bab ii tinjauan pustaka a. kinerja 1. pengertian...
Post on 26-Jun-2018
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Hasil yang dicapai (prestasi) seorang karyawan dalam melakukan
suatu pekerjaan pada suatu organisasi disebut kinerja. Kinerja
menampakan kombinasi antara kemampuan dan usaha untuk
menghasilkan apa yang dikerjakan agar menghasilkan kinerja yang baik,
seseorang harus memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta dukungan
dari lingkungan. Kemauan dan usaha menghasilkan motivasi, kemudian
setelah ada motivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja.
Pengertian kinerja menurut Mahmudi (2005:6) merupakan suatu
konstruk (construct) yang bersifat multidimensional, pengukurannya juga
bervariasi tergantung pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk
kinerja. Menurut pendapat penulis arti kinerja berdasarkan pendapat
Mahmudi bahwa kinerja didefinisikan sebagai suatu bentuk yang hasil
kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan
keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategic organisasi,
kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi.
Pengertian atau definisi kinerja menurut Moeheriono (2012:96)
adalah sebagai berikut :
“Kinerja berasal dari kata-kata job performance atau prestasi kerja
atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh seseorang
15
karyawan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik
secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan
tugas tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral maupun etika.”
Menurut pendapat penulis definisi kinerja berdasarkan pendapat
Moeheriono adalah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang di suatu
organisasi yang telah dicapai sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Keban (2004:191,192) Istilah kinerja diartikan sebagai
berikut :`
“Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering
diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk
kerja”, atau “prestasi”. Kinerja ialah hanya mengacu pada
serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode
tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang
dinilai.”
Menurut Keban (2004:193) Pencapaian hasil kinerja sebenarnya
dapat dinilai menurut pelaku, yaitu hasil yang diraih oleh individu
(kinerja individu), oleh kelompok (kinerja kelompok), oleh institusi
(kinerja organisasi), dan oleh suatu program atau kebijakan (kinerja
program/kebijakan). Kinerja individu menggambarkan sampai seberapa
jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat
memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusi. Kinerja
kelompok menggambarkan sampai beberapa jauh suatu kelompok telah
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil
sebagaimana ditetapkan institusi. Kinerja institusi berkenaan dengan
sampai beberapa jauh suatu institusi telah melaksanakan semua kegiatan
16
pokok sehingga mencapai misi atau visi organisasi. Sedangkan kinerja
program atau kebijakan berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatan-
kegiatan dalam program atau kebijakan telah dilaksanakan sehingga dapat
mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut.
Menurut pendapat penulis definisi kinerja berdasarkan pendapat
Keban adalah serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama
periode tertentu dan pencapaian hasil kinerja dinilai menurut pelaku, yaitu
hasil yang diraih oleh individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja
kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi), dan oleh suatu program
atau kebijakan (kinerja program/kebijakan).
Menurut Mahsun (2006:25) pengertian Kinerja adalah sebagai
berikut :
“Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan yang
telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau
target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau
target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.”
Menurut pendapat penulis definisi kinerja berdasarkan pendapat
Mohamad Mahsun adalah suatu tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi.
Pengertian kinerja yang lain menurut Widodo (2005:78,79) adalah
sebagai berikut :
“Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya
sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda mengandung
17
arti “thing done”(suatu hasil yang telah dikerjakan). Kinerja dapat
dilihat sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, visi, organisasi.”
Menurut pendapat penulis definisi kinerja berdasarkan pendapat
Widodo adalah suatu hasil kegiatan yang telah dikerjakan dan
disempurnakan sesuai dengan tanggungjawab masing-masing kelompok
organisasi demi mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi.
Dalam Jurnal Roya Rashidi (2015) mengemukakan bahwa :
“Performance management system (PMS) defines m easurements
and develops performance in the most suitable and effective way to
enhance organization’s effectiveness. This effective system requires
managers to participate in a continuous process of planning,
coaching, assessing and reviewing.”
(Sistem manajemen kinerja mendefinisikan pengukuran dan
mengembangkan kinerja dalam yang paling cocok dan
cara yang efektif untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Sistem
yang efektif ini memerlukan manajer untuk berpartisipasi dalam
berkelanjutan proses perencanaan, pembinaan, menilai dan
meninjau).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian kinerja menurut
penulis yaitu bahwa kinerja merupakan hasil kerja seseorang yang mampu
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dengan usaha, kecakapan,
pengalaman dan kemampuannya baik dalam mengatur waktu maupun
menjalankan tugas itu sendiri dengan tanggungjawab untuk mencapai
tujuan tertentu. Kinerja juga merupakan suatu hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum, sesuai dengan moral dan etika. Dari bentuk
18
tanggungjawab dari suatu organisasi atau individu tertentu terhadap
wewenang yang telah diberikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya dengan hasil sesuai yang diharapkan.
