bab ii teori dan rumusan hipotesis a. tinjauan...
Post on 17-Jun-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ringo (2007), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesempatan kerja pada industri menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara,
yang menggunakan alat analisis regresi berganda data planel. Berdasarkan hasil
pengujian di peroleh secara silmutan tingkat upah, tingkat bunga dan PDRB
berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja dan secara parsial, tingkat
upah, tingkat bunga dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja
dan yang paling dominan berpengaruh adalah tingkat bunga sebesar 0.413 dan
tingkat upah sebesar 0.2273 dan PDRB sebesar 0.062 pada industri manufaktur
skala menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara.
Abbas (2011), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesempatan kerja sektor industri manufaktur di indonesia periode 1995-2007,
yang menggunakan alat analisis regresi berganda data time series. Berdasarkan
hasil analisis data penelitian secara varian menunjukan nilai F sebesar 22,047.
Nilai F tabel di peroleh sebesar 5,95. Dengan demikian nilai F hitung (22,047)
tersebut lebih besar dari nilai F tabel (5,95). Maka dapat di simpulkan bahwa, nilai
produksi dan nilai investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Secara parsial koefisien skala usaha di peroleh sebesar 0,195 t hitung (6,027).
Dengan arah koefisien positif terhadap penyerapan tenaga kerja, koefisien
7
investasi menunjukan angka sebesar 0,146 sehingga berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja, koefisien nilai produksi sebesar 0,129 dengan nilai t
4,125 sehingga nilai produksi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja.
Akmal (2010) yang menganalisis analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja di indonesia, yang menggunakan alat analisis kuantitatif
dengan regresi data planel. Berdasarkan hasil analisis variabel PDRB berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di indonesia dan berhubungan positif.
Nilai koefisien regresi dari variabel PDRB sebesar 0,11, variabel upah minimum
provinsi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di indonesia
dan berhubungan positif, nilai koefisien regresi variabel upah minimum provinsi
sebesar 0,04, variabel investasi berpengaruh singnifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di indonesia dan berhubungan positif. Nilai koefisien regresi variabel
investasi sebesar 0,01.
Zilfiyah (2013) yang menganalisis analisis kontribusi sektor industri
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di indonesia. yang menggunakan
alat analisis regresi berganda data time series. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai kontribusi sektor industri terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor industri di indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa
PDRB sektor industri tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel
upah minimum berpengaruh signifikan dan bertanda negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja di sektor industri, pengangguran tidak signifikan terhadap
8
penyerapan tenaga kerja, jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor indistri.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian
pengembangan dengan penambahan variabel baru yaitu variabel jumlah industri.
Selain itu penelitian ini menggunakan tahun terbaru yaitu tahun 2011-2014.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Kesempatan Kerja
Masa depan pertumbuhan indusrti di indonesia harus beralih dari pola yang
mengandalkan tenaga kerja murah untuk menghasilkan produk-produk bernilai
tambah rendah. Hal tersebut akan membutuhkan peningkatan yang signifikan
terhadap angkatan kerja dan tidak berarti bahwa inovasi semata mata hanya hanya
di lakukan pada frontier of knowledge saja, tetapi lebih pada partisipasi jaringan
internasional di bidang riset dan pengembangan yang dimungkinkan melalui
globalisasi. Impor teknologi asing masih penting, tetapi sebaiknya tidak hanya
sebagai penerima pasif dari ahli tegnologi (techology transfers).
Menurut Said (1986) gambaran mengenai kesempatan kerja adalah dengan
menggunakan data sensus penduduk, jumlah penduduk yang bekerja biasanya di
pandang mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Dalam pengertian ini
kesempatan kerja bukanlah lapangan kerja yang masih terbuka. Walaupun
komponen terahir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada dalam waktu
yang akan datang. Memang mungkin pada suatu waktu lapangan pekerjaan yang
masih terbuka cukup banyak, sementara jumlah pencari kerja (penganggur)
9
banyakpula”. Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa kesempatan
kerja di tujukan oleh jimlah orang-orang yang bekerja atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dalam
asumsi bahwa situasi perekonomian yang mengalami surplus tenaga kerja, maka
kesempatan kerja akan tercermin dalam jumlah prang yang terserap dalam proses
kegiatan ekonomi.
