bab ii tinjauan pustaka a. puskesmasrepository.poltekkes-tjk.ac.id/741/2/bab ii fix.pdf ·...
Post on 03-Aug-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki
derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat (Permenkes RI No. 75, 2014).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/ll/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, bahwa puskesmas adalah unit-unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPDT),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional
dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksanaan tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan Indonesia.
b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
6
c. Penanggung jawab penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuanya.
d. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau rukun warga).
Masing-masing puskesmas tersebut secara oprasional bertanggungjawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
2. Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki tugas melakukan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama
diwilayah kerjanya,
b. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama
diwilayah kerjanya (Permenkes RI No.75, 2014).
3. Persyaratan Puskesmas
Pendirian puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, lokasi
bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, kefarmasian dan laboratorium.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan wewenang untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI No. 75,
2014).
7
4. Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang meliputi:
a. Promotif (peningkatan kesehatan)
b. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
c. Pelayanan kuratif (pengobatan)
d. Preventif (upaya pencegahan) (Permenkes RI, 2014).
5. Upaya Kesehatan Puskesmas
Puskesmas penyelenggara upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan puskesmas harus
menyelenggarakan:
a. Manajemen puskesmas
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
d. Pelayanan laboratorium (Permenkes RI No.75, 2014).
6. Fasilitas Penunjang Puskesmas
a. Bidan desa
Pada setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan
maka ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan
bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.
b. Puskesmas pembantu
Merupakan unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi untuk
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan, yang dilakukan
puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
c. Puskesmas keliling
Merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang di lengkapi dengan
kendaraan bermotor roda empat dan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga dari puskesmas.
8
d. Puskesmas perawatan
Merupakan puskesmasyang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk
menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas
maupun rawat inap sementara.Puskesmas perawatan dapat disebut juga
puskesmas rawat inap (Permenkes RI, 2014).
7. Akreditasi Puskesmas
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, puskesmas wajib diakreditasi
secara berkala paling sedikit 3 tahun sekali. Akreditasi dilakukan oleh
lembaga independen penyelenggaraan akreditasi yang ditetapkan oleh menteri
bersifat mandiri dalam proses pelaksanaan, pengambilan keputusandan
penerbitan sertifikat status akreditasi dilaksanakan oleh komisis akreditasi
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh menteri
(Permenkes RI No. 75, 2014).
8. Profil Puskesmas Kecamatan Sukarame
a. Puskesmas Permata Sukarame
Puskesmas Permata Sukarame merupakan puskesmas jenis perawatan
(rawat inap) yang diresmikan pada tanggal 11 februari 2009, puskesmas ini
terletak di Jl. Pulau Sebesi No. 91 Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame
Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 489 Ha. Sejak tanggal 19
februari 2013 wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame
menjadi 2 wilayah kerja yang di tetapkan oleh Keputusan Walikota Bandar
Lampung No : 217/IV/41/HK/2013 yaitu Kelurahan Sukarame Baru dan
Kelurahan Korpri Jaya dengan jumlah 2.737 KK dan jumlah penduduk
10.709 jiwa.
Batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame adalah
sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Korpri Raya, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi, sebelah Barat berbatasan dengan
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame, sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Sababalau Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan.
Secara geografis Puskesmas Permata Sukarame mempunyai letak pada lokasi
yang strategis dengan berdomosili diluar wilayah kerja puskesmas itu sendiri
9
yaitu Kelurahan Sukarame dan untuk lokasi PuskesmasPembantu Permata
Biru terletak di Perumahan Permata Biru.
Puskesmas Permata Sukarame mempunyai sumber daya kesehatan yaitu
meliputi 3 Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 1 Kesehatan Masyarakat, 1 Perawat
Gigi, 13 Perawat, 14 Bidan, 1 Analis, dan Puskesmas Permata Sukarame
hanya memiliki 1 orang Apoteker tetapi tidak memiliki seorang Asisten
Apoteker.
b. Puskesmas Sukarame
Puskesmas Sukarame merupakan puskesmas jenis non perawatan (rawat
jalan) yang di bangun sejak tahun 1982 yang terletak di Jl. Endro Suratmin
No. 28 Sukarame Bandar Lampung. Puskesmas Sukarame, dahulu merupakan
Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Sukabumi. Pada tahun 1986 diangkat
ststusnya menjadi Puskesmas Induk yang mempunyai wilayah kerja 3
kelurahan yaitu Gunung Sulah, Way Halim Permai, dan Kelurahan Sukarame.
