bab ii tinjauan pustaka 2.1. klasifikasi ikan cupangrepository.ump.ac.id/6851/3/dwi septiani_bab...
Post on 02-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Cupang
Ikan cupang (Ctenops vittatus) merupakan anggota dari famili
Anabantidae yang mempunyai labirin. Labirin merupakan alat pernafasan
tambahan pada ikan.
Klasifikasi ikan cupang menurut Saanin (1968, 1984):
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Familia : Anabantidae
Genus : Ctenops
Species : Ctenops vittatus
2.2. Morfologi Ikan Cupang
Ikan cupang merupakan ikan yang memiliki bentuk sirip ekor yang
berbeda-beda seperti ekor bertipe mahkota (crown tail), ekor penuh (full tail) dan
bertipe slayer, dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip
dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan cupang.
Secara umum ikan cupang memiliki tubuh yang bervariasi, mulai dari pipih
hingga silinder yang bersisik kasar, pangkal ekor terlihat lebar sehingga tubuhnya
terlihat kokoh dan kuat, serta terdiri dari sirip pektoral (sirip insang), sirip dorsal
(sirip punggung), sirip ventral (sirip perut), sirip kaudal (sirip ekor), dan sirip anal.
5
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
6
Ikan cupang jantan berwarna lebih cerah, siripnya terlihat mengembang dengan
indah dan bentuk tubuh lebih panjang dan ramping, sedangkan cupang betina
warna tubuh cenderung pucat, sirip tidak selebar cupang jantan, dan bentuk tubuh
pendek dan gemuk (Atmadjaja, 2009).
Ciri-ciri khusus ikan cupang jika dilihat dari beberapa bagian tubuhnya
antara lain, bentuk badan memanjang dan agak gepeng dengan warna beraneka
ragam, sirip punggung lebar dan terentang hingga ke belakang dengan warna
coklat kemerah-merahan dan dihiasi garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk
agak bulat dan berwarna dasar seperti badannya, sirip perut panjang mengumbai
dan sirip anal berwarna hijau kebiru-biruan. Ikan cupang memiliki panjang tubuh
dapat mencapai 5-9 cm, sedangkan ikan cupang betina ukurannya lebih pendek
(Sudradjat, 2003). Ikan cupang memiliki sirip perut berukuran kecil yang terletak
di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, dan dari 5 jari-
jari lunak tersebut, salah satunya berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Ikan
cupang juga memiliki sirip punggung berjari-jari keras 2-4. Bagian yang lemah
dari sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor memanjang. Hidung lebih pendek
daripada matanya (Saanin, 1984).
Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora. Ikan karnivora
mempunyai gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa dan jari-jari
tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan
menggilas mangsa (Effendie, 2002). Ikan cupang termasuk tipe diurnal, yaitu aktif
mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga terbenam. Ikan cupang juga
memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin sehingga ikan
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
7
cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu,
ikan cupang mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan sedikit oksigen.
Perairan yang tenang cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit
karena airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah
bagian permukaannya sehingga oksigen udara dapat dengan mudah masuk ke
badan air (Atmadjaja, 2009).
Gambar 2.1. Ikan Cupang
2.3. Habitat Ikan Cupang
Ikan cupang pertama kali ditemukan di perairan Thailand, Malaysia, atau
Asia Tenggara. Ikan cupang di Indonesia hidup di perairan Kalimantan, Sumatra,
Jawa, Sulawesi, dan Irian (Sudradjat, 2003). Di alam, ikan cupang banyak
ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta
perairan tawar dangkal. Ikan cupang hidup di perairan yang memiliki kisaran pH
6.5-7.5, dan suhu berkisar 24-30ºC (Atmadjaja, 2009). Ikan cupang memiliki daya
tahan yang baik terhadap rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Hal ini
berarti bahwa pada kondisi air yang memiliki oksigen terlarut 3 mg/L, ikan
cupang masih sanggup hidup dengan baik karena mampu mengambil oksigen
langsung dari udara dan memiliki alat bantu pernafasan yaitu labirin. Kandungan
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
8
oksigen terlarut dalam air untuk media pemeliharaan ikan cupang yaitu di atas 5
mg/L (Arman, 2001).
