bab ii landasan pustaka a. kajian teori 1. a.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1819/2/bab ii.pdfoleh...
Post on 29-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bank
a. Definisi Bank
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
b. Jenis Bank
1) Dilihat dari Segi Fungsinya (Kasmir, 2012: 20-21)
a) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
13
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di
seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang).
Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarakan prinsip syariah. Dalam kegiatan BPR tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-
jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya (Kasmir, 2012: 21-23)
a) Bank Milik Pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b) Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannyan
didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
c) Bank Milik koperasi
Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki
oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
14
d) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar
negeri).
e) Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3) Dilihat dari Segi Status (Kasmir, 2012: 24-25)
a) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar
negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter
of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi
bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi
bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa,
15
dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas
negara.
c. Fungsi Bank
Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi
utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan
atau sebagai financial intermediary. Secara spesifik bank dapat
berfungsi sebagai :
1) Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan.
Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank karena
adanya kepercayaan. Pihak bank juga akan menyalurkan
dananya kepada debitur karena adanya unsur kepercayaan
2) Agent of development
Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,
kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa.
Kelancaran kegiatan investasi–distribusi–konsumsi adalah
kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
16
3) Agent of services
Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank, dan penyelesaian tagihan
d. Peran Bank
Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 11-12)
peran bank adalah sebagai berikut :
1) Pengalihan aset (asset transmutation)
Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari
pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat
diatur sesuai dengan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah
berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus
(lenders) kepada unit defisit (borrowers).
2) Transaksi ( Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi
untuk melakukan transaksi barang dan jasa dengan
mengeluarkan produk–produk yang dapat memudahkan kegiatan
transaksi diantaranya giro, tabungan, deposito, saham dan
sebagainya.
17
3) Likuiditas (Liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam
bentuk produk–produk berupa giro, tabungan, deposito dan
sebagainya. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana
dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya karena produk–produk tersebut mempunyai
tingkat likuiditas yang berbeda–beda.
4) Efisiensi (Efficiency)
Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan
investor menimbulkan masalah insentif, sehingga menimbulkan
ketidakefisienan dan menambah biaya. Dengan adanya bank
sebagai broker maka masalah tersebut dapat teratasi.
e. Karakteristik Bank
Menurut Taswan (2008: 2), lembaga perbankan mudah
dikenali karena memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1) Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak–pihak yang
membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu
lintas pembayaran dengan berpijak pada falsafah kepercayaan.
2) Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus selalu menjaga
likuiditasnya sehingga mampu memenuhi kewajiban yang harus
segera dibayar.
18
3) Bank selalu dihadapkan pada dilema antara pemeliharaan
likuiditas atau peningkatan earning power. Kedua hal ini
berlawanan dalam mengelola dana perbankan. Yang artinya jika
menginginkan likuiditas tinggi maka earning atau rentabilitas
rendah dan sebaliknya.
4) Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai kedudukan
yang strategis untuk menunjang pembangunan nasional.
2. Laporan Keuangan
a. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, 2012).
Menurut Veithzal Rivai, dkk (2012: 375-376) Laporan
keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status
keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri
dari neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas
pemilik.
19
b. Tujuan Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (2007: 3) menyatakan bahwa : “Tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.”
c. Komponen Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 1 (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan
lengkap terdiri dari komponen–komponen sebagai berikut :
1) Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan
suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
2) Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil
usaha dan biaya–biaya selama suatu periode akuntansi.
3) Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan
sebab–sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode
menjadi ekuitas pada akhir periode.
4) Laporan Arus Kas, menunjukkan arus kas masuk dan keluar
yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan
asrus kas pendanaan.
20
5) Catatan atas Laporan Keuangan, berisi informasi keuangan yang
tidak dicantumkan dalam laporan keuangan tetapi informasi
tersebut merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
d. Jenis Laporan Keuangan Bank
Menurut (Taswan 2008: 39-65), jenis laporan keuangan
bank terdiri dari :
1) Laporan Keuangan Bulanan
a) Laporan bulanan bank umum yang disampaikan oleh bank
kepada Bank Indonesia untuk posisi bulan januari sampai
dengan Desember akan diumumkan pada home page Bank
Indonesia.
b) Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi
bulanan tersebut sesuai format pada laporan keuangan
bulanan .
c) Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan
bank secara individu yang merupakan gabungan antara
kantor pusat bank dengan seluruh kantor bank.
