bab ii tinjauan pustaka a. definisi geospasialrepository.ump.ac.id/8832/3/raditya putri...
Post on 11-Aug-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Geospasial
Geospasial merupakan informasi yang dinyatakan bahwa data spatial
tentang lokasi geografis , dimensi, atau ukuran, dan/atau karakteristik obyek
alam dan/atau buatan manusia yang berada dibawah, pada, atau diatas
permukaan bumi menjadi unsur utama dalam penataan ruang yang
selanjutnya diolah menjadi informasi Geospasial sehingga dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian
dan penataan ruang (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial)
Informasi geo-spasial adalah basis data untuk pembangunan Sistem
Informasi Geografik (SIG) yang dalam pengembangannya keberadaan SIG
lebih bisa memberikan informasi eksisting maupun rencana pengembangan
dengan syarat data geospatialnya harus update secara berkala, dan keberadaan
SIG dapat diperoleh dengan mudah oleh para pejabat atau perencana sebagai
penggambil keputusan pada lingkungan tertentu. (Ispen,2010)
Informasi geospasial adalah data geospasial yang sudah diolah dan
berisi tentang objek yang dapat terlihat secara langsung, diukur dari
kenampakan fisik dimuka bumi, dan tidak berubah dalam waktu yang relatif
lama. Data geospatial berisi tentang lokasi geografis, dimensi/ukuran dan
5
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
6
karakteristik objek yang digunakan dalam perumusan kebijakan, pengambilan
keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang
kebumian. Dalam informasi geospasial merupakan informasi yang berharga
dan dapat digunakan untuk mengelola sumber daya alam, penyusunan
rencana tata ruang, dan perencanaan lokasi investasi, informasi geospasial
juga dapat digunakan untuk menentukan garis batas wilayah, pertanahan,
kepariwisataan, dan pertahanan keamanan. Informasi geospasial memiliki
tujuh lapisan informasi geospasial meliputi garis pantai, kontur batimetri,
sungai dan badan air, jalan, bangunan umum, penamaan rupabumi atau
toponimi,batas wilayah administrasi dan tutupan lahan (Bambang,2016)
B. Definisi Kota
Kota dari segi geografi diartikan sebagai suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dan diwarnai dengan srata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang
matrealistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan matrealistis dibandingkan daerah belakangnya (Bintarto, 1983)
Kota adalah suatu tempat pertemuan yang berkiblat keluar. Sebelum
kota menjadi tempat tinggal yang tetap, kota merupakan tempat perpindahan
orang-orang desa yang ulang-alik untuk bertemu secara teratur, sehingga kota
memiliki magnet yang semakin kuat tarikannya baik dari segi perekonomian
maupun keagamaan (Mumford dalam Daldjoeni, 1987). Kota adalah suatu
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
7
pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang
kegiatannya umum di sector sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja
kedalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan
pusatnya, yang pertumbuhannya sebagian besar disebabkan oleh tambahan
kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi
wilayah yang jauh jaraknya (Hofmeister dalam Daldjoeni, 1987)
Kota sebagai tempat bermukim penduduknya ; baginya yang penting
dengan sendirinya bukan rumah tinggal, jalan raya, rumah ibadat, kantor,
taman, kanal dan sebagainya, melainkan penghuni yang menciptakan
segalanya (Mayer dalam Daldjoeni, 1987). Kota adalah kumpulan orang-
orang yang berdomisili dalam jangka panjang lama maupun sementara.
Sebuah kota tidak akan nyaman jika orang-orangnya tidak menciptakan
kenyamanan bagi lingkungannya. Kota yang baik dan berkesan adalah kota-
kota dimana masyarakatnya memberikan kenyamanan berarti sebuah kota
adalah sekumpulan nilai-nilai yang dianut masyarakatnya (Budiharjo,1997).
