bab ii tinjauan pustaka a. parfum - poltekkes-tjk.ac.id
Post on 02-Oct-2021
106 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Parfum
1. Definisi Parfum
Parfum atau minyak wangi didefinisikan menjadi suatu kompleks campuran
dari berbagai variasi senyawa dengan konsentrasi yang tepat dan dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau
dibuat sintetis. Parfum digunakan untuk member rasa segar dan harum pada
badan. Mekanisme ynag tepat dari interaksi parfum dengan tubuh agar
menimbulkan bau yang berbeda pada masing-masing individu belum
diketahui. Volatile dalam parfum menunjukan pola yang berbeda ketika
terjadi penguapan dari kulit manusia. Pola tersebut dipengaruhi oleh suhu
tubuh, struktur kulit atau keberadaan partikel lipid yang masing-masing dapat
mengubah penguapan temporal dari senyawa kimia yang ada dalam parfum
(Lenochova et all, 2012:1-2).
Menurut SNI 16-4949-1998 definisi sediaan eau de parfum, eau de toilette,
atau eau de cologne adalah sediaan kosmetika yang berbentuk cair yang
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan
untuk memberikan bau harum.
a. Sediaan eau de parfum adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar
bahan pewangi 11-15% yang digunakan untuk memberikan bau harum.
b. Sediaan eau de toilette adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar
bahan pewangi 6-10% yang digunakan untuk memberikan bau harum.
c. Sediaan eau de cologne adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar
bahan pewangi 3-5% yang digunakan untuk memberikan bau harum.
Klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de
extrait dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette
4-8%, eau de cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Konsentrasi bahan
7
pewangi yang terkandung dalam pewangi akan berpengaruh pada intensitas
dan ketahanan wanginya, semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi akan
membuat wanginya menjadi lebih kuat dan tahan lama (Herz, 2011:359).
Berdasarkan Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985, produk pewangi
dibagi dalam 7 produk, yaitu pewangi 15-30%, eau de parfum 7-15%, eau de
toilette 5-10%, eau de cologne 2-5%, solid pewangi (parfum padat yang pada
umumnya terbuat dari campuran fume oil dan wax) 5-10%, serbuk pewangi
1-2%, dan pewangi sabun 1,5-4%.
2. Tingkatan Parfum (Notes)
Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga
“not/notes” yang membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium
seiring waktu dengan dimulai dari impresi pertama dari top note diikuti oleh
middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi sedikit
muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan
pengetahuan proses evaporasi dari wangian (Khairina, 2017:6-7). Sebuah
parfum terdapat tiga bagian (notes), yaitu top note dengan total 15-25% dari
total keseluruhan parfum, middle note 30-40%, dan base note 40-55%
(Hunter, 2009 dalam Setiyaningsih, 2014:14).
Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes:
a. Top note
Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top note
mengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi
cepat. Top note membentuk impresi pertama dari parfum. Minyak lemon
adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top note.
b. Middle note
Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note
mengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi
base note yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya,
namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart
note. Minyak atsiri yang termasuk dalam kategori middle note adalah
minyak lavender, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga.
8
c. Base notes
Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle note.
Base dan middle note adalah tema wangian utama dari sebuah parfum.
Base note memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan
dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya
sampai 30 menit pemakaian. Wangi top dan middle note terpengaruhi oleh
wangi dari base note.
3. Komponen Parfum
Parfum atau minyak wangi terdiri dari 7 komponen utama, yaitu campuran
minyak esensial dan senyawa aroma, fiksatif, longlasting agent, solubilizer,
pelembab, dan pelarut.
a. Pewangi
Terdiri atas persenyawaan kimia yang menghasilkan bau wangi yang
diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetik. Persenyawaan
tersebut berfungsi sebagai pemberi wangi pada parfum. Umumnya
parfum mengandung komponen zat pewangi berjumlah 2% (weak
parfume) sampai dengan 10% (strong parfume) dan selebihnya adalah
bahan pengencer (diluents) dan zat pengikat (Ketaren, 1985 dalam
Rahmaisni, 2011:13).
b. Fiksatif
Fiksatif memiliki peranan penting dalam campuran parfum. Penambahan
bahan fiksatif dalam campuran parfum dapat berfungsi untuk membuat
aroma parfum menjadi lebih tahan lama tanpa mengubah karakter asli
dari seluruh bagian dari parfum. Bahan fiksatif dapat berupa bahan alam
maupun sintetik. Contoh dari fiksatif adalah dari makrosiklik,
hidroaromatik, polisiklik, dan oxahidroaromatik atau kombinasinya.
Kombinasi yang lebih disukai dari bahan fiksatif adalah galaxotide dan
benzophenone. Bahan fiksatif dapat dilarutkan dengan pelarut yang
mudah menguap atau kombinasi pelarut tersebut. Untuk mencapai
manfaat yang optimal, rasio dari bahan fiksatif harus dikontrol,
9
konsentrasi fiksatif yang digunakan berkisar antara 0,1% hingga 50%,
dengan konsentrasi yang paling disukai yaitu 1-2% (Cella et all, 1992:8).
c. Longlasting agent
Berbagai cara dilakukan oleh pengusaha dalam meningkatkan kualitas
parfum. Kualitas parfum dapat ditentukan dengan daya tahan lama aroma
parfum dan kejernihan parfum (Wolfgang & Klaus 2007). Untuk
meningkatkan daya tahan aroma parfum (longlasting) dilakukan dengan
meningkatkan persentase bibit parfum dalam formulasi parfum (Parekhan
et al. 2013). Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi karena
bibit parfum adalah bahan baku yang paling mahal dalam formulasi
parfum. Selain itu akibat meningkatnya persentase biang parfum
membuat parfum menjadi keruh (Surawut et al. 2013). Phenoxyethanol
pada kosmetik berkisar antara 0,009 hingga 1,043% (Tokunaga et all,
2003:25).
d. Solubilizer
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas
parfum dengan biaya produksi yang murah adalah menggunakan
campuran surfaktan yang berfungsi sebagai solubilizer (Adli dan
Pramudono, 2015:58). Penambahan solubilizer dapat menyebabkan
parfum menjadi lebih stabil dan jernih, selain itu juga dapat membuat
aroma menjadi lebih jelas. Beberapa solubilizer yang sering digunakan
adalah Tween 20, Tween 80, dan polisorbate. Tween 20 adalah surfaktan
terbaik yang dapat melarutkan semua minyak dengan perbandingan 1:1
dengan air (Edris dan Mohamed, 2010:87).
e. Pelembab
Dalam pembuatan parfum diperlukan bahan tambahan yang berfungsi
sebagai zat pembasah atau zat pengawet. Pada umunya zat pembasah
dalam proses pembuatan parfum adalah propilen glikol atau turunannya
dipropilen glikol. Zat pembasah berfungsi sebagai bahan yang mencegah
10
kulit menjadi kering saat digunakan. Propilen glikol dapat berfungsi
sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, solven, humektan, stabilizer,
dan konsolven yang dapat bercampur dengan air (Rahmaisni, 2011:12).
f. Pelarut
Etanol digunakan sebagai pelarut wewangian tetapi juga sebagai senyawa
antimikroba. Keuntungan dari alkohol adalah kecepatan pengeringannya
yang cepat. Namun, tangan dapat menjadi kering dan menyebabkan
intoleransi kulit atau dermatitis kontak alergi, iritasi kulit dan
peradangan. Penggunaan pelarut yang sering digunakan dalam
pembuatan parfum adalah etanol aquadest atau campuran dari keduanya
(Sikora et all, 2018:2). Kelarutan terbaik diperoleh jika parfum
dicampurkan dengan alkohol kemudian ditambahkan dengan aquadest
(Herman, 2005:307).
4. Kategori Parfum
Dalam pasar komersial, kategori pewangi ialah feminine, masculine, dan
unisex, pewangi dengan kategori unisex merupakan minoritas. Lindqvist
(2012) menyatakan pewangi yang dikategorikan feminine memiliki wangi
mirip bunga-bungan (floral) atau buah-buahan (fruity) sedangkan pewangi
yang dikategorikan masculine memiliki wangi yang spicy, yakni wangi-wangi
yang pedas. Asyik (2005) menyatakan standar yang dapat digunakan untuk
menyatakan spicy ialah metil eugenol. Aroma spicy berdasarkan hasil QDA
digambarkan mirip dengan minyak cengkeh, jahe, cabai, dan gingseng.
Alasan seseorang menggunakan pewangi dipengaruhi oleh faktor psikologis,
demografis, dan suasana hati (mood). Perempuan menggunakan wewangian
karena dapat memberikan efek positif pada suasana hatinya. Penggunaan
pewangi juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap pribadinya
misalnya “dramatic” maka akan menggunakan wewangian yang oriental,
“sporty” akan menggunakan wewangian yang segar. Situasi atau tujuan acara
juga merupakan faktor seorang wanita memilih jenis wewangian yang akan
digunakan, misalnya saat akan ada pertemuan romantis atau wawancara kerja.
11
Laki-laki memiliki motivasi yang berbeda dengan perempuan saat
menggunakan pewangi, laki-laki memiliki kecenderungan menggunakan
wewangian untuk memberikan kenyamanan pada orang lain saat berinteraksi
dengannya, salah satunya untuk menarik wanita (Herz, 2007 dalam
Setiyaningsih, 2014:10).
5. Formulasi Parfum
a. Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985:56
Formulasi eau de parfum, eau de toilette, dan eau de cologne adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Persentase dosis pewangi sesuai produk
Produk Dosis Pewangi (%)
Pewangi 15-30
Eau de parfum 7-15
Eau de toilette 5-10
Eau de cologne 2-5
Solid Pewangi 5-10
Serbuk Pewangi 1-2
Pewangi Sabun 1,5-4
Dipropilen glikol 3
Air demineralisata 3
Etanol 96% ad 100
Pembuatan : Campurkan pewangi (sesuai tabel) dengan dipropilen glikol,
air, dan etanol 96% hingga 100% hingga tercampur rata.
b. Kavitha dan Srinivasan
Menurut Kativha dan Srinivasan dalam jurnal farmasi “Compatibility Of
Non-Alcoholic, Non-Allergic Water Based Micro Emulsion Perfumes For
12
Skin And Silk Fabrics” tahun 2017:35, formulasi parfum dibagi menjadi
dua, yaitu parfum yang berbahan dasar air atau alkohol.
Parfum berbahan dasar air:
Bahan pewangi 18 ml
Solubilizes (Polysorbate20) 20 ml
Co surfactant (PEG 40) 5ml
Bahan Anti-busa 0.1g
Pengawet 0.1g
Aquadest q.s ad 100 ml
Parfum bebahan dasar alkohol:
Etanol 70 ml
Air suling 12 ml
Bahan pewangi 18 ml
Pengawet 0,5 ml
UV absorben 1 ml
c. Stephen J. Herman
Menurut Stephen J. Herman dalam buku “Chemistry and Technology of
Flavors and Fragrances : Fragrance” 2005 : 307, formulasi parfum
adalah:
Alkohol 79.60
Pewangi 20.00
Aquadest 12.00
Benzophenone 0.40
6. Fragrance
Fragrance atau pewangi bukanlah suatu bahan tunggal dengan sifat yang
jelas, malainkan suatu campuran dari beberapa bahan kimia, dimana masing-
masing memiliki sifat yang unik. Fragrance merupakan campuran berbagai
bahan kimia sintetik yang menimbulkan aromatik tertentu. Karakteristik dari
13
bahan kimia tersebut secara terpisah dan kemudian menggabungkan efeknya,
memungkinkan sifat yang lengkap dari komposisi pewangi dalam berbagai
media untuk dapat dipahami.
Fragrance biasanya terdiri dari beberapa bahan kimia. Untuk satu aroma
tertentu dapat diperoleh dari kombinasi beberapa senyawa kimia tertentu.
Untuk membuat parfum, pewangi yang merupakan minyak, biasanya
ditambahkan dalam larutan alkohol dan air. Alkohol yang tersedia secara
komersial bukanlah komponen tunggal, melainkan campuran antara etanol,
air dan denaturan. Alkohol komersial biasanya mengandung etanol 95-96%
dan air 4-5% (Herman, 2005:305).
B. Biji Kopi
Gambar 2.1 Pohon Kopi Gambar 2.2 Biji Kopi
(Dokumen Pribadi)
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea canephora L. (Marjoni, 2017:102)
14
2. Morfologi
Biji kopi berbentuk hampir setengah bulat atau jorong, bagian punggung
cembung, bagian perut datar, pada bagian perut terdapat sebuah alur yang
dalam dan membujur, di dalam alur terdapat sisa kulit biji, berwarna coklat
tua sampai coklat tua kehitaman (Depkes RI, 1989:148). Biji kopi berbau
aromatik, khas, dan rasanya pahit (Marjoni 2017: 103).
3. Kandungan
Dalam biji kopi mengandung kafein, sitosterin, stigmasterin, kolin, dan zat
samak (Depkes RI, 1989:150).
Dalam biji kopi mengandung 10-15% minyak kopi yang dihasilkan dari biji
kopi yang telah disangrai, minyak biji kopi tersusun dari senyawa kafein,
asam palmitat, asam linoleat, asam stearat, dan lain-lain (Aziz dkk, 2009:1-2).
Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti
aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam folat, dan asam asetat yang
mempunyai sifat mudah menguap (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).
4. Manfaat
Manfaat dari biji kopi adalah penawar racun, penurun demam atau antipiretik,
dan peluruh air seni atau diuretic (Depkes RI, 1989:150). Selain itu juga dapat
digunakan sebagai antidota, dan stimulansia (Marjoni,2017:103).
Kandungan kafein berfungsi sebagai unsur citarasa dan aroma dalam biji kopi
(Ciptadi dan Nasution, 1985 dalam Aditya dkk, 2014:2). Golongan asam pada
biji kopi juga akan mempengaruhi mutu kopi karena merupakan salah satu
senyawa pembentuk aroma kopi. Asam yang dominan pada biji kopi adalah
asam klogenat yaitu sekitar 8% pada biji kopi dan 4,5% pada kopi sangrai
(Aziz dkk, 2009:3).
Kopi memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Kopi dapat bermanfaat
sebagai antioksidan, kandungan antioksidan pada kopi lebih banyak dari pada
teh dan cokelat. Aroma kopi dapat merangsang kinerja otak sehingga dapat
memperbaiki mood dan konsentrasi, selain itu juga dapat membuat tubuh
menjadi lebih segar dan hangat (Hastuti, 2018:1).
15
C. Minyak Atsiri Kopi
Gambar 2.3 Struktur Kafein
(Hastuti, 2018:3)
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme
tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir,
serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada
industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum,
antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak
sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit
(Arniputi et al, 2007:135).
Sedangkan aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma
berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga
aromaterapi adalah salah satu pengobatan penyakit dengan menggunakan
bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum,
gurih, dan enak yang disebut minyak atsiri. Aromaterapi adalah cara
pengobatan alternatif yang menggunakan uap dari minyak esensial dari
berbagai macam tanaman yang bisa dihirup untuk menyembuhkan berbagai
macam kondisi. Pada umumnya aromaterapi dilakukan untuk tujuan
meningkatkan mood, mengubah area kognitif, dan juga dapat digunakan
sebagai obat tambahan (Kurniasari, 2017:13).
Banyak yang mempertimbangkan minyak esensial alami sepenuhnya aman.
Ini didasarkan pada kesalahpahaman bahwa semua herbal aman dan karena
mereka alami. Toksisitas minyak atsiri tidak sepenuhnya tergantung pada
16
konsentrasi tinggi. Semua minyak esensial adalah toksik pada dosis sangat
tinggi, terutama jika diminum. Banyak minyak atsiri yang dianggap tidak
beracun dapat memiliki efek toksik pada beberapa orang: ini dapat
dipengaruhi oleh sensitisasi sebelumnya terhadap yang diberikan minyak
atsiri, sekelompok minyak atsiri yang mengandung sejenis komponen dalam
minyak esensial. Itu bisa juga dipengaruhi oleh usia orang tersebut, bayi dan
anak-anak muda sangat rentan dan begitu juga orang yang sangat tua.
Pengaruh obat obatan lain, baik konvensional dan herbal, masih dalam tahap
awal sedang dipelajari. Ada kemungkinan bahwa obat-obatan ini, dan
mungkin juga produk rumah tangga, termasuk parfum dan kosmetik, dapat
mempengaruhi reaksi yang merugikan untuk minyak esensial. Minyak atsiri
dosis sangat kecil yang digunakan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
bisa menimbulkan efek toksik (Lis-Balchin, 2006:75).
Salah satu penyusun dalam biji kopi adalah minyak kopi. Kandungan minyak
biji kopi arabika sekitar 15%, sedangkan pada biji kopi robusta sekitar 10%.
Minyak biji kopi belum banyak dikembangkan di Indonesia (Yuwanti dkk,
2016:157). Menurut Esquivel dan Jimenez (2012), di Brazil minyak kopi
merupakan produk samping pengolahan kopi yang diperoleh dengan
mengempres kopi yang telah disangrai sebelum proses ekstraksi untuk
memperoleh soluble coffee.
Minyak biji kopi dapat diperoleh dari biji kopi kering maupun dari biji kopi
yang telah disangrai. Minyak kopi yang diperoleh dari biji kopi sangrai dapat
digunakan sebagai flavoring. Penggunaan minyak kopi tersebut digunakan
untuk memperbaiki flavor pada minuman yang berbahan kopi (Frascareli et
al, 2012).
Minyak biji kopi tersusun dari senyawa kafein, asam palmitat, asam linoleat,
asam stearat, dan sejumlah senyawa aromatik. Kafein merupakan unsur
terpenting pada kopi yang berfungsi sebagai perangsang, sedangkan kafeol
merupakan faktor yang menentukan flavor. Senyawa volatile pada minyak
kopi juga berpengaruh terhadap aroma kopi (Aziz dkk, 2009:2-3).
Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxantin (1.3.7-
trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2. Kafein dalam kondisi murni berupa serbuk
17
putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan merupakan senyawa tidak
berbau, serta berasa pahit (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).
D. Formulasi Parfum
1. Formulasi Eau de parfum
Berdasarkan Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985 : 56, formulasi
eau de parfum adalah sebagai berikut :
Tiap 100 ml mengandung
Bahan pewangi 7-15%
Dipropilen glikol 3%
Air demineralisata 3%
Etanol 96% ad 100%
Formulasi eau de parfum dibuat berdasarkan konsentrasi dalam SNI 16-4949-
1998 dengan konsentrasi bahan pewangi 11-15% yang kemudian
ditambahkan bahan fiksatif berupa benzophenon 2%, longlasting agent (pearl
fix) berupa 1%, dan solubilizer (polisorbate 20) perbandingan 1:1 dengan
aquadest.
2. Bahan Eau de parfum
a. Eau de parfum
Menurut SNI 16-4949-1998 eau de parfum merupakan sediaan kosmetik yang
mengandung bahan pewangi 11-15%. Dalam bahan pewangi pada parfum
meliputi 3 komponen notes yaitu top note, middle note, dan base note.
Pada formulasi eau de parfum ini digunakan berbagai minyak atsiri yaitu,
minyak lemon sebagai top note, fragrance beraroma cappucino sebagai
middle note, dan kombinasi antara minyak nilam dan minyak cendana sebagai
base note.
18
1) Minyak Lemon
Gambar 2.4 Minyak Lemon
(Dokumen Pribadi)
Minyak lemon diambil dari bagian kulit buahnya dengan cara
pengepresan dingin maupun uap. Minyak lemon termasuk ke dalam genus
Citrus. Komposisi senyawa yang terdapat dalam minyak lemon
diantaranya adalah limonene, sitronelal, geraniol, linalol, α-pinen, mirsen,
β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, β-kariofilen, dan α-
terpineol. Minyak atsiri lemon bermanfaat bagi kesehatan yaitu untuk
aromaterapi aroma lemon dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan
perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan
menyembuhkan penyakit (Rahmaisni, 2011:8).
2) Fragrance Cappucino
Gambar 2.5 Fragrance Cappucino
(Dokumen Pribadi)
19
Minyak biji kopi (Coffea canephora L.) tersusun dari senyawa kafein,
asam palmitat, asam linoleat, asam stearat, dan sejumlah senyawa
aromatik. Kafein merupakan unsur terpenting pada kopi yang berfungsi
sebagai perangsang, sedangkan kafeol merupakan faktor yang
menentukan flavor. Senyawa volatile pada minyak kopi juga berpengaruh
terhadap aroma kopi (Aziz dkk, 2009:2-3).
Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxantin (1.3.7-
trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2 . Kafein dalam kondisi murni berupa
serbuk putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan merupakan senyawa
tidak berbau, serta berasa pahit (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).
Minyak biji kopi yang diekstrak dengan pelarut etanol 96% memiliki
warna yang hitam pekat dan kental serta memiliki endapan (Aziz et all.,
2009 dalam Mustakim, 2019:25). Warna hitam pekat pada parfum hasil
formulasi juga disebabkan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya
tidak tercampur secara sempurna (Williams dan Schmitt, 1996 dalam
Mustakim, 2019:25).
Fragrance atau pewangi bukanlah suatu bahan tunggal dengan sifat yang
jelas, malainkan suatu campuran dari beberapa bahan kimia, dimana
masing-masing memiliki sifat yang unik. Fragrance merupakan
campuran berbagai bahan kimia sintetik yang menimbulkan aromatik
tertentu (Herman, 2005:307). Fragrance beraroma cappucino merupakan
sediaan yang berupa bahan kimia sintetik yang menimbulkan aroma kopi
cappucino yang dapat digunakan dalam campuran pembuatan sediaan eau
de parfum karena berbentuk jernih dan lebih wangi.
20
3) Minyak Nilam
Gambar 2.6 Minyak Nilam
(Dokumen Pribadi)
Nilam (Pogostemon cablin) adalah salah satu semak tropis penghasil
sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Dalam perdagangan
internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli. Minyak
nilam dikenal kuat dan telah digunakan berabad-abad sebagai wangi-
wangian (parfum) dan bahan dupa (Daniel, 2012 dalam Khairina,
2017:11).
Beberapa komponen utama penyusun minyak nilam meliputi, patchouli
alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde,
dan cadiene. Minyak nilam memiliki peranan sebagai fiksatif atau bahan
pengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama,
sehingga minyak nilam banyak dipakai sebagai bahan baku yang penting
dalam industri parfum dan kosmetik lainnya (Lutony dan Yeyet, 2000
dalam Khairina, 2017:11).
21
4) Minyak Cendana
Gambar 2.7 Minyak Cendana
(Dokumen Pribadi)
Cendana (Santalum album L.) merupakan sumber penghasil minyak atsiri
dan merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu yang potensial di
Provinsi NTT dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas
dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik.
Rendemen minyak cendana yang diperoleh dengan cara penyulingan uap
langsung (steam destillation) berkisar antara 2-3 %. Santalol merupakan
komponen utama minyak cendana dan telah digunakan sebagai indikator
dalam menentukan kualitas minyak cendana. Minyak cendana mempunyai
kandungan senyawa santalol sekitar 80-90 %.
Minyak cendana merupakan bahan penting untuk pembuatan parfum dan
kosmetik, selain itu juga dapat dipergunakan sebagai campuran dalam
industri sabun. Minyak cendana merupakan minyak yang sangat harum
oleh karena itu minyak ini dipergunakan sebagai pengikat bahan pewangi
lain (fiksasi) yang digunakan dalam industri parfum, dan hasilnya sebagian
besar diekspor (Ariyanti dan Asbur, 2018:559-560).
b. Dipropilen Glikol
Gambar 2.8 Dipropilen Glikol
(Kwan et all, 2014:155)
22
Dipropilen glikol dengan nama lain hydropropyloxypropanol, rumus molekul
C6H14O3 adalah cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
dan higroskopik. Dipropilen glikol dapat bercampur dengan air, dengan
etanol (95%)P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak
dapat bercampur dengan eter minyak tanah P, dan dengan minyak lemak.
Dipropilen glikol digunakan sebagai zat tambahan, pelarut, dan pembasah
(Depkes RI, 1979:534).
c. Air demineralisata
Air demineralisata dengan rumus molekul H2O dibuat dengan air minum yang
dimurnikan menggunakan penukar ion yang cocok. Air demineralisata
merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa. Kegunaan dari air demineralisata adalah sebagai pelarut (Depkes RI,
1979:96).
d. Etanol 96%
Etanol dengan rumus molekul C2H2O adalah campuran etilalkohol dan air,
cairan tidak berarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar, dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap. Etanol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P (Depkes RI, 1979:65).
e. Benzophenone
Gambar 2.9 Benzophenone
(Kwan et all, 2014:103)
23
Nama lain : Sulisobenzone
Rumus Molekul : C14H12O6S
Berat Molekul : 308,31
Kelarutan : Larut dalam etanol dan dietil eter
Kegunaan : Penyerap UV, Filter UV (Kwan et all, 2014:103)
f. Pearl Fix
Gambar 2.10 Phenoxyethanol
(Kwan et all, 2014:245)
Nama lain : 2-phenoxyethanol, Phenoxyethanolum, Phenoxytol
Rumus molekul : C8H10O2
Berat molekul : 138,16
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, kloroform, gliserol, dan aseton.
Kegunaan : pewangi dan pengawet (Kwan et all, 2014:245)
g. Polisorbate 20
Nama lain : Polysorbatum 20, Sorbimarcogol laurate 300, Tween 20
Berat molekul : 354.57
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, methanol, dan etil asetat.
Kegunaan : Agen pengemulsi, pengharum, agen pelarutan (Kwan et
all, 2014:254)
E. Evaluasi Mutu Parfum
Menurut SNI 16-4949-1998 tentang parfum, beberapa pengujian yang
dilakukan dalam proses evaluasi mutu parfum antara lain uji organoleptik, uji
homogenitas, uji volume terpindahkan, uji nilai bobot jenis, dan uji kesukaan.
24
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat indera
manusia sebagai alat ukur terhadap penelitian suatu produk. Indera manusia
adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari indera
penglihatan, penciuman, pencicipan, peradaban, dan pendengaran. Penilaian
kualitas sensorik produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran,
kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan dengan indera
penglihatan (Setyaningsih dkk, 2010:7-8)
Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk
diklasifikasikan dan diperjelas karena ragamnya yang begitu besar.
Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih
dkk, 2010:9).
Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau
pelarut yang digunakan bila diamati di bawah sinar yang terdifusi (Depkes
RI, 1995:998).
Pengamatan uji dilakukan dengan membandingkan sediaan dengan sifat fisik
pada SNI 16-4949-1998 tentang sediaan eau de parfum yaitu beraroma harum
atau khas dan berbentuk jernih.
2. Uji Homogenitas
Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit parfum di
atas kaca objek dan dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau
ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam parfum yang terlihat pada kaca
objek (Depkes RI, 1979:33). Pengamatan uji dilakukan dengan
membandingkan sediaan dengan sifat fisik pada SNI 16-4949-1998 tentang
sediaan eau de parfum yaitu homogen.
3. Uji Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan dengan sebagai jaminan bahwa sediaan yang dikemas dalam
wadah, jika dipindahkan dari wadah aslinya, akan memberikan volume
sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:1089). Hasil uji
volume terpindahkan dapat dibandingkan dengan standar menurut Farmakope
Indonesia edisi IV halaman 1089 yang mempersyaratkan tidak satupun
volume yang kurang dari 95%.
25
4. Uji Nilai Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara, pada suhu yang telah
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penetapan
bobot jenis dilakukan dengan piknometer yang telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot pikonometer dan bobot air, kurangkan bobot piknometer
kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah
hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam
piknometer (Depkes RI, 1995:1030). Pengamatan uji dilakukan dengan
membandingkan nilai bobot jenis sediaan dengan bobot jenis pada SNI 16-
4949-1998 tentang sediaan eau de parfum yaitu 0,7-1,2.
5. Uji Kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaanya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “suka”, “tidak suka” atau
“netral” (Setyaningsih dkk, 2010:59).
26
F. Kerangka Teori
Gambar 2.11 Kerangka Teori
Parfum
Pewangi Alami
Formulasi dan pembuatan eau de
parfum cappucino
Formulasi Eau de parfum
(Formularium Kosmetika
Indonesia, 1985 : 56)
Tiap 100 ml mengandung:
Bahan pewangi 7-15%
Dipropilen glikol 3%
Air demineralisata 3%
Etanol ad 100%
Evaluasi mutu eau de parfum
(SNI 16-4949-1998):
1. Uji organoleptik
2. Uji homogenitas
3. Uji volume terpindahkan
4. Uji nilai bobot jenis
5. Uji kesukaan
Pewangi Sintetik
Wangi yang lebih tajam,
menimbulkan rasa pusing,
mengandung neurotoxin
(racun yang bisa merusak
pembuluh darah atau syaraf
otak) dan terdapat juga
kandungan karsinogenik
Wangi yang lebih lembut
sehingga lebih nyaman
digunakan, dapat
memberikan rangsangan
psikologis berupa efek
menenangkan dan
menyegarkan tubuh
Pewangi Alami
27
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.12 Kerangka Konsep
H. Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1.
Variabel bebas :
Konsentrasi
fragrance aroma
cappucino dalam
eau de parfum
Konsentrasi
fragrance
aroma
cappucino
diformulasi-
kan dalam
eau de
parfum
Mengukur
fragrance
aroma
cappucino
menggunakan
pipet ukur,
kemudian
ditambahkan
ke dalam
formula eau
de parfum
Pipet Ukur
5 ml
Enam formula
eau de parfum
a. Kontrol positif
:
Eau de
parfum
beredar di
pasaran yang
mengandung
middle note
minyak kopi.
b. F1 :
Eau de parfum
11% ⁄
c. F2 :
Eau de parfum
12% ⁄
d. F3 :
Eau de parfum
13% ⁄
e. F5 :
Eau de parfum
14% ⁄
f. F5 :
Eau de parfum
Rasio
Formulasi dan pembuatan eau de
parfum cappucino dengan variasi
konsentrasi 11%, 12%, 13%, 14,%
dan 15%
Evaluasi mutu eau de parfum
1. Uji organoleptik
2. Uji homogenitas
3. Uji volume
terpindahkan
4. Uji nilai bobot jenis
5. Uji kesukaan
28
2.
Variabel terikat:
a. Uji
Organoleptik
1) Warna
2) Aroma
3) Kejernihan
b. Uji
Homogenitas
Sensasi
sistem visual
peneliti
terhadap
formulasi
eau de
parfum
cappucino
meliputi,
terbentuknya
warna
sediaan
Penciuman
peneliti
berupa
terciptanya
aroma khas
terhadap
formulasi
eau de
parfum
cappucino
Pengamatan
visual
terhadap
jerih
tidaknya
suatu cairan
pada
formulasi
eau de
parfum
cappucino
Susunan
yang
homogen dan
tidak terlihat
adanya butir-
butir kasar
Melihat
warna dari
eau de parfum
yang telah
dibuat
Mencium
aroma eau de
parfum yang
telah dibuat
Memasukkan
sediaan eau
de parfum
pada tabung
reaksi dan
diamati secara
visual di
bawah cahaya
yang tegak
lurus
Meneteskan
3-4 tetes
sediaan eau
de parfum
pada kaca
objek lalu
Checklist
Checklist
Checklist
Checklist
15% ⁄
1=Tidak
Berwarna
2= Sedikit
Kekuningan
3= Kekuningan
1= Aroma Lemon
2= Aroma Kopi
3= Dedaunan
4=Manis
1= Jernih
2= Tidak Jernih
1 = Homogen
2= Tidak
Homogen
Nominal
Nominal
Ordinal
Ordinal
29
c. Uji Volume
Terpindahkan
d. Uji Nilai
Bobot Jenis
e. Uji Kesukaan
pada eau de
parfum
cappucino
pada kaca
objek
Penuangan
pada gelas
ukur untuk
melihat
apakah
sesuai
dengan
volume yang
diminta atau
tidak pada
eau de
parfum
cappucino
Besarnya
nilai bobot
jenis
terhadap
formulasi
eau de
parfum
cappucino
Penilaian
mengenai
kesukaan
atau
sebaliknya
(ketidaksuka
an) terhadap
formulasi
eau de
parfum
cappucino
ditutup
kembali
dengan kaca
objek lain
Menuangkan
sediaan eau
de parfum
pada gelas
ukur untuk
mengetahui
apakah sesuai
dengan
volume yang
diinginkan
atau tidak.
Menetapkan
nilai bobot
jenis eau de
parfum
dengan
piknometer
Menilai suka
atau tidak
suka terhadap
sediaan eau
de parfum
yang telah
dibuat
Gelas ukur
50 ml
Pikno-
meter 5 ml
Checklist
Nilai hasil
pengukuran
volume pada
gelas ukur (dalam
angka)
Nilai bobot jenis
(dalam angka)
1= Suka
2= Tidak
suka
3= Netral
Rasio
Rasio
Ordinal
top related