bab ii kajian pustaka - institutional repository...
Post on 30-Jul-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Ceramah Berbantukan Media Lidi
Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan
peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga
proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar, salah satunya adalah metode ceramah.
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang
sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa
Kelemahan metode ceramah adalah:
a Membuat siswa pasif
b Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
7
d Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya
e Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik
f Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelebihan metode ceramah adalah:
a Guru mudah menguasai kelas
b Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
d Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Agar metode ceramah bisa lebih efektif maka divariasikan dengan media lain salah
satunya adalah lidi karena mudah didapat dan murah.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa
sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
A. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh
pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan
implikasi dari prinsip kesiapan ini.
8
B. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek.
Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
C. Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu
aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
D. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses
pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean.
E. Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih
mendalam.
F. Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan pemahaman materi.
G. Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.
Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang
telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
9
H. Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan
minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap
berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis
(intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan
kelelahan.
Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa,
sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi
dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya
mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum,
game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat
10
mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi
tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang
dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang
dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran
2.1.3 Pembelajaran Matematika
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang dapat
membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk itu dalam menyusun perencanaan pembelajaran agar tujuan yang
diinginkan tercapai, maka perlu kita perhatikan hal-hal berikut ini: 1. kesiapan
intelektual siswa 2. teori mengajar dan 3. teori belajar.
A. Kesiapan Intelektual Siswa
Guru mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan kognitif
siswa, yang mencakup dua hal yaitu mengenai perkembangan intelektual
anak dan pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa.
Tahap-tahap berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus diperhatikan
penyusunan kurikulum sekolah. Khususnya dalam menyusun skenario
pembelajaran matematika, karena perkembangan intelektual anak yang
dikemukakan Pieget dirasakan untuk pengajaran matematika di sekolah.
11
Dengan demikian media mengajar matematika yang dipergunakan harus
sesuai dengan perkembangan intelektual anak.
Perkembangan intelektual anak menurut Piaget ada empat tahap,, yaitu :
1). Periode mencari motor. Tahap ini dicapai anak sampai umur dua tahun.
2). Periode persiapan operasi kongkrit. Tahap ini dicapai anak mulai dapat
memanipulasi simbul-simbul dari benda-benda sekitarnya.
3). Periode operasi konkrit. Tahap ini dicapai anak pada usia tujuh tahun
sampai sebelas tahun. Anak pada usia ini ditandai dengan permulaan
berfikir matematika logis dan observasi dari pengalaman dengan objek
nyata dan ia mulai dapat menggeneralisasikan objek-objek tadi.
4). Periode operasi formal. Pada tahap ini biasanya dicapai anak mulai
umur sebelas tahun ke atas. Pada tahap ini konsep konservasi telah
tercapai sepenuhnya. Anak mulai mempunyai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan abstrak.
Tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukaan Piaget ini,
berlaku bagi setiap anak tetapi umur yang dinyatakan di atas sangat
menentukan, terutama pada anak usia SD.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak pada periode
operasi kongkrit anak mulai dapat berfikir matematika logis dan observasi
dari pengalaman benda-benda nyata. Dengan demikian teori Pieget
berguna untuk pengajaran matematika di sekolah dasar.
Menurut Pujiati (2004 : 6) benda-benda kongkrit pada pembelajaran
matematika digunakan untuk penanaman konsep pada siswa, jika
12
penanaman konsep belum dikuasai oleh siswa, maka pembelajaran
berikutnya sulit dipahami oleh siswa, karena siswa usia SD mulai berfikir
logis dari pengalaman dengan objek-objek nyata atau tiruan, sedangkan
“fungsi alat peraga adalah sebagai media/alat peraga dalam menanamkan
konsep-konsep pada pembelajaran matematika”
Dari sini dapat disimpulkan bahwa media/alat peraga dalam pembelajaran
matematika di SD memegang peran sangat penting untuk menanamkan
konsep-konsep baru.
B. Teori Mengajar
Metode laboratori mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan
indera, terutama penglihatan, peraba, dan gerak otot/kinetis, untuk dapat
membantu secara optimal kemampuan abstraksi dan keterampilan siswa.
Cara yang digunakan terutama dalam bentuk penemuan terbimbing melalui
media yang berupa lembar kerja atau tugas terstruktuk serta dimungkinkan
di lengkapi alat peraga. (Elly E. 1996 ; 3).
Dengan demikian mengajar tidak hanya memberikan suatu definisi yang
harus dihafal, media apa yang digunakan, dan bagaimana menemukan
konsep-konsep itu, sehingga pembelajaran itu lebih aktif bagi siswa, tidak
menjenuhkan dan membuat siswa penasaran.
