bab ii landasan teori -...
Post on 03-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 EDP Coating
2.1.1 Pengenalan EDP
2.1.1.1 Pengertian ED Coating Secara Umum
ED coating atau electro deposition coating adalah suatu
metoda pengecatan dimana ED paint atau cat ED yang
terdispersi didalam air secara elektris terdeposit diatas substrat
dan membentuk suatu lapisan yang uniform dan tidak larut
dalam air. Secara umum terdapat 2 jenis ED coating yaitu
AED (Anodic Electrodeposition) dan CED (Cathodic
Electrodeposition). Berikut perbedaan antara kedua jenis ED :
Tabel 2.1 Perbedaan AED dan CED
ITEM AED CED Substrat Anoda Katoda Cat 1 komponen 2 komponen bahan baku/resin Poly Butadiene Epoxy Polyamide Film Forming Secara Oksidasi Ikatan Silang Bahan Penetral Basa (Amine) Asam (Asam Asetat) Pencil hardness < F > F pH 7 – 9 6 - 7
8
2.1.1.2 Komposisi cat CED secara umum
Di dalam cat CED terdapat 2 komponen yaitu pasta pikmen
F1 dan emulsi F2. Berikut kandungan yang terdapat di dalam
masing-masing komponen :
• Pasta pikmen F1 yang terdiri dari:
1. Resin Epoxy yang larut dalam air
2. Pikmen
• Emulsi F2 yang terdiri dari:
1. Resin Epoxy
2. Solvent
2.1.1.3 Cara mencampur komponen F1 dan F2
Pada saat make-up, perbandingan F1 dan F2 adalah
tertentu, sedangkan pada proses penambahan/replenishment,
perbandingan tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan
kondisi cat dalam tangki.
2.1.1.4 Keuntungan dan kerugian penggunaan cat CED secara
umum
Keuntungan penggunaan ED coating secara umum:
9
• Otomatis
Artinya seluruh proses dari pre-treatment sampai
pengeringan melalui proses otomatisasi, berarti akan
menghemat biaya pengecatan.
• Terbantuknya lapisan film yang seragam
Arinya ketebalan yang diinginkan secara mudah dapat
diperoleh dengan cara pengaturan tegangan listriknya.
• High throwing power
Artinya bagian-bagian yang pada pengecatan secara
konvensional tidak terjangkau pada cara ini dapat
diatasi sehingga daya tahan terhadap korosi menjadi
meningkat.
• Pemakaian cat lebih efisien
• Cat sulit terbakar
Artinya cat ED adalah berpelarut air jadi meskipun cat
tersebut masih mengandung bahan-bahan kimia lain,
maka cat tersebut tetap sulit terbakar. Meskipun
demikian harus tetap berhati-hati karena pada proses
tersebut terbentuk gas H2 dan O2 dari hasil elektrolisa.
• Pencemaran terhadap lingkungan berkurang
(karena system celup)
10
• Penampilan lapisan filmnya lebih baik, karena
ketebalannya yang lebih merata
• Daya tahan terhadap karat, lebih baik.
Sedangkan kerugian penggunaan ED coating secara
umum adalah :
• Ketebalan lapisan cat terbatas pada jenis yang digunakan
• Ketahanan terhadap cuaca agak berkurang, artinya harus
segera ditutup dengan top coat
• Pemeliharaan hanger harus diperhatikan agar daya hantar
listrik dari hanger tetap bagus
• Hanya dapat digunakan untuk pengecatan bahan yang
konduktif
2.1.1.5 Penggunaan Pengecatan ED
Pengecatan dengan proses ED direkomendasikan untuk
penggunaan pada:
• Badan mobil atau bagian-bagian mobil
• Mesin-mesin industri
• Motor dan bagian-bagiannya
Pengecatan ED tidak mencakup semua bahan, terdapat
beberapa bahan yang tidak cocok apabila dicat dengan
proses ED. Bahan-bahan tersebut adalah :
11
• Bahan-bahan yang tidak mengandung metal
• Bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi,
±180oC
2.1.1.6 Pentingnya pretreatment sebelum proses ED
• Degreasing
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan minyak-
minyak anti korosi pada substrat, selain itu
menghilangkan bahan kimia alkali terutama ion Na+
yang dapat menurunkan Rupture Voltage.
