bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang ...eprints.umm.ac.id/51051/3/bab ii.pdf · jual...
Post on 28-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Arti perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan
verbintenis. Perjanjian merupakan terjemahan dari Toestemming yang
ditafsirkan sebagai wilsovereenstemming (persesuaian kehendak/kata
sepakat). Arti perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang
atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih banyak dan mengikatkan
dirinya juga.
Suatu perjanjian adalah suatu perhubungan hukum antara dua
orang atau dua pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu. Selain itu merupakan suatu peristiwa hukum di
mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal11.
Perjanjian ini adalah kepentingan yang pokok dalam dunia
usaha, dan menjadi awal dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual
beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang,
pembentukan organisasi usaha dan sebegitu jauh menyangkut juga
tenaga kerja12.
11 Subekti, Hukum Perjanjian, PT Inermasa, Jakarta, 1987, hlm 29 12 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Jakarta,1986, hlm 93
19
Dalam berbagai hukum perjanjian, bila suatu perjanjian telah
memenuhi semua syarat-syaratnya dan menurut hukum perjanjian telah
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya perjanjian tersebut mengikat dan
wajib dipenuhi serta berlaku sebagai hukum, dengan kata lain,
perjanjian itu menimbulkan akibat hukum yang wajib dipenuhi oleh
pihak-pihak terkait, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 Ayat (1)
KUH Perdata yang berbunyi :
“Semua perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya ”
Pada asasnya perjanjian cuma mengikat pihak-pihak yang
membuatnya, seperti tampak dalam bunyi pasal 1338 Ayat (1) KUH
Perdata, hal itu juga ditegaskan dalam Pasal 1315 KUH Perdata13.
Perjanjian ini merupakan sumber perikatan yang terpenting, karena
perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian adalah
suatu hal yang kongkret atau satu peristiwa yang riil mengikat semua
pihak yang membuat suatu perjanjian.
2. Syarat-Syarat sah Perjanjian
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah
sah bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
13 Chairun Pasribu, Suharawardi Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta, 2011,
hlm 263
20
a. Kesepakatan
Kesepakatan adalah sepakatnya semua pihak yang
mengikatkan diri, maksutnya kedua belah pihak dalam suatu
perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk
mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan
tegas atau dengan hening. Artinya, suatu perjanjian itu tidak
sah bila dibuat atau didasarkan kepada paksaan, penipuan
atau kekhilafan.
b. Kecakapan
Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum pada
umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap
untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang menurut
undang-undang dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang
yang tidak cakap membuat perjanjian adalah orangorang
yang belum dewasa, orang yang dibawah pengampuan dan
perempuan yang telah kawin14.
Ketentuan KUH Perdata mengenai tidak cakapnya
perempuan yang telah kawin melakukan suatu perjanjian kini
telah dihapuskan, karena menyalahi hak asasi manusia.
14 R. Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum),
Alumni Bandung, Bandung, 1999, hlm 12
21
c. Suatu Hal Tertentu Menurut KUHPerdata hal tertentu adalah
:
1. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan dalam suatu
perjanjian adalah harus suatu hal atau barang yang
cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit
ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUH Perdata);
2. Cuma barang-barang yang dapat diperdagangkan saja
yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian (Pasal 1332
KUH Perdata);
Contohnya seorang pedagang telur, pedagang ayam
ternak harus jelas barang tersebut ada didalam gudang,
jual beli tanah harus jelas ukuran luas tanah dan letak
dimana tempatnya.
d. Suatu Sebab yang Halal Meskipun sapa saja dapat membuat
perjanjian apa saja, tetapi ada pengecualiannya yaitu suatu
perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang-
undang, ketentuan umum, moral dan kesusilaan (Pasal 1335
KUHPerdata)15.
Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus
dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan jika perjanjian tersebut sah.
15 Ibid., hlm 16
22
3. Akibat Suatu Perjanjian
Akibat dari suatu perjanjian yang dibuat dengan sah adalah
sebagai berikut16:
a. Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata ), asas janji
itu mengikat.
b. Suatu perjanjian cuma berlaku antara pihak yang
membuatnya (Pasal 1340 KUH Perdata) dan perjanjian
dapat mengikat pihak ketiga bila telah diperjanjikan
sebelumnya (Pasal 1317 KUH Perdata).
c. Konsekuensinya semua pihak dalam perjanjian tidak dapat
dengan sepihak menarik diri akibat-akibat perjanjian yang
dibuat oleh mereka (Pasal 1338 Ayat (2) KUH Perdata).
d. Perjanjian dapat diakhiri dengan sepihak bila ada alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk
itu (Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata), yaitu seperti yang
termuat dalam Pasal 1571, Pasal 1572, Pasal 1649, Pasal
1813 KUH Perdata.
e. Janji untuk kepentingan pihak ketiga.
