bab i pendahuluan - opac - online public access...
Post on 12-Oct-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang tertuang dalam Ketentuan Umum Undang Undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal,oleh karena itu kegiatan angkutan di perairan tidak terlepas atau sangat erat kaitannya dengan kepelabuhanan dan dukungan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran. Angkutan laut merupakan salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan sebagai sarana mobilitas dan penggerak pembangunan ekonomi nasional. Bahkan di sebagian wilayah Indonesia, kapal merupakan satu-satunya sarana transportasi yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia luar. Potensi yang besar ini sangat bermanfaat apabila dibarengi dengan jaminan terhadap keselamatan dan keamanan serta sarana dan prasarana yang menunjang. Namun, potensi dan peran transportasi laut belum sepenuhnya didukung oleh sistem keselamatan dan keamanan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang memadai. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menunjukkan bagaimana pentingnya jasa pelayanan transportasi untuk segera dibenahi, mengingat pelayaran adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Dengan demikian aspek angkutan perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran merupakan prioritas utama bagi pemerintah untuk dapat memfasilitasinya dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada pengguna jasa termasuk hal unsur pembinaan, penanganan dan pengawasannya. Oleh karena itu diperlukan suatu kriteria agar kegiatan yang terkait dengan angkutan perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran dapat berjalan dengan lancar, efisien, efektif, terpadu dan maksimal, sehingga pada akhirnya selalu mendapat kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa pelayanan transportasi laut.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 2
B. PERUMUSAN MASALAH
Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : “sejauhmana kondisi kriteria di bidang pelayaran menunjang pelayanan dalam mewujudkan keamanan dan keselamatan pelayaran ?”
C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Maksud studi adalah menganalisis dan mengevaluasi kebijakan kriteria di bidang pelayaran saat ini. Tujuan studi adalah menyusun 10 rancangan kriteria di bidang pelayaran.
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam studi ini, agar lebih terarah dan fokus pada subtansi studi, maka dapat dirumuskan beberapa langkah untuk mendukung kegiatan studi, meliputi: 1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan
non komersial; 2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan; 3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari
dan 7 hari dalam seminggu; 4. Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas,
angkutan curah cair, curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro;
5. Kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;
6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;
7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan; 8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian
tangki kapal; 9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai
pembuangan limbah dari kapal laut; 10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk
bangunan atau instalasi di laut.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Studi ini diharapkan menghasilkan suatu rekomendasi rancangan penyusunan kriteria di bidang pelayaran. Diharapkan dapat pula dimanfaatkan oleh Kementerian Perhubungan Cq Ditjen Perhubungan Laut (regulator), operator, stakeholders pelayaran, dan masyarakat.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA KERJA
Adapun kerangka kerja yang dipergunakan mengacu pada pendekatan : 1. Diagnostic research atau perscriptive research, yaitu penelitian
untuk mengidentifikasi aspek-aspek kriteria di bidang pelayaran yang perlu disusun konsep kriteria, sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan transportasi laut;
2. Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis data-data yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kriteria dalam pelaksanaan di bidang pelayaran.
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Penelitian
TARGETING KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KONDISI AKTUAL
RANCANGAN KRITERIA DIBIDANG PELAYARAN
STRATEGI PENETAPAN
KRITERIA
UJI PUBLIK RANCANGAN
KONSEP KRITERIA
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 4
B. POLA PIKIR STUDI
Pola pikir studi ini dimulai dengan perlunya pemetaan, kodefikasi unsur-unsur kriteria di bidang pelayaran. 1. Input
Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan masyarakat.
2. Proses (Transformasi) Proses dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Subyek
Merupakan instansi yang menangani perumusan kriteria dibidang pelayaran yaitu Kementerian Perhubungan CQ Ditjen Perhubungan Laut.
b. Obyek Obyek adalah stakeholders pelayaran, dan masyarakat.
c. Metoda Pendekatan teori yang diambil untuk menjawab atau membahas variabel penelitian menggunakan pendekatan metode analisis deskriptif komparatif dan analisis AHP.
3. Instrumental input dan Environmental Input Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran. a. Output
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang pelayaran.
b. Outcome Tersedianya konsep rancangan terkait dengan perumusan kriteria dibidang pelayaran.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 5
SUBYEK
ENVIRONMENTAL INPUT
FEED BACK
INSTRUMENTAL INPUT
OBYEK METODA
Kondisi Geografis, existing, aktual
INPUT
Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan
ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan
masyarakat
� Ditjen Perhubungan Laut Stakeholders
� Masyarakat � Pelindo � Otoritas Pelabuhan � Syahbandar � Distrik Navigasi � UPP
Kriteria di Bidang Pelayaran
� Metode deskriptif komparatif
� Metode Fishbone � Analisis AHP
UU NO. 17 TAHUN 2008, PP NO. 22 TAHUN 2011, PP NO. 21 TAHUN 2010, PP
NO. 20 TAHUN 2010, PP NO. 5 TAHUN 2010, PP NO. 61 TAHUN 2009,
PERMENHUB NO. 25 TAHUN 2011, PERMENHUB NO. 26 TAHUN 2011
OUTPUT
OUTCOME
Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi
perumusan kriteria di bidang pelayaran.
Tersedianya Konsep rancangan kriteria di bidang
pelayaran
Gambar 2.2 : Pola Pikir Studi
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 6
C. ALUR PIKIR PEMECAHAN MASALAH
Dari pola pikir studi, proses analisis studi dapat diperjelas pada alur pikir pemecahan masalah sebagai berikut.
Gambar : 2.3. Pola Pikir Penyelesaian Studi
TARGETING
1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial;
2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan;
3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu;
4. Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair ,curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro;
5. Kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;
6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;
7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan;
8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal;
9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal laut;
10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.
CONTENT ANALYSIS
IDENTIFIKASI PERATURAN INVENTARISASI PERATURAN
PEMETAAN KRITERIA KODEFIKASI KRITERIA
TELAAH LITERATUR
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
RANCANGAN KONSEP 10 (SEPULUH) KRITERIA
PELAYARAN
KONDISI KRITERIA SAAT INI
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 7
Alur pikir studi dimulai dengan content analysis yang meliputi inventarisasi peraturan perundang-undangan, pemetaaan kondisi aktual dan existing, kodifikasi kriteria, serta telaah literatur, untuk merumuskan targeting 10 kriteria di bidang pelayaran. Kemudian dilakukan analisi dan pembahasan, dengan pembandingan dengan kondisi kriteria saat ini.
Dengan adanya pemetaan antara input dan output yang dihasilkan dapat dilakukan perumusan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran.
D. METODE ANALISIS DATA
1. Metode Fishbone Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram.
2. Analytic Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.
3. Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain : a. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan.
b. Comparative Judgement Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.
c. Synthesis of Priority Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 8
d. Logical Consistency Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang .
e. Analisis Deskriptif Komparatif
Analisis deskriptif komparatif adalah analisis yang bersifat memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta data-data yang diperoleh dari Syahbandar, Otoritas Pelabuhan, Distrik Navigasi dan Ditjen Perhubungan Laut
2. Metode Pengumpulan Data Primer
Data primer berupa kuesioner yang diisi oleh responden. Indikator dan variabel-variabel yang digunakan meliputi kegiatan-kegiatan dalam kriteria di bidang pelayaran.
3. Desain Kuesioner Secara umum desain kuesioner dapat disampaikan pada tabel berikut. Sedangkan untuk kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 2.1 Kebutuhan Data
No Kebutuhan Data Responden
1 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial
Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo
2 Data dan informasi terkait kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan.
Dit. Lala/otoritas pelabuhan
3 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu
Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP
4 Data dan informasi terkait kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering , kapal penumpang dan kapal RoRo
Dit.Pelpeng/Dit.Lala /otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 9
No Kebutuhan Data Responden
5 Data dan informasi terkait kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan
Dit. Pelpeng/Dit. Lala
6 Data dan informasi terkait kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri
Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo
7 Data dan informasi terkait kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersikan.
Dit.Pelpeng/Dit.Nav/ otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo
8 Data dan informasi terkait kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal
Dit. Kapel/Galangan kapal
9 Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut.
Dit.Pelpeng/otoritas pelabuhan/Syahbandar/Pelindo
10 Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.
Dit.Pelpeng/Dit. Nav/otoritas pelabuhan/Syahbandar
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 10
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA PRIMER
Pengumpulan data primer berisi opini responden terhadap tingkat kepentingan dari setiap aspek kriteria dengan menggunakan skala likert 1-9 dan bobot dari setiap aspek yang diukur. Responden berasal dari kantor otoritas pelabuhan utama, kantor syhabandar utama, kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan, pelindo serta beberapa perusahaan pelayaran pada 4 (empat) pelabuhan yang menjadi obyek survey. Hasil pembobotan setiap pengumpulan data digambarkan dalam diagram dibawah ini .
1. Kriteria Pelabuhan Yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial
Gambar 3.1. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria pelabuhan yang diusahakan secara komersial
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 11
Gambar 3.2. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria pelabuhan yang diusahakan secara non komersial
2. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan
Gambar 3.3 Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Trayek Angkutan Laut
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 12
Gambar 3.4. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Lintas Penyeberangan
3. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu
Gambar 3.5. Diagram Pembobotan Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 13
4. Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Petikemas, Angkutan Curah Cair, Curah Kering, Kapal Penumpang, Kapal Ro-Ro
Gambar 3.6. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Petikemas
Gambar 3.7. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 14
Gambar 3.8. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal Penumpang
Gambar 3.9. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal RoRo
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 15
5. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan (dry port) yang Dapat Berfungsi sebagai Pelabuhan
Gambar 3.10. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan
6. Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri
Gambar 3.11. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 16
Gambar 3.12. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Administrasi
Gambar 3.13. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Ekonomi
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 17
Gambar 3.14. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Gambar 3.15. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Teknis Fasilitas Kepelabuhanan
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 18
Gambar 3.16. Diagram Pembobotan Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri Berdasarkan Aspek Lainnya
7. Alur Pelayaran Yang Dapat Dikomersialkan
Gambar 3.17. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersialkan
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 19
8. Kriteria Badan Usaha yang Dapat Bergerak Di Bidang Pencucian Tangki Kapal
Gambar 3.18. Diagram Pembobotan Kriteria Badan Usaha Yang Dapat Bergerak di Bidang Pencucian Tangki Kapal
9. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut
Gambar 3.19. Diagram Pembobotan Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 20
10. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Dimanfaatkan untuk Bangunan atau Instalasi Di Laut
Gambar 3.20. Diagram pembobotan setiap aspek yang dinilai menjadi kriteria lokasi perairan untuk Bangunan/Instalasi di Laut.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 21
.
