bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi...
Post on 01-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi berasal dari bahasa inggris yang memiliki asal usul kata dari
bahasa latin yaitu, communis, yang artinya “sama” atau “membuat sama”
(Mulyana, 2008:46).Salah satu cabang dari ilmu komunikasi adalah komunikasi
massa. Dimana komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama
antara media massa dan khalayaknya atau suatu proses dimana komunikator
menggunakan media untuk menyebar luaskan pesan-pesan secara luas dan terus
menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi
khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai cara.
Wilburn Schramm menyatakan “komunikasi massa mendecode
lingkungan sekitar kita, mengawasi kemungkinan bahaya, mengawasi terjadinya
persetujuan dan juga efek dari hiburan” (Wiryanto, 2000:10). Sedangkan menurut
Bittner “komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. Batasan komunikasi massa ini lebih
menitik beratkan pada komponen-komponen dari komunikasi massa yang
mencakup pesan-pesan, dan media massa (seperti koran, majalah, tv, radio, dan
film) serta khalayak (Riswandi, 2009:103).
2.1.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa
Terdapat beberapa ciri dari komunikasi massa yang ditegaskan oleh
(Nurudin, 2007:19-31) yaitu:
9
1. Komunikator dalam Media Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja sama
satu sama lain dalam sebuah lembaga.
2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat beragam seperti beragam
status sosial ekonomi, agama dan kepercayaan yang berbeda maupun
jenjang pendidikan yang berbeda.
3. Pesannya Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau satu kelompok masyarakat tertentu melainkan bersifat umum yang
dapat diterima oleh khalayak yang beragam.
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah.
Pesan yang disampaikan hanya sampai kepada komunikan tidak sampai
berlangsung dua arah karena sifatnya tertunda.
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Keserempakan berarti komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan
secara bersamaan.
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menmyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis
yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik ataupun bantuan
alat yang lainnya.
10
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambahkan atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang
disebarkan lebih mudah dipahami.
2.1.2 Komponen Komunikasi Massa
1. Komunikator Massa
Jantung komunikasi massa adalah orang-orang yang memproduksi pesan
yang disampaikan melalui media massa. Orang-orang yang mencakup jurnalis,
penulis naskah film, penyiar televisi, disc jockey radio, praktek public relation dan
orang-orang periklanan seperti copywriter. Komunikator massa berbeda dengan
komunikator lain karena mereka tidak merlihat audiennya.
1. Pesan Massa
Item berita adalah pesan massa seperti film, novel, lagu rekaman dan iklan
billboard. Pesan adalah bentuk paling nyata dari hubungan kita dengan media
massa. Khalayak memerhatikan media karena ingin mendapatkan pesannya serta
tidak mendengarkan radio untuk memahami teknologi radio melainkan
mendengarkan radio untuk mendengar musik.
2 Media Massa
Media massa adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama
adalah buku, majalah, koran, radio, rekaman, film dan web. Kebanyakan ahli teori
menganggap media sebagai wahana yang netral dalam memuat pesan. Orang-
orang yang pakar dalam media juga mencakup teknisi yang bekerja demi
beroprasinya mesin cetak, yang menjaga peralatan siaran TV tetap terjaga.
11
3 Audien Massa
Jumlah dan diversitas audien massa menambah kompleksitas komunikasi
massa. Komunikator massa tahu bahwa pesannya telah diterima melalui cara-cara
tak langsung. Komunikator massa tidak pernah tahu seberap besarnya audien,
apalagi efek dari pesannya. Audien massa selalu berubah-ubah. Tantangan dalam
melakukan komunikasi ke audien massa bahkan lebih kompleks karena orang
berubah-ubah dalam memberi perhatian sepanjang waktu mereka dan ketika
mereka sedang memerhatikan, perhatian tersebut bervariasi tingkat intensitasnya
(Vivian, 2008:450-455).