Pada proses degreasing yang tidak sempurna akan
menyebabkan pembentukan film yang tidak merata, serta
timbulnya cacat crater pada lapisan yang terdeposit pada
substrat. Dan ketidakrataan lapisan ini akan
menimbulkan kesulitan pada proses ED misalnya lapisan
yang terjadi permukaannya kasar, timbul bercak-bercak
pada permukaan produk.
• Surface Conditioning/perbaikan permukaan
Proses ini berlangsung ketika proses Degreasing dan
sebelum proses Phospathing. Adapun tujuan dari proses
ini adalah untuk memperbaiki keadaan permukaan
12
produk, sehingga pembentukan Kristal phosphate
menjadi sempurna. proses berlangsung dengan cara
mencelupkan produk kedalam bahan kimia tertentu.
• Phosphating
Phospathing adalah proses pelapisan garam
phosphate pada substrat dengan maksud meningkatkan
daya lekat terhadap film ED dan ketahanan korosi film
total. Pada proses ini harus diingat bahwa sebelumnya
kita telah melakukan proses degreasing, dimana senyawa
yang dipergunakan mengandung ion Na.
• Final Water Rinse
Proses ini adalah pembilasan terakhir yang
menggunakan DIW (DI Water) yaitu air yang sebagian
besar ion-ion logam dan ion-ion sisa asamnya telah
dihilangkan, sehingga memenuhi persyaratan untuk
proses ED. Sehingga pada proses tersebut kualitasnya
harus selalu dikontrol karena kemungkinan mengandung
sejumlah ion kontaminan. Pada pembilasan air yang
tidak sempurna akan membawa kontaminan kedalam
tangki cat EDP.
13
Dalam pengecatan ED terdapat istilah-istilah yang
digunakan. Berikut penjelasan singkat mengenai istilah yang
digunakan :
• Non-volatile (NV)
Bahan tidak menguap atau NV adalah kandungan
padatan dalam cat dalam % berat.
• pH
pH adalah derajat keasaman suatu larutan yang besarnya
log [H+].
• Specific Conductivity (SC)
Specific Conductivity adalah sifat penghantar listrik cat
yang diukur dalam dimensi 1cm jarak dan 1cm2 luas
yang dinyatakan dalam µsiemen/cm.
• Coulomb Yield
Coulomb Yield adalah banyaknya lapisan cat yang
terbentuk selama proses ED per 1 Coulomb yang
dinyatakan dalam mg/Coulomb.
• Throwing Power
Throwing Power adalah kemampuan cat mendeposit dan
sejauh mana cat tersebut dapat menembus yang hal ini
dapat ditest dengan pipe method atau box method.
14
• Ash Content
%100)(
%100 xdpikmenSoliBerat
BeratAshxBeratSolidBeratAshASHContent ==
satuan dai ash content dinyatakan dalam grm/100grm
solid
• Solvent Content
Solvent Content adalah kandungan solvent dalam tangki
cat yang dinyatakan dalam % berat
• Ion Contaminant
Ion Contaminant adalah ion-ion yang dapat mencemari
tangki cat seperti misalnya ion Na, Fe, Zn, K dan lain-
lain yang akan mempengaruhi kenampakan lapisan,
apabila jumlahnya melampaui batas yang diijinkan misal
ion Na<30ppm ion Fe<100ppm.
• MEQ
MEQ (MEQ/100 gr solid) adalah mili equivalen dari
pada bahan penetral (neutralizer) dalam cat yang diukur
secara potensiometris, dengan larutan NaOH.
• L-Effect
L-Effect adalah cara evaluasi kenampakan cat pada
permukaan horizontal dan vertical dengan
mempergunakan panel yang berbentuk L.
15
• Turn Over
Turn Over adalah kecepatan penambahancat
(replenishment). 1 (satu) Turn over adalah solid cat yang
ditambahkan sama dengan solid yang ada dalam tangki
cat.
• Rupture Voltage
Rupture Voltage (dalam volt) adalah batas tertinggi dari
coating voltage, dimana apabila nilai voltage tersebut
dilampaui, maka akan timbul cacat pada lapisan cat yang
terjadi.