Keselamatan dan
keamanan pelayaran
Pengelola
Dan SDM
Kesiapan Fasilitas
pokok Fasilitas
Pendukung
Troughput
Terminal
Penumpang
Bunker Service
Water Supply
Listrik Kriteria
pelabuhan yang
diusahakan
secara komersil
Fasilitas
telekomunikasi
Alur
Instansi lain di
pelabuhan , seperti BC,
karantina, imigrasi
Perbankan
Dermaga
Dukungan
sektor lain
Aksesibilitas ke
pelabuhan
Gudang/ lapangan
Penumpukan
Pelayanan
Meteorologi
Sarana/transportasi
darat (truk, KA)
Ketersediaan
akses jalan/KA
SDM
operasional
TKBM
Petugas keamanan Pelayanan
Pemanduan
Arus kapal
Arus penumpang
Arus barang
Fasilitas SBNP Pemadam
Kebakaran
Badan Usaha
Pelabuhan
Keselamatan dan
keamanan pelayaran
Pengelola
Dan SDM
Kesiapan Fasilitas
pokok
Fasilitas
Pendukung
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. KRITERIA PELABUHAN YANG DAPAT DIUSAHAKAN SECARA KOMERSIAL DAN NON KOMERSIAL
1. Pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial
Gambar 4.1. Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersil
Tabel 4.1. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan Secara Komersial
No. Kriteria Pelabuhan Komersial Bobot (%)
1 Memiliki fasilitas dermaga 7,979
2 Memiliki gudang 7,979
3 Memiliki lapangan penumpukan 7,100
4 Memiliki terminal penumpang 7,979
5 Memiliki fasilitas pemadam kebakaran 7,979
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 22
No. Kriteria Pelabuhan Komersial Bobot (%)
6 Memiliki fasilitas bunker 6,037
7 Memiliki fasilitas gudang untuk barang berbahaya dan beracun
5,940
8 Memiliki fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan SBNP
5,424
9 Memiliki kawasan perkantoran 5,256
10 Memiliki instalasi air bersih, listrik, dan perhotelan 5,256
11 Memiliki fasilitas umum lainnya 4,294
12 Memiliki kolam pelabuhan untuk sandar dan olah gerak kapal
7,979
13 Dikelola oleh badan usaha pelabuhan yang memiliki kompetensi di bidang kepelabuhanan
6,379
14 Memiliki fasilitas telekomunikasi 7,649
15 Didukung oleh SDM di bidang kepelabuhanan yang bersertifikat
6,769
Total 100,000 Sumber : Data primer (diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersil dengan urutan sebagai berikut: a. Terdapat fasilitas dermaga dan fasilitas pendukungnya di dermaga
termasuk alat bongkar muat yang sesuai dengan peruntukannya; b. Fasilitas darat yang dimiliki pelabuhan dapat mendukung operasional
pelabuhan, antara lain gudang terbuka dan tertutup, lapangan penumpukan untuk kontainer, curah, cair dan terminal penumpang;
c. Fasilitas perairan yang dimiliki pelabuhan dapat mendukung operasional pelabuhan, antara lain kapal pandu/ tug boat, perambuan dan SBNP, alur laut, kolam pelabuhan dan fasilitas lainnya yang diperlukan pelabuhan;
d. Fasilitas pencegahan dan penanggulangan bencana, seperti pemadam kebakaran, ambulan, pengelolaan tumpahan minyak dan sistim komunikasi dalam keadaan bahaya;
e. Fasilitas bunker, air, dan ketersediaan listrik yang dapat digunakan untuk kebutuhan operasional pelabuhan maupun pelayanan kepada kapal;
f. Memiliki fasilitas pendukung perkantoran, rumah ibadah, kantin dan dukungan instansi lain yang terkait, seperti perbankan, bea dan cukai, imigrasi, karantina dan forwaders untuk mendukung operasional pelabuhan;
g. Memiliki SDM yang mempunyai kompetensi pengelolaan pelabuhan yang memadai dan diberikan pelatihan secara periodik;
h. Dikelola oleh badan usaha pelabuhan yang memiliki izin dibidang pelabuhan dari instansi yang berwenang.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 23
Pelayanan angkutan
barang dan penumpang
daerah terpencil
Rute non reguler/
perintis
Kriteria pelabuhan
yang diusahakan
secara non
komersil
Fasilitas
telekomunikasi
Alur
Dermaga
Keselamatan dan keamanan
pelayaran
SDM
Fungsi Pelayanan
Pelabuhan
Aksesibilitas ke
pelabuhan
Fasilitas pokok
Gudang / lapangan
Penumpukan
SBNP
Sarana/transportasi
darat (truk, KA)
Ketersediaan akses
jalan/KA
SDM operasional
pelabuhan rintah
SDM Bongkar Muat
Petugas keamanan Pelayanan
Pemanduan
Troughput/Volume
skala kecil
Arus kapal
Arus penumpang
Arus barang
Breakwater
Transportasi antar
kota/ kabupaten
2. Pelabuhan yang dapat diusahakan secara non komersial
Gambar 4.2. Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Diusahakan Secara Non Komersil
Tabel 4.2. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan Secara Non Komersial
No. Kriteria Pelabuhan Non Komersial Bobot (%)
1 Memiliki fasilitas tambat 16,790
2 Berfungsi melayani penumpang dan barang antar kecamatan dalam kabupaten/kota
13,933
3 Memiliki kondisi perairan yang terlindung dari gelombang 16,342
4 Volume kegiatan bongkar muat berskala kecil 14,214
5 Tidak dilalui jalur pelayaran transportasi laut reguler 12,253
6 Kedalaman minimal pelabuhan - 1,5 Mlws 12,253
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 24
No. Kriteria Pelabuhan Non Komersial Bobot (%)
7 Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas
14,214
Total 100,000 Sumber : Data primer (diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang diusahakan secara non komersil dengan urutan sebagai berikut:
a. Memiliki fasilitas tambat, termasuk didalamnya dermaga dan sarana alat bongkar yang sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan;
b. Pelabuhan yang diusahakan secara non komersil ditujukan untuk melayani angkutan barang dan penumpang pada daerah terpencil dan terbatas;
c. Melakukan kegiatan pelayanan angkutan barang dan penumpang dengan volume relatif kecil dibandingkan pelabuhan yang diusahakan secara komersil;
d. Pelabuhan umumnya melayani kegiatan angkutan barang dan penumpang dengan jadwal kapal yang tidak reguler atau pelayanan terhadap kapal-kapal perintis dalam rangka public service obligation (PSO) dari pemerintah;
e. Memiliki fasilitas perairan yang terlindung dari gelombang, mempunyai alur pelayaran yang aman didukung oleh SBNP yang memadai dan mempunyai kedalaman kolam pelabuhan yang sesuai dengan tujuan operasional pelabuhan;
f. Memiliki SDM yang cukup dan memadai dalam mendukung kegiatan operasional pelabuhan.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 25
B. KRITERIA TRAYEK ANGKUTAN LAUT DAN LINTAS PENYEBERANGAN
1. Kriteria Trayek Angkutan Laut
Gambar 4.3. Diagram Fishbone Kriteria Trayek Angkutan Laut
Tabel 4.3. Hasil Pembobotan Kriteria Pelabuhan Yang Diusahakan Non Komersial
No. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan
Bobot (%)
1 Tidak dilakukan dalam jaringan trayek tertentu 12.445
2 Rute dilakukan berdasarkan permintaan pengirim barang 13.487
3 Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional 17.801
4 Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan 16.801
5 Tidak menyinggahi pelabuhan secara teratur dan berjadual 7.403
6 Tidak mengangkut penumpang 8.267
7 Trayek tidak tetap dan tidak teratur hanya dapat mengangkut muatan barang curah kering dan curah cair, barang sejenis, atau barang tidak sejenis
8.267
Kriteria Trayek
Angkutan Laut
Kelaiklautan
Kapal
Alur
Pelaporan setiap 3 bulan
ke menteri
Menteri
Dermaga
Pengoperasian Kapal
SDM
Pemerintah Aksesibilitas ke
pelabuhan
Kesiapan Fasilitas
pokok
Gudang dan lapangan
Penumpukan
Ketersediaan
ruangan
Sarana/transportasi
darat (truk, KA)
Ketersediaan
akses jalan/KA
Berbendera
Indonesia dan
diawaki oleh
WNI
Tipe dan
Ukuran Kapal
Troughput
Arus kapal
Arus penumpang
Arus barang
Jembatan bergerak
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 26
No. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan
Bobot (%)
8 Muatan pada trayek tidak tetap dan tidak teratur wajib dilengkapi dengan syarat-syarat perjanjian pengangkutan yang bersifat tetap dan berlaku umum
15.528
Total 100.000
Sumber : Data primer (diolah)
Dari uraian diatas dapat ditetapkan kriteria trayek angkuta laut sebagai berikut :
a. Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional yang memiliki ruang lingkup usaha pengalaman serta lokasi dekat dengan pelabuhan dan berkinerja baik
b. Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan melalui sarana internet dan selalu dibuatkan data base, serta format laporan yang seragam Muatan pada trayek tidak tetap dan tidak teratur wajib dilengkapi dengan syarat-syarat perjanjian pengankutan yang bersifat tetap dan berlaku umum
c. Rute dilakukan berdasarkan permintaan pengirim barang dengan memperhatikan dengan tujuan yang dapat dipilih, beroperasi selama 24 jam dan tepat waktu serta penyediaan pelayanan angkutan barang.
d. Tidak dilakukan dalam jaringan trayek tertentu dengan dimilikinya trayek tersendiri, mempunyai standar minimal pelayanan, pengaturan keberangakatan dan tiba serta memiliki penataan trayek untuk tujuan tertentu.
e. Tidak mengangkut penumpang dimaksudkan adalah khusus pengangkutan barang, memiliki bongkar muat dan area penumpukan barang yang disertai dengan pengawasan barang yang diangkut terhadap non barang
f. Trayek tidak tetap dan tidak teratur hanya dapat mengangkut muatan barang curah kering dan curah cair, barang sejenis, atau barang tidak sejenis melalui pengelompokan jenis muatan, kemampuan menangani jenis muatan dan memiliki sistem prosedur penanganan serta dapat menentukan pelabuhan yang dapat disinggahi.
