bab ii definisi luka kronis - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4242/3/nur indah indri yani...
Post on 07-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang sudah lama terjadi atau menahun
dengan penyembuhan yang lebih lama akibat adanya gangguan selama proses
penyembuhan luka. Gangguan dapat berupa infeksi, dan dapat terjadi pada
fase inflamasi, poliferasi, atau maturasi. Biasanya luka akan sembuh setelah
perawatan yang tepat selama dua sampai 3 bulan (dengan memperhatikan
faktor penghambat penyembuhan). (Perry & Potter, 2006).
Luka kronis juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka.
Penyebab luka kronis biasanya akibat ulkus, luka gesekan, sekresi dan tekan.
Contoh luka kronis adalah luka diabetes militus ,luka kanker, dan luka tekan,
ulkus pada pembuluh darah vena, ulkus pada pembuluh arteri (iskemia), luka
abses dan luka infeksi. Luka kronis umumnya sembuh atau menutup dengan
tipe penyembuhan sekunder. Akan tetapi , tidak semua luka dengan tipe
penyembuhan sekunder disebut luka kronis, misalnya luka bakar dengan deep
full-thickness yang terjadi dua hari yang lalu disebut luka dengan tipe
penyembuhan sekunder (Arisanty,2013).
B. Jenis Luka Kronis
1. Luka Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki.(Hariani &
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
16
David, 2015). Ulkus diabetik merupakan suatu komplikasi yang umum
bagi pasien dengan diabetes melitus. Penderita diabetes melitus mencapai
8 juta orang pada tahun 2000 di negara Indonesia, 50% pasti terkena
komplikasi ulkus diabetik (Guntur dkk, 2012).
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki. Separo
lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus
diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan
amputasi kaki kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan
penyembuhan luka bagus, angka kekambuhan diperkirakan sekitar 66%,
dan resiko amputasi meningkat sampai 12%. Beberapa etiologi yang
menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati, penyakit arterial,
tekanan dan deformitas kaki. (Titi, 2016).
Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati,
trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit
vaskuler perifer.Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang
menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan arahan
perawatan yang adekuat. .(Hariani & David, 2015).
2. Luka Kanker
Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan
kanker stadium lanjut. Hoplamazian 2006 dalam Wijaya 2016,
menyebutkan definisi luka kanker sebagai kerusakan integritas kulit yang
disebabkan infiltrasi sel kanker. Infiltrasi sel kanker juga akan merusak
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
17
pembuluh darah dan membunuh lymph yang terdapat di kulit (Dudut
Tanjung, 2007).
Luka kanker merupakan infiltrasi sel tumor yang merusak lapisan
epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau proliferasi
sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak beraturan, biasanya
seringkali muncul berupa benjolan yang keras, bentuknya menyerupai
jamur, mudah terinfeksi, mudah berdarah, nyeri, mengeluarkan cairan
yang berbau tidak sedap dan sulit sembuh (Gitaraja, 2004 dalam Wijaya,
2016).
Luka kanker dikatakan sebagai luka kronis dilihat dari
karakteristiknya yaitu sulit sembuh, sangat menyakitkan, tidak sedap
dipandang, bau/malodor, dan sangat banyak memproduksi eksudat
(Dennis et all. 2010; dalam Astriana, 2013).
Dari definisi luka kanker yang dijabarkan maka dapat
disimpulkan bahwa luka kanker adalah luka kronis yang disebabkan
deposisi atau proliferasi sel ganas yang sulit sembuh, berbau, dan banyak
mengandung eksudat. Adapun beberapa luka kanker antara lain:
a. Luka Kanker Payudara
Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang sukar
sembuh. Menurut Potter & Perry, (2005) luka kronik adalah luka
yang gagal melewati proses perbaikan untuk mengembalikan
integritas fungsi dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang
normal.