Fungsi kota sebagai pusat pelayanan membawa konsekuensi areal
kota akan di penuhi oleh kegiatan-kegiatan komersial dan sosial, selain
kawasan perumahan dan permukiman. Pembangunan ruang kota bertujuan
berikut ini:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat berusaha dan tempat
tinggal, baik dalam kualitas maupun kuantitas,
2. memenuhi kebutuhan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman,
damai, tentram, dan sejahtera (Budiharjo, 1997)
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
8
C. Tata Ruang Wilayah Kota
Penataan detail tata ruang dan peraturan zonasi kabupaten atau kota
bahwa dalam Rencana detail tata ruang kabupaten/kota yang selanjutnya
disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 Pasal 1 ayat 2 dan
3 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dan Peraturan Zonasi).
Rencana detail tata ruang disusun untuk bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang merupakan kawasan perkotaan dan/atau kawasan
strategis kabupaten atau kawasan strategis kota. Rencana detail tata ruang
memuat penjelasan tentang tujuan penataan ruang bagian wilayah
perencanaan, rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan sub
bagian wilayah yang diprioritasnya penanganannya, ketentuan pemanfaatan
ruang dan peraturan zonasi.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan
fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang
memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar
tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan
penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Rencana Detail Tata Ruang
Kota dilaksanakan dalam rentang waktu 20 (dua puluh) tahun, atau sesuai
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
9
dengan masa berlaku Rencana Tata Ruang Wilayah, dan ditinjau kembali
setiap 5 (lima) tahun.
RDTR dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan
penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kabupaten.
RDTR juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada
kawasan fungsional, sebagai penjabaran “kegiatan” ke dalam wujud ruang,
dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsional dalam kawasan,
agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu. Rencana
Detail Tata Ruang Kota adalah rencana yang disusun dan ditetapkan
Pemerintah Daerah dengan prasyarat perencanaan sebagai berikut :
a. RDTR disusun menurut bagian wilayah kota yang telah ditetapkan fungsi
kawasannya dalam struktur ruang RTRW Kota.
b. RDTR dapat ditentukan menurut kawasan yang mempunyai nilai sebagai
kawasan yang perlu percepatan pembangunan, pengendalian
pembangunan, mitigasi bencana, dan lainya.
c. RDTR mempunyai wilayah perencanaan mencakup sebagian atau seluruh
kawasan tertentu yang terdiri dari beberapa unit lingkungan perencanaan,
yang telah terbangunan ataupun yang akan dibangun.
d. RDTR mempunyai skala perencanaan 1: 5000 atau lebih besar sesuai
dengan kebutuhan tingkat kerincian dan peruntukan perencanaannya.
e. RDTR merupakan salah satu pedoman pembangunan daerah yang
memiliki kekuatan hukum berupa Peraturan Daerah.
f. RDTR ini dilakukan dengan memeriksa kesesuaian semua rencana dan
ketentuan sektoral baik horizontal, vertikal, diagonal seperti Undang-
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
10
Undang, Peraturan Pemerintan, Keputusan Presiden, Keputusan Mentri,
Peraturan Daerah, Keputusan Gubernur, Keputusan Walikota atau
Keputusan Bupati, Surat Keterangan Bebas, Norma Standar Pedoman
Manual dan pedoman-pedoman yang menunjang termasuk produk pra
desain serta desain kegiatan sektoral tersebut.
g. RDTR merupakan pedoman berkekuatan hukum yang merupakan arahan
pembangunan daerah untuk :
1) Perijinan pemanfaatan ruang
2) Perijinan letak bangunan dan bukan bangunan,
3) Kapasitas dan intensitas bangunan dan bukan bangunan
4) Penyusunan zonasi
5) Pelaksanaan program pembangunan
Menetapkan dan mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang
Kota, perlu mempertimbangkan beberapa aspek kebutuhan pembangunan
daerah, baik untuk kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik dan
lingkungan. Oleh karena itu RDTR merupakan perwujudan “Kegiatan” yang
membentuk suatu kawasan kedalam ruang, yang terukur baik memenuhi
aspek ekonomi, sosial, budaya, keamanan, kenyamanan, keserasian dan
keterpaduan, serta berkesinambangan. Dengan memperhatikan keterkaitan
antar kegiatan, yaitu tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan
utama, kegiatan penunjang serta pelengkapnya dalam suatu kawasan. Kriteria
dan faktor perencanaan yang dapat dipertimbangkan dalam penyusunan
(Peraturan Daerah No.5 Tahun 2011 tantang Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota).