g. Tidak menyinggahi pelabuhan secara teratur dan berjadual yang member pengertian tentang kebebasan berlabuh yang tidak secara teratur dan tidak berjadual serta kemampuan menyelenggarakan trayek sesuai permintaan.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 27
Kriteria lintas
penyeberangan
Kelaiklautan
Kapal
Alur
Pelaporan setiap 3 bulan
ke menteri
Menteri
Dermaga
Pengoperasian Kapal
SDM
Pemerintah Aksesibilitas ke
pelabuhan
Kesiapan Fasilitas
pokok
Gudang dan lapangan
Penumpukan
Ketersediaan
ruangan
Sarana/transportasi
darat (truk, KA)
Ketersediaan
akses jalan/KA
Berbendera
Indonesia dan
diawaki oleh
WNI
Tipe dan
Ukuran Kapal
Troughput
Arus kapal
Arus penumpang
Arus barang
Jembatan bergerak
Gambar 4.4. Diagram Fishbone Kriteria Lintas Penyeberangan
Tabel 4.4. Hasil pembobotan Kriteria Lintas Penyeberangan
No. Kriteria Lintas Penyeberangan Bobot (%)
1 Memiliki jaringan trayek tetap dan teratur 19.123
2 Kewenangan dalam menetapkan trayek tetap dan teratur 16.753
3 Kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam menangani dan mendukung terselenggaranya lintas penyebrangan
21.825
4 Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan 20.543
5 Fasilitas moda lintas penyeberangan 21.756
Total 100.00
Sumber : Data primer (diolah)
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 28
Pembobotan terbesar tetap diprioritaskan pada aspek lintas penyeberangan, yakni ketersediaan dan kesiapan pemerintah dalam mengadakan dan memfasilitasi dan juga penetapan trayek serta sarana pendukung berjalannya trayek yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria lintas penyeberangan berdasarkan urutannya sebagai berikut:
a. Kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam menangani dan mendukung terselenggaranya lintas penyebrangan Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memfasilitasi dari pengembangan, fungsi, penyesuaian tata ruang wilayah dan perencanaan dan penerapan keterpaduan angkutan.
b. Fasilitas moda lintas penyeberangan, menunjukan menyediakan sarana tranportasi penyeberangan yang aman dan bongkar muat penumpang dan kendaraan dengan fasilitas kapal dan terminal yang memadai guna mencapai keterpaduan angkutan antar dan intermodal.
c. Kegiatan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan melalui sarana internet dan selalu dibuatkan data base, serta format laporan yang seragam .
d. Memiliki jaringan trayek tetap dan teratur dengan dilengkapi standar minimal pelayanan. Pengaturan waktu keberangkatan dan tiba yang selalu tercatat dalam perencanaan serta penetapannya.
e. Kewenangan dalam menetapkan trayek tetap dan teratur yang telah ditetapkan yang dilengkapi dengan kesesuaian dengan perencanaan dan penerapan keterpaduan angkutan intra dan antarmoda
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 29
C. KRITERIA PELABUHAN YANG DAPAT DIOPERASIKAN 24 JAM DALAM SEHARI DAN 7 HARI DALAM SEMINGGU
Gambar 4.5 Diagram Fishbone Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu
Tabel 4.5. Hasil pembobotan Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu
No Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu Bobot (%)
1 Ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama 24/7 7,09
2 Ketersediaan dan kesiapan pelayanan pemanduan selama 24/7
7,09
3 Ketersediaan SBNP selama 24/7 7,09
4 Ketersediaan telekomunikasi pelayaran selama 24/7 6,71
Kriteria
pelabuhan 24
jam dalam
sehari dan 7
hari dalam
seminggu
Fasilitas
telekomunikasi
Alur
Instansi lain di pelabuhan
, seperti BC, karantina,
imigrasi
Perbankan
Dermaga
Keselamatan dan
keamanan pelayaran SDM
Dukungan
sektor lain
Aksesibilitas ke
pelabuhan
Kesiapan Fasilitas
pokok
Gudang dan lapangan
Penumpukan
Pelayanan
Meteorologi
Sarana/transportasi
darat (truk, KA)
Ketersediaan
akses jalan/KA
SDM
operasional
pelabuhan
rintah TKBM
Petugas keamanan Pelayanan
Pemanduan
Troughput
Arus kapal
Arus penumpang
Arus barang
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 30
No Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 Jam
dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu Bobot (%)
5 Ketersediaan pelayanan meteorology selama 24/7 6,02
6 Ketersediaan pelayanan bea dan cukai, imigrasi, dan karantina, selama 24/7
6,71
7 Ketersediaan fasilitas tambat petikemas yang dioperasikan selama 24/7
7,09
8 Ketersediaan gudang dan lapangan penumpukan yang dioperasikan selama 24/7
6,71
9 Kesiapan SDM operasional di pelabuhan sesuai kebutuhan selama 24/7
6,71
10 Kesiapan tenaga kerja bongkar muat selama 24/7 6,71
11 Ketersediaan sarana transportasi darat untuk menunjang kegiatan kepelabuhanan selama 24/7
6,33
12 ketersediaan fasilitas perbankan di pelabuhan selama 24/7 6,02
13 Kesiapan petugas keamanan dan ketertiban selama 24/7 6,33
14 Peningkatan arus kapal dan barang di pelabuhan 6,71
15 Penyediaan Gudang / depo diluar pelabuhan yang dibuka selama 24/7
6,71
Total 100,00 Sumber : Data primer (diolah)
Pembobotan terbesar tetap diprioritaskan pada aspek keselamatan dan keamanan pelayaran, yakni ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama 24 jam, pelayanan pemanduan dan ketersediaan sarana bantu navigasi pelayaran. Fasilitas dermaga yang dapat beroperasi selama 24 jam juga menjadi aspek yang penting untuk pelabuhan 24 per 7 hari. Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu berdasarkan urutannya sebagai berikut:
a. Ketersediaan dan kesiapan kondisi alur selama selama 24/7 dengan senantiasa memantau kedalaman alur dan dengan kapasitas yang mampu menangani arus keluar masuk kapal;
b. Ketersediaan dan kesiapan pelayanan pemanduan selama 24/7, baik petugas maupun kapal pandu serta fasilitas telekomunikasi selama pemanduan yang senantiasa siap 24 jam;
c. Ketersediaan SBNP yang andal yang ditempatkan pada koordinat sesuai dengan persetujuan Disnav dan terus dirawat agar tetap dapat beroperasi dengan baik;
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 31
Kriteria
Terminal Yang
Dapat
Melayani
Angkutan Peti
Kemas
Kantor pelayanan
peti kemas
Dermaga
Ketersediaan informasi
mengenai sispro
pelayanan dalam bentuk
manual book
Sispro ditempel kantor
pelayanan peti kemas
Lapangan Penumpukan
Fasilitas penunjang Peralatan B/M
Sistem dan Prosedur
pelayanan
Dukungan IT
Ketersediaan Fasilitas
Gudang CFS
Jaringan informasi
online
Pembayaran
online
Sistem B/M
Jumlah dan Jenis Alat
Kpaasitas alat B/M
SDM
SDM di pelayanan
adminitrasi
Operator B/M peti
kemas
d. Ketersediaan fasilitas tambat peti kemas yang dioperasikan selama 24 jam dengan kapasitas yang memadai dan didukung oleh peralatan bongkar muat peti kemas yang memadai;
e. Ketersediaan pelayanan bea cukai, imigrasi, dan karantina, selama 24 jam di pelabuhan dengan jumlah petugas yang memadai dan senantiasa berkoordinasi dalam memberikan pelayanan di pelabuhan;
f. Ketersediaan gudang dan lapangan penumpukan yang dioperasikan selama 24/7 yang memadai dan senantiasa dijaga keamanannya;
g. Kesiapan SDM operasional di pelabuhan sesuai kebutuhan selama 24/7 untuk kegiatan pengamanan di pelabuhan;
h. Kesiapan tenaga kerja bongkar muat selama 24/7dari operator bongkar muat dengan jumlah dan peralatan yang memadai;
i. Adanya peningkatan arus kapal, arus barang dan arus penumpang setiap tahunnya;
j. Penyediaan Gudang / depo diluar pelabuhan yang dibuka selama 24 jam untuk menampung barang-barang yang akan siap bongkar muat selama 24 jam di pelabuhan.
D. KRITERIA TERMINAL YANG DAPAT MELAYANI
ANGKUTAN PETI KEMAS, ANGKUTAN CURAH CAIR/CURAH KERING, KAPAL PENUMPANG DAN KAPAL RO-RO
1. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas
Gambar 4.6. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat
Melayani Angkutan Peti Kemas
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 32
Tabel 4. 6. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas
Sumber : Hasil data primer (diolah)
Berdasarkan tabel, maka dapat ditentukan kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas sebagai berikut:
a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan yang dibuat secara tertulis dan dibukukan serta disosialisasikan kepada pengguna jasa pelabuhan;
b. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal;
c. Memiliki SDM dengan jumlah yang memadai dan memiliki sertifikat keahlian;
d. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal petikemas yang dilengkapi dengan alat bongkar muat yang permanen dan dioperasikan oleh SDM yang memiliki sertifikat keahlian;
e. Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan bergerak dengan jumlah dan kapasitas yang memadai dan dioperasikan oleh operator yang bersertifikat;
f. Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai kebutuhan yang senantiasa dijaga keamanannnya
g. Tersedianya alur masuk kapal dengan kedalaman tertentu sesuai kapasitas pelayanan terminal yang dimilikinya dengan selalu dilakukan monitoring terhadap kedalaman alur tersebut dalam jangka waktu inspeksi yang ditetapkan.
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas
Bobot (%)
1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 15,81
2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 13,95
3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal petikemas
13,27
4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan bergerak
13,95
5 Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai kebutuhan
13,95
6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal
15,13
7 Memiliki volume penampungan petikemas yang memadai 13,95
Total 100,00
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 33
Kondisi perairan Ketersediaan Fasilitas
Kriteria
Terminal Yang
Dapat
Melayani
Angkutan
Curah
Cair/Curah
Kering
Kedalaman
perairan yang
memaadai
Dermaga
Ketersediaan informasi
mengenai sispro
pelayanan dalam bentuk
manual book
Lapangan, baik terbuka
atau tertutup
Peralatan B/M
Sistem dan Prosedur
pelayanan
Dukungan IT
Gudang atau tanki minyak
Jaringan informasi
online (website)
Jaringan
network
komputer
Sistem B/M
Jumlah dan Jenis Alat
(belt conveyor, bucket
elevator dsb)
Kapasitas alat B/M
SDM
SDM di pelayanan
adminitrasi
Operator B/M
barang curah
2. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering
Gambar 4.7. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat
Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering
Tabel 4.7. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair / Curah Kering
Bobot (%)
1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 18,20
2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 16,09
3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang sesuai untuk jenis kapal yang mengangkut curah cair / curah kering
16,09
4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat curah 16,09
5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal
18,20
6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online
15,32
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 34
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair / Curah Kering
Bobot (%)
a. tersedianya jaringan network komputer internal 4,02
b. mempunyai jaringan network komputer eksternal berupa
saluran internet dari salah satu operator 3,64
c. memiliki website pada internet sebagai pusat informasi
dan komunikasi 4,02
d. teruji keandalan sistem operasi jaringan 3,64
Total 100,00
Sumber : Hasil data primer (diolah) Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani angkutan curah cair/curah kering dengan urutan sebagai berikut:
a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan; b. Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal; c. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang sesuai untuk jenis
kapal yang mengangkut curah cair / curah kering; d. Memiliki peralatan penanganan bongkar muat curah; e. Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai; f. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi
online baik dengan membuat website tersendiri dan sistem jaringan network.
3. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang
Tabel 4.8. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal Penumpang
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang
Bobot (%)
1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 14,69
2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai
14,13
3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal penumpang
14,06
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 35
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal Penumpang
Bobot (%)
4 Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang 14,69
5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal
15,61
6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal
11,13
7 Memiliki fasilitas ruang tunggu, keberangkatan dan kedatangan, yang memadai
15,68
Total 100,00
Sumber : Hasil data primer (diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani kapal penumpang dengan urutan sebagai berikut:
a. Memiliki fasilitas ruang tunggu, keberangkatan dan kedatangan, yang memadai yang dilengkapi dengan toilet fasilitas hiburan, kantin, dan musholla;
b. Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal penumpang yang harus dimonitoring secara berkala;
c. Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang; d. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan dalam bentuk dokumen tertulis
dan diinformasikan kepada penumpang; e. Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai yang dapat
dibagi menjadi beberapa shift; f. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang khusus untuk kapal
penumpang. g. Penumpang membutuhkan kenyamanan dalam pelayanannya, terutama
pada saat menunggu kedatangan dan keberangkatan kapal. Oleh sebab itu terminal penumpang harus menyediakan fasilitas ruang tunggu penumpang yang nyaman yang harus dilengkapi dengan toilet yang memadai, fasilitas hiburan, kantin dan musholla.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 36
Kondisi perairan Ketersediaan Fasilitas
Pelayanan
Kriteria
Terminal
Yang
Dapat
Melayani
Angkutan
Kapal RoRo
Kedalaman
perairan yang
memaadai
Dermaga
Ketersediaan informasi
mengenai sispro
pelayanan dalam bentuk
manual book
Ruang Tunggu
Penumpang
Peralatan B/M
Sistem dan Prosedur
pelayanan
Dukungan IT
Tempat parkir dan tempat
antrian kendaraan yang
akan masuk ke kapal
Jaringan informasi
online
Online ticketing
Sistem B/M
Jumlah dan Jenis Alat
B/M dan sarana naik
turun penumpang
Kapasitas sarana B/M
SDM
SDM melayani
penumpang
SDM melayani
barang dan
kendaraan
Sistem data base
4. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo
Gambar 4.8. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat
Melayani Kapal RoRo
Tabel 4.9. Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Kapal RoRo
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo
Bobot (%)
1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 13,65
2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 11,91
3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal Ro-Ro
11,88
4 Memiliki peralatan penanganan turun naik penumpang dan kendaraan
12,41
5 Memiliki kedalaman perairan yang memadai untuk sandar kapal
11,96
6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal
10,83
7 Memiliki fasilitas ruang tunggu, keberangkatan dan kedatangan, yang memadai
14,22
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 37
No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo
Bobot (%)
8 Memiliki fasilitas parkir dan tempat antrian kendaraan saat akan masuk atau keluar kapal
13,14
Sumber : Hasil Data Primer (diolah)
Setelah dijabarkan menjadi beberapa sub kriteria dan diketahui besaran bobotnya, maka dapat disusun kriteria terminal yang dapat melayani kapal RoRo sebagai berikut:
a. Terminal harus memiliki fasilitas ruang tunggu yang memadai , baik untuk keberangkatan maupun kedatangan, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang, seperti fasilitas hiburan, mini kantin, toilet dan ruang ibadah;
b. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan yang dibukukan atau ditempel di ruang tunggu dan disosialisasikan kepada pengguna terminal RoRo;
c. Memiliki fasilitas parkir dan tempat antrian kendaraan saat akan masuk atau keluar kapal dengan kapasitas yang memadai dan memiliki ketahanan beban jalan serta tersedia tempat istirahat bagi penumpang dan para pengemudi;
d. Memiliki peralatan penanganan untuk naik turun penumpang dan kendaraan dengan kapasitas yang memadai dan dioperasikan dengan sistem yang handal oleh operator yang terlatih;
e. Memiliki kedalaman air yang cukup untuk sandar kapal RoRo yang terus dilakukan pemantauan untuk mengetahui ada tidaknya sedimentasi;
f. Memiliki SDM denga jumlah dan kualitas yang memadai untuk melayani penumpang, barang dan kendaraan;
g. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal RoRo yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat untuk kapal RoRo;
h. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik untuk penyimpanan data base arus barang, penumpang dan kendaraan, serta penjualan tiket secara online.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 38
Perijinan Ketersediaan tanah
untuk DLKr dan DLKp
Kriteria
Wilayah di
Daratan Yang
Dapat
Berfungsi
Sebagai
Pelabuhan
Rekomendasi
Gubernur
RTRW Provinsi /
kabupaten / Kota
Gudang
Feasibility Studi
Pertimbangan
peraturan/dokumen yang lain
Dukungan
hinterland
Lapangan
Pusat industri
Pusat
perdagangan
Kelayakan ekonomi
Kelayakan Teknis dan
Lingkungan
Aksesibilitas
Jaringan jalan
Jaringan rel/KA
Rekomendasi
Bupati/Walikota
Rencana Induk
Pelabuhan Nasional
E. KRITERA WILAYAH TERTENTU DI DARATAN (DRY PORT) YANG DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI PELABUHAN
Gambar 4.9 Diagram Fishbone Kriteria Wilayah di Daratan
Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan
Tabel 4.10. Hasil Pembobotan Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port)
No. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port)
Bobot (%)
1 Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
10,483
2 Memenuhi persyaratan kelayakan teknis dan lingkungan 9,553
3 Memperhatikan rencana induk pelabuhan nasional 10,483
4 Memiliki tanah sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
10,483
5 Memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi 10,483
6 Mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah setempat
9,995
7 Memiliki aksesibilitas terhadap hinterland pelabuhan 10,483
8 Didukung oleh keterpaduan intra dan antar moda 9,995
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 39
No. Kriteria Wilayah Tertentu di Daratan Yang Dapat Berfungsi Sebagai Pelabuhan (Dry Port)
Bobot (%)
9 Mendapat rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota 8,044
10 Daerah hinterlandnya merupakan wilayah di bidang produksi dan perdagangan yang telah dikembangkan
9,995
Total 100
Sumber : Hasil data primer (diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria wilayah di daratan yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan:
1. Pembangunan dry port sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Memperhatikan rencana induk pelabuhan nasional untuk mengetahui perubahan setiap tahun dari fasilitas prasarana maupun sarana transportasi;
3. Memiliki tanah sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan dengan luasan yang memadai dan sesuai peruntukannya;
4. Memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi, dimana lokasi merupakan tempat kegiatan ekonomi yang selalu dalam keadaan aktif;
5. Memiliki aksesibilitas terhadap hinterland pelabuhan, baik untuk jaringan jalan, rel maupun ketersediaan moda transportasi darat/KA;
6. Mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah setempat;
7. Daerah hinterlandnya merupakan wilayah di bidang produksi dan perdagangan yang telah dikembangkan;
8. Memenuhi persyaratan kelayakan teknis dan lingkungan yang dibuktikan dengan dokumen UKP/UPL atau AMDAL;
9. Mendapat rekomendasi dari kepala daerah stempat (Gubernur/Bupati/Walikota).
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 40
Aspek Administrasi Aspek Teknis
Kepelabuhanan
Kriteria
Terminal
Khusus Yang
Terbuka Untuk
Perdagangan
Luar Negeri
Rekomendasi
Gubernur
Mendukung
pertumbuhan
perekonomian nasional
Gudang, lapangan,
bunker, fasilitas untuk B3
Aspek Keselamatan
dan Kemanan
Pelayaran
Aspek Ekonomi Aspek Lainnya
Dermaga yang memadai
Ada instansi pemegang
fungsi kepelabuhanan
Menangani Jenis
Komoditi khusus
Memiliki sarpras
pemaduan
Ketersediaan SBNP dan
SROP serta comply ISPS
Kantor penunjang
Rekomendasi
Bupati/Walikota
Pelayanan lintas batas
provinsi dan internasional
Kapasitas melayani
arus barang
Kedalaman kolam yang memadai
dan luasan untuk olah gerak kapal
yang
Peralatan B/M yang
memadai
F. KRITERIA TERMINAL KHUSUS YANG TERBUKA UNTUK PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Gambar 4.10. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri
Tabel 4.11 Hasil Pembobotan Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
ASPEK ADMINISTRASI 21,23
1 Memperoleh rekomendasi dari Gubernur atau Bupati/Walikota
8,83
a. Memiliki ijin usaha yang dasarnya adalah dari rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota
1,57
b. Dokumen yang memiliki data online, sehingga mudah untuk dilihat dari segi legalitasnya
1,34
c. Memiliki dasar dan tujuan dry port 1,34
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 41
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
d. Memiliki studi kelayakan yang menjadikan diperolehnya rekomendasi Gubernur
1,57
e. Memiliki AMDAL dalam usaha perlindungan lingkungan
1,57
f. Memiliki kesesuaian dengan peruntukan lahan 1,45
2 Memperoleh rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan
12,41
a. Memiliki dokumen pengajuan dan kelengkapannya guna memperoleh rekomendasi dari pejabat pemegang fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan
3,43
b. Mempunyai bukti fisik sarana dan prasarana pelabuhan 3,43
c. Dokumen rekomendasi ditampilkan dalam website sebagai informasi legalitas
3,06
d. Dokumen rekomendasi ditampilkan di ruang tamu, kantor, dan pertemuan
2,48
ASPEK EKONOMI 17,51
1 Menunjang industri tertentu 2,91
a. Fasilitator akses perdagangan ke dalam dan luar negeri 0,73
b. Meningkatkan pertumbuhan industri utama dan penunjang
0,73
c. Meningkatkan daya saing industri dalam hal distribusi hasil industri
0,73
d. Meningkatkan efisiensi induatri dalam hal pengadaan barang
0,73
2 Mendukung pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional
3,67
a. Sebagai rantai transportasi distribusi barang nasional dan internasional
1,06
b. mampu mendistribusikan barang dalam skala besar 0,856
c. Penunjang peningkatan efisiensi distribusi barang nasional
0,92
d. Penggerak ekonomi nasional dalam hal distribusi barang
0,85
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 42
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
3 Melayani kegiatan lintas batas provinsi dan internasional
2,91
a. Terkait dengan sistem transportasi lokal dalam distribusi barang
0,76
b. mampu mengakomodir distribusi jenis barang hasil industri dan alam
0,76
c. Mempunyai kesesuaian terminal khusus dengan hasil industri/barang antar provinsi dan internasional
0,69
d. lokasi terminal khusus terletak pada posisi yang strategis
0,70
4 Mampu melayani arus barang di terminal khusus minimal 10.000 ton/Tahun
2,69
a. Ketersediaan dan kehandalan fasilitas untuk pelayanan terhadap kapal
0,65
b. Terminal khusus yang dapat mengakomodir type dan besaran kapal
0,65
c. Pelayanan pelabuhan dapat beroperasi selama 24 Jam 0,69
d. Pelabuhan mempunyai kemampuan untuk melakukan
keselamatan dan keamanan terhadap kapal 0,69
5 Melayani arus barang ekspor minimal 50.000 Ton/Tahun
2,69
a. Ketersediaan dan kehandalan fasilitas untuk pelayanan terhadap kapal
0,63
b. Terminal khusus yang dapat mengakomodir type dan besaran kapal
0,53
c. Pelayanan pelabuhan dapat beroperasi selama 24 Jam 0,51
d. Pelabuhan mempunyai kemampuan untuk melakukan keselamatan dan keamanan terhadap kapal
0,50
6 Posisi terminal khusus secara geografis terletak pada lintasan pelayaran internasional
2,63
a. Perencanaan lokasi pelabuhan pada daerah yang geografis
0,58
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 43
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
b. Perencanaan type dan besaran pelabuhan terkait dengan lintasan pelayaran
0,67
c. Perencanaan fasilitas pelabuhan dalam mendukung operasional pelabuhan
0,67
d. Perencanaan SDM dan SOP pelayanan terhadap kapal dan barang
0,71
ASPEK KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN
18,79
1 Memiliki kedalaman dermaga minimal - 6 mLWS 2,67
a. Memiliki dermaga tidak dalam lokasi yang memiliki sedimentasi tinggi
0,69
b. Memiliki perencanaan untuk menjaga kedalaman perairan di dermaga
0,69
c. Memiliki fasilitas dan peralatan untuk menjaga kedalaman perairan
0,60
d. Memiliki SDM dan SOP dalam menjaga kedalaman
perairan 0,69
2 Memiliki kolam pelabuhan uang cukup untuk olah gerak kapal minimal 3 unit kapal
2,36
a. Pelabuhan memiliki perencanaan DLKr yang cukup untuk olah gerak kapal
0,59
b. Pelabuhan memiliki sarana dan fasilitas yang baik untuk olah gerak kapal
0,59
c. Memiliki kedalaman yang cukup untuk olah gerak kapal 0,59
d. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait kolam pelabuhan
0,59
3 Ketersediaan SBNP dan SROP 2,51
a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan jenis SBNP dan SROP
0,62
b. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait SBNP dan SROP
0,65
c. Memiliki perencanaan penggunaan dan penggantian SBNP dan SROP
0,62
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 44
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
d. Memiliki perencanaan perawatan SBNP dan SROP 0,62
4 Memiliki prasarana, sarana, dan SDM Pandu, bagi terminal khusus yang perairannya telah ditetapkan sebagai perairan wajib Pandu
2,67
a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan besar HP kapal Pandu
0,69
b. Memiliki SDM, SOP, dan standar, terkait kapal Pandu 0,69
c. Memiliki perencanaan penggunaan dan penggantian kapal Pandu
0,64
d. Memiliki perencanaan perawatan kapal Pandu 0,65
5 Mampu melayani bobot kapal 3000 DWT atau lebih 2,24
a. Memiliki dermaga yang mampu melayani kapal 3000 DWT atau lebih
0,52
b. Memiliki sarana pelabuhan (gudang, alat B/M, dan lain-lain)
0,61
c. Memiliki SDM dan SOP untuk pelayanan kapal 3000 DWT atau lebih
0,55
d. memiliki fasilitas keselamatan dan keamanan untuk kapal 3000DWT atau lebih
0,55
6 Memiliki kapal patroli 1,997
a. Memiliki kecukupan, kehandalan, dan jenis kapal patroli
0,399
b. Memiliki SDM terlatih untuk kapal patroli 0,399
c. Memiliki perencanaan pengadaan, perawatan, dan penggantian kapal patroli
0,399
d. SOP dan standar kapal patroli 0,399
e. Memiliki sistem pengamanan yang tercukupi dari arah alut dengan kapal patroli
0,399
7 Memiliki SOP kapal patroli 1,997
a. SOP pengamanan dibuat sesuai standar internasional 0,42
b. SOP pengamanan mencakup seluruh kegiatan pengamanan pelabuhan
0,42
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 45
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
c. SOP pengamanan mencakup hanya kegiatan utama pengamanan pelabuhan
0,39
d. SOP pengamanan perlu dilakukan masukan dari seluruh pihak terkait dan memperhatikan kearifan lokal
0,42
e. SOP pengamanan perlu dilakukan peninjauan secara berkala
0,35
8 Comply ISPS Code 2,355
a. Memiliki sarana dan prasarana pelabuhan sesuai dengan ISPS Code
0,59
b. Memiliki SDM yang mencukupi dan terlatih sesuai dengan ISPS Code
0,59
c. Memiliki SOP pengamanan sesuai dengan ISPS Code 0,59
d. Melakukan pembaharuan dan pelatihan SDM secara
kontinyu sesuai ISPS Code 0,59
ASPEK TEKNIS FASILITAS KEPELABUHANAN 21,234
1 Memiliki dermaga beton permanen minimal satu tambatan dengan panjang minimal 70 Meter
3,55
a. Panjang dermaga dirancang untuk mampu melayani kapal sesuai standar pelayanan
0,596
b. Jumlah tambatan yang ada, dapat melayani kapal tambat pada pelabuhan
0,596
c. Kolam dermaga harus dapat mengakomodir olah gerak kapal
0,596
d. Kedalaman kolam dermaga dapat dimasuki oleh kapal dengan ukuran minimal 3000 DWT
0,596
e. Fasilitas dermaga harus dapat sesuai dengan jenis muatan kapal
0,568
f. Fasilitas keselamatan pelayaran terdapat pada dermaga tersebut
0,596
2 Mampu menangani barang-barang berbahaya dan beracun (B3)
3,76
a. Pelabuhan memiliki fasilitas dan sarana penanganan barang berbahaya dan beracun
0,898
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 46
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
b. Pelabuhan memiliki SDM yang gterlatih dan mencukupi dalam penanganan barang berbahaya dan beracun
0,955
c. Pelabuhan memiliki SOP dan standar dalam penanganan barang berbahaya dan beracun
0,955
d. Pelabuhan memiliki fasilitas penampungan barang berbahaya dan beracun
0,955
3 Memiliki peralatan bongkar muat 3,76
a. Jumlah peralatan bongkar muat harus memenuhi standar pelayanan
0,75
b. Jenis peralatan bongkar muat harus memenuhi standar pelayanan
0,75
c. Kesesuaian peralatan bongkar muat dengan jenis muatan
0,75
d. Memiliki SDM yang bersertifikasi 0,75
e. Memiliki SOP dalam operasional peralatan bongkar muat
0,75
4 Memiliki fasilitas pencegahan pencemaran 3,76
a. Fasilitas pencegahan pencemaran harus sesuai dengan jenis pencemaran dari muatan dan kapal
0,778
b. Jumlah fasilitas pencegahan pencemaran mampu menangani pencemaran yang terjadi
0,78
c. Lokasi fasilitas pencegahan pencemaran dirancang strategis
0,69
d. Memiliki SOP penanggulangan pencemaran di pelabuhan
0,73
e. Memiliki SDM yang bersertifikasi 0,78
5 Memiliki fasilitas gudang tertutup 3,76
a. Kapasitas gudang tertutup dapat menampung seluruh muatan
0,61
b. Lokasi gudang tertutup dapat diakses mudah oleh alat transportasi
0,61
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 47
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
c. Fasilitas gudang tertutup dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran dan dilengkapi fasilitas keamanan
0,65
d. Memiliki SOP dalam operasionalnya 0,65
e. Jenis gudang tertutup di pelabuhan sesuai dengan jenis muatan
0,65
f. Fasilitas gudang tertutup harus dimiliki oleh pelabuhan 0,61
6 Memiliki fasilitas bunker 2,63
a. Fasilitas bunker wajib dimiliki oleh pelabuhan 0,45
b. Fasilitas bunker dapat ditangani oleh pihak lain di luar pelabuhan
0,45
c. Kapasitas bunker dapat melayani kebutuhan kapal 0,41
d. Jenis BBM disediakan untuk seluruh kebutuhan 0,41
e. Memiliki SDM sesuai kompetensinya 0,41
f. Memiliki SOP fasilitas bunker di pelabuhan
0,49
ASPEK LAIN 21,234
1
Memiliki fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, instansi bea dan cukai, imigrasi, dan karantina
10,95
a. tersedia kantor dan penunjang pelayanan pelabuhan 2,74
b. Memiliki SDM yang memiliki kompetensi untuk setiap pelayanan
2,74
c. Tersedia fasilitas penunjang pelayanan pelabuhan 2,74
d. Memiliki SOP untuk setiap pelayanan pelabuhan 2,74
2 Menangani jenis komoditi khusus 10,28
a. terminal khusus dirancang dan dapat mengakomodir jenis muatan khusus
2,53
b. Memiliki fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal dan komoditi khusus
2,53
c. Memiliki lokasi/area untuk penyimpanan komoditi khusus
2,53
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 48
No. Aspek dan Kriteria Bobot (%)
d. Memiliki SDM dan SOP untuk penanganan komoditi khusus
2,69
Sumber : Hasil Data Primer (Diolah)
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang sudah diatur dalam PP Nomor PM 51 Tahun 2011, baik persyaratan administrasi, ekonomi, keselamatan dan keamanan pelayaran, persyaratan teknis fasilitas kepelabuhanan dan aspek lainnya.