Menurut Djuhari (1998:66) kesempatan kerja mengandung pengertian
lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk di isi melalui suatu
kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian kesempatan kerja adalah
mencakup lapangan pekerjaan yang sudah di isi dan semua lowongan pekerjaan
yang belum diisi dan hal ini lazim di sebut kebutuhan tenaga kerja. Biasanya sulit
untuk mencari data tentang kesempatan kerja, maka untuk keperluan praktis
umumnya jumlah kesempatan kerja di dekati dengan banyaknya lapangan
pekerjaan yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja
(employed).
Kebijakan perluasan kerja erat hubunganya dengan kebijakan
kependudukan. Secara umum penyediaan (penawaran) tenaga kerja suatu negara
atau daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah penduduk,tenaga
kerja, pendidikan, perkembangan ekonomi dan lain sebagainya. Pernyataan itu
menunjukan bahwa tidak semua tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja siap
untuk bekerja, karena sebagaian masih dalam usia sekolah, mengurus
rumahtangga dan golongan lain yang menerima pendapatan.
10
Keadaan ini menunjukan bahwa semakin besar jumlah orang yang
bersekolah atau mengurusi rumah tangga, semakin kecil penyediaan tenaga kerja.
Selain dengan pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan angkatan kerja juga
meningkat. Hal ini berarti pengurangan pengangguran dapat dilakukan dengan
menurunkan jumlah angkatan kerja. Sementara itu penurunan angkatan kerja
dapat di lakukan dengan jalan pengurangan laju pertumbuhan penduduk
(Sumarsono, 2009).
Semakin sempitnya daya serap sektor modern terhadap perluasan
kesempatan kerja telah menyebabkan sektor tradisional merupakan tempat
penampungan angkatan kerja lapangan kerja terbesar yang dimiliki indonesia
berada pada sistim informal, hal ini di sebabkan karena sektor informal mudah
dimasuki oleh para pekerja karena tidak banyak memerlukan modal, kepandaian
ke keterampilan. Besar kecilnya elastisitas permintaan terhadap tenaga kerja
dipengaruhi oleh faktor faktor yang memungkinkan substitusi tenaga kerja dengan
faktor produksi lainya, elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan dan
elastisitas persediaan dari faktor produksi pelengkap lainya. Semakin kecil
kemungkinan mensubstitusikan modal terhadap tenaga kerja, semakin kecil
elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Semakin besar elastisitas permintaan
terhadap barang hasil produksi, semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga
kerja dan semakin besar elastisitas penyediaan faktor pelengkap dalam produksi
semakin besar elastisitas permintaan tenaga kerja (Sumarsono, 2009).
11
2. Industri
Industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat
kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan
pekerjaan perakitan.
Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.
Pada kegiatan ini bahan baku di sediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
pengelolah hanya melakukan pengolahanya dengan mendapat imbalan sejumlah
uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan
penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan
balas jasa tertentu.
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan industri pengolahan di bagi
dalam empat golongan yaitu sebagai berikut :
12
Badan pusat statistik 2012
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya
didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan
apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa
memperhatikan besarnya modal perusahaan itu (Badan Pusat Statistik, 2012).
Salah satu ciri menonjol perkembangan industri indonesia adalah semakin
terbuka dan semakin berorientasi expornya sektor industri manufaktur, terutama
setelah pertengahan desawarsa 1980-an. Kedua, proses expansi expor manufaktur
dan transformasi industri yang terus berlangsung merupakan “labolatorium” yang
sangat baik untuk mempelajari poladan perubahan struktur industri, kluser dan
kota. Munculnya pola dan pertumbuhan expor telah banyak menarik perhatian
dalam perdebatan kebijakan di indonesia (Athukorola, 1998: bab 5; Hill, 1997;
bab 12-14 dalam Kuncoro, 2000).
Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) dibalik
urbanisasi yang cepat di kawasan asia sejak dasawarsa 1980-an. Keculi dalam
kasus industri berbasis sumberdaya (resource-based industries), industri
manufatur cenderung berlokasi si salam dan di sekitar kota. Industri cenderung
Golongan industri Banyaknya tenaga kerja
Besar 100 atau lebih
Sedang 20 - 99
Kecil 5 - 19
Rumah tangga 1 - 4
13
beragomerasi di daerah - daerah dimana potensi dan kemampuan daerahnya
memenuhi kebutuhnan mereka. Selanjutnya mereka mendapatkan pula manfaat
karena lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Oleh karena itu, dapat di
mengerti apabila aglomerasi (aglomeration), baik aktivitas ekonomi maupun
penduduk di perkotaan, menjadi isu sentral dalam literatur geografi ekonomi,
stategi bisnis dan peningkatan daya saing nasional, serta studi-studi regional.
