bab ii kajian pustaka - uin banten
Post on 15-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban yang
timbul dari penyerahan barang atau jasa aktivitas usaha lainnya dalam suatu
periode. Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas
penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan.1 Maksud pendapatan disini
adalah hasil penjualan yang diterima oleh penduduk pedesaan yang berprofesi
sebagai petani melalui penjualan hasil dari pertanian.
Pendapatan dapat dianggap sebagai produk perusahaan artinya sesuatu yang
dihasilkan oleh upaya tersebut. Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aktiva
baru yang diterima dari pelanggan. Laba akan timbul bilamana jumlah aktiva yang
menunjukan pendapatan melebihi jumlah rupiah total biaya yang dibebankan.
Pendapatan terhimpun atau terbentuk (earned) dengan adanya seluruh kegiatan
perusahaan, atau dengan adanya totalitas usaha. Pendapatan terealisasi (realized)
dengan adanya perubahan bentuk produk menjadi kas atau aktiva lain.
1 Sumarsono, Teori Dasar Ekonomi, (Jakarta: PT. radjawalipers, 1999), hal 206
16
Pendapatan dapat diakui atas dasar tingat selesainya produksi dalam hal suatu
perusahaan beroprasi atas dasar pesanan atau atas dasar kontrak yang mengikat,
khususnya untuk projek-projek jangka panjang. Pengakuan semacam ini mungkin
tidak perlu dilakukan bilamana takaran pengukura pendapatan dialihkan dari
periode waktu menjadi order atau kontrak pekerjaan.
Pengertian pendapatan sebagai produk perusahaan hendaknya diartikan secara
luas yaitu bahwa pendapatan ditimbulkan dan melekat dalam seluruh aliran
kegiatan perusahaan. Jadi, pengertian pendapatan sebenarnya terlepas dari masalah
pengukuran dan pengakuan, artinya pendapatan itu sendiri sebenarnya bukan
merupakan hasil pengukuran dan pengakuan (timing).
Masalah pengukuran dan pengakuan sebenarnya merupakan masalah teknis
akuntansi untuk menentukan saat pencatatan pendapatan dalam sistem pembukuan.
Menurut kam, ada beberapa faktor yang dapat membentuk atau menibulkan
pendapatan. Pendapatan berkaitan erat dengan kenaikan aktiva tersebut berwujud
aliran kas masuk keunit usaha. Aliran kas masuk ini terjadi terutama akibat kegiatan
produksi dan penjualan output perusahaan.2
Pendapatan yang diterima individu dipengaruhi oleh faktor dari dalam
individu (faktor internal) serta faktor luar dari individu (faktor eksternal).3
pembagiannya sebagai berikut:
2 Suwardjono, Teori Akntansi (Jakarta: Gunadarma)
3 Muana Nanga, Makro Ekonomi (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005), h 50
17
1. Faktor Internal Meliputi
a. Faktor kecerdasan individu serta bakat yang dimilki.
b. Faktor kecakapan yaitu prestasi yang diraihnya.
c. Faktor finansial sejumla kekayaan yang dimilikinya.
d. Faktor kepribadian seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi dan
sebagainya.
2. Faktor Eksternal Meliputi
a. Faktor sosial yang terdiri dari: lengkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, teknologi dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas serta sarana dan prasarana lainnya
yang menunjang.
d. Faktor spiritual dan keagamaan.
Pendapatan merupakan faktor utama dari permintaan, dalam hukum permintaa
pendapatan merupakan faktor excogen yang dianggap tidak berubah selama periode
pasar. Tingkat pendapatan yang dianggap tetap bisa berupa pendapatan efektif
(revenue) yang di terima oleh produsen berdasarkan jumlah barang yang dijual
dikalikan dengan harga barang, atau tingkat pendapatan kolektif (gabungan
individu) yang membeli barang yang sama di pasar.4
44
Putong Iskandar, Teori Ekonomi MIkro, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hal 74
18
Dari penjelasan diatas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
apakah seseorang ingin menjadi seorang pengembang usaha atau tidak. Jika
seseorang berharap untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan
menjadi seorang wirausaha dalam sektor usahatani, maka ia akan semakin
terdorong untuk melakukan suatu inovasi dan pengembangan dalam sektor
pertanian.