Untuk lebih detilnya, persyaratan tersebut diuraikan lagi menjadi sub kriteria dengan bobot yang cukup bervariasi. Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan administrasi, yaitu rekomendasi dari pejabat fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan dan rekomendasi dari Gubernur atau Bupati/Walikota;
2. Menangani jenis komoditi khusus yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal dan pelayanan komoditi khusus serta SOP penanganan komoditi khusus;
3. Menyediakan fasilitas kepelabuhanan dan peralatan bongkar muat sesuai dengan standar yang ada dan dioperasikan oleh operator yang memiliki keahlian:
4. Menyediakan dermaga beton permanen dengan panjang minimal 70 meter sesuai standar yang ada
5. Menyediakan fasilitas pencegahan pencemaran yang dilengkapi dengan SOP penanggulangan pencemaran di pelabuhan
6. Memiliki fasilitas gudang tertutup dengan kapasitas yang memadai dan sesuai dengan jenis muatan yang ditangani
7. Memiliki peralatan bongkar muat sesuai dengan jenis komoditi yang ditangani dalam jumlah dan kapasitas yang memadai dan dioperasikan oleh SDM yang ahli
8. Memiliki fasilitas bunker untuk menyediakan BBM sesuai kebutuhan 9. Memenuhi aspek keselamatan dan keamanan pelayaran sebagai berikut: 10. Kedalaman kolam minimal -6mLWS dan cukup untuk olah gerak kapal
minimal 3 unit serta mampu melayani kapal dengan bobot minimal 3000 DWT
11. Memiliki prasarana, sarana, dan SDM Pandu, bagi terminal khusus yang perairannya telah ditetapkan sebagai perairan wajib Pandu dan pelayanan diberikan sesuai dengan standar yang ada
12. Terminal dilengkapi dengan fasilitas SBNP dan SROP yang cukup dan andal
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 49
Kedalaman dan lebar
alur pelayaran
Rekomendasi dari KLH
tentang alur pelayaran
Izin Usaha
Penataan Jalur Perawatan alur
Monitoring
alur pelayaran
Tenaga pengelola
berpengalaman
Tenaga ahli
yang bersertifikasi
Pengerukan
Memahami AMDAL
Putaran/ belokan alur
Daaerah olah gerak,
daerah bahaya
Peralatan yang
memadai
Perawatan SBNP
Pelatihan berkala
Finansial
SOP dan perlengkapan
Konsesi alur pelayaran
Lalu lintas pelayaran
Jenis dan kapasitas
muatan
Aspek lingkungan
hidup Badan Usaha
Penyelenggara
Kriteria alur
pelayaran
yang dapat
dikomersilkan
SDM
Izin operasional
13. Terminal harus comply terhadap ISPS Code, sehingga pengamanan di terminal harus sesuai dengan standar yanag ada baik dari sisi sarana, prasarana maupun SDM-nya
14. Memiliki kapal patroli yang dilengkapi dengan SOP 15. Memenuhi aspek ekonomi, bahwa terminal tersebut mampu mendukung
pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional, melayani kegiatan lintas provinsi dan internasional, mampu melayani arus barang ekspor minimal 50.000 ton/tahun serta terletak pada jalur pelayaran internasional.
16. Berdasarkan analisis diatas, maka dapat diketahui bahwa apa yang sudah dipersyaratkan menjadi Kriteria Terminal Khusus Yang Terbuka Untuk Perdagangan Luar Negeri dalam peraturan yang sudah ada sudah sesuai dan tidak ada perubahan.
G. KRITERIA ALUR PELAYARAN YANG DAPAT
DIKOMERSIALKAN
Gambar 4.11. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersialkan
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 50
Tabel 4.12. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersialkan
No. Kriteria Alur Pelayaran yang Dapat Dikomersialkan
Bobot (%)
1 Penataan Jalur-jalur Sempit 10,48
2 Daerah olah gerak kapal 9,16
3 Penyediaan jalur darurat ke luar alur 8,52
4 Pemeriksaan kedalaman alur 9,86
5 Pengadaan pengerukan alur 8,52
6 Pemeliharaan rambu-rambu navigasi 9,16
7 Pengadaan pembersihan alur laut akibat kapal karam atau bangunan laut lainnya
9,22
8 Penyediaan alat monitoring perubahan kedalaman alur dan penyelam
9,86
9 Memiliki koordinat lokasi 8,52
10 Finansial Penyelenggaraan alur pelayaran 8,56
11 Lalulintas kapal pada alur pelayaran 8,14
Total 100,00
Sumber : Hasil Data Primer (Diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan dengan urutan sebagai berikut:
a. Alur pelayaran harus dapat memenuhi unsur keselamatan pelayaran, sehingga alur pelayaran harus diatur dalam perencanaan dan perawatan terkait dengan kedalaman, lebar dan putaran dalam rangka keselamatan pelayaran
b. Memiliki layout dan data mengenai alur pelayaran sebagai acuan dalam perencanaan monitoring dan perawatan alur pelayaran;
c. Alur pelayaran harus dilengkapi dengan sarana bantu navigasi pelayaran, rambu-rambu, pemanduan dan telekomunikasi serta didukung oleh perlindungan maritim sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku;
d. Alur pelayaran harus selalu dilakukan pemeriksaan secara berkala, baik dari sisi kedalaman dan pembersihan alur akibat kapal karam atau hal lainnya yang dapat mengganggu keselamatan pelayaran
e. Penetapan izin untuk alur pelayaran yang dikomersilkan dengan memperhatikan faktor teknis, keselamatan pelayaran, finansial dan hinterland;
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 51
Memenuhi Aspek
lingkungan hidup Administrasi / Surat
Izin
Kriteria Badan
Usaha Yang
Dapat
Bergerak di
Bidang
Pencucian
Tangki Kapal
Rekomendasi dari
Menteri Lingkungan
Hidup tentang
peralatan cuci tanki
kapal
Peralatan dan
perlengkapan
pembersihan tangki
Izin Usaha
SDM
Teknis/ Peralatan Aspek Lainnya
Izin Kerja
Lokasi pencucian
tangki kapal
Tenaga pembersih tanki
berpengalaman
Tenaga ahli yang
bersertifikasi
Memiliki Kapal
Memahami
AMDAL
Perlengkapan ukur limbah
Peralatan penanggulangan
pencemaran
Peralatan B/M yang
memadai
f. Memiliki izin dari instansi yang berwenang dengan didukung oleh SDM yang mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam pengelolaan alur pelayaran yang dapat dikomersilkan;
g. Badan usaha penyelenggara alur pelayaran harus mempunyai kompetensi dan pengalaman serta mempunyai perizinan dari instansi terkait dalam hal penyelenggaraan alur pelayaran;
h. Penyelenggaraan alur pelayaran dengan memperhitungkan konsesi kepemilikan, aksesabilitas dan kecepatan, jumlah dan kapasitas kapal yang menggunakan alur, jenis kapal dan operasional penyelenggaraan alur pelayaran.
Sesuai dengan peraturan yang ada, operator yang dapat bergerak di bidang penyelenggaraan alur pelayaran harus merupakan badan usaha yang mendapatkan izin dari intansi terkait, memiliki izin penoperasian alur pelayaran, memiliki SDM yang kompeten, dan memiliki dan/atau menguasai peralatan pendukung penyelenggaraan alur pelayaran sesuai denngan SOP dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Secara adminitratif, badan usaha tersebut harus membuat laporan tahunan kegiatan penyelenggaraan alur pelayaran kepada pejabat yang berwewenang.
H. KRITERIA BADAN USAHA YANG DAPAT BERGERAK DI BIDANG PENCUCIAN TANGKI KAPAL
Gambar 4.12. Diagram Fishbone Kriteria Badan Usaha Yang Dapat Bergerak di Bidang Pencucian Tangki Kapal
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 52
Tabel 4.13 Hasil Pembobotan Kriteria Badan Usaha Yang Dapat Bergerak di Bidang Pencucian Tangki Kapal
No. Kriteria Badan Usaha yang Dapat Bergerak Di Bidang Pencucian Tangki Kapal
Bobot (%)
1 Memiliki Surat Ijin Usaha Pendirian Perusahaan (SIUP) dari instansi terkait
11,064
2 Mendapat rekomendasi peralatan tanki cleaning dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup
8,569
3 Mendapat rekomendasi peralatan tanki cleaning dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup
8,194
4 Memiliki dan/atau menguasai perlengkapan pembersihan tanki, minimal:
9,136
5 Memiliki dan/atau menguasai peralatan penanggulangan pencemaran, yakni oilboom, dispersant, dan absorbent
10,087
6 Memiliki dan/atau menguasai satu unit kapal Tunda 7,436
7 Memiliki dan/atau menguasai satu unit tongkang penampung (sarana penampung limbah)
8,613
8 Memahami AMDAL dan pencegahan penggunaan bahan pencucian yang berbahaya
10,479
9 Memiliki sertifikasi ahli pencucian tanki kapal dan K3 8,168
10 Memahami lokasi pencucian tanki kapal yang direkomendasikan
9,127
11 Memahami dan mengetahui cara pembuangan kerak dan lumpur
9,127
Total 100,000 Sumber : Hasil Data Primer (Diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal dengan urutan sebagai berikut:
a. Badan usaha harus memiliki surat ijin usaha pendirian perusahaan dari instansi terkait dan memiliki SOP pencucian tangki kapal;
b. Badan Usaha harus memiliki tenaga ahli yang memahami AMDAL dan mencegah penggunaan bahan pencucian tangki yang berbahaya yang dituangkan dalam SOP;
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 53
c. Badan usaha tersebut memiliki peralatan penanggulangan pencemaran ( seperti oilboom, dispersant, dan absorbent) yang dilengkapi dengan manual book dan dioperasikan oleh SDM yang memiliki keahlian pencucian tangki kapal dan K3;
d. Memahami lokasi pencucian tangki kapal yang direkomendasikan, yakni tidak mengganggu alur pelayaran, tidak merusak lingkungan, lokasi memiliki tinggi gelombang dan kekuatan angin yang kecil serta mendapat ijin dari instansi yang berwewenang;
e. Memahami dan mengetahui cara pembuangan kerak dan lumpur sesuai SOP dan AMDAL di lokasi yang sudah ditentukan;
f. Memiliki perlengkapan pembersihan tangki kapal dalam jumlah yang memadai dan mendapat rekomendasi dari Menteri Lingkungan Hidup, termasuk perlengkapan keselamatan kerja dan perlengkapan ukur limbah;
g. Memiliki minimal satu tongkang/sarana penampung limbah yang memadai dan diawaki oleh awak yang kompeten dan bersertifikasi;
h. Memiliki tenaga pembersih tangki yang berpengalaman minimal 2 orang dan diberikan pelatihan secara periodik.
