bab ii kajian pustaka 2.1 landasan tori - sinta.unud.ac.id ii.pdf · ... psap nomor 03 tentang...
Post on 26-Feb-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Tori
2.1.1. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Akuntansi Berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan
peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Menurut Ritonga, Rahmansyah. (2006) teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan yaitu
transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar
di masa depan.
Study #14 IFAC Public Sektor Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis
akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisien, dan
pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi
keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai
dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya.
Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi
kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang
baik atas sumber daya tesebut.
Standard akuntansi pemerintahan berbasis akrual dikembangkan berdasarkan amanat
undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya
pada tahun anggaran pada tahun anggaran 2008 dan ditegaskan dalam undang-undang Nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan Negara dalam pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai
berikut:“ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Berdasarkan pasal 32 UU 17 tahun 2003 dan pasal 57 UU 1 Tahun 2004, penyusunan
standard akuntansi pemerintahan ditugaskan pada suatu komite standard yang independen yang
ditetapkan dengan suatu keputusan presiden, komite tersebut adalah komite standar akuntansi
pemerintah (KSAP). Organisasi KSAP terdiri dari Komite konsultatif dan komite kerja yang
dibantu oleh kelompok kerja. Komite konsultatif bertugas member konsultasi dan/atau pendapat
dalam rangka perumusan konsep rancangan peraturan pemerintah tentang standard akuntansi
pemerintahan.
Untuk menjaga kualitas standar akuntansi pemerintahan, proses penyusunannya melalui
mekanisme procedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan dalam setiap penyusunan pernyataan
standard akuntansi pemerintahan (PSAP) oleh komite. Proses penyiapan standar akuntansi
pemerintahan yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan
penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena
pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan
melaksanakan standard yang ditetapkan. Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan meteri /
referensi yang dikeluarkan oleh :
a) International Federation of accountants:
b) International accounting standards committee:
c) International monetary Find:
d) Ikatan Akuntan Indonesia;
e) Financial accounting standard board;
f) Governmental accounting standard board;
g) pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan Negara;
h) organisasi profesi lainnya di berbagai Negara yang membidangi pelaporan keuangan,
akuntansi, dan audit pemerintah.
2.1.2. Perbedaan SAP basis akrual dengan SAP basis kas
Dengan terbitnya PP. No. 71 Tahun 2010 tentang standard akuntansi pemerintahan sebagai
pengganti PP No. 24 tahun 2005 menandai era penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual,
meskipun di dalam peraturan tersebut juga masih diakomodir pilihan menerapkan basis kas
menuju akrual sebagaimana yang diatur di dalam PP No. 24 tahun 2005 selama masa transisi
dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan paling lambat empat (4) tahun
setelah peraturan ini diterbitkan. Atau dalam hitungan waktu akan mulai penuh diterapkan pada
tahun 2015.
Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual membawa dampak terhadap perubahan
tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring dengan penerapan basis
akrual untuk pelaporan keuangan, penyusunan anggaran tetap dilakukan dengan menggunakan
basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi
anggaran yang tetap menggunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan
menggunakan basis akrual. Di dalam struktur SAP berbasis akrual berdasar PP No. 71 tahun 2010
terdapat tambahan pernyataan standard akuntansi yaitu pada pernyataan PSAP Nomor 12 tentang
laporan Operasional . adapun PSAP dalam lampiran I PP No. 71 tahun 2010 adalah sebagai berikut
:
a) PSAP nomor 01 tentang penyajian lapran keuangan;
b) PSAP nomor 02 tentang laporan realisasi anggaran;
c) PSAP nomor 03 tentang laporan arus kas;
d) PSAP nomor 04 tentang catatan atas laporan keuangan;
e) PSAP nomor 05 tentang akuntansi persediaan;
f) PSAP nomor 06 tentang akuntansi investasi;
g) PSAP nomor 07 tentang akuntansi Aset tetap;
h) PSAP nomor 08 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan;
i) PSAP Nomor 09 tentang akuntansi Kewajiban;
j) PSAP nomor 10 tentang koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar
biasa;
k) PSAP nomor 11 tentang laporan keuangan konsolidasia; dan
l) PSAP nomor 12 tentang laporan operasional.
