bab ii data & analisa 2.1. 2.1.1. riset perpustakaan buku...
Post on 06-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4
BAB II
DATA & ANALISA
2.1. Sumber data
2.1.1. Riset Perpustakaan
Buku referensi untuk data
- Indonesia, departemen komunikasi World Vision Indonesia, “Serial Buku
Komik: Ketahanan Masyarakat Dalam Menghadapai Bencana Alam”
Serial ini terdiri dari dua bagian, yaitu gempa bumi dan tsunami,
masing dibedakan menurut target audience, dikarenakan variasi kultur di
Indonesia.
Buku referensi untuk teori
- USA, William Lidwell & co. “Universal Principles of Design” Rockport
Publisher. 2003
- USA, Tina Sutton & Whelan, “The Complete Color Harmony” Rockport
Publisher. 2004
2.1.2. Alamat Referensi Internet di Website:
- http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.5_CARA-
CARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-
cara_Menghadapi_Bencana_Alam /
- http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php?option=com_wrapper&Itemid
=110
- http://rovicky.wordpress.com/tips/
5
- http://www.fema.gov/kids/tch_eq.htm
2.1.3. Wawancara
Wawancara dengan beberapa pakar yang berpengalaman di lapangan, yang
mana semuanya adalah
staff World Vision. Berikut adalah para pakar tersebut:
- Adi Suryadini Disaster Risk Reduction Coordinator | Humanitarian and
Emergency Affairs
- Jimmy Nadapdap Humanitarian & Emergency Affairs/Relief Director
- Alfred Anakkota Regional Humanitarian Emergency Affairs (HEA)
Officer | Java and Nias Region
2.2. Pengertian Edutainment (E-learning)
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Electronic
learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar
lewat media maya seperti komputer internet atau televisi. E-learning merupakan
dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi salah satu bentuknya adalah Edutainment. Edutainment adalah
singkatan dari educational entertaiment, yang berarti suatu bentuk hiburan yang
dirancang untuk kepentingan pendidikan secara menyenangkan dan menghibur.
Program Edukasi (E-learning) ini lebih bersifat Edutainment karena
penyampaiannya ditujukan pada anak-anak, yang secara alamiah lebih mudah
menangkap pesan jika mengandunng hiburan.
6
Asal mula Edutainment masih diperdebatkan. Menurut wikipedia.org
bentuk Edutainment telah ada sejak ribuan tahun, hanya saja berevolusi
bersamaan dengan peradaban manusia. Jaman dahulu edutainment dibentuk
sebagai perumpamaan dan dongeng dengan tujuan mempromosikan perubahan
sosial. Pada era 1970-an, bentuk edutainment telah berkembang secara modern
seperti, produksi televisi, film bioskop, pameran-pameran di museum, dan
perangkat lunak komputer. Edutainment ini menggunakan hiburan untuk
menarik untuk memikat penonton, namun pendidikan sengaja digabungkan agar
tetap konsisten dengan konten atau pesan yang ingin disampaikan .
Istilah Edutainment telah dipakai oleh Walt Disney Company awal tahun
1948 untuk mendeskripsikan serial True Life Adventures. Edutainment telah
menjadi kata baku yang telah digunakan oleh Robert Heyman pada tahun 1973
ketika memproduksi film dokumenter untuk National Geographic Society. Hal
ini juga digunakan oleh Dr. Chris Daniels pada tahun 1975 untuk merangkum
tema dari Millenium Project. Proyek ini kemudian dikenal sebagai The Elysian.
Edutainment dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai modul
pembelajaran yang berbeda-beda dan variatif.
Pada era 70-an berbagai bagian daerah di Amerika Serikat, Inggris, dan
Amerika Latin telah menggunakan Edutainment untuk kesehatan dan isu-isu
sosial seperti penyalahgunaan obat, imunisasi, kehamilan remaja, HIV / AIDS,
dan kanker. Inisiatif dari universitas-universitas besar telah menghasilkan
konten Edutainment, seperti Johns Hopkins University dan University of
7
Wisconsin-Madison, LSM seperti PCI-Media Dampak, dan lembaga pemerintah
seperti Center for Disease Control (CDC).