Pada tahun 2008, kelurahan Sukarame menjadi wilayah kerja dari Puskesmas
Permata Sukarame. Puskesmas Sukarame memawahi 3 Puskesmas Pembantu
yaitu Pustu Gunung Sulah, Pustu Way Halim Permai.
Pada tahun 2012, ada pemekaran wilayah kerja sehingga ke 3 Puskesmas
Pembantu tersebut diambil alih. Puskesmas Pembantu Gunung Sulah dan
Way Halim Permai diambil alih oleh Puskesmas Way Halim Permai
sedangkan Puskesmas Pembantu Permata Biru diambil oleh Puskesmas
Permata Sukarame, sehingga Puskesmas Sukarame tidak membawahi
Puskesmas Pembantu.
Sejak Januari 2013 wilayah kerja Puskesmas Sukarame meliputi
Kelurahan Sukarame Lama dan Way Dadi Lama. Jumlah penduduk di kedua
kelurahan tersebut 14.763 jiwa untuk kelurahan Sukarame dan 6.778 jiwa
untuk Kelurahan Way Dadi Lama.
Adapun perbatasan wilayahnya yaitu sebelah Utara berbatasan dengan
wilayah Puskesmas Permata Sukarame, sebelah Timur berbatasan dengan
wilayah Puskesmas wilayah Puskesmas Sukabumi, sebelah Selatan
berbatasan dengan wilayah Puskesmas Kampung Sawah, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Kedaton.
10
Puskesmas Sukarame mempunyai sumber daya kesehatan yaitu meliputi
4 Dokter Umum, 2 Dokter Gigi, 11 Perawat, 7 Bidan, 2 Perawat Gigi, 2
Laboratorium, 1 Apoteker dan tidak memiliki Asisten Apoteker.
c. Puskesmas Korpri
Puskesmas Korpri merupakan puskesmas jenis non perawatan (rawat
jalan) yang terletak di Jl. Pulau Pisang Perum Korpri Kelurahan Korpri Raya
Sukarame Bandar Lampung. Puskesmas korpri resmi menjadi Puskesmas
Induk pada tahun 1990 yang sebelumnya merupakan Puskesmas Pembantu
yang berinduk ke Puskesmas Sukarame.
Berdasarkan letak geografis wilayah kerja Puskesmas Korpri berikut
batas-batas wilayah nya yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Tanjung Bintang Lampung Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Way Hui Lampung Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Sukabumi, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Tanjung Senang. Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas Korpri
membawahi/melayani 2 kelurahan yaitu kelurahan Way Dadi terdiri dari 3
lingkungan dan kelurahan Korpri Raya terdiri dari 3 lingkungan.
Jumlah penduduk yang tersebar di 2 kelurahan dalam wilayah kerja
Puskesmas Korpri sabanyak 18.909 jiwa, terdiri dari 9.525 laki-laki dan 9.386
perempuan. Penyebaran penduduk pada masing-masing desa berdasarkan
jenis kelamin adalah kelurahan Korpri Raya 3.929 jiwa (laki-laki) 4.036 jiwa
(perempuan) sehingga total penduduknya 7.965 jiwa dan pada kelurahan Way
Dadi 5.594 jiwa (laki-laki) 5.350 jiwa (perempuan) sehingga total
penduduknya 10.944 jiwa.
Puskesmas Korpri mempunyai sumber daya kesehatan yaitu meliputi 3
Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 2 Kesehatan Lingkungan, 12 Perawat, 15
Bidan, 1 Analis, dan Puskesmas Korpi tidak memiliki Apoteker tetapi hanya
memiliki 2 orang Asisten Apoteker.
B. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan
11
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
1. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
2. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar:
a. Pengelolaan sedian farmasi bahan medis habis pakai.
b. Pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang di mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.Tujuannya adalah
untuk menjamin kelangsungan ketersedian dan keterjangkauan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai yang efesien, tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.
3. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis
habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai
yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
b. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
12
c. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi
kabupaten/kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
d. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya telah terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya agar mutu obat yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
e. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakaisecara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas
dan jaringannya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
f. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi
dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib,
baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, di
distribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
13
Tujuannya untuk bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakaitelah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian, dan sumber data untuk pembuatan laporan.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obatdan bahan medis habis pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan.
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai.
3) Memberi penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Permenkes RI No.
30, 2014).
C. Obat
1. Definisi Obat
Pengertian obat secara umum adalah semua bahan tungggal atau
campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun
bagian luar, guna mencegah meringankan, maupun menyembuhkan penyakit
(Syamsuni, 2007).
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah
penyakit berikut gejalanya (Tjay dan Rahardja, 2007).
2. Penggolongan Obat
Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat
digolongkan sebagai berikut:
a. Menurut Kegunaannya
1) Untuk menyembuhkan (terapeutik)
2) Untuk mencegah (profilaktik)
3) Untuk diagnosis (diagnostik)
14
b. Menurut cara kerjanya
1) Lokal
Obat yang berkerja pada jaringan setempat seperti pemakaian topikal.
2) Sistemik
Obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral.
c. Menurut Undang – undang
1) Narkotika
Gambar 2.1 Logo obat narkotika.
(Sumber: Depkes, 2007)
Obat Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
buakan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Contoh :
kodein, petidin, dan morfin (Depkes, 2007).
2) Psikotropika
Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi proses mental,
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran, perasaan atau perilaku
seseorang, misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal (Depkes,
2007).
3) Obat Keras
Gambar 2.2 Logo obat keras.
(Sumber: Depkes, 2007)
15
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras daftar G adalah
lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi lihat gambar 2.2 diatas. contoh obat ini
adalah amoksilin, asam mefenamat (Depkes, 2007).
4) Obat Bebas Terbatas
Gambar 2.3 Logo obat bebas terbatas.
(Sumber: Depkes, 2007)
Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut
bahasa Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Jadi
maksudnya obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan
kedalam daftar obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah
Obat Keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter,
bila penyerahannya memenuhi persyaratan yang sebagaimana telah diatur
dalam PERMENKES NOMOR : 919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
2380/A/SK/VI/83, tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran
warna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus diletakan
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenal sebagaimana yang
dijelaskan pada gambar 2.4 di bawah. Contohnya obat flu kombinasi (tablet),
chlorpheniramin maleat (CTM), dan mebendazol (Depkes, 2007).
16
Gambar 2.4 Penandaan dan peringatan obat bebas terbatas.
(Sumber: Depkes, 2007)
5) Obat Bebas
Gambar 2.5 Logo obat bebas
(Sumber: Depkes, 2007)
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat
diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-
warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna
hijau. Contohnya adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida
daftar obat esensial (DOEN), dan obat batuk hitam (OBH) (Depkes, 2007).
D. Penyimpanan Obat
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan obat adalah agar obat
yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan.
17
1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat
a. Persyaratan gudang
1) Cukup luas minimal 3x4 m²
2) Ruangan kering tidak lembab
3) Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
4) Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis
5) Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan ber-tumpuknya
debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (pallet)
6) Dinding dibuat licin
7) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
8) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
9) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci
10) Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
b. Pengaturan penyimpanan obat
1) Obat di susun secara alfabetis
2) Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3) Obat disimpan pada rak
4) Obat yang disimpan pada lantai harus di letakkan diatas pallet
5) Tumpukkan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
6) Cairan dipisahkan dari padatan
7) Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor berikut :
a. Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup
sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab maka
perlu dilakukan upaya-upaya berikut :
1) Ventilasi baik, jendela terbuka
2) Simpan obat ditempat yang kering
3) Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
18
4) Memasang kipas angin atau AC (Air Conditioner), karena semakin panas
udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab
5) Atap dalam keadaan baik tidak bocor
b. Sinar matahari
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar
matahari. Sebagai contoh injeksi klorpromazin yang terkena sinar matahari,
akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa.