• Ultra Fitration System (UF System)
Ultra Filtration Sistem adalah suatu sistem penyaringan
yang dapat memisahkan cat menjadi bagian yang
mempunyai berat molekul rendah dan bagian yang
mempunyai berat molekul tinggi. Filtrat yang dihasilkan
dapat dipakai untuk proses pembilasan dalam proses
pengecatan ED, sedangkan fase lainnya dikembalikan
ketangki cat, yang berarti akan menghemat cat.
Apabila terjadi kontaminsi, maka kontaminan tersebut
akan terbawa dalam filtrat yang selanjutnya dapat
dibuang sehingga cacat yang terjadi dapat diatasi.
16
• Protective Membrant System
Protective Membrant System adalah suatu membran yang
berupa ion Exchanger atau bahan penukar ion yang
berfungsi mengatur keseimbangan kadar asam dalam
tangki cat, sehingga kadar asam selalu terkendali.
2.1.2 Pengendalian ED line secara umum
Disamping spesifikasi dari cat ED harus dipenuhi, beberapa standar
kontrol harus dilakukan selama proses berlangsung diantaranya adalah:
1. Cat segar atau feed (umpan) yang harus ditambahkan dengan
maksud untuk menjaga agar NV tetap stabil/konstan sesuai
dengan ketentuan yang diharuskan.
2. Performance hasil proses pengecatan (ketebalan dan
kenampakan lapisan film).
apabila ada kelalaian yang terjadi harus segera dicari
penyebabnya. Misalnya untuk mendapatkan ketebalan tertentu
(film thickness ±20µ) dengan kenampakan yang halus perlu
adanya pemeriksaan yang teliti oleh pihak pemakai dan pihak
penyedia cat, misalnya:
17
i. Test bath point adalah 1 minggu atau 2 minggu sekali
ii. Inspection test panel dalam ED line adalah setiap hari pada
saat operasi
3. Penambahan dan pengaturan solven.
Akibat pengaruh suhu lingkungan, maka kadar solvent akan
menurun yang hal ini akan mengakibatkan rendahnya ketebalan
lapisan cat dan kenampakan yang jelek sehingga perlu dilakukan
penambahan solvent yang sesuai dengan kandungan dengan
kandungan solvent dalam spesifikasi.
4. Pengaturan pH dan MEQ, dengan cara menambah aditif.
5. Pemeriksaan suhu cat dalam bak.
6. Pemeriksaan batas permukaan antara tangki cat utama dan tangki
penampungan luapan atau sub-tank dalam hal ini batas
maksimumnya adalah 5 cm, dengan cara menambahkan DIW dan
cat, untuk mengimbangi terjadinya penguapan dan untuk
mencegah terjadinya busa yang akan menimbulkan cacat/defect
berupa pin hole.
7. Pencegahan terhadap terjadinya pengurangan solvent dan DIW, hal
ini dilakukan dengan cara menutup tangki cat utama dengan PVC
sheet pada saat tidak beroperasi.
18
8. Pemeriksaan system anolyte, cairan anolyte yang normal berwarna
kekuning-kuningan dan bening atau transparan. Jadi apabila suatu
saat berwarna keabu-abuan dan keruh, kemungkinan besar sistem
membrannya rusak atau bocor.
9. Pengujian mutu DIW harus sering dilakukan dengan maksud untuk
mencegah terjadinya kontaminasi ion-ion.
10. Memperhatikan kebersihan lingkungan sehingga tidak mencemari
cat yang hal ini dapat menyebabkan terjadinya cacat crater.
11. Pemeriksaan proses pretreatment, sebab proses pretreatment yang
tidak sempurna akan menyebabkan terjadinya kesulitan pada
proses ED seperti misalnya pembilasan yang tidak sempurna akan
membawa kontaminasi masuk kedalam tangki cat dan hasil
pengecatan bintik-bintik atau kotor.
12. Pembuatan laporan harian yang lengkap yang hal ini akan sangat
berguna untuk mengetahui hasil proses ED sehingga apabila terjadi
masalah dapat segera dilakukan tindakan-tindakan untuk
mengatasinya.
13. Tindakan perbaikan terhadap cat dan protes ED
14. Pemeriksaan standar terhadap cat yang ada didalam bak harus
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
15. Pemeriksaan terhadap suhu pengeringan atau oven.
19
2.1.3 Paramater – Parameter untuk Pengontrolan Bak
20
2.2 Diagram Sebab akibat
Diagram sebab akibat ialah suatu diagram yang menunjukan hubungan
antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical,
diagram sebab akibat digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering disebut dengan diagram tulang
ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram
(ishikawa’s diagram) karena pertama kali dikenalkan oleh Prof. Kaoru
Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut :
• Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
• Membantu mengembangkan ide-ide untu soluasi suatu masalah.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Dalam pembuatan diagram sebab-akibat ada 4 prinsip gagasan yang
bisa diperhatikan yaitu :
• Jangan melarang seseorang untuk berbicara.