2.4. Pakan Alami
Sejumlah besar organisme membutuhkan penyediaan materi dan energi
yang berasal dari molekul organik yang dimakannya. Ikan dapat tumbuh jika
memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi yang seimbang
(Mudjiman, 2004). Dalam kenyataan sehari-hari terdapat 2 golongan pakan ikan,
yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan buatan merupakan makanan ikan yang
dibuat dari campuran bahan-bahan alami atau bahan olahan yang selanjutnya
dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu, sedangkan pakan
alami adalah pakan makanan ikan yang tumbuh di alam tanpa campur tangan
manusia secara langsung (Djarijah, 1995). Makanan alami ikan terdiri dari
organisme renik berukuran mikro dan organisme makro yang sangat jelas bila
dilihat secara kasat mata (Mudjiman, 2004).
Ikan cupang memerlukan protein untuk kekuatan dan pembentukan tubuh,
juga memerlukan vitamin dan mineral penting lainnya untuk aktivitas dan
menjaga daya tahan tubuhnya. Jenis pakan alami yang cocok bagi pertumbuhan
dan perkembangan untuk ikan cupang antara lain cacing Tubifex sp., jentik
nyamuk, dan kutu air. Jika ditinjau dari segi ekonomi, pemberian cacing Tubifex
sp. sebagai pakan ikan terutama ikan hias turut mengurangi biaya produksi. Selain
biaya pengkulturannya yang relatif murah dan sederhana juga dapat memenuhi
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Jentik nyamuk dapat dibudidaya sendiri dengan
cara cukup menyediakan wadah yang diisi dengan air dan di biarkan terbuka dan
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
9
setelah dibiarkan beberapa hari muncul jentik-jentik nyamuk yang siap diberikan
untuk ikan cupang. Penggunaan jentik nyamuk sebagai pakan ikan cupang dapat
mengurangi populasi nyamuk sehingga bisa dikatakan sebagai upaya pencegahan
penyakit demam berdarah maupun malaria yang dapat menjangkit siapa saja dan
kapan saja. Kutu air biasanya mudah diperoleh di selokan atau di got. Untuk
menjaga kualitas kutu air agar tidak mudah bau dan membusuk dapat dilakukan
dengan cara menyimpannya di dalam freezer. Sebelum diberikan untuk ikan
cupang, kutu air yang telah beku dibiarkan dahulu diruang terbuka agar pada saat
akan diberikan sudah dalam keadaan tidak beku dan tidak terlalu dingin.
2.5. Cacing Tubifex sp.
Dalam ilmu taksonomi hewan, cacing Tubifex sp. digolongkan dalam
kelompok Nematoda. Cacing Tubifex sp. dijuluki sebagai cacing sutra karena
memiliki tubuh yang lunak dan sangat lembut seperti halnya sutra (Khairuman et
al., 2008).
Klasifikasi cacing Tubifex sp. menurut Chumaidi et al. (1991) yaitu:
Phylum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotanida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
Species : Tubifex sp.
Cacing Tubifex sp. termasuk organisme yang bersifat hermaprodit atau
berkelamin ganda, yakni kelamin jantan dan betina menyatu dalam satu tubuh,
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
10
memiliki warna tubuh yang dominan kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya kecil
dan ramping dan memiliki panjang sekitar 1-2 cm, dan sangat senang hidup
berkelompok atau bergerombol. Habitat dan penyebaran cacing Tubifex sp.
umumnya berada di daerah tropis dan hidup di dasar perairan yang banyak
mengandung bahan-bahan organik terlarut yang merupakan suplai makanan
terbesar bagi cacing Tubifex sp. itu sendiri. Selain itu, cacing Tubifex sp. juga
senang membenamkan kepalanya untuk mencari makanan, serta ekornya yang
mengarah ke permukaan air berfungsi untuk bernafas (Khairuman et al., 2008).
Cacing Tubifex sp. memiliki saluran pencernaan yang berakhir pada anus yang
terletak di sub-terminal, sedangkan mulutnya berupa celah kecil yang terletak di
daerah terminal (Djarijah, 1995).
Gambar 2.2. Cacing Tubifex sp.
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
11
2.6. Jentik Nyamuk
Nyamuk merupakan sejenis serangga yang termasuk dalam filum
Arthropoda. Ada beberapa jenis nyamuk antara lain jenis Anopheles, Aedes, dan
Theobaldia (Mudjiman, 1999).
