bab ii konsep dasar i. konsep keluarga...
Post on 30-Jun-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
kesehatan RI. 1988).
B. Tipe / bentuk keluarga (Murwani, 2007)
1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga bcrantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti
4. Keluarga duda /janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
kerena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
5
6. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga
C. Tugas keluarga
1. Menurut Murwani (2007), ada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan, yaitu sebagai berikut:
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang tertalu muda.
d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas kesehatan yang ada.
2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut
adalah, sebagai berikut:
a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga.
c) Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai kedudukan
masing-masing.
d) Sosialisasi antar anggota keluarga.
e) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
D. Peran keluarga (Murwani, 2007)
1. Peran formal
a) Peran parental dan perkawinan
Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami -
ayah dan istri - Ibu:
1) Peran sebagai provider (penyedia).
2) Peran sebagai pengatur rumah tangga.
3) Peran perawatan anak
4) Peran sosialisasi anak.
5) Peran rekreasi.
6) Perart persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal).
7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
8) Peran seksual
b) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan
yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana
suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah
satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
c) Peran informal
1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
2) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-
tujuan kelompok.
3) Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian "setengah jalan".
4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan - kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat
keterikatan / keakraban
E. Fungsi Keluarga ( Murwani, 2007)
1. Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
d) Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating
misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.
6. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan -
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
7. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,
merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
8. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah didunia ini.
9. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi
ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.
F. Keperawatan kesehatan keluarga
1. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui
perawatan sebagai saran / penyalur (Murwani, 2007).
2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masvarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
bcrbagai upaya kesehatan masyarakat
II. Konsep Penyakit
A. Pengertian
DHF (Dengue Hemoragik Fever) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi
yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam dan limfadenopati.
Trombositopenia ringandan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan
(Saefullah, 2000). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer,
2000).
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes yaitu (Aedes albopictus dan Aedes Aegepti) (Ngastiyah, 1997).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Menurut Syaifudin (1997) sistem sirkulasi adalah sarana
untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus digestivus dan
dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-
sel ke ginjal, paru-paru, dan kulit yang merupakan tempat ekskresi
sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh
darah dan darah.
a. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak di dalam
thorax, diantara paru-paru, agak lebih ke arah kiri.
Struktur jantung, meliputi :
Atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, katup bikuspidalis, katup
trikus spidalis, endokardium, miokardium, pericardium.
b. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada tiga, yaitu :
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada vertikal kiri dan kanan.
Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
(a) Arteri koronaria
Arteri yang mandarahi dinding jantung
(b) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila
(c) Arteri brachialis
Arteri pada lengan atas
(d) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
(e) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak
(f) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutannya pada depan telinga
(g) Arteri facialis
Teraba berdenyut di sudut rahang bawah
(h) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan ke bawah mnyusuri paha menuju ke
belakang lutut
(i) Arteri tibia
Arteri pada kaki
(j) Arteri pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali
di bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang
lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar yang disebut
vena.
Fungsi kapiler adalah :
(a) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
(b) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan
cairan jaringan.
(c) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.
(d) Menyerap hasil makanan yang terdapat di usus.
(e) Menyaring darah yang terdapat di ginjal.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung
Beberapa vena yang penting :
a) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan,membawa darah
kotor ke dari daerah kepala, thorax, dan extrimitas atas.
b) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
semua organ tubuh bagian bawah
c) Vena Jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke
jantung
d) Vena Pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
paru-paru.
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian,
bagian cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut
sel-sel darah (Pearce Evelyn, 2002 : 133). Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah (Syaifuddin, 1997 : 232). Darah adalah suatu
cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).
Proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat tiga
tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
1) Sumsum tulang
Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
(a) Tulang vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang-tulang
kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling
berhubungan, sehingga tulang belakang mampu
melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan
penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33
vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) berbentuk kotak dan terletak didepan
dan menyangga berat badan. Bagian yang menjorok dari
korpus ke belakang disebut Arkus neoralis (lengkung
neoral) yang melewati medulla spinalis, yang membawa
serabut-serabut dari otak ke semua bagian tubuh.