16 Ibid., hlm 19
23
f. Dalam pelaksanaan suatu perjanjian harus dilakukan
dengan itikad baik(Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata), jadi
itikad baik harus ada sesudah perjanjian itu ada.
g. Suatu perjanjian selain mengikat untuk hal-hal yang
diperjanjikan juga mengikat segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau
undang-undang (Pasal 1339 KUH Perdata). Hal-hal yang
menurut kebiasaan selamanya disetujui untuk dengan diam-
diam dimasukkan ke dalam perjanjian (Pasal 1347 KUH
Perdata).
h. Konsekuensi bila undang-undang yang bersifat memaksa
disampingkan semua pihak dalam membuat perjanjian,
maka semua atau bagian tertentu dari isi perjanjian yang
bertentangan dengan undang-undang yang memaksa
tersebut menjadi batal.
4. Hubungan Hukum Dalam Perjanjian
Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat
hukum yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Bila salah satu
pihak tidak memenuhi hak dan kewajiban dengan sukarela maka salah
satu pihak dapat menuntut melalui pengadilan. Suatu perjanjian yang
telah disepakati oleh semua pihak memiliki hubungan hukum yang
harus dipatuhi keduanya.
24
Hubungan ini memberikan hak dan kewajiban kepada masing-
masing pihak untuk memberikan tuntutan atau memenuhi tuntutan
tersebut, artinya, tidak akan ada kesepakatan yang mengikat seseorang
bila tidak ada perjanjian tertentu yang disepakati oleh semua pihak, dari
adanya hubungan hukum tersebut, maka timbul tanggungjawab semua
pihak dalam suatu perjanjian.
Tanggungjawab merupakan realisasi kewajiban terhadap pihak
lain, untuk merealisasikan kewajiban tersebut perlu ada pelaksanaan
(proses). Hasilnya adalah terpenuhinya hak pihak lain dengan sempurna
atau dengan tidak sempurna. Disebut terpenuhinya dengan sempurna
bila kewajiban itu dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga pihak
lain memperoleh haknya sebagaimana mestinya pula. Hal ini tidak
menimbulkan masalah. Dikatakan tidak terpenuhinya dengan sempurna
bila kewajiban itu dilakukan tidak sebagaimana mestinya, sehingga
pihak lain memperoleh haknya sebagaimana mestinya pula (pihak lain
dirugikan), hal ini menimbulkan masalah, yaitu sapa yang
bertanggungjawab, artinya sapa yang wajib memikul beban tersebut,
pihak debitur atau kreditur, pihak penerima jasa atau pemberi jasa,
dengan adanya pertanggungjawaban ini hak pihak lain diperoleh
sebagaimana mestinya (haknya dipulihkan). Bila pihak yang
mempunyai kewajiban tidak melaksanakan kewajibannya, ia dikatakan
wanprestasi atau ingkar janji17.
17 Tood D. Rakoff, Contract of Adhesion an Essay Inreccontruction, 1983, hlm 1189
25
Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik
karena disengaja ataupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja
wanprestasi itu dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk
memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak
melakukan prestasi tersebut.
Wanprestasi dapat berupa:
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.
3. Terlambat memenuhi prestasi.
4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk
dilakukan.
B. Tinjauan Umum Tentang Kredit Dan Pinjaman Uang (Kredit)
Dengan Online
1. Tinjauan Umum Tentang Kredit
Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari
arti kata “kredit”yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti
kepercayaan akan kebenaran dalam praktek sehari–hari.
“Pengertian Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan
suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji,
pembayaran akan dilakukan pada jangka waktu yang telah
disepakati”18.
18 Astiko. 1996. Manajemen Perkreditan. Yogyakarta. Penerbit Andi Offset. Hal. 5.
26
Pengertian kredit yang lebih terkenal untuk kegiatan perbankan
di Indonesia telah dirumuskan dalam Undang – Undang Pokok
Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan jika kriteria adalah
penyediaan uang / tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan / kesepakatan pinjam meminjam antara pihak
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.
Dalam praktek sehari–hari pinjaman kredit dinyatakan dalam
bentuk perjanjian tertulis baik tidak diatas tangan ataupun dengan
materiil. Dan sebagai jaminan pengaman, pihak peminjam akan
memenuhi kewajiban dan menyerahkan jaminan baik bersifat
kebendaan ataupun tidak kebendaan.
Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan pinjaman
tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai alat untuk
melaksanakan kegiatan usacuma sehingga kredit (dana bank) yang
diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi semata19.
a. Prinsip–Prinsip Kredit
Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang
telah ditentukan oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan
pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat dan layak,
dikenal dengan 6 C yaitu :
19 Teguh P. Mulyono. 1987. Manajemen Perkreditan Komersil. Yogyakarta. Penerbit
BPFE. Hal. 37.