Dalam perfilman motion graphic dengan konten edukasi muncul
pertama kalinya pada tahun 1943, seperti Private Snafu, dan dapat dilihat pada
film-film modern era 2000-an seperti halnya pada film edutainment serta
political dan isu ekologi, An Inconvenient Truth.
Setelah perang dunia ke-2, edutainment telah dialihkan pada televisi.
Beberapa contoh serial televisi edutainment yang ada sampai sekarang untuk
anak-anak adalah Sesame Street, Dora the Explorer, dan Teletubbies.
2.3. Animasi di Indonesia
Animasi adalah tampilan yang cepat dari pergeseran beberapa posisi
kumpulan gambar, sehingga menciptakan ilusi mata. Ilusi animasi adalah, ilusi
optic seolah-olah objek yang dianimasikan bergerak. Beberapa cara yang
diterapkan bermacam-macam untuk membuat animasi, namun yang paling
sering diciptakan adalah program untuk televisi.
Menurut majalah Concept, Animasi di Indonesia berkembang, dari
jaman pewayangan, yang merupakan cikal bakal lahirnya animasi Indonesia,
hingga jaman 3D sekarang ini. Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran
lokal yang memuat iklan Walt Disney. kemudian Pada Tahun 1955 Presiden
Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama
Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney,
setelah tiga bulan ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama
8
bernama “Si Doel Memilih” animas i ini awalnya di buat untuk tujuan
kampanye politik.
Di tahun 70-an banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm,
maraknya penggunaan kamera untuk membuat film tersebut, akhirnya menjadi
penggagas adanya festival film. Tahun 80-an ditandai sebagai tahun maraknya
animasi Indonesia. Ada film animasi rimba si anak angkasa yang disutradarai
Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi ulanagan si Huma yang diproduksi
oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV.
Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV
seperti Dongeng Aku dan Kau, Klilip dan Puteri Rembulan, Mengapa Domba
Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si Kurus dan Si Macan, pada masa ini serial
animasi cukup populer karena menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi.
Pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah layar lebar diantaranya Janus
Perajurit Terakhir, menyusul kemudian bulan Mei 2004 terdapat film layar
lebar 3D animasi berdurasi panjang yaitu Homeland.
Perkembangan animasi telah meluas di Indonesia, bahkan ada beberapa
studio yang telah membuat animasi lisensi luar dikerjakan oleh tenaga ahli lokal
atau dengan kalimat lain, Indonesia sudah lama terkenal hanya sebagai tempat
produksi industri film animasi Jepang dan Amerika Serikat. Data Ainaki
(Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia) mencatat nama-nama studio
animasi Indonesia, diantaranya adalah: Frozzty Entertainment, Tunas Pakar
Integraha, Castle Production, Mirage, Pustaka Lebah, Jogjakartun, Mrico,
Animad Studio, Jelly Fish, Bulakartun, Griya Studio, Bening Studio, Studio
9
Kasatmata, Asiana Wang Animation, Bintang Jenaka Cartoon Film, Infinite
Frameworks Studios Batam dan lain-lain.
2.4. Data Umum tentang Bencana Alam
2.4.1. Penyebab Terjadinya Bencana Alam
Berdasarkan kesimpulan dari crayonpedia.org bencana alam
merupakan peristiwa yang tidak kita harapkan datangnya. Sebab jika bencana
tersebut datang maka besar kemungkinannya akan mampu merusak segala
sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan mampu merenggut jiwa manusia.
Bencana alam yang mampu menghancurkan suatu daerah yang luas dan
menyebabkan kerugian yang besar merupakan proses alami. Namun ada pula
yang disebabkan oleh ulah manusia. Secara garis besar, terjadinya bencana
alam dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
2.4.1.1. Alam
Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri.
Contoh bencana alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan
gunung berapi. Bencana-bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif
manusia.
