiran otonomi daerah serasa pelipur lara daerah-daerah yang selama ini
kurang mendapat perhatian. Gejolak sosial yang telah lama mengendap kini bisa
diatasi dengan otonomi daerah. Perspekif ini menjadi semangat integrasi yang
sedemikian hebatnya, terjadi di daerah-daerah akibat distribusi pembangunan
yang tidak merata.
Tujuan pemerintah memberikan otonomi daerah ialah demi mempermudah
akses masyarakat pada kesejahteraan8. Semakin dekatnya jalur birokrasi
diharapkan mempercepat pembangunan di daerah. Sarana demokratisasi akan
berjalan beriringan dengan reformasi birokrasi dan layanan publik yang benar,
pengentasan kemiskinan dan kesehatan yang tepat sasaran serta penciptaan
7 Said, Mas’ud. 2008 (cet 2). Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang : UMM Press. Hlm
22 8 Bungaran Antonius Simanjuntak (ed). 2011. Otonomi Daerah, Nasionalisme, dan Masa Depan
Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor. Hlm 241
6
stabilitas politik yang mengakar. Dengan kemandirian yang diberikan, daerah
diberikan keleluasaan memaksimalkan potensi lokalnya dalam memajukan
daerahnya masing-masing.
Salah satu harapan besar otonomi daerah ialah mengentaskan kantong-
kantong kemiskinan yang tersebar disegala penjuru daerah. Otonomi daerah
memiliki keperdulian untuk menciptakan lingkungan hidup bersama bebas dari
kemiskinan. Sebuah transformasi ideal melalui pelaksanaan praktek otonomi
daerah yang pastinya bersahabat pada kaum miskin. Peran daerah yang produktif
dalam menyusun kerangka kebijakan kesejahteraan yang menggerakan kekuatan
ekonomi masyarakat agar terbebas dari jeratan kemiskinan. Inilah cita-cita ideal
otonomi daerah yang secara nyata masih sebatas utopia.
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan rangkaian proses otonomi
daerah yang telah dijalankan ialah melalui angka kemiskinan. Pemaknaan ini sah-
sah saja dilakukan sebagai penunjuk keseriusan pemerintah daerah dalam
memenuhi layanan dasar masyarakatnya. Kemiskinan menjadi ukuran
pembangunan di daerah yang paling mendasar karena berkaitan langsung dengan
kesejahteraan masyarakat. Dalam arti singkatnya keberhasilan pembangunan
daerah sangat bergantung pada kemajuan pemberantasan kemiskinan di daerah.
Maka, indikator ini perlu diukur secara cermat agar terlihat jelas dalam mengukur
keberhasilan program pembangunan di daerah.
Pengingkaran pemerintah daerah terhadap masalah kemiskinan adalah
kejahatan politik. Jenis kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang
memiliki kuasa dan otoritas. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang otoritas
7
yang dimaksud. Rasa berlebihan pada kekuasaan yang dipegang memunculkan
keserakahan dan upaya mengendalikan kekuasaan secara terus-menerus dan
berlebihan. Pemerintah yang dikuasai oleh elit-elit yang menggunakan
kewenanganya bukan untuk kemaslahatan rakyatnya namun demi kepentingan
sendiri. Kejadian seperti ini bisa kita saksikan secara nyata dari banyaknya
birokrasi di daerah yang terjebak kasus korupsi dan masalah kemiskinan yang
tidak pernah tuntas justru makin kompleks saja.
