bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian
Post on 23-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
1. Transportasi
a. Menurut Abbas Salim (1993:8), dalam pemanfaatan transportasi ada
tiga moda yang dapat digunakan dimana tiap moda transportasi
mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain, yaitu :
1) Pengangkutan melalui laut ( sea transportation )
2) Pengangkutan melalui darat ( kereta api, bus, truk )
3) Pengangkutan melalui udara
b. Untuk pengelolaan transportasi, banyak faktor ekstern yang bisa
mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan, antara lain :
1) UU/PP ( Undang-undang / Peraturan Pemerintah)
Undang-undang atau kebijaksanaan pemerintah merupakan faktor
yang dominan mempengaruhi terhadap pengelolaan usaha
transportasi.
Contoh : Undang-undang Lalu lintas di jalan raya, peraturan yang
menyangkut dengan penerbangan dan pengangkutan di
laut (SOLAS)
2) Kebijaksanaan atau Pengaturan Pihak Pemerintah Pusat dan Daerah
Kebijaksanaan Pemerintah yang ikut mempengaruhi atas usaha
transportasi adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
mengenai pengadaan bis untuk umum (ada merk jenis-jenis tertentu
yang ditentukan oleh pemerintah yang bisa dipakai untuk umum)
selain itu ada Undang-undang yang mengatur mengenai transportasi.
3) Pengaruh pemakai jasa (demand)
Perusahaan angkutan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat akan jasa-jasa angkutan, agar memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya kepada pengguna jasa. Bagi pemakai jasa yang
8
diutamakan dalam soal pengangkutan ialah aman, teratur, tertib,
memuaskan, cepat, serta menyenangkan.
2. Transportasi Laut
a. Transportasi Laut sebagai salah satu moda transportasi memiliki
beberapa keuntungan. Menurut Rustian Kamaluddin (2003:20),
keuntungan pemakaian pengangkutan kapal dibandingkan dengan
transportasi lainnya terutama untuk angkutan jarak jauh adalah karena
hal-hal berikut :
1) Volume dari barang yang mampu diangkut (dengan kapal) adalah
relatif jauh lebih besar
2) Tractive effort (tenaga untuk menggerakkan) yang dibutuhkan untuk
benda yang bergerak di atas air adalah lebih sedikit dibandingkan
dengan benda yang bergerak diatas roda (jalan), sehingga biaya
eksploitasinya relatif lebih kecil
3) Untuk pemakaian laut atau sungai sebagai jalannya biasanya tidak
dipungut biaya pemakaian jalan kepada perusahaan angkutan yang
menggunakannya
b. Menurut M. Suwiyadi HR (1999:16), penggunaan alat transportasi
melalui angkutan laut perlu dikembangkan karena dilihat dari segi
tarifnya adalah relatif rendah yang disebabkan karena hal-hal sebagai
berikut :
1) Atractive effort (usaha atau daya tarik) yang dibutuhkan untuk
menggerakkan benda yang berada di atas air adalah relatif lebih kecil
sehingga ongkos bahan bakar dan tenaga penggeraknya pun adalah
kecil pula
2) Pada umumnya tidak ada biaya-biaya pemeliharaan serta biaya
pembuatan jalan melalui air sehingga tidak menjadi beban bagi
usaha pengangkutan melalui air
c. Dalam perkembangan prasarana angkutan laut, ada bermacam-macam
fasilitas dan sarana yang digunakan :
9
1) Alat transportasinya berupa kapal dan perahu
2) Terminal dengan fasilitas yaitu : pelabuhan, dermaga, fasilitas dok,
dan alat bongkar muat
3) Jalan airnya seperti sungai, danau, dan laut
4) Tenaga pengeraknya yaitu berupa perahu layar, kapal api/uap, dan
kapal motor.
3. Pengertian Pelaksanaan
Menurut penelitian yang dilakukan Asisten wakil rektor senior
akademik bidang operasional pendidikan dan pengendalian mutu (2004),
dengan judul penjelasan “satu siklus” pelaksanaan menyeluruh sistim
penjaminan mutu pendidikan tinggi UGM, Pelaksanaan yang berarti telah
memiliki organisasi dan prosedur pelaksanaan pada tingkat uiversitas
fakultas jurusan atau bagian dan program study, termasuk di dalamnya
adalah sumber daya manusia untuk melaksanakan.