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari:
1) Menggunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat)
2) Obat yang penting dapat disimpan dilemari
3) Jendela diberi gorden
4) Kaca jendela di cat putih agar tidak terkena sinar matahari langsung
c. Temperatur atau panas
Obat seperti salep, krim dan suppositoria sangat sensitif terhadap
pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara
panas. Contoh salep oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi
dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruang obat harus sejuk,
beberapa jenis obat harus disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 4-
8ºC, seperti vaksin, sera dan produk darah, antitoksik, insulin, injeksi
antibiotik yang sudah dipakai (sisa), injeksi oksitosin. DPT, DT, TT, vaksin
atau kontrasepsi jangan dibekukan karena akan menjadi rusak (Depkes RI,
2007).
Penyimpanan vaksin dapat disimpan di lemari es/freezer, bagian yang
paling penting yaitu termostat untuk mengatur suhu bagian dalam pada lemari
es/freezer. Termostat banyak sekali tipe dan modelnya, namun hanya 2 sistem
cara kerjanya.
1) Bentuk buka dari depan (front opening)
Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari depan banyak
digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan. Bentuk ini tidak dianjurkan
untuk penyimpanan vaksin.
19
2) Bentuk buka dari atas (top opening)
Bentuk buka dari atas pada umumnya adalah freezer yang biasa
digunakan untuk menyimpan bahan makanan, ice cream, daging atau lemari
es untuk penyimpanan vaksin (Depkes, 2009).
Cara mencegah kerusakan karena panas, yaitu:
1) Memasang ventilasi udara
2) Membuka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara
3) Atap gedung tidak terbuat dari bahan metal
d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik:
1) Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada didalam dus
bagian tengah kebawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan
pengambilan obat dari dalam dus yang teratas.
2) Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak tertulis
pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.
3) Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam.
e. Kontaminasi bakteri
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
f. Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh
karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai di sapu
dan di pel, dinding dan rak dibersihkan (Depkes RI, 2007).
2. Tata cara menyimpan dan menyusun obat
a. Pengaturan penyimpanan obat
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun
secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh kelompok sediaan
tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain.
b. Penerapan sistem FIFO dan FEFO
Penyusun dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan
20
lebih dahulu dari obat yang datang kemudian dan First Expired First Out
(FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa
harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian. Hal ini
sangat penting karena:
1) Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang.
2) Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinyabatas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya.
c. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokan untuk
memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.
d. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
e. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya matahari, disimpan ditempat kering.
f. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari
cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang terdapat dalam
lemari es harus selalu diisi.
g. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari.
h. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
pengambilannya menggunakan sendok.
i. Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu
kadaluwarsanya dituliskan pada doos luar dengan menggunakan spidol.
j. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti lemari
tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
k. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
l. Kondisi penyimpanan beberapa obat
1) Beri tanda / kode pada wadah obat:
a) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. Apabila ditemukan obat dengan
wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
b) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum:
(1) Jumlah isi dus, misalnya: 20 kaleng @500 tablet
(2) Kode lokasi
(3) Tanggal diterima
21
(4) Tanggal kadaluwarsa (kalau ada)
(5) Nama produk/obat
c) Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut.
d) Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan kesehatan
(puskesmas).
Informasi tambahan untuk menyusun/mengatur obat:
(1) Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan kayu
rapi dan teratur.
(2) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang
berjumlah sedikit tetapi harganya mahal.
(3) Susunan obat dalam rak dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
(4) Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan
obat luar.
(5) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi, atau letakkan
bagian etiket yang berisi nama obat yang jelas terbaca.
(6) Barang yang mempunyai volume besar seperti kapas disimpan dalam dus.
(7) Letakkan kartu stok di dekat obatnya (Depkes RI, 2007).