Kemiskinan kerap diasumsikan sebagai kesulitan manusia dalam
mengakses kebutuhan–kebutuhan dasarnya secara layak. Kemiskinan menjadi
penyiksaan sistematis manakala pemerintah daerah yang sebetulnya memiliki
kekuasaan justru diam seribu bahasa. Kalaupun ada program yang dilakukan
untuk mengentaskan kemiskinan hanya bersifat karitatif, simbolis, dan setengah
hati. Pembenaran yang dipakai oleh pemerintah biasanya berpijak pada logika
formalistik berupa kekurangan dana misalnya. Padahal jika dana daerah dikelola
secara benar maka pengentasan kemiskinan akan dengan sendirinya menjadi
efektif. Kemiskinan biasanya ketika masuk ranah politik dalam logika pemerintah
daerah yang korup menjadi komoditas politik yang dieksploitasi. Eksploitasi
kemiskinan biasanya berupa pembiaran pada nasib kaum miskin, anggaran
kemiskinan yang dikorupsi. Akhirnya munculah kesenjangan yang begitu besar
antara simiskin dan si kaya. Kesenjangan tersebut menandakan distribusi keadilan
pembangunan sangat tidak merata.
Kabupaten Kutai Timur merupakan daerah otonom yang berdiri tahun
1999. Secara geografis dan potensi alam daerah ini tergolong daerah yang kaya
8
akan sumberdaya alam seperti tambang Batu Bara, Minyak Bumi dll. Maka,
dengan logika yang sederhana persoalan kemiskinan di Kutai Timur semestinya
dapat diurai dengan baik. Dengan kemampuan dana yang cukup memadai
sekiranya dengan mudah disusun rekayasa kebijakan pengentasan kemiskinan
melalui pemberdayaan ekonomi dan sosial. Tinggal bagaimana kepedulian
pemerintah saja. Sebab pembangunan berkelanjutan khususnya tentang
kemiskinan tidak mungkin terjadi tanpa adanya komitmen kuat dari pemerintah
yang menuntut perhatian, keberanian, kehendak dan kemampuan
mengorganisasikan seluruh aparatur daerah dengan baik9. Menghidupkan sebuah
harapan akan terbebas dari himpitan kemiskinan di Kutai Timur perlu dinyatakan
sebagai sebuah langkah yang revolusioner. Walaupun sumberdaya dana yang
cukup memadai sekitar 2 Triliun lebih pada tahun 201210
, namun menghapus
virus kemiskinan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba dan cepat. Diperlukan
langkah jangka panjang secara sistematis dan berkelanjutan agar proses kebijakan
yang diambil bisa berjalan dengan efektif.
Sebagai daerah yang berkembang Kabupaten Kutai Timur memandang
persoalan kemiskinan menjadi persoalan yang ironis karena terjadi pada daerah
yang secara ekonomi relatif mapan. Dengan demikian upaya-upaya
meniminamilisir angka kemiskinan perlu dimaksimalkan. Kerangka kebijakan
yang berpijakk pada perhatian serius akan nasib kaum miskin sangat dibutuhkan.
Jadi kaum miskin bukanlah komoditas ekonomi yang dianggap sebagai ajang
mencari keuntungan. Mereka bukanlah penyakit sosial yang harus dibenci.
9 Tim Peneliti PSIK Universitas Paramadina. 2008. Negara Kesejahteraan & Globalisasi.
Jakarta:PSIK. Hlm 285 10
Dokumen APBD Kutai Timur 2012
9
Mereka adalah bagian dari masyarakat yang harus diberdayakan dan dihapuskan.
Memberdayakan mereka secara tepat otomatis akan mengangkat perekonomian
daerah secara nyata.
Menghapus kemiskinan di Kutai Timur seperti telah diulas sebelumnya
membutuhkan waktu yang panjang. Pada tahun 2011 Angka kemiskinan Kutai
Timur sekitar 8,03%, angkanya cenderung turun setiap tahun yakni tahun 2008
sebesar 11,59%, 2009 sebesar 9,3%, dan 2010 sebesar 8,62%. Dinas Sosial
sebagai lembaga yang bertugas pada wilayah itu memilki tugas yang berat11
.
Kemiskinan merupakan fakta sosial yang selalu muncul dalam kehidupan.
Kemiskinan merupakan efek alami dari pembangunan. Pembebasan manusia
Kutai timur dari kemiskinan merupakan cerminan penyelenggaraan daerah yang
adil. Meski hanya sebagai kaum yang kadang dianggap tak memiliki nilai
malahan justru jadi beban, kaum miskin di Kutai Timur tetaplah identitas daerah
yang mutlak diperhatikan secara serius.