Perbedaan antara PP. No. 71 tahun 2010 dengan PP No. 24 tahun 2005 (table F.1.2.1) Juga
terdapat pada komponen laporan keuangan. Dalam PP No. 24 tahun 2005 disebutkan terdapat
empat (4) jenis laporan keuangan yaitu: 1. Neraca: 2: laporan arus kas: 3. Laporan realisasi
anggaran: 4 catatan atas laporan keuangan. Dalam PP. No. 71 tahun 2010 laporan keuangan yang
harus disusun oleh pemerintah daerah (pemda) bertambah menjadi enam (6) jenis laporan
keuangan yaitu : laporan realisasi anggaran; laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL);
neraca: laporan arus kas: laporan operasional: laporan perubahan ekuitas; catatan atas laporan
keuangan.
Tabel 2.1
Peerbedaaam PP No 24 tahun 2005 dengan PP No. 71 Tahun 2010
PP. No. 24 Tahun 2005 Pp. No. 71 Tahun 2010
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Tidak Ada laporantersendiri
NERACA
Ekuitas Dana terbagi;
- ekuitas dana lancar; selisih antara
aset lancar dan kewajiban jangka
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan perubahan SAL menyajikan
secara komperatif dengan periode
sebelumnya po-pos berikut:
a. saldo anggaran lebih awal;
b. Penggunaan Saldo anggaran lebih;
c. sisa lebih / kurang pembiayaan
anggaran tahun berjalan :
d. koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya ; dan
e. lain-lain;
f. Saldo anggaran lebih akhir.
NERACA
Hanya Ekuitas yaitu kekayaan bersih
pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan
pendek, termasuk sisa lebih
pembiayaan anggaran/saldo
anggaran lebih
- ekuitas dan ainvestasi;
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset tetap,
dana set lainya, dikurangi dengan
kewajiban jangka panjang
- ekuitas dana cadangan
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang dicadangkan untuk
tujuan tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
- disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan (par 15)
Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
Saldo ekuitas di neraca
berasaldarisaldoakhirekuitaspadalaporan
perubahanekuitas pendanaan,
dantransitoris
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
-disajikanoleh unit yang mempunyai
fungsi perbendahara umum (par 15)
operasi, investasi aset non keuangan,
pembiayaan, dan non anggaran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
- bersifat optional
- disusun oleh entitas pelaporan
yang menyajikan laporan berbasis
akrual
- sekurang-kurangnya menyajikan
pos-pos;
a. pendapatan dari kegiatan
operasional;
b. beban berdasarkan klasifikasi
fungsional dan klasifikasi
ekonomi;
c. surplus atau defisit.
Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi,
LAPORAN OPERASIONAL (LO)
- merupakan laporan keuangan pokok
- menyajikan pos-pos sebagai berikut
a. pendapatan LO dari kegiatan
operasional;
b. beban dari kegiatan operasional;
c. surplus/deficit dari kegiatan non
operasional bila ada;
d. posluarbiasa, bilaada
e. surplus/defisit- LO
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
-merupakan laporan keuangan pokok
- sekurang-kurangnya menyajikan pos-
pos;
CALK
Pada dasarnya hampir sama dengan PP
baru.
a. ekuitas awal;
b. surplus/deficit-LO pada periode
bersangkutan
c. koreksi-koreksi yang langsung
menambah / mengurangi ekuitas,
misalnya; koreksi kesalahan mendasar
dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan
perubahan nilai aset tetap karena
revaluasi aset tetap
d. ekuitas akhir.