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
18
Seperti luka kronik lainnya, luka kanker payudara juga
mengalami tahapan proses penyembuhan luka. Luka kanker ada pada
tahapan proliferasi yang memanjang, dimana terjadi penurunan
fibroblas, penurunan produksi kolagen, dan berkurangnya
angiogenesis kapiler. Oleh karena itu luka kanker terus ada pada
kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi jaringan nekrotik.
Jaringan nekrotik merupakan fasilitator terhadap perkembangbiakan
bakteri aerob dan anaerob.( Astuti, 2013)
b. Luka Melanoma Maligna
Melanoma maligna (MM) merupakan keganasan kulit yang
berasal dari sel-sel melanosit; sel-sel tersebut masih mampu
membentuk melanin, sehingga pada umumnya MM berwarna coklat
atau kehitaman. Beberapa melanoma yang sel-selnya tidak dapat
membentuk melanin lagi tampak berwarna merah muda, tan, atau
bahkan putih. (Tansil & Isabella, 2015)
American Cancer Society 2014: menjelaskan bahwa MM
bisa ditemukan di bagian mana saja di tubuh, paling sering di dada
dan punggung pada pria, di tungkai bawah pada wanita. Lokasi lain
yang sering adalah di wajah dan leher. MM juga dapat ditemukan di
mata, mulut, daerah genital, dan daerah anus, walaupun jarang.4
Kulit lebih gelap menurunkan risiko terkena MM; MM 20 kali lebih
sering ditemukan pada kulit putih dibandingkan kulit gelap.
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
19
Faktor risiko terpapar sinar matahari berlebihan dapat
dihindari, sedangkan genetik, usia, atau jenis kelamin merupakan
faktor risiko yang tidak dapat dihindari.
C. Warna dasar Luka
Luka dapat juga dibedakan berdasarkan warna dasar luka atau
penampilan klinis luka (clinical appearance). Klasifikasi ini juga dikenal
dengan sebutan RWB (red, yellow, black). Beberapa referensi menambahkan
pink dan coklat pada klasifikasi tersebut.
1) Hitam (black). Menurut Arisanty 2013, warna dasar luka hitam artinya
jaringan nekrosis (mati) dengan kecendrungan keras kering. Jaringan
tidak mendapatkan vaskulerisasi yang baik dari tubuh sehingga mati.
Luka dengan warna dasar hitam beresiko mengalami deep tissue injury
atau kerusakan kulit hingga tulang , dengan lapisan epidermis masih
terlihat utuh. Luka terlihat kering, namun sebetulnya itu bukan jaringan
sehat dan harus diangkat. Tujuan perawatan adalah untuk membersihkan
jaringan mati dengan debridement, baik dengan autolysis debridemen
maupun dengan pembedahan. (Ronald , 2015)
2) Kuning (yellow). Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis
(mati) yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit
yang sering disebut dengan slough. Jaringan ini juga mengalami
kegagalan vaskulerisasi dalam tubuh dan memiliki eksudat yang banyak
hingga sangat banyak. Perlu dipahami bahwa jaringan nekrosis mana pun
(hitam atau kuning) belum tentu mengalami infeksi sehingga penting
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian yang tepat. Pada
beberapa kasus, kita akan menemukan bentuk slough yang keras yang
disebabkan oleh balutan yang tidak lembab. (Puspita, 2013).
3) Merah (red). Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah.
Warna dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga
hingga luka dapat menutup. Hati
yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan ada lapisan
biofilm yang menutupi jaringan granulasi.
4) Pink. Warna d
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilundungi selama
proses maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan epitel
dapat membantu agar tidak timbul luka baru. (Puspita,2013
Warna dasar luka hitam
Warna dasar luka merah
Gambar 2.1. Macam warna dasar luka (sum
sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian yang tepat. Pada
asus, kita akan menemukan bentuk slough yang keras yang
disebabkan oleh balutan yang tidak lembab. (Puspita, 2013).
). Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah.
a dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga
hingga luka dapat menutup. Hati- hati dengan warna dasar luka merah
yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan ada lapisan
biofilm yang menutupi jaringan granulasi.