2. Pentingnya Kinerja
Definisi kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya
kinerja menurut Pasolong (2013 : 175-177) ialah :
(1) Tercapainya tujuan organisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan
pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
(2) Untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan
produktif dalam interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi
adanya harapan bawahan terhadap atasan atau sebaliknya.
(3) Upaya untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
(4) Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu
dengan keahlian tertentu.
(5) Untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok
yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan
kemampuan organisasi secara terus-menerus untuk mencapai
kebutuhannya secara efektif.
19
Dari lima pentingnya kinerja tersebut, maka betapa penting suatu
kinerja dalam organisasi untuk bisa mewujudkan tujuan-tujuan yang
dimiliki.
3. Penilaian Kinerja
Dari pengertian kinerja sebelumnya, dijelaskan bahwa kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang dicapai dalam suatu organisasi, maka
selanjutnya penilaian kinerja yang merupakan kegiatan menilai atau
mengevaluasi hasil pekerjaan tersebut.
Penilaian kinerja menurut pendapat Pasolong (2013:182)
merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
menjalankan tugasnya. Jika penilaian kinerja terhadap birokrasi, berarti
evaluasi keberhasilan atau kegagalan birokrasi dalam menjalankan
tugasnya sebagai pelayan masyarakat.
Penilaian kinerja menurut pendapat Mahmudi (2005 : 14)
merupakan bagian penting dari proses pengendalian manajemen, baik
organisasi publik maupun swasta. Namun karena sifat dan karakteristik
organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta, penekanan, dan
orientasi penilaian kinerjanya pun terdapat perbedaan. Tujuan dilakukan
penilaian kinerja di sektor publik adalah :
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
20
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam perbuatan keputusan
pemberian reward dan punishment.
e. Memotivasi pegawai
f. Menciptakan akuntabilitas publik
Pentingnya penilaian kinerja di sektor publik menurut Mahmudi
(2005 : 12) merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam
konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan
digunakan untuk menggunakan legitimasi dan dukungan publik.
Masyarakat akan menilai kesuksesan organisasi sektor publik melalui
kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan public yang relative
murah dan berkualitas. Pelayanan public tersebut yang menjadi bottom
line dalam organisasi sektor publik.
Menurut Mahmudi (2005: 21) ada 5 (lima) faktor yang
mempengaruhi dalam penilaian kinerja yaitu :
1) Faktor personal/individual, meliputi : pengetahuan, ketrampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki
oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer
dan team leader.
3) Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
21
4) Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur
yang diberikan oleg organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Menurut Jurnal Armediana Sukmarwati, diperoleh referensi bahwa:
“Kaitan antara administrasi publik dengan penilaian kinerja adalah
orientasi penilaian kinerja dalam konsep administrasi publik, yaitu
dalam pemerintahan mengikuti paradigma “reinventing govenment”
atau “post-bureaucratic”, yang mengutamakan pengukuran kinerja
pada hasil akhir atau tujuan serta visi organisasi, dan buan pada
kemampuan mandanai input dan menjalankan proses. Dan pada saat
ini tuntutan akan “good government” dalam standart penilaian
kinerja pemerintahan adalah mutlak.”
Jadi, pengertian penilaian kinerja menurut penulis berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli di atas merupakan proses evaluasi kinerja
seseorang apakah berhasil atau gagal dengan tujuan untuk melihat
kemampuan pegawai dalam memberikan konstribusi pada fokus strategik
dari organisasi/birokrasi. Penilaian prestasi kerja meliputi dimensi
kinerja dan akuntabilitas pada setiap individu, unit organisasi maupun
keseluruhan unit-unit yang terkait baik di dalam organisasi maupun di
luar organisasi.
4. Indikator Kinerja
Menurut jurnal internasional Huner Sencan yang dikaji diperoleh
referensi bahwa:
“Monitoring of educational performance indicators for educators
(EPIE) has gained importance for those interested in designing
education processes appropriately, improving education, and
forming. these processes creatively and innovatively. The
importance of performance indicators which are mostly qualitative
22
yet sometimes quantitative, and she found that they are very
important tools for appraising education activities.”
