bab ii tinjauan pustaka a. konsep dasar teori 1. diarerepository.ump.ac.id/4270/3/theresia dian...
Post on 30-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1. Diare
a. Definisi Diare
1) WHO (2009), menyatakan bahwa diare adalah buang air besar
dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari), dan bentuk
tinja lebih cair dari biasanya.
2) Vivian (2010), menyatakan bahwa diare adalah pengeluaran feses
yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang
air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih
dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila
sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
3) Nursalam (2008), menyatakan bahwa diare adalah Frekuensi buang
air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada
anak, konsisten feces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja.
4) Aden (2010), menyatakan bahwa diare merupakan buang air besar
dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya
berlangsung selama dua hari atau lebih.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
11
b. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut pedoman dari laboratorium/UPF Ilmu
Kesehatan Anak, Universitas Airlangga (1996) dalam Susilaningrum
(2013), dapat dikelompokan menjadi :
1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita
diare.
Diare akut atau diare disebabkan infeksi usus yang bersifat
mendadak, dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi
umumnya disebut gastroenteritisinfantile. Diare akut adalah diare
yang timbul secara mendadak dan berhenti cepat atau maksimal
sampai 2 minggu. Sebagai salah satu penyebab penting diare akut
pada bayi dan anak (yang bukan disebabkan oleh infeksi) adalah
enteropati karena sensitive terhadap protein susu sapi atau
‘Cow’smilk protein sensitive enteropathy (CMPSE)’ atau lebih
dikenal dengan alergi terhadap susu sapi atau ‘Cow’s milk Allergy
(CMA)’.
Suraatmaja (2007) menyatakan bahwa diare akut, yaitu diare yang
terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Penyebab diare akut biasa disebabkan makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh kuman penyakit.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
12
2) Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Akibat diare
kronik adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Diare kronik umumnya bersifat menahun. Penyebabnya
diakibatkan luka oleh radang usus, tumor ganas dan sebagainya.
Diare kronik lebih komplek dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,
malnutrisi dan lain-lain.
Pedoman MTBS (2008) dalam Susilaningrum (2013),
menunjukan bahwa diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Diare dengan dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
a) Letargis atau tidak sadar.
b) Mata cekung.
c) Tidak bisa minum atau malas minum.
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2) Diare dengan dehidrasi sedang
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut.
a) Gelisah, rewel/mudah marah.
b) Mata cekung.
c) Haus, minum dengan lahap.
d) Cubitan kulit perut kembali lambat.
3) Diare dengan dehidrasi ringan
Tidak cukup tanda-tanda seperti yang terdapat pada klasifikasi
diare dengan dehidrasi berat, dan sedang.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
13
c. Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologi (Dewi, 2011).
1) Infeksi
a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi
enteral meliputi:
(1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella
campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
(2) Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan
sebagainya.
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan
Strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, dan Trichomonas hominis), serta jamur (Candida
albicans)
b) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, misalnya Otitis Media Akut (OMA),
tosilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2) Malabsorbsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi
karbohidrat dan lemak.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
14
a) Malabsorpsi Karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare.
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan
sakit di daerah perut.
b) Malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak
yang disebut triglyserida. Trigelyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micells yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap
dengan baik.
3) Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang
maang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada bayi dan balita.
4) Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak bayi
dan balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
d. Tanda dan Gejala
Gejala diare menurut Putra (2012) adalah tinja encer dengan
frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai
beberapa hal sebagai berikut :
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
15
1) Muntah.
2) Badan lesu atau lemah.
3) Panas.
4) Tidak nafsu makan.
5) Darah dan lendir dalam kotoran.
6) Cengeng.
7) Gelisah.
8) Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.
9) Suhu meningkat.
10) Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan
volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan
denyut jantung, penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
11) Berat badan turun.
12) Anus lecet.
13) Turgor kulit menurun.
14) Mata dan ubun-ubun cekung.
15) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
e. Patofisiologi
Sebagai akibat diare akut maupun kronis menurut Nursalam
(2008) akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (metabolik asidosis), karena :
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
16
a) Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b) Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yag tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia
jaringan
d) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria)
e) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler kedalam
cairan intraseluler
Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernapasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan
kusmaul).
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
menderita KKP, karena :
a) Penyimpanan persediaaan glycogen dalam hati terganggu
b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi).
Gejala hipoglikemia akan muncul juka kadar glukosa darah
menurun sampai 40% pada bayi dan 50 % pada anak-anak. Hal
tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
17
3) Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua
hanya sering memberikan air teh saja.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengenceran dalam waktu yang terlalu lama.
c) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi ini terjadi sebagai akibat diare yang dengan
atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah
berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan didalam otak,
kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita
dapat meninggal.
f. Komplikasi
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara
mendadak menurut Dewi (2011) dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut :
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
18
1) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi
menjadi:
a) Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b) Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c) Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15%
2) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan
apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
3) Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus,
hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada
pemeriksaan EKG
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat definisi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus
6) Kejang
Malnutrisi energy protein karena selain diare dan muntah, biasanya
penderita mengalami kelaparan.
g. Pencegahan Diare
1) Pencegahan dan pengobatan di rumah
Diare banyak disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih,
termasuk kebersihan tubuh anak. Selain itu, makanan dan minuman
yang tidak diolah secara benar atau kotor pun perpotensi
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
19
mengandung bibit penyakit penyebab diare. Oleh karena itu,
orangtua dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan, yakni:
a) Teruskan pemberian Air Susu Ibu (ASI).
b) Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk
pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia
enam bulan. Ketika usia bayi sudah mencapai enam bulan,
berikan makanan tambahan secara bertahap. Jumlah dan tingkat
kelembutannya harus disesuaikan dengan usia agar system
pencernaannya dapat menyesuaikan dengan baik.
c) Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan /
serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan
kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.
Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan
untuk sikecil.
d) Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman
yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun
alat bermain sikecil.
e) Membiasakan meminum air yang sudah dimasak hingga
mendidih.
f) Jangan biasakan anak bermain ditempat yang kotor.
g) Peralatan makan anak setiap selesai digunakan harus dicuci
menggunakan air yang bersih. Gunakan air panas untuk
merebus atau menyeduh botol susu sebelum dipakai.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
20
h) Jangan memberikan makanan yang terlihat agak basi atau
bulukan, dan panaskan terlebih dahulu lauk pauk sisa hari
sebelumnya.
Adapun tindakan pengobatan yang dapat dilakukan oleh orang
tua ketika buah hatinya terserang diare adalah:
a) Perbanyak frekuensi pemberian ASI atau susu formula.
b) Perbanyak pula pemberian makanan dan minuman agar balita
tidak kekurangan gizi atau dehidrasi dan mencegah berat
badannya berkurang.
c) Untuk pertolongan pertama agar tidak mengalami dehidrasi,
berikan cairan oralit yang banyak dijual di apotek. Jika tidak
ada, dapat diganti dengan air matang, air tajin, atau kuah sayur.
d) Hindari pemberian obat anti diare karena dapat membahayakan
bayi.
e) Apabila diare terus berlanjut disertai muntah-muntah dan
mengalami dehidrasi berat, segera bawa ke dokteratau tenaga
medis terdekat. Jangan ditunda-tunda karena bisa berakibat
fatat (kematian).
2) Pengobatan dan Penanganan Diare pada Bayi di Rumah Sakit
Pengobatan dan penanganan diare pada bayi dengan cara
pemberian cairan menurut Depkes RI (2010) sebagai berikut:
a) Diare dengan dehidrasi ringan sampai sedang
(1) Mencegah terjadinya hipotermi.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
21
(2) Pemberian ASI secara langsung/per sonde.
(3) Pemberian oralit selama 3 jam pertama (75ml x BB/kg)
(4) Pemberian tablet Zink (1 tablet = 20 mg)
(5) Pemberian antibiotic jika ada indikasi yaitu : bercampur
lender darah, suspek kolera, faringitis, bronchitis.
b) Diare dengan dehidrasi berat
(1) Mencegah terjadinya hipotermi.
(2) Pemberian ASI secara langsung/per sonde.
(3) Pemberian cairan intravena
(4) Pemberian oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam)
(5) Pemberian tablet Zink (1 tablet = 20 mg)
(6) Pemberian antibiotic jika ada indikasi yaitu : bercampur
lender darah, suspek kolera, faringitis, bronchitis.
h. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare menurut Dewi (2011) adalah sebagai
berikut :
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat-obatan
a) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari
sebanyak 1 kali setiap 2 jam , jika diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan
sisanya adlibitum.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
22
b) Sesuaikan dengan umur anak:
a) <2 tahun diberikan ½ gelas
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas
c) 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)
c) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam
2 kali.
d) Oralit diberikan sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RL).
a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok
the garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat.
b) Air tajin (2 liter + 5 g garam).
(1) Cara tradisional
3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak
selama 45-60 menit.
(2) Cara biasa
2 liter air + 100 g tepung beras + g garam dimasak hingga
mendidih.
4) Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan
daya tahan tubuh anak.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
23
Penatalaksanaan penderita diare menurut Maryunani (2013) antara
lain dengan :
1) Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai
riwayat perjalanan penyakit, antara lain :
a) Lamanya sakit/diare/sudah berapa jam, hari.
b) Frekuensinya (berapa kali sehari).
c) Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali BAB,
misalnya berapa ml/popok penuh).
d) Warnanya (biasa, kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian
beras).
e) Baunya (amis, busuk).
f) Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir buang
air kecil).
g) Ada tidaknya batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum, selama,
atau setelah diare).
h) Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum
dan sesudah sakit.
i) Adakah penderita diare disekitar rumah.
j) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui).
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus diare meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
24
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada kasus diare meliputi pemeriksaan
tinja, pemeriksaan darah, Hb, dan pemeriksaan urine.
4) Pengobatan yang sesuai
Prinsip pengobatan diare, meliputi terapi cairan, dietetik (cara
pemberian makanan), terapi suportif, dan edukasi.
Tujuan pengobatan :
a) Mencegah dehidrasi
b) Mengatasi dehidrasi yang telah ada
c) Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan
selama dan setelah diare
d) Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya
episode diare, dengan memberikan suplemen zinc.
Zinc merupakan komponen > 300 enzim dan dibutuhkan untuk
sintesis DNA, pembelahan sel dan sintesis protein. Gejala dan
tanda defisiensi zinc (seng) tidak jelas, terutama pada yang
ringan. Prevalensi defisiensi Zn (zinc) di Indonesia cukup
tinggi, berkisar antara 44 – 60%. Angka kejadian diare 47%
lebih tinggi pada anak dengan difisiensi zinc. Penelitian
membuktikan bahwa suplemen zinc dapat menurunkan angka
kejadian diare akut dan persisten. Penelitian suplementasi Zinc
di Negara berkembang (india, Meksiko, Papua Nugini, Peru,
Vietnam, Guatemala, Bangladesh, Pakistan, Jamaica)
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
25
memperlihatkan menurunnya secara bermakna angka kejadian
diare akut, diare persisten, dan pneumonia. Sejak tahun 2004,
WHO dan UNICEF setelah mempelajari berbagai penelitian di
seluruh dunia, menganjurkan pemberian Zn pada anak dengan
diare 20 mg per hari selama 10-14 hari. Pada < 6 bulan 10 mg
per hari selama 10-14 hari.
Untuk mengatasi diare, tidak selalu harus dirujuk. Hal ini
disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat dilakukan
sendiri oleh petugas lapangan. Anak baru dirujuk apabila keadaan anak
tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi pada pedoman MTBS
(2008), tindakan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Diare dengan dehidrasi ringan
a) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat,
orangtua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan
pada anak dirumah. Juga perlu penjelasan.
(1) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila masih
diberi ASI).
(2) Jika diberi ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan.
(3) Jika tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan salah satu
cairan berikut ini yaitu oralit, kuah sayur, air tajin, air
matang.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
26
(4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah:
(a) Satu bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (satu
gelas) air matang
(b) Usia sampai satu tahun berikan 50-100 ml oralit setiap
habis berak,
(c) Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila
muntah, tunggu sepuluh menit, kemudian berikan lagi.
b) Lanjutkan pemberian makan sesuai usianya.
c) Bila keadaan anak tidak membaik dalam lima hari atau bahkan
memburuk, maka anjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
Selama perjalanan ke rumah sakit, oralit tetap diberikan.
2) Diare dengan dehidrasi sedang
a) Berikan oralit dan observasi diklinik selama 3 jam dengan
jumlah sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian
oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok.
Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat
badan dalam 3 jam pertama adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pemberian Oralit berdasarkan usia
Sampai 4 bulan
(<6 kg)
4-12 bulan
(6-<10 kg)
12-24 bulan
(10-<12 kg)
2-5 tahun
(12-19 kg)
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Sumber: Susilaningrum (2013)
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
27
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak di bawah
enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air
matang sekitar 100-200 ml selama periode ini.
b) Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu
satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200
ml) air matang.
c) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Bila
membaik, pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,
segera pasang infuse dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
3) Diare dengan dehidrasi berat
a) Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera rujuk.
b) Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan sebagai
berikut:
(1) Jika dapat memasang infuse, segera berikan cairan RL atau
NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB
dengan pedoman sebagai berikut:
Tabel 2.2 Pemberian infuse untuk dehidrasi
Umur Jumlah
pemberian, 30
ml/kgBB, selama
Pemberian berikutnya,
70 ml/kgBB, selama
Bayi
(<12 bulan)
1 jam pertama 5 jam berikutnya
Anak
(12 bulan-5
tahun)
30 menit pertama 2,5 jam berikutnya
Sumber: Susilaningrum (2013)
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
28
Keterangan :
Periksa kembali setelah 1-2 jam, jika status hidrasi belum
membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian
pertama. Jika kondisi membaik, teruskan penanganan
seperti pada dehidrasi ringan/sedang.
(2) Jika tidak dapat memasang infuse tetapi dapat memasang
sonde, berikan oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20
ml/kg BB/jam selama enam jam. Jika anak muntah terus
menerus dan perut kembung, berikan oralit lebih lambat.
Jika keadaan membaik setelah enam jam, teruskan
penanganan seperti dehidrasi ringan/sedang. Jika keadaan
memburuk, segera lakukan rujukan.
(3) Jika tidak dapat memasang infuse maupun sonde, rujuk
segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk
memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan.
Adapun untuk mengatasi permasalahan selanjutnya, perencanaan
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan
a) Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa
kering, kenaikan berat jenis urine tiap empat jam, rasa haus).
b) Pantau keluaran dan masukan dengan cermat meliputi
frekuensi, warna, dan konsistensi.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
29
c) Pantau ketidakseimbangan elektrolit (Natrium klorida, kalium).
d) Timbang berat badan setiap hari.
e) Monitor tanda-tanda vital (suhu, nadi) setiap empat jam.
f) Monitor pemeriksaan laboratorium (elektrolit, berat jenis urine,
nitrogen urea darah).
g) Lakukan tindakan untuk mengurangi demam (ganti pakaian
katun dan kompres dingin)
h) Kolaborasi dengan dokter tentang rehidrasi terutama untuk
dehidrasi berat dan terdapatnya penyakit berat lainnya.
2) Perubahan nutrisi
a) Pelihara input dan output yang tepat dengan meneruskan nutrisi
per oral.
b) Observasi muntah dan berak tiap 4 jam.
c) Berikan makanan secara bertahap menaikkan dari diet lunak ke
diet biasa.
d) Timbang berat badan setiap hari.
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan
tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh
kembang anak. Selain menilai berdasarkan status gizi dan
tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan dosis dan makan yang diperlukan
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
30
dalam tindakan pengobatan. Penilaian berat badan berdasarkan
usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for
Health Statistics) yaitu menggunakan persentil sebagai berikut:
persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil kurang
atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi. Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu
menggunakan presentase dari median: 80-100% dikatakan
malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi
akut (wasting). Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan
menurut standar baku NCHS yaitu menggunkan persentil: 75-
25 dikatakan normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi
sedang, dan kurang dari persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
Selain penggunaan standar baku NCHS juga dapat digunakan
kartu menuju sehat (KMS). Sebagaimana penelitian Anwar
(2003), dengan adanya KMS perkembangan anak dapat
dipantau secara praktis, sederhana, dan mudah (Alimul, 2008).
Prosedur mengukur Berat Badan Bayi menurut Heller (2009)
bertujuan untuk mendapatkan pengukuran yang akurat dari
berat badan bayi dan merencanakan pada grafik pertumbuhan.
e) Nilai jumlah kalori bahan makanan 1000-2400 kal/hari sesuai
dengan berat badan.
f) Kolaborasi dengan ahli gizi
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
31
g) Berikan penyuluhan pada orangtua tentang makanan/diet
selama diare, cara pembuatan oralit, tetap memberikan ASI.
3) Perubahan integritas kulit
a) Jaga daerah popok bersih dan kering
b) Periksa dan ganti popok tiap jam atau basah
c) Gunakan sarung tangan dan cuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti popok
d) Bersihkan daerah perineal dengan air dan sabun yang lembut
setiap BAB
e) Bubuhi krim/salep/lotion pada daerah ruam di pantat
f) Hindari penggunaan bedak bila telah terjadi lecet
g) Gunakan popok kain yang terbuka daripada popok disposable
h) Yakinkan pemenuhan kebutuhan nutrisi sesegera mungkin
untuk mendukung penyembuhan jaringan
4) Gangguan rasa nyaman
a) Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan
penghangat di atas abdomen
b) Berikan input jumlah kecil dan sering dari cairan jernih dingin
(tidak terlalu dingin atau panas), misalnya, the encer, agar-agar,
30-60 ml tiap 30-60 menit
c) Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau
tidak sedap dari lingkungan klien
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
32
d) Beri penjelasan pada orangtua untuk menghindari beberapa hal,
yaitu:
a) Pemberian cairan yang sangat dingin dan panas
b) Makanan yang mengandung lemak dan serat (misalnya, susu,
buah)
c) Makanan yang mengandung kafein
5) Kurangnya pengetahuan orang tua
a) Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami
jelaskan tentang agen penyakit, tindakan pencegahan, dan
pentingnya cuci tangan sampai bersih
b) Jelaskan pembatasan diet, yaitu makanan tinggi serat (buah
segar), makanan tinggi lemak (susu), dan air yang sangat panas
atau dingin
c) Ajarkan orangtua untuk melaporkan gejala, seperti urine coklat
gelap selama lebih 12 jam dan tinja berdarah
d) Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan
anatara masukan dan keluaran cairan, manfaat istirahat dan
tindakan pencegahan diare (misalnya, penyimpanan makanan
yang tepat, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
makanan).
i. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja :
a) Makroskopis dan mikroskopis.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
33
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinistes, jika diduga terdapat intoleransi gula.
c) Jika perlu dilakukan pemeriksaan pembiakan pada uji resistem.
2) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium
san fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang
disertai kejang) (Sujianti, 2011)
2. Kader Kesehatan
a. Pengertian
Direktorat Bina Peran serta Masyarakat Depkes (2006)
memberikan batasan mengenai kader yaitu warga masyarakat setempat
yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela. Kader kesehatan yaitu kader yang dipilih oleh masyarakat
tersebut menjadi penyelenggara Posyandu.
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta
aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu yang disebut juga
sebagai promotor kesehatan desa yang dipilih oleh masyarakat
setempat secara sukarela dalam pengembangan kesehatan
masyarakat. (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), kader
kesehatan (community healthworker) merupakan anggota masyarakat
dimana mereka bekerja, dipilih oleh masyarakat, kegiatannya dapat
dipertanggungjawabkan pada masyarakat, didukung oleh sistem
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
34
kesehatan tapi tidak harus menjadi bagian dari organisasi kesehatan,
dan memiliki waktu pelatihan yang lebih singkat dibandingkan pekerja
professional (Lehmann & Sanders, 2007).
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan (Meilani dkk, 2009).
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh
masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini
kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor kesehatan
(Yulifah & Yuswanto, 2009).
b. Peran dan Tugas Kader Kesehatan
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran kader lainnya yaitu
ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kegiatan
yang dilakukan di posyandu. Tugas kader kesehatan meliputi
pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi yang harus
mereka lakukan itu seyogyanya terbatas pada bidang-bidang atau
tugas-tugas yang pernah diajarkan pada mereka. Mereka harus benar-
benar menyadari tentang keterbatasan yang mereka miliki. Mereka
tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah-masalah yang
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
35
dihadapinya, namun semua masalah-masalah umum yang terjadi di
masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan (WHO, 1995 dalam
Efendi, 2009).
Hamid, dkk. (2010) dalam survey data dasar pengembangan
model pelayanan kesehatan maternal mengungkapkan tentang tugas
kader kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu :
1) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan
sesudah melahirkan
2) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
3) Pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi
4) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
5) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
6) Pemberian motivasi KB
7) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan
perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
8) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan
perujukan
9) Pemberian motivasi tentang perlunya follow-up pada penyakit
menular dan perlunya memastikan diagnosa/ kasus
10) Mengumpulkan data yang dibutuhkan puskesmas/ pemerintah
11) Membantu pencatatan dan pelaporan
12) Berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
oleh masyarakat setempat.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
36
Kinerja program kader kesehatan dapat dilihat dari
penggunaan kader kesehatan, retensi, dan efektivitas. Penggunaan
kader kesehatan yang rendah dapat disebabkan karena kurangnya
pengenalan program, konflik dengan struktur yang sudah ada, dan
layanan kesehatan formal lebih dipilih oleh masyarakat. Peningkatan
penggunaan kader kesehatan tersebut dapat dilakukan melalui
pelatihan, dukungan, dan pengawasan kader kesehatan. Tingginya
angka drop out kader kesehatan dapat dipengaruhi oleh unsur
kepemimpinan dan manajemen, seperti sumber dan
sustainabilitas pembiayaan, rasa memiliki dari masyarakat, dan
mekanisme seleksi. Derajat efektivitas program kader kesehatan
berbeda-beda, tergantung definisi spesifik dari dampak apa dan
kapan. Program kader kesehatan yang banyak berhasil adalah
dalam kesehatan ibu dan anak (Lehmann & Sanders, 2007).
Faktor penentu kesuksesan program kader kesehatan antara lain
adalah sumber daya yang adekuat, partisipasi masyarakat,
hubungan dengan pelayanan kesehatan formal, dan manajemen
program kader kesehatan yang baik. Manajemen program kesehatan
meliputi rekrutmen dan seleksi kader, pelatihan dan pendidikan kader
yang berkelanjutan, pengawasan dan dukungan infrastruktur (Lehmann
& Sanders, 2007).
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
37
c. Strategi menjaga eksistensi kader
Berdasarkan Meilani dkk (2009), perlu adanya srategi agar
mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan.
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah :
1) Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang
mengikuti kegiatan posyandu.
2) Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
3) Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa kecamatan. Di mana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta
hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4) Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke
puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
38
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Nursalam (2008), Aden (2010), Hamid, dkk (2010), Dewi (2011),
Penyuluhan Kesehatan Kader:
1) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu
sebelum dan sesudah melahirkan
2) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang
perawatan anak
3) Pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi
4) Program penimbangan balita dan pemberian
makanan tambahan
5) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan
pengobatan
6) Pemberian motivasi KB
7) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,
kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara
umum.
8) Pemberian motivasi tentang penyakit menular,
pencegahan dan perujukan
9) Pemberian motivasi tentang perlunya follow-up pada
penyakit menular dan perlunya memastikan
diagnosa/ kasus
10) Mengumpulkan data yang dibutuhkan puskesmas/
pemerintah
11) Membantu pencatatan dan pelaporan
12) Berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh masyarakat setempat.
DIARE
Etiologi
a. Infeksi
b. Malabsorbsi
c. Makanan
d. Psikologis
Penanganan
Diare Anak Patofisiologi
a. Kehilangan
air dan
elektrolit
(dehidrasi)
b. Hipoglikemia
c. Gangguan
gizi
d. Gangguan
sirkulasi
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
39
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan
penjelasan tentang dugaan yang tercantum dalam hipotesa (Saryono, 2010).
Gamber 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya
perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada hubungan penyuluhan kesehatan kader tentang diare
terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja
Purwokerto Selatan.
H1 : Ada hubungan penyuluhan kesehatan kader tentang diare terhadap
penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto
Selatan.
VARIABEL BEBAS
Penyuluhan Kesehatan Kader
Tentang DIARE
VARIABEL TERIKAT
Penanganan DIARE pada anak
Hubungan Penyuluhan Kesehatan..., Theresia Dian Fransisca , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
top related