bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.2 ciri- -...
Post on 03-Feb-2018
252 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desinfektan
Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan
pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996).
2.2 Ciri-ciri Desinfektan
Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :
a. Aktivitas antimicrobial.
Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme.
b. Kelarutan.
Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai
pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
c. Stabilitas.
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama
harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat
antimikrobialnya
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.
Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan
tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan lain.
Universitas Sumatera Utara
9
e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan
bau sedap.
f. Berkemampuan sebagai detergen
Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai
pembersih.
g. Ketersediaan dan biaya
Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang
pantas.
h. Keserbasamaan (homogenity)
Dalam penyiapan komposisinya harus seragam.
i. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.
Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada
lingkungan untuk penggunaan senyawa yang bersangkutan.
j. Kemampuan untuk menembus.
Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya
hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.
k. Tidak menimbulkan karat dan warna
Maksudnya suatu desinfektan diupayakan tidak menimbulkan warna atau
merusak kain.
Universitas Sumatera Utara
10
l. Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan
bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi
aktif. ( Pelcjar, 1986).
2.3 Pemilihan Bahan Desinfektan
Untuk mencapai tujuan yang maximal dalam pemilihan bahan desinfektan,
faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah:
a. Kosentrasi dan intensitas zat antimikrobial.
Makin tinggi konsentrasi atau makin besar intensitas yang diberikan maka
makin cepat sel – sel atau sasaran akan mati dan terbunuh.
b. Jumlah Mikroorganisme
Diperlukan waktu yang lama untuk membunuh populasi. Bila jumlah
selnya banyak maka perlakuan diberikan lebih lama supaya yakin bahwa
sel tersebut akan mati.
c. Suhu
Kenaikkan suhu dapat mempercepat atau menaikkan keefektifan suatu
desinfektan.
d. Spesies mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda
terhadap tempat dan bahan kimia.
Universitas Sumatera Utara
11
e. Adanya bahan mikroorganisme lain
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia
dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi
mikroorganisme.
f. pH
Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi
pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan
mikroorganisme yang sama di lingkungan pH basa.
g. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan
Desinfektan yang digunakan untuk perabotan yang terkontaminasi , maka
tidak boleh kontak langsung dengan kulit. ( Pelcjar, 1986 ).
2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Aktivitas Desinfektan
1. Sifat bahan yang akan didesinfeksi
Permukaan benda yang paling mudah didesinfeksi adalah permukaan
benda yang sifatnya licin tanpa pori-pori dan mudah dibersihkan. Permukaan
yang berpori-pori sulit untuk didesinfeksi terutama bila mikroorganisme
terperangkap di dalam pori-pori tersebut bersamaan dengan bahan-bahan
organik.
2. Jumlah mikroorganisme yang terdapat pada benda yang akan didesinfeksi
Makin banyak jumlah mikroorganisme pada permukaan benda yang
akan didesinfeksi, makin panjang waktu pemaparan dengan desinfektan yang
dibutuhkan sebelum seluruh populasi mikroorganisme dapat dibunuh.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Sifat mikroorganisme itu sendiri
Sifat mikroorganisme mempengaruhi daya tahannya terhadap
desinfektan. Yang paling tahan terhadap desinfektan adalah spora bakteri.
4. Jumlah bahan organik yang mencemari alat yang akan didesinfeksi.
Darah, lender atau feses yang mencemari alat/bahan yang akan
didesinfeksi memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan
desinfeksi, karena dengan adanya bahan organik tersebut, mikroorganisme
terlindung dari aktifitas desinfektan.
5. Jenis dan konsentrasi desinfektan yang digunakan.
Umumnya bila konsentrasi desinfektan dinaikkan, waktu pemaparan
makin pendek.
6. Lama dan suhu pemaparan
Secara umum, makin lama waktu pemaparan terhadap desinfektan,
makin besar daya bunuh kuman terjadi. Tetapi hal ini tidak berlaku terhadap
desinfektan tingkat rendah karena walau berapa lama pun pemaparan
dilakukan, hanya mampu membunuh mikroorganisme tertentu sesuai dengan
kemampuannya.