. Warna dasar luka pink menunjukan terjadinya proses epitelissi
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilundungi selama
proses maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan epitel
at membantu agar tidak timbul luka baru. (Puspita,2013
Warna dasar luka hitam Warna dasar luka kuning
Warna dasar luka merah Warna dasar luka pink
Gambar 2.1. Macam warna dasar luka (sumber : Ronald,2015 & Arisanty,2013)
20
sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian yang tepat. Pada
asus, kita akan menemukan bentuk slough yang keras yang
disebabkan oleh balutan yang tidak lembab. (Puspita, 2013).
). Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah.
a dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga
hati dengan warna dasar luka merah
yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan ada lapisan
asar luka pink menunjukan terjadinya proses epitelissi
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilundungi selama
proses maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan epitel
at membantu agar tidak timbul luka baru. (Puspita,2013)
Warna dasar luka kuning
Warna dasar luka pink
ber : Ronald,2015 & Arisanty,2013)
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
21
D. Manajemen perawatan luka
Pengkajian luka perlu dilakukan untuk menentukan status luka dan
mengidentifikasi luka sehingga membantu proses penyembuhan. Sebuah
pendekatan terstruktur dalam pengkajian luka diperlukan untuk
mempertahankan standar yang baik dari perawatan. Ini melibatkan pengkajian
pasien menyeluruh, yang harus dilakukan oleh praktisi yang terampil dan
kompeten, mengikuti pedoman lokal dan nasional (Harding et al, 2008).
Pengkajian yang tidak tepat dapat menyebabkan penyembuhan luka tertunda ,
nyeri, peningkatan resiko infeksi dan pengurangan kwalitas hidup bagi pasien
(Ousey & Cook, 2011) untuk itu dibutuhkan suatu alat dalam pengkajian luka
untuk mengetahui perkembangan luka antara lain:
1. TIME
Internasional Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB)
banyak mengembangkan konsep persiapan dasar luka. Menurut Schultz
(2003) dalam Arisanty 2013, persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan
luka sehingga dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh sendiri
atau memfasilitasi efektifitas terapi lain. Metode ini bertujuan
mempersiapkan dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau jaringan
mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik. TIME
dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 yang disponsori
oleh produk Smith dan Nephew dalam penelitian ini sehingga keluar
akronim (sebutan) manajemen TIME. T tissue management (manajemen
jaringan), I infection or inflammation control (pengendalian infeksi), M
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
22
moisture balance (keseimbangan kelembaban), dan E edge of wound
(pinggiran luka untuk mendukung proses epitelisasi).
a. Tissue Management (manajemen jaringan)
Menurut David et.all 2012 dan Arisanty 2013. TIME yang
pertama adalah Tissue Management, yaitu manajemen jaringan pada
dasar luka. Tindakan utama manajemen jaringan adalah melakukan
debdridemang (debridement) yang dimulai dari mengkaji dasar luka
sehingga dapat dipilih jenis jenis debridemang yang akan dilakukan.
Debridemang adalah kegiatan mengangkat atau menghilangkan jaringan
mati (devaskulerisasi), jaringan terinfeksi, dan benda asing dari dasar
luka sehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi baik.
Untuk mendapatkan dasar luka yang baik (tidak ada jaringan yang mati
dan benda asing), diperlukan tindakan debridemang secara
berkelanjutan. Kaji luka, lingkungan, dan faktor sistemik pasien
sebelum melakukan debridemang, tentukan pencapaian hasil, dan pilih
jenis debridemang yang cocok untuk pasien tersebut.