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
11
D. Teori Konsentris Burgess
Perkembangan perkotaan sebagai suatu proses perubahan keadaan
perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang
berbeda. Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu
yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan kota
dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah penduduk,
penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam
organisasi sosial (J.H.Goode dalam Daldjoeni,1996).
Perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona yang berada di
dalam wilayah perkotaan. Dalam konsep dijelaskan bahwa perkembangan
kota tersebut terlihat dari penggunaan lahan yang membentuk zona-zona
tertentu di dalam ruang perkotaaan. Sedangkan bentuk kota secara
keseluruhan mencerminkan posisinya secara geografis dan karakteristik
tempatnya. Branch juga mengemukakan contoh pola-pola perkembangan
kota pada medan datar dalam bentuk ilustrasi seperti :
a. topografi,
b. bangunan,
c. jalur transportasi,
d. ruang terbuka,
e. kepadatan bangunan,
f. iklim lokal,
g. vegetasi tutupan dan
h. kualitas estetika (Branch dalam Bintarto,1989),
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
12
Konsep perkembangan kota dalam Konsentris diartikan sebagai studi
hubungan spatial dan temporal dari manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan,
selektif, distributif dan akomodatif daripada lingkunag sehingga dikenal
dengan Human ecology (Mc.Kenzie dalam Yunus,2000). Mengadopsi teori
Darwin, dimana kompetisi menjadi hal utama, perebutan daya urban,
terutama tanah akan menuju kompetisi sosial dan lebih besar pengaruhnya
terhadap pembagian ruang kota ke dalam “natural areas”, dengan
karakteristik sosial yang akan menempati ruang yang sama akibat pertarungan
dalam mengembangkan kehidupan untuk mendapatkan tanah dan sumber
daya lain akan berujung pada diferensiasi spasial dari ruang kota menjadi
zona-zona yang sekaligus mencerminkan pola penggunaan lahan yang
berbeda (Yunus,2000)
Konsep Burgess menggunakan beberapa standar dalam penentuan
zona konsentris di kota Chicago, berikut ini :
a. Kota dibangun didaerah datar,
b. Sistem transportasi tidak rumit, murah, mudah dan cepat ke segala arah,
c. Nilai tanah tertinggi berada di pusat kota dan menurun semakin jauh dari
pusat kota,
d. Bangunan tua berada dekat pusat kota
e. Penduduk miskin harus tinggal di dekat pusat kota karena mereka tidak
mampu membayar biaya transportasi
f. Tidak terjadi konsentrasi industri berat (Yunus, 2000)
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
13
Persebaran pola perkembangan kota yang terbagi menjadi beberapa
zona menurut teori yang melandasi struktur tata ruang kota yakni Teori
Konsentris. DPK (Daerah Pusat Kegiatan) atau CBD adalah pusat kota yang
letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat
kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan
derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK(Daerah Pusat Kegiatan)
atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti
atau RBD (Kawasan Bisnis Retail) dengan kegiatan dominan pertokoan,
perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Distrik Bisnis
Grosir) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi
skala besar, seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpanan barang
supaya tahan lama (bangunan penyimpanan) (Daldjoeni, 1992;Yunus,2000 ).
Berdasarkan teori konsentris Burgess wilayah dibagi menjadi lima
zona sebagai berikut:
Sumber :Hadi Sabari Yunus dalam Struktur Tata Ruang Kota, 2000
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
14
Apabila lanscape suatu wilayah cenderung datar maka aksesbilitas
menunjukkan nilai sama ke segala penjuru dan persaingan bebas
mendapatkan ruang, maka penggunaan lahan sesuatu kota cenderung
berbentuk konsentris dan belapis mengelilingi titik pusat. Karakteristik
masing-masing zona diuraikan sebagai berikut :
a. Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
Daerah DPK atau CBD merupakan daerah yang fokus pada
kehidupan perdagangan, kemasyarakatan,perekonomian dan teknologi.
Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1. Bagian paling inti disebut RBD
(Kawasan Bisnis Ritel). 2. Bagian luarnya yakni WBD (Distrik Bisnis
grosir) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukan untuk kegiatan
ekonomi dalam jumlah yang besar seperti pasar, pergudangan, tempat
untuk menyimpan barang lainnya (bangunan penyimpanan).
b. Daerah Peralihan (DP)
Terdapat zona peralihan berupa kawasan perindustrian yang
diselingi oleh rumah-rumah pribadi yang kuno. Pada zona ini terdapat
peralihan bangunan rumah menjadi areal perkantoran dan pertokoan atau
menjadi kawasan perumahan berukuran sempit yang dimanfaatkan oleh
para imigran
c. Zona Perumahan para Pekerja yang Bebas (ZPPB)
Zona ZPPB merupakan zona bagi kawasan perumahan buruh yang
memiliki jumlah penduduk berasal dari zone peralihan diatas kaum
imigran. Kondisi permukimannya lebih baik dari zona kedua dengan
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
15
sebagian besar penduduknya memasuki kategori status menengah ke
bawah
d. Zona Permukiman yang lebih baik (ZPB)
Zona ZPB memiliki penduduk yang tergolong kelas menengah-
tinggi dengan perumahan yang memiliki jarak dan tidak berhimpitan.
Kondisi ekonomi umumnya stabil dengan demikian lingkungan
permukiman seperi fasilitas sarana dan prasarana terencana lebih baik pada
zona ini.
e. Zona penglaju (ZP)
Zona penglaju (ZP) yakni tempat tinggal bagi para penglaju
sebagai proses terjadinya desentralisasi permukiman akibat sekundair dari
aplikasi teknologi dibidang transportasi dan komunikasi. Kecenderungan
penduduk menurut dalam stuktur tata ruang kota disebut sebagai “ status
seekers” bahwa penduduk yang tinggal dizona penglaju umumnya
didorong oleh kondisi lingkungan daerah asal yang dianggap tidak nyaman
dan lebih tertarik pada kondisi lingkungan yang menjanjikan kenyamanan
hidup (Daldjoeni, 1992;Yunus,2000)
E. Penelitian Terdahulu
Perbandingan penelitian dengan penelitian sejenis yang pernah
dilaksanakan, dilakukan untuk membuktikan keaslian penelitian ini. Keaslian
penelitian dapat dilihat dari materi yang dibahas maupun metode yang
digunakan oleh penelitian terdahulu, dalam penelitian :
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
16
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Tujuan
Penelitian
Metode Hasil Penelitian
1 Moh.
Hasyim,
2003
Tinjauan
Yuridis
Terhadap
Pelaksanaan
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
Wilayah
Kabupaten/
Kota (Studi
Kasus Di
Yogyakarta
Untuk
mengetahui
kesesuaian
pelaksanaan
pengendalian
pemanfaatan
ruang wilayah
Kota
Yogyakarta
dengan
Peraturan
Yuridis No. 5
tahun 1988
tentang
Perizinan
Bangunan
Metode
Deskriptif-
analitis
dengan
analisis data
sekunder
Penerapan
pemanfaatan
penggunaan
ruang di wilayah
Kota Yogyakarta
menunjukkan
ketidak efektifan
pemanfaatan
ruang wilayah
yang disebabkan
kurangnya
pengawasan
khusus dan
kontrol yang
komprehensif.
2. Siti
Latifah,
2014
Perkembangan
Kota
Pinggiran
(Dampak Alih
Fungsi Lahan
Pertanian
menjadi
Perumahan
Elit)
Untuk
menganalisis
perkembangan
alih funsi lahan
di daerah
pinggiran
seperti fungsi
pusat
perdagangan,
perumahan dan
sarana
penunjang
perkembangan
kota.
Metode
Kualitatif
Deskriptif
dengan
menggunakan
teknik
wawancara
dan observasi
di Daerah
Gunung
Anyar
Tambak
Perkembangan
kota pinggiran di
daerah Gunung
Anyar Tambak
semakin
berkembang
dengan adanya
pembangunan
jalan,
penerangan
jalan, perumahan
elit dan pusat
study pelayaran
yang dibangun
secara bertahap.