Sesuai dengan peraturan yang ada, operator yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal harus merupakan badan usaha yang mendapatkan izin dari intansi terkait, memiliki iain penoperasian peralatan pembersiahan tangki kapal, memiliki SDM yang kompeten, dan memiliki dan/atau menguasai peralatan pemebrsiahan tangki kapal sesuai denngan SOP dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Secara adminitratif, badan suaha tersebut harus membuat laporan tahunan kegiatan pencucian tangki kapal kepada pejabat yang berwewenang.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 54
Aspek lingkungan
hidup
Kriteria Lokasi
Perairan yang
dapat
ditetapkan
sebagai
pembuangan
limbah dari
kapal di laut
Tidak di alur
pelayaran
Koordinat pembuangan
Persyaratan
Lokasi Aspek Lainnya
Tidak berada
gelombang, arus yang
ekstrim
Kedalaman lebih dari -
20 mLWS
Jarak dari garis pantai
lebih dari 12 mil laut
Memiliki tanda lokasi
pembuangan limbah
Tidak berada
di kawasan
lindung
Koodinat lokasi
area
Memiliki Area lego
jangkar
I. KRITERIA LOKASI PERAIRAN YANG DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI PEMBUANGAN LIMBAH DARI KAPAL DI LAUT
Gambar 4.13. Diagram Fishbone Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut
Tabel 4.14. Hasil Pembobotan Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan Limbah dari Kapal di Laut
No. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut
Bobot (%)
1 Tid Tidak berada di alur pelayaran 7.02
2 Tidak berada di kawasan lindung 6.75
3 Tidak berada di kawasan suaka alam atau taman nasional 7.14
4 Tidak berada di taman wisata alam 6.62
5 Tidak berada di kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
6.09
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 55
No. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan sebagai Pembuangan Limbah dari Kapal Di Laut
Bobot (%)
6 Tidak berada di sempadan pantai 6.62
7 Tidak berada di kawasan terumbu karang 6.36
8 Tidak berada di kawasan mangrove 6.62
9 Tidak berada di kawasan perikanan dan budidaya 6.62
10 Kedalaman lebih dari -20 mLWS 6.62
11 Jarak dari garis pantai lebih dari 12 Mil laut 6.62
12 Memiliki koordinat lokasi area pembuangan limbah 6.62
13 Tidak berada pada gelombang dan arus laut yang ekstrim 6.62
14 Memiliki area lego jangkar kapal saat membuang limbah 6.62
15 Memiliki tanda lokasi pembuangan limbah 7.02
Total 100.0
Sumber : Hasil Data Primer (diolah)
Tabel diatas menunjukkan bahwa persyaratan memiliki bobot yang terbesar sebagai kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut adalah bahwa lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut tidak berada berada sepanjang alur pelayaran yang meliputi jenis limbah, jumlah dan pengawasan yang dilengkapi dengan SOP dan fasilitas serta SDM. Tidak berada pada daerah yang merupakan daerah budi daya, daerah yang dilindungi. Memiliki batasan daerah lokasi untuk lokasi pembuangan limbah diatas, maka dapat disusun lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut dengan urutan sebagai berikut:
a. Tidak berada di kawasan suaka alam atau taman nasional yang meliputi lokasi, keselamatan pelayaran, jenis limbah yang dibuang, SOP, instasi pengawasan serta fasilitas dan SDM untuk penanggulangan kerusakan.
b. Tidak berada di alur pelayaran yang meliputi lokasi, keselamatan pelayaran, jenis limbah yang dibuang, SOP, instasi pengawasan serta fasilitas dan SDM untuk penanggulangan kerusakan .
c. Tidak berada di kawasan lindung meliputi lokasi, keselamatan pelayaran, jenis limbah yang dibuang, SOP, instasi pengawasan serta fasilitas dan SDM untuk penanggulangan kerusakan .
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 56
d. Tidak berada di taman wisata alam, meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
e. Tidak berada di sempadan pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
f. Tidak berada di kawasan mangrove pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
g. Tidak berada di kawasan perikanan dan budidaya pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
h. Kedalaman lebih dari -20 mLWS pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
i. Jarak dari garis pantai lebih dari 12 Mil laut pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
j. Memiliki koordinat lokasi area pembuangan limbah pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
k. Tidak berada pada gelombang dan arus laut yang ekstrim pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
l. Memiliki area lego jangkar kapal saat membuang limbah pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
m. Tidak berada di kawasan terumbu karang pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
n. Tidak berada di kawasan terumbu karang pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 57
Aspek lingkungan
hidup
Kriteria Lokasi
Perairan Untuk
Bangunan/
Instalasi di Laut
Tidak didaerah
terumbu karang
Koordinat pembangunan
Persyaratan
Lokasi Aspek Lainnya
Ruang bebas dalam
pembangunan
jembatan
Penempatan,pemenda
man dan pendandaan
Tidak merusak SBNP
Dan fasilitas telkompel
Memperhatikan koridor
pemasangan kabel dan pipa
Bawah laut
Tidak
Dilingkungan
pelabuhan
Tidak berada pada Alur
Tidak berada pada arus,
gelombang yang ekstrim
Diluar perairan
wajib pandu
Tidak di pelabuhan
J. KRITERIA LOKASI PERAIRAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK BANGUNAN ATAU INSTALASI DI LAUT
Gambar 4.14. Diagram Fishbone Kriteria Lokasi Perairan Untuk Bangunan/Instalasi di Laut
Tabel 4.15. Hasil Pembobotan Kriteria Lokasi Perairan Untuk Bangunan/Instalasi di Laut
No. Kriteria Lokasi Perairan Untuk Bangunan/Instalasi di Laut
Bobot (%)
1 Memenuhi persyaratan penempatan, pemendaman, dan penandaan
11.158
2 Tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau instalasi SBNP dan fasilitas telkompel
11.158
3 Memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan jembatan 9.876
4 Memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa bawah laut
11.158
5 Berada di luar perairan wajib Pandu 8.592
6 Tidak berada dalam alur pelayaran 10.500
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 58
No. Kriteria Lokasi Perairan Untuk Bangunan/Instalasi di Laut
Bobot (%)
7 Tidak berada dalam lingkungan perairan pelabuhan 7.967
8 Tidak berada pada daerah rawan gelombang dan arus laut yang ekstrim
9.842
9 Tidak berada pada daerah terumbu karang yang dilestarikan 9.235
10 Memiliki koordinat pembangunan 10.517
Total 100 Sumber : Hasil Data Primer (diolah)
Berdasarkan hasil pembobotan diatas, maka dapat disusun kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut adalah :
a. Memenuhi persyaratan penempatan, pemendaman, dan penandaan b. Tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau instalasi SBNP dan
fasilitas telekomunikasi pelayaran c. Memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan jembatan d. Berada di luar perairan wajib Pandu e. Tidak berada dalam alur pelayaran f. Tidak berada dalam lingkungan perairan pelabuhan g. Tidak berada pada daerah rawan gelombang dan arus laut yang ekstrim h. Tidak berada pada daerah terumbu karang yang dilestarikan i. Memiliki koordinat pembangunan
Berdasarkan peraturan yang ada untuk lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi dilaut harus memenuhi persyaratan penempatan, pemendaman dan penandaan yang didasarkan pada keadaan lokasi dari koordinat sampai pada kontur dasar laut yang didokumentasikan melalui layout pelabuhan, sehingga dapat terlihat lokasi alur dan juga kabel, pipa bawah laut secara visual. Lay out pelabuhan dibuat sudah meliputi koordinat dan fasilitas pelabuhan serta telah diperhitungkan arus dan gelombang laut.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial
a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara
Komersial 1) Memiliki fasilitas utama dan pendukung, baik di
perairan dan daratan yang sesuai dengan kegiatan operasional pelabuhan.
2) Memiliki SDM yang mempunyai kompetensi, pengalaman dan bersertifikat dan selalu dilakukan training untuk meningkatkan kompetensi SDM untuk mendukung operasional pelabuhan.
3) Dikelola oleh badan usaha pelabuhan yang memiliki kompetensi dan izin di bidang pelabuhan dengan dukungan SDM yang handal.
b. Kriteria Pelabuhan Yang dapat Diusahakan Secara Non Komersial 1) Memiliki fasilitas utama dan pendukung, baik di
perairan dan daratan yang sesuai dengan kegiatan operasional pelabuhan.
2) Berfungsi melayani angkutan barang dan penumpang pada daerah terpencil dan terbatas. Dan memiliki volume kegiatan angkutan barang dan penumpang dengan skala kecil dan tidak dilayani oleh angkutan reguler.
3) Memiliki SDM yang mencukupi dalam mendukung kegiatan pelabuhan.
2. Kriteria Trayek Angkutan Laut dan Lintas Penyeberangan a. Kriteria Trayek Angkutan Laut
1) Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional yang memiliki ruang lingkup usaha dan memiliki pengalaman sesuai. Kegiatan tersebut dilaporkan secara berkala kepada pihak yang berwenang.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 60
2) Trayek tetap (Liner) ditetapkan oleh Pemerintah secara terintegrasi berdasarkan kebutuhan barang dan dalam rangka meningkatkan perekonomian. Trayek tersebut ditetapkan dengan memperhatikan dengan pelabuhan awal dan akhir, moda transportasi dan keselamatan pelayaran.
3) Trayek tidak tetap (Tramper) utamanya mengangkut muatan barang curah kering dan curah cair, barang sejenis, atau barang tidak sejenis melalui pengelompokan jenis muatan, kemampuan menangani jenis muatan dan memiliki sistem prosedur penanganan serta dapat menentukan pelabuhan yang dapat disinggahi.
b. Kriteria Trayek Lintas Penyeberangan
1) Kewenangan pemerintah dalam menetapkan trayek. Kewenangan dalam menetapkan trayek tetap dan teratur serta mempunyai kesesuaian dengan perencanaan dan penerapan keterpaduan angkutan intra dan antarmoda.
2) Fasilitas moda lintas penyeberangan, menyediakan sarana tranportasi penyeberangan yang aman dan fasilitas bongkar muat penumpang dan kendaraan serta fasilitas lainnya.
3) Memiliki jaringan trayek tetap dan teratur dengan dilengkapi standar minimal pelayanan.
3. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Dioperasikan 24 jam Dalam
Sehari dan 7 hari Dalam Seminggu 1) Memiliki fasilitas utama dan pendukung, baik di perairan
dan daratan yang sesuai dengan kegiatan operasional pelabuhan dan dapat dioperasikan selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.
2) Memiliki SDM yang mempunyai kompetensi, pengalaman dan bersertifikat dan selalu dilakukan training untuk meningkatkan kompetensi SDM untuk mendukung operasional pelabuhan selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.