C. Teori Belajar
Belajar matematika merupakan suatu struktur hirarqi dari apa yang telah
terbentuk sebelumnya, jika konsep-konsep awal tidak dipahami oleh siswa
13
sebelumnya, dimungkinkan pemahaman konsep-konsep itu sulit untuk
dilanjutkan.
Berdasarkan struktur kognitif, materi pokok harus disusun menurut urutan
tingkat kesukaran yang logis, dan didasarkan atas pengalaman belajar
sebelumnya.
Menurut Ausubel bahan pelajaran/materi pokok haruslah “meaningful”
artinya bahan pelajaran haruslah mempunyai arti, cocok dengan
kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Dengan kata lain materi pokok baru haruslah ditanamkan konsep-
konsepnya, kemudian dipahamkan konsep-konsep itu dengan beberapa
latihan soal termasuk didalamnya soal uraian, baru pembinaan
keterampilannya melalui drill, menghafal, permainan dan sebagainya. Jika
ke tiga dari konsep itu ditinggalkan maka siswa akan menjumpai kesulitan-
kesulitan, sebab konsep-konsep awal bila belum dipahami oleh siswa
belum dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang hampir sama
dengan materi pokok yang dipelajarinya. Belajar menemukan (discoveri
learning), merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa
menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman kongkret.
Kebanggaan manusia adalah jika ia dapat menemukan sendiri dan
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh orang lain bilamana mungkin. Begitu
pula belajar haruslah aktif, tidak duduk dengar dan mencatat saja atau
dengan kata lain siswa pasif menerima apa yang diberikan guru.
Diharapkan jika siswa aktif melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran,
14
anak dapat menemukan konse-konsep dengan menggunakan alat peraga
yang telah digunakan.
Ausubel mengatakan bahwa metode penemuan itu penggunaannya
terbatas, sehingga kita tidak dapat mengambil tengah yaitu siswa harus
menemukan seluruh konsep, ide, dan struktur matematika melainkan hal-
hal yang perlu ditemukan atau ada kemungkinan siswa dapat menemukan.
Pengajaran matematika diharapkan dapat menemukan konsep-konsep dasar
materi, setelah konsep-konsep ditemukan, dipahami konsep-konsep itu
kemudian dibina keterampilannya melalui permainan, mencongak maupun
hafalan.
Permaianan matematika adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana penuh makna dapat dinikmati oleh seluruh siswa.
Permainan yang diciptakan seharusnya:
a. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersosialisasi
dengan siswa lain
b. dapat diciptakan suasana saling berkompetisi
c. dapat memahami konsep-konsep, dan prinsip-prinsip matematika yang
telah dipelajari
d. dapat menciptakan suasana yang menyenangkan
e. mudah dilaksanakan
f. alokasi waktu yang dibutuhkan sesuai dengan alokasi tatap muka ( 2
jam ), dan lain-lain. ( Muchtar A, Karim : 1999 ; 2)
15
Permainan matematika bukan sekedar untuk bermain-main saja, tetapi
melalui permainan matematika konsep dapat diingat lebih baik. Di dalam
belajar matematika diperlukan ingatan, jika siswa harus menyelesaikan
suatu masalah. Permainan matematika yang sering dilakukan akan melekat
di otak.
2.1.4. Operasi Penjumlahan Bilangan
Penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan (Nurkhasanah dan Didik
Tumianto, 2007: 303).
Sedangkan sifat-sifat dalam penjumlahan bilangan bulat antara lain:
A. Sifat tertutup
Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal
ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap bilangan bulat a dan b,
berlaku a + b = c dengan c juga bilangan bulat.
B. Sifat komutatif
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat
selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut
dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk setiap
bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a.
C. Mempunyai unsur identitas
Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk
sebarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah bilangan itu
16
sendiri. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk sebarang bilangan bulat
a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.
D. Sifat asosiatif
Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat dituliskan
sebagai berikut.
Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c).
Tujuan akhir dalam pembelajaran Matematika khususnya pada operasi
penjumlahan bilangan adalah meningkatnya ketrampilan siswa dalam
mengoperasikan penjumlahan bilangan. Ketika siswa sudah terampil dalam
mengoperasikan penjumlahan bilangan,hal itu dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari antara lain:
A. untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Matematika diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir
menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari.
C. Mampu menghadapi berbagai situasi melalui penyediaan pengalaman
mencakup proses berpikir logis, rasional, tepat, serta efektif
D. Dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, misalnya menjumlahkan
bilangan bulat.
17
2.1.5 Media Pembelajaran
A. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Degeng . (1989: 142), media adalah komponen strategi penyampaian
yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa
berupa alat, bahan, dan orang. Sedangkan menurut Sadiman dkk (2002:6),
media adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga
dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan
efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pengertian
diatas, media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses
interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung
secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-
citakan.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Rohani, fungsi dari media pembelajaran antara lain:
1). Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.
2). Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3). Mendorong motivasi belajar.
4). Menambah variasi dalam penyajian materi.
5). Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
6). Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan,
18
bakat dan minatnya.
7). Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan
(informasinya sangat membekas dan tidak mudah lupa). (1997: 9).
C. Macam-macam Media Pembelajaran
Leshin, Pollock & Reigeluth (1992) mengklasifikasi media ke dalam lima
kelompok, yaitu:
1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, dan kegiatan
kelompok)
2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan
lembaran lepas)
3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,
transparansi, dan slide)
4) Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, dan televisi)
5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer,
interaktif video dan hypertext)
Gerlach dan Elly mengklasifikasikan media berdasarkan ciri-ciri fisiknya ke
dalam delapan tipe, yaitu:
1) Benda sebenarnya (realita): orang, kejadian, objek atau benda tertentu.
2) Presentasi verbal: media cetak, kata-kata yang diproyeksikan melalui film
bingkai (slide), transparansi, cetakan di papan tullis, majalah dan papan
tempel.
3) Presentasi grafis: bagan, grafik, peta, diagram, lukisan, poster, kartun dan
karikatur.
19
4) Potret diam (still picture): potret yang diambil dari berbagai macam objek
atau peristiwa yang mungkin dapat dipresentasikan melalui buku, film
rangkai (filmstrips), film bingkai (slide) atau majalah/surat kabar.
5) Film (motion picture): film atauvideo tape dari pemotretan/perekaman
benda atu kejadian sebenarnya, maupun film dari pemotretan gambar
(animasi).
6) Rekaman suara (audio recorder): yaitu rekaman suara saja yang
menggunakan bahasa verbal maupun efek suara musik (sound effect).
7) Program: terkenal pula dengan istilah pengajaran berprogram, yaitu
sikuen dari informasi baik verbal, visual atau audio yang sengaja
dirancang untuk merangsang adanya respons dari pebelajar. ada pula
yang dioersiapkan dan diprogram melalui mesin komputer.
8) Simulasi: peniruan situasi yang sengaja diadakan untuk
mendekati/menyerupai kejadian atau keadaaan sebenarnya. Misalnya
prilaku bagaimana seoarang sopir ketika sedang mengemudi yang
ditunjukan pada layar video atau layar film.
Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah media lidi.
D. Media Lidi sebagai Media Pembelajaran
Salah satu kompetensi dasar pembelajaran matematika di sekolah dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan kelas satu SD adalah melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 (Departemen Pendidikan
Nasional: 2008). Dalam mengajarkan konsep penjumlahan dan pengurangan
pada siswa SD kelas satu, terdapat empat langkah dalam proses
20
pembelajarannya, yaitu: langkah pengalaman sosial, langkah manipulasi
konkrit, semi konkrit dan abstrak. Pemanfaatan lidi sebagai alat bantu hitung
merupakan suatu alternatif dalam pembelajaran yang memanfaatkan alam. Lidi
dapat digunakan dalam membantu siswa mengenal konsep penjumlahan dan
pengurangan sebagai dasar mempelajari matematika.
Hal penting dalam proses belajar mengajar yaitu memotivasi siswa. Salah satu
cara meningkatkan motivasi belajar adalah dengan menggunakan alat peraga
sehingga, diharapkan konsep abstrak yang baru di fahami siswa akan
mengendap, melekat dan tahan lama, tidak hanya sekedar lewat begitu saja
Untuk belajar matematika sebenarnya tidak perlu mengeluarkan modal yang
besar dan membutuhkan peralatan yang mahal dan mewah,yang diperlukan
adalah kekreatifan.Misalnya apa yang ada di alam bisa dijadikan media
pembelajaran matematika sebagai contoh lidi dari daun kelapa.Bagi sebagian
orang mungkin berpikir bahwa lidi kelapa tidak ada kaitannya dengan
matematika,tapi dalam kasus ini lidi kelapa kalau dimanfaatkan sebaik mungkin
dalam pembelajaran matematika maka ia akan sangat membantu proses
pembelajaran,misalnya lidi kelapa tersebut dapat dijadikan alat hitung dalam
mengerjakan soal-soal matematika.Ini terbukti,sejak dulu anak-anak di desa
yang kurang mampu menggunakan lidi kelapa sebagai alat hitung pengganti
sampoa.
Dengan memanfaatkan lidi siswa akan terbantu dalam memahami
penjumlahan dan pengurangan dalam matematika. Pemanfaatan lidi sebagai
alat bantu hitung dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan,
21
diantaranya adalah praktis, mudah diaplikasikan, mudah didapat dan lebih
terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Dalam pengunaanya sebagai alat
bantu hitung lidi praktis karena mudah di bawa dan mudah di buat. Lidi mudah
diaplikasikan karena mudah diterapkan bagi siswa dalam pembelajaran
matematika di dalam kelas. Bahan dasar pembuatan alat bantu hitung yang
terbuat dari lidi mudah didapat sebab bahan tersebut mudah dijumpai disekitar
lingkungan kita dan untuk mendapatkannya tidak memerlukan biaya. Selain itu,
dengan menggunakan lidi siswa kelas satu dan dua SD akan lebih mengenal
dan memanfaatkan lingkungan dengan semaksimal mungkin.
Cara penggunaan lidi dalam kegiatan belajar mengajar cukup mudah karena
mudah diterapkan dan di aplikasikan dalam pembelajaran matematika
khususnya dalam hal penjumlahan dan pengurangan.
Penjumlahan
7 + 9 = 16
a. Ambil 7 batang lidi.
b. Ambil 9 batang lidi lagi.
c. Gabungkan lidi-lidi yang diambil tadi.
d. Hitung Jumlah lidi seluruhnya.
Pengurangan
20- 6 = 14
a. Ambil 20 batang lidi.
b. Karena kurang, maka ambil 6 lidi dari 20 lidi tadi.
c. Hitung lidi yang tesisa setelah pengambilan 6 tadi.
22
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penulis menyadari bahwa media lidi sebagai media pembelajaran adalah suatu tema
yang sngat menarik untuk dikupas secara detail menjadi sebuah penelitian yang pada
akhirnya penelitian tersebut bisa bermanfaat bagi kepentingan dunia pendidikan.
Hasil dari penelitian tersebut diharapkan bisa di gunakan untuk menambah kreatifitas
para penulis lain untuk membuat penelitian serupa dengan subjek yang berbeda.
Penulis menemukan salah satu penelitian yang mengetengahkan tentang media lidi
adalah pada Program Kreatifitas Mahasiswa ( PKM ) yang berjudul “ Pemanfaatan
Lidi sebagai Alat Bantu Hitung Siswa SD “ karya 3 orang mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Retno Dwi Mulyanti,
Erna Yuliana, dan Kurniasari Widhyaningrum. Pada karya tulis tersebut, mereka
bertiga mengemukakan tentang lidi sebagai alat bantu hitung tradisional yang sampai
sekarang tidak kalah berfungsinya dengan munculnya berbagai alat bantu hitung
modern. Pemanfaatan lidi sebagai alat bantu hitung dalam pembelajaran memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya adalah praktis, mudah diaplikasikan, mudah didapat
dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, untuk mendapatkan lidi tidak
memerlukan biaya. Pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru
mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa dalam proses
belajar mengajar.
Dengan melihat karya tulis tersebut, penulis terinspirasi untuk menggunakan media
lidi sebagai bahan penelitian ini dengan siswa kelas 1 SD Negeri Amongrogo 02
sebagai subjeknya. Diharapkan dengan kepraktisan media lidi, dapat membantu
23
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika dalam materi
penjumlahan bilangan.
2.3 Kerangka berpikir.
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-
pemahaman yang lainnya, s e b ua h p e m a ha m an y a n g p a l i n g m e n d as a r
d a n m e n j ad i p o n da s i b a g i s e t i a p pemikiran selanjutnya.Untuk mendapatkan
sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,diperlukan
suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta
yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang
terpenggal. Kerangka berpikir dalam penelitiam ini dapat digambarkan
pada bagan di bawah ini:
Kondisi awal
Guru belum
menggunakan media lidi
dalam pembelajaran
matematika
Prestasi belajar
siswa masih rendah
Tindakan Pembelajaran
penjumlahan
bilangan
menggunakan
media lidi
Siklus I, guru
menggunakan media
lidi dalam
pembelajaran
penjumlahan
bilangan
Kondisi akhir
Dengan menggunakan media
lidi dalam pembelajaran
matematika materi
penjumlahan bilangan
meningkatkan hasil belajar
siswa kelas 1 SD Negeri
AMONGROGO 02 Semester 2
Tahun 2011/2012
Siklus II, guru
menggunakan
media lidi dalam
pembelajaran
matematika materi
penjumlahan
bilangan
24
2.4 Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, kaitannya dengan
permasalahan yang ada maka hipotesis tindakan yang penulis ajukan adalah dengan
menggunakan metode ceramah berbantukan media lidi akan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa SD Negeri Amongrogo 2 semester 2 tahun pelajaran
2011/ 2012 dalam penjumlahan bilangan.
top related