Penganggkatan jaringan mati (manajemen T) memerlukan
waktu tambahan dalam penyembuhan luka. Waktu efektif dalam
pengangkatan jaringan mati yaitu sekitar dua minggu (14 hari) dan
tentunya tanpa faktor penyulit yang berarti, misalnya GDS terkontrol,
penyumbatan atau gangguan pembuluh darah teratasi , mobilisasi
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
23
baik,dll. Jika kondisi sistemik pasien tidak mendukung, persiapan dasar
luka akan memanjang hingga 4-6 minggu. (Arisanty , 2013)
b. Infection-Inflamation Control (Manajemen Infeksi dan Inflamsi)
TIME yang kedua adalah nfektion-inflammation control,yaitu
kegiatan mengatasi perkembangan jumlah kuman pada luka. Semua
luka adalah luka yang terkontaminasi, namuntidak selalu ada infeksi
(Smith, 2014). Infeksi adalah pertumbuhan organisme dalam luka yang
ditandai dengan reaksi jaringan lokal dan sistemik. Sebelum terjadi
infeksi, ada proses perkembangbiakan kuman mulai dari kontaminasi,
kolonisasi, kolonisasi kritis, kemudian infeksi (Schultz et al.,2003
dalam Arisanty 2013). Luka dikatan infeksi jika ada tanda
inflamasi/infeksi, eksudat purulen, bertambah, dan berbau, luka meluas/
break down, dan pemeriksaan penunjang diagnostik menunjukan
leukosit dan makrofag meningkat, kultur eksudat menunjukan bakteri
>106/g jaringan.
c. Moisture Balance Managemen (Manajemen pengaturan kelembapan
luka)
Winter (2013) menemukan evolusi kelembapan pada
penyembuhan luka (moist wond healing). Falanga (2003)
mengemukakan bahwa cairan yang berlebihan pada luka kronis dapat
menyebabkan gangguan kegiatan sel mediator seperti growth factor pada
jaringan. Banyaknya cairan luka (eksudat) pada luka kronis dapat
menimbulkan maserasi dan perlukaan baru pada daerah sekitar luka
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
24
sehingga konsep kelembapan yang dikembangkan adalah keseimbangan
kelembapan pada luka. Tujuan manajemennya adalah melindungi kulit
sekitar luka, menyerap eksudat, mempertahankan kelembapan, dan
mendukung penyembuhan luka dengan menentukan jenis dan fungsi
balutan yang akan digunakan.
Luka kering atau luka tanpa eksudat hingga luka eksudat minimal
harus dibuat lembab dengan memberikan balutan yang berfungsi
memberikan hidrasi dan kelembapan pada luka, seperti hydrogel,
hydrocolloid, interactive wet dressing, dan salep herbal TTO. Luka
dengan eksudat minimal hingga sedang masih memerlukan balutan yang
memberikan hidrasi. Untuk kelembapan yang seimbang , kombinasikan
dengan balutan yang dapat menyerap cairan minimal hingga sedang,
seperti cacium alginate. Untuk luka dengan eksudat sedang hingga
banyak, tidak dianjurkan lagi menggunakan balutan yang memberikan
hidrasi karena akan mengakibatkan luka terlalu lembap. Penggunaan
balutan yang berbahan dasar minyak masih memungkinkan dengan
tujuan tertentu dan balutan ini digunakan secukupnya saja. Sebagai
balutan yang dapat mempertahankan kelembapan, diperlukan balutan
yang menyerap cairan lebih banyak lagi seperti foam,hydrofiber, dll.
Tujuan perawatan luka dengan eksudat banyak hingga sangat banyak
adalah menampung cairan yang keluar sehingga tidak membuat luka baru
di kulit yang sehat. Eksudat cairan yang sangat korosif terhadap kulit
yang sehat dapat ditampung dengan menggunakan balutan yang dapat
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
25
menyerap banyak eksudat, atau bahkan menggunakan kantong stoma dan
parcel dressing.
d. Epitelization Advancement Management ( Manajemen Tepi Luka)
Proses penutupan luka yang dimulai dari tepi luka disebut proses
epitelisasi. Proses penutupan luka terjadi pada fase poliferasi. Epitel (tepi
luka) sangat penting diperhatikan sehingga proses epitelisasi dapat
berlangsung secara efektif. Tepi luka yang siap melakukan proses
penutupan (epitelisasi) adalah tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu
dengan dasar luk, dan lunak.