2.4.1.2. Perbuatan Manusia
Bencana alam yang terjadi dapat juga disebabkan karena pengaruh
manusia yang tidak dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti bencana ini dibuat
10
oleh manusia tetapi akibat dari ulah manusia atau dipicu dari perbuatan manusia,
seperti penebangan hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah
secara berlebihan dan lain-lain. Perbuatanperbuatan tersebut lambat laun akan
menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau erosi tanah.
2.4.2. Macam Bencana Alam
Secara garis besar berdasarkan penyebabnya bencana alam dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a) Bencana Alam Geologis
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor
yang bersumber dari bumi.
b) Bencana Alam Klimatologis
Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh
cuaca yang berubah.
c) Bencana Alam Ekstraterestrial
Bencana alam ekstraterestrial adalah bencana alam yang disebabkan oleh
benda dari luar angkasa.
2.4.3. Contoh Kejadian Bencana Alam
2.4.3.1. Fokus Utama: Bencana Alam Geologis
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dari
website portal.vsi.esdm.go.id, Indonesia adalah daerah rawan gempa bumi.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu
lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia
11
bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara
ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik
terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga
lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau
sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.
Gambar 2.4.3.1-1 Peta kepulauan Indonesia pada pertemuan 3 lempeng
Berikut ini adalah 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia
yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu,
Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta,
Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku
Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire,
Wamena, dan Kalimantan Timur., beserta bencana susulan yang akan terjadi
setelah itu, ada kemungkinan terjadi tsunami jika gempa kuat ada juga yang
berupa tanah longsor. Berikut adalah penjelasan setiap bencana:
a) Gempa
12
Gempa adalah bergeraknya permukaan bumi yang disebabkan oleh
terlepasnya energy yang terimpan di dalam bumi secara tiba-tiba. Biasanya hal
tersebut terjadi dalam bentuk benturan antar lempengan tektonik, pergeseran
batuan dan juga pergerakan magma di bawah bumi. Gempa juga merupakan
gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke permukaan bumi
akibat adanya gangguan di kerak bumi berupa patah, runtuh, atau hancur.
b) Tsunami
Menurut Serial Buku Bergambar Ketahanan Masyarakat Dalam
Menghadapai Bencana Alam. Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang
berarti “ombak besar di pelabuhan”. Tsunami adalah salah satu gejala susulan
akibat gempa bumi yang berpusat di dasar laut, berupa ombah raksasa. Tidak
semua gempa menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi akibat letusan
gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di dasar laut
juga mampu menimbulkan tsunami. Namun 90% tsunami adalah akibat gempa
bumi yang berada di bawah laut. Di Indonesia tinggi gelombang tsunami yang
mencapai pantai sekitar 4-24 meter.
Indonesia juga rawan bencana Tsunami secara negara itu adalah negara
kepulauan, dan sebagian besar bagian negaranya adalah lautan. Berikut dari
gambar ini menunjukan daerah pantai yang rawan tsunami. Daerah tersebut
antara lain Sumatra, Maluku, Pulau Jawa bawah, dan sebagainya:
13
Gambar 2.4.3.1-2 Peta Indonesia, yang digarisi adalah yang rawan akan tsunami
2.4.4. Mengenal dan Mengantisipasi Bencana Alam
2.4.4.1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit
untuk diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dilihat bahwa gejala alam
ini sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini,
ketika usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil,
maka usaha yang paling baik dalam mempersiapkan diri dengan cara mengatasi
bencana alam ini adalah dengan mitigasi. Mitigasi yaitu mengurangi kerugian
yang akan ditimbulkan oleh bencana.
Para ahli menyimpulkan walau datangnya gempa tidak dapat
diperkirakan kedatangannya tetapi ada beberapa gejala alam yang patut
dicermati dan dianggap sebagai tanda akan adanya gempa:
a) Terdapat medan elektromagnetik di sekitar kita. Gelombang tersebut
memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Medan
elektromagnetik dapat diuji dengan cara melihat siaran televisi apakah
tiba-tiba salurannya terganggu tanpa sebab apapun.
