bab ii landasan teori 2.1 manajemen pengadaaneprints.umm.ac.id/44619/3/bab ii.pdfpemasok yang...
Post on 09-Feb-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pengadaan
Menurut Pujawan (2005, hal 138) Manajemen pengadaan adalah salah satu
komponen utama supply chain management, banyak ahli yang mulai menganggap
bahwa kegiatan pengadaan adalah kegiatan strategis, karena di beberapa
perusahaan manufaktur ongkos – ongkos bahan baku melebihi nilai tambah yang
diberikan selama proses produksi, ini memberikan signal yang sangat kuat bahwa
efisiensi di bagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi
peningkatan keuntungan (profit) sebuah perusahaan.
Sedangkan menurut Supriyanto dan Masruchah (2000), Departemen
Purchasing sebagai bagian penting dalam organisasi perusahaan memainkan peran
penting dalam sejumlah besar aktifitas pengadaan material untuk memenuhi
kebutuhan proses produksi.
2.1.1 Fungsi dan Tugas Pengadaan
Melakukan pembelian barang dan jasa adalah salah satu tugas departemen
pengadaan. Namun jika kita lihat tujuannya, yakni untuk menyediakan barang
maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas
– tugas bagian pengadaan tidak terbatas pada kegiatan rutin pembelian. Menurut
Pujawan (2005, hal 139). Secara umum tugas – tugas yang dilakukan departemen
pengadaan mencakup :
a. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok;
Hubungan dengan pemasok dapat bersifat kemitraan jangka panjang
maupun hubungan transaksional jangka pendek. Bagian pengadaan bertugas
untuk mengatur relationship portofolio untuk semua pemasok dan juga
untuk menetapkan berapa jumlah pemasok yang harus dimiliki untuk tiap
jenis item.
-
5
b. Memilih pemasok;
Untuk pemasok – pemasok kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan
jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal,
mengundang pemasok untuk melakukan presentasi, kunjungan lapangan
(site visit) dan sebagainya. Jika inovasi adalah salah satu kunci dalam
persaingan, kemampuan pemasok untuk memasok material dengan
spesifikasi yang berbeda mungkin menjadi pertimbangan yang penting.
Sebaliknya, pada supply chain yang bersaing atas dasar harga, pemasok
yang menawarkan barang dengan harga murah yang mungkin harus
diprioritaskan.
c. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok;
Kegiatan purchasing selalu membutuhkan bantuan teknologi yang lebih
tradisional dan lumrah digunakan seperti telepon dan fax. Dengan
munculnya internet, teknologi pengadaan mengalami perkembangan yang
sangat dramatis. Berkembangnya electronic procurement yaitu aplikasi
internet untuk kegiatan pengadaan, dapat membantu perusahaan untuk
memiliki katalog elektronik yang bisa mengakses berbagai data pemasok.
Electronic procurement juga dapat membantu perusahaan untuk memilih
pemasok melalui proses e-auction atau e-building.
d. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data pemasok;
Departemen Purchasing harus memiliki data yang lengkap tentang item
yang dibutuhkan maupun data tentang pemasok mereka. Beberapa data
pemasok yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing –
masing pemasok, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time
pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi pemasok.
e. Melakukan pembelian;
Ini adalah pekerjaan yang paling rutin dilakukan oleh departemen
Purchasing. Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang.
-
6
f. Mengevaluasi kinerja pemasok
Penilaian kinerja pemasok juga pekerjaan yang sangat penting dilakukan
untuk menciptakan daya saing yang berkelanjutan. Bagi perusahaan
pembeli, kinerja pemasok bisa digunakan sebagai dasar untuk menentukan
volume pembelian (jika ada lebih dari satu pemasok untuk item sejenis)
maupun untuk menentukan peringkat pemasok.
2.1.2 Seleksi Supplier
Menurut Supriyanto dan Masruchah (2000), sebelum memutuskan untuk
melakukan hubungan kerja sama dengan supplier, terlebih dahulu perlu dilakukan
penilaian terhadap kondisi perusahaan calon supplier tersebut sesuai dengan kriteria
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan menganggap bahwa proses produksi
yang bergabung di perusahaan supplier merupakan perluasan proses produksi dari
perusahaan kita atau merupakan lini kedua produksi yang berada diluar perusahaan
kita. Maka kondisi perusahaan supplier harus dikenal dengan baik. Perlu
dipertimbangkan bahwa permasalahan yang mungkin timbul pada perusahaan
supplier secara langsung ataupun tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap
pelaksanaan proses produksi di perusahaan kita.