Klasifikasi nyamuk menurut Sri, S.S (1991) adalah:
Phylum : Arthropoda
Classis : Insekta
Sub classis : Pterygota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Perkembangbiakan nyamuk terjadi melalui perkawinan. Antara 1-8 hari
setelah menghisap darah, nyamuk betina mulai bertelur yang diletakkan di
permukaan air. Setelah telur menetas, larva inilah yang disebut dengan jentik-
jentik. Larva dan pupa bersifat akuatik, dapat dijumpai di kolam, atau wadah-
wadah yang berisi air. Pernafasan jentik nyamuk menggunakan trakea, dan
pengambilan pernafasan tersebut terjadi pada waktu jentik-jentik menyembulkan
bagian ekornya ke permukaan air. Pada umumnya, bentuk tubuh jentik nyamuk
memanjang yang terdiri dari 12 ruas, kakinya sangat pendek sehingga gerakannya
hanya meliuk-liukkan tubuhnya, serta makanannya berupa detritus (kotoran yang
mem,busuk dalam air) dan beberapa jenis jasad renik seperti ganggang, bakteri
dan lain-lain (Mudjiman, 1999).
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
12
Gambar 2.3. Jentik Nyamuk
2.7. Kutu Air
Kutu air merupakan udang-udangan yang paling primitif dan banyak
digunakan sebagai pakan alami untuk ikan hias. Kutu air yang terkenal adalah
Daphnia sp. dan Moina sp. Dalam penelitian ini, kutu air yang digunakan sebagai
pakan ikan cupang adalah jenis Daphnia sp.
Klasifikasi Daphnia sp. menurut Sachlan (1982) adalah:
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Sub Classis : Entomostraca
Ordo : Phylopoda
Sub Ordo : Cladocera
Familia : Daphnidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia sp.
Makanan kutu air terdiri dari tumbuhan-tumbuhan renik dan detritus.
Lingkungan yang mendukung pertumbuhan kutu air yang memiliki pH antara 6.6-
7.4, dan bersuhu antara 22-31ºC. Kutu air memiliki bentuk tubuh yang pipih ke
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
13
samping. Dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga
menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk
tubuhnya tampak seperti cangkang kerang-kerangan. Cangkang pada bagian
belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan
dan perkembangan telur. Telur-telur yang dihasilkan induk betina ditampung di
dalam kantong telur yang terletak di atas punggung. Moina sp. akan menjadi
dewasa dalam waktu 5 hari dari total umurnya yaitu 30 hari, sedangkan Daphnia
sp. menjadi dewasa dalam waktu 4 hari dan umur yang dapat dicapai hanya 12
hari (Mudjiman, 2004).
Gambar 2.4. Daphnia sp.
2.8. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
suatu kegiatan usaha budidaya perikanan khususnya dalam pencapaian target
produksi, dalam hal ini pemberian pakan adalah faktor yang sangat perlu
diperhatikan (Yurisman et al., 2010). Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran,
baik panjang maupun berat. Pakan berperan penting sebagai makanan yang sangat
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
14
dibutuhkan oleh ikan. Untuk menghasilkan pertumbuhan, makanan akan diproses
terlebih dahulu di dalam tubuh sehingga diperoleh sejumlah energi. Jumlah energi
yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi
lingkungan, dan komposisi makanan (Mudjiman, 2004). Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, hormon, dan
lingkungan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan oleh ikan untuk
metabolisme basal, dan sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan
reproduksi (Fujaya, 2004).
2.9. Konversi Pakan
Konversi pakan (Feed Convertion Ratio/FCR) adalah suatu ukuran yang
menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
penambahan 1 kg daging ikan (Mudjiman, 2004). Konversi pakan seringkali
dijadikan sebagai indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha
akuakultur.
Nilai konversi pakan berbanding terbalik dengan pertambahan bobot
sehingga semakin rendah nilai konversi pakan berarti semakin efisien ikan yang
memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhannya, sedangkan
pertumbuhan dan produksi yang tinggi artinya apabila jumlah pakan yang
diberikan seminimal mungkin (Djajasewaka, 1990 dalam Subandiyah et al.,
2003). Semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut
untuk menunjang pertumbuhan ikan, sebaliknya semakin besar konversi pakan
menunjukkan pakan yang diberikan tidak efektif memicu pertumbuhan (Fujaya,
2004).
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
15
2.10. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan merupakan jumlah pakan yang masuk dalam sistem
pencernaan ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuh dan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Listyawati et al., 2005). Pakan yang diberikan
pada ikan harus mempunyai rasio energi protein tertentu yang dapat menyediakan
energi non protein dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga protein digunakan
sebagian besar untuk pertumbuhan. Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan
baik untuk menghasilkan energi maupun pertumbuhan. Rendahnya efisiensi pakan
menyebabkan ikan merombak beberapa jaringan tubuh, untuk mencukupi
kebutuhan energi, untuk memelihara kondisi tubuh dan mempertahankan fungsi
jaringan tubuh lain yang lebih vital, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi
terhambat dan dalam kondisi parah dapat menyebabkan kematian (Karya, 1994
dalam Sutrisno, 2008).