3) Dikelola oleh badan usaha pelabuhan yang memiliki kompetensi dan izin di bidang pelabuhan dengan dukungan SDM yang handal.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 61
4. Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas, Angkutan Curah Cair/Curah Kering, Kapal Penumpang dan Kapal Ro-Ro
a. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti
Kemas 1) Dikelola oleh pengelola yang berkompeten, memiliki
sistem dan prosedur pelayanan yang dibuat secara tertulis;
2) Memiliki SDM dengan jumlah yang memadai dan memiliki sertifikat keahlian;
3) Memiliki kesiapan fasilitas tambat untuk kapal petikemas yang dilengkapi dengan alat bongkar muat dan dioperasikan oleh SDM yang memiliki sertifikat keahlian. Dan memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai kebutuhan yang senantiasa dijaga keamanannya.
4) Tersedianya alur masuk kapal dengan kedalaman tertentu sesuai kapasitas pelayanan terminal yang dimilikinya dengan selalu dilakukan monitoring terhadap kedalaman alur tersebut dalam jangka waktu inspeksi yang ditetapkan.
b. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah Cair/Curah Kering 1) Memiliki kesiapan fasilitas tambat, peralatan bongkar
muat curah, yaitu belt conveyor dan bucket elevator, tangki minyak dalam jumlah dan kapasitas yang memadai.
2) Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai
3) Dioperasikan oleh pengelola pelabuhan yang berkompeten dan memiliki keandalan sistem operasi.
c. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal
Penumpang 1) Memiliki fasilitas penanganan turun naik penumpang,
ruang tunggu, keberangkatan dan kedatangan, yang memadai yang dilengkapi dengan toilet fasilitas hiburan, kantin, dan musholla;
2) Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai yang dapat dibagi menjadi beberapa shift;
3) Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen yang khusus untuk kapal penumpang.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 62
d. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Kapal RoRo 1) Terminal harus memiliki fasilitas peralatan
penanganan untuk naik turun penumpang dan kendaraan, ruang tunggu yang memadai , baik untuk keberangkatan maupun kedatangan, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang, seperti fasilitas hiburan, mini kantin, toilet dan ruang ibadah;
2) Memiliki fasilitas parkir dan tempat antrian kendaraan saat akan masuk atau keluar kapal dengan kapasitas yang memadai dan memiliki ketahanan beban jalan serta tersedia tempat istirahat bagi penumpang dan para pengemudi;
3) Memiliki SDM denga jumlah dan kualitas yang memadai untuk melayani penumpang, barang dan kendaraan.
5. Kritera Wilayah Tertentu di Daratan (dry port) yang Dapat
Berfungsi sebagai Pelabuhan a. Pembangunan dry port sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Memiliki aksesibilitas terhadap hinterland pelabuhan, baik untuk jaringan jalan, rel maupun ketersediaan moda transportasi darat/KA;
b. Memperhatikan rencana induk pelabuhan nasional untuk mengetahui perubahan setiap tahun dari fasilitas prasarana maupun sarana transportasi;
c. Memiliki tanah sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan dengan luasan yang memadai dan sesuai peruntukannya serta mendapat rekomendasi dari kepala daerah stempat.
d. Memenuhi persyaratan kelayakan ekonomi, dimana lokasi merupakan tempat kegiatan ekonomi yang selalu dalam keadaan aktif;
6. Kriteria Terminal Khusus yang Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri a. Memenuhi persyaratan administrasi, yaitu rekomendasi dari
pejabat fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan dan rekomendasi dari Gubernur atau Bupati/Walikota;
b. Menangani jenis komoditi khusus yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal dan pelayanan komoditi khusus serta SOP penanganan komoditi khusus dan dioperasikan oleh operator yang memiliki keahlian;
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 63
c. Memenuhi aspek ekonomi, bahwa terminal tersebut mampu mendukung pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional, melayani kegiatan lintas provinsi dan internasional, terletak pada jalur pelayaran internasional;
d. Memiliki fasilitas utama dan pendukung, baik di perairan dan daratan yang sesuai dengan kegiatan operasional pelabuhan serta menerapkan ISPS Code.
7. Kriteria Alur Pelayaran yang Dapat Dikomersialkan
a. Alur pelayaran harus diatur dan dijaga terkait dengan kedalaman, putaran dan lebar dari alur dalam rangka keselamatan pelayaran. Alur tersebut juga harus didukung oleh sarana bantu navigasi, pemanduan dan telekomunikasi serta didukung oleh perlindungan lingkungan maritim sebagaimana diamanatkan dalam peraturan dan perundangan yang berlaku.
b. Memiliki izin prinsip dan izin operasional yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan kementrian yang bertanggung jawab. Penetapan izin untuk alur pelayaran yang dikomersilkan dengan memperhatikan faktor teknis, keselamatan pelayaran, finansial dan hinterland.
c. Pembangunan dan penyelenggaraan alur dilakukan dengan memperhitungkan konsesi kepemilikan, aksesabilitas dan kecepatan, jumlah dan kapasitas kapal yang menggunakan alur, jenis kapal dan operasional penyelenggaraan alur pelayaran. Penyelenggaraan keamanan dan keselamatan pelayaran dilakukan oleh Pemerintah.
d. Pengelolaan alur pelayaran di kelola oleh badan usaha yang mempunyai kompetensi dan pengalaman serta memiliki SDM yang mempunyai kompetensi dan berpengalaman dalam pengelolaan alur pelayaran. Dan dilakukan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi SDM.
8. Kriteria Badan Usaha yang Dapat Bergerak di Bidang Pencucian Tangki Kapal i. Badan usaha harus memiliki surat ijin usaha pendirian
perusahaan dari instansi terkait dan memiliki SOP pencucian tangki kapal;
j. Badan Usaha harus memiliki tenaga ahli yang memahami AMDAL dan mencegah penggunaan bahan pencucian tangki yang berbahaya yang dituangkan dalam SOP;
k. Badan usaha tersebut memiliki peralatan penanggulangan pencemaran (seperti oilboom, dispersant, dan absorbent) yang dilengkapi dengan manual book dan dioperasikan oleh
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 64
SDM yang memiliki keahlian pencucian tangki kapal dan K3;
l. Memahami lokasi pencucian tangki kapal yang direkomendasikan, yakni tidak mengganggu alur pelayaran, tidak merusak lingkungan, lokasi memiliki tinggi gelombang dan kekuatan angin yang kecil serta mendapat ijin dari instansi yang berwewenang.
9. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Ditetapkan Sebagai
Pembuangan Limbah dari Kapal di Laut a. Tidak berada di kawasan suaka alam atau taman nasional
yang meliputi lokasi, keselamatan pelayaran, jenis limbah yang dibuang, SOP, instasi pengawasan serta fasilitas dan SDM untuk penanggulangan kerusakan.
b. Tidak berada di alur pelayaran yang meliputi lokasi, keselamatan pelayaran, jenis limbah yang dibuang, SOP, instasi pengawasan serta fasilitas dan SDM untuk penanggulangan kerusakan .
c. Jarak dari garis pantai lebih dari 12 Mil laut pantai meliputi lokasi pembuangan, jenis limbah, perijinan, SOP, instansi pengawas, ambang mutu dan fasilitas serta SDM
10. Kriteria Lokasi Perairan yang Dapat Dimanfaatkan untuk
Bangunan atau Instalasi di Laut a. Memenuhi persyaratan penempatan, pemendaman, dan
penandaan dari instalasi di laut; b. Tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau
instalasi SBNP dan fasilitas telekomunikasi pelayaran;Tidak berada dalam alur pelayaran dan berada di luar perairan wajib Pandu dan Tidak berada dalam lingkungan perairan pelabuhan dan Tidak berada pada daerah terumbu karang yang dilestarikan;
c. Tidak berada pada daerah rawan gelombang dan arus laut yang ekstrim.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka beberapa hal dapat disarankan untuk penyempurnaan pekerjaan dimasa mendatang, sebagai berikut: 1. Penyusunan kriteria di bidang transportasi laut harus tetap
mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku yang ada, baik nasional maupun internasional;
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 65
2. Penetapan kriteria setidaknya menjelaskan persyaratan dan tata cara yang harus dipenuhi;
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, dapat dilakukan studi standarisasi yang lebih difokuskan pada pembahasan untuk masing-masing kriteria.
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 66
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmojo, Prof.Dr.,Dr.,Ir.,CES.,DEA, 2003, PELABUHAN,
Beta Offset, Yogyakarta-Indonesia. Gaspersz, Vincent, Dr., Ir., MSc., 1992, Teknik Analisis Dalam Penelitian
Percobaan, Tarsito, Bandung – Indonesia; Manheim, Marvin L, Fundamentals of Transportation System Analysis,
volume I, Basic Concept, The MIT Press, Cambridge, 1979; Rangkuti, F., 2003, Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta – Indonesia; Saaty, TL., Multicriteria Decision Making: The Analityc Hierarchy Proccess,
Nijhoff Publishing, USA, 1988; Taaffe, EJ., Gauthier, HL., and O'Kelly, ME., Geography of Transportation,
2nd ed., Prentice Hall, New Jersey, 1996; Singarimbun, Masri, dkk, 1989. Metode Penelitian Survei, Edisi kedua,
LP3ES, Jakarta; Singgih Santoso, 2003.Statistik Diskriptif, Konsep Dan Aplikasi Dengan
Microsoft Excell Dan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta. Sugiyono, 2002. Statitika Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta,
Bandung. Soejono Kramadibrata, 2002. Perencanaan Pelabuhan. Penerbit ITB
Bandung Suranto, 2004. Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan
Serta Prosedur Impor Barang, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan , 2011. Puslitbang Perhubungan Laut. Jakarta.
.Studi Standarisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran. 2011.Puslitbang Perhubungan Laut Jakarta.
Studi Kriteria di Bidang Transportasi Laut, tahun 2009. Puslitbang Perhubungan laut, Jakarta
Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut, 2010. Puslitbang Perhubungan laut, Jakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP, 1990. MARPOL 1973/1978 http://en.wikipedia.org
STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN
Ringkasan Eksekutif 67
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, Tentang Pelayaran. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009,
Tentang Kepelabuhanan. 3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 5 Tahun 2010, Tentang
Navigasi. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010
Tentang Angkutan Di Perairan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010
tentang Perlindungan Maritim. 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.33 Tahun 2003 tentang
Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 Tentang Pengamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan (International Ships and Port Facility Security/ ISPS Code) di Wilayah Indonesia.
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 02 Tahun 2010 tentang Pedoman Penanganan Bahan/Barang Berbahaya Dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia.
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran.
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2011 tentang Pemanduan.
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut.
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Nasional
top related