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam rangka melakukan
seleksi terhadap perusahaan yang akan menjadi perusahaan supplier antara lain :
1. Status perusahaan
2. Struktur organisasi perusahaan
3. Nilai asset
4. Lokasi perusahaan
5. Jenis produksi
6. Jenis dan jumlah peralatan produksi
7. Perusahaan yang sudah jadi pelanggannya
8. Perolehan material
9. Sistem pengendalian proses produksi
10. Sistem pengendalian kualitas
-
7
Beberapa aspek tersebut sebaiknya dipelajari dengan baik untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam memutuskan dapat atau tidaknya perusahaan tersebut
diterima sebagai perusahaan supplier. Penilaian perusahaan sebagai nama
dimaksud dapat dilakukan melalui dua tahap, yang pertama penilaian berdasarkan
data – data perusahaan. Biasanya data ini disiapkan perusahaan dalam bentuk
“Company Profile” yang akan menjadi perusahaan supplier, setelah data dipelajari
dengan baik, dan diketemukan kesesuaian, maka tahap yang berikut adalah tahap
kunjungan perusahaan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Menurut Pujawan (2005) memilih supplier merupakan kegiatan strategis,
terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang kritis atau akan
digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan
adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan
tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item
yang akan dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-
kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu
pengiriman. Namun seringkali pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria
lain yang dianggap penting oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Dickson menunjukkan kriteria pemilihan sangat beragam diantaranya bisa dilihat
pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria pemilihan/evaluasi supplier
Kriteria Skor
Kualitas 3,5
Delivery 3,4
Performance history 3,0
Warranties and Claim policies 2,8
Price 2,8
Technical capability 2,8
Financial position 2,5
Prosedural compliance 2,5
-
8
Communication system 2,5
Reputation and position in
industry 2,4
Desire for buiness 2,4
Management and organization 2,3
Operating controls 2,2
Repair service 2,2
Attitudes 2,1
Impression 2,1
Packaging ability 2,0
Labor relation records 2,0
Geograpichal location 1,9
Amount of past business 1,6
Training aids 1,5
Reciprocal arragements 0,6
Sumber: Dickson 1996
Beberapa kriteria tersebut akan diseleksi untuk menentukan kriteria mana
yang dipakai sesuai dengan kebutuhan perusahaan (Handoyo, 2018).
2.1.3 Teknik Mengurutkan / Memilih Supplier
Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat supplier diperoleh maka
perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan mungkin akan memilih satu
atau beberapa dari alternative yang ada. Dalam proses pemilihan ini perusahaan
mungkin harus melakukan perangkingan yang menentukan supplier mana yang
akan dipilih atau mana yang akan dijadikan supplier utama dan mana yang akan
dijadikan supplier cadangan. Salah satu metode yang cukup lumrah digunakan
dalam merangking alternatif berdasarkan beberapa kriteria yang ada adalah metode
Analtycal Hierarchy Process (AHP). (Pujawan, 2010)
Bagian ini tidak akan menjelaskan teori AHP, namun lebih pada bagaimana
aplikasinya untuk memilih atau merangking supplier. Pembaca bisa mendapatkan
-
9
teori AHP pada buku – buku tentang pengambilan keputusan (decision making).
Pada pemilihan supplier, prosesnya bisa diringkas sebagai berikut:
1. Tentukan kriteria – kriteria pemilihan
2. Tentukan bobot masing – masing kriteria
3. Identifikasi alternatif (supplier) yang akan di evaluasi
4. Evaluasi masing – masing alternatif dengan kriteria di atas
5. Hitung nilai berbobot masing – masing supplier
6. Urutkan supplier berdasarkan nilai berbobot tersebut
2.1.4 Evaluasi Kinerja Supplier
Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
suatu organisasi (Moeheriono, 2009:60).
Menurut (Dharma, 2010:120), evaluasi kinerja adalah dasar dari penilaian
atas tiga elemen kunci suatu kinerja yaitu: kontribusi, kompetensi dan
pengembangan yang berkelanjutan. Kinerja supplier perlu dimotori secara
berkelanjutan. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja merupakan aspek penting
untuk melihat kinerja supplier atau sebagai bahan pertimbangan mana kala nantinya
perusahaan harus mencari alternatif supplier lainnya. Hasil daripada evaluasi
kinerja supplier ini nantinya dimasa depan juga dapat dijadikan dasar dalam
mengalokasikan pesanan.