Ada dua konsep pendapatan yang sangat erat hubungannya dengan masalah
proses pendapatan yaitu:
a. Konsep pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva
sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap
pendapatan sebagai infolow of net asset
b. Pendapatn yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa
serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya. Jadi pendekatan ini
menganggap pendapatan sebagai outflow of good services.5
Didalam pendapatan terdapat unsur-unsur yang dimaksud asal dari pada
pendapatan itu diperoleh, dimana unsur-unsur tersebut meliputi:
a. Pendapatan hasil produksi barang atau jasa
b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain
5 Eldon S. Hendriksen, Teori Akuntansi (Jakarta, Erlangga 1997) hal 4
19
c. Penjualan aktifa diluar barang dagangan merupakan unsur-unsur pendapatan
lain-lain suatu perusahaan.
Dalam pendapatan diketahui bahwa sumber pendapatan itu dapat melalui
beberapa aspek dimana dapat dijabarkan menjadi tiga sumber pendapatan, yaitu:
a. Pendapatan oprasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktifitas umum
perusahaan
b. Pendapatan non oprasional, pendapatan yang tidak terkait dengan aktifitas
perusahaan, yaitu pendapatan yang berasal dari faktor-faktor exsternal.
c. Pendapatan luas biasa (extra ordinary), yaitu pendapatan yang tak terduga
dimana perusahaan ini tidak sering terjadi dan biasanya diharapkan tidak
terulang lagi dimasa yang akan datang.6
2. Macam-macam Pendapatan
Pendapatan dapat di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
a. Pendapatan pribadi
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun, yang
diterima oleh penduduk suatu negara. Dari arti istilah pendapatan pribadi ini
dapatlah disimpulakan bahwa dalam pendapatan pribadi termasuk juga
pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian
6 http://digilib.uin-suka.ac.id/16880/1/Babi-Iv.Daftarpustaka.pdf diakses pada tanggal 26
agustus 2017 pada jam 19:00
20
yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat dimana
para penerimanya tidak perlu memberikan seuatu balas jasa atau usaha apapun
sebagai imbalanya.
b. Pendapatan Disposible
Pendapatan disposable adalah pendapatan yang digunakan oleh para
penerimanya, yaitu semua penerima rumah tangga yang ada dalam perekonomian,
untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mereka inginkan.
Untuk menunjang pendapatan didalam dunia usaha atau bisnis akan
membutuhkan beberapa asset terlebih dahulu untuk menunjang kelancaran usaha
atau bisnis, yaitu aset berkembang dan aset tidak berkembang.
a. Aset tidak berkembang
Aset seperti ini biasanya aset yang tidak bisa memberikan keutungan, baik itu
diawal menjalankan dan ditengah usaha atau bisnis, serta aset ini biasanya nilai
statis dalam berbisnis. Adapun aset yang tidak dapat berkembang yaitu, gedung dan
peralatan-peralatan kantor atau kebutuhan untuk memproduksi suatu barang dalam
sektor industry atau perusahaan
b. Aset berkembang
Aset yang berkembang yaitu, aset yang dapat menghasilkan keuntungan atau
laba, dan biasanya nilai dari aset tersebut terus meningkat selama kegiatan produksi
21
berlangsung. Misalnya modal, bahan baku produksi, dan barang produksi yang akan
didistribusikan atau dijual.7
B. Kesejahteraan Masyarakat
a. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat
Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahaan kesejahteraan
masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan
pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa
menyertakan penimpangan kesejahteraan masyarakat akan mengakibatkan
kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat. Kesejahteraan
masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan
kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.
Menurut Todaro dan Stephen C. Smit, kesejahteraan masyarakat
menunjukan ukuran hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai
kehidupan yang lebih baik yang meliputi:
1. Peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar
seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan
2. Peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih
baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusiaan
7 Sudono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro (Jakarta. Radjawali Perss, 2012). Hal 47
22
3. Memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu
dan bangsa.
Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar
yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan sandang dan
pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau
kondisi dimana setiap individu mampu memaksimalkan untillitasnya pada
tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan
jasmani dan rohani.
Bertambah tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat biasanya diikuti
pula oleh pengorbanan moril dan usaha yang lebih banyak oleh masyarakat
tersebut. Di satu pihak pembangunan ekonomi akan mempertinggi
kesejahteraan masyarakat, tetapi di lain pihak tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi ini harus dicapai dengan beberapa pengorbanan dalam perilaku hidup
masyarakat.8
b. Indikator kesejahteraan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, indikator yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan pendapatan,
konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat
tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan, kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
8 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Gunadarma). Hal 20-21
23
Tabel 2.1
Indikator kesejahteraan berdasarkan BPS tahun 2015
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Skor
1 Pendapatan Tinggi (>Rp. 10.000.000,-) 3
Sedang (Rp. 5.000.000 – 10.000.000,-) 2
Rendah (<Rp. 5.000.000,-) 1
2 Konsumsi atau pengeluaran
rumah tangga
Tinggi (>Rp. 5.000.000,-) 3
Sedang (Rp. 1.000.000 – Rp.