2) Laporan Keuangan Triwulan
Laporan keuangan triwulan disusun antara lain untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau
hasil usaha bank serta informasi keuangan lainnya kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan
21
usaha bank. Laporan keuangan triwulan yang wajib disajikan
adalah :
a) Laporan keuangan Triwulan Posisi Akhir Maret Dan
September
b) Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni
c) Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember
3) Laporan Keuangan Tahunan
Laporan keuangan tahunan bank dimaksudkan untuk
memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara
menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank.
Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.
e. Laporan Keuangan Bank
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (2007),
menyatakan bahwa laporan keuangan bank terdiri dari :
1) Neraca
Pada laporan keuangan Bank, neraca terdiri dari :
Aset :
a) Kas
22
b) Giro pada Bank indonesia
c) Giro pada bank lain
d) Penempatan pada bank lain
e) Efek–efek
f) Efek yang dibeli dengan janji jual kembali
g) Tagihan derivatif
h) Kredit
i) Tagihan akseptasi
j) Penyertaan saham
k) Aset tetap
l) Aset lain–lain
Kewajiban :
a) Kewajiban segera
b) Simpanan
c) Simpanan dari bank lain
d) Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali
e) Kewajiban derivatif
f) Kewajiban akseptasi
g) Surat berharga yang diterbitkan
h) Pinjaman diterima
i) Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
j) Kewajiban lain–lain
k) Pinjaman subordinasi
23
Ekuitas :
a) Modal disetor
b) Tambahan modal disetor
c) Saldo laba (rugi)
2) Laporan Laba Rugi
Pada laporan keuangan perbankan, laporan laba rugi
terdiri dari:
a) Pendapatan bunga
b) Beban bunga
c) Pendapatan komisi
d) Beban provisi dan komisi
e) Keuntungan atau kerugian penjualan efek
f) Keuntungan atau kerugian investasi efek
g) Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing
h) Pendapatan dividen
i) Pendapatan operasional lainnya
j) Beban penyisihan kerugian kredit dan asset produktif
lainnya
k) Beban administrasi umum
l) Beban operasional lainnya
24
3) Laporan Arus Kas
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (2007),
menyatakan bahwa laporan arus kas harus melaporkan arus kas
selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
4) Laporan Perubahan Ekuitas
Pada laporan keuangan perbankan, laporan perubahan
ekuitas terdiri dari :
a) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui
secara langsung dalam ekuitas.
c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebujiakan akuntansi
dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana
diatur dalam PSAK terkait.
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada
pemilik.
e) Saldo akumulatif laba/rugi pada awal dan akhir periode
serta perubahannya.
25
f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing–masing jenis
modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir
periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap
perubahan.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 1 per 1 September 2007 tentang penyajian laporan
keuangan, menyatakan bahwa catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan :
a) Informasi tentang dasar penyusutan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas.
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara
wajar.
26
3. Kesehatan Bank
a. Definisi Kesehatan Bank
Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang
berlaku (Triandaru dan Budisantoso, 2006).
b. Metode RGEC
Manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip
umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat
Kesehatan Bank (Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011):
1) Berorientasi Risiko
2) Proporsionalitas
3) Materialitas dan Signifikansi
4) Komprehensif dan Terstruktur
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank
berdasarkan risiko dengan metode RGEC dengan pedoman
selengkapnya mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yaitu :
27
1) Penilaian Risk Profile (Profil Risiko)
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap
Risiko Inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
dalam aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib dinilai
terdiri atas delapan jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko
Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum,
Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula
memperhatikan cakupan penerapan Manajemen Risiko
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
a) Penilaian Risiko Inheren
Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas
Risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik
yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang
berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank.
Karakteristik Risiko inheren Bank ditentukan oleh
faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi
bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan
aktivitas Bank, industri dimana Bank melakukan
kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi.
28
Penilaian atas Risiko inheren dilakukan dengan
memperhatikan parameter/indikator yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
Penetapan tingkat Risiko inheren atas masing-masing
jenis Risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Penetapan
tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis
Risiko dikategorikan ke dalam peringkat 1 (low),
peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3 (moderate),
peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high).
Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator
minimum yang wajib dijadikan acuan oleh Bank dalam
menilai Risiko inheren. Bank dapat menambah
parameter/indikator lain yang relevan dengan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan
memperhatikan prinsip proporsionalitas.
i. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan
debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada
umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank
yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak
29
lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau
kinerja peminjam dana (borrower). Risiko Kredit
juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya
penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis,
produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha
tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko
Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula
dalam penilaian Risiko inheren.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Kredit,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i)
komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi;
(ii) kualitas penyediaan dana dan kecukupan
pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan
sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor
eksternal.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Kredit menggunakan parameter/indikator Risiko
inheren dengan berpedoman pada lampiran SE BI
No. 13/24/DPNP/2011
ii. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan
rekening administratif termasuk transaksi derivatif,
30
akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk
Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar
meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai
tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko
suku bunga dapat berasal baik dari posisi trading
book maupun posisi banking book. Penerapan
Manajemen Risiko untuk Risiko ekuitas dan
komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang
melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
Cakupan posisi trading book dan banking book
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan
memperhitungkan Risiko Pasar.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Pasar,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i)
volume dan komposisi portofolio, (ii) kerugian
potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam
Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-
IRRBB) dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Pasar menggunakan parameter/indikator Risiko
inheren dengan berpedoman pada lampiran SE BI
No. 13/24/DPNP/2011.
31
iii. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat
ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas,
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang
dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga
Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity
risk).
Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa
terkena diskon yang material karena tidak adanya
pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai
Risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Likuiditas, parameter yang digunakan adalah: (i)
komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi
rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset
dan kewajiban; (iii) kerentanan pada kebutuhan
pendanaan; dan (iv) akses pada sumber-sumber
pendanaan.
32
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Likuiditas menggunakan parameter/indikator
Risiko inheren dengan berpedoman pada lampiran
SE BI No. 13/24/DPNP/2011.
iv. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko
Operasional dapat disebabkan antara lain oleh
sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian
eksternal.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Operasional, parameter/indikator yang digunakan
adalah: (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis;
(ii) sumber daya manusia; (iii) teknologi informasi
dan infrastruktur pendukung; (iv) fraud, baik
internal maupun eksternal, dan (v) kejadian
eksternal.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Operasional menggunakan parameter/indikator
33
Risiko inheren dengan berpedoman pada lampiran
SE BI No. 13/24/DPNP/2011.
v. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat
tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan
yang tidak memadai.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Hukum,
parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) faktor litigasi; (ii) faktor kelemahan perikatan;
dan (iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan
perundang-undangan.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Hukum menggunakan parameter/indikator Risiko
inheren dengan berpedoman pada lampiran SE BI
No. 13/24/DPNP/2011.
34
vi. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat
ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara
lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses
formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
implementasi strategi, dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Stratejik,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i)
kesesuaian strategi bisnis Bank dengan lingkungan
bisnis;
(ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;
(iii) posisi bisnis Bank; dan (iv) pencapaian
rencana bisnis Bank. Bank dalam menilai Risiko
inheren atas Risiko Stratejik menggunakan
parameter/indikator Risiko inheren dengan
berpedoman pada Lampiran SE BI
No.13/24/DPNP/2011.
35
vii. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul
akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan
antara lain timbul karena kurangnya pemahaman
atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun
standar bisnis yang berlaku umum.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan
adalah: (i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang
dilakukan, (ii) frekuensi pelanggaran yang
dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank,
dan (iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau
standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi
keuangan tertentu.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Kepatuhan menggunakan parameter/indikator
Risiko inheren dengan berpedoman pada
Lampiran SE BI No.13/24/DPNP/2011.
36
viii. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya
tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber
dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat
tidak langsung (below the line) dan bersifat
langsung (above the line).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Reputasi , parameter/indikator yang digunakan
adalah: (i) pengaruh reputasi negatif dari pemilik
Bank dan perusahaan terkait;
(ii) pelanggaran etika bisnis; (iii) kompleksitas
produk dan kerjasama bisnis Bank; (iv) frekuensi,
materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif
Bank; dan (v) frekuensi dan materialitas keluhan
nasabah.
Bank dalam menilai Risiko inheren atas Risiko
Reputasi menggunakan parameter/indikator Risiko
inheren dengan berpedoman pada Lampiran SE BI
No.13/24/DPNP/2011.