Kinerja supplier perlu dimonitor secara kontinyu. Penilaian / monitoring
kinerja ini penting dilakukan sebagai bahan evaluasi yang nantinya bisa digunakan
untuk meningkatkan kinerja mereka atau sebagai bahan pertimbangan perlu
tidaknya mencari supplier alternatif. Pada situasi dimana perusahaan memiliki lebih
dari satu supplier untuk suatu item tertentu, hasil evaluasi juga bisa dijadikan dasar
dalam mengalokasikan order di masa depan. Tentunya berasalan kalau supplier
yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat order yang lebih banyak. Dengan
sistem yang seperti ini supplier akan terpacu untuk meningkatkan kinerja mereka.
-
10
Perlu dibedakan antara mengevaluasi calon supplier dengan menilai kinerja
supplier. Yang pertama lebih pada penilaian prospek atau potensi, sedangkan yang
kedua lebih pada kinerja yang telah ditunjukkan selama suatu periode tertentu. Jadi
pada saat mengevaluasi calon supplier, kriteria seperti kesehatan keuangan
perusahaan, kemampuan teknologi, dan reputasi mereka penting dinilai karena hal
tersebut dianggap bisa mendukung mereka untuk menjadi supplier yang handal.
Namun penilaian kinerja lebih pada hal – hal seperti kualitas, ketepatan waktu,
fleksibelitas, dan harga yang ditawarkan (Pujawan, 2010).
Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria – kriteria
dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu
pengiriman, namun seringkali pemilihan supplier membutuhkan kriteria lain yang
dianggap penting oleh perusahaan. Penelitian Dickson hamper 40 tahun yang lalu
meunjukkan bahwa kriteria pemilihan supplier bisa sangat beragam (Pujawan,
2005).
2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan merupakan
suatu proses “rasionalitas sistematik”. Dimungkinkan untuk mempertimbangkan
suatu persoalan sebagai suatu keseluruhan dan mengkaji interaksi serempak dari
berbagai komponennya didalam suatu hierarki. AHP menangani persoalan
kompleks sesuai dengan interaksi-interaksi pada persoalan itu sendiri. Proses ini
membuat orang dapat memaparkan persoalan sebagaimana mereka lihat dalam
kompleksitas dan memperluas definisi dan stuktur melalui pengulangan. Untuk
mengidentifikasikan persoalan yang kritis, mendefinisikan strukturnya, dan
menemukan serta menyelesaikan konflik, AHP memerlukan informasi dan
pertimbangan dari beberapa pesera dalam proses itu. Melalui serentetan kerja
matematis, AHP mensintesiskan penilaian – penilaian mereka menjadi suatu
taksiran menyeluruh dari prioritas – prioritas relatif berbagai alternatif tindakan.
Prioritas – prioritas yang dihasilkan AHP merupakan suatu dasar yang digunakan
dalam semua jenis analisis, misalnya mereka dapat menjadi garis pedoman untuk
-
11
mengalokasi sumberdaya atau sebagai prioritas dalam membuat peramalan. AHP
dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melaksanakan
tindakan kreatif, dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu,
untuk membantu para pemimpin menetapkan informasi apa yang patut
dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor – faktor relevan dalam situasi
kompleks. AHP dapat melacak ketidak konsistenan dalam pertimbangan dan
ferensi peserta, sehingga para pemimpin menilai mutu pengetahuan para pembantu
mereka dan menetapkan pemecahan masalah itu (Saaty, 1993)
Analytical Hierarchy Process ini adalah suatu model yang luwes yang
memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun
gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka
masing – masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini
tergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki
suatu masalah dan logika, instuisi dan pengalaman untuk memberi pertimbangan.
Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana mengubungkan elemen
– elemen dari suatu bagian masalah dengan elemen – elemen lain dari bagian lain
untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami,
dan menilai interaksi – interaksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan (Saaty,
1993).
Analytical Hierarchy Process memungkinkan para pengambil keputusan
menggambarkan interaksi serentak dari banyak faktor dalam situasi yang komplek
dan tidak terstruktur. Proses ini membantu mereka mengidentifikasikan dalam
menerapkan prioritas atas dasar sasaran serta pengalaman dan pengetahuan mereka
tentang setiap masalah (Saaty, 1998).
Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat
diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),
sktruktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil
keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidak akuratan data
-
12
yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok – kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak
lebih terstruktur dan sistematis (Irfan, dkk 2017).