Selama ini dalam kurun waktu empat tahun yakni antara tahun 2008-2011
Pemerintah Kutai Timur sudah memperlihatkan keseriusan pada upaya
pengentasan kemiskinan. Rentang waktu empat tahun ini ideal untuk
mengevaluasi program pembangunan kesejahteraan di Kutai Timur. Keseriusan
tersebut bisa terlihat dari beberapa terobosan seperti pelaksanaan paket ekonomi
terpadu buat masyarakat miskin dan pemberian rumah singgah bagi anak jalanan.
Kebijakan lain masih tetap dilakukan Pemerintah Kutai Timur. Skema tersebut
telah berjalan cukup lama dan menampakan hasil yang secara statistik bisa
11
Selayang Pandang Kutai Timur 2012. Sekretaris Daerah Bidang Hubungan Masyarakat Pemkab
Kutai Timur.
10
dianggap baik. Namun kemiskinan bukanlah masalah statistik, apalagi terkadang
statistik bisa menipu. Faktanya dibeberapa tempat kemiskinan masih tetap ada dan
justru malah lebih akut. Menurut pemerintah melalui angka statistik kemiskinan
yang terus turun dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, program-program
tersebut setidaknya sudah cukup mampu menekan angka kemiskinan di Kutai
Timur yang bisa direkam dari presentasi angka kemiskinan di Kutai Timur
semakin tertekan.
Sebagai masyarakat akademis diperlukan sebuah analisa kritis yang
komprehensif untuk menguji klaim keberhasilan tersebut. Jangan sampai klaim
tersebut tidak berdasar dan hanya sebagai pencitraan belaka. Maka melakukan
penelitian mengenai kebijakan yang menyangkut terobsan–terobosan yang
dilakukan pemerintah Kutai Timur (Dinas Sosial) dalam pengentasan kemiskinan
menjadi menarik dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kutai Timur
dalam menangani kemiskinan dalam kurun waktu 2008-2011?
2. Apa saja faktor pendukung & pengambat kebijakan Dinas Sosial Kutai
Timur dalam menyelesaikan masalah kemiskinan?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis peran Dinas Sosial Kutai
Timur dalam menyelesaikan persoalan rumitnya kemiskinan yang dari tahun
ketahun fenomenanya semakin kompleks saja, serta mengetahui faktor pendukung
11
& pengambat kebijakan Dinas Sosial Kutai Timur dalam menyelesaikan masalah
kemiskinan.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara praksis, penelitian ini diharapkan bermanfaat secara pribadi
bagi penyusun dan orang-orang lain yang memiliki kepentingan
yang serupa sehingga lahir sebuah kesadaran baru yang mengenai
pentingnya menyelesaikan persoalan kemiskinan didaerah.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan menambah refensi
ilmiah untuk kepentingan pengetahuan. Tidak terbatas pada
mahasiswa saja namun terbuka kepada siapa saja yang memiliki
concern pada isu-isu kemiskinan yang tentunya membutuhkan
solusi yang tepat. Masukan ini juga diharapakan memberi
tambahan solusi pada pemerintah Kutai Timur agar lebih maksimal
lagi dalam menangani kemiskinan di Kutai Timur.
E. Definisi Konseptual
1. Kebijakan
Kebijakan dipandang sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu.
Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh
pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi
berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat.
Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah
untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan
12
sesuatu maupun untuk melakukan tidakan tertentu. Dalam konteks ini kebijakan
publik bisa dimaknai sebagai respon politik pemerintah terhadap beberapa
fenomena sosial politik yang terjadi. Kebijakan publik merupakan sebuah pilihan
rasional mengenai sebuah hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak/
masyarakat.