Pambangunan industri dan aktivitas bisnis indonesia selama lebih dari tiga
dasawarsa terakhir cenderung bias kepulau jawa dan sumatra. Industri manufaktur
Indonesia cenderung terkonsentrasi secara spasial di kedua pulau sejak tahun
1970-an. Pengelompokan industri dan orientasi expor secara spasial telah terjadi
dalam tingkat yang fantastis di pulau jawa dan sumatra di bandingkan di pulau
lain di indonesia.
Semakin bertambahnya jumlah industri akan membawa dampak sangat luas
terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan SDM yang terbatas tentunya akan
menghambat pengembangan itu sendiri, merupakan tugas dan tanggung jawab
masyarakat secara bersama sama dengan pemerintah untuk menciptakan lapangan
pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah pada peningkatan
taraf hidup yang lebih adil dan merata, lalu pemerintah memberikan bantuan dan
penyuluhan (Rahma,2009).
14
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang
menggambarka hasil dari pembangunan yang telah di capai. Indikator ini penting
bagi daerah karena dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah
daerah atas keberhasilan pembangunan yang telah di capai sekaligus dasar
perencanaan dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. (Arsyat,
2000). Pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah pertumbuhan
struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja
(Darmayanti, 2011).
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
daerah dala suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang di hasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam seluruh dearah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir (neto) yang di hasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regionsl Bruto atas dasar harga
konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang di hitung
15
menggunakan harga yang beraku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dalam
publikasi ini tahun dasar yang di gunakan adalah tahun 2010. Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat di gunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan di gunakan untuk
mengentahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Untuk menghitung angka – angka Produk Domestik Regional Bruto ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan dan di jelaskan berikut ini :
1. Pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah
nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun).
2. Pendekatan pendapatan, Produk Domestik Regional Bruto merupakan
jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
3. Pendekatan pengeluaran, Produk Domestik Regional Bruto adalah semua
komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah,(3)
pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan investor dan (5)
ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.
16
Data Produk Domestik Regional Bruto adalah salah satu indikator ekonomi
makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun.
Manfaat yang dapat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain :
a. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Nominal)
menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang di hasilkan oleh suatu
daerah. Nilai Produk Domestik Regional Bruto yang besar menunjukan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
b. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan (riil) dapat
digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruan
atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
c. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha menunjukan struktur perekonomian atau peranan
setiap lapangan usaha dalam suatu daerah. Lapangan usaha yang
mempunyai peran besar menunjukan basisi perekonomian suatu daerah.
d. Produk Domestik Regional Bruto per kapita adas dasar harga berlaku
menunjukan nilai Produk Domestik Regional Bruto per kepala atau per satu
orang penduduk.
e. Produk Domestik Regional Bruto per kapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk
suatu daerah.
Informasi hasil pembangunan yang didapatkan dapat dimanfaatkan dalam
penentuan kebijakan pembangunan suatu wilayah. Produk Domestik Regional
Bruto merupakan ukuran keberhasilan pembangunan suatu wilayah, khususnya di
17
bidang ekonomi salah satu alat yang dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pendapatan regional didefinisikan
sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah, dimana tingkat
pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun
pendapatan rata-rata masyarakat pada daerah tersebut (Tarigan, 2007).
Produk domestik regional bruto adalah nilai tambah bruto (Groos value
added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu biasanya satu tahun ataupun dalam tiga bulan atau
semesteran. Sedangkan, nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi
dengan biaya antar (intermediatecost). Nilai tambah bruto mencakum komponen-
komponen faktor pendapatan (upah dan gaji,bunga,sewa dan keuntungan),
penyusunan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menghitung nilai tambah
bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari
seluruh sektor tadi, akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto atas
dasar harga pasar (BPS, 2014).