• Jangan mengkritik pendapat orang lain.
• Semakin banyak pendapat, maka hasil akhir akan semakin baik.
• Ambillah manfaat dari idea atau pendapat orang lain.
21
Untuk mencari faktor – faktor penyebab terjadinya penyimpangan
kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa 5 (lima)
faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu:
• Manusia (man)
• Metode kerja (work-method)
• Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment).
• Bahan-bahan baku (raw materials).
• Lingkungan kerja (work environment).
Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut
dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 2.1 Gambaran Diagram Tulang Ikan
AKIBAT (EFFECT) = kualitas hasil kerja
SEBAB (CAUSE) = faktor-faktor yang secara signifikan memberikan
pengaruh dan mengaakibatkan sesuatu pada kualitas output kerja.
22
Diagram sebab-akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor
penyebab sedetail-detailnya (uncountable) dan mencari hubungannya dengan
penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkannya.
23
2.3 Diagram Pareto (Pareto Chart)
2.3.1 Tentang Diagram Pareto
Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo
Pareto (1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang
mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan
ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera
diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak
harus segera diselesaikan (ranking terendah). Diagram pareto juga
dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang
mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk
dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk
menyelesaikan masalah (mitra,1993).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk
membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses
sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Penyusunan Diagram Pareto sangat sederhana. Menurut Mitra (1993)
Dan Besterfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi
enam langkah, yaitu:
24
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan
sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karekteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit
dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah
ditentukan.
4. Merangkum data dan memuat ranking kategori data tersebut dari
yang terbesar hingga terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan
relative masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal
yang penting untuk mendapat perhatian.
Adapun gambar mengenai Diagram Pareto dapat dilihat pada
diagram 2.1 dibawah ini:
25
Diagram 2.1 Contoh Diagram Pareto
Penggunaan Diagram Pareto merupakan proses yang tidak pernah
berakhir. Misalnya, dari Gambar 2.5 diatas, masalah F merupakan
target dalam program perbaikan. Apabila program tersebut berhasil,
maka di waktu mendatang analisis pareto dilakukan lagi dan masalah
C yang akan menjadi target dalam program perbaikan. Selanjutnya
proses tersebut dilakukan hingga perbaikan dapat dilakukan secara
menyeluruh. Secara keseluruhan, Diagram Pareto dapat dibuat dalam
bentuk persentase yang merupakan tipe kesalahan kumulatif. Hal ini
tampak seperti diagram 2.2.
26
Diagram 2.2 Diagram Pareto Kumulatif
27
2.4 Diagram Alur
Diagram alur merupakan diagram yang menunjukkan aliran atau urutan
suatu proses atau peristiwa. Diagram tersebut akan memudahkan dalam
menggambarkan suatu sistem, mengidentifikasi masalah, dan melakukan
tindakan pengandalian. Diagram alur juga menunjukkan siapa pelanggan pada
maisng-masing tahap proses. Diagram tersebut akan lebih baik apabila
disusun oleh suatu tim, sehingga dapat diketahui serangkaian proses secara
jelas dan tepat. Tindakan perbaikan dapat dicapai dengan pengurangan atau
penyederhanaan tahapan proses, pengkombinasian proses, atau membuat
frekuensi terjadinya langkah atau proses lebih efisien. Gambar diagram alur
dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.2 Contoh Model Diagram Alur
28
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. Ia
digunakan untuk menentukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan
yang diskrit maupun kontiniu. Perbandingan-perbandingan in dapat diambil
dari ukuran actual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan
perasaan dan prefansi relative. AHP memiliki perhatian khusus tentang
penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di
dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya.
2.5.1 Dasar-dasar AHP
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa
prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah: decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority dan logical consistency.
• Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan
decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi
unsure-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan juga dilakukan terhadap unsure-unsurnya sampai tidak
mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan
beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka
proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis
hirarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap,
29
semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki
tak lengkap.