2. Kemiskinan dan pengentasanya
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan
dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
13
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar;
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah
sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per
kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai
pekerja miskin yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik,
namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
14
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang
miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak
zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang
dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan,
termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara
langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan
bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih
mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan,
atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan.
F. Definisi Operasional
Sering dikenal sebagai proses yang dilakuan oleh peneliti untuk mengurangi
tingat abstraksi konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur dengan jelas12
.
Operasional dalam judul penelitian ‘’Kebijakan Pemerintah Daerah Kutai Timur
Dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur
Periode 2008-2011)’’ adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Pengentasan Kemiskian di Kutai Timur. Dalam kebijakan
terkandung cara-cara atau mekanimse kerja yang teratur untuk menyelesaikan
persoalan kemiskinan di Kutai Timur. Dinas Sosial dalam Pengentasan
kemiskinan membutuhkan kebijakan yang jitu agar kemiskinan dapat betul-
12
Zulganef, 2008, Metode Penelitian Sosial dan Bisnis, Yogyakarta, Garaha Ilmu, Hlm. 84
15
betul ditekan. Kebijakan yang dimaksud hendaknya bersifat menyeluruh dan
terpadu. Agar persoaan kemiskinan dapat terselesaikan dengan baik.
Kebijakan yang baik hendaknya mampu memberdayakan kaum miskin untuk
lebih mandiri agar tidak terlalu bergantung pada pemerintah selanjutnya.
Melalui kebijakan yang digunakan juga dapat dievaluasi mengenai tingkat
keberhasilan pembangunan masyarakat miskin selama ini di Kutai timur. Ada
beberapa strategi yang dipakai seperti pemberian ekonomi terpadu, rumah
singga buat kaum miskin, pelatihan skill kerja dan lain-lain. Beberapa
kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kutim melalui Dinas Sosial dan
maupun instansi-instansi lainya yakni :
1) Alokasi Anggaran Pendidikan 20%.
2) Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Melalui Grand Strategi
Gerdabangagri.
3) Puskesmas 24 jam untuk seluruh kecamatan.
4) 1 genset 1 desa.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari program pemerintah Kutim ialah :
1) Faktor Pendukung :
a) Kemauan dan kesiapan aparatur birokrasi.
b) Dukungan akademisi dan tokoh masyarakat dan lain-lain.
c) Respon masyarakat yang tergolong aktif.
2) Faktor Penghambat :
a) Ketersediaan dana
16
b) Kendala data
c) Keterbatasan kesempatan kerja
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi menyeluruh dan mendetail untuk dapat
menemukan data yang diperlukan, sehingga ada kontiniusitas dalam satu kesatuan
utuh dan konsisten antara metode yang digunakan13
.
Metode penelitian juga pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang
dimaksud berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.14
Maka penelitian ini berusaha menelaah dengan data yang sebisa mungkin
valid dan lengkap tentang Kebijakan Dinas Sosial Kutai Timur dalam
Pengentasan Kemiskinan di Kutai Timur.
H. Jenis Penelitian
Metode penelitian deskriptif dengan maksud berusaha untuk memberikan
gambaran keadaan obyek atau permasalahan tanpa ada maksud membuat
kesimpulan atau generalisasi. Gambaran tersebut dikolaborasi dengan teori-teori
yang memadai agar diperoleh analisas kritis yang seilmiah mungkin tanpa
bermaksud mengklaim ini sebagai kebenaran tunggal15
.
13
Soheartono, Irawan, 2008, Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya, Hlm. 70 14
Sugiyono, 2009 (ed 8), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta.
Hlm. 2 15
Endang Poerwanti,1998, Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah, Malang, UMM Press, Hlm. 27
17
I. Teknik Pengambilan Data
Menurut Irawan Soehartono, teknik pengambilan data ialah upaya khusus
yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang menunjang penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data penunjang
yakni16
1. Observasi
Observasi ialah kegiatan pengamatan tanpa harus mengajukan pertanyaan
untuk mendapatkan data-data yang terukur. Observasi bisa memberikan
data yang diperoleh ialah data segar dalam arti data yang dikumpulkan
diperoleh dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku serta keabsahan alat
ukur dapat diketahui langsung.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun
tidak langsung. Wawancara memiliki keuntungan berupa kita dapat
mengecek langsung kebenaran jawaban responden dengan mengajukan
pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik
responden.