3. Pengamatan mutu
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat, perlu
melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, paling tidak setiap awal
bulan. Pengamatan mutu obat:
a. Mutu obat yang disimpan dapat mengalami perubahan baik secara fisik
maupun kimia.
b. Laporan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi kabupaten/kota
untuk diteliti lebih lanjut.
c. Secara sederhana pengamatan dilakukan dengan visual, dengan melihat
tanda-tanda sebagai berikut:
1) Tablet
a) Terjadinya perubahan warna,bau dan rasa, serta lembab.
b) Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis, dan rapuh.
22
c) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.
d) Untuk tablet salut, disamping informasi di atas juga basah dengan lengket
satu dengan lainnya, bentuknya sudah berbeda.
2) Kapsul
a) Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya,
wadah rusak.
b) Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
3) Cairan
a) Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.
b) Cairan suspensi tidak bisa dikocok.
c) Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
4) Salep
a) Konsistensi, warna dan bau berubah (tengik).
b) Pot/tube rusak atau bocor.
5) Injeksi
a) Kebocoran.
b) Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga
keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi.
c) Wadah rusak atau terjadi perubahan warna (Depkes RI, 2007).
23
E. Kerangka Teori
Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian.
Puskesmas
Fasilitas pelayanan
kesehatan
Upaya kesehatan di
puskesmas
Pelayanan
laboratorium
Manajemen
puskesmas
Pelayanan
kefarmasian
Pelayanan
keperawatan
kesehatan
masyarakat
Pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai (Permenkes RI No.30,
2014)
Pelayanan farmasi klinik
(Permenkes RI No. 30, 2014)
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan, dan
pengarsipan
8. Pemantauan dan evaluasi
pengelolaan (Permenkes RI
No. 30, 2014).
1. Persyaratan gudang
obat
2. Tata cara penyimpanan
dan penyusunan obat
3. Pengamatan mutu obat
(Depkes RI, 2007).
24
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian.
Penyimpanan obat
1. Persyaratan gudang obat
2. Tata cara penyimpanan dan
penyusunan obat
3. Pengamatan mutu obat
(Depkes RI, 2007).
25
G. Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala ukur
1.
Penyimpanan obat
meliputi :
Persyaratan gudang
obat:
1. Luas gudang
minimal 3 x 4 m².
2. Ruangan kering
tidak lembab.
3. Adanya ventilasi.
4. Adanya jendela.
5. Lantai terbuat dari
tagel/semen.
6. Adanya pallet.
7. Dinding dibuat
licin.
8. Digunakan khusus
untuk menyimpan
obat.
Gudang obat
memiliki luas
minimal 3 x 4 m².
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Didalam ruangan
terdapat alat
pengukur
kelembaban
(hygrometer).
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Adanya lubang
ventilasi untuk
keluar masuknya
udara (jika tidak
terdapat AC/kipas
angin).
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Adanya jendela yg
berteralis dan
mempunyai
pelindung untuk
menghindarkan
cahaya matahari
langsung masuk
kedalam.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Lantai dikeramik/
disemen.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Terdapat pallet
untuk menyangga
dus yang berukuran
besar agar tidak
terjadi kelembaban
dibawahnya.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Dinding di plester
halus.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Didalam gudang
tidak boleh
menyimpan barang
lain kecuali obat
dan alkes.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
26
9. Memiliki pintu
ganda.
10. Adanya lemari
khusus narkotika
dan psikotropika.
11. Adanya pengukur
suhu ruangan.
Terdapat dua pintu,
pintu pertama pintu
teralis dan yang
kedua pintu kayu
yang masing-
masing memiliki
kunci.
Observasi Checklist Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Adanya lemari
narkotika dan
psikotropika yang
memiliki 2 lapis
pintu yang masing-
masing memiliki
kunci dan tidak bisa
dibawa kemana-
mana.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Tersedianya
pengukur suhu
ruangan di dalam
ruangan.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
2.
Tata cara penyimpanan
dan penyusunan obat:
1. Penyusunan obat
secara alfabetis.
2. Mengelompokkan
obat berdasarkan
bentuk sediaan.
3. Menggunakan
prinsip FEFO dan
FIFO.
4. Sediaan obat dalam
dan obat luar
dipisahkan.
Obat disusun
berdasarkan bentuk
sediaan secara
alfabetis/berurutan
dari A sampai Z.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Obat
dikelompokkan
berdasarkan bentuk
sediaannya
Padat: tablet,
kaplet, kapsul.