2.1.3 Fungsi Media Sebagai Sarana Komunikasi Massa
Terdapat 3 fungsi utama media sebagai sarana komunikasi massa. Fungsi-
fungsi ini merupakan pendapat dari seorang ahli komunikasi yaitu Dr. Harold D.
Laswell yang dituliskan (Darmawanto, 2007:32-33). sebagai berikut:
1. The surveillance of the environment, artinya media massa memiliki fungsi
sebagai pengawat lingkungan. Disini media massa selalu mengamati
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat yang tidak dijangkau dan
diluar pandangan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga media meringkas
kejadian-kejadian tersebut menjadi sebuah rangkaian informasi yang
kemudian disampaikan kepada masyarakat lain.
2. The corellation of the parts of society in responding to the evironment,
artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan
interpretasi dari informasi. Dalam hal ini media massa melakukan
12
penyaringan atas kejadian-kejadian di lingkungan masyarakat yang layak
untuk disiarkan dan disampaikan kepada masyarakat luas.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next,
artinya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai danwarisan
sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Fungsi media
massa ini di maksudkan untuk memberikan pendidikan mengenai nilai sosial
budaya beserta peninggalan-peninggalan yang diwariskan untuk tetap dijaga
dan dilestarikan.
Disamping ketiga fungsi utama tesebut, media massa juga memiliki fungsi
yang sangat penting sebagai hiburan. Fungsi ini merupakan fungsi yang tidak
kalah penting dari ketiga fungsi diatas. Jika fungsi ini hilang, maka media tidak
dapat menjalankan fungsinya sebagai media massa, karena fungsi-fungsi tersebut
saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
2.2 Pesan
Pesan merupakan titik sentral dalam proses komunikasi. Cangara
(2007:24) menegaskan bahwa pesan merupakan sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima, penyampaiannya bisa melalui tatap muka maupun
media komunikasi. Pesan selalu ada dimana saja dan dalam bentuk apa saja
karena setiap hal yang dilakukan manusia akan menciptakan pesan.Sebagai misal
dalam kajian komunikasi massa, bagi perusahaan media berita, informasi
merupakan produk pokok. Publikasi berita dan informasi yang dijalankan oleh
media massa berdasarkan segmentasi media, jenis media, sasaran pembaca,
hingga wilayah sebaran distribusi media. Formulasi berita pun menjadi
13
pertimbangan lain, menyangkut orang-orang atau perusahaan hebat, kedekatan
geografis, mengandung hiburan, kelanjutan peristiwa sebelumnya, atau sekedar
menyampaikan peristiwa keseharian.
Terdapat dua macam pesan yaitu pesan verbal dan non verbal sebagai
berikut:
1. Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan sata kata atau
lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari masuk dalam
kategori pesanverbal yang disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan
secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Mulyana,
2008:260).
2. Pesan non verbal adalah sebuah isyarat bukan kata-kata. Munurut Larry
A. Samovar dan Richard E. Porter, “komunikasi non verbal mencangkup
semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan
secara individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima” (Mulyana 2008:343).
2.3 Pengertian Film
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual. Film berfungsi
menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat
tertentu.Pesan dalam film dapat berbentuk apa saja tergantung misi dari film
tersebut. Menurut (Biagi, 2010:171) “film sebagai bentuk utama hiburan dalam
bentuk visual yang dibangun dari mimpi, karena mempunyai sifat yang imajinatif
14
serta kreatif”. Saat ini film dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu fiksi dan non
fiksi.