Tepi luka yang kasar disebabkan oleh pencucian yang kurang
bersih atau lemak yang dihasilkan oleh tubuh menumpuk dan mengeras
di tepi luka. Tepi luka yang tebal disebabkan oleh proses epitelisasi yang
tidak mau maju (tetap ditempat) sehingga epitel menumpuk di tepi luka
dan menebal. Dasar luka yang belum menyatu dengan tepi luka
disebabkan oleh adanya kedalaman, undermining, atau jaringan mati.
Jika di tepi luka masih ada jaringan mati (nekrosis) jaringan tersebut
harus diangkat. Jika ada kedalaman dan undermining, proses granulasi
harus dirangsang dengan dengan menciptakan kondisi yang sangat
lembap (hipermoist) yang seimbang. Jika tinggi luka dengan tepi luka
sama (menyatu), proses epitelisasi dapat terjadi dengan baik dan rata.
Jika dasar luka belum menyatu dengan tepi luka, namun proses epitelisasi
telah terjadi, hal ini dapat menyebabkan luka sembuh dengan permukaan
yang tidak rata. Tepi luka juga harus lunak, jika tidak , epitel akan
mengalami kesulitan menyebrang karena tepi luka yang keras (frozen).
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
26
Cara epektif untuk melunakannnya adalah menggunakan minyak dan
melakukan masase (pijat) dengan lembut.
2. BWAT (Bates-Jensen Wound Assesment Tool )
Barbara Bates – Jensen pun telah mencetuskan alat ukur
pengkajian luka lainnya yang diberi nama Bates-Jensen Wound Assessmen
Tool (BWAT). BWAT merupakan instrumen yang lebih lengkap dan rinci
dalam mengevaluasi luka ulkus dekubitus (Jensen dalam Febrianti 2014).
BWAT atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST
(Pressure Sore Status Tool) merupakan skala yang dikembangkan dan
digunakan untuk mengkaji kondisi luka tekan. Skala ini sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya ,sehingga alat ini sudah biasa digunakan di
rumah sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang dihasilkan dari skala ini
menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai yang
dihasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin
parah (Pillenet al., 2009).
BWAT terdiri dari 13 item pengkajian di dalamnya, yaitu :Size,
Depth, Edges, Undermining, Necrotic Tissue Type, Necrotic Tissue
Amount, Exudate Type, Exudate Amount, Skin Color Surrounding Wound,
Peripheral Tissue Edema,Pheriperaln Tissue Induration, Granulation
Tissue, dan Epithelialisa- tion. Ke 13 item tersebut digunakan sebagai
pengkajian luka tekan pada pasien. Setiap item di atas mempunyai nilai
yang menggambarkan status luka tekan pasien (Daniela Fernanda. Et.al.,
2015).
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
27
Adapun format pengisian penilaian luka “Bates –Jensen” adalah
sebagai berikut (Mustiah dan Daniela et,all, 2015)
Tabel 2.1. Bates-Jensen Wound Assessment Tool
ITEM KOMPONEN PENGKAJIAN TANGGAL / / / / / /
1. Ukuran luka 1 = P x L < 4 cm 2 = P x L 4 < 16 cm 3 = P x L 16 < 36 cm 4 = P x L 36 < 80 cm 5 = P x L > 80cm
2. Kedalaman 1 = stage 1 2 = stage 2 3 = stage 3 4 = stage 4 5 = necrosis wound
3. Tepi Luka 1 = samar, tidak jelas terlihat 2 = batas tepi terlihat, menyatu dengan
dasar luka 3 = jelas, tidak menyatu dengan dasar
luka 4 = jelas, tidak menyatu dengan dasr
luka, tebal 5 = jelas, fibrotic, parut tebal/
hyperkeratonic
4. GOA
1 = tidak ada 2 = goa < 2 cm di area manapun 3 = goa 2-4 cm < 50 % pinggir luka 4 = goa 2-4 cm > 50 % pinggir luka 5 = goa > 4 cm di area manapun.