Makin tinggi suhu pemaparan, makin tinggi daya bunuh kuman dari desinfektan
tersebut (Depkes RI, 1996).
Universitas Sumatera Utara
13
2.5 Penggolongan Desinfektan
Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper &
Row, 1984) :
1. Senyawa halogen
Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal telah
digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.
a. Yodium
Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat
germisida terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi
dan virus. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama.
Yodium mungkin pula digunakan untuk mendesinfeksi berbagai
barang peralatan dan untuk sanitasi instrumen tertentu.
b. Klor
Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam
konsentrasi kecil dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri,
spora, fungi, dan virus. Penggunaan utamanya adalah sebagai
desinfeksi lantai, air minum, dan kolam renang (Dwidjoseputro, 1978).
2. Senyawa Fenol
a. Fenol
Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai desinfektan. Karbol merupakan
nama lain untuk fenol. Fenol juga digunakan sebagai standar untuk
pembanding dengan desinfektan lain (Dwidjoseputro, 1978).
Universitas Sumatera Utara
14
b. Kresol
Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol,
khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya
sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan,
misalnya lysol dan kreotin.
3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan
a. Zat non ionogen
Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya
ringan.
b. Zat ionogen
Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif.
a) Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat).
Zat-zat ini memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram
positif, sedangkan terhadap kuman gram negative tidak aktif.
b) Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif
daripada terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap
mycobacteriae, virus dan spora.
c. Sabun
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan
memiliki khasiat bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain
Psedomonas, Proteus, dan Salmonella. Sabun sama sekali tidak aktif
terhadap E.coli dan Staphylococcus
.
Universitas Sumatera Utara
15
d. Basa ammonium kuarterne : Quats
Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat kecuali terhadap
basil TBC/lepra, terhadap spora dan virus kurang aktif. Daya kerjanya
lebih lambat daripada yodium dan etanol.
Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit. Penggunaan
lainnya adalah sebagai desinfektan instrument ditambah dengan
natriumnitrit guna mencegah timbulnya karat dan antiseptikum pra
bedah.
4. Alkohol, Aldehida, dan Asam
a. Etanol
Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga
isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan
fungisid kuat, yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman
gram negatif dan gram positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif
terhadap spora. Terhadap virus dibutuhkan konsentrasi yang relative
lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.
b. Formaldehid
Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid,
termasuk terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa
jam).
c. Asam asetat
Asam cuka berkhasiat bakterisid dan sangat aktif terhadap
Pseudomonas dan Hemofilus.
Universitas Sumatera Utara
16
5. Senyawa logam berat
a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.
b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap
staphylococci dan streptococci.
c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.
d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin
ini memiliki kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.
e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah
6. Oksidansia
a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah
dengan kerja singkat.
b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.
c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat
bakteriostatis.
d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut.
7. Lain-lain
a. Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah.
b. Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan
anti gatal.
c. Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.
d. Gentianviolet, berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram positif, dan
fungisid terhadap beberapa jamur pathogen.
Universitas Sumatera Utara
17
e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid,
fungisid, virusid dan juga sporosid.
f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif,
protozoa dan ragi Cadinda albicans.
2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan
Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut
(Tan & Kirana, 2002) :
1. Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya
atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.
2. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada
membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel.
3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein
dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi
mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam
nukleat dapat merusak sel tanpa diperbaiki kembali.
4. Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel
merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat
Universitas Sumatera Utara
18
kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi
pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
2.7 Penggunaan Desinfektan
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan
membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari
staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga
medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan
secara tepat.
a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Golongan pertama
a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.
1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
Universitas Sumatera Utara
19
2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung
tangan yang terkena darah.
3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit
4. fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot
seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah
dianggap memadai.
2. Golongan kedua
b) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B.
a). Desinfektan yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin
(Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat
(NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).
b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine
(Betadine, Iodine lemah)
1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.