CALK
Perbedaan yang muncul hanya
dikarenakan komponen laporan
keuangan yang berbeda dengan PP lama
Sumber: pusdiklatwas. Bpkp.go.id, 2015
2.1.3 Laporan keuangan pemerintah dengan basis akrual
Menurut lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 laporan keuangan disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan
operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistemastis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.
b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan
dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.
c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak unutk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan
.
d) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)
membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode
pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang
akan dating diasumsuikan akan ikut menganggung beban pengeluaran tersebut.
e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi
yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi,
social, maupun politik dengan :
a) menyediakan informasi tentang seumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
b) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d) menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
2.1.4. Penerapan SAP berbasis akrual
Perubahan dari standar akuntansi basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi
pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang
keuangan Negara seperti yang diamanatkan dalam UU no. 17 tahun 2003 dilakukan secara
bertahap. Untuk itu perlu adanya dari organisasi-organisasi pemerintahan untuk menerapkan basis
akuntansi akrual ini sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan
lebih akuntabel.
Organisasi dalam menerapkan system atau peraturan baru
menurut Armenakis (1993) ada tujuh aspek mengenai organisasi yang meliputi: mengubah
persepsi anggota organisasi terhadap perubahan, visi, saling percaya dan menghormati, inisiatif
perubahan, dukungan manajemen, penerimaan dan bagaimana organisasi mengelola proses
perubahan. Pada intinya, untuk melakukan perubahan melibatkan perilaku kognitif individu
anggota organisasi. Smith, Ian(2005) berpendapat hal yang sama, anggata organisasi sejatinya
adalah sumber daya, kendaraan dalam perubahan, karena mereka adalah orang yang akan
merangkul atau menolak perubahan.
Perubahan organisasi menurut Cummings & Worley (2005) didefinisikan sebagai
pengadopsian ide-ide atau perilaku baru oleh sebuah organisasi. Perubahan organisasi menyangkut
kegiatan- kegiatan yang disengaja untuk mengubah keadaan yang ada sebelumnya sebagai respon
terhadap paksaan perubahan (force of change). Pada perkembangannya banyak organisasiyang
mencoba melakukan perubahan dengan struktur horizontal, yang mendorong kerjasama kelompok
dan komunikasi yang lebih cepat. Idenya bahwa dengan struktur yang lebih ramping akan
mendorong fleksibilitas, kreatifitas dan inovasi dalam bereaksi terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi.
Kajian yang dilakukan dalam Klien dan Sora (1996),Priyanto(2008) menjelaskan bahwa
ketersediaan sumber daya, dukungan manajemen, dan nilai-nilai yang dikembangkan staf
merupakan faktor yang menentukan organisasi untuk berubah. Bila untuk berubah telah melekat
kuat dalam anggota organisasi, maka hal ini akan bisa memunculkan budaya kerja yang baru.
Sejalan dengan Lehman, Wayne E.K(2005) dalam menyatakan bahwa organisasi untuk berubah
dapat dideteksi dari beberapa variable, seperti variable motivasional, ketersediaan sumber daya,
nilai-nilai positif yang dikembangkan anggota organisasi serta iklim yang mendukung perubahan.
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi dalam menerapkan sistem atau
peraturan baru
Dari beberapa definisi tentang organisasi dalam menghadapi perubahan diatas, dapat
ditarik beberapa hal menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah:
a) persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah
Robins, Stephen P(2010:169) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang digunakan individu
untuk mengelola dan mentafsirkan kesan indera meraka dalam rangka memberikan makna
kepada lingkungan mereka. Pada hakekatnya persepsi menurut Kotler dan Amstrong(1996)
berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil reaksi dari persepsi terhadap
stimulus. Sedangkan motivasi menurut Handoko(2001) adalah suatu keadaan dalam pribadi
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai
tujuan. Dengan adanya persepsi dan motivasi anggota organisasi untuk berubah, maka akan
semakin mudah bagi organisasi untuk menjalankan perubahan itu. Hal ini sejalan dengan
pendapat Displaces(2005), bahwa individu untuk menghadapi perubahan akan menjadi daya
pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil yang positif. Beberapa kajian
terbaru tentang konstruk variable untuk berubag menjelaskan bahwa sesungguhnya individu
untuk berubah dapat diidentifikasi dari sikap positif individu terhadap perubahan, persepsi dari
keseluruhanwarga organisasi untuk menghadapi perubahan, dan rasa percaya individu dalam
menghadapi perubahan.
