bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/52797/3/bab ii.pdf · program btq...
Post on 26-Oct-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Sebelum menyusun penelitian ini, peneliti melakukan pencarian atas
penelitian-penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
lain sebelumnya. Pencarian ini dilakukan dalam rangka mencari dasar
landasan atas penelitian yang dilaksanakan ini.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul
penelitian “Efektivitas Program Semarak Literasi Qur’an (SLQ) terhadap
Kemampuan Baca Al-Qur’an Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang”, yang ditemukan peneliti yakni :
1) Implementasi Program BTQ (Baca-Tulis al-Qur’an) dalam
Meningkatkan Kemampuan Baca-Tulis al-Qur’an Siswa di SMAN 02
Batu. Skripsi oleh Wawan Sulthon Fauzi, Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
hubungan berupa keterkaitan yang memberikan perngaruh, antara
program BTQ dan peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur’an Siswa
di SMAN 02 Batu.
Penelitian ini menjelaskan bahwa implementasi program BTQ
dilakukan dengan cara belajar siswa aktif atau active-learning, dimana
model pembelajaran yang digunakan dalam kelas memposisikan siswa
10
sebagai subjek (student-center), dan guru sebagai pembimbing. Dalam
prosesnya, siswa dikelompokan berdasarkan kemampuan BTQ, yaitu
kelompok belum bisa membaca, kelompok yang sudah bisa membaca
tapi belum lancar dan kelompok yang sudah lancar membaca, setiap
kelompok menggunakan metode yang berbeda pula, di antaranya ;
metode an-Nahdliyah, metode Iqra’, dan metode Qiro’ati.
Adapun terkait Peningkatan kemampuan Baca-Tulis al-Qur’an
siswa dengan BTQ dikategorikan berhasil, terlihat dari siswa yang
sebelumnya sama sekali tidak bisa Baca-Tulis al-Qur’an menjadi bisa.
Sebagai kajian penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki
keterkaitan dengan penelitian Efektivitas Program Semarak Literasi
Qur’an (SLQ) terhadap Kemampuan Baca Al-Qur’an pada Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang yang hendak digagas oleh peneliti.
Kedua penelitian tersebut sama-sama mengandung variabel program
pembelajaran di BTQ. Variabel tersebut kemudian dinilai dapat
memberikan pengaruh pada variabel lainnya yang menyangkut tentang
pencapaian pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an. (Fauzi, 2009)
2) Pengaruh Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an secara Tartil Siswa Kelas X di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Kota Cirebon. Skripsi
oleh Puji Rahayu Maulida, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
hubungan berupa keterkaitan yang memberikan perngaruh, antara
program pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an secara Tartil Siswa Kelas X di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Kota Cirebon.
Penelitian ini mengambil kesimpulan dari hasil penghitungan
korelasi product moment 𝒓𝒙𝒚 = 𝟎, 𝟓𝟖 terletak pada interval koefisien
0,40-0,70. Untuk pengujian signifikansi korelasi product moment
menunjukkan bahwa untuk n = 30, taraf kesalahan 5% maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
0,374. Ternyata 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 (0,58) lebih besar dari 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 (0,374).
Dengan demikian koefisien korelasi 0,58 itu signifikan. Karena
𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 > 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 maka Ha diterima dan Ho ditolak, jadi “ada
pengaruh signifikan antara pembinaan baca tulis al-Qur’an (BTQ) bagi
kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil siswa kelas X di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) pariwisata Kota Cirebon”. Pembinaan baca
tulis al-Qur’an (BTQ) memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap
kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil sebesar 33,64%, dan
sisanya 66,36% ditentukan oleh faktor lain. (Maulida, 2015)
3) Pengaruh Pembelajaran BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) Terhadap Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam (studi kasus di SMA Negeri 1 Taman
Sidoarjo). Skripsi oleh Fahrur Rozi, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
Tahun 2013.
12
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pembelajaran baca tulis al-
Qur’an tergolong cukup baik, hal ini dapat kita lihat dari hasil angket
yang dibagikan kepada 32 responden. Begitu juga prestasi belajar
pendidikan agama islam siswa kelas X SMA Negeri 1 Taman, Sidoarjo.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang segnifikan
antara pembelajaran baca tulis al-Qur’an dengan prestasi belajar siswa
kelas X di SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. (Rozi, 2013)
4) Kegiatan Ekstra Kurikuler Baca Tulis al-Quran (BTQ) dan
Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi al-
Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiah (MTs) Syarif Hidayatullah Kota
Cirebon. Skripsi oleh Oki Habibi Adnan, Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh
Nurjati, Cirebon, Tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sumber data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
proses belajar mengajar ekstra kurikuler baca tulis al-Qur‟an (BTQ)
termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 54,30%, karena berada
pada interval 55% - 74%. Hasil belajar siswa pada bidang Studi al-
Qur‟an Hadist termasuk dalam kategori tidak baik, yaitu sebesar
10,85% karena berada pada interval kurang dari 40%. Pengaruh
kegiatan ekstra kurikuler baca tulis al-Qur‟an terhadap prestasi belajar
siswa pada bidang Studi al-Qur‟an Hadist di Madrasah Tsanawiah MTs
13
Syarif Hidayatullah Kota Cirebon dalam tingkat korelasi yang tinggi,
karena indeks korelasi product moment rxy = 0,74 terletak pada interval
koefisien 0,70 – 0,90. Adapun hasil perhitungan koefisien determinasi
dapat diketahui bahwa pengaruh pembelajaran ekstra kurikuler baca
tulis al-Qur‟an terhadap prestasi belajar siswa adalah 54,76%
sedangkan sisanya sebesar 45,24% adalah ditentukan oleh faktor
lainnya. (Adnan, 2013)
B. Kerangka Teori
1) Tinjauan Tentang Program SLQ
2.1) Pengertian Program SLQ
Semarak Literasi Qur’an (SLQ) merupakan salah satu
program yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang
dan berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam (FAI). Pada
dasarnya istilah Semarak Literasi Qur’an (SLQ) ini sama dengan
Baca Tulis al-Qur’an (BTQ).
Menurut KBBI, terkait pengertian baca tulis, baca berarti
membaca yakni melihat tulisan dan mengerti atau melisankan apa
yang tertulis itu, dan tulis adalah membuat huruf (angka dan
sebagainya dengan menggunakan pena (pensil, kapur, dan
sebagainya).
Adapun definisi dari al-Qur’an sebagaimana dikemukakan
Shihab (2008 : 13) menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kalam
14
Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan
maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir;
membacanya merupakan ibadah; dimulai dengan surah al-Fatihah
dan diakhiri dengan surah an-Nas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan baca tulis al-Qur’an
adalah kegiatan melafalkan dan menulis ayat-ayat al-Qur’an
dengan mengetahui kaidah-kaidah yang telah disyariatkan.
2) Tujuan Pengajaran Al-Qur’an
Setiap aktivitas atau kegiatan tentu memiliki tujuan yang ingin
dicapai melalui pelakasanaan kegiatan tersebut. Begitu pula dalam
sebuah proses pembelajaran, di dalamnya tentu memiliki tujuan-tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan suatu
komponen utama yang harus ditetapkan yang akan berfungsi sebagai
indikator keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan. Pada
hakekatnya, isi dari tujuan pembelajaran adalah hasil belajar yang
diharapkan. Rohani (1991 : 100) menyatakan bahwa pada umumnya,
tujuan pembelajaran berkisar pada 3 hal sebagai berikut :
Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan
pengetahuan.
Tujuan afektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha membaca,
minat, sikap, nilai dan alasan.
15
Tujuan psikomotorik, tujuan yang berhubungan dengan
ketrampilan berbuat untuk menggunakan tenaga, tangan, mata, alat
indra dan sebagainya.
Begitu pula dengan proses pembelajaran al-Qur’an juga memiliki
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan dapat dijadikan sebagai
indikator keberhasilan dalam pembelajaran tersebut. (Rosyid, 2014)
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
a) Siswa diharapkan memiliki kompetensi bacaan (tilawah) al-Qur’an
dengan baik dan benar.
b) Siswa diharapkan memiliki kompetensi menulis huruf dan kalimat
al-Qur’an dengan baik dan benar.
c) Siswa diharapkan memiliki kompetensi hafalan yang baik.
d) Siswa diharapkan memiliki sikap spiritual dan terampil dalam
beribadah sehari-hari.
3) Pengaruh Pembelajaran SLQ terhadap Kemampuan Baca Al-
Qur’an Mahasiswa
Pembelajaran Semarak Literasi Qur’an (SLQ) yang diadakan oleh
Universitas Muhammadiyah Malang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan baca al-Qur’an mahasiswa. Idealnya setelah mengikuti
bimbingan program SLQ, kemampuan baca al-Qur’an mahasiswa dapat
meningkat.
16
Meningkatnya kemampuan baca al-Qur’an mahasiswa dapat
dilihat dari kemampuannya dalam melafalkan makharijul huruf dengan
baik dan benar, selain itu mahasiswa juga mampu membaca al-Qur’an
sesuai dengan kaidah tajwid yang ada.
4) Keutamaan Membaca dan Mempelajari Al-Qur’an
Segala peraturan yang mencakup perintah serta larangan telah
dicantumkan dalam al-Qur’an, al-Qur’an merupakan pedoman bagi
setiap muslim. Dengan membaca dan mempelajarinya maka seseorang
akan semakin merasakan kedamaian dan ketenangan dalam
kehidupannya.
Setiap kebaikan-kebaikan yang diperintahkan oleh Allah tentu
memiliki manfaat dan keutamaan-keutamaan. Begitu pula perintah
membaca dan mempelajari al-Qur’an. Terkait hal ini, (Iqbal A, 2014)
memaparkan bahwa keutamaan membaca al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
Menjadi manusia yang terbaik :
Dari Utsman bin 'Affan ra, Nabi saw beliau bersabda :
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-
Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)
Kenikmatan yang tiada bandingnya :
17
Artinya : “Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang
dimiliki orang lain) kecuali dalam dua hal: (pertama) orang yang
diberikan Allah SWT keahlian tentang al-Qur`an, maka dia
melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan
siang hari. Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan
harta, maka ia infakkan sepanjang hari dan malam.” (Muttafaqun
alaih)
al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat:
Dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang
membacanya, mempelajari dan mengamalkannya).” (HR. Muslim)
Pahala berlipat ganda:
Dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an
maka untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan
18
dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan 'alif laam miim'
satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan
miim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)
Dikumpulkan bersama para malaikat :
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW
bersabda:
Artinya : “Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam
membacanya maka ia dikumpulkan bersama para malaikat yang
mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`an dan
ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya, maka
ia mendapat dua pahala.” (Muttafaqun 'alaih)
5) Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Seorang pendidik dapat menerapkan berbagai macam metode
dalam proses pembelajaran. Jenis metode yang diterapkan dapat
disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dibahas.
Begitu pula dalam proses pembelajaran al-Qur’an, telah terdapat
banyak metode yang telah ditemukan, dan setiap metode tentu memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode-metode dalam pembelajaran al-Qur’an di antaranya
sebagai berikut :
19
Metode Qira’ati
Menurut Murjito (2000 : 9) metode qira’ati marupakan salah
satu metode dalam membaca al-Qur’an. Metode ini baru berakhir
disusun oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 M, dan
terdiri dari 6 jilid. Metode qira’ati ini secara umum bertujuan agar
siswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik sekaligus benar
menurut kaidah ilmu tajwid.
Lebih jauh lagi, Murjito menggarisbawahi bahwa secara umum
pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode qira’ati adalah
sebagai berikut :
a) Dapat digunakan pengajaran secara klasikal dan individual.
b) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi
pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.
c) Siswa membaca tanpa mengeja.
d) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca
dengan cepat dan tepat.
Metode qira’ati memiliki kelebihan dalam penerapannya, salah
satu kelebihan yang paling signifikan adalah pembelajarannya lebih
efisien dan terprogram karena untuk menjadi guru qira’ati,
seseorang harus mendapatkan syahadah dari pihak qira’ati pusat
yang menyatakan bahwa seseorang tersebut benar-benar ahli dalam
qur’an dan boleh mengajar qira’ati.
20
Adapun ciri khas yang dimiliki oleh metode ini, di antaranya
adalah :
a) Tidak dijual secara bebas (tidak ada di toko-toko)
b) Guru yang mengajarkan qira’ati telah ditashih untuk
mendapatkan syahadah (sertifikat/izin mengajar)
c) Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama.
Selain memiliki ciri khas, metode qira’ati juga memiliki
kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaannya. Kelebihan
metode ini di antaranya adalah setelah menyelesaikan 6 jilid pada
metode ini anak didik masih meneruskan bacaan-bacaan gharib,
selain itu apabila anak didik telah lulus 6 jilid beserta gharibnya,
maka ia akan dites seputar bacaannya, setelah itu anak didik akan
mendapatkan syahadah.
Namun yang menjadi kekurangan dalam metode ini adalah
susahnya mendapatkan buku atau jilid pada metode ini karena buku
ini tidak dijual di sembarang tempat. Selain itu, menurut Zarkasyi
(1989 : 3) bagi anak didik yang tidak lancar, maka terdapat
kemungkinan bahwa lulusnya akan lama, hal ini dikarenakan dalam
metode qira’ati lulusnya tidak ditentukan oleh bulan atau tahun.
Metode Iqra’
Metode Iqra’ ditemukan oleh KH. As’ad Humam berasal dari
Yogyakata. Metode ini ditemukan setelah adanya metode qira’ati.
21
Pada metode iqra’ jumlah buku sama dengan metode qira’ati, yaitu
sebanyak 6 jilid.
Meode Iqra’ telah populer di kalangan masyarakat Indonesia,
lantaran metode ini telah banyak diterapkan di tengah masyarakat
Indonesia, salah satunya adalah metode ini telah diwajibkan dalam
TK Al-qur’an yang dicanangkan menjadi program Nasioanl pada
musyawarah nasional V Badan Komunikasi Pemuda Remaja
Masjid Indonesia (BKPRMI), pada 27-30 Juni 1989 di Surabaya.
Terkait hal ini, Srijatun (2017 : 35) memaparkan lebih jauh
bahwa terdapat beberapa model dalam pengajaran metode iqra’, di
antaranya sebagai berikut :
a) Cara Belajar Santri Aktif (CBSA), pada model ini siswa aktif
membaca sendiri setelah guru menjelaskan pokok bahasannya,
guru hanya menyimak namun tidak menuntun.
b) Model yang kedua yaitu privat, guru menyimak satu persatu
siswanya secara bergantian dalam proses pembelajaran dengan
memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa
untuk mengaktualisasikan potensi-potensi setiap individunya.
c) Model yang ketiga adalah asistensi, murid yang mahir atau
berada pada tingkat atas (lebih tinggi pelajarannya) dapat
membantu dalam menyimak siswa yang lebih rendah
pelajarannya.
22
d) Komunikatif, model seperti ini dalam proses pembelajaran
sangatlah penting. Karena dengan adanya komunikasi yang
baik antara guru dengan siswa, maka pembelajaran akan dapat
berjalan dengan baik. Komunikatif dalam metode iqra’ adalah
guru memberikan sanjungan atau pujian kepada siswa apabila
bacaannya baik dan benar.
e) Percepatan belajar (accelerated learning). Bagi siswa yang
betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu,
maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar cepat selesai.
Tidak berbeda dari metode sebelumnya, dalam metode iqra’
pun terdapat kekurangan dan kelebihan, di antara kelebihan metode
ini adalah :
a) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dilengkapi dengan
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta
pelatihan dan pendidikan guru. Agar buku Iqra’ ini dapat
dipahami dengan baik oleh guru.
b) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Siswa diberikan contoh
huruf yang sudah diberi harakat sebagai pengenalan di lembar
soal, setiap mulai dan setiap memulai belajar, siswa dituntut
untuk mengenal huruf hijaiyah tersebut.
c) Dalam penerapan pembelajarannya menggunakan klasikal
(membaca secara bersama-sama), privat (penyemakan secara
individual), maupun cara yang esistensi (santri yang lebih
23
tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid
rendah).
d) Menggunakan sistem asistensi. Siswa yang lebih tinggi
belajarnya dapat membantu, menyimak siswa lain yang lebih
rendah, meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh
guru melalui ujian.
Selain itu, terdapat kekurangan yang dimiliki oleh metode
Iqra’ di antaranya adalah :
a) Siswa kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak
diperkenalkan pada awal pembelajaran.
b) Siswa kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
Direktur Jendral Bimbingan Agama Islam (1998 : 43)
memberikan kisi-kisi untuk pelajaran yang bersifat sebagai
penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga diberikan
materi-materi berikut :
a) Hafalan surat-surat pendek (Juz Amma)
b) Hafalan ayat-ayat pilihan
c) Hafalan bacaan shalat dan praktiknya
d) Hafalan do’a sehari-hari
24
Metode Ummi
Metode Ummi merupakan salah satu metode dalam membaca
dan menulis al-Qur’an yang telah berkembang di kalangan
masyarakat Indonesia. Metode ini digagas pada pertengahan tahun
2007 oleh Masruri dan A. Yusuf MS.
Wijayanti dalam penelitiannya (2016 : 26-27) memaparkan
bahwa dalam proses pengajarannya dalam metode ummi terdapat
perbedaan jilid untuk anak-anak dan orang dewasa. Dalam metode
ummi terdapat 6 jilid untuk anak-anak, dan 3 jilid untuk orang
dewasa. Selain itu, metode ini memiliki buku tajwid dan buku
gharib yang terpisah dari buku jilidnya.
Dalam penelitain yang sama juga dipaparkan bahwa
pembelajaran baca al-Qur’an dengan menggunakan metode Ummi
terdapat 4 model pembelajaran yang diterapkan, yaitu :
a) Privat atau Individu
Model pembelajaran ini dilakukan dilakukan dengan cara
memanggil murid satu persatu sementara murid yang lain
diberi tugas membaca sendiri atau menulis buku ummi.
b) Klasikal Individu
Model ini dijalankan dengan cara membaca bersama-sama
halaman yang ditentukan oleh guru, kemudian setelah tuntas
oleh guru, pembelajaran dilanjutkan dengan individual.
c) Klasikal Baca Simak
25
Model baca al-Qur’an yang dijalankan dengan cara
membaca bersama-sama halaman yang ditentukan oleh guru,
setelah dianggap tuntas oleh guru, pembelajaran dilanjutkan
dengan pola baca simak. Maksud dari model ini adalah seorang
anak membaca sementara anak-anak yang lainnya menyimak
halaman yang dibaca oleh temannya. Hal ini dilakukan
walaupun halaman yang dibaca anak satu dengan yang lainnya
berbeda.
d) Klasikal Baca Simak Murni
Model pembelajaran ini hampir sama dengan model
klasikal baca simak, hanya saja dalam model klasikal baca
simak murni ini jilid dan halaman anak dalam satu kelompok
sama.
Menurut Fadzilan (2017 : 8) metode pembelajaran ummi
memiliki kelebihan serta kekurangan, di antara kelebihannya
adalah mudah dan menyenangkan, strategi pembelajarannya
menggunakan active learning, selain itu metode ummi terpusat
pada satu lembaga yaitu ummi foundation. Selain itu, kekurangan
yang dimiliki oleh metode ini adalah banyaknya halaman yang
terdapat pada setiap jilid dan jumlah buku dalam metode ini adalah
6 buku atau jilid yaitu jilid 1-6 ditambah dengan buku tajwid dan
gharib.
26
Metode Al-Muyassar
Metode al-Muyassar merupakan salah satu metode dalam
pembelajaran al-Qur’an. Materi yang disusun dalam modul buku
ajar metode ini telah disusun dengan runtut. Menurut Amien (2018
: 4) menyatakan bahwa materi yang disusun secara runtut dalam
modul ini yang dimaksud adalah buku ini didesain secara metodis,
yang pertama strategi pengorganisasian materi (dars) dengan
mendahulukan dars yang lebih mudah atau yang menjadi prasyarat
bagi dars berikutnya. Kemudian yang kedua, penyampaian materi
yang ditata dalam pola tutorial dengan basis teori pembelajaran
orang dewasa yang konstruktivistik-elaboratif, yang ketiga strategi
pengelolaan kelas yang bersifat eklektif dengan menggabungkan
sistem klasikal dan drill.
Adapun dalam metode al-muyassar ini juga memiliki
kelebihan sebagaimana dalam metode yang lain. Kelebihan yang
dimiliki di antaranya adalah buku yang digunakan memiliki font
yang besar dan jelas, sehingga cocok digunakan untuk orang
dewasa. Kemudian terdapat huruf latin dan arab yang terdapat pada
kolom yang sejajar sebagai petunjuk cara baca tulisan arab
sehingga buku dapat digunakan untuk belajar secara individu.
Berdasarkan beberapa metode yang telah dijelaskan di atas, maka
peneliti membuat tabel tentang kelebihan dari setiap metode yakni
sebagai berikut :
27
Tabel 2.1 Keunggulan Metode Pembelajaran al-Qur’an
No. Metode Keunggulan
1. Qira’ati
1) setelah menyelesaikan 6 jilid pada metode ini
siswa masih meneruskan bacaan-bacaan
gharib.
2) Apabila anak didik telah lulus 6 jilid beserta
gharibnya, maka ia akan dites seputar
bacaannya, setelah itu anak didik akan
mendapatkan syahadah.
2. Iqra’
1) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa.
2) Menggunakan metode CBSA, dalam
pembelajaran bukan guru yang aktif,
melainkan santri yang dituntut untuk aktif.
3) Dalam penerapannya menggunakan klasikal
(membaca secara bersama-sama), privat
(penyemakan secara individual), maupun
cara yang esistensi (santri yang lebih tinggi
jilidnya dapat menyimak bacaa temannya
yang berjilid rendah).
4) Asistensi. Santri yang lebih tinggi
pelajarannnya dapat membantu menyimak
santri lain.
28
3. Ummi
1) Mudah dan menyenangkan
2) Strategi pembelajaran active learning
3) Terpusat pada satu lembaga yaitu Ummi
Foundation
4. Al-Muyassar 1) Buku yang digunakan memiliki font yang
besar dan jelas, sehingga cocok digunakan
untuk orang dewasa.
2) Terdapat huruf latin dan arab yang terdapat
pada kolom yang sejajar sebagai petunjuk
cara baca tulisan arab sehingga buku dapat
digunakan untuk belajar secara individu.
6) Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca al-Qur’an
3.1) Pengertian Kemampuan
Kemampuan sangat erat kaitannya dengan skill
(keterampilan). Menurut Tim Penyusun P3B menyatakan bahwa
pengertian keterampilan secara etimologi adalah kecakapan
seseorang dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan secara
terminologi, keterampilan merupakan kemampuan yang hanya
bisa didapatkan dari lembaga pendidikan yang relevan dan bukan
semata-mata karena pembawaan. Menurut Mulyasa (2005 : 69),
keterampilan adalah suatu kompetensi profesional yang cukup
29
kompleks sebagai integrasi dari beberapa kompetensi yang
dimiliki seseorang secara utuh dan menyeluruh. Sedangkan
menurut Nurdin, (2004 : 144) kemampuan merupakan keahlian
yang bermanfaat untuk jangka panjang.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan merupakan sebuah kompetensi
profesional yang dimiliki seseorang, yang didapatkan melalui
lembaga pendidikan yang relevan dan bukan semata-mata karena
bawaan serta dapat bermanfaat hingga jangka panjang.
3.2) Kemampuan Membaca al-Qur’an
Kemampuan membaca merupakan suatu keterampilan yang
diperoleh dengan cara mempelajarinya di lembaga pendidikan,
yakni lembaga pendidikan informal, formal, bahkan nonformal,
khususnya kemampuan dalam membaca al-Qur’an yang
didapatkan dari pendidikan formal maupun informal.
Membaca merupakan suatu keterampilan yang berperan
sangat penting dalam kehidupan setiap orang, hal ini disebabkan
karena membaca merupakan pintu bagi perkembangan
pengetahuan. Namun tidak hanya itu, membaca berperan sebagai
alat komunikasi bagi kehidupan setiap manusia. Dengan
membaca seseorang dapat memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman. Setiap yang
30
diperoleh manusia dari membaca akan menambah daya pikir dan
pengetahuannya.
Pentingnya membaca al-Qur’an dibuktikan berdasarkan
firman Allah SWT yang juga merupakan wahyu pertama yakni
QS. Al-Alaq : 1:
اق رأ بسم ربك الذى خلق
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan.”
Wahyu pertama yang disampaikan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril adalah perintah
membaca, karena dengan membaca Allah SWT mengajarkan ilmu
pengetahuan. Membaca yang dimaksud oleh peneliti di sini
adalah membaca ayat-ayat kauliah (al-Qur’an) dan membaca
ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Selain dalam QS. Al-Alaq : 1, dalam al-Qur’an Al-Ankabut :
45 Allah SWT berfirman :
هى عن إن الصلة ت ن اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصلة
والل ي علم ما تصن عون ولذكر الل أكب ر الفحشاء والمنكر
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan
31
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa
membaca al-Qur’an hukumnya wajib dan erat hubungannya
dengan shalat karena ketika seseorang sholat tetapi dalam
shalatnya ia tidak membaca ayat suci al-Qur’an (surat al-Fatihah)
maka shalatnya menjadi tidak sah.
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa membaca
merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
kehidupan setiap manusia untuk menambah ilmu pengetahuan
maupun meningkatkan potensi diri. Membaca dipandang sebagai
suatu keterampilan, selain itu juga merupakan suatu aktivitas atau
proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi)
dalam bentuk tulisan. Menurut Lestara (2019), membaca adalah
kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai
simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah
fikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian
simbol-simbol tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi
atau ilmu pengetahuan dengan cara memahami sebuah tulisan.
32
Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata Qara’a yang
berarti bacaan. Sedangkan pengertian al-Qur’an menurut istilah di
antaranya adalah wahyu Allah SWT yang dibukukan, diturunkan
pada Nabi Muhammad sebagai suatu mukjizat, membacanya
dianggap Ibadah dan sebagai sumber utama agama Islam.
Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, sebagaimana dikutip oleh
Charisma (1991 : 1) al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk melemahkan orang-
orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang pendek,
dan membacanya termasuk ibadah.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa
kemampuan membaca al-Qur’an adalah kompetensi profesional
yang dimiliki seorang mahasiswa dalam membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bacanya
untuk memperoleh pesan-pesan yang terdapat dalam al-Qur’an.
3.3) Indikator Kemampuan Baca al-Qur’an
Terdapat dua indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur
kemampuan baca al-Qur’an seseorang, di antaranya adalah ilmu
tajwid dan makharijul huruf.
1) Ilmu Tajwid
Sebagaimana dipaparkan oleh Salman (2016 : 25),
menurut bahasa, tajwid berarti membaguskan. Sedangkan
33
pengertian tajwid menurut istilah adalah membaguskan
bacaan al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu-ilmu tajwid
yang berlaku. Sedangkan pengertian tajwid menurut
Suenarto, adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui
tempat keluarnya huruf (makhraj), dan sifat-sifat serta
bacaannya. Ilmu tajwid bertujuan agar seseorang dapat
membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan fasih dan sesuai dengan
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad serta dapat menjaga
lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca al-Qur’an.
Jadi, dapat dipahami bahwa pengertian ilmu tajwid
adalah ilmu-ilmu yang membahas mengenai tata cara
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sehingga tidak
terjadi kesalahan-kesalahan dalam membacanya.
Oleh karena itu, Humam (2005 : 4) menyatakan bahwa
maka hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah
dan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (praktik,
sesuai dengan aturan-aturan ilmu tajwid) hukumnya adalah
fardhu ‘ain.
2) Makharijul huruf
Menurut Salman (2016 : 3) kata makhraj jika ditinjau dari
segi bahasa berasal dari fi’il madly yaitu kharaja yang artinya
keluar. Kemudian dijadikan berwazan maf’ul yang bersighat
isim makan, maka menjadi makhraj. Sedangkan bentuk
34
jamaknya adalah makhaarijun. Karena itu makhaarijul huruf
jika diindonesiakan menjadi makhraj huruf, yang berarti
tempat-tempat keluar huruf.
Sedangkan pengertian menurut bahasa makhraj, berarti
tempat keluar. Dan menurut istilah, makhraj merupakan
nama tempat yang mana padanya huruf dibentuk atau
diucapkan.
Secara garis besar, Alam (2010 : 7) merumuskan
makharijul huruf terbagi menjadi 5 macam, yakni sebagai
berikut :
Jawf (rongga tenggorokan) huruf yang keluar dari rongga
tenggorokan adalah alif (ا) dan hamzah (ء) yang
berharakat fathah, kasrah, atau dhammah.
Halq(tenggorokan) adapun huruf yang keluar dari
tenggorokan terdiri dari 6 huruf ح-خ-ع-غ-ه-ء
Lisan (lidah) terdiri dari 18 huruf antara lain ز-ر-ذ-د-ج-ث-ت-
ي-ن-ل-ك-ق-ظ-ط-ض-ص-ش-س
Syafataani (dua bibir) terdiri dari 4 huruf م -ب-و-ف
Khoisyum(pangkal hidung) adapun huruf Khoisyum adalah
mim (م) dan nun (ن) yang berdengung.
top related