2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
2.8 Jenis – Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit
a. Lysol mengandung bahan aktif lisol yang merupakan campuran kresol dan
sabun. Menurut Volk dan Wheeler ( 1989 ) lisol sangat efektif sebagai
bakterisid, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organik.
b. Germisep mengandung Sodium Dikloroisocyanurate (NaDCC)
Universitas Sumatera Utara
20
c. So klin lantai mengandung Benzalkonium Klorida 1,5%,
d. Rinso mengandung Natrium Alkilbenzena Sulfonat 22%, Natrium Fosfat
10% dan Natrium Karbonat 30%
e. Bayclin mengandung NaClO 5,25%
f. Karbol mengandung Pine Oil dan Creasylic Acid
g. Wipol mengandung bahan aktif minyak atsiri yaitu minyak cemara.
Menurut Lutony dan Rahmayati ( 2002 ), salah satu kegunaan minyak
atsiri yaitu pembunuh bakteri, sehingga dapat digunakan dalam
membersihkan lantai rumah sakit sebagai upaya mencegah infeksi
nosokomial.
2.9 Pengertian Pine Oil
2.9.1 Pine Oil
Pine Oil ( Minyak Pinus ) adalah fenolik disinfektan yang antiseptik. Pine Oil
relatif murah dan tersedia luas. Pine Oil efektif terhadap Brevibacterium
ammoniagenes , jamur Candida albicans , Enterobacter aerogenes , Escherichia
coli , Gram-negatif bakteri enterik , kuman rumah tangga, rumah tangga kuman
Gram-negatif seperti yang menyebabkan salmonellosis , herpes simplex tipe 1 dan
2, influenza tipe A , influenza Jenis virus A / Brazil, jenis virus influenza A2/Japan,
bakteri usus, Klebsiella pneumoniae, bakteri penyebab bau, jamur,
jamur, Pseudomonas aeruginosa , Salmonella choleraesuis , Salmonella
typhi , Salmonella typhosa , Serratia marcescens , Shigella sonnei , Staphylococcus
aureus , Streptococcus faecalis , Streptococcus pyogenes , dan Trichophyton
Universitas Sumatera Utara
21
mentagrophytes . Ini akan membunuh agen penyebab tipus , gastroenteritis ( beberapa
agen ), rabies , demam enterik, kolera , beberapa bentuk meningitis , batuk
rejan , gonore dan beberapa jenis disentri. Hal ini tidak efektif terhadap spora terkait
illneses seperti tetanus atauantraks atau melawan virus non-menyelimuti seperti virus
polio , rhinovirus , hepatitis Batau hepatitis C.
( Des W. Connel, dkk, 1995 ).
2.9.2 Fungsi Pine Oil
1. Pembersih lantai sekaligus pembunuh kuman, bakteri maupun jamur,
tidak hanya cocok untuk di kamar mandi saja, tetapi untuk semua ruangan
dirumah, perkantoran, rumah sakit dll.
2. Mengatasi bau yang sangat membandel. ( Des W. Connel, dkk, 1995 ).
2.10 Turunan Benzena Pine Oil
( Des W. Connel, dkk, 1995 )
Gambar 1. Benzena
2.11 Creasylic Acid
Cresylic Acid secara kimiawi mirip dengan fenol. Creasylic Acid sangat larut
dalam fenol. Creasylic Acid merupakan asam lemah dan bereaksi dengan larutan
alkali untuk bentuk garam larut dalam air yang dikenal sebagai cresylates. Creasylic
Acid sangat sensitif terhadap oksidasi, berbagai hydroquinones, quinols, quinones,
Universitas Sumatera Utara
22
siklik ke nada, Furan dan toluic eter bila terkena mengoksidasi agen. Oksidasi kuat
dapat memecah cincin fenolik. Hal ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang
dihasilkan.
Creasylic Acid Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol,
khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan
sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.