b) ketersediaan sumber daya
Ketersediaan sumber daya dalam organisasi menurut Lehman, Wayne E. K(2002) dapat
dideteksi dari 3 hal, yaitu : pertama, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan men
dukung organisasi dalam melaksanakan perubahan, kedua, memiliki staf yang terlatih dan
memiliki program pengembangan dengan dukungan dana yang memadai, dan ketiga, akses
terhadap peralatan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan dukungan sarana dan
prasarana yang menunjang organisasi untuk melaksanakan perubahan, maka organisasi
tersebut akan lebih mudah untuk melakukan perubahan, maka organisasi tersebut akan lebih
mudah untuk melakukan perubahan. Staf yang sudah terlatih yang dimiliki oleh organisasi
akan mampu beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga dapat mempengaruhi anggota
yang lain untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kecakapan yang baru. Staf juga harus
memiliki pemahaman tentang visi, misi dan tujuan lembaga, sehingga akan dengan mudah
menerima perubahan yang akan dilakukan organisasi.
c) Budaya kerja organisasi
Budaya organisasi dalam hal ini adalah bagaimana organisasi dalam mengelola perubahan
yang ada, langkah-langkah apa yang akan dilakukan organisasi dalam menghadapi perubahan.
Menurut Purwanto (2008) Budaya organisasi dalam deskriptif. Budaya mendeskripsikan
bagaimana organisasi mendorong kerja tim, serta apakah organisasi menghargai inovasi.
Robbins(2010:721) menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu pada sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dan organisasi-
organisasi yang lain. Sistem makna bersama ini merupakan seperangkat karakteristik utama
yang dihargai oleh organisasi. Organisasi dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan
dengan berbagai usaha penyesuaian disain organisasi di waktu mendatang, menurut Hendricks
dan Singhal (2001) pengelolaan organisasi yang berorientasi pada mutu secara luas telah
dipercaya akan berpengaruh pada munculnya budaya kerja yang baru, seperti budaya terbuka
terhadap nilai-nilai dan kecenderungan yang baru.
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan SAP Berbasis Akrual.
Berdasrkan beberapa teori tentang organisasi dalam menerapkan suatu perubahan,
organisasi dalam hal ini satuan kerja, perlu menyiapkan beberapa hal untuk menerapkan SAP
berbasis akrual. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan dalam menerapkan SAP berbasis
akrual antara lain :
a) Kualitas Sumber Daya Manusia
Menurut Susilo (2002:3), sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus
penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi
tersebut. Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sistem elemen organisasi yang sangat
penting. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan
sebaik mungkin agar mampu memberikan konstribusi secara optimal dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi.
Kemampuan Sumber Daya Manusia diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang pada hakikatnya
terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Robbins,Stephen
P.2001:52). Dalam pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan
intelektual tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaan tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
Latar Belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena dengan pengetahuan
yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan dapat memenuhi syarat-
syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih
cepat dan tepat, sumber daya manusia yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau
setidaknya memiliki pengalaman dibidang keuangan sangat dibutuhkan dalam suatu pekerjaan
yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan. Namunn akhir-akhir ini terdapat
permasalahan terkait latar belakang pendidikan dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintahan. Masalah-masalah tersebut adalah belum dimilikinya atau kurangnya Sumber
Daya Manusia berlatar pendidikan akuntansi, belum ada kebijakan rekruitmen pegawi berlatar
belakang akuntansi, dan adanya anggapan bahwa sumber daya manusia bukan berlatar
belakang akuntansi mampu melaksanakan tugas dengan modal pendidikan dan pelatihan
(Diklat) serta bimbingan (Rahmayati;2012)
b) Komitmen Organisasi
Mowday menggunakan istilah komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen
organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat
digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi
pencapaian tujuan organisasi (Sopiah, 2008:155). Menurut Robins (2006: 310) komitmen
organisasi adalah suatu keadaan dimana karyawan mengaitkan dirinya ke dalam organisasi
tertentu dan sasaran-sasarannya serta berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
itu. Komitmen organisasi sering diartikan sebagai keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan
tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Luthans, 2002:249). Sikap komitmen
organisasi ditentukan menurut faktor usia, kedudukan dalam organisasi dan disposisi seperti
efektifitas positif dan negative serta bentuk dan struktur organisasi itu sendiri.