(Pemantauan indikator kinerja pendidikan bagi pendidik (EPIE)
telah memperoleh pentingnya bagi mereka yang tertarik dalam
merancang proses pendidikan tepat, meningkatkan pendidikan, dan
membentuk. proses ini kreatif dan inovatif. Pentingnya indikator
kinerja yang sebagian besar kualitatif belum terkadang kuantitatif,
dan ia menemukan bahwa mereka adalah alat yang sangat penting
untuk menilai kegiatan pendidikan).
Pada dasarnya untuk mengoperasionalkan suatu konsep terdapat
beberapa indikator yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja
yaitu sebagai berikut :
Menurut Mahmudi (2005 : 159) indikator kinerja merupakan saran
atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau
proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator
kinerja bagi organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau
rambu-rambu bagi manajer dan pihak luar untuk menilai kinerja
organisasi.
Beberapa syarat indikator kinerja yang baik menurut Mahmudi
(2005 : 161) antara lain : konsistensi, dapat diperbandingkan, jelas, dapat
dikontrol, kontinjensi, komprehensif, fokus, relevan, dan realistis.
Indikator kinerja menurut McDonald & Lawton dalam Ratminto
(2005 : 174) mengemukan bahwa kinerja dapat diukur dari output
oriented measures throughput (ukuran yang berorientasi pada hasil bukan
proses), efficiency (efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam
suatu penyelenggaraan pelayanan public), effectiveness (efektivitas adalah
23
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target,
sasaran jangka panjang maupun visi organisasi).
Sedangkan menurut Selim dan Woodward dalam Ratminto
(2005:174) kinerja dapat diukur dari beberapa indikator antara lain
workload/demand, economy, efficiency. effectiveness, dan equity. Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja dapat diukur dari beban
kerja/permintaan, ekonomi, efisien, efektivitas dan kewajaran.
Sementara dari Dwiyanto (2002:48-49) mengemukakan indikator-
indikator kinerja antara lain :
1) Produktivitas
Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai
rasio antara input dan output. Konsep produktivitas dirasa terlalui sempit
dan kemudian mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang
lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu
memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang
penting. Indikator produktivitas secara luas digunakan untuk mengukur
dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh suatu
organisasi pada suatu periode waktu tertentu.
2) Kualitas Pelayanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting
dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena
24
ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari
instansi dinas pendidikan, pemuda dan olah raga.
3) Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan ke dalam
salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung
menggambarkan kemampuan instansi dinas pendidikan, pemuda dan olah
raga dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
4) Responsibilitas
Lenvine dalam Dwiyanto (2002:49) menyatakan bahwa
responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi dinas
pendidikan, pemuda dan olah raga itu dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi,
baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, responsibilitas bisa
saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
5) Akuntabilitas
Akuntabilitas berhubungan dengan seberapa besar kebijakan dan
kegiatan instansi dinas pendidikan, pemuda dan olah raga tunduk pada
para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa
para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya
25
akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Kinerja sebaiknya
harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan instansi dinas pendidikan,
pemuda dan olah raga memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan
itu dianggap benar dan sesuai dengan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Indikator kinerja menurut Kumorotomo (Pasolong, 2013 : 180)
yakni sebagai berikut :
1) Efisiensi
Efisiensi yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan
organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-
faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas
ekonomi.
2) Efektivitas
Efektivitas yaitu apakah tujuan yang didirikannya organisasi
pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan
rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen
pembangunan.
3) Keadilan
Keadilan yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.
4) Daya Tanggap
26
Daya tanggap yaitu berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh
perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari
daya tanggap Negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat yang
mendesak.
Holloway (Pasolong, 2013 : 181) menyebutkan bahwa indikator
kinerja dapat berupa akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, dan equity
(keadlian). Dijelaskan lebih jauh bahwa ada juga indikator konvensional
kinerja yang berupa tingkat profitabilitas, kepuasan stakeholder, kepuasan
pelanggan.
Dalam Jurnal Mario Plebani (2015) mengemukakan bahwa : “The
acceptability of a performance indicator should be based on observed
and/or expected outcomes in relation to the purpose for which it is to be
used.” (Penerimaan indikator kinerja harus berdasarkan hasil pengamatan
dan / atau diharapkan dalam kaitannya untuk tujuan yang akan
digunakan).
B. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
1. Pengertian Program BOS
Pemerintah membuat suatu kebijakan yaitu menciptakan program
BOS yang merupakan realisasi dari Undang- Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) yaitu UU No. 20 Tahun 2003 yang mulai berlaku
pada tanggal diundangkan yaitu pada tanggal 8 Juli 2003. Isi UUSPN ini
menyatakan bahwa semua negara diwajibkan memberikan pendidikan
dasar yang bermutu secara gratis kepada semua warga negaranya. Dalam
27
Bab VIII mengenai Wajib Belajar Pasal 34 UUSPN dinyatakan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Oleh karena itu biaya/dana pendidikan sangat mempengaruhi kualitas
suatu pendidikan di samping adanya ketersediaan tenaga pendidik.