16
Irawan Soehartono, 2008 (ed 7), Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosdakarya, Hlm.
67-71
18
3. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai
macam, tidak hanya dokumen resmi.
J. Subyek Penelitian
Subyek penelitian berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap
relevan dalam artian mampu memberikan informasi secara lengkap dan ilmiah
mengenai penelitian yang dilakukan. Sebab itu, penelitian ini mengambil subyek
penelitian sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Sosial Kutai Timur dengan asumsi bahwa
narasumber ini cukup kompeten dan tepat untuk mampu
memberikan sumber informasi yang akurat dan tepat.
2. Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kutai Timur
3. 2 orang Akademisi, yang nantinya diharapkan memberikan
landasan teoritis yang diterjemahkan dalam analisa kritis, obyektif
dan netral mengenai judul penelitian yang dilakukan. Akademisi
yang notabene memiliki pengetahuan yang mumpuni akan sangat
berperan terhadap analisa fenomena melalui keakuratan data yang
dielaborasi dengan teori yang memadai. Sebagai perbandingan dan
menambah khazanah pengetahuan yang telah dianalisa maka
dipilih 1 orang akademisi yang memang benar-benar menaruh
perhatian lebih pada judul penelitian yang dilakukan.
19
4. Tokoh Masyarakat yang nantinya bisa memberikan gambaran
netral tentang fenomena kemiskinan di Kutai Timur.
5. Lima (5) Rumah tangga miskin yang diasumsikan menjadi obyek
prorgam pengentasan kemiskinan dari pemerintah.
K. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai Timur kemudian untuk
lebih mendetail peneliti melakukan penelitian langsung Dinas Sosial Kutai
Timur dan lokasi lain yang dianggap perlu di Kutai Timur.
L. Sumber Data
1. Data Primer
Ialah dokumen yang didapatkan langsung dari obyek penelitian atau yang
secara langsung mengalami peristiwa yang akan diteliti. Sumber data
primer memiliki kekuatan karena diperoleh secara langsung oleh
narasumber sehingga keakuratan datanya bisa terjamin.
2. Data Sekunder
Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer atau
lebih melengkapi data penelitian. Data sekunder bisa didapatkan dari
buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, koran, internet atau sumber-
sumber lain yang kira-kira bisa memberikan penjelasan tambahan
mengenai penelitian yang dilakukan.
20
M. Analisis Data
Analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Penelitian ini menggunakan beberapa model analis data yang bertujuan
menguraikan data secara sistematis dalam penyajian yang sederhana agar mudah
dipahami dalam pengambilan kesimpulan selanjutnya. Penelitian ini memakai
analisis data kualitatif dengan tetap menyertakan teori-teori pendukung sebagai
bahan analisis kritisnya. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi sebagai
berikut:
1. Reduksi data, yaitu proses menganalisa data dengan jalan mempertegas
dan mempertajam sajian data yang terkumpul dengan judul penelitian
sebagai batasanya. Reduksi data juga bermaksud melakukan proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang
tidak perlu dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi17
.
2. Display Data, yakni sekumpulan informasi yang disusun dalam kerangka
sistematis yang berfungsi memberikan kemudahan bagi peneliti dalam
menarik kesimpulan berdasarkan logika ilmiah dan obyektif.
17
http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 10 November
2012 pukul 07.57 Wib.
21
3. Pegambilan Keputusan yakni proses penemuan benang merah lewat
pemahaman yang utuh dan komprhenesif tentang penelitian yang
dilakukan. Hal ini penting agar data yang diperoleh semakin mudah
dipahami serta ada arah jelas mengenai kemana penelitian ini akan
diarahan secara fokus.
top related