14
b) Perilaku hewan-hewan sekitar juga dipertimbangkan, apa mereka
gelisah atau apa alasan burung-burung berterbangan tiba-tiba. Sebab
hewan memiliki naluri yang sangat tajam dan mampu merasakan
gelombang elektromagnetis.
c) Di langit ada awan yang berbentuk tidak biasanya seperti angin badai
tornado/seperti pohon/seperti batang, bentuknya berdiri, itu adalah awan
gempa yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi. Walaupun
demikian, adanya awan gempa yang bentuknya aneh itu, tetap tidak bisa
memastikan kapan gempa terjadi.
d) Air tanah yang tiba-tiba menjadi surut tidak seperti biasanya.
Jika empat tanda ini ada atau terlihat dalam waktu bersamaan, segeralah
bersiap-siap untuk evakuasi. Empat tanda tersebut kemungkinan besar
menunjukkan memang akan ada gempa berkekuatan besar.
Namun tanda-tanda di atas belum menjamin terjadinya gempa. Berikut
ini adalah ciri khas gempa pada saat bencana tersebut terjadi berdasarkan
kesimpulan dari rovicky.wordpress.com:
a) Terjadinya selalu mendadak dan tidak disangka-sangka lama waktunya.
Karena mendadak maka harus disadari posisi serta situasi daerah sekitar.
Ketika berada di gedung dan di luar gedung, ataupun dalam kendaraan
yang bergerak maka cara dan prosedur penyelamatannya akan berbeda.
b) Besarnya tidak diketahui pada saat terjadinya. Pada saat sepuluh detik
pertama banyak yang tidak akan pernah tahu seberapa besar gempa ini
15
akan terjadi. Tidak diketahui secara pasti berapa waktunya. Biasanya
berkisar hanya selama 20 detik atau paling lama 3 menit. Yang perlu
diperhatikan adalah apakah yang dapat kita lakukan dalam menit-menit
pertama dari tempat kita berada saat itu.
c) Gempa kuat akan diikuti oleh gempa susulan yang lebih lemah. Tetapi
pada saat terjadi kita sekali-lagi tidak tahu kapan susulannya terjadi.
Selang dari satu goyangan ke goyangan berikutnya bisa 10 menit hingga
30 menit atau beberapa jam setelahnya.
d) Gempa besar diikuti oleh bencana-bencana ikutan. Bencana ikutan
gempa termasuk diantaranya tsunami kalau terjadi di laut, juga tanah
longsor, bahkan bisa juga banjir kalau merusak dam seperti yang terjadi
di China.
Yang harus dilakukan pada saat terjadinya gempa, untuk anak-anak menurut
panduan dari Federal Emergency Management Affairs (FEMA) dan Serial
Buku Komik: Ketahanan Masyarakat Dalam Menghadapai Bencana Alam:
Di luar rumah (saat berjalan).
a) Menghindari barang yang berjatuhan. Jauhi gedung tinggi, karena sering
kaca akan pecah berhamburan yang berbahaya bagi yang berada dekat
dinding gedung tinggi. Lindungi kepala dengan tas atau barang apa saja,
termasuk dengan kedua tangan.
16
b) Biasanya guncangan hanya beberapa saat gempa. Namun harus dingat
kemungkinan akan ada gempa susulan. Jedanya dapat cukup lama untuk
mencari tempat yang lebih aman.
c) Jika tidak sempat keluar, lindungi diri di bawah meja yang kuat menahat
hantamant.
Di dalam rumah (menetap di lantai 1).
a) Ketika awal goyangan terjadi usaha pertama adalah menghindari
kejatuhan benda. Cobalah bersembunyi di kolong meja atau kolong
tempat tidur. Apabila dekat dengan pintu, usahakan keluar rumah sambil
memperhatikan kalau saja ada benda jatuh dari atas.
b) Ketika goyangan utama reda (seringkali kurang dari 2 menit), usahakan
keluar rumah, terutama apabila sebelumnya tidak sempat lari. Dan
mencari tempat aman dari rubuhnya tembok rumah yang mungkin sudah
rapuh.