Dengan adanya
perubahan
tersebut
menimbulkan
alih fungsi lahan
yang berdampak
pada persaingan
perekonomian
masyarakat
daerah Gunung
Anyar Tambak.
3. Bambang
Sriyanto
Dinamika
Sistem Kota-
Untuk
menganalisa
Metode
Deskriptif-
Dinamika sistem
kota-kota di
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
17
No Peneliti Judul Tujuan
Penelitian
Metode Hasil Penelitian
Eko,
2005
Kota dan
Pemilihan
Alternatif
Pusat
Pertumbuhan
Baru di
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
dinamika dan
variasi
perkembangan
system kota-
kota dan
karakter
kekotaan, guna
memilih atau
menentukan
alternative
pengembangan
pusat baru di
Propinsi DIY
analitis
dengan
analisis data
sekunder
Propinsi DIY
sepanjang tahun
1960-2002
memperlihatkan
gejala primacy
atau pemusatan
perkembangan
di Kota
Yogyakarta dan
sekitarnya
(Pinggiran).
4. Raditya
Putri
Kusuma
Wardani,
2018
Analisis Geo-
Spasial Tata
Ruang Kota
Purwokerto
dalam Konsep
Praktis Teori
Konsentris
Burgess
Untuk
menganalisis
kesesuaian
geospasial tata
Ruang Kota
Purwokerto
dalam konsep
praktis teori
konsentris
Burgess.
Metode
Matching
Deskriptif
dengan
analisis data
primer dan
data
sekunder.
-
Sumber : Moh Hasyim,2003; Siti ,2014; Bambang,2003; Raditya,2018.
F. Batasan Operasional
Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka dapat dibuat landasan
teori sebagai berikut :
1. Geospasial merupakan informasi yang dinyatakan bahwa data spatial
tentang lokasi geografis , dimensi, atau ukuran, dan/atau karakteristik
obyek alam dan/atau buatan manusia yang berada dibawah, pada, atau
diatas permukaan bumi menjadi unsur utama dalam penataan ruang yang
selanjutnya diolah menjadi informasi Geospasial sehingga dapat
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
18
digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan
keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian dan penataan ruang (UU Nomor 4 Tahun 2011).
2. Kota dari segi geografi diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan
diwarnai dengan srata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang
matrealistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan matrealistis dibandingkan daerah belakangnya
(Bintarto, 1983).
3. Tata Ruang Wilayah Kota merupakan Penataan detail tata ruang dan
peraturan zonasi kabupaten atau kota menyatakan bahwa dalam Rencana
detail tata ruang kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 Pasal 1 ayat 2 dan 3).
4. Konsep perkembangan kota dalam Konsentris diartikan sebagai studi
hubungan spatial dan temporal dari manusia yang dipengaruhi oleh
kekuatan, selektif, distributif dan akomodatif daripada lingkungan. Teori
Konsentris memiliki zona-zona terbagi dalam : 1) Zona DPK (Daerah
Pusat Kegiatan) atau CBD, 2) Daerah Peralihan (DP), 3) Zona
Perumahan yang Pekerja Bebas (ZPPB), 4) Zona Permukiman lebih baik
(ZPB), dan 5) Zona Penglaju (ZP) (Daldjoeni, 1992; Yunus,2000).
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
19
G. Kerangka Pikir
H. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis yang dapat di
rumuskan parameter utama yang dianalisis adalah evaluasi RDTR dengan tata
ruang Kota Purwokerto yang di matching dengan Teori Perkembangan Kota
dalam Teori Konsentris Burgess apabila > 50 % dinyatakan sesuai dengan
Konsep Praktis Teori Konsentris Burgess di Kota Purwokerto.
TATA RUANG
Teori Perkembangan
Kota Konsentris Burgess
Tata Ruang Kota
Purwokerto dalam
Praktis
Matching
Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten
Banyumas
Pola Tata Ruang Kota
Purwokerto
Kesesuaian Analisis Geospasial Kota
Purwokerto dalam Konsep Praktis Teori
Konsentris Burgess
Ploting
Persebaran
Fasilitas Kota
Analisis Geospasial Tata... Raditya Putri Kusuma Wardani, FKIP UMP, 2018
top related