2.3.1 Perkembangan Film
Film mempunyai sejarah panjang untuk bisa berkembang sebagai media
populer saat ini. Film tumbuh dewasa dari hasil perkembangan prinsip-prinsip
fotografi serta proyektor film yang dapat menampilkan film pada layar lebar. Film
yang dibuat oleh pesulap asal Francis Georges Melies menjadi pemicu lahirnya
film bisu Amerika pertama yang berjudul The Great Train Robbery karya Edwin
S. Poter yang sangat mempengaruhi perkembangan film pada masa itu. Film
tersebut bukan hanya menampilkan suatu tontonan visual sebagaimana film bisu
sebelumnya, namun film dengan masaputar 12 menit tersebut dianggap sebagai
film cerita pertama yang mempunyai teknik sangat baik dalam proses
pengambilan gambar maupun editingnya. Pada tahun 1915, dengan
ditampilkannya The Birth of a Nation karya D. W. Griffith gedung-gedung
bioskop kecil mulai bermunculan di berbagai tempat di Amerika hingga film
ditetapkan sebagai bentuk seni bagi para pemirsa yang berbudaya. Antara tahun
1915-1920an, mulai dibangun istana-istana film megah di berbagai tempat di
Amerika dan Eropa, serta diiringi dengan pembuatan ratusan film hollywood
dalam setahun hanya untuk memuaskan permintaan para penggemar film yang
semakin meningkat. Film pada saat itu telah menjadi obat dalam melawan
kebosanan, akibatnya medium film menjadi kekuatan terbesar dalam
perkembangan budaya pop. Disekitar tahun 1928-1929 transisi film bisu ke film
bersuara mulai di tampilkan, film berjudul The Jazz Singer tahun 1927 menjadi
15
tonggak awal perkembangan film di dunia yang tak kunjung surut popularitasnya
hingga saat ini. Pada awal tahun 1930-an film gangster, musik dan seks mulai
mendominasi layar kaca yang baru, sehingga memunculkan banyak perdebatan
dari para ahli yang beranggapan bahwa kekuatan serta kemampuan film sebagai
refleksi dari realitas memberikan dampak sangat kuat terhadap pemirsa (Danesi,
2010:136-140). Seiring dengan perkembangannya zaman, film mulai mempunyai
keterkaitan dalam berbeagai bidang seperti politik, ekonomi dan sosial.
2.3.2 Unsur-Unsur Pembentukan Film
Menurut partista (2008:1) film akan bersinggungan dengan unsur-unsur
pembentukan film, sehingga untuk memahami sebuah film tidak lepas dari unsur-
unsur pembentukan film, antara lain:
1. Unsur Naratif
Unsur naratif adalah bahan atau materi yang akan diolah. Dalam film cerita,
unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Setiap cerita tidak
mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur
seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen
tersebut membentuk sebuah jalinan peristiwa yang terikat oleh sebuah
aturan yaitu aspek sebab akibat. Aspek tersebut bersama unsur ruang dan
waktu adalah elemen-elemen pokok pembentukan naratif.
2. Unsur Sinematik
Unsur sinematik adalah cara atau gaya mengolah film. Unsur sinematik
terbagi dalam 4 elemen pokok, yaitu mise-en-scene, sinematografi, editing
16
dan suara. Masing-masing elemen tersebut saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara
utuh.
Sebuah film yang memiliki cerita atau tema kuat bisa menjadi tidak berarti
tanpa pencapaian naratif yang memadai. Keberhasilan seseorang dalam
memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut
terhadap aspek naratif dan aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur tersebut
apapun bentuknya pasti memiliki norma serta batasan yang bisa diukur. Jika
sebuah film dianggap buruk, bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun
karena penonton belum memahaminya secara utuh.
2.3.3 Kinerja Film
Pusat industri merupakan tempat produksinya berbagai film pada saat ini.
Film yang dipertunjukkan di layar lebar tidak begitu saja jadi, ada kinerja dari
orang yang banyak dibalik film tersebut. Terdapat beberapa bagian-bagian yang di
isi oleh orang untuk mengfatu jalannya proses pembuatan film, (Biagi, 2010:188-
189) menyatakan pekerja film dibagi dalam kategori-kategori sebagai berikut:
1. Penulis Skenario
Setiap awal pembuatan film terdapat sebuah ide cerita yang akan diangkat di
dalamnya. Ide cerita tersebut datang dari seorang penulis skenario.