5.000.000,-)
2
Rendah (<Rp. 1.000.000,-) 1
3 Keadaan tempat tinggal Permanen (11-15) 3
Semi permanen (6-10) 2
Non permanen (1-5) 1
4 Fasilitas tempat tinggal Lengkap (34-44) 3
Cukup (23-33) 2
Kurang (12-22) 1
5 Kesehatan anggota keluarga Bagus (<25%) 3
Cukup (25%-50%) 2
Kurang (>50%) 1
6 Kemudahan mendapat
pelayanan kesehatan
Mudah (16-20) 3
Cukup (11-15) 2
24
Sulit (6-10) 1
7 Kemudahan memasukan anak
kejenjang pendidikan
Mudah (7-9) 3
Cukup (5-6) 2
Sulit (3-4) 1
8 Kemudahan mendapatkan
fasilitas transpotasi
Mudah (7-9) 3
Cukup (5-6) 2
Sulit (3-4) 1
Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut:
Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24
Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14-19
Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13
1) Kriteria tempat tinggal yang dinilai ada 5 item yaitu jenis atap rumah,
dinding, status kepemilikan rumah, lantai dan luas lantai.
2) Fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 item, yaitu pekarangan,
alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar
untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara memperoleh air
minum, WC dan jarak WC dari rumah.
3) Kemudahan mendapat pelayanan kesehatan terdiri dari 6 item yaitu jarak
rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat-obatan, dan alat
kontrasepsi.
25
4) Kriteria kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan terdiri dari 3
item yaitu biaya sekolah, jarak kesekolah dan proses penerimaan.
5) Kemudahan mendapatkan transpotasi terdiri dari 3 item yaitu ongkos
kendaraan, fasilitas kendaraan, dan status
C. Konsep Pendapatan Dalam Ekonomi Islam
Setiap orang atau masyarakat berhak mendapatkan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya maupun hidup keluarganya serta kerabatnya, dan
merupakan keharusan setiap orang atau masyarakat yang sudah memiliki
kecakapan hukum dan sudah dibebani tanggung jawab seperti kepala keluarga
untuk bekerja dalam rangka mencari penghasilan atau pendapaan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarga.
Ketika seseorang atau suatu kelompok masyarakat bersungguh-sungguh
mencari nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan diri dan
keluarganya, maka orang tersebut pasti mendapatkannya. Dan Allah menjamin
semua kebutuhan hidup seluruh mahluk ciptan-Nya. Allah berfirman:
وما من دابة ف الأرض إلا على الله رزق ها وي علم مست قرها ومست ودعها كل ف كتاب مبي
Artinya: Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan
semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (QS. Hud: 6)9
9 Yayasan Penyelenggara Al-Qur’an Departen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya
(Bandung: Penerbit Diponegoro: 2007), 222
26
Islam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap orang baik pangan,
sandang dan papan. Mekanismenya adalah:
a. Memerintahkan setiap kepala keluarga bekerja demi memenhi kebutuhan
dirinya dan kelarganya.
واذكروا الله فضل من واب ت غوا الأرض ف فان تشروا الصلة قضيت فإذا ت فلحون لعلكم كثيرا الله
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Alam berserta isinya diciptakan Allah agar dapat dpergunakan untuk
mencukupi kebutuhan manusia. Sebagaimana frman Allah dalam Surat Al-
BAqarah ayat 29.
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqoroh: 29)
Pengajaran Islam menerapkan penyerahan bantuan didalam menemukan
pekerjaan yang menguntungkan kepada yang menganggur dan mencari pekerjaan
serta penggajian yang adil untuk bekerja. Islam pun menekankan pembayaran
zakat untuk pendistribusian pendapatan dari yang kaya kepada yang miskin
dikarenakan cacat (mental atau fisik atau kondisi-kondisi lainnya, seperti
pengangguran), tidak mampu untuk mencapai suatu standar hidup terhormat
27
sehingga di dalam ayat Al-Qur’an dinyatakan kekayaan tidak boleh hanya beredar
di antara yang kaya, sebagaimana frman Allah dalam surat Al-Hasyr ayat 7.10
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumanNya.(QS. Al-Hasyr: 7)
Bagi seorang muslim hendaknya mencari nafkah yang yang halal. Bagitu
pula dalam menggunakan pendapatan yang diperolehnya hendaknya
membelanjakan barang konsumsi yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
serta keluarganya dan dalam membelanjakan pendapatan yang diperoleh
dianjurkan tidak berlebihan. Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an surat
Al-Isra ayat 26.