Di Pantai.
a) Saat terasa goyangan larilah ke tempat tinggi yang landai. Ini untuk
menghindarkan diri dari kejatuhan dan adanya longsoran. Yang paling
sering ditakuti ketika di pantai adalah tsunami yang terpicu oleh gempa.
Tetapi pada saat kejadian gempa itu belum tentu apa ada kemungkinan
tsunami atau tidak.
b) Mencari informasi lewat radio atau televisi akan membantu anda
mengerti dimana dan seberapa besar gempanya. Kalau ada tsunami
17
seringkali terjadi setelah selang waktu 30 menit hingga beberapa jam
setelah gempa.
Menanti gempa susulan terjadi.
a) Masa kritis dalam peristiwa gempabumi diatas terjadi hanya beberapa
menit saja. Namun didaerah pemukiman padat, goyangan gempa
susulan seringkali justru lebih membahayakan karena konstruksi
bangunan sudah rapuh terkoyak oleh gempa utama. Sehingga ketika
melakukan evakuasi atau membuat peta untuk hapal lokasi rumah.
b) Bila tidak menguasai teknik pertolongan, usahakan berada ditempat
yang aman. Hindari bangunan tinggi termasuk pagar dan tembok yang
rapuh.
2.4.4.2. Tsunami
Tsunami datangnya 30 menit hingga beberapa jam setelah gempa.
Dengan demikian masih ada waktu untuk menghindar. Namun di pantai tidak
mudah untuk mendeteksi apakah akan ada tsunami ataupun tidak. Walau ada
kemungkinan adanya tsunami atau tidak, sebaiknya hindari daerah pantai.
Gempa berkekuatan besar tentu saja ada dampak yang bisa berwujud
bencana jenis lain. Jika skala gempa besar dan pusat gempa berada di dasar laut
maka gempa tersebut dapat menimbulkan gelombang tsunami.
Dr. Ir. Amien Widodo, Ketua Pusat Studi Bencana Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyimpulkan beberapa petunjuk alam
pada saat tsunami akan terjadi, di antaranya adalah:
18
a) Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah.
Suara ini bisa didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi
saat gempa dan tsunami di Pangandaran lalu.
b) Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan
kekuatan lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
c) Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung
berdasarkan jarak episentrumnya dengan pesisir.
d) Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran
lapisan tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.
e) Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis
dan kadang bau belerang.
f) Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini
terjadinya tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik
dan menjauhi pantai, binatang peliharaan seharusnya juga peka terhadap
bencana alam, seperti kucing dan anjing karena pendengarannya yang tajam.
g) Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
h) Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat
supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
Apa yang dilakukan saat tsunami:
Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan
atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Waktu
untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.
19
2.5. Data Hasil Survey
2.5.1. Survey
Pembagian kuestioner semula berupa angket berupa daftar pertanyaan
tertulis. Kuestioner dibagikan pada 110 anak secara acak, dari SD Permata
Bunda, Cinere dan SDN 3 Cilandak. Alasan dipilihnya kelas itu karena SD
tersebut berkumpul anak-anak berumur sekitar 8-12 tahun tepat di tengah sesuai
target, yakni 7-13 tahun dengan latar belakang kelas ekonomi tidak menengah
(SD Permata Bunda) dan bawah (SDN Cinere). Dari Survey tersebut telah
disimpulkan:
a) Sebagian besar responden tahu cara menghadapi gempa. Namun rata-rata
hanya tahu sekitar “Keluar dari rumah” lalu tidak tahu kelanjutannya.
Sebagian sekitar 10% benar-benar tahu caranya lebih spesifik seperti
menghindari pohon atau tiang yang dapat menimpa. 33% hanya menjawab
sembunyi bawah meja, padahal prioritas utama dalam menghindari gempa
adalah keluar dari dalam bangunan. Sebagian menjawab, sekitar 19% yang
kurang relevan, tidak panik atau berdoa. 38% terutama yang hidup di
lingkungan yang ekonominya benar-benar tidak tahu cara menghadapi
gempa
b) 89% responden tidak tahu tanda-tanda tsunami, walaupun sebagian besar
tahu bahwa tsunami adalah dampak yang dapat terjadi setelah gempa bumi,
11% tahu tanda tsunami secara detil.
20
c) 64% responden mengatakan gempa pernah dibahas di sekolah, namun
sekedar teori dan bagaimana terjadinya bencana tersebut, 16% mengatakan
tidak, atau tidak ingat, 20% lainnya diajarkan guru bagaimana bereaksi
dalam menghadapi gempa
d) Sebagian besar responden belum pernah membahas gempa ke orang tua
sekitar 40%, 35% yang sudah bicara, namun lupa, 25% masih ingat dan
dapat menceritakan kembali apa yang orang tua mereka katakan.
e) Sekitar 85% menyukai kartun, terutama kartun dengan humor segar, desain
karakter geometris dan plot sederhana seperti Sponge Bob atau Tom and
Jerry. 12% yang kurang menyukai animasi, terutama anak-anak yang
prestasinya bagus di sekolah, dengan asumsi mereka menganggap hiburan
itu membuang waktu belajar mereka.
f) Warna yang disukai adalah Biru 34% lalu Merah 19% kemudian disusul
warna lainnya. Hal ini menandakan sebagian besar anak pada umur saat itu
menyukai warna-warni primer, disusul sekunder.
2.5.2. Observasi
Sejumlah 25 anak dari kelas 3A SD Permata Bunda, Cinere mengikuti
observasi terhadap reaksi atas gaya animasi. Anak-anak mendapat giliran untuk
melihat dan memilih gaya animasi apa yang mereka suka, berdasarkan dari
gambar yang ada di lampiran.
Kesimpulan yang diperoleh adalah:
21
a) Sebagian besar anak 13, langsung dengan antusias menunjuk desain
karakter Tinga-tinga Tales, mereka sangat tertarik dengan desain
karakter yang dekoratif dan desain binatang yang dianggap lucu dan
menggemaskan.
b) Kebanyakan anak laki-laki menyukai desain United Airlines yang ada
naganya, mereka terpesona dengan binatang buas dan menganggap
keren cara binatang tersebut mengeluarkan api.
c) Kebanyakan anak perempuan lebih menyukai background dengan
warna netral dan naturalis yang dapat dengan mudah dikenali, apalagi
objek binatang yang lucu seperti kelinci, kucing dan anjing.
d) Sekitar 12 anak menyukai background yang berwarna-warni dan
dekoratif, terlepas itu fantasi tau tidak. Seperti yang didapat pada
animasi iklan e-marketing. Sebagian 8 anak menyukai kota miniatur dan
bergradasi dari Comcast.
e) Sekitar 16 yang suka desain karakter yang jelas, mata besar ekspresif,
dengan bentuk sedikit geometric seperti The Imp. Sekitar 9 mengagumi
karakter yang unik seperti pada Anchor.
Gambar 2.5.2 Animasi United Airlines
Gambar 2.5.2 Animasi Tinga-tinga Tales
22
Gambar 2.5.2 Animasi iklan Global E-Marketing
Gambar 2.5.2 Animasi iklan ComCast
Gambar 2.5.2 Animasi The Imp
Gambar 2.5.2 Animasi Pendek The Anchor
Kesimpulan yang didapat dari animasi tersebut adalah: Anak-anak
menyukai background atau layout warna primer dengan sedikit dekoratif.
Namun dalam pemilihan karakter, kebanyakan anak menyukai desain karakter
yang sederhana, mata besar ekspresif.
2.6. Kompetitor
Animasi barat yang menceritakan bencana alam dengan sederhana dan
cepat ditangkap, User’s Guide No. 5: What to Do in the Event of an Earthquake
oleh Richard Fenwik. Berasal dari situs website film-film pendek Richard
Fenwik. Namun dikarenakan pendekatan gaya cerita sarkastik dan sedikit sadis,
pastinya untuk kalangan remaja atas.
23
Gambar 2.4-1 User’s Guide No. 5: What to Do in the Event of an Earthquake disutradarai oleh
Richard Fenwik
Kompetitor yang mendekati tema e-learning animasi ini adalah “Bagas,
Menur, dan Bencana” adalah animasi pendahulu dari World Vision. Animasi ini
berisi banyak macam bencana-bencana yang dapat menimpa, serta cara untuk
menanggulanginya dengan penyampaian yang sederhana, Family Friendly,
target utama anak-anak.
Permasalahan utama dari animasi sebelumnya adalah kurangnya fokus
bencana. Dikarenakan mereka mengambil tema “Bencana”, topik yang ingin
dibahas juga bermacam-macam. Masalah kedua terletak pada topik yang
dibicarakan, terkadang tidak relevan. Ada kasus tidur di tempat yang aman,
mungkin berguna pada saat bencana telah selesai tapi belum tentu rumah yang
didiami rusak. Masalah ketiga kurangnya pemberitahuan cirri-ciri dan tanda
bencana alam. Mengetahui tanda benca alam cukup penting dan dapat
menambah kurangnya resiko kerugian yang dialami pada saat bencana alam.
24
2.6.1. Analisa untuk Animasi Richard Fenwik:
2.6.1.1. Faktor Pendukung
a) Animasinya sangat sederhana namun mudah dicerna penyampaiannya.
b) Dapat dikerjakan dengan usaha yang tidak banyak
c) Jalan cerita yang unik dan menarik sehingga penonton langsung terhibur
d) Animasi ini penyebarannya dari internet, sehingga batas waktu tidak
dipermasalahkan
e) Animasi ini mendapatkan award dari berbagai festival.
2.6.1.2. Faktor Penghambat
a) Gaya cerita yang sarkastik dan sadis berupa adegan karakter copot kepala,
dan sering ketiban benda. Pastinya film animasi ini tidak ditujukan pada
anak-anak
b) Warna pada animasi kurang kontras, sehingga agak sulit mendeteksi apa
yang diperlihatkan.
c) Animasi ini buatan dari luar negri, sehingga tidak lokal konten dengan
Indonesia.
d) Beberapa penyampaian mungkin belum tentu sesuai dengan solusi untuk
orang Indonesia.
Kompetitor yang mendekati tema e-learning animasi ini adalah “Bagas,
Menur, dan Bencana” adalah animasi pendahulu dari World Vision. Animasi ini
berisi banyak macam bencana-bencana yang dapat menimpa, serta cara untuk
25
menanggulanginya dengan penyampaian yang sederhana, Family Friendly,
target utama anak-anak.
Permasalahan utama dari animasi sebelumnya adalah kurangnya fokus
bencana. Dikarenakan mereka mengambil tema “Bencana”, topik yang ingin
dibahas juga bermacam-macam. Masalah kedua terletak pada topik yang
dibicarakan, terkadang tidak relevan. Ada kasus tidur di tempat yang aman,
mungkin berguna pada saat bencana telah selesai tapi belum tentu rumah yang
didiami rusak. Masalah ketiga kurangnya pemberitahuan cirri-ciri dan tanda
bencana alam. Mengetahui tanda benca alam cukup penting dan dapat
menambah kurangnya resiko kerugian yang dialami pada saat bencana alam.
Gambar 2.4-2 Film animasi pendahulu Bagas, Menur, dan Bencana dari World Vision.
26
2.6.2. Analisa untuk Bagas, Menur, dan Bencana:
2.6.2.1. Faktor Pendukung
a) Animasi ini disertai karakter yang ramah, polos dan cocok untuk anak-anak.
b) Lokal kontennya kuat, dan solusi yang disampaikan telah disesuaikan untuk
anak-anak di Indonesia
c) Isi solusi juga disesuaikan dengan geologis dan latar belakang Indonesia.
d) Adanya simulisasi untuk setiap bencana.
e) Animasi ini telah dipraktekan pada beberapa sekolah dan disebarkan oleh
World Vision lewat-lewat sekolah pedalaman. Tiap satu sekolah disediakan
vcd ini.
f) Lokal konten yang cukup kuat dari animasi ini dapat mudah diterima oleh
penonton-penonton di Indonesia.