2. Produser
Sebagai seorang pemimpin dalam memproduksi film, seorang produser juga
harus mengumpulkan sertamencari dana dalam mensukseskan proyek film
yang akan dibuat.
17
3. Sutradara
Mengatur semua tugas yang diperlukan untuk membangun dan
menerjemahkan pesan-pesan yang ada pada naskah kedalam sebuah film,
agar para penonton dapat memahamai isi dari film tersebut.
4. Aktor
Aktor mempunyai tugas yang sangat penting di dalam film karena tugas
utama seorang aktor adalah harus bisa menginterpretasikan pesan-pesan yang
ada di dalam naskah melalui aktingnya dengan beragam ekspresi. Akting
tersebut yang akan membantu para penonton untuk mempermudah dalam
memahami isi serta makna dari film.
5. Produksi
Orang-orang yang turut serta dalam pembuatan film, seperti DOP, editor film,
art, wardrobe, dsb.
6. Pemasaran dan Administrasi
Setelah film selesai dibuat, orang-orang dibagian pemasaran bertugas untuk
mempromosikan film kepada publik. Berbeda halnya dengan orang-orang
yang berada di bagian administrasi, orang-orang tersebut akan membantu
dalam menyimpan semua catatan yang diperlukan untuk membiayai gaji dan
pengeluaran karyawan, serta mendata dokumen yang terlibat dalam
perorganisasian bisnis.
2.3.4 Genre Film
Genre atau jenis film ada beraneka macam. Sebenarnya tidak ada maksud
tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak langsung dengan
18
hadirnya film-film dengan karakter tertentu memunculkan pengelompokan
tersebut. Menurut (Partista, 2008:10) istilah genre berasal dari bahasa perancis
yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Dalam film, genre dapat didefenisikan
sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau
pola yang sama seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, serta
karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre popular seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horor, roman dan sebagainya.
2.3.5 Film sebagai Media Komunikasi Massa
Media Massa sangat berperan aktif dalam proses komunikasi massa.
Kelebihan yang dimiliki media dalam menyampaikan pesan dengan serentak
dalam waktu yang bersamaan dapat mempermudah khalayak untuk lebih cepat
menerima informasi. Media massa yang termasuk dalam komunikasi massa disini
adalah media modern (Nurudin, 2007:04).
Denis McQuail menyebutkan dalam (Littlejohn dan Foss, 2009:407) ada
delapan metafora yang diciptakan untuk mengartikan aspek-aspek media.
1. Media merupakan jendela (windows) yang memungkinkan kita untuk melihat
lingkungan kita lebih jauh.
2. Penafsir (interpreters) yang membantuk kita memahami pengalaman.
3. Landasan (platform) atau pembawa yang menyampaikan informasi
4. Komunikasi interaktif (interacitve communication) yang meliputi opini
audiens.
5. Penanda (signposts) yang memberi kita instruksi atau petunjuk.
6. Penyaring (filters) yang membagi pengalaman dan fokus pada orang lain.
19
7. Cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita.
8. Penghalang (barriers) yang menutupi kebenaran.
Perkembangan teknologi yang semakin lama semakin kompleks dan
membuat film sebagai media yang mendapat perhatian dari banyak khalayak.
Munculnya film-film yang mengumbar seks dan kriminalitas inilah yang
kemudian melahirkan berbagai studi komunikasi massa. Kekuatan serta
kemampuan film yang dapat menjangkau seluruh segmen sosial membuat para
ahli berpendapat bahwa film mempunyai potensi untuk mempengaruhi khalayak
(Sobur, 2009:127).