Meyer pernah berpendapat bahwa komitmen organisasi bersifat multidimensi (Luthans,
2002:250), maka terdapat perkembangan dukungan untuk tiga model komponen tersebut.
Ketiga dimensi tersebut adalah :
1) Komitmen efektif, adalah keterkaitan emosional karyawan, identifikasi dan keterlibatan
dalam organisasi.
2) Komitmen kelanjutan, adalah komitmen yang akan muncul apabila karyawan tetap
bertahan kepada suatu organisasi karena membutuhkan penghasilan, mencari keuntungan
atau tidak menemukan pekerjaan lain.
3) Komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan
menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi
merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
Steers mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi
( Sopiah, 2008:15), yaitu:
1) Faktor personal, pengertian karakteristik personal mencakup: usia, masa jabatan, motif
berprestasi, jenis kelamin, ras, dan faktor kepribadian sedang tingkat pendidikan
berkorelasi negative dengan komitmen terhadap perusahaan. Karyawan yang lebih tua dan
lama bekerja secara konsisten menunjukan nilai komitmen yang tinggi.
2) Karakteristik pekerjaan, meliputi kejelasan serta keselarasan peran, umpan balik, tantangan
pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimenso inti pekerjaan. Biasanya,
karyawan yang bekerja pada level yang rendah pada konflik peran dan ambigu cenderung
lebih berkomitmen.
3) Karakteristik struktur, faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik structural antara lain
ialah derajat formalitas, ketergantungan fungsional, desentralisasi, tingkat partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam perusahaan. Atasan yang berada
pada organisasi yang mengalami desentralisasi dan pada pemilik pekerja kooperatif
menunjukan tingkat komitmen yang tinggi.
4) Pengalaman kerja, dipandang sebagai kekuatan sosialisasi yang penting, yang
mempengaruhi kelekatan psikologis karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja
terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut
taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya,
merasakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan seberapa besar harapan-
harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu
ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya :
1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan – tujuan dan nilai-nilai dari
organisasi
2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan organisasi
3) Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Unutk membantu organisasi dalam pencapaian tujuan, dalam hal ini keberhasilan
penerapan SAP berbasis akrual yang masih baru, maka diperlukan komitmen organisasi
yang tinggi dari setiap pegawai maupun organisasi itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ivancevich et al (2005:42) bahwa organisasi mampu beroperasi secara efisien
ketika ada nilai yang diyakini bersama dengan karyawannya.
c) Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan antara sesame manusia, aik sebagai individu maupun dalam
kehidupan berkelompok. Komunikasi adalah suatu tindakan untuk berbagi informasi,gagasan
ataupun pendapat dari setiap partisipasi komunikasi yang ada di dalamnya guna mencapai
kesamaan makna. Tindakan ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks, yaitu dalam konteks
antarpribadi, kelompok, massa maupun dalam lingkungan organisasi. Disadari atau tidak,
tindakan komunikasi sudah dilakukan manusia sejak dahulu. Oleh karena itu komunikasi
sangat erat dengan kehidupan manusia.