Karena dengan dana tersebut sekolah dapat melengkapi sarana dan
prasarana yang menunjang bagi proses kegiatan belajar mengajar.
Pengertian program menurut Arikunto (1988 : 1) program adalah
sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
BOS atau Bantuan Operasional Sekolah adalah program
pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa Program BOS adalah sederetan
kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah yang pada dasarnya adalah
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar untuk
mencapai suatu tujuan tertentu secara umum yaitu untuk meringankan
beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa
28
daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa
jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai
dengan dana BOS.
Sumber : Petunjuk teknis program bantuan operasional sekolah 2015
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009 tentang
standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009, standar biaya operasi
nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari
keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan
kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar
Nasional Pendidikan. Program BOS adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi
dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Sumber : http://bos.kemdikbud.go.id/home/about tanggal akses 9 Oktober
2015
2. Kinerja Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Sebelumnya penulis telah membahas pengertian Kinerja dan
pengertian program BOS. Maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja
Program BOS adalah hasil kerja sederetan kegiatan yang telah dilakukan
29
oleh pemerintah yang pada dasarnya merupakan program pemerintah
untuk penyediaan pendanaan bagi satuan pendidikan dasar yaitu standar
biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia
selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan.
Program BOS juga sebagai pelaksana program wajib belajar 9 tahun,
untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara umum yaitu untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan agar
satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur
dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. Satuan pendidikan
yang dimaksud adalah pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar 9 tahun. Melalui Kinerja Program BOS yang terkait pendidikan
dasar 9 tahun tersebut, setiap pengelola program pendidikan harus
memperhatikan salah satunya yang paling utama ialah BOS harus menjadi
sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan dasar 9 tahun yang
bermutu.
Pelaksanaannya sesuai dengan yang mampu melaksanakan tugas-
tugas yang diberikan dengan usaha, kecakapan, pengalaman dan
kemampuannya baik dalam mengatur waktu maupun menjalankan tugas
itu sendiri dengan tanggungjawab masing-masing untuk mencapai tujuan
tertentu. Sehingga Kinerja Program BOS dapat dilihat dari pelaksanaan
dan hasil kerja yang sesuai, tepat sasaran dan tercapai tujuan yang
dikehendaki.
3. Tujuan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
30
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar
9 tahun yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah yang belum
memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP)
pada sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SD-SMP Satap/SMPT negeri terhadap biaya operasi
sekolah;
2. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh
pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah
swasta.
Sumber : Petunjuk teknis program bantuan operasional sekolah 2015
4. Indikator Kinerja Program BOS
Indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur Kinerja Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam Program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama Negeri Tahun Anggaran 2015
di Kota Surakarta adalah efektivitas, responsivitas, responsibilitas dan
akuntabilitas menurut Agus Dwiyanto (2002:48-49) dan Kumorotomo
(Harbani, 2013 : 180). Alasan pemilihan keempat indikator tersebut
adalah dengan alasan keempat indikator tersebut banyak disebutkan oleh
31
para tokoh sebagai indikator kinerja dan relevan atau berhubungan
dengan penelitian yang digunakan sebagai tolak ukur dalam kinerja
organisasi publik. Berikut uraian indikator-indikator yang dipilih :
1) Efektivitas
Efektivitas merupakan indikator untuk menilai kinerja organisasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.
Efektivitas menurut Kumorotomo (Harbani, 2013 : 180) yaitu apakah
tujuan yang didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai?
Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan
organisasi serta fungsi agen pembangunan.
Menurut Sutrisno (2010 : 176) Proses terjadinya efektivitas
organisasi, dikatakan efektif bila mencapai tujuan artinya efektivitas dari
kelompok (organisasi) bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai
dengan kebutuhan yang direncanakan. Efektivitas dalam Mahmudi
(2005:92) merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin
besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif
organisasi, program, atau kegiatan. Henry, Brian, dan White (S.A.
Wibowo, 1994:65), mengemukakan beberapa kriteria untuk mengukur
efektivitas, yaitu:
a) Waktu pencapaian.
b) Tingkat pengaruh yang diinginkan.
c) Perubahan perilaku masyarakat.
d) Pelajaran yang diperoleh para pelaksana proyek.