Perbedaan yang mencolok antara model AHP dengan model keputusan
lainnya adalah jenis inputnya. Model – modelnya yang sudah ada umumnya
memakai input data berupa persepsi manusia (kualitatif). (Nurmalasari dan
Pratama, 2018)
2.2.1 Prinsip – Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
1. Menyusun Hierarki
Memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya
ke bentuk hierarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau
elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin
dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan
dari persoalan yang hendak dipecahkan.
2. Menetapkan Prioritas
Menetapkan hubungan elemen dari setiap tingkatan hierarki dengan
membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hasil dari proses pembedaan
ini adalah suatu vector prioritas atau relative pentingnya elemen terhadap
setiap sifat. Perbandingan berpasang diulangi lagi untuk semua elemen
terhadap setiap sifat, langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap
vector dengan prioritas sifatnya. Ini akan menghasilkan seperangkat bobot
setiap vector dengan prioritas sifatnya.
-
13
3. Konsistensi Logis
Konsistensi berarti dua hal, yaitu pemikiran dan obyek yang serupa
dikelompokkan menurut homogeniitas dan relevansinya. Misalnya, anggur
dan kelereng dapat dikelompokkan dalam satu set homogen jika relevannya
adalah kebulatan, tapi tidak, bila kriterianya adalah rasa, arti konsistensi
yang kedua yaitu intensitas relasi antar gagasan didasarkan pada kriteria
tertentu saling membenarkan secara logis (Saaty, 1993)
Kemudian selain yang dijelaskan diatas terdapat pula beberapa prinsip dasar
yang harus dipahami antara lain:
1. Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan,
dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki
keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete.
Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu
tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki
yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yaitu: Tingkat pertama sebagai
tujuan keputusan (Goal), Tingkat kedua sebagai kriteria – kriteria, Tingkat
ketiga sebagai alternatif – alternatif.
Gambar 2.1 Struktur Hirarki
Tujuan
Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria N
Alternatif I Alternatif II Alternatif M
-
14
Hiraki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh elemen
keputusan yang terlibat.
2. Comparative Judgement
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkatan di atasnya. Comparative Judgement merupakan ini dari
penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari
elemen – elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam
bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan
berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap
kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan
tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang
menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method
untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan
keputusan.
4. Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vector
yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh
suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan
keputusan.
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberi nilai numeric
secara relative dibandingkan dengan variable yang lain. Dari berbagai
pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variable yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem
tersebut. (Nurmalasari dan Pratama, 2018)
-
15
(Widiyanesti & Setyorini, 2012) AHP sering digunakan sebagai metode
pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan – alasan
sebagai berikut:
1. Stuktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
2.2.2 Langkah – Langkah AHP
Langkah – langkah AHP menurut Nurwildani (2004) yaitu :
1. Membuktikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas elemen :
a. Langkah pertama adalah membuat perbandingan pasangan yaitu
membandingkan elemen secara berpasangan sesuai dengan kriteria yang
diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
mempresentasikan kepentingan relative dari suatu elemen terhadap
elemen lainnya. Adapun table yang digunakan dalam menilai
perbandingan pasangan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan pasangan
Intensitas
kepentingannya Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya
Dua elemen
menyumbangkan
sama besar pada
sifat itu
-
16
3
Elemen yang satu
sedikit lebih penting
ketimbang yang
lainnya
Pengalaman dan
pertimbangan
sedikit
menyokong satu
elemen atas yang
lainnya
5
Elemen yang satu
esensial atau sangat
penting dari yang
lainnya
Pengalaman dan
pertimbangan kuat
menyokong satu
elemen atas yang
lainnya
7
Satu elemen jelas
lebih penting dari
yang lainnya
Satu elemen kuat
disokong dan
dominannya telah
terlihat dalam
praktek
9
Satu elemen mutlak
lebih penting dari
yang lainnya
Bukti yang
menyokong
elemen satu atas
yang lainnya
memiliki tingkat
penegasan
tertinggi
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara
dua pertimbangan
yang berdekatan
Kompromi
diperlukan untuk
dua pertimbangan
Kebalikannya
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka
bila dibandingkan dengan aktifitas j
Sumber: Saaty
-
17
Table 2.3 Matriks Perbandingan AHP
C A1 A2 A3 ….. An
A1 a11 a12 a13 ….. a1n
A2 a21 a22 a23 ….. a2n
….. ….. ….. ….. ….. …..