Setengah padat:
salep, krim.
Cair: injeksi, vial,
infus.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Obat yang lebih
awal kadaluwarsa
dan obat yang
pertama kali datang
harus dikeluarkan
lebih dahulu.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Memisahkan obat
dalam dan obat luar
dan tidak di gabung
penyusunan nya.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
27
5. Obat dalam dus
besar disusun diatas
pallet.
6. Sera, vaksin,
supositoria
disimpan dilemari
pendingin.
7. Injeksi terhindar
dari cahaya
matahari.
8. Wadah obat harus
tertutup rapat.
9. Narkotika dan
psikotropika
disimpan dilemari
khusus.
10. Cairan berukuran
besar diletakkan di
rak bagian bawah.
11. Mencantumkan
nama obat pada rak.
Obat dalam dus
besar disusun di
atas pallet yang
disusun rapi.
Namun
penumpukan dus
disesuaikan pada
petunjuk yg tertera
pada karton, bila
tidak tertulis pada
karton tumpukan
dus maksimal 8
dus.
Observasi Checklist Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Untuk menyimpan
sera, vaksin,
supositoria yang
pintunya berada di
atas yang
didalamnya
memiliki termostat
(pengukur suhu).
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Obat injeksi
disimpan pada
tempat terhindar
dari cahaya
matahari.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Wadah obat harus
selalu tertutup rapat
agar obat tidak
mudah tercemar
oleh bakteri atau
jamur.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Obat golongan
narkotika dan
psikotropika di
simpan di lemari
yang memiliki 2
lapis pintu yang
masing-masingnya
terkunci dan tidak
bisa dibawa
kemana-mana.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Penyimpanan obat
yang berbentuk
cairan yang
berukuran besar
seperti
infus di simpan di
rak bagian bawah.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Adanya nama obat
disetiap obat yang
ada di rak.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
28
12. Kapas disimpan
dalam dus.
13. Terdapat kartu stok.
Kapas disimpan
atau diletakkan
didalam dus tidak
bercampur dengan
obat.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
Adanya kartu stok
pada masing-
masing obat.
Observasi
Checklist
Sesuai = 1
Tidak
sesuai = 0
Ordinal
3.
Pengamatan mutu obat:
1. Petugas melakukan
pengamatan mutu
obat setiap awal
bulan.
2. Petugas
mengumpulkan
obat yang rusak
atau kadaluwarsa.
3. Petugas
memisahkan obat
yang rusak atau
kadaluarsa dengan
obat yang masih
bagus.
4. Petugas
melaporkan ke
kepala puskesmas
terkait obat yang
rusak atau
kadaluwarsa.
5. Petugas melakukan
pengamatan mutu
dengan mengecek
tablet, kapsul,
injeksi, suspensi,
emulsi, dan salep.
Petugas melakukan
kegiatan
pengecekan mutu
obat setiap 1 bulan
sekali.
Observasi
dan
wawancara
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Petugas melakukan
kegiatan yaitu
mengumpulkan
obat yang rusak dan
kadaluwarsa di
dalam dus dan
diberi label khusus
bahwa obat tersebut
rusak atau sudah
kadaluwarsa.
Observasi
dan
wawancara
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Petugas melakukan
kegiatan yaitu
memisahkan obat
yang rusak dan
kadaluwarsa dari
obat yang masih
bagus.
Observasi
dan
wawancara
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Petugas melakukan
kegiatan
prosesmelaporkan
obat yang sudah
rusak dan
kadaluwarsa kepada
kepala puskesmas.
Observasi
dan
wawancara
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Petugas melakukan
Pengecekan
Tablet:
kadaluwarsa, pecah,
retak, gripis.
Kapsul: cangkang
terbuka, kosong,
rusak atau melek
satu dengan yang
lainnya.
Injeksi: jernih
menjadi keruh,
Observasi
dan
wawancara
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
29
timbul endapan.
Suspensi: tidak bisa
dikocok.
Emulsi: memisah
tidak campur
kembali.
Salep: wadah
bocor.
top related