2.4 Masalah Sosial
Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-usur kebudayaan
atau yang membahayakan kehidupan sosial atau bermasyarakat. Masalah sosial
menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan
bersifat merusak (Soekanto, 2010: 312).masalah sosial muncul karena
kepentingan sosial yang berbeda-beda dari setiap bentuk masyarakat (Soekanto,
2010:321). Dahrendorf (1959, 1968) menyatakan masyarakat secara informal
diikat oleh norma, nilai dan moral. Apapun keteraturan yang terdapat dalam
masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada
diatas (George Ritzer, 2014:148). Terdapat beberapa persoalanmasalah sosial
yang di jelaskan (Soekanto, 2010: 321) sebagai berikut:
20
a. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
b. Masalah Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena
anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai
peranan sosialnya.
c. Masalah Peperangan
Peperangan merupakan satu bentuk pertentangan dan juga suatu lembaga
kemasyarakatan. Peperangan merupakan bentuk pertentangan yang setiap kali
diakhiri dengan suatu akomodasi.
d. Masalah Birokrasi
Masalah birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang dimaksudkan tidak
mengerahkan tenaga dengan teratur dan terus-menerus untuk mencapai suatu
tujuan tertentu atau dengan kata lain, masalah birokrasi merupakan organisasi
yang tidak bersifat hierarkis, mengkordinasikan pekerjaan orang-orang tidak
untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas administratif.
e. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda dalam masyarakat modern tergolong dalam dua ciri-
ciri. Masalah tersebut antara lain dapat diurutkan sebagai berikut:
1. Timbulnya organisasi-organisasi pemuda (pemudi) yang tingkah lakunya
tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya.
21
2. Timbulnya usaha-usaha generasi muda yang bertujuan untuk
mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat yang disesuaikan
dengan nilai-nilai kaum muda.
f. Masalah lingkungan hidup
Masalah lingkungan hidup biasanya terjadi karena adanya pencemaran karena
dianggap merugikan atau menguntungkan masyarakat. Adanya sesuatu yang
buruk merubah sesuatu yang baik atau sebaliknya.
g. Masalah Pelanggaran norma-norma
Norma adalah ketentuan yang berlaku mengatur ringkah laku manusia yang
harus ditaati. Pada umumnya norma berlaku dalam suatu lingkungan
masyarakat tertentu atau dalam suatu wilayah negara tertentu seperti Norma
kesopanan, norma agama, norma hukum dan norma susila. Namun demikian
terdapat beberapa bentuk dalam masing-masing norma tersebut yang bersifat
umum dan berlaku disemua wilayah seperti larangan mencuri, membunuh
menganiaya, memperkosa dan lain-lain. Berikut pembagian beberapa bentuk-
bentuk pelanggaran norma-norma yang berlaku secara umum:
1. Masalah Kejahatan
Tindakan yang bersifat tidak susila, merugikan dan menimbulkan begitu
banyak ketidak tenangan dalam suatu masyarakat tertentu seperti
pemerasan yaitu perilaku menguntungkan diri dengan memberi ancaman
kepada orang lain seperti membocorkan rahasia agar mendapatkan
sesuatu yang diinginkannya.
Pencurian yaitu perilaku menyimpang mengambil milik orang lain
secara tidak sah atau tanpa ijin dari pemiliknya.
22
2. Masalah Kedisiplinan
Masalah kedisiplinan adalah perilaku yang tidak taat dan patuh terhadap
nilai-nilai yang sudah di tetapkan didalam suatu kelompok yang harus
dipatuhi seperti perilaku yang tidak disiplin seperti menyuap yaitu
tindakan memberi uang, barang atau bentuk lain untuk mengubah sikap
penerima atas kepentingan si pemberi dan melanggar tata tertib yang
sudah ditentukan dan sudah diyakini adanya.
2.5 Kritik Sosial
Kritik sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat
yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem
atau proses bermasyarakat.Kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru
dengan menilai suatu gagasan lama untuk suatu perubahan sosial.Dalam konteks
tersebut kritik sosial menjadi variabel penting dalam sistem sosial (Mas’oed,
1997:47). Kritik sosial memiliki bentuk penyampaian yang beragam-ragam
tergantung dari segmentasi pesan yang ingin disampaikan atau dengan katalain
kritik sosial sering disampaikan dengan berbagai macam tema dan pihak yang
dijadikan sasarannya. Salah satu contoh dari kritik sosial adalah dimana saat
seseorang menyindiratau menilai karena tidak menerima atas perilaku buruk yang
dilakukan seseorang.
2.5.1 Media Massa sebagai Sarana Kritik Sosial
Pada saat ini, media massa menjadi salah satu sarana tempat penyampaian
kritik sosial karena dianggap lebih menjanjikan dan media massa dianggap sangat
cepat dapat mempengaruhi opini masyarakat. Kritik sosial dalam media
23
massamemiliki tempat yang berbeda-beda dalam penempatannya. Sejak masa
pencerahan di Eropa, kritik sosial dituangkan dalam bentuk tulisan (sastra). Hal
ini dikarena kan sastra membantu gerakan kelas menengah sebagai alat untuk
memperoleh harga diri mereka serta mengungkapkan tuntutan-tuntutannya
melawan negara absolut dan masyarakat yang hierarkis. Pada masa romantik,
bentuk dari kritik sosial berpindah pada puisi karena puisi dianggap sebagai kritik
atas hidup, seni yang dianggap absolut dan tanggapan mendalam yang dapat
dipahami bagi kenyataan sosial tertentu(Mas’oed, 1997:49).
2.6 Gaya Bahasa Satire
Gaya bahasa satire adalah salah satu dari gaya beberapa gaya bahasa
kiasan. Menurut Keraf (2010:136) gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan
perbandingan atau persamaan. Gaya bahasa kiasan terdiri dari persamaan atau
simile, metafora, alegori, parabel dan fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet,
sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire,
innuendo, antifrasis, paronomasia. Satire adalah ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire
mengandung kritik terhadap kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar
diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.
Satire kerap digunakan untuk tulisan yang bertema serius, tetapi harus
diketahui, satire adalah seni menulis yang diakui oleh para penulis komedi sebagai
teknik menulis humor yang paling terhormat, tersulit dan teranggun. Satire bukan
hanya sekedar tulisan humor yang bertujuan memberi tawa, melainkan untuk
memberikan prespektif pada masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Satire
24
menggunakan kendaraan humor terhadap masalah yang dihadapi publik, sehingga
dapat diperbaiki dan terjadi perubahan yang berarti dimasa depan. Satire bisa
tampak dalam berbagai wajah atau dalam bentuk naskah teater, lagu, puisi novel
dan sebagainya. Sebagai pendengar atau pembaca akan tertawa karena merasa
lucu atau bahkan tidak tertawa karena tertampar telak. Itulah efek yang
ditimbulkan dari gaya bahasa satire (Sembogo, 2010:42).
2.7 Definisi Konseptual
Konsep secara umum dapat didefinisikan sebagai abstraksi atau
representasi dari suatu objek atau gejala sosial. Konsep menempati posisi yang
sangat penting dalam penelitian ilmu sosial, termasuk didalam analisis isi
kuantitatif (Eriyanto, 2011:175). Adapun yang menjadi objek dari konsep
penelitian ini adalah Pesan Kritik sosial didalam film.
a. Pesan Kritik Sosial: Sebuah pesan yang dikemukakan baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan yang berkenaan dengan penilaian atau tanggapan terhadap
masalah sosial, manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas dan
ketidak adilan sosial.
b. Film: Media komunikasi yang bersifat audio visual.
2.8 Definisi Operasional
a. Pesan Kritik Sosial
Pesan kritik sosial dalam penelitian ini yang menyangkut pelangaran
norma, masalah kemiskinan dan disorganisasi keluarga yang diukur dengan
indikator sebagai berikut:
25
Kategori Indikator
Pelanggaran Norma - Kejahatan
- Kedisiplinan
Masalah Kemiskinan - Ekonomi
- Pengetahuan
Disorganisasi Keluarga - Perceraian
b. Film Warkop Dki Reborn Jangkrik Boss! Part1
top related