An an1 an2 an3 ….. ann
Aturan pemberian nilai tingkat kepentingan antar point yang dibandingkan
dalam matriks tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jika aij = α, maka aji = 1/α, α ≠ 0
b. Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan relative yang sama dengan Aj,
maka aij = aji = 1
c. Hal yang khusus, aii = 1, untuk semua i.
Nilai perbandingan yang dipakai adalah berskala 1 hingga 9. Perbandingan
point dilakukan hingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak jumlah
kolom atau (nx[(n-1)/2]), dengan n adalah banyaknya elemen yang
dibandingkan (Sulistyani dkk, 2017).
3. Sintesis
Hal – hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a. Menjumlahkan nilai – nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks
c. Menjumlahkan nilai – nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata - rata
4. Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan
pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal – hal yang dilakukan
dalam langkah ini adalah :
-
18
a. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative
elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative
elemen kedua, dan seterusnya
b. Menjumlahkan setiap baris
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative
yang bersangkutan untuk mendapatkan prioritas kriteria
d. Menjumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada
hasilnya disebut λmaks.
𝛌𝐦𝐚𝐤𝐬 = ∑𝜶
𝒏
λmaks = Nilai rata – rata prioritas kriteria
α = Nilai prioritas kriteria
n = Jumlah prioritas kriteria
5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus :
CI = 𝛌𝐦𝐚𝐤𝐬−𝐧
𝒏−𝟏
CI = Consistency Indeks
n = Orde matriks
Sedangkan untuk menghitung nilai CR menggunakan rumus :
CR = 𝑪𝑰
𝑹𝑰
CR = Consistensy Rasio
RI = Random Indeks
Tabel 2.4 Random Indeks
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,54 1,56 1,57 1,59
6. Menguji konsistensi
Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilai CR lebih dari 10%, maka
penilaiain dari data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi
(CI/RI) kurang atau sama dengan 10%, maka hasilnya dinyatakan benar.
-
19
2.2.3 Kelebihan AHP
Analytical Hierarchy Process (AHP), memiliki kelebihan yaitu dapat
membantu memecahkan permasalahan yang tidak terstruktur, masalah – masalah
yang kompleks, yang tidak memilki data yang cukup seperti perencanaan, optimasi,
penentuan alternatif keputusan, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan (Putri,
2012).
Secara khusus, keuntungan utama dari AHP dibandingkan dengan metode
lain adalah metode ini memungkinkan bahwa keputusan evaluator digunakan untuk
memilih kepentingan yang relative dari beberapa kriteria serta interaksi dari
evaluator yang diperlukan dalam proses seleksi supplier. Metode AHP mampu
membuat peringkat kriteria berdasarkan kebutuhan penilai. Pada penelitian ini
menggunakan metode AHP karena metode AHP ini lebih mudah untuk diterapkan.
Beberapa kelebihan dari AHP sebagai berikut :
1. Kesatuan, AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti,
serta luwes digunakan untuk ragam persoalan yang tidak terstruktur;
2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan
berdasarkan system dalam memecahkan persoalan kompleks;
3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan antar
elemen dalam suatu system dan tidak memaksakan pemikiran linier;
4. Penyusunan hierarki, AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilah – milah elemen;
5. Pengukuran, AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal – hal dan
terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas;
6. Konsistensi, AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan –
pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas;
7. Sintesis, AHP menentukan ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
seluruh alternative;
-
20
8. Tawar – menawar, AHP mempertimbangkan prioritas – prioritas relative
dari berbagai factor system dan memungkinkan organisasi memilih
alternatif terbaik berdasarkan tujuan – tujuan mereka;
9. Penilaian dan konsesus, AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi
mensistensikan suatu hal yang representatif dari berbagai penialaian yang
berbeda.
Sehingga AHP dapat diterapkan untuk beragam masalah yang luas, secara
khusus AHP dapat digunakan untuk jenis – jenis persoalan antara lain :
1. Menetapkan Prioritas
2. Menghasilkan seperangkat alternatif
3. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik
4. Menetapkan berbagai persyaratan
5. Mengalokasikan sumberdaya
6. Meramalkan hasil dan menaksir resiko
7. Mengukur prestasi
8. Merancang sistem
9. Menjamin kemantapan sistem
10. Mengoptimumkan
11. Merencakanan
12. Memecah konflik (Putri, 2012)
top related