Menurut sumber internet dari wikipedia.com, proses adalah urutan
pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain,
mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya,
yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh
perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di
bawah pengaruhnya
Menurut Komarudin (1994:3), pelaksanaan adalah sistim
pembentukan jaringan yang dengan istimewa diciptakan untuk membantu
pimpinan dalam pengawasan biaya yang dibutuhkan untuk program,
jumlah keperluan, dan waktu.
Berdasarkan definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
pelaksanaan adalah perbuatan melaksanakan suatu pekerjaan atau tindakan
yang sudah direncanakan atau keputusan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan kata lain pelaksanaan merupakan
prosedur atau langkah kerja yang akan dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dalam mencapai manfaat bersama.
10
4. Pengertian Pemuatan
Menurut Martopo dan Soegiyanto (2004:7), stowage atau Penataan
muatan merupakan suatu istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu suatu
pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas
kapal sedemikian rupa agar terwujud prinsip - prinsip pemuatan yang baik.
Untuk itu para perwira kapal dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
memadai baik secara teori maupun praktek tentang jenis-jenis muatan,
perencanaan pemuatan, sifat dan kualitas barang yang akan dimuat,
perawatan muatan, penggunaan alat-alat pemuatan, dan ketentuan-
ketentuan lain yang menyangkut masalah keselamatan kapal dan muatan.
5. Pengertian Urea Prill
Menurut Martopo dan Soegiyanto (2004:7), jenis-jenis muatan ditinjau
dari cara pemuatannya :
a. Muatan curah (bulk cargo), misalnya beras, jagung, gandum, garam,
dan lainnya.
b. Muatan campuran (general cargo), misalnya kopi teh, sawn timber, roll
kabel, plat besi, dan lainya.
c. Muatan dingin (refrigerated cargo), misalnya daging, buah-buahan,
sayuran, dan lainnya.
d. Muatan hasil minyak baik cair maupun gas, misalnya minyak mentah,
minyak tanah, LNG, dan lainnya.
e. Muatan container (LASH=Lighter Aboard Ship)
Menurut Istopo (1999:233), muatan curah atau bulk ialah muatan yang
dikapalkan tanpa kemasan. Jenis muatan seperti itu ialah antara lain: bijih
besi (iron ore), biji tembaga, bouxite, batu bara, dan lain-lain. Yang
termasuk bahan makanan antara lain : grain termasuk biji gandum, kacang
kedelai, jagung, dan lain-lain.
Menurut Sutiyar, dkk (1994:17), Bulk cargo adalah muatan terlepas
(muatan yang dimuat tak terbungkus, seperti biji-bijian, gandum, batu
arang, cement clinker, batu bara, pupuk dan sebagainya.
11
Menurut BC Code (2001:4), Solid bulk cargo is any material, other
than liquid or gas, consisting of a combination of particles , granules or
any large pieces of material, generally uniform in composition, which is
loaded directly into the cargo spaces of a ship without any intermediate
form containment.
Terjemahan bebas, muatan curah padat adalah muatan selain cairan atau
gas, terdiri dari gabungan partikel-partikel, butiran-butiran atau suatu jenis
bahan, umumnya seragam dalam komposisinya yang dimuat langsung ke
dalam ruang palka di kapal tanpa adanya bentuk kemasan atau
pembungkus.
Urea disebut juga pupuk nitrogen (N), adalah pupuk kimia yang
mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Pupuk urea mengandung unsur
Nitrogen sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung
46 kg Nitrogen. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat
diperlukan tanaman. Urea dibuat dari reaksi antara amoniak dengan karbon
dioksida dalam suatu proses kimia menjadi urea padat dalam bentuk prill
(ukuran 1-3 mm) atau granul (ukuran 2-4 mm). Urea prill paling banyak
digunakan untuk segmen tanaman pangan dan industri, sedangkan urea
granul lebih cocok untuk segmen perkebunan, meskipun dapat juga untuk
tanaman pangan.
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus
kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan
sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya
disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Khusus urea bersubsidi
dengan merek Pupuk Indonesia, produk urea berwarna pink.
Urea Prill Daun Buah adalah merek yang digunakan untuk pupuk Urea
Prill Non Subsidi produksi Pupuk Kaltim, berwarna putih dengan ukuran
butiran 1 -2 mm. Untuk pelayaran panjang beratnya akan hilang sekitar 5%
atau lebih. Ini disebabkan oleh penguapan. Dari inilah maka muatan kering
yang mudah terpengaruh oleh uapnya tidak boleh ditata berdekatan dengan
urea prill, juga tidak boleh ditata dekat barang yang basah atau lembab.
12
Setelah pembongkaran urea prill yang tercecer harus segera dibersihkan
karena dapat menimbulkan karatan. Menurut BC Code (2001:128), urea
prill memiliki stowage faktor 0,81 sampai 1.12 m3/T, berwarna putih,
moisture variable 5.5%.
6. Pengertian Kapal Curah
Menurut Collision Regulation 1972, kata “kapal” meliputi semua jenis
pesawat air termasuk pesawat yang tidak memindahkan air dan pesawat-
pesawat terbang laut yang dipakai atau dapat dipakai sebagai alat
pengangkutan diatas air.
Menurut M. Suwiyadi HR (1999:14), bulk cargo carrier adalah kapal
yang dibangun khusus untuk mengangkut muatan curah yang dikapalkan
dalam jumlah banyak sekaligus.
Menurut sumber internet dari wikipedia.com, a bulk carrier, kargo
curah, atau bulker adalah kapal dagang yang dirancang khusus untuk
mengangkut unpackaged kargo curah, seperti biji-bijian, batu bara, bijih
besi, dan semen.
Menurut Sutiyar, dkk (1994:148), bulk cargo carrier adalah kapal yang
dibangun untuk mengngkut muatan jenis curah, gandum, biji-bijian, biji
besi, batu bara halus. Ruang palka polos tanpa tween deck. Muatan
langsung jatuh di atas plat tank top. Untuk membongkar muatan ke darat,
dipakai alat penyedot dengan kompresor angin yang kuat.
7. Pengertian Ruang Palka
Menurut Istopo (1999:67), menyiapkan ruang palka untuk muatan
general cargo, pada umumnya sama pelaksanaannya adalah sebagai
berikut :
a. Disapu bersih mulai dari atas ke bawah. Jadi tween deck lebih dulu baru
lower hold. Bekas papan-papan dunnage atau penyangga muatan
terdahulu, dikumpulkan jadi satu diikat di tempat yang sudah bersih.
Yang rusak atau dapat merusak muatan seperti yang berminyak harus
13
disingkirkan dari dalam palka. Terpal-terpal penutup atau pemisah atau
yang dipakai sebagai dunnage muatan yang terdahulu dicopot dan
disimpan dalam gudang atau tempat khusus. Untuk menjaga kotoran-
kotoran debu, maka sebelum disapu diciprati air dan dikerjakan dengan
hati-hati agar tidak sampai berlumpur. Paling baik kalau dipergunakan
serbuk gergaji.
b. Membuka tutup-tutup got, dan harus diperiksa oleh seorang mualim.
Saringan kemarau atau strumboxes dibersihkan dan dites pompa
lensanya dengan menggunakan kaleng berisi air. Berdasarkan
pengalaman maka seorang mualim dengan menggunakan telapak
tangannya yang ditempelkan di ujung pipa lensa itu atau dengan
menggunakan suara hisapan angin dalam pipa lensa, dapat menentukan
apakah pompa lensanya cukup baik daya hisapnya. Scupper di tween
deck harus dites. Sumbat-sumbatannya dicopot apabila muatan
sebelumnya adalah bulk cargo. Setelah itu papan penutup got dan
strumboxes dipasang kembali. Pipa-pipa dalam palka harus diperiksa.
Kelalaian dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang
mengejutkan.
c. Bagian-bagian yang disemen dalam got diperiksa.
d. Alat-alat kebakaran atau alat CO2 harus dites.
e. Papan-papan penutup palka di tween dek harus diperiksa kondisinya.
Terpal penutup palka diatas harus diperiksa, dan paling sedikit harus
ada dua lembar dalam keadaan baik.
f. Papan-papan penutup tangki dasar berganda (spareceiling) diperiksa
dan ditempatkan yang baik.
g. Pagar-pagar keamanan (guard rail), rantai atau talinya dan tiangnya
yang berada di tween dek dipasang semestinya. Kelalaian dalam hal ini
akan dapat menimbulkan masalah dengan persatuan buruh setempat dan
dapat mengakibatkan keterlambatan (delay).
h. Dunnage harus disusun sedemikian rupa sesuai kebutuhannya, siap
menerima muatan. Di beberapa pelabuhan ada kalanya dunnage
14
diletakkan di dalam palka dan pihak stewador setempat yang akan
mengaturnya sebelum pemuatan dimulai.
Dalam beberapa hal, maka pembersihan palka perlu dengan pencucian
air dek atau dicuci, jika muatan sebelumnya merupakan komoditi yang
mengandung zat-zat yang dapat merusak bagian kapal, seperti sirup gula,
garam, salpeter, pupuk, dan lainnya.
Menurut Istopo (1999:69), jika muatan sebelumnya baunya sukar
dihilangkan meskipun telah dicuci dengan air laut, kemudian dibilas
dengan air tawar, dan kemudian palkanya dibuka sesuai dengan prosedur
dan dikeringkan dengan aliran udara dari luar. Namun ternyata dengan
cara ini masih terdapat bau yang tajam. Terutama jika muatan berikutnya
adalah beras atau bahan makanan maka Cargo Surveyor akan menolak
kondisi palka tersebut.
Pengalaman menunjukkan bahwa jalan penyelesaiannya ialah pada tiap
palka dibakarkan biji kopi dalam kaleng, lalu palkanya ditutup. Kopi yang
dibakar ialah kopi yang kering. Kopi yang dibakar bau asapnya akan
menempel pada dinding palka kemudian meresap dan mengalahkan bau
yang tidak enak sebelumnya.
8. Pengertian Lime Coating
Proses lime coating merupakan bagian utama dalam pelaksanaan
pemuatan urea prill dalam bentuk curah. Karena proses ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara muatan urea prill curah
yang bersifat mudah mengkorosi dengan dinding palka yang terbuat dari
baja.
Menurut hasil wawancara dengan narasumber (Mualim I) tentang lime
coating, dikatakan bahwa :
“Lime coating is one of procedures before loading of urea prill in bulk.
For protect wall of cargo hold from urea prill characteristic. For make
lime coating we need : Lime powder, powder milk, sugar, drum, fresh
water. About 40 kg Lime powder mixed with a half of water. Mixing milk
15
powder about 40 kg, sugar 50 kg, and mixed until easy to sprayed in wall
of cargo hold with wilden pump”
Menurut terjemahan bebas, lime coating adalah salah satu prosedur
sebelum memuat urea prill curah. Untuk melindungi dinding-dinding palka
dari sifat urea prill. Untuk pembuatan lime coating kita perlu :
Bubuk gamping, susu bubuk, gula, drum, air tawar. Kira-kira 40 kg
Bubuk gamping dicampur dengan air kira-kira setengah drum. Campurkan
40 kg susu bubuk, dan 50 kg gula, aduk terus sampai kira-kira mudah
untuk disemprotkan ke dinding palka menggunakan wilden pump.
2.2 Prinsip Dasar Pemuatan
Menurut Martopo dan Soegiyanto (2004:7), stowage atau Penataan muatan
merupakan suatu istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu suatu pengetahuan
tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas kapal sedemikian
rupa agar terwujud 5 prinsip pemuatan yang baik. Untuk itu para perwira
kapal dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik secara teori
maupun praktek tentang jenis-jenis muatan, perencanaan pemuatan, sifat dan
kualitas barang yang akan dimuat, perawatan muatan, penggunaan alat-alat
pemuatan, dan ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut masalah
keselamatan kapal dan muatan. Adapun 5 prinsip pemuatan yang baik adalah:
1. Melindungi awak kapal dan buruh (Safety of crew and longshoreman)
Melindungi awak kapal dan buruh adalah suatu upaya agar mereka
selamat dalam melaksanakan kegiatan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Penggunaan alat-alat keselamatan kerja secara benar, misalnya sepatu
keselamatan, helm, kaos tangan dan pakaian kerja.
b. Memasang papan-papan peringatan.
c. Memperhatikan komando dari kepala kerja.
d. Tidak membiarkan buruh lalu lalang di daerah kerja.
e. Tidak membiarkan muatan terlalu lama menggantung di tali muat
karena bisa membahayakan sling wire dari crane itu sendiri.
16
f. Memeriksa peralatan bongkar muat sebelum digunakan sehingga dalam
keadaan baik dan siap pakai.
g. Tangga akomodasi (gang way) diberi jala – jala.
h. Memberi penerangan secara baik dan cukup saat bekerja di malam hari
i. Bekerja secara tertib dan teratur mengikuti perintah
j. Jika ada muatan di deck, dibuatkan jalan lalu lalang orang secara bebas
dan aman sehingga tidak mengganggu kegiatan harian orang kapal.
k. Semua muatan yang dapat bergerak dilashing dengan kuat.
l. Muatan di deck memiliki ketinggian yang tidak mengganggu
penglihatan saat bernavigasi.
m. Mengadakan tindakan berjaga-jaga secara baik.
n. Muatan berbahaya harus dimuat sesuai dengan aturan SOLAS.
2. Melindungi kapal (to protect the ship)
Melindungi kapal adalah suatu upaya agar kapal tetap selamat selama
kegiatan muat bongkar maupun dalam pelayaran, misalnya menjaga
stabilitas kapal, jangan memuat melebihi deck load capacity,
memperhatikan SWL (Safety Working Load) peralatan muat bongkar.
3. Melindungi muatan (to protect the cargo)
Dalam peraturan perundang-undangan internasional dinyatakan bahwa
perusahaan atau pihak kapal bertanggung jawab atas keselamatan dan
keutuhan muatan sejak muatan itu dimuat sampai muatan itu dibongkar.
Oleh karena itu pada waktu memuat, membongkar, dan selama dalam
pelayaran, muatan harus ditangani secara baik. Pada umumnya kerusakan
muatan disebabkan oleh :
a. Pengaruh dari muatan lain yang berada dalam satu ruang palka
b. Pengaruh air, misalnya terjadi kebocoran, keringat kapal, keringat
muatan, dan kelembaban udara dalam ruang palka
c. Gesekan antar muatan dengan badan kapal
d. Penanggasan (panas) yang ditimbulkan oleh muatan itu sendiri
e. Pencurian (pilferage)
f. Penanganan muatan yang tidak baik
17
4. Melakukan muat bongkar secara cepat dan sistematis (rapit and systematic
loading and discharging)
Agar pelaksanaan pemuatan dan pembongkaran dapat dilakukan secara
cepat dan sistematis, maka sebelum kapal tiba di pelabuhan pertama di
suatu negara, harus sudah tersedia rencana pemuatan dan pembongkaran
(stowage plan). Meskipun telah direncanakan secara baik dan
dilaksanakan dengan baik pula, namun masih sering terjadi adanya
kekeliruan-kekeliruan seperti timbulnya long hatch, over stowage
(pemblokiran), over carriage (muatan yang terbawa) dimana ini semua
harus dihindarkan.
5. Penggunaan ruang muat semaksimal mungkin.
Dalam melakukan pemuatan harus diusahakan agar semua ruang muat
dapat terisi penuh oleh muatan atau kapal dapat memuat sampai sarat
maksimum, sehingga dapat diperoleh uang tambang yang maksimal.
Namun demikian, karena bentuk packing muatan tertentu, sering muatan
tidak dapat memenuhi ruang muat, kemungkinan lain adalah cara
pemadatan yang kurang baik, sehingga banyak ruang muat yang tidak
terisi oleh muatan. Ruang muatan yang tidak terisi muatan disebut broken
stowage. Dalam prinsip pemuatan, broken stowage harus diusahakan
sekecil mungkin dengan cara :
a. Menggunakan muatan pengisi (filler cargo)
b. Melaksananakan perencanaan yang baik
c. Pengawasan pada waktu pelaksanaan pemuatan
d. Penggunaan terap muatan (dunnage) secara efisien
e. Persiapan ruang palka disesuaikan dengan bentuk muatan.
2.3 International Maritime Solid Bulk Cargoes (IMSBC) Code
1. Pengenalan IMSBC Code
Mulai Tahun 1960 , IMO mulai mengembangkan sebuah aturan
internasional yang direprentasikan dalam sebuah kode yang mengatur
praktik yang aman untuk mengatasi segala masalah dalam pengiriman
18
kargo curah , dan aturan tersebut menjadi Code For Safe Practice For
Solid Bulk Cargo (BC Code). Beberapa edisi telah diterbitkan sejak edisi
pertama pada tahun 1965. Pada tahun 2008 , SM code diubah namanya
menjadi International Maritime Solid Bulk Cargoes (IMSBC) Code , dan
akan diperbarui secara teratur. Pemilik kapal telah mampu menerapkan
Kode IMSBC secara suka rela sejak 1 Januari 2009 dan akan menjadi
wajib bagi semua kapal yang mengangkut kargo curah padat, tanpa masa
transisi, pada 1 Januari 2011 ketika amandemen Konvensi Internasional
untuk Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS) mulai berlaku. Semua kapal
yang mengangkut kargo curah padat secara umum dan berbahaya kargo
curah yang solid pada khususnya akan diminta untuk mematuhi kode
IMSBC baru. Port State Control dan Otoritas Pelabuhan yang dari
sejumlah negara perdagangan besar membutuhkan bukti kepatuhan dengan
kode IMSBC, yaitu bahwa dokumen kepatuhan untuk pengangkutan dari
kargo curah padat berbahaya dalam jumlah banyak harus tersedia di kapal.
IMSBC Code 2011 ini juga berisikan rujukan tertentu untuk memantau
dan mengukur gas-gas sehubungan dengan pengangkutan kargo batu bara.
Gas ini meliputi Monoksida Karbon (CO), Metana (CH4), Oksigen (O2).
Satu paragraf yang sama sekali baru tentang sesuatu yang terkait
dengan self unloaders telah ditambahkan dalam kode yang baru yang
diberi judul: Pengukuran di ruang-ruang kargo dan self unloading diatas
kapal-kapal pengangkut muatan curah (bulkcarriers) yang dilengkapi
dengan alat bongkar muat yang kargonya masuk kedalamnya dengan
beratnya sendiri atau gravity fed self-unloading bulk carriers.
Bahaya utama yang terkait dengan pengiriman kargo curah padat adalah
yang berkaitan dengan kerusakan struktural karena distribusi kargo yang
tidak benar, kehilangan atau pengurangan stabilitas selama pelayaran dan
reaksi kimia kargo. Oleh karena itu, tujuan utama IMSBC Code adalah
untuk memfasilitasi penyimpanan yang aman dan pengiriman kargo curah
padat dengan memberikan informasi tentang bahaya yang terkait dengan
pengiriman beberapa jenis kargo curah padat dan instruksi mengenai
19
prosedur yang akan diadopsi saat pengiriman kargo curah padat yang harus
dipertimbangkan. Untuk menyelaraskan praktik dan prosedur yang harus
diikuti dan tindakan pencegahan yang tepat untuk dilakukan dalam
pemuatan, pemangkasan, pengangkutan dan pelepasan muatan curah padat
saat diangkut melalui laut, dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan
wajib Konvensi SOLAS.
2. Klasifikasi Muatan Curah Padat
Setelah diverifikasi oleh divisi keselamatan kapal, kargo curah
diklasifikasikan menurut sifat dan karakternya menjadi beberapa dari
kelompok berikut:
a. Kelompok A : Muatan yang mungkin mencair, jika dikirim dengan
kadar air melebihi batas kelembaban yang dapat diangkut. Contoh :
Mineral Concentrate, Nickel Ore, Coal Slurry. Pencairan berarti kargo
menjadi cair di kapal. Kargo yang rentan terhadap pencairan
mengandung sejumlah uap air dan partikel kecil, meskipun mungkin
terlihat relatif kering dan terperinci saat dimuat. Pencairan dapat
menyebabkan pergeseran kargo dan kehilangan stabilitas kapal. Batas
Kelarutan Transportable (TML) adalah kadar air maksimum yang
dianggap aman untuk pengangkutan muatan. Isi kelembaban muatan
sebenarnya harus berada di bawah TML.
Gambar 2.3.1 : Mineral Concentrate
20
Gambar 2.3.2 : Nickel Ore
Gambar 2.3.3 : Kapal kehilangan stabilitas karena muatan mencair
b. Kelompok B: kargo yang memiliki bahaya kimiawi yang dapat
menimbulkan situasi berbahaya di kapal. Contoh : Coal, Direct
Reduced Iron, Iron Oxide, Sodium Nitrate. Batubara adalah bahan
alami padat dan mudah terbakar yang terdiri dari karbon amorf dan
hidrokarbon. Dikenal sebagai kargo Grup B karena sifatnya yang
mudah terbakar dan sifat selfheating, namun juga dapat digolongkan
sebagai Grup A karena dapat mencair jika didominasi 75% terdiri dari
partikel berukuran kurang dari 4mm Batubara dapat menciptakan
atmosfir yang mudah terbakar, panas secara spontan, menguras
konsentrasi oksigen dan struktur logam. Beberapa jenis batubara bisa
21
menghasilkan karbon monoksida atau metana. Resiko utama yang
terkait dengan kargo Grup B adalah kebakaran dan ledakan, pelepasan
gas beracun dan korosi.
Pupuk berbasis nitrat, amonium nitrat mendukung pembakaran.
Jika dipanaskan, terkontaminasi atau terkurung ketat, pupuk dapat
meledak atau membusuk untuk melepaskan asap dan gas beracun.
Gambar 2.3.4 : Urea Prill
Gambar 2.3.5 : Sodium Nitrate
22
Gambar 2.3.6 : Coal on Fire in The Cargo Hold
c. Kelompok C: muatan yang tidak dapat dicairkan (Grup A) atau tidak
memiliki bahaya kimiawi (Grup B) tetapi tetap membawa bahaya.
Contoh : Iron Ore Pellets, Cement Clinker, Limestone, Gypsum. Kargo
Grup C yang mempunyai resiko dan tindakan mitigasi bijih besi dan
kargo dengan densitas tinggi. Kargo ini bisa sangat padat dan dapat
menyebabkan over stress pada tangki. Stowage Plan yang dibuat oleh
Mualim I harus benar – benar dipatuhi oleh setiap perwira jaga untuk
memastikan berat kargo merata selama pemuatan dan selama pelayaran
sehingga tangki tidak terlalu berat. Memuat bijih besi harus
mempertimbangkan operasi ballasting kapal dan urutan pemuatan untuk
masing – masing palkanya. Silika debu mudah terhirup dan bisa
mengakibatkan penyakit pernafasan. Harus melakukan tindakan
pencegahan yang tepat untuk melindungi ruang mesin dan akomodasi
dari muatan partikel halus, dan untuk mencegah muatan masuk ke
sumur lambung kapal. Pekerja yang sedang melakukan kerja harian di
main deck harus memakai helm, kacamata, masker filter debu, sarung
tangan dan pakaian pelindung untuk memastikan keselamatan kerja dari
setiap awak kapal.
23
Gambar 2.3.7 : Iron Ore Pellets
Gambar 2.3.8 : Cement Clinker
Gambar 2.3.9 : The Damage Caused by an Explosion
top related