Warisno (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat
perpindahan pengetahuan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud mencapai beberapa
tujuan khusus. Sedangkan Robbins, Stephen P(2001:392) menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian dan pemahaman makna. Sehebat apapun gagasan, tidak akan
berguna jika tidak diteruskan dan dipahami orang lain. Komunikasi yang baik merupakan hal
yang sangat penting bagi efektifitas kelompok atau organisasi manapun.
Barnard meyakini bahwa komunikasi merupakan kekuatan pembentuk utama organisasi.
Barnard menempatkan komunikasi sebagai tujuan dan keinginan untuk bertindak, sebagai
salah satu dari elemen organisasi. Menurut Barnard, komunikasi membuat system kooperatif
organisasi menjadi lebih dinamis dan menghubungkan tujuan organisasi dengan semua
manusia yang terlibat didalamnya (Luthans, 2002:370).
Dari beberapa teori komunikasi diatas, disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses
yang dapat merubah perilaku unutk mencapai sebuah pengertian yang sama terhadap satu
informasi melalui lambing-lambang baik verbal maupun non verbal tertentu yang
disampaikan. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau
organisasi: pengendalian, motivasi, pengungkapan emosi, dan informasi.
Barnard juga mengaitkan komunikasi dalam konsepnya tentang otoritas. Dia menekankan
bahwa pengertian dan pemahaman harus terjadi sebelum otoritas dikomunikasikan oleh
manajer kepada bawahannya, ada tujuh faktor penting untuk menetapkan dan mempertahankan
otoritas objektif dari suatu organisasi, yaitu:
1) Saluran komunikasi yang diketahui secara pasti
2) Adanya saluran komunikasi formal yang pasti bagi setiap anggota organisasi
3) Saluran komunikasi sebaikanya langsung dan sesingkat mungkin
4) Menggunakan saluran komunikasi formal dan lengkap
5) Orang yang bertindak sebagai pusat komunikasi sebaiknya kompeten
6) Saluran komunikasi sebaiknya tidak terganggu pada saat organisasi berfungsi
7) Setiap komunikasi sebaiknya diotentifikasi
Menurut Robbins, Stephen P (2001:311) komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu :
1) Fungsi kendali, komunikasi dapat berfungsiuntuk mengendalikan perilaku
anggotanya dalam beberapa cara.
2) Fungsi motivasi, komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan
kepada karyawan tentang apa yang dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standard.
3) Pernyataan Emosi, komunikasi adalah jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan
pemenuhan kebutuhan social.
4) Informasi, fungsi ini berhubungan dengan perannya dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan. Fungsi tersebut memberikan informasi bagi peseorangan
atau kelompok unutk membuat keputusan dengan menyertakan data unutk
mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan.
Selain arti pentingnya komunikasi, penerapan SAP berbasis akrual juga harus didukung oleh
sosialisasi atau pelatihan-pelatihan mengenai kebijakan SAP berbasis akrual tersebut. Menurut
Wiyanto (2012) sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar dia dapat berfungsi
dengan baik dalam kelompok . jika dikaitkan dengan penelitian ini, tujuan utama sosialisasi
penerapan SAP berbasis akrual adalah memberikan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan pegawai staf keuangan yang terjun langsung dalam proses pembuatan laporan
keuangan pemerintah tentang pernyataan standard akuntansi pemerintah.
2.2Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1. Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap penerapan SAP berbasis akrual
Penelitian Indah (2008) memberikan bukti bahwa sumber daya manusia berpengaruh
terhadap penerapan PP. No. 24 Tahun 2005. Penelitian Rahmayati (2012) dan Choirunisah (2008)
juga menemukan bukti bahwa kemampuan sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan Negara/lembaga, begitujuga dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida
(2009) yang menyatakan bahwa setiap tindakan suatu organisasi menerapkan informasi atau
system baru tidak lepasa dari peran sumber daya manusianya. Hal ini memberikan bukti bahwa
pemahaman terhadap peraturan, penempatan sesuai latar belakang pendidikan, pemahaman uraian
pekerjaan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan sangat diperlukan agar penerapan SAP
berbasis akrual dapat diwujudkan. Selain itu, meskipun penyusunan laporan keuangan
berdasarkan SAP berbasis akrual telah dipermudah dengan bantuan aplikasi, kesalahan masih
mungkin terjadi jika proses input data dilakukan tidak benar, sehingga kemampuan sumber daya
manusia tetap memiliki peran yang krusial dalam hal ini.