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS. Al-Isra:26)
10
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economic Ekonomi Yariah Bukan Opini Tetapi
Solusi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) hal 131
28
D. Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran kepustakaan untuk mengetahui hasil
kajian dan penelitiannya, maka ditemukan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Adi Sridianto, Analisis Pendapatan Petani Tomat di Desa Kanreapia,
Kecamatan Tambolo Pao, Kabupaten Gowa. Adapun hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
Adapun jmnlah pendapatan petani tomat sebesar Rp. 14.324.938,34. Usaha
tani tomat yang ditinjau dari R/C ratio di Desa Kanreapia, Kecamatan
Tombolo Pao Kabupatten Gowa dapat menguntungkan petani. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil perbandingan diantara penerimaan dengan biaya (R/C
ratio) sebesar 4,06 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan oleh
petani tomat menghasilkan pendapatan sebesar Rp.4,06. Implikasi dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil yang lebih berkualitas maka
memerlukan peran serta dari semua pihak baik dari pemerintah maupun dari
instansi di bidang pertanian, untuk membantu petani dalam pemberian
penyuuhan tentang bercocok tanam yang baik, terutama tentang bagaimana
cara penggunaan pestisida dan pupuk. Disamping itu, diharapkan para petani
secara aktif mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian
setempat agar pengetahuan tentang pembuddayaan tomat yang baik dapat
29
bertambah sehingga para petani dapat meningkatkan produksinya baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.11
2. Heryanti, “Pengaruh Pendapatan Istri Terhadap Kesejahteraan Ekonomi
Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Kampung
Kasunyatan, Kecamatan Kasemen Serang-Banten). Dalam penelitian ini
penulis menentukan jumlah sampel dengan cara sistem sampel jenuh yang
berarti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel. Dengan
diketahui jumlah populasi 40 orang maka ditetapkan sampel yang diambil
sebanyak 40 orang.
Berdasarkan hasil analisis data dengan SPSS 15.0 for window, penguji
hipotesis pendapatan secara parsial diperoleh nilai thitung > ttabel (6.805 > 2,042)
atau dengan probabilitas 0,05 > 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima ini
menyatakan bahwa pendapatan istri berpengaruh terhadap kesejahteraan
keluarga.
Berdasarkan analisis koefisien sederhana diperoleh nilai r 0,741. Berdasarkan
table interpretasi 0,60 – 0,799 maka terdapat hubungan kuat dan positif
dengan perbandingan rhitung lebih besar dari rtabel 0,741 > 0,320 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima.12
11
Adi Sridianto,” Analisis Pendapatan Petani Tomat di Desa Kanreapia, Kecamatan
Tambolo Pao, Kabupaten Gowa”( Skripsi sarjana fskultas ekonom dan bisnis Islam, Universitas Islam
Negri (UIN) Alaudin Makasar, 2016) 12
Heryanti, “Pengaruh Pendapatan Istri Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Keluarga
Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Kampung Kasunyatan, Kecamatan Kasemen
Serang-Banten 2016.)
30
3. Putri Lepia Canita “Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Pisang Di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Rata - rata pendapatan rumah
tangga petani pisang di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
sebesar Rp31.423.829,36/tahun sumber pendapatan berasal dari usahatani
pisang (on farm) sebesar Rp27.300.193,18 (86,88%), dan dari luar usahatani
(non farm) sebesar Rp4.123.636,18 (13,47%), (2) Distribusi pendapatan
rumah tangga petani pisang di Desa Padang Cermin tidak merata. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai Gini Rasio sebesar 0,53 dengan arti bahwa
distribusi pendapatan rumah tangga masih berada pada ketimpangan tinggi,
(3) Rumah tangga petani pisang di Desa Padang Cermin masuk kedalam
golongan nyaris miskin sebesar 15,91 persen, cukup 72,73 persen, dan hidup
layak sebesar 11,36 persen, tidak ada golongan paling miskin, miskin sekali,
dan miskin (Sajogyo, 1997). Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik (BPS)
2014 rumah tangga petani pisang di Desa Padang Cermin masuk katagori
belum sejahtera sebesar 90,90 persen dan sebanyak 9,10 persen rumah tangga
petani sudah sejahtera.13
13
Putri Lepia Canita “Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Pisang Di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran” (Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2017)
31
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, sampai terbukti data yang terkumpul secara tidak langsung
hipotesis dugaan sementara.14
Hipotesis dlam penelitian ini adalah:
a. Ha: terdapat pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011)
64
top related