4. Upah Minimum Provinsi.
Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi
akan menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal
tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja. Tiap tahun pengusaha selalu
berhadapan dengan masalah pemberian upah minim yang layak di terima oleh
buruh. Untuk menetapkan upah minimum, pemerintah daerah membentuk Dewan
Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari perwakilan buruh, pengusaha,
18
akademisi dan pemerintah. Untuk menentukan upah minimum, kementrian
tenaga kerja dan transmigrasi mengeluarkan surat keputusan mentri mengenai
ukuran Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Nilai KHL di tentukan oleh survey yang
di lakukan oleh DPD. Berdasarkan nilai KHL tersebut gubernur menetapkan
upah minimum provinsi yang yang besarnya bisa lebih besar atau sama dengan
KHL (Sumarsono, 2009)
Analisis yang di lakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa penerapan
upah minimum hanya berdampak pada perusahaan skala kecil dn yang bersifat
padat karya. Hal ini karena perusahaan-perusahaan tersebut umumnya
mengandalkan upah buru murah dalam proses produksinya. Pada perusahaan-
perusahaan kecil yang tidak mampu membayar upah minimum akan mengambil
keputusan untuk hanya merekrut pekerja dengan status pekerja kontrak atau
sebagai pekerja borongan, atau mengubah status pekerja harian menjadi status
pekerja borongan. Hal ini secara tidak langsung akan memperburuk kondisi
buruh karena mereka tidak akan menerima jaminan sosial, seperti asuransi
kesehatan atau tunjangan sebagaimana buruh tetap.
Tujuan penerapan upah minimum pada hakekatnya adalah melindungi
buruh dari exploitasi pengusaha karena di bayar sangat rendah, sehingga tidak
mampu membiayai kehidupanya. Menurut (Maning, 2002), di negara-negara
maju, penerapan upah minimum tidak di maksudkan untuk menaikan upah rata-
rata semua pekerja di semua sektor. Tujuan penerapan upah minimum adalah
untuk meningkatkan upah buruh yang paling tereksploitasi di industri-industri
tertentu, atau untuk di jadikan sebagai “dasar” tingkat upah. Di banyak negara-
19
negara asia timur, upah minimum bukanlah faktor pengerak kenaikan enghasilan
pekerja, meskipun singapur, misalnya, memiliki pedoman penerapan upah yang
harus ditaati oleh perusahaan perusahaan swasta. Negara-negara asia timur yang
telah berhasil meningkatkan perekonomianya, memperbaiki kesejahtraan pekerja
dan menanggulangi kemiskinan dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan
baru yang lebih baik, seperti yang di sebut di atas, dan juga melakukan investasi
di bidang pendidikan dan kesehatan.
Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 78 tahun 2015.
Upah adalah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja.,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau
akan dilakukan., upah sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) terdiri atas
komponen upah tanpa tunjangan, upah pokok dan tunjangan tetap atau upah
pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.
Sistem pengupahan menurut teori Karl Marx di dasarkan pada teori nilai dan
jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang digunakan untuk produksi suatu
barang. Sedangkan dari pendapatlainya dari teori Karl Marx adalah pertentangan
kelas yang artinya bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang barang
modal untuk mengurangi pengangguran/ buruh, akibatnya adalah pengangguran
besar-besaran sehingga menurunkan upah. Untuk itu tiada cara lain bagi buruh
kecuali untuk menjad milik bersama.
20
Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memak-simumkan
keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi
sedemikian rupa, sehingga faktor produksi yang di pergunakan menerima atau di
beri imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi
tersebut. Pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa
sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang di
terima orang tersebut. Tingkat upah yang di bayrakan oleh pengusaha adalah :
W= WMPPL = MPPL x P
Keterangan :
W = tingkat upah ( labour cost) yang dibayarkan perusahaan kepada
karyawan.
P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang
WMPPL= marinal physical product of labour atau pertambahan hasil marginal
pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.
MPPL = volume of marginal physical of labour atau nilai pertambahan hasil
marginal pekerja atau karyawan
21
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Dari pembahasan di atas dapat diambil sebuah hipotesa untuk memberikan
sebuah dugaan sementara.
H0 = Diduga jumlah industri, PDRB dan upah tidak berpegaruh signifikan
terhadap kesempatan kerja.
H1 = Diduga jumlah industri, PDRB dan upah berpegaruh signifikan
terhadap kesempatan kerja
Kesempatan Kerja
(Y)
Upah (UMP)
(X3)
PDRB
(X2)
Jumlah Industri
(X1)
top related