Pada Arkus terdapat bagian yang menonjol pada
vertebrae dan dilekati otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang, yang dinamakan Processus Spinalis.
(b) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang ini terlerletak
sebagai pelekatan tulang kosta dan klaviukula. Sternum
terdiri dari Manubrium sterni, Corpus sterni, dan
Processus spinosis.
(c) Costa (tulang iga)
Costa terdiri 12 pasang, yaitu : 7 pasang vertebro
sternalis, 3 pasang costa vertebro condralis dan 2 pasang
costa fluktuantes. Costa di bagian posterior tubuh
melekat pada tulang vertebraedan dibagian
anteriormelekat pada tulang sternum, baik secara
langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama
sekali tidak melekat.
2) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar
pada tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas
abdomen di bawah diafragma. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus
yaitu lobus dextra dan lobus sinistra. Dari kedua lobus
tampak adanya ductus hepaticus dextra dan ductus hepaticus
sinistra, keduanya bertemu membentuk ductus hepaticus
comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus
sistikus membentuk ductus coledakus.
3) Limpa
Limpa terletak di sebelah kiri atas abdomen limpa
berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah
organ berkapsula dengan berat normal 100 – 150 gr. Limpa
mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfoiddan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang
dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter.Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap
orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan
jatung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada air yaitu
mempunyai berat jenis 1,041 – 1,067 dengan temperatur 38 C
dan ph 7,37 – 7,45.
2. Fisiologi
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah
(Pearce Evelyn, 2002 : 133). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah
(Syaifuddin, 1997 : 232). Darah adalah suatu cairan kental yang
terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
a. Sebagai alat pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat makanan dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikeluarjkan melalui kultit dan ginjal
5) Sebagai pertahanantubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh perantaraan leukosit,
antibodi atau zat-zat anti racun.
b. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Fungsi khususnya diterangkan lebih banyak di struktur/bagian-
bagian dari masing-masing sel darah dan plasma darah.
Bagian-bagian darah.
Darah terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti, ukurannya kira-kira 8mm, tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
suatu zat yang disebut hemogoblin. Warna ini akan bertambah
merah jika didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari
eritrosit adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh
untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemogoblin
(Hb + O2 HbO2). Jadi O2 diangkut dari seluruh tubuh
sebagai oksihemogoblin dan kemudian dilepaskan dalam
jaringan HbO2 Hb + O2 dan seterusnya Hb akan mengikat
dan bersenyawa dengan CO2 akan dilepaskan di paru-paru.
Eritrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati
yang kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selam 14 -15
hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin
yang mengandung Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit
baru dan berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb
dalam orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 mg %. Normal Hb
wanita 11,5 – 15,5 mg % dan Hb laki-laki 13,0 – 17,0 mg %.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia.
Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan yang
hebat dan gangguan dalam pembuatan eritrosit.
2) Leukosit
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan
dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000 – 11000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang
masuk kedalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
System). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dan
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke
pembuluh darah.
Sel leukosit selain di dalam pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi
maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut.
Macam-macam leukosit meliputi :
a) Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula, terdiri dari :
1) Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar
limfe di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan
intinya besar, banyaknya 20-25 %. Fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
2) Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34 %.
b) Granulosit
1) Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma banyaknya bintik-bintik,
banyaknya 60 – 70 %.
2) Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24 %.
3) Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar,
banyaknya 0,5 %.
3) Trombosit (sel plasma)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong. Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 –
450.000/mm3.
Trombosit memegang peran penting dalam pembekuan
darah, jika kurang dari normal maka apabila terjadi luka darah
tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus
menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah
dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan
bantuan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu
dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah, dengan demikian terjadi pembekuan.
b. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90 % plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, nitrat, dan lain-
lain yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik)
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotic untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral,dan vitamin)
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi atau anti toksin
Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga
normal hematokrit adalah 40,0–54,0 %. Efek hematokrit
terhadap viskositas darah makin besar presentase sel darah
merah yaitu makin besar hematokrit.
C. Etiologi
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus. Vektor ini bersarang di tempat-tempat yang berisi
air bersih, vektor ini memerlukan waktu 8 – 10 hari untuk menyelesaikan
masa inkubasi eksrinsik dari lambung ke kelenjar ludah nyamuk
(Sjaefullah, 1996).