32
e) Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya.
Berdasarkan uraian tentang konsep efektivitas di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa efektivitas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
(Dikpora) Kota Surakarta merupakan tingkat keberhasilan Dikpora dalam
melaksanakan tugas atau kegiatannya sehingga tujuan yang telah
ditetapkan atau direncanakan dapat tercapai.
2) Responsivitas
Menurut Dwiyanto (2002:48-49) Responsivitas adalah kemampuan
organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap
harapan, keinginan, aspirasi masyarakat maupun tuntutan pengguna
layanan. Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik
(2007;175-176) memberi batasan responsivitas adalah kerelaan untuk
menolong pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan secara
ikhlas.
Hal tersebut seperti yang ungkapkan Dwiyanto (2006 : 63) bahwa
dalam operasionalisasinya responsivitas pelayanan publik dijabarkan
menjadi beberapa kriteria yaitu :
a. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun
terakhir.
b. Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa.
33
c. Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi
perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang.
d. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan
pelayanan kepada pengguna jasa.
e. Penempatan penggunaan jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem
pelayanan yang berlaku.
Respon yang diharapkan masyarakat dalam program BOS, adalah
daya tanggap (Dikpora) dalam melayani dan memenuhi semua kebutuhan
masyarakat dengan cepat dan tanpa prosedur yang berbelit-belit serta tepat
waktu sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal). Sehingga sikap responsif
(Dikpora) dapat dilihat dari sikap para pegawai (Dikpora) dalam
menanggapi kebutuhan masyarakat; kesesuaian antara tanggapan
(Dikpora) terhadap kebutuhan dengan harapan dan aspirasi dari
masyarakat; upaya-upaya yang dilakukan (Dikpora) dalam menanggapi
keluhan-keluhan masyarakat dan fasilitas yang dapat menunjang
responsivitas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota
Surakarta.
3) Responsibilitas
Lenvine dalam Dwiyanto (2002:49) menyatakan bahwa
responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan instansi dinas
pendidikan, pemuda dan olah raga (Dikpora) itu dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
34
Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan
administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.
Responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
proses penyelenggaraan pelayanan sesuai norma-norma yang berkembang
dalam masyarakat.
Responsibilitas berkenaan dengan pelayanan Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Surakarta dalam melaksanakan
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bersifat melayani dan
mengayomi untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan masyarakat
diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau
sesuai dengan kebijakan organisasi yang telah ditetapkan sehingga tidak
ada penyimpangan maupun penyalahgunaan wewenang.
4) Akuntabilitas
Menurut Moeheriono (2012: 99) Akuntabilitas berasal dari kata
bahasa Inggris, Acountability yang mempunyai arti pertanggung jawaban.
Akuntabilitas merupakan suatu hubungan antara pihak yang
mengendalikan dengan pihak pengelola entitas, secara formal, memiliki
hak atau kekuasaan masing-masing tersebut. Pada hakikatnya,
akuntabilitas adalah kewajiban pemberian pertanggung jawaban kepada
pihak yang memberi, untuk menjelaskan dan memberikan alasan atas
35
tindakan-tindakan yang telah dilakukan atas hasil upayanya dalam
melaksanakan tugas atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Widodo (2005) kriteria Akuntabilitas ialah :
a. Tepat Sasaran
b. Penerapan Skala Prioritas
c. Sistem Kontrol yang Ketat
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Surakarta
dalam melaksanakan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat
dipertanggungjawabkan karena menyangkut beberapa stakeholder
terutama kepada masyarakat sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Menurut jurnal Hetti F. Manurung yang dikaji sebagai acuan,
diperoleh referensi bahwa:
“Pemerintah secara terus menerus melakukan upaya, antara lain
melalui penanganan penuntasan terhadap Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun. Kebijakan pembangunan bidang pendidikan dalam
kurun waktu 2004-2009 diprioritaskan pada peningkatan akses
masyarakat terhadap pendidikan dasar yang lebih berkualitas.
Program BOS dikembangkan terkait hal tersebut seperti Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), adanya pengurangan subsidi BBM.
Dikarenakan dana BOS langsung disalurkan ke sekolah, maka peran
kepala sekolah dalam manajemen BOS menjadi penting terutama
dalam perancangan dan implementasi Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).”