37
b) Penilaian kualitas penerapan manajemen resiko
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko
mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem
pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar
penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Penilaian
kualitas penerapan Manajemen Risiko bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas penerapan Manajemen
Risiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Penerapan Manajemen Risiko Bank sangat bervariasi
menurut skala, kompleksitas, dan tingkat Risiko yang
dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam
menilai kualitas penerapan Manajemen Risiko perlu
diperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha
Bank.
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko
merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek yang
saling terkait yaitu: (i) tata kelola Risiko; (ii) kerangka
Manajemen Risiko; (iii) proses Manajemen Risiko,
kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan
38
sistem informasi manajemen; serta (iv) kecukupan
sistem pengendalian Risiko, dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian
kualitas penerapan Manajemen Risiko terhadap
keempat aspek tersebut di atas dilakukan secara
terintegrasi yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
i. Tata Kelola Risiko
Tata kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap:
(i) perumusan tingkat Risiko yang akan diambil
(risk appetite) dan toleransi Risiko (risk
tolerance); dan (ii) kecukupan pengawasan aktif
oleh Dewan Komisaris dan Direksi termasuk
pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Direksi.
ii. Kerangka Manajemen Risiko
Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi
terhadap: (i) strategi Manajemen Risiko yang
searah dengan tingkat Risiko yang akan diambil
dan toleransi Risiko; (ii) kecukupan perangkat
organisasi dalam mendukung terlaksananya
Manajemen Risiko secara efektif termasuk
kejelasan wewenang dan tanggung jawab; dan (iii)
39
kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan
limit.
iii. Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber
Daya Manusia, dan Kecukupan Sistem
Informasi Manajemen.
Proses Manajemen Risiko, kecukupan Sumber
Daya Manusia, dan kecukupan sistem informasi
Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap:
(i) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan,
dan pengendalian Risiko; (ii) kecukupan sistem
informasi Manajemen Risiko; dan (iii) kecukupan
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
mendukung efektivitas proses Manajemen Risiko.
iv. Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
Kecukupan sistem pengendalian Risiko mencakup
evaluasi terhadap: (i) kecukupan Sistem
Pengendalian Intern dan (ii) kecukupan kaji ulang
oleh pihak independen (independent review)
dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen
Risiko (SKMR) maupun oleh Satuan Kerja Audit
Intern (SKAI). Kaji ulang oleh SKMR antara lain
mencakup metode, asumsi, dan variabel yang
digunakan untuk mengukur dan menetapkan limit
40
Risiko, sedangkan kaji ulang oleh SKAI antara
lain mencakup keandalan kerangka Manajemen
Risiko dan penerapan Manajemen Risiko oleh unit
bisnis dan/atau unit pendukung.
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko
dilakukan terhadap 8 (delapan) jenis Risiko yaitu
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko
Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
Tingkat kualitas penerapan Manajemen Risiko untuk
masing-masing Risiko dikategorikan dalam 5 (lima)
peringkat yakni Peringkat 1 (strong), Peringkat 2
(satisfactory), Peringkat 3 (fair), Peringkat 4
(marginal), dan Peringkat 5 (unsatisfactory).
c) Penetapan Tingkat Risiko
Tingkat Risiko ditetapkan berdasarkan penilaian atas
tingkat Risiko inheren dan kualitas penerapan
Manajemen Risiko dari masing-masing Risiko.
Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing
Risiko berpedoman pada Lampiran SE BI
No.13/24/DPNP/2011.
41
d) Penetapan Peringkat Faktor Profil Risiko
Penetapan peringkat faktor Profil Risiko dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
i. Penetapan tingkat Risiko dari masing-masing
Risiko, dengan mengacu pada Lampiran SE BI
No.13/24/DPNP/2011.
ii. Penetapan tingkat Risiko inheren komposit dan
tingkat kualitas penerapan Manajemen Risiko
komposit, dengan memperhatikan signifikansi
masing-masing Risiko terhadap Profil Risiko secara
keseluruhan;
iii. Penetapan peringkat faktor Profil Risiko atas hasil
penetapan tingkat Risiko sebagaimana dimaksud
pada point i., dan tingkat Risiko inheren komposit
dan tingkat kualitas penerapan Manajemen Risiko
komposit sebagaimana dimaksud pada huruf ii.,
berdasarkan hasil analisis secara komprehensif dan
terstruktur, dengan memperhatikan signifikansi
masing-masing Risiko terhadap Profil Risiko secara
keseluruhan.
iv. Penetapan peringkat faktor Profil Risiko terdiri dari
5 (lima) peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2,
Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan
peringkat faktor Profil Risiko yang lebih kecil
42
mencerminkan semakin rendahnya Risiko yang
dihadapi Bank. Penetapan peringkat faktor Profil
Risiko dilakukan dengan berpedoman pada
Lampiran SE BI No.13/24/DPNP/2011.