H1 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.
2.2.2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual
Penelitian Aldiani (2010) menunjukan bahwa komitmen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan penerapan PP. No. 24 tahun 2005. Artinya , semakin tinggi suatu komitmen
dari setiap satuan kerja, maka semakin siap satuan kerja dalam penerapan SAP berbasis akrual.
Penelitian Fajrianthi, Ayu Bianda Pramadani(2012) menghasilkan hal yang sama yaitu komitmen
organisasi berpengaruh positif terhadap suatu instansi atau organisasi untuk menerima perubahan.
Dalam penelitan Julita (2010) dikatakann bahwa karyawan yang mempunyai komitmen organisai
yang tinggi akan mengerahkan segalanya kepada organisasi untuk membantu organisasi dalam
menjalani perubahan, mereka juga berkata bahwa komitmen organisasi merupakan predictor
terbaik dalam perubahan dibandingkan dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Mohmmaed dan Eleswed (2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi pada bank dipengaruhi
oleh usia yang sudah dewasa dan adanya kepuasan kerja.
Sejalan dengan penelitian Julita (2010) penelitian Aldiani (2010) juga menunjukan bahwa
pegawai pemerintah yang berkomitmen akan bekerja secara maksimal karena mereka
menginginkan kesuksesan organisasi tempat dimana mereka bekerja. Pegawai pemerintah yang
berkomitmen tinggi karena beroikir perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan
tinggal akan memiliki pemahaman atau penghayatan terhadap penyusunan pelaporan keuangan
sesuai dengan SAP. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena adanya
keyakinan bahwa visi dan misi pemerintah akan tercapai dengan sumbangsih mereka. Berdasarkan
konsep dan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, hipotesis 2 yang
diajukan adalah :
H2 : Komitemen organisasi berpengaruh positif terhadap penerapan SAP berbasis akrual.
2.2.3. Pengaruh sistem informasi terhadap penerapan SAP berbasis akrual
Komunikasi memegang peranan penting dalam penerapan peraturan baru yang dikeluarkan
oleh pemerintah, termasuk dalam penerapan SAP berbasis akrual. Hal ini konsisten dengan
pendapat Warsino (2009) yang menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik, seluruh
komponen dalam organisasi akan dapat bekerja secara sistematis untuk meningkatkan
produktivitas khususnya dalam hal pengelolaan keuangan.
Hasil penelitian Santosa (2009) menemukan bahwa sistem informasi manajemen berupa
perangkat lunak, yang bertugas merekam data pembelian, penjualan, persediaan, dan kas,
membantu dalam pembuatan dokumen untuk aktivitas tersebut, juga menghasilkan informasi-
informasi yang dibutuhkan dalam manajemen operasional harian seperti status laporan persediaan,
inventory turn over dan perhitungan titik pemesanan ulang.
Terdapat dua tipe komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi, yaitu komunikasi
internal dan eksternal. Tipe komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi
internal antara rekan sejawat atau atasan dan komunikasi eksternal antar satuan kerja. Komunikasi
yang lancar baik internal maupun eksternal akan mempercepat penyampaian informasi penting
terkait penerapan SAP berbasis akrual sehingga satuan kerja segera dapat merespon dan
menjalankan ketentuan yang ada. Berdasarkan konsep ini, hipotesis 3 yang diajukan adalah :
H3 : Komunikasi berpengaruh terhadap penerapan SAP berbasis Akrual.
top related