Menurut Jurnal Taufiq Rahman Ilyas, yakni sebagai berikut :
“Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menjadi instrument utama
dalam terselenggarakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Pelaksanaan program BOS setelah sekian lama dari tahun ketahun
mendapatkan evaluasi tetapi kenyataannya keefektifan dari tujuan
sasaran yang dituju masih belum maksimal, banyaknya tantangan
dan kendala dalam transparansi serta akuntabilitas dari berbagai
36
lembaga yang menangani masih banyak perlu dievaluasi, baik oleh
lembaga sekolah maupun lembaga lain sehingga setidaknya sedikit
banyak dapat mengetahui seberapa besarkah manfaat dan cakupan,
pemerataan dari anggaran BOS bagi siswa/siswi miskin atau kurang
mampu.”
C. Penelitian Terdahulu
Ignatia Rumajar, 2014, Universitas Sariputera Indonesia Tomohon,
meneliti tentang ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMENGARUHI KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TOMOHON.
Penelitian ini di lakukan di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Tomohon, yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa faktor
– faktor yang memengaruhi kinerja pegawai pada Kantor Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tomohon. Masalah Utama penelitian
adalah faktor yang memengaruhi kinerja pegawai. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitis dengan alat pengumpulan data berupa
angket dan wawancara dengan responden seluruh pegawai Pada Kantor
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tomohon. Dari hasil penelitian
dan analisis data menunjukan bahwa faktor pendidikan dan pengalaman
kerja sangat berpengaruh pada kinerja pegawai.
Fatimatuz Zahro, 2012, Universitas Diponegoro, meneliti tentang
ANALISIS KINERJA PEGAWAI DALAM PENYALURAN DANA
BOS TAHUN 2011 DI DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG
Pelaksanaan program BOS di Dinas Pendidikan Kota Semarang dilakukan
oleh suatu bidang yaitu sering dikenal dengan sebutan MONBANG
(Monitoring dan Pengembangan). Kinerja pegawai yang belum optimal
terlihat dari pegawai yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan
pekerjaannya, kurangnya kemandirian pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan, kurangnya pemerataan pembagian beban kerja antar pegawai,
serta minimnya kompensasi. Hal tersebut mengindikasikan rendahnya
kinerja pegawai kemungkinan berasal dari motivasi dan kemampuan
pegawai. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Keith Davis
bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan motivasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Metode ini digunakan untuk menganalisis kinerja pegawai, menjelaskan
faktor penghambat dan pendorong kinerja serta untuk mengetahui upaya-
upaya dalam peningkatan kinerja pegawai. Penulis menemukan
permasalahan yang dapat menghambat kinerja pegawai yaitu kuantitas
kerja, fasilitas kantor, imbalan serta ketrampilan pegawai. Sedangkan
faktor pendorong kinerja yaitu kualitas kerja, kemandirian, ketepatan
waktu, lingkungan kerja, tingkat pendidikan serta pengalaman kerja.
Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja
pegawai khususnya pada Tim Manajemen BOS Tahun 2011 yaitu
37
memperbaiki aturan pembagian beban kerja pegawai agar lebih merata,
memperbaiki jaringan komputer yaitu dengan cara meningkatkan
kecepatan jaringan sehingga komputer yang ada bisa beroperasi dengan
baik, memberikan pelatihan kemampuan serta bimbingan yang lebih
intens khususnya kepada pegawai yang berusia >50 tahun agar bisa
mengoperasikan komputer dengan baik.
1. Matriks Kajian Terdahulu
Judul Penulis Jenis dan Metode
Penelitian Isi Penelitian Relevansi
1. A Review of
Performance
Management
System
Roya
Rashidi
Jenis dan metode
penelitian yang
digunakan adalah
objektif.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
Manajemen Kinerja
telah menjadi pusat
perhatian dalam
organisasi selama
bertahun-tahun karena
ada hubungan langsung
antara dirancang dengan
baik manajemen kinerja,
pertumbuhan kinerja
karyawan, dan
efektivitas organisasi.
Perbedaan
pada jenis
dan metode
penelitian
objektif.
Persamaan
pada kinerja
organisasi.
2.Performance
Criteria and
Quality
Indicators for
the pre-
analytical phase
(Kriteria Kinerja
dan Indikator
Kualitas untuk
Tahap Pra-
analitis)
Mario
Plebani,
Laura
Sciacovelli,
Ada Aita,
Michela
Peloso, and
Maria
Laura
Chiozza
Jenis dan metode
penelitian yang
digunakan adalah
menetapkan tujuan
objektif dalam
praktek rutin, dan
khususnya dalam
mengukur,
mencatat dan
meningkatkan
kinerja
laboratorium.
Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya
implementasi dan
monitoring dari
spesifikasi yang
berharga kualitas
analitis telah
memainkan peranan
penting dalam
meningkatkan kualitas
pelayanan kinerja
laboratorium dan
mengurangi tingkat
kesalahan analitis.