2) Penilaian Good Corporate Governance (GCG)
a) Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap
kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
GCG yang berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Bank dalam menilai faktor GCG menggunakan
parameter/indikator dengan berpedoman pada Lampiran SE
BI No.13/24/DPNP/2011.
b) Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan
analisis atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank
sebagaimana dimaksud pada angka 1); (ii) kecukupan tata
kelola (governance) atas struktur, proses, dan hasil
penerapan GCG pada Bank; dan (iii) informasi lain yang
terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan
informasi yang relevan.
c) Peringkat faktor GCG dikategorikan dalam 5 (lima)
peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3,
Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG
43
yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih
baik. Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan dengan
berpedoman pada Lampiran SE BI No.13/24/DPNP/2011.
3) Penilaian Earnings (Rentabilitas)
a) Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas,
kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas.
Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat,
trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank, dan
perbandingan kinerja Bank dengan kinerja peer group¸ baik
melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan
skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha
Bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
Bank dalam menilai faktor Rentabilitas menggunakan
parameter/indikator dengan berpedoman pada Lampiran SE
BI No.13/24/DPNP/2011.
b) Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan
berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur
terhadap parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana
dimaksud pada huruf a) dengan memperhatikan
signifikansi masing-masing parameter/indikator serta
44
mempertimbangkan permasalahan lain yang
mempengaruhi Rentabilitas Bank.
c) Penetapan faktor Rentabilitas dikategorikan dalam 5
(lima) peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat 2,
Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan
peringkat faktor Rentabilitas yang lebih kecil
mencerminkan kondisi Rentabilitas Bank yang lebih
baik. Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan
dengan berpedoman pada Lampiran SE BI
No.13/24/DPNP/2011.
4) Penilaian Capital (Permodalan)
a) Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan
permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan
penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus
mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank.
Semakin tinggi Risiko Bank, semakin besar modal yang
harus disediakan untuk mengantisipasi Risiko tersebut.
b) Dalam melakukan penilaian, Bank perlu
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas
Permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group
45
serta kecukupan manajemen Permodalan Bank. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan parameter/indikator
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer
group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis,
karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank serta
ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
c) Parameter/indikator dalam menilai Permodalan meliputi:
i. Kecukupan modal Bank
Penilaian kecukupan modal Bank perlu dilakukan
secara komprehensif, minimal mencakup: Tingkat,
trend, dan komposisi modal Bank; Rasio KPMM
dengan memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko
Pasar, dan Risiko Operasional; dan Kecukupan
modal Bank dikaitkan dengan Profil Risiko.
ii. Pengelolaan Permodalan Bank
Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank
meliputi manajemen Permodalan dan kemampuan
akses Permodalan.
Bank dalam menilai faktor Permodalan menggunakan
parameter/indikator dengan berpedoman pada Lampiran SE
BI No.13/24/DPNP/2011.
d) Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator
46
Permodalan sebagaimana dimaksud pada huruf c) dengan
memperhatikan signifikansi masing-masing
parameter/indikator serta mempertimbangkan permasalahan
lain yang mempengaruhi Permodalan Bank.
e) Penetapan faktor Permodalan dikategorikan dalam 5 (lima)
peringkat yakni Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3,
Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor
Permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi
pemodalan Bank yang lebih baik. Penetapan peringkat
faktor Permodalan dilakukan dengan berpedoman pada
Lampiran SE BI No.13/24/DPNP/2011.
B. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya analisis kesehatan Bank dengan
metode RGEC sudah banyak digunakan dalam menilai tingkat
kesehatan Bank, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh :
1. Pada Penelitian yang dilakukan oleh Minnarohmah, at.al (2014)
mengenai analisis pengukuran tingkat kesehatan bank dengan
pendekatan metode RGEC pada PT Bank Central Asia, Tbk
,maka dapat disimpulkan bahwa Bank BCA merupakan bank yang
layak bagi nasabah untuk dipercaya sebagai tempat penyimpanan
dana karena BCA memiliki kategori bank yang sangat sehat, selain
itu dari analisis rasio – rasio pengukuran yang telah dilakukan,
dapat menunjukkan bahwa profesional dan kredibilitas BCA sangat
47
besar dalam hal menjaga kepercayaan yang telah diberikan
nasabahnya.
2. Permana (2012) dalam penelitiannya tentang Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMELS dan Metode
RGEC, menemukan bahwa metode CAMELS memberikan
gambaran tingkat kesehatan bank yang efektif akan tetapi antar
faktor memberikan penilaian yang sifatnya bisa berbeda.
Sedangkan metode RGEC lebih menekankan akan pentingnya
kualitas manajemen.
3. Pada penelitian yang disusun oleh Santi Budi Utami (2015) yang
telah dilakukan pada PT Bank Negara Indonesia Syariah periode
2012 sampai 2013 menggunakan metode RGEC menunjukkan
predikat kesehatan bank tersebut memperoleh predikat sehat.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Artyka (2015) hasil penelitian
pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) periode 2011 sampai
2013 dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan
predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5. Penelitian yang dilakukan Veranda Aga Refmasari & Ngadirin
Setiawan (2014) dalam jurnal dengan judul „‟Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Menggunakan Metode RGEC dengan
Cakupan Risk profile, Earnings, dan Capital pada Bank
Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
48
2012‟. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan Bank Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012 ditinjau dari aspek risk profile sangat sehat
dari NPL 0,83%, NPA 0,70%, KPCKPN 37,06%, dan LDR
72,12%. Untuk tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek earnings
sangat sehat dari ROA 2,47%, ROE 22,63%, NIM 8,67%, dan
BOPO 74,68%. Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek capital
sangat sehat dari KPMM 14,40%. Tingkat kesehatan bank ditinjau
dari aspek risk profile, earnings, dan capital sangat sehat; terdapat
kelemahan CKPN dan LDR tetapi tidak signifikan, nilai komposit
86,67% menempati Peringkat Komposit 1. Hal ini menunjukkan
bahwa Bank Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2012 termasuk dalam kategori bank dengan
kondisi sangat sehat.
6. Pada penelitian yang disusun oleh Heidy Arrvida Lasta, Zainul
Arifin, dan Nila Firdausi Nuzula (2014). Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia
dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat
kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara keseluruhan sehat.
Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR dan
Cash Ratio secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko
yang telah dilaksanakan dengan baik. Faktor Good Corporate
Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan tata kelola
49
perusahaan dengan sangat baik. Faktor Earnings atau Rentabilitas
yang penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan
dan hal ini menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki
BRI diikuti dengan bertambahnya keuntungan yang didapat oleh
BRI. Dengan menggunakan indikator CAR, peneliti membuktikan
bahwa BRI memiliki faktor Capital yang baik, yaitu diatas
ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%.
7. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rina Trisnawati & Ardian Eka
Puspita (2014) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC Pada Bank
BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -
2012”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat
kesehatan pada bank BNI, BRI dan Mandiri selama periode tahun
2011-2012 dengan metode RGEC secara keseluruhan memiliki
predikat sangat sehat. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan
peringkat komposit tingkat kesehatan bank untuk setiap bank yang
dijadikan sampel selama periode tahun 2011-2012 berada pada
PK-1.
8. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewa Gede Derian Angga
Paramartha & I Ketut Mustanda (2017) dalam jurnal yang berjudul
“Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank pada PT Bank Central
Asia Tbk Berdasarkan Metode RGEC” menyimpulkan bahwa
penilaian kesehatan bank pada PT Bank Central Asia Tbk periode
50
tahun 2012 sampai 2014 yang dikur menggunakan pendekatan
RGEC secara keseluruhan dapat dikatakan bank yang sangat sehat.