2.11. Laju Pertumbuhan Spesifik (Specifik Growth Rate / SGR)
Laju pertumbuhan berhubungan dengan ketepatan antara jumlah pakan
yang diberikan dengan kapasitas lambung dan kecepatan pengosongan lambung
atau sesuai dengan waktu ikan membutuhkan pakan perlu diperhatikan karena
pada saat itu ikan sudah dalam kondisi lapar (Sunarno, 1991 dalam Sari et al.,
2009).
Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan
perkembangbiakan (Mudjiman, 2004). Pertumbuhan merupakan salah satu faktor
yang menentukan dalam keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya perikanan
khususnya dalam mencapai target produksi, dan dalam hal ini pemberian pakan
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
16
sangat perlu diperhatikan (Yurisman et al., 2010). Terjadinya pertumbuhan ikan
disebabkan oleh terjadinya perubahan jaringan akibat pembelahan sel sehingga
menjadi daging dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan, faktor-faktor
tersebut adalah faktor yang dapat menyebabkan stres, meningkatkan aktivitas
fisik, atau menurunkan laju pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut antara lain
tingkat kepadatan ikan, kandungan oksigen, penumpukan feses dan sisa pakan,
penanganan yang kurang baik, dan penggunaan pakan yang berkualitas rendah
(Afrianto dan Liviawaty, 2005).
2.12. Sintasan
Selain untuk pertumbuhan, energi dalam pakan juga digunakan untuk
kelangsungan hidup ikan. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat
berperan dalam mempertahankan kelangsungan dan mempercepat pertumbuhan
ikan (Arief et al., 2011). Kecenderungan dengan meningkatnya kandungan protein
dalam makanan juga akan memberikan penambahan tingkat kelangsungan hidup
ikan (Yuliarti, 1985 dalam Yurisman et al., 2010). Sintasan atau kelulushidupan
ikan dipengaruhi oleh faktor biotik antara lain persaingan, parasit, umur, predator,
kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotiknya yaitu sifat fisika
dan kimia dalam perairan (Effendie, 1977 dalam Madinawati et al., 2011).
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
17
2.13. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan.
Seperti pemeliharaan ikan hias pada umumnya, kualitas air yang digunakan dalam
pemeliharaan ikan cupang harus disesuaikan dengan syarat hidupnya sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya akan berjalan secara optimal.
2.13.1. Suhu
Proses metabolisme di perairan, salah satunya dipengaruhi oleh suhu.
Setiap jenis ikan membutuhkan suhu yang optimal untuk pertumbuhannya.
Kisaran suhu air yang ideal untuk pemeliharaan ikan cupang agar
mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal berkisar antara
24-30 ºC (Sunari, 2008).
2.13.2. pH
Hubungan pH dengan kehidupan ikan sangat erat. Titik kematian ikan
biasanya terjadi pada pH 4 atau asam dan pH 11 atau basa. Dihabitat asalnya,
ikan cupang sangat cocok berkembang dengan kondisi air yang memiliki pH
sebesar 6.5 – 7.5 (Atmadjaja dan Sitanggang, 2008). Apabiila derajat
keasaman air yang akan digunakan dalam pemeliharaan ikan cupang memiliki
pH diatas normal, para pehobi dan pembudidaya menggunakan daun ketapang
untuk mencapai pH ideal. Ketidakidealan pH air yang dipakai untuk budidaya
ikan cupang akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Indikasi awal yang dapat dijadikan pedoman berkaitan
dengan ketidakidealan pH air dapat dilihat dari tingkah laku ikan cupang
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
18
diantaranya yaitu tidak memiliki nafsu makan, cara berenangnya tidak stabil,
dan pertumbuhannya menjadi terhambat.
2.13.3. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan unsur terpenting dalam kehidupan organisme.
Keberadaan oksigen ada di udara maupun terlarut dalam air. Selama ini, ikan
cupang dikenal memiliki daya tahan yang baik terhadap rendahnya oksigen
terlarut dalam air. Hal ini dimungkinkan karena ikan cupang termasuk ikan
labirin, yaitu mampu mengambil oksigen langsung dari udara, dan kandungan
oksigen terlarut yang baik untuk pemeliharaan ikan cupang yaitu di atas 5
mg/L (Arman, 2001). Kandungan oksigen terlarut yang terlampau rendah
dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, sirip tidak berkembang
sempurna, dan bentuk tubuh serta warnanya kusam sehingga kurang menarik
perhatian.
Pengaruh Pemberian Pakan..., Dwi Septiani, FKIP UMP, 2013
top related