2.6.2.2. Faktor Penghambat
a) Belum ada penjelasan tentang Tsunami. Di animasi ini lebih menceritakan
banjir, sedikit relevan dengan tsunami, namun pasti penanganannya berbeda
untuk bencana Tsunami.
b) Style animasinya tidak konsisten, terkadang backgroundnya full 3d
terkadang cut-out digital.
c) Terkadang anak-anak terganggu atau tidak nyaman dengan desain
karakternya.
d) Tidak banyak penjelasan tentang tanda-tanda sebelum bencana terjadi.
27
e) Terkadang ada data yang belum tentu relevan untuk kasus-kasus tertentu,
seperti penjelasan di mana seharusnya tidur.
2.7. Target
a) Primer
Anak-anak di Indonesia berusia berkisar 7-13 tahun.
Menurut Buku Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana
yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas, alasan utama
kenapa anak-anak adalah prioritas target penonton karena selain posisi paling
rentan. Anak-anak tidak memiliki keterampilan fisik atau koordinasi seperti
orang dewasa. Mereka terlalu muda untuk mengetahui bagaimana menetapkan
prioritas, dan tidak memiliki pengetahuan dan informasi seperti yang dimiliki
oleh orang dewasa. Mereka kurang mampu mengontrol emosi dan dapat
mengalami dampak psikologis yang sangat serius yang diakibatkan oleh situasi
yang menekan.
b) Sekunder
Pria dan Wanita berumur dari 14-40 tahun, baik sebagai penggemar
animasi, maupun sebagai kakak-kakak, orang tua, pembimbing, guru, dan
pengasuh dari anak-anak audien yang akan mendukung pendidikan gempa dan
tsunami pada anak-anak.
28
2.8. Analisa Pendukung dan Penghambat untuk Proyek Animasi
Edukatif:
2.8.1. Faktor Pendukung
a) Tema tentang bencana alam merupakan pengetahuan yang
sangat penting di dalam kehidupan kita. Terutama karena
bencana alam sering terjadi secara tiba-tiba dan dapat terjadi
dimanapun dan kapanpun. Siapapun pasti dapat terkena musibah
ini.
b) Animasi menjadi media yang cocok dalam menyampaikan pesan
ini. Selain menarik, edutainment ini juga dapat memberi pesan
langsung secara sederhana, dapat dipahami dan mudah
dipraktekan.
c) Tema ini dapat mendukung pengurangan kerugian jika bencana
alam terjadi. Diharapkan penonton telah mendapat wawasan dari
e-learning ini. Pada saat bencana terjadi, mereka siap dan tahu
cara menghadapinya.
d) Setiap orang membutuhkan pedoman akan cara menghadapi
bencana alam terutama anak-anak karena mereka adalah
golongan yang paling rentan dalam menghadapi bencana alam,
dengan ini diharapkan dapat mendukung pengetahuan mereka.
29
2.8.2. Faktor Penghambat
a) Ada kemungkinan beberapa penonton sudah pernah mengetahui
cara-cara menghadapi bencana alam dari buku atau media
lainnya, sehingga menonton e-learning animasi ini bukanlah
topik yang baru.
b) Keterbatasan daya tangkap penonton, ada kemungkinan pesan
yang ingin disampaikan tidak tersampaikan dengan jelas.
c) Jenis-jenis bencana alam yang serius di tiap-tiap daerah
Indonesia berbeda, misalkan di Jakarta lebih sering banjir
sedangkan daerah pedalaman lebih sering longsor.
d) Jika kualitas animasi ini tidak lebih baik daripada pendahulunya:
Bagas, Menur, dan Bencana.
e) Media-media lain seperti buku, majalah atau koran yang telah
membahas cara menangani bencana alam.
f) Animasi pendahulu dari World Vision: “Bagas, Menur, dan
Bencana” dan animasi dari internet User’s Guide No. 5: What to
Do in the Event of an Earthquake oleh Richard Fenwik.
top related