5. Tipe Jaringan Nekrosis
1 = tidak ada 2 = putih atau abu-abu jaringan mati dan
atau slough yng tidak lengket (mudah dihilangkan)
3 = slough mudah dihilangkan 4 = lengket, lembut dan ada jaringan
parut palsu berwarna hitam (black eschar)
5 = lengket berbatas tegas, keras dan ada black eschar.
6. Jumlah Jaringan Nekrosis
1 = tidak tampak 2 = < 25 % dari dasar luka 3 = 25 % hingga 50% dari dasar luka 4 = > 50% hingga 75 % dari dasar luka 5 = 75 % hingga 100 %
7. Tipe Eksudat 1 = tidak ada 2 = bloody 3 = serosanguineous 4 = serous 5 = purulent
8. Jumlah Eksudat 1 = kering 2 = moist
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
28
3 = sedikit 4 = sedang 5 = basah
9. Warna Kulit Sekitar Luka
1 = pink atau normal 2 = merah terang jika di tekan 3 = putih atau pucat atau hipopigmentasi 4 = merah gelap/ abu-abu 5 = hitam atau pitting edema > 4 mm
10. Jaringan yang Edema
1 = no swelling atau edema 2 = non pitting edema kurang dari < 4
mm disekitar luka 3 = non pitting edema > 4 mm disekitar
luka 4 = pitting edema kurang dari < 4 mm
disekitar luka 5 = krepitasi atau pitting edema > 4 mm
11. Pengerasan Jaaringan Tepi
1 = tidak ada 2 = pengerasan < 2 cm di sebagian kecil
sekitar luka 3 = pengerasan 2-4 cm menyebar < 50%
di tepi luka 4 = pengerasan 2-4 cm menyebar > 50 % 5 = pengerasan > 4 cm di seluruh tepi
luka
12. Jaringan Granulasi
1 = kulit utuh stage 1 2 = terang 100 % jaringan granulasi 3 = terang 50 % jaringan granulasi 4 = granulasi 25 % 5 = tidak ada jaringan granulasi
13. Epitelisasi 1 = 100 % epitelisasi 2 = 75 % - 100 % epitelisasi 3 = 50% - 75 % epitelisasi 4 = 25 % - 50 % epitelisasi 5 = < 25 % epitelisasi
Sumber : Mustiah dan Daniela et,all, 2015
Gambar 2.2 Garis Wound Status Continuum Haris et,all (2009)
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
29
E. Kerangka Teori
Gambar 2.3: Kerangka Teori Sumber: Modifikasi dari Perry & Potter (2006), Irma P. Arisanty (2013),
Daniela Fernanda. Et.al., (2015)
Treatment Luka
Luka Kronis
Contoh luka kronis:
1. Ulkus pada pembuluh darah
2. Ulkus karena tekanan
3. Ulkus diabetikum
4. Ulkus pada pembuluh arteri
(iskemia)
5. Luka kanker
6. Luka abses
Implementasi perawatan luka (GB)
Metode Moderen Metode Konvensional
Checklist
TIME-BWAT
Naratif Gambar Skore TIME
Pengkajian Luka
Dokumentasi Perawatan Luka
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
30
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.4. Kerangka Konsep
Keterangan :
: yang diteliti
Pasien dengan luka kronis:
- Luka Ulkus DM
- Luka Kanker (Ca mamae dan Melanoma maligna)
Sesuai Kreterian Inklusi
Uji Instrumen Konvensional
Pengkajian
luka
Checklist TIME-BWAT
Dokumentasi Perawatan
Luka
Moderen
Implementasi perawatan luka
(GB)
Uji Insrtument Time..., Nur Indah Indri Yani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
top related