Perbedaan
pada jenis
dan metode
penelitian
objektif.
Persamaan
pada kinerja.
3. Monitoring of
Educational
Performance
Indicators in
Higher
Education: A
Comparison of
Huner
Sencana
dan A.
Tugba
Karabulutb
Jenis dan metode
penelitian yang
digunakan adalah
menentukan
indikator objektif
yang mengukur
tingkat kinerja
Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada
hubungan yang
signifikan secara
statistik ditemukan
antara skor komponen
rata-rata administrator
Perbedaan
pada jenis
dan metode
penelitian
objektif.
Persamaan
pada kinerja
38
Perceptions
(Indikator
Kinerja
Pemantauan
Pendidikan
Pendidikan
Tinggi: Sebuah
Perbandingan
Persepsi)
guru diperlukan
untuk menjaga
jaminan kualitas.
Penelitian ini pada
dasarnya
deskriptif, tetapi
juga dapat
didefinisikan
sebagai penelitian
inferensial, yang
meliputi pengujian
hipotesis tertentu.
keanekaragaman uni dan
anggota fakultas, dan
tidak ada hubungan
yang signifikan secara
statistik ditemukan
antara skor komponen
rata-rata universitas
negeri dan swasta.
Namun, hubungan yang
signifikan secara
statistik yang ditemukan
antara dua faktor dari
skor penilaian diri EPIE
ini.
pendidikan.
4.Pelaksanaan
Program Dana
Bantuan
Operasional
Sekolah (BOS)
Hetti F.
Manurung
dan
Achmad
Hidir
Penelitian ini
menggunakan
metode deskriptif
kualitatif. Data
dikumpulkan
dengan wawancara
dan selanjutnya
dikategorisasikan
menurut
kategorisasi
tahapan
implementasi.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
implementasi program
BOS pada tahap
pelaksanaan secara
umum diwarnai oleh
beberapa praktik yang
kurang sesuai dengan
ketentuan dalam
Panduan Pelaksanaan
BOS 2009. Selain itu
secara administratif
pengelolaan BOS di
sekolah belum
transparan dan sikap
yang kurang positif dari
pengelola sekolah.
Perbedaan
pada
implementasi
program
BOS tahun
2009.
Persamaan
pada metode
penelitian
deskriptif
kualitatif dan
program
BOS.
5. Evaluasi
Implementasi
Program
Bantuan
Operasional
Sekolah Dasar
Taufiq
Rahman
Ilyas,
Tjahjanulin
Domai,
Muhammad
Shobaruddi
n
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kilas
Hasil penelitian ini
menunjukkan masih
saja terdapat
permasalahan pada
implementasi
penyelenggaraan
program Bantuan
Operasional Sekolah
(BOS) di Sekolah Dasar
(SD), sehingga apa yang
menjadi visi misi dari
sasaran program tersebut
belum mencapai
keberhasilan.
Perbedaan
pada lokasi
penelitian di
sekolah dasar
(SD).
Persamaan
pada metode
penelitian
deskriptif
kualitatif dan
program
BOS.
39
peristiwa pada masa sekarang.
6. Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Pegawai
pada Kantor
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kota
Tomohon.
Ignatia
Rumajar,
Dr. Joost
Rumampu,
Dolvie
Tutu
Metode penelitian
yang digunakan
adalah deskriptif
analitis dengan
alat pengumpulan
data berupa
angket dan
wawancara
dengan
responden seluruh
pegawai Pada
Kantor Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kota
Tomohon.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
faktor pendidikan dan
pengalaman kerja
sangat berpengaruh pada
kinerja pegawai.
Perbedaan
pada lokasi
penelitian.
penelitian
Persamaan
pada kinerja.
7. Analisis
Kinerja Pegawai
dalam
Penyaluran Dana
BOS Tahun
2011 di Dinas
Pendidikan Kota
Semarang.
Fatimatuz
Zahro
Penelitian ini
menggunakan
metode penelitian
kualitatif
deskriptif. Metode
ini digunakan
untuk
menganalisis
kinerja pegawai,
menjelaskan faktor
penghambat dan
pendorong kinerja
serta untuk
mengetahui upaya-
upaya dalam
peningkatan
kinerja pegawai.
Hasil penelitian
menemukan
permasalahan yang
dapat menghambat
kinerja pegawai yaitu
kuantitas kerja, fasilitas
kantor, imbalan serta
ketrampilan pegawai.
Sedangkan faktor
pendorong kinerja yaitu
kualitas kerja,
kemandirian, ketepatan
waktu, lingkungan kerja,
tingkat pendidikan serta
pengalaman kerja.
Perbedaan
pada BOS
tahun 2011.
Persamaan
pada metode
penelitian
kualitatif
dan program
BOS di dinas
pendidikan.
8. Analisis
Kinerja Pegawai
di Kecamatan
Gunungpati
Kota Semarang
Armediana
Sukmarwat,
Dra.
Margarerha
Suryaningsi
h, MS. , Dr.
Ida Hayu
DM, MM
Penelitian ini
menggunakan
penelitian
kualitatif.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
kinerja pegawai
kecamatan gunung pati
termasuk unggul, ini
dapat dilihat dari
beberapa fenomena
yang menunjukkan
kinerja unggul.
Perbedaan
pada lokasi
penelitian di
kecamatan.
Persamaan
penelitian
pada kinerja.
40
D. Kerangka Berpikir
Sesuai ketentuan realisasi dari Undang- Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang mulai berlaku pada tanggal
diundangkan yaitu pada tanggal 8 Juli 2003. Isi UUSPN ini menyatakan
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa semua negara diwajibkan
memberikan pendidikan dasar yang bermutu secara gratis kepada semua
warga negaranya. Departemen Pendidikan Nasional berkewajiban untuk
mencapai Visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut,
Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif.
Program BOS diadakan oleh pemerintah pusat sejak tahun 2005
untuk mengurangi beban biaya pendidikan di Indonesia, khususnya bagi
siswa miskin. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tujuan secara
umum program BOS ialah untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah yang belum memenuhi
SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah-
41
sekolah yang sudah memenuhi SPM. Dalam rangka wajib belajar 9 tahun
tersebut maka BOS disalurkan ke tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas. Tujuan
secara khusus program BOS ialah untuk : 1) Membebaskan pungutan bagi
seluruh peserta didik, 2) Membebaskan pungutan seluruh peserta didik
miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, dan 3) Meringankan
beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah swasta.
Di tahun 2015 program BOS mengalami perubahan mekanisme
penyaluran langsung diterima dari pemerintah pusat oleh sekolah melalui
rekening. Perubahan tersebut tentu membutuhkan bantuan dari Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, sebagai induk dari
sekolah. Pada perubahan mekanisme ini, adanya masalah penyalahgunaan
dana BOS. Dalam pelaksanaan program BOS peneliti memilih di tingkat
Sekolah Menengah Pertama Negeri karena dalam rangka wajib belajar 9
tahun pendidikan terakhir miminal di tingkat Sekolah Menengah Pertama
dan sekolah Negeri merupakan sekolah pemerintah atau sektor publik.
Dalam pelaksanaan program BOS tentu tidak terlepas dari adanya
kesulitan maupun keluhan dari pihak sekolah yang juga merupakan salah
satu faktor penghambat dalam pelaksanaan program BOS. Untuk
mengetahui kemampuan aparat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kota Surakarta dalam mengatasi kesulitan dan keluhan tersebut, maka
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kinerja Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta.
42
Sesuai dengan indikator kinerja yang digunakan dalam mengukur
Kinerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama Negeri Tahun
Anggaran 2015 di Kota Surakarta, yaitu Efektivitas, Responsivitas,
Kualitas Pelayanan, dan Akuntabilitas.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dan Pertanggungjawaban
Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015
bahwa untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 (sembilan) tahun yang bermutu,
pemerintah mengalokasi Bantuan Dana Operasional Sekolah (BOS)
Tahun anggaran 2015. Dengan adanya petunjuk bertujuan untuk :
a. Penggunaan dana BOS tepat sasaran dalam mendukung
penyelenggaraan wajib belajar 9 tahun secara efektif dan efisien; dan
b. Pertanggungjawaban keuangan dana BOS dilaksanakan dengan tertib
administrasi, transparan, akuntabel, tepat waktu, serta terhindar dari
penyimpangan.
Dengan adanya Petunjuk Teknis (Juknis) 2015, maka tiap sekolah-
sekolah terutama pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
dinas pendidikan di kota Surakarta dapat meningkatkan kinerja dalam
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada tahun 2015.
43
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
Kinerja Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga di
Kota Surakarta :
1. Efektivitas
2. Responsivitas
3. Responsibilitas
4. Akuntabilitas
Pelaksanaan Program BOS di
SMP Negeri Kota Surakarta
Masalah penggunaan dana
BOS disalah gunakan
Kebijakan Peraturan Pemerintah
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 161 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan
dan Pertenggungjawaban
Keuangan Dana Bantuan
Operasioanal Sekolah (BOS)
Tahun Anggaran 2015.
top related