• Comperative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative
dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan
tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena
ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari
penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk
matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan
yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah:
a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/..)? dan
b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/..)?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu
pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan
dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.
Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan tabel
dibawah.
30
Tabel 2.3 Skala Dasar
Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 Sama pentingnya disbanding yang lain
3 Moderat pentingnya disbanding yang lain
5 Kuat pentingnya disbanding yang lain
7 Sangat kuat pentingnya disbanding yang lain
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan
Reciprocal Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas
ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki
nilai kebalikannya ketika dibanding elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma
reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting
disbanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali
pentingnya disbanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua
elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama
penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama
penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks
pairwise comparison berukuran n x n. Banyaknya penilaian yang
31
diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena
matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal sama dengan1.
• Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comprasion, kemudian dicari
eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karen
matriks(matrik-matriks) pairwise comprasion terdapat pada setiap
tingkat. Maka unutk mendapatkan global Priority, harus dilakukan
sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis
berbeda menurut bentuk hierarchy. Pengurutan elemen-elemen
menurut kepentingan relative melalui prosedur sintesa dinamakan
priority setting.
• Logical Consistency
Konsistensi memiliki 2 makna. Pertama adalah bahwa objek-objek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan
dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya,
tetapi tidak dapat, jika rasa ssebagai kriterianya. Arti kedua, adalah
menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan
pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria
dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibandingkan dengan gula, dan
gula 2x lebih manis dibandingkan dengan sirup, maka seharusnya
32
madu, dinilai 10x lebih manis dibandingkan sirup. Jika madu
hanya dinilai 4x manisnya dibanding sirop, maka penilaian tidak
konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh
penilaian lebih tepat.
2.6 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang bisa diiharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos
atau internet.
Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas,
sehingga kuesioner dapat diantarkan langsunng dalam waktu tidak terlalu
lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu melalui pos.
dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan
menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan
sukarela akan member data obyektif dan cepat.
33
Uma sekaran ( 1992 ) mengemukakan beberapa prinsip dalam
penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan,
pengukuran, dan penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan Angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan
pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-
negatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang
sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan
urutan pertanyaan.
a. Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan?. Kalau berbentuk
pengukuran, maka dalam mmembuat pertanyaan harus diteliti, setiap
pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi
untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner ( angket ) harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau
sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket
jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahas yang digunakan
34
dalam kuesioner harus memperhatikan jenjang pendidikan responden,
keadaan social budaya dan “frame of reference “ dari responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup, ( kalau
dalam wawancara : terstruktur dan tidak terstruktur ). Dan bentuknya
dapat mengunakan kalimat positif atau negative.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden
untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Contoh : bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV
saat ini?. Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang
mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk
memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
bersedia. Setiap pertanyaan kuesioner yang mengharapkan jawaban
berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk
pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab
dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis data terhadap seluruh angket yang telah berkumpul.
Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat positif dan negatife
agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih
serius, dan tidak mekanistis.
35
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua ( double-barreled )
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh
: bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut
? ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua
hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut
dijadikan menjadi dua yaitu : bagaimanakah kualitas barang tersebut ?
bagaimanakah harga barang tersebut ?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrument kuesioner, sebaiknnya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau
pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat. Contoh
misalnya : bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun
lalu ? menurut anda, baimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat
ini ? ( kecuali penelitian yang mengharapakn pendapat para ahli ).
Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannya
rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
f. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau yang jelek saja. Misalnya : bagaimanakah kalau
bonus atau jasa pemasaran ditingkatkan?? Jawaban responden tentu
36
cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama
setahun terakhir ? jawabannya akan cenderung baik.
g. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga
akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel
banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka
instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala
pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan
empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 – 30
petanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke
hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau
diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan
mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau awalnya
sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka respon
akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima.
Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan
responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
37
2. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.
Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum
instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji
validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen yang tidak valid dan
reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data
yang tidak valid dan reliabel pula.
3. Penampilan fisik kuesioner
Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner.
Kuesioner yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang
menarik bagi responden, bila dibandingkan kuesioner yang dicetak dalam
kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi kuesioner yang dicetak dikertas bagus
dan berwarna akan menjadi mahal.
top related