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10 – 12 hari. Hanya nyamuk betina
yang dapat menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia
untuk memotongkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa
menggigit / menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-
tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina ± 2 minggu, nyamuk
Aeds Aegypti berkemampuan terbang 40 – 100 m (Hadinegoro, 1999).
D. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual,
muntah, nyeri otot, pegal diseluruh tubuh, nafsu makan berkurangdan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati, limpa. Pelepasan zat anafilatoksin, histimin
dan serotin serta aktivitas dari system kalikrein menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari
intravascular keluar ke ekstravascular atau terjadi pembesaran plasma
akibat terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,
penurunan tekanan darah hemokosentrasi, hipoproteinemia, effusi dan
renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga
menyebabkan reaksi antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan
anaphylaxia (Sjaefullah, 1996).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya smpai pada
perdarahan kelenjar adrenalin (Hadinegoro, 1999).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknya saat rejatan. Pada pasien dengan rejatan berat, volume plasma
dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila rejatan hipovolemik yang
terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka
akan terjadi anoksia jaringan, oksidasis metabolik dan kematian.
Terjadinya rejatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7 (Hadinegoro,
1999).
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular,
tromsitopenia (trombosit < 100.000 / mm3), menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X
dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravascular (DIC) juga
bisa terjadi saat rejatan. Perdarahan yang terjadi seperti ptekiae,
ekimosis, pupura, apistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat
pada traktus gastrointestinal (Hadinegoro, 1999).
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan usia inkubasi antara 13 – 15 hari.
Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) dalam Ngastiyah
(2002).
1. Demam mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tornikuet positif,
seperti perdarahan pada kulit, ptekie, ekimosis, epistaksis,
hematemesis, hematuri dan melena
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sitolik menjadi ≤80 mmHg dan diastolic ≤ 20
mmHg), disertai kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari, dan kaki. Perdarahan gelisah, timbul sianosis di sekitar
mulut (Rohim, 2002).
Selain timbul demam, perdarahan juga merupakan ciri khas
Dengue Haemoragic Fever. Gambaran klinis lain yang tidak khas dan
biasa dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic Fever adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi)
3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal
pada seluruh tubuh dan lain-lain.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah
trombositopenia (≤ 100.000 / mm3) dan hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit ≤ 20 %) (Hadinegoro, 1999)
Klasifikasi DHF.
Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DHF dibagi menjadi 4 derajat :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lainn, tanpa perdarahan spontan
Uji tourniquet (+) trombosit dan hemokonsentrasi
2. Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari.
4. Derajat IV
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat di
ukur.
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif.
Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar
pasien dapat bertahan hidup. Pasien yang diduga kuat menderita demam
berdarah dengue harus dirawat di rumah sakit karena memerlukan
pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok atau perdarahan yang
dapat mengacam keselamatan jiwa pasien.
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak
minum, yaitu 1,5 – 2 liter dalam waktu 24 jam. Dapat juga diberikan
teh manis, susu, sirup, dan bila perlu oralit. Cara pemberian ini
secara sedikit demi sedikit. Keadaan hiperpireksia di atasi dengan
obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang maka harus
luminal atau antikonvulsan lainnya. Infuse diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
atau hematokrit yang cenderung meningkat. Hematokrit cenderung
meningkat mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinis perubahan fungsi fital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi).
Sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya
hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita
DHF harus diperiksa Ht, Hb, dan trombosit setiap hari mulai ketiga
sakit sampai demam telah turun 1 - 2 hari. Nilai Ht itulah yang
menentukan pasien perlu dipasang infus atau tidak.
2) DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan atau syok harus segera di pasang
infuse karena sebagai pengganti cairan akibat kebocoran plasma.