27
a. Character ( kepribadian / Watak )
Character adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk
memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti
adalah sifat – sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan
keadaan keluarga.
b. Capacity ( kemampuan )
Capacity adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi
kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan
yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari
penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai
dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk
melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit
yang telah disepakati.
c. Capital ( modal )
Capital adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat
mereka mengajukan permohonan kredit pada bank.
d. Collateral ( jaminan )
Collateral adalah barang – barang yang diserahkan pada bank
oleh peminjan atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang
diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit tidak
mengandung resiko.
28
e. Condition of Economic ( kondisi ekonomi )
Condition of Economic adalah situasi dan kondisi, sosial,
ekonomi, budaya dan lainnya yang mempengaruhi keadaan
perekonomian pada suatu saat ataupun untuk satu kurun
waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat
mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang
memperoleh kredit.
f. Constrain ( batasan atau hambatan )
Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang
tidak memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu
tempat.
Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut
4 P, yaitu :
a. Personality
Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian
peminjam seperti riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga
(istri / anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat
serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan
sebagainya).
b. Purpose
Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan
atau keperluan penggunaan kredit, dan apakah tujuan
29
penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit
bak bersangkutan.
c. Payment
Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam
mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat diperoleh dari
perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan
pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan
pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu jumlahnya.
d. Prospect
Prospect yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari
calon debitur. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha
si peminjam selama beberapa bulan atau tahun,
perkembangan–perkembangan keadaan ekonomi atau usaha
perdagangan sektor usaha debitor, kekuatan keuangan
perusahaan yang dilihat dari earning power (kekuatan
pendapatan/keuntungan) di masa lalu dan perkiraan masa
akan datang.
b. Macam – Macam Kredit
Untuk membedakan kredit menurut faktor–faktor dan
unsur–unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan
kredit dapat dibedakan atas dasar :
30
a. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk
keperluan konsumsi atau uang akan habis terpakai untuk
memenuhi kebutuhannya.
b. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha, baik usaha – usaha produksi,
perdagangan ataupun investasi.
c. Keperluan kredit
a. Kredit produksi / ekploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan
produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi ataupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan
kuantitas atau mutu hasil produksi.
b. Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada
umumnya yang berarti peningkatan utility of place saru suatu
barang, barang – barang yang diperdagangkan ini juga
diperlukan bagi industri.
Kredit Investasi
c. Kredit yang diberikan kepada semua pengusaha untuk
investasi, berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan
untuk keperluan perbaikan ataupun penambahan barang
modal atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan
31
itu. Misalnya untuk membangun pabrik, membeli /
mengganti mesin – mesin dan sebagainya.
d. Kredit menurut cara pemakaian
1. Kredit rekening Koran bebas
Debitur menerima semua kreditnya dalam bentuk rekening
koran kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening
koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang
diberikan, debitur bebas melakukan penarikan selama kredit
berjalan.
2. Kredit rekening Koran terbatas
Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam
melakukan penarikan uang rekeningya, seperti pemberian
kredit dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang
chartal dilakukan berangsur – angsur.
3. Kredit rekening Koran aflopend
Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada
waktu penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh
nasabah.
4. Revolving credit
Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran
bebas dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara
pemakaiannya berbeda.
32
5. Term Loans
Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat
fleksibel artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit
untuk keperluan apa saja dan bank tidak mau tentang hal itu.
e. Kredit menurut Jaminan
Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :
a. Unsecured Loans (kredit tanpa jaminan) sering juga disebut
kredit blangko.
b. Secured Loans
Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di
Indonesia yaitu memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit
dapat berupa tanah, rumah, pabrik dan atau mesin – mesin
pabrik, perusahaan serta surat berharga.
f. Jangka Waktu Kredit
Perbedaan jangka waktu kredit nurut peraturan Bank
Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu
selama–lamanya satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak
melebihi satu tahun.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya
antara satu sampai tiga tahun.
33
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya
lebih dari tiga tahun.
g. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok
yang saling berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :
a. Profitability
Proftability ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit
berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.
b. Safety
Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar–benar terjamin sehingga profitability
dapat benar–benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Sedangkan Fungsi kredit adalah menyalurkan dana – dana
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu fungsi kredit dalam
kehidupan perekonomian adalah sebagai berikut20 :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal
Artinya jika semua pedagang kecil dapat menikmati kredit
bank melalui PD. BPR BKK untuk memperluas usacuma,
mengembangkan usaha dan kesempatan untuk berusaha.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang
20 Sinungan M. 1989. Dasar – dasar dan teknik Manajemen Kredit. