bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori medis 1 ...repository.ump.ac.id/6495/3/sri puji diana wati...
Post on 27-May-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu.(Saleha, 2009; h. 4).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo,
2008: h. 356).
Selama masa pemulihan, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Pada masa nifas
sebagian besar dalam keadaan fisiologis, tetapi jika tidak dilakukan
asuhan kebidanan yang sesuai, tidak menutup kemungkinan akan
menjadi keadaan patologis.
Penyesuain psikologi pada masa postpartum menurut Anggraeni
(2010; h. 80) dibagi menjadi 3 tahap adalah :
a. Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus
pada dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami.
Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur
untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat
tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
9
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Taking hold (2-4 hari postpartum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya
dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat
bayinya. Wanita postpartum ini berpusat pada kemampuannya
dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara memggendong dan
menyusui, memberi minum, dan mengganti popok.
Wanita pada masa ini sangat sensitif akan
ketidakmampuannya, cepat tersinggung dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran,
maka hati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
c. Letting go
Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS.Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya
grefing (kesedihan dan dukacita) karena dirasakan sebagai
mengurangi interaksi sosial tertentu. Depresi post partum sering
terjadi pada masa ini.
Perubahan Fisiologi dan Anatomis yang biasa terjadi pada
nifas menurut Varney (2007; h. 958) adalah :
a. Uterus
Segera setelah kelahiran bayi, plasenta, dan selaput
janin, beratnya sekitar 1000 g. Berat uterus menurun sekitar
500 g pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 g
pada minggu kedelapan pascapartum (Varney, 2007; h. 958).
Gambar tinggi fundus dan involusi uterus (Helen
Varney, 2001; h. 268).
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setinggi sekitar umbilikus,
setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali
pada ukuran sebelum hamil. Jika sampai 2 minggu postpartum,
uterus belum masuk panggul, curiga ada
subinvolusi.Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan lanjut (Suherni, 2009; h. 77).
b. Lokia
Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium. Lokia dibagi menjadi 3
yaitu:
1) Lokia rubra : berwarna merah karena mengandung darah. Ini
adalah lokia pertama yang mulai keluar segera setelah
pelahiran dan terus berlanjut selama dua atau tiga hari
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pertama pascapartum. Lokia rubra terutama mengandung
darah dan jaringan desidua.
2) Lokia serosa : lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang
lebih pucat dari lokia rubra, serosa, dan merah muda. Lokia
ini berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian
dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga
transisi menjadi lokia alba. Lokia serosa terutama
mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, dan
eritrosit.
3) Lokia alba : lokia alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh
pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat
minggu. Pada beberapa wanita, lokia ini tetap ada pada saat
pemeriksaan pascapartum. Warna lokia alba putih krem dan
terutama mengandung leukosit dan sel desidua.
c. Vagina dan Perinium
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar,
mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan
celah pada introitus.Setelah satu hingga dua hari pertama
pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak
lebar dan vagina tidak lagi edema. Latihan pengencangan otot
perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan
wanita secara perlahan menegecangkan vaginanya dengan
latihan setiap hari.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan
hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespon
terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus
melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi
susu (Varney, 2007; h. 958).
Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh
berbagai macam hormon, antara lain estrogen, progesteron,
human plancental lactogen ( HPL ) dan prolaktin. Hormone ini
berfungsi melancarkan produksi ASI (Salleha, 2009; h. 58).
Proses laktasi timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas.
Plasenta mengandung hormone prolaktin (hormone plasenta)
yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas
hormone plasenta tersebut tidak ada lagi sehingga susu pun
keluar (Danuatmaja, 2003; h. 36).
Ada dua reflek yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Reflek prolaktin
Apabila putingg di rangsang, maka akan timbul rangsangan
menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
anterior, sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin. Dengan demikian semakin sering rangsangan
makin banyak pula produksi ASI.Hormon ini disekresi lebih
banyak pada malam hari dan hormon ini bersifat menekan
ovulasi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Reflek oksitosin
Rangsangan yang berasal dari putin susu, tidak hanya
diteruskan sampai hipofisis anterior tetapi juga ke kelenjar
hipofisis posterior. Akibatnya bagian ini mengeluarkan
hormone Oksitosin.Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar (Slleha, 2009; h. 58).
Pada program dan kebijakan teknis pada masa nifas
dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan. Menurut Saifuddin (2002;
h. N-23) tahapan kunjungan masa nifas ada 4, yaitu :
a) Kunjungan 1 : pada 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas karena
atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
4) Member ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Kunjungan 2 : pada 6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
c) Kunjungan 3 : pada 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan ).
d) Kunjungan 4 : pada 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Kunjungan pada nifas ini dilakukan untuk menilai keadaan
ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi, yang salah satunya
disebabkan oleh perdarahan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Pengertian Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml
atau lebih darah setelah kala tiga persalinan selesai (Cunningham,
2005: h. 704).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan
berlebihan dari traktus genital setelah bayi lahir hingga 6 minggu setelah
pelahiran (Myles, 2009: h. 508).
Perdarahan postpartum dapat dikategorikan sebagai primer
(sejak kelahiran sampai 24 jam postpartum) atau sekunder (24 jam
sampai 6 minggu postpartum) (Varney, 2007: h. 841).
Perdarahan post partum di bagi menjadi 2, yaitu :
a) Perdarahan post partum primer, terjadi dalam 24 jam pertama,
penyebab utamanya atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama,
penyebab utamanya robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau
membran.
Faktor- faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum
menurut Manuaba (2010;h. 395) yaitu :
a. Atonia uteri
Merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan
pascaprsalinan.Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi
dengan baik setelah persalinan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Robekan jalan lahir
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, yaitu sumber dan dan jumlah perdarahan sehingga
dapat diatasi.sumber perdarahan dapat berasal dari perineum,
vagina, serviks, dan robekan uterus (rupture uteri). Untuk dapat
menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum.Perdarahan
karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan
persalinan oleh dukun, karena tanpa dijahit.
c. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah persalinan bayi. Pada beberapa
kasus dapat terjadi retensi plasenta berulang (habitual retensio
plasenta).Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai mati, plasenta
inkarserata, polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas
koriokarsinoma.
d. Tertinggalnya sebagian plsenta (sisa plasenta)
Suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.(Angraini, 2010; h.
93).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3. Definisi Retensio Sisa Plasenta
Retensio sisa plasenta adalah tertinggalnya bagian plasenta
dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer
atau perdarahan post partum sekunder. (Sujiatini, 2011; h. 139).
Retensio Sisa Plasenta adalah suatu bagian dari plasenta satu
atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif (Saifuddin, 2002; h. M-31)
Dari kedua pendapat tersebut penulis mengambil kesimpulan
bahwa Retensio Sisa plasenta adalah tertinggalnya sebagian dari
plasenta, bisa dari selaput plasenta, kotiledon atau lobus yang dapat
menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi sehingga mengakibatkan
terjadinya perdarahan postpartum.
4. Etiologi
Etiologi atau faktor presdisposisi perdarahan postpartum karena
retensio sisa adalah :
1) Uterus terlalu tegang (hidramnion, kehamilan kembar)
Frekuensi hidramnion pada hamil kembar sekitar 10 kali lebih
besar dari pada kehamilan tunggal.Perjalanan persalinan dapat
berlangsung lebih lama, karena keregangan otot rahim yang
melampaui batas.Setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi otot
rahim yang menyebabkan atonia uteri menimbulkan perdarahan,
retensio plasenta, dan retensio sisa plasenta.(Manuaba, 2010; h.
277).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2) Percepatan persalinan
Jika uterus telah berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan durasi
persalinan kurang dari 1 jam, kesempatan otot untuk beretraksi tidak
cukup. Ini bisa menyebabkan kegagalan miometrium pada sisi
plasenta untuk berkontraksi dan beretraksi serta mengkompresi
pembuluh darah yang robek (Myles, 2009: h. 509).
3) Paritas tinggi
Pada setiap kehamilan, jaringan fibrosa menggantikan serat
otot didalam uterus, hal ini akan menurunkan kontraktilitasnya dan
pembuluh darah menjadi lebih sulit dikompresi. Ibu yang pernah
mengalami lima pelahiran atau lebih, mengalami peningkatan resiko
(Myles, 2009: h. 510).
Uterus biasanya menjadi organ pelvis pada kira-kira hari ke
10 setelah kelahiran.Involusi uterin lebih lambat bila makin multipara
dan bila ada kondisi uterus distensi berlebihan (Walsh, 2007; h. 340).
4) Kesalahan penatalaksanaan kala tiga persalinan
Kesalahanpenatalaksanaan kala tiga persalinan dikatakan bahwa
faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan pascapartum yang
paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus dapat
mencetuskan terjadinya kontraksi aritmik sehingga plasenta hanya
sebagian terpisah dan kehilangan retraksi (Myles, 2009: h. 509).
5) Perlekatan plasenta yang abnormal
Perlekatan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan
desidua terganggu.Keadaan-keadaan terkait mencakup implantasi
disegmen bawah uterus, diatas jaringan parut seksio sesarea atau
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
insisi uterus lainnya, atau setelah kuretase uterus (Obstetri Williams,
2005; h. 709).
6) Riwayat operasi SC sebelumnya
Riwayat persalinan dengan operasi Caesar dapat menyebabkan
cacat parut pada miometrium sehingga mempengaruhi implantasi
dan perlekatan plasenta (Harry Oxorn dan Wiliam forte, 2010:h. 489).
7) Anemia
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume
30-40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu. Sedangkan
pada wanita hamil kebutuhan akan zat besi meningkat untuk
menambah jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin serta plasenta. Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta
dan darah yang keluar ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg.
semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka
akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi anemis.
Dampak anemis bagi ibu setelah melahirkan ini adalah terjadi
perdarahan pada masa nifas (Manuaba, 2010: h. 238).
8) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat
terjadi retensi plasenta berulang (habitual retensio plasenta).Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai mati, plasenta inkarserata, polip plasenta, dan
terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma (Manuaba, 2010; h. 395).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5. Patofisiologi
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar uterus yang
teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta
yang menjadi tebal 2x sebelumnya.Beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan dan
atau dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc. setelah lahirnya bayi, otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti berkurangnya ukuran rongga secara tiba-tiba.Penyusutan
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
terlepas dari dinding uteri setelah plasenta terpisah, ia akan turun ke
segmen bawah rahim.(Sujiyatini, 2011; h. 127).
Ketika plasenta masih melekat, volume darah yang mengalir ke
plasenta adalah sekitar 500-800 ml per menit.Setelah terjadi pemisahan,
kontraksi dan retraksi yang efisien oleh otot uterus menyumbat aliran
tersebut dan mencegah perdarahan (Myles, 2009; h. 509).
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-
sinus maternalis ditempat insersinya pada dinding uterus
terbuka.Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-pembuluh darah yang
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah
tersumbat oleh bekuan darah (Wiknjosastro, 2006; h. 653).
Kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh darah
pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan
perdarahan (Solikhah, 2011; h. 115).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perdarahan
terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pada
waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup. Tetapi jika masih ada plasenta atau selaput yang tertinggal
dalam uterus, maka kontraksi akan terganggu.
6. Tanda dan Gejala Retensio Sisa Plasenta
Tanda dan gejala perdarahan maka tinggi rahim akan bertambah
naik, tekanan darah menurun, pernafasan ibu menjadi lebih cepat dan
denyut nadi ibu menjadi cepat. Bila perdarahan sedikit dalam jangka
waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah
sebelum ia tampak pucat (Anggraini, 2010; h. 89). Pada muka terlihat
tampak pucat (Wiknjosastro, 2006; h. 654).Pada keadaan umum pasien
biasanya terlihat lemah (Manuaba, 2008; h. 153).Dan terjadi penurunan
suhu badan (Anggraini, 2010; h. 138).
Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri,
terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi
perdarahan banyak mendadak setelah berhenti beberapa waktu,
perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah (Manuaba, 2010: h. 413).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tanda dan gejala retensio sisa plasenta menurut Anggraini
(2010; h. 95) adalah sebagai berikut :
1. Tanda dan gejala yang selalu ada
a). Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap
b). Perdarahan segera
2. Tanda dan gejala yang kadang-kadang ada
Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada perdarahan post partum karena retensio
sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih tumbuh
dalam uterus dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten
sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat menjadi degenerasi
ganas menuju korio karsinoma (Manuaba, 2010; h. 413).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada pasien dengan retensio sisa plasenta menurut M.
Achadiat ( 2004; h. 46) adalah :
1. Darah lengkap :
a. Kadar hemoglobin yaitu untuk mengetahui apakah pasien
dengan anemia atau tidak. Untuk mengetahui penurunan
hemoglobin (Walsh, 2007; h. 496).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Hematokrit yaitu untuk mengetahui apakah terjadi penurunan
atau peningkatan pada hematokrit (Walsh, 2007; h. 496).
c. Golongan darahyaitu untuk mengetahui golongan sebagai
persiapan jika membutuhkan transfuse (Walsh, 2007; h. 498).
d. Masa pembekuanyaitu untuk mengetahui apakah apakah darah
berbentuk bekuan dan apakah darah mudah pecah atau tidak.
Bentuk bekuan darah yang tidak stabil merupakan gejala
koagulopati, dan harus segera konsultasi dengan perinatologis
(Walsh, 2007; h. 498).
e. Masa perdarahan
2. USG : dapat mengidentifikasi jaringan yang tertinggal (Walsh, 2007;
h. 502).
9. Penatalaksanaan Medis
Sisa plasenta dapat dilakukan dengan membersihkan kavum
uteri dengan membungkus tangan dengan sarung tangan sehingga
kasar, mengupasnya sehingga sisa membran dapat sekaligus
dibersihkan (Manuaba, 2010: h. 413).
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infuse profilaksis,
pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau
metergin), dan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan
pemeriksaan patologi-anatomik (Manuaba, 2008: h. 157).
Segera setelah diketahui perdaran pascapersalinan, maka
segera diberikan infus, transfusi darah, kontrol perdarahan, dan
pemberian O2.Bila perdarahan terjadi karena retensio sisa plasenta
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
pengeluaran dilakukan secara digital atau manual ataupun dengan
kuretase (M. Achadiat, 2004; h. 46).
Sebelum dilakukan tindakan kuretase harus dipastikan diagnosis
yang tepat, lakukan konseling dan persetujuan tindakan medis,
memberikan dukungan emosional untuk mengurangi kecemasan dan
mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien (Saifuddin, 2006; h. 37).
Observasi perdarahan, perubahan tanda-tanda vital untuk
mencegah terjadinya syok.(Maryunani, 2009; h. 153).
Sebelum dilakukan kuretase stabilisasi keadaan ibu, pantau
tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, dan perdarahan.
Prosedur Kuretase pada Retensio Sisa plasenta (Saifuddin, 2006:
h. 445) yaitu :
LANGKAH KLINIK
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. Pasien
1. Memastikan cairan dan selang infuse sudah terpasang,
perut bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan dengan air
dan sabun.
2. Menguji fungsi dan kelengkapan perlatan resusitasi
kardiopulmoner
3. Menyiapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah
4. Menyiapkan obat yang dibutuhkan, seperti :
a. Analgetik (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCl 0,5 mg/kg
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
BB, tramadol 1-2 mg/kg BB)
b. Sedativa (Diazepam 10 mg)
c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
5. Menyiapkan Larutan Antiseptik (Providon Iodin 10%)
6. Menyiapkan Oksigen dengan regulator
7. Meyiapkan alat dalam bak Instrument, seperti :
a. Cunan tampon : 1
b. Klem Ovum (forester/fenster clamp) lurus : 2
c. Sendok kuret pascpersalinan : 1
d. Speculum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai) : 2
II. Penolong (Operator dan Asisten)
1. Menyiapkan Baju kamar tindakan, apron, masker, dan kaca
mata pelindung : 3 set
2. Menyiapkan Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3. Menyiapkan Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang
4. Menyiapkan alat, seperti :
a. Lampu sorot : 1
b. Mangkok logam : 2
c. Penampung darah dan jaringan : 1
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN
1. Menginstruksikan asisten untuk memberikan sedative dan
analgetik
2. Apabila penderita tidak dapat berkemih, lakukan kateterisasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3. Setelah kandung kemih dikosongkan, melakukan pemeriksaan
bimanual, dan menentukan besar uterus dan bukaan serviks
4. Membersihkan dan melakukan dekontaminasi sarung tangan
dengan larutan klorin 0,5 %
5. Memakaisarung tangan DTT/steril yang baru
6. Memasang speculum sim’s atau L, masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar kebawah
7. Memasang speculum sim’s berikutnya dengan jalan
memasukkan bilahnya secara vertical kemudian putar dan
tarik ke atas sehingga porsio tampak dengan jelas
8. Meminta asisten untuk memegang speculum atas dan bawah,
pertahankan pada posisinya semula
9. Mengambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik dengan menggunakan cunam tampon,, kemudian
membersihkan lumen vagina dan porsio. Membuang kapas
tersebut dalam tempat sampah yang tersedia, kembalikan
cunan ketempat semula
10. Mengambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio
(perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam
12).
11. Setelah porsio terpegang baik, lepaskan speculum atas
12. Memegang gagang cunam dengan tangan kiri, mengambil
sendok kuret pascapersalinan dengan tangan kanan, pegang
diantara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada
telapak tangan) kemudian masukkan hingga menyentuh
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
fundus
13. Meminta asisten untuk memegang gagang klem ovum,
letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri
(sehingga penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus
oleh ujung sendok kuret)
a. Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan
lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan
dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara
sistematis, keluarkan jaringan plasenta (dengan kuret) dari
kavum uteri.
b. Memasukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum
uteri, setelah sampai fundus, kemudian putar 180 derajat,
lalu bersihkan dinding belakang uterus, keluarkan jaringan
yang ada.
14. Mengembalikansendok kuret ke tempat semula, gagang klem
ovum di pegang kembali oleh operator
15. Mengambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam
tampon, membersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina
16. Melepaskan jepitan klem ovum pada porsio
17. Melepaskan spekulum bawah
18. Melepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan
sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan
klorin 0,5%
19. Membersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan
larutan antiseptic
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
E. DEKONTAMINASI
F. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
G. PERAWATAN PASCATINDAKAN
Bagan Penatalaksanaan Retensio Sisa Plasenta (Manuaba, 2008; h. 158).
Komplikasi • Perdarahan • Infeksi • Plasenta polip • Degenerasi ganas
korio-karsinoma
Retensio Sisa Plasenta
Gejala Klinis • Perpanjangan
perdarahan lokia • Perdarahan
pascapartus sekunder
• Infeksi lokia berbau
Tindakan Operasi • Dilatasi-kuretase dan PA Persiapan • Evaluasi sistem hemopoietik • Infuse transfusi • Drip oksitosin • Pasca-dilatasi-kuretase dapat
ditambah tampon uterovagina
Observasi Pasca-tindakan • Tanda vital • Komplikasi (perdarahan) • Tindakan
- Uterotonik terus - Ligasi arteri hipogastrika interna - Histerektomi (anak cukup, ancaman sepsis)
• Profilaksis - Evaluasi keseimbangan elektrolit - Kalau perlu transfuse - Antibiotik adekuat
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Proses Manajemen Kebidanan
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap.Semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan
dngan kondisi klien (Mufdililah, 2009; h. 115).
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah in dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik (Mufdililah, 2009; h. 115).
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar
terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman
(Mufdililah, 2009; h. 116).
Langkah IV : Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan
(Mufdililah, 2009; h. 117).
Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan
menejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau antisipasi, pada langkah ini data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi (Mufdililah,
2009; h. 117).
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan
langkah-langkah tersebut benar-banar terlaksana. Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh (Mufdililah, 2009; h. 118).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah atau diagnosis (Mufdililah, 2009; h. 119).
2. Langkah Manajemen varney
Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari tujuh langkah berurutan.
Proses penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar
dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini mencakup seluruh
kerangka kerja yang dapat diaplikasi pada setiap situasi.(Varney, 2007;
h. 26).
Tujuh Langkah Tersebut adalah :
a. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
1. Data Subyektif
1). Biodata yang mencakup identitas pasien
(a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan (Anggraini, 2010; h. 134).
(b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang sekarang
dirasakan, pada perdarahan karena retensio sisa
plasenta pasien mengeluh lemas, pucat dan
mengalami perdarahan (Anggraini, 2010; h 89).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(c) Riwayat kesehatan
(i) Anemia selama kehamilan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30-
40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34
minggu. Sedangkan pada wanita hamil kebutuhan
akan zat besi meningkat untuk menambah jumlah
sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin serta plasenta. Setelah persalinan dengan
lahirnya plasenta dan darah yang keluar ibu akan
kehilangan zat besi sekitar 900 mg. semakin sering
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka
akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi anemis. Dampak anemis bagi ibu setelah
melahirkan ini adalah terjadi perdarahan pada
masa nifas (Manuaba, 2010: h. 238).
(d) Riwayat kesehatan keluarga
(i) Keturunan kembar
Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji
guna mengetahui apakah ada keturunan kembar
pada keluarga.Yang dapat mempengaruhi
terjadinya perdarahan postpartum karena
retensio sisa plasenta.Frekuensi hidramion pada
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
hamil kembar sekitar 10 kali lebih besar dari
pada kehamilan tunggal. Keregangan otot rahim
yang melampaui batas dalam persalinan dapat
berlangsung lebih lama dan setelah persalinan
terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang
menyebabkan perdarahan postpartum yang
salah satu nya karena retensio sisa plasenta
(Manuaba, 2010: h. 277).
(ii) Hidramion
Hidramion adalah meningkatnya air ketuban
melebihi 2000 cc. Normalnya air ketuban akan
makin meningkat jumlahnya sehingga mencapai
antara 800-1000 cc, pada usia kehamilan 34-36
minggu. Hidramion dapat berkembang
mendadak bila terjadi peningkatan air ketuban
dalam waktu 14 hari. Sehingga terjadi
peregangan uterus yang dapat menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus.Komplikasi
hidramion pada saat persalinan dapat terjadi
perdarahan pascapartus (Manuaba, 2008; h.
111).
(e) Riwayat obstetrik
(i) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu
(Anggraini, 2010; h. 136).
1. Abortus
Pada abortus inkomplite dan abortus
komplite biasanya dilakukan kuretase untuk
mengeluarkan jaringan plasenta yang
tertinggal (Williams, 2005; h. 964).
2. Jumlah anak
Pada setiap kehamilan, jaringan fibrosa
menggantikan serat otot didalam uterus, hal
ini akan menurunkan kontraktilitasnya dan
pembuluh darah menjadi lebih sulit
dikompresi. Ibu yang pernah mengalami lima
pelahiran atau lebih, mengalami peningkatan
resiko (Myles, 2009: h. 510).
(ii) Riwayat kehamilan
1. Keturunan kembar
Frekuensi hidramnion pada hamil kembar
sekitar 10 kali lebih besar dari pada
kehamilan tunggal.Perjalanan persalinan
dapat berlangsung lebih lama, karena
keregangan otot rahim yang melampaui
batas.Setelah persalinan, terjadi gangguan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kontraksi otot rahim yang menyebabkan
atonia uteri menimbulkan perdarahan,
retensio plasenta, dan retensio sisa
plasenta.(Manuaba, 2010; h. 277).
2. Anemia
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena
darah ibu hamil mengalami hemodilusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume
30-40% yang puncaknya pada kehamilan
32-34 minggu. Sedangkan pada wanita
hamil kebutuhan akan zat besi meningkat
untuk menambah jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah janin serta
plasenta. Setelah persalinan dengan
lahirnya plasenta dan darah yang keluar ibu
akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg.
semakin sering wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan maka akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi anemis.
Dampak anemis bagi ibu setelah melahirkan
ini adalah terjadi perdarahan pada masa
nifas (Manuaba, 2010: h. 238).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(iii) Riwayat persalinan sekarang
1. Riwayat operasi SC sebelumnya
Riwayat persalinan dengan operasi Caesar
dapat menyebabkan cacat parut pada
miometrium sehingga mempengaruhi
implantasi dan perlekatan plasenta (Harry
Oxorn dan Wiliam Forte, 2010:h. 489).
2. Percepatan persalinan
Jika uterus telah berkontraksi dengan kuat
dan menyebabkan durasi persalinan kurang
dari 1 jam, kesempatan otot untuk
beretraksi tidak cukup.Ini bisa
menyebabkan kegagalan miometrium pada
sisi plasenta untuk berkontraksi dan
beretraksi serta mengkompresi pembuluh
darah yang robek (Myles, 2009; h. 509).
(iv) Nifas yang lalu
Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya
dapat menjadi faktor resiko terjadinya
perdarahan postpartum berikutnya (Walsh,
2007; h. 498).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(f) Pola kebutuhan sehari-hari
(i) Nutrisi
Malnutrisi dapat menyebabkan anemia,
sedangkan anemia salah satu penyebab
perdarahan saat nifas (Anggraini, 2010; h. 135).
Bila ibu mengalami anemia selama
kehamilan, bila kehilangan darahnya lebih dari
500 ml, atau bila ia berisiko terhadap anemia,
suplemen multivitamin yang mengandung asam
volat dan suplemen zat besi harus diberikan,
disertai peningkatan asupan zat besi dalam diet
dan makanan mengandung asam folat (Walsh,
2007; h. 351).
(g) Data Obyektif
1) Keadaan umum
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum pasien.Pada
pasien dengan retensio sisa plasenta biasanya keadaan
umum pasien lemah.(Manuaba, 2008; h. 153).
2) Pengukuran tanda vital
Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk
memperoleh data dasar memantau perubahan status
kesehatan klien.
a. Tekanan darah
Dikaji untuk mengetahui tekanan darah
pasien.Pada pasien dengan retensio sisa plasenta
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
biasanya tekanan darahnya menjadi rendah apabila
pasien dalam keadaan pre syok (Anggraini, 2010; h. 139).
b. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi
diatas 100x/menit pada masa nifas, hal ini salah satunya
bisa diakibatkan proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan (Anggraini, 2010; h.
138).
c. Suhu
Dikaji untuk mengetahui suhu pada pasien.Pada
pasien dengan retensio sisa plasenta biasa nya terjadi
penurunan suhu badan (Anggraini, 2010; h. 138).
d. Respirasi
Dikaji untuk mengetahui frekuensi pernfasan
pasien.Pada pasien dengan retensio sisa plasenta
pernafasan ibu menjadi lebih cepat.(Anggraini; 2010; h.
89).
3) Status Present
Dikaji untuk mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada
pasien karene retensio sisa plasenta.
a. Muka
Pada pasien dengan retensio sisa plasenta muka terlihat
tampak pucat (Wiknjosastro, 2006; h. 654).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Mata
Pada pasien dengan retensio sisa plasenta cenderung
terjadi anemis, konjungtiva tampak pucat (Prihardjo
Robert, 2006; h. 51).
4) Status obstetrikus
a) inspeksi muka : terlihat pucat
b) Dada
(1) Mamae membesar
(2) Areoal hiperpigmentasi
(3) Putting susu menonjol
(4) Kelenjar montgomeri terlihat jelas
(5) Kolostum sudah keluar
c) Keadaan abdomen
Pada retensio sisa plasenta kontraksi uterus baik, tetapi
TFU tidak berkurang (Wiknjosastro, 2006; h. 654). Normal
TFU setelah melahirkan dapat dilihat pada gambar tinggi
fundus dan involusi uterus pada hal 12, ini untuk
membedakan TFU terjadinya retensio sisa plasenta.
d) Kedaan genetalia
Terdapat pengeluaran darah yang banyak atau perdarahan
lebih dari 500 cc (Wiknjosastro, 2006; h. 653).
5) Pemeriksaan penunjang
Pada pasien dengan retensio sisa plasenta dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kadar
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
hemoglobin, hematokrit, golongan darah, masa perdarahan
dan masa pembekuan (M. Achadiat, 2004; h. 46).
USG : dapat mengidentifikasi jaringan yang tertinggal (Walsh,
2007; h. 502).
b. Interpretasi data
(1) Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang
diperoleh dari hasil pengkajian.
Ny....P...A...umur....tahun, dengan Retensio Sisa Plasenta.
c. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada retensio sisa
plasenta menurut (Manuaba, 2010; h. 413) adalah:
1. Syok hipovolemik
2. Polip plasenta
3. Infeksi
d. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera atau Kolaborasi dan
Konsultasi
1) Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi untuk
mencegah terjadinya syok hipovolemik yaitu pemberian infuse NaCl
atau RL, transfuse darah, kontrol perdarahan dan pemberian O2 (M.
achadiat, 2004; h. 46).
a) Mencari dan menghentikan segera penyebab syok
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Membersihkan saluran nafas dan memberikan oksigen
c) Memposisikan kaki keatas untuk meningkatkan aliran darah ke
sirkulasi sentral
d) Memasang 2 set infuse atau lebih untuk tranfusi, cairan infuse
dan obat-obatan
e) Memberikan terapi obat-obatan
f) Mengobservasi oksigen, nadi, tekanan darah, produksi urin,
perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin dan
kesadaran (Prawirohardjo, 2008; h. 404).
2) Kolaborasi dengan dokter spesialis (SpOG) bila akan dilakukan
tindakan kuretase untuk mengambil jaringan sisa plasenta yang
tertinggal (M.achadiat, 2004; h. 48).
c. Perencanaan
Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan
diagnosa kebidanan menurut (Saifuddin, 2006; h. 37) dan (M. Achadiat,
2004; h. 46) yaitu :
1. Pastikan diagnosis tepat dengan mengkaji ulang indikasi
perdarahan
2. Berikan penjelasan tentang kondisi ibu berdasarkan hasil
pemeriksaan
3. Lakukan inform consent atau persetujuan tindakan kuretase
4. Berikan ibu dukungan emosional dan support mental
5. Pemberian cairan infus Nacl atau RL
6. Pemberian transfusi darah
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
7. Observasi keadaan umum ibu, vital sign, kontraksi uterus,
perdarahan
8. Pemberian O2
9. Bila perdarahan terjadi karena sisa plasenta, pengeluaran dilakukan
secara manual atau kuretase
10. Persiapan kuretase
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan perencanaan dengan melaksanakan sesuai rencana
dengan mempertimbngkan kondisi ibu.
1. Memastikan diagnosis tepat dengan mengkaji ulang indikasi
perdarahan
2. Memberikan penjelasan tentang kondisi ibu berdasarkan
pemeriksaan dan harus dilakukan tindakan kuretase
3. Melakukan inform consent atau persetujuan tindakan kuretase
4. Memberikan ibu dukungan emosional dan support mental untuk
mengurangi rasa cemas.
5. Memberikan cairan infuse Nacl atau RL
6. Memberikan transfuse darah bila kadar Hb < 8 gr%
7. Mengobservasi keadaan umum ibu, vital sign, kontraksi uterus,
dan perdarahan
8. Memberikan O2
9. Menyiapkan alat, tempat dan pasien untuk tindakan kuretase
a. mengkaji ulang indikasi untuk memastikan diagnosis
b. melakukan konseling dan persetujuan tindakan medis
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c. memberikan dukungan emosional
d. mempersiapan pasien dan pencegahan infeksi sebelum
tindakan
e. memberikan antibiotic
f. Suntikan oksitosin atau metergin sebelum tindakan agar
uterus berkontraksi
g. Menginstruksikan asisten untuk memberikan sedative dan
analgetik
h. Apabila penderita tidak dapat berkemih, lakukan kateterisasi
i. Setelah kandung kemih dikosongkan, melakukan pemeriksaan
bimanual, dan menentukan besar uterus dan bukaan serviks
j. Membersihkan dan melakukan dekontaminasi sarung tangan
dengan larutan klorin 0,5 %
k. Memakai sarung tangan DTT/steril yang baru
l. Memasang speculum sim’s atau L, masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar kebawah
m. Memasang speculum sim’s berikutnya dengan jalan
memasukkan bilahnya secara vertical kemudian putar dan
tarik ke atas sehingga porsio tampak dengan jelas
n. Meminta asisten untuk memegang speculum atas dan bawah,
pertahankan pada posisinya semula
o. Mengambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik dengan menggunakan cunam tampon,, kemudian
membersihkan lumen vagina dan porsio. Membuang kapas
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
tersebut dalam tempat sampah yang tersedia, kembalikan
cunan ketempat semula
p. Mengambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio
(perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam
12).
q. Setelah porsio terpegang baik, lepaskan speculum atas
r. Memegang gagang cunam dengan tangan kiri, mengambil
sendok kuret pascapersalinan dengan tangan kanan, pegang
diantara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada
telapak tangan) kemudian masukkan hingga menyentuh
fundus
s. Meminta asisten untuk memegang gagang klem ovum,
letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri
(sehingga penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus
oleh ujung sendok kuret)
1) Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan
lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan
dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara
sistematis, keluarkan jaringan plasenta (dengan kuret) dari
kavum uteri.
2) Memasukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung
kavum uteri, setelah sampai fundus, kemudian putar 180
derajat, lalu bersihkan dinding belakang uterus, keluarkan
jaringan yang ada.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
t. Mengembalikansendok kuret ke tempat semula, gagang klem
ovum di pegang kembali oleh operator
u. Mengambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam
tampon, membersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina
v. Melepaskan jepitan klem ovum pada porsio
w. Melepaskan spekulum bawah
x. Melepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan
sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan
klorin 0,5%
y. Membersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan
larutan antiseptic
z. Perawatan paska tindakan
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan
tindakan dan beri instruksi apabila terjadi kelainan atau
komplikasi
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam
kolom yang tersedia
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan
kondisi pasien
4) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan
perawatan
5) Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih
diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang harus
dilaporkan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah atau diagnosis.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya (Mufdililah, 2009; h. 119).
3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP.Merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penetalaksanaan manajemen kebidanan
(Mufdililah, 2009; h. 123).
S (Data Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis.Data subjetif ini berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun (Mufdililah, 2009; h. 123).
O (Data Objektif)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lain. Catatan
medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Mufdililah,
2009; h. 123)
A (Assessment)
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis atau assessment
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal
berikut ini : diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah
potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial. Kebutuhan tindakan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi :
tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk pasien
(Mufdililah, 2009; h. 124).
Planning
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.Pendokumentasian
P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi
masalah pasien (Mufdililah, 2009; h. 124).
C. Aspek Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penanganan kasus ibu nifas
dengan retensio sisa plasenta adalah berdasarkan :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1464/MENKES/PER/ X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a). Pelayanan kesehatan ibu
b). Pelayanan kesehatan anak
c). Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
Pasal 10
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf a diberikan pada masa prahamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa prahamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahirtingkat I dan II
c. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi atau bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air
susu ibu ekslusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 14
(1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak terdapat
dokter dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
(2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(3) Dalam daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat
dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku.
Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan praktek atau kerja, bidan berkewajiban untuk:
i. Menghormati hak pasien
ii. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan
iii. Merujuk kasus yang bukan wewenangnya atau tidak dapat
ditangani dengan tepat waktu
iv. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
v. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
vi. Melakukan pencatatan suhan kebidanan dan pelayanan
lainnya secara sistematis
vii. Mematuhi standar
viii. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan
kematian.
(2) Bidan dalam menjalankan praktek atau kerja senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi melalui pendidikan
dan pelatihan sesui dengan bidang tugasnya.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(3) Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu
program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2. Kompetensi Bidan dalam Asuhan Pada Ibu Nifas dan Menyusui yaitu
pada kompetensi ke 5 pada buku Bidan Menyongsong Masa Depan
(2006; h.158).
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
a. Pengetahuan dasar
1. Fisiologi nifas
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan atau
abortus
3. Proses laktasi atau menyusui dan tekhnik menyusui yang benar
serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan
payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu
masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus
7. Bonding dan attachement : orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif
8. Indikator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus menerus,
dan infeksi.
9. Indikator masalah-masalah laktasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok)
dan pre eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum,
seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan
inkontinentia alvi.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
b. Ketrampilan dasar
a. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang berfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada ibu
c. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan atau
luka jahitan
d. Merumuskan diagnose masa nifas
e. Menyusun perencanaan
f. Memulai dan mendukung pemberian ASI ekslusif
g. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi
perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir
h. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan
bilamana perlu
i. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai
kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
j. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal : sisa plasenta,
renjatan dan infeksi ringan
k. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB
pasca persalinan
l. Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita
pasca aborsi
m. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu
n. Memberikan antibiotika yang sesuai
o. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan
intervensi yang dilakukan.
c. Ketrampilan tambahan
a. Melakukan insisi pada hematoma vulva.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Sri Puji Diana Wati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
top related