Simpulan tersebut didukung oleh : Penilaian faktor profil risiko
dengan menggunakan rasio NPL untuk risiko kredit selama periode
2012 hingga 2014 memperoleh predikat sangat sehat dan rasio
LDR untuk risiko likuiditas pada periode tahun 2012 memperoleh
predikat sehat sedangkan pada periode 2013 hingga 2014
memperoleh predikat sangat sehat. Hal ini mengambarkan Bank
Central Asia mampu mengelola risiko-risiko yang timbul dari
kegiatan usaha yang dilakukan bank dengan baik , Penilaian faktor
GCG dengan menggunakan hasil self assesment yang tercantum
pada laporan tahunan Bank Central Asia selama periode 2012
hingga 2014 memperoleh kategori sangat sehat. Mencerminkan
manajemen Bank Central Asia telah melakukan penerapan GCG
yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan dalam
penerapan prinsip GCG, maka secara umum kelemahan tersebut
kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal
oleh bank , Penilaian Faktor Rentabilitas menggunakan rasio ROA
dan NIM selama periode 2012 hingga 2014 memperoleh kategori
predikat sangat sehat. Mencerminkan rentabilitas Bank Central
Asia yang sangat memadai, pencapaian labanya telah melebihi
target dan mendukung pertumbuhan permodalan bank , Penilaian
faktor permodalan menggunakan rasio CAR selama periode 2012
51
hingga 2014 memperoleh kategori sangat sehat. Mencerminkan
bahwa Bank Central Asia memiliki kualitas dan kecukupan modal
yang sangat memadai terhadap risikonya, yang disertai dengan
pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan
karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
9. Pada penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Ayu Diah Esti Putri &
I Gst. Ayu Eka Damayanthi (2013) dalam jurnal yang berjudul
“Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC
pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil” Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pertama, secara parsial
terdapat dua faktor dari empat faktor penilaian tingkat kesehatan
bank yang tidak signifikan yaitu faktor rentabilitas dan permodalan.
Penyebabnya adalah rasio ROA dan CAR yang dimiliki bank besar
maupun bank kecil sudah memadai dari standar yang ditetapkan BI.
Hal tersebut menunjukkan baik bank besar maupun bank kecil
memiliki kemampuan menghasilkan laba yang baik dan memiliki
kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai. Sedangkan dua
faktor yang secara statistik menunjukkan adanya signifikansi antara
bank besar dan bank kecil yaitu faktor profil risiko dan GCG.
Penyebab adanya signifikansi untuk faktor profil risiko yaitu bank
besar memiliki peringkat profil risiko yang lebih rendah daripada
bank kecil. Sedangkan untuk faktor GCG penyebab adanya
signifikansi adalah bank kecil memiliki peringkat GCG yang lebih
52
tinggi daripada bank besar. Kedua, penilaian kesehatan bank
ditinjau dari faktor RGEC menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat kesehatan antara bank besar dan bank kecil. Hal
tersebut disebabkan karena hampir setengah dari populasi bank
yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 hingga 2012 tidak masuk
dalam sampel, terbatasnya proksi yang digunakan dan adanya
regulasi baru menyebabkan faktor-faktor RGEC belum
terstandarisasi secara utuh sehingga menimbulkan penilaian yang
subjektif.
10. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kadek Septa Riadi,
Anantawikrama Tungga Admadja & Made Arie Wahyuni (2016)
dalam jurnal yang berjudul “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
dengan Menggunakan Metode RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, Capital) pada PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, periode 2013-2015) ,menyimpulkan bahwa pada
aspek Risk Profile dengan cakupan rasio NPL, LDR, dan IRR pada
tahun 2013 sampai 2015, PT. Bank Mandiri dinilai sangat sehat.
Pada aspek Good Corporate Governance dari tahun 2013 sampai
2015, PT. Bank Mandiri dinilai cukup baik. Pada aspek Earnings
dari tahun 2013 sampai 2015, PT. Bank Mandiri dinilai sangat
sehat. Masing-masing rasio pada aspek ini yaitu ROA, ROE, NIM,
dan BOPO berada pada kategori yang sangat sehat. Pada aspek
Capital dari tahun 2013 sampai 2015, PT. Bank Mandiri dinilai
53
sangat sehat karena rasio pada aspek ini yaitu CAR berada pada
kategori sangat sehat. Penilaian Aspek pada metode RGEC yaitu
terdiri dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings,
dan Capital pada PT. Bank Mandiri dari tahun 2013 sampai tahun
2015 berada pada kondisi yang sangat sehat. Sehingga PT. Bank
Mandiri merupakan Bank yang sangat sehat selam 3 (tiga) tahun
terakhir.
top related