Cairan yang biasa diberikan adalah ringer laktat, jika pemberi cairan
itu tidak dapat mengatasi maka harus diberikan plasma banyaknya
pemberian adalah 20 – 30 mm/kg BB. Pada pemberian pasien yang
mengalami renjatan berat maka pemberian cairan harus diguyur,
dengan cara membuka klem infus. Pada pasien dengan renjatan yang
berulang-ulang maka harus dipasang CVP (central venous pressure),
yaitu pengaturan vena sentral untuk menggukur tekanan vena sentral
melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan pendarahan
gastrointesnial yang hebat kadang-kadang pendarahan
gastrointestinal dapat digunakan apabila nilai hemoglobin dan
hemotokrit menurun sedangkan pendarahannya sendiri tidak
kelihatan.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalah
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya
perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati,
danb trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie,
ekimosis dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.
2. Kegagalan Sirkulasi
DSS (Dengue Syok Syndrome) biasa terjadi sesudah hari ke 2 – 7
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, effusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritonium, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload,
miokardium, penurunan volume sekuncup dan curah jantung
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
perfusi organ.
Dengue Syok Syndrome juga disertai dengan kegagalan homeostasis
mengakibatkan aktifitas dan integritas system kardiovaskuler, perfisi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12 – 24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati
dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody.
4. Effusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura
akan terjadi dispnea.
H. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan
dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah
dilaksanakan terhadap keluarga (Effendy, 1998).
1. Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
kedalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga
dan koping keluarga.
a. Mengidentifikasi Data
Data-data yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga
maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan
kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan DHF
difokuskan pada komponen-komponen yang berkaitan dengan
DHF
b. Data Identitas
1) Umur
Resiko DHF umumnya terjadi pada anak < 15 tahun.Dan
DHF juga lebih sering menyerang anak – anak usia sekolah
dasar, ini dikarenakan mereka lebih senang bermain pada
tempat-tempat yang banyak tergenang oleh air. Anak usia
sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit DHF,
ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan
pola bermain mereka dan perilaku membersihkan kamar
serta kebiasaan menguras bak mandi.
2) Jenis Kelamin
Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin
penderita, tetapi DHF lebih banyak pada anak perempuan
daripada anak laki-laki (Hadinegoro, 1998).
3) Pekerjaan
Pekerjaan seperti di perkantoran lebih beresiko untuk
menderita DHF karena aktifitas mereka lebih sering di
ruangan dan biasanya banyak tumpukan kertas-kertas yang
menjadi tempat bersarang nyamuk.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena
dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif
dan psikomotor dalam pengelolaan penderita DHF karena
mereka tidak mengenal tentang DHF dan akibatnya serta
pentingnya fasilitas kesehatan.
5) Hubungan (Genogram)
DHF sangat dipengaruhi oleh banyaknya anggota yang
tinggal dalam satu rumah.
6) Latar Belakang Budaya
Kebiasaan yang mendukung adanya DHF adalah kebiasaan
perilaku, misalnya tidur di pagi hari jam 07.00 - 09.00, saat
tidur tidak memakai kelambu, kebiasaan membersihkan
kamar dan kamar mandi, menguras air bak mandi seminggu
2 x.
Tipe keluarga ini tipe keluarga inti yaitu suatu rumah
tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah DHF adalah tahap perkembangan keluarga pra
school, karena kehidupan keluarga pada tahap ini sangat
sibuk dan anak sangat tergantung pada orang tua. Kedua
orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa
sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan (purna
waktu / paruh waktu) dapat terpenuhi. Adapun tugas
perkembangan keluarga dangan anak pra sekolah
(Friedmann, 1998) adalah:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti:rumah,
ruang bermain, privasi dan keamanan.
b) Mensosialisasikan anak
c) Mengintegrasikan anak
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga(hubungan perkawinan dan hubungan orang
tua dan anak) & di luar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat ini An.E post opname penyakit DHF tapi
setelah dirujuk ke RS Panti Wiloso kesehatannya sudah
membaik dan sudah boleh dibawa pulang.Dirawat di RS
selama 9 hari 8 malam.Setelah di USG dan tes darah rutin
baru ketahuan hasilnya (+) Demam Berdarah.
DHF tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain
misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena
penyakit DHF kaitannya adalah dengan perilaku (perilaku
yang sering tidur pagi dari jam 7 - 10 pagi, tidak memakai
kelambu, kebiasaan membersihkan kamar mandi dan
menguras bak mandi) meskipun DHF adalah penyakit
menular, namun penularan penyakit DHF yaitu melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
d. Data Lingkungan
1) Kondisi rumah atau Karakteristik Rumah
Penyakit DHF sering terjadi di daerah perumahan
yang padat penduduknya. Faktor lingkungan yaitu kondisi
geografis (misalnya: ketinggian dari permukaan air laut,
curah hujan, angin, kelembaban, musim) dan kondisi
demografi (misalnya: kepadatan, morbilitas, adat istiadat,
dan sosial ekonomi) (¶.Wantikirmanti dan Ridwan
Amiruddin Magister Epidemiologi FKM, paragraf 2,
wordpress.com,di akses pada tanggal 25 Juli 2008).
2) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal
yang Lebih Luas
a) Perumahan dan Lingkungan Tempat Tinggal
Keadaan lingkungan di perumahan, Tn. A tinggal
dilingkungan yang padat, Tn. A tinggal di rumah no.2
dari pinggir jalan, samping kanan keluarga pindahan
dari Tlogosari Wetan. Interaksi antara warga banyak
dilakukan pada sore dan malam hari.Tn.A juga aktif
melakukan kegiatan arisan rutin di RT dan kegiatan
poskamling.
b) Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau (maka
perlu diperiksakan ke pelayanan kesehatan jika
mengalami masalah DHF)
c) Fasilitas Transportasi
Transportasi yang memadai sangat berpengaruh
terhadap kemampuan keluarga untuk menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial
Pengelolaan penderita DHF di keluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,
petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat dengan cara memberikan asuransi, JPKM,
Askes, Askeskin, dll. Semuanya berperan dalam
pemberian edukasi,motivasi dan
memonitor/mengontrol perkembangan kesehatan
penderita DHF di keluarga.
e. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi
Adanya komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga
sehingga untuk mengetahui masalah kesehatan DHF, dapat
diketahui secara dini.
2) Struktur Pengambilan Keputusan
Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota
keluarga yang sakit.
3) Peran
Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan
anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.
4) Nilai atau Norma
Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat
berpengaruh terhadap cara perawatan anggota keluarga
yang sakit.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit mengakibatkan penderita DHF tidak
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan,
sehingga dapat menimbulkan terjadinya komplikasi lebih
lanjut.
2) Fungsi sosial
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang DHF dan
cara penanggulangannya.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita DHF
(Friedman, 1998).
a) Mengenal Masalah Kesehatan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DHf
adalah salah satu faktor penyebab karena apabila
keluarga tidak mampu mengenal masalah DHF,
penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi yang
lebih lanjut.
b) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit DHF dikarenakan oleh
ketidaktahuan tentang penyakit, misalnya pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara penularan dan cara
pencegahan.
c) Memodifikasi Lingkungan
Ketidakmampuan keluarga memelihara dan
memodifikasi lingkungan dapat beresiko untuk dilihat
dari kebiasaan keluarga Tn.A yang senang
menggantungkan pakaian.
40
I. Pathway Keluarga
Etiologi Nyamuk Aedes Aegypty
Post Opname DB
Cemas Panik Bingung
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
Ansietas Kerusakan pemeliharaan
lingkungan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada
J. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)
(Hidayat, 2002).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 – 10),
tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeriyang dialami pasien
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang terang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami
e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-
teman atau orang terdekat
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman
membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri
f. Memberikan obat analgetik (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien
2. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia (Doenges, 2000).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam diharapkan
nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
dibutuhkan atau diberikan
Rencana tindakan :
a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya
b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga
motivasi pasien untuk makan meningkat
d. Mencatat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nuutrisi pasien
e. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Nutrisi parental sangat bermanfaat atau dibutuhkan pasien
terutama jika intake peroral sangat kurang
f. Mengukur berat badan pasien setiap hari
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
g. Memberikan obat-obat antasida (antiemetik) sesuai program dokter
Rasional : Obat antasida (antiemetik) membantu pasien mengurangi rasa
mual dan muntah, dengan pemberian tersebut diharapkan intake
nutrisi pasien meningkat.
top related