Campuran Creasylic Acid digunakan sebagai disinfektan, pengawet dan pengawet
kayu. Creasylic Acid juga digunakan sebagai pelarut, disinfektan, dan kimia
menengah. Selain itu Creasylic Acid juga digunakan untuk memproduksi herbisida
tertentu, sebagai pendahulu kepada piretroid insektisida, untuk menghasilkan
antioksidan, dan untuk memproduksi bahan peleda.
2.12 Desinfeksi
Desinfeksi adalah suatu cara untuk mematikan bakteri vegetative, virus dan
jamur tetapi tidak mematikan spora. Bahan yang biasa digunakan sebagai desinfektan
ada yang berbentuk padat, cair dan butiran. ( Sanropie, 1989 ).
Proses desinfeksi dimulai dengan mengeluarkan alat/bahan yang tidak
dipergunakan di dalam ruang kemudian dilakukan pembersihan meliputi lantai,
dinding dan alat-alat yang terdapat di ruangan dengan menggunakan detergen / anti
septic. Di ruang bedah, setelah selesai pembersihan ruangan kemudian dilanjut
dengan proses fogging yaitu dengan cara pengabutan atau pengasapan dengan
menggunakan resiguard concentration ke seluruh ruangan. Kemudian ruangan siap
untuk disterilisasi dan ruangan ditutup rapat. (KepMenKes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
23
2.13 Rumah sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.986 Tahun
1992/MENKES/XI/1992, Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. ( Permenkes RI, 1992 ).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004,
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
( Kepmenkes RI, 2004 ).
Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medic jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostic terapetik dan
rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau
melahirkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rumah
sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan umum
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang kepada orang yang menderita
sakit.
2.14 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki tugas untuk
menyembuhkan pasien dan pemulihan gangguan kesehatan badan dan jiwa yang
ditunjang dengan usaha pencegahan gangguan kesehatan. Dalam pelaksanaan tugas
Universitas Sumatera Utara
24
tersebut, rumah sakit memiliki 3 ( tiga ) fungsi yang telah ditetapkan oleh WHO,
yaitu sebagai tempat pengobatan, perawatan dan penelitian yang terdiri dari beberapa
kegiatan seperti pelayanan dan penunjang medis, pelayanan kedokteran kehakiman,
pelayanan medis khusus, pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan kedokteran gigi,
pelayanan social, pelayanan penyuluhan kesehatan, pelayanan darurat, pelayanan
administratif, pendidikan para medis, membantu pendidikan tenaga medis umum dan
spesialis. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan serta membantu
kegiatan penyelidikan epidemiologi.
Fungsi rumah sakit dalam pelaksanaan tugas tersebut adalah :
a. Menyelenggarakan pelayanan medis
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang non medis
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g. Menyelenggarakan administrasi dan keuangan. (Permenkes RI, 1992).
2.15 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan,
gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk
menghindari risiko dan gangguan tersebut, diperlukan upaya penyehatan lingkungan
Universitas Sumatera Utara
25
rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan yang diatur dalam Permenkes No.
986 /MENKES/XI/1992.
Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi :
1. Penyehatan bangunan dan ruangan termasuk
a. Pencahayaan
b. Ventilasi
c. Kebisingan
2. Penyehatan Makanan dan Minuman
3. Penyehatan air termasuk kualitasnya
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Penyehatan serangga dan tikus
6. Sterilisasi / desinfektan
7. Perlindungan radiasi
8. Penyuluhan kesehatan lingkungan
2.16 Ruang rawat inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh
tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di
suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat.
Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang
sekaligus.( Surbakti, 2003 ).
Syarat ruang rawat inap adalah dinding terbuat dari tembok yang kokoh dan
dicat dengan cat yang tidak mudah luntur, berwarna terang, mempunyai lebar pintu
minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,5 m, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap
Universitas Sumatera Utara
26
air, mudah dibersihkan, suhu diusahakan sekitar 22-240C dan kelembaban 50-60%,
pencahayaan saat tidak tidur 100-200 Lux, saat tidur minimal 50 Lux.
( Depkes RI, 1994 ).
2.17 Mikroorganisme
2.17.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil,
sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop.
(Pelcjar, 1988 ).
2.17.2 Mikroorganisme Patogen
Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan ruang rawat inap terdiri atas
kuman patogen dan non patogen. jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi
adalah jenis kuman patogen. Jenis kuman Patogen itu sendiri adalah Staphylococcus,
Streptococcus, dan Clostridium. ( Wheeler, 1989 ).
Staphylococcus
Staphylococcus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana, sumber utama
infeksi dapat diperoleh dari lesi-lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi,
saluran pernafasan dan kulit manusia ( Reddish George, 1957 ).
Ciri-ciri Staphylococcus
a. Berbentuk bola/bulat
b. Gram positif
c. Dapat menghemolisis darah
d. Flora normal pada kulit dan selaput lendir
e. Tidak bergerak dan tidak membentuk spora
Universitas Sumatera Utara
27
f. Mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakterologik dalam keadaan
aerobik atau mikroaerofilik
g. Tumbuh cepat pada suhu 370C dan dapat membentuk pigmen pada suhu
kamar ( 20-350C )
h. Tahan terhadap pengeringan, terhadap panas 500C selama 30 menit
Streptococcus
Streptococcus adalah mikroorganisme bulat tersusun secara khas dalam rantai
dan tersebar luas dalam alam. Beberapa diantaranya adalah anggota flora normal.
Streptococcus berhubungan dengan penyakit - penyakit infeksi penting pada manusia.
Kuman ini dapat menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim ( Reddish
George, 1957 ).
Ciri-ciri Streptococcus
a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat
b. Mampu menghemolisis darah
c. Flora normal pada manusia
d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni
e. Tumbuh cepat pada suhu 370C
Streptococcus ini dapat menyebabkan penyakit pada benda pada
bagian-bagian tubuh. Streptococcus ini dapat menyebar dari orang ke orang
lain melalui saluran pernafasan atau kulit.
Clostridium
Clostridium adalah batang, gram positif, yang berbentuk spora, dapat merusak
protein atau membentuk toksin dan ada beberapa yang melakukan keduanya.
Universitas Sumatera Utara
28
Hidupnya di tanah, usus manusia, dan binatang. Pada infeksi clostridia, spora
mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terbuka ( tanah,
feses ) atau saluran usus ( Reddish George, 1957 ).
Ciri-ciri Clostridium
a. Batang besar
b. Gram positif
c. Dapat menghasilkan spora
d. Hidup dalam keadaan anaerobik
e. Kebanyakan spesies tumbuh pada suhu 370C
2.17.3 Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya
Mikroorganisme parasit dan yang menyebabkan penyakit pada manusia
merupakan jenis mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang sehat, misalnya
usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi makanan dan ada juga
yang merugikan manusia. Mikroorganisme patogen antara lain dapat menimbulkan
penyakit pada saluran pencernaan, saluran pernapasan dan saluran air seni. Kelompok
mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan penyakit adalah bakteri. ( Pelcjar,
1986 ).
2.17.4 Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dibagi dalam beberapa fase, yaitu :
a. Fase Adaptasi ( penyesuaian )
Pada fase ini belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim belum
disintesis. Faktor yang mempengaruhi lamanya fase adaptasi yaitu:
Universitas Sumatera Utara
29
1. Medium dan lingkungan pertumbuhan
2. Jumlah inokulum
b. Fase Pertumbuhan Awal
Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan yang
masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri.
c. Fase Pertumbuhan Logaritmik
Pada fase ini sel mikroorganisme membeleh dengan kecepatan dan
konstan. Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi
oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan
kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara.
d. Fase Pertumbuhan Lambat
Sebab perlambatan pertumbuhan populasi mikroorganisme fase ini adalah
1. Zat nutrisi di dalam medium berkurang
2. Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapt
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
e. Fase Pertumbuhan Tetap
Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel – sel menjadi lebih tahan terhadap
kondisi ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.
f. Fase Kematian
Pada fase ini, jumlah sel yang mati semakin lama semakin banyak dan
kecepatan kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrient, lingkungan dan jenis
mikroorganisme. Sebab yang mempengaruhi fase kematian yaitu :
Universitas Sumatera Utara
30
1. Nutrien di dalam medium sudah habis
2. Energi cadangan di dalam sel habis. ( Pelcjar, 1986 ).
2.17.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Pada pertumbuhan mikroorganisme, tidak semua sel yang terbentuk akan
terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme :
a. Tersedia Nutrien
Mikroorganisme membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya
sebagai :
1. Sumber karbon
2. Sumber nitrogen
3. Sumber energi
4. Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin.
b. Tersedianya air
Sel mikroorganisme memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak
semua air dapat digunakan oleh mikroorganisme. Kondisi atau keadaan air
yang tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme yaitu :
1. Adanya salut dan ion yang dapat mengikat air di dalam larutan
2. Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air
3. Air berbentuk Kristal es atau hidrasi
c. Nilai pH
Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis mikroorganisme, karena
mikroorganisme dapat tumbuh pada suhu pH 3-6 .
Universitas Sumatera Utara
31
d. Suhu
Mikroorganisme mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum
untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan
pertumbuhan sel yaitu:
1. Pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C
2. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat lambat dengan
naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal
3. Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan
cepat dengan naiknya suhu.
e. Tersedianya O2
Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi mikroorganisme yang dapat
tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi jasad
renik yang bersifat aerobik, anaerobik dan aerobik fakultatif. ( Pelcjar,
1986 ).
2.17.6 Pengendalian Mikroorganisme
Mikroorganisme mempunyai kemampuan menginfeksi manusia, hewan serta
tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kematian.
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan proses fisik atau
bahan kimia. Proses fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang
menyebabkan suatu perubahan. Sedangkan proses kimia ialah suatu substansi (cair,
padat dan gas) oleh komposisi molekul liar yang dapat menyebabkan terjadinya
reaksi. Proses kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap
mikroorganisme dibandingkan dengan proses fisi.
Universitas Sumatera Utara
32
2.18 Bakteri Gram Positif ( + ) dan Gram Negatif ( - )
2.18.1 Gambaran Bakteri Gram Positif dan Negatif
Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif
zat lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori – pori pada dinding sel
akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang
sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada
bakteri Gram Positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh
pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori – pori mengecil,
permeabilitas kurang sehingga kompleks ungu kristal yodium dipertahankan dan sel
kuman tetap berwarna ungu. ( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).
2.18.2 Contoh Bakteri Gram Positifdan Gram Negatif
a. Staphylococcus aureus
Ciri – ciri Staphylococcus aureus
a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat
b. Mampu menghemolisis darah
c. Flora normal pada manusia
d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni
e. lurus
Sifat – sifat biakan bersifat aerob dan tumbuh baik pada pH 7,4. Daya tahan
merupakan salah satu kuman yang cukup kebal diantara organisme – organisme tak
berspora. Tahan dipanaskan pada 600C selama 30 menit. Tahan terhadap 1% fenol
selama 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
33
b. Bacillus subtilis
Kuman ini berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5 x
4,5 µ, sendiri – sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai, bergerak dan
tidak bersimpai. Bersifat aerob tumbuh pada agar darah membentuk
zona hemolisis beta yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu,
agar gizi dan lain – lain.
c. Escheria Coli
Kuman ini berbentuk batang pendek gemuk berukuran 2,4µ x 0,4µ
sampai 0,7µ gram negatif tak bersimpai bergerak aktif dan tidak berspora.
Bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada perbenihan biasa.
Suhu optimum pertumbuhan adalah 370C. Kuman ini dapat tahan berbulan –
bulan pada tanah dan dalam air. Kuman ini juga peka terhadap tetrasiklin. (
Pelcjar, 1988 ).
d. Pseudomonas
Batang gram negatif dengan ukuran 0,5µ x 3,0-4,0µ. Umumnya
mempunyai flagel polar tetapi kadang – kadangkurang atau sama dengan 2 – 3
flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir
polisakarida ekstraseluler. Merupakan organisme aerob, tetapi bakteri ini
dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh
secara anaerob. Menghasilkan pigmen piosianin dan fluoresen.
Universitas Sumatera Utara
34
Pseudomonas lebih resisten terhadap desinfektan dari pada bakteri
lain. Bakteri senang berada dalam suasana lembab. Kebanyakan antibiotika
atau antimikroba tidak efektif terhadap bakteri ini.
( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).
2.19 Infeksi
2.19.1 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia yang rentan sehingga menimbulkan masalah kesehatan ( Pelcjar, 1988 ).
2.19.2 Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah suatu penyakit yang terjadi baik pada pasien,
pengunjung maupun petugas rumah sakit yang terjadi pada saat berada di lingkungan
rumah sakit. ( Mukono, 1955 ).
Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :
1. Pada saat masuk rumah sakit, tidak ada gejala / tanda atau tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Infeksi yang terjadi dalam 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau
mikroorganisme penyebab yang sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
( Depkes RI, 1997 ).
Universitas Sumatera Utara
35
2.19.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Infeksi
1. Adanya kuman pada tempat tersebut dan tergantung pada jenis, virulensi,
jumlah dan lamanya kontak
2. Adanya sumber infeksi
3. Adanya perantara / pembawa kuman aktif menular
4. Adanya tempat masuk kuman pada hospes baru
5. Daya tahan tubuh hospes baru dalam keadaan rendah. ( Depkes RI, 1994 )
2.19.4 Sumber Infeksi
Sumber infeksi adalah suatu tempat bersarangnya kuman dimana kuman
penyebab infeksi itu keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan.
Sumber infeksi nosokomial di rumah sakit dapat berasal dari :
A. Animate ( suatu yang bernyawa )
1. Manusia
a) Carier : orang sehat yang mengandung kuman dimana ia tidak
menunjukan gejala penyakit, contoh : Typus Abdominali.
b) Penderita : Penderita yang dalam tubuhnya mengandung kuman
dan dapat menular pada orang lain, contoh : TB Paru.
2. Binatang
Binatang / hewan dapat menjadi sumber infeksi terutama dapat berperan
sebagai vektor, seperti golongan serangga.
B. Inanimate ( suatu yang tidak bernyawa )
Benda atau bahan mati yang bisa menjadi tempat tinggal sementara bagi
kuman antara lain :
Universitas Sumatera Utara
36
1. Benda / bahan mati yang kering seperti : debu, udara dan permukaan
benda dapat menjadi tempat hidup kuman beberapa hari sampai
bulanan.
2. Benda / bahan mati yang cair atau lembab seperti : air cuci tangan,
kain lap, handuk, sarung tangan juga bisa menjadi tempat hidup
kuman selama berbulan – bulan ( Permenkes RI, 1992 ).
2.19.5 Penyebab Infeksi
Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman ( bakteri, virus, fungi atau
parasit ). Kuman yang mampu menyebabkan / menimbulkan penyakit disebut kuman
patogen. Beribu jenis mikroorganisme yang terdapat di alam, hanya ada beberapa
ratus yang bersifat pathogen pada manusia diantaranya : Bakteri jenis Staphlococcus,
Streptococcus, Clostridia, Bakteriodes dan Enterobakteriae.
( Effendi & Ronald, 1988 ).
Universitas Sumatera Utara
37
2.20 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan
Laboratorium
MMS
Angka kuman
setelah
pemakaian
Desinfektan
Pine Oil
1,5+Creasylic
Acid dan Pine
Oil 2,5% TMS
Lantai
Ruang
rawat inap
Angka kuman
sebelum
pemakaian
Desinfektan
Pine Oil
1,5%+Creasyli
c Acid dan
Pine Oil 2,5%
Pemeriksaan
Laboratorium
Jumlah angka
kuman pada
lantai RS
berdasarkan
Kepmenkes
No.1204/Men
kes/SK/X/2004
1. Suhu
2. Kelembaban
3. Pencahayaan
MS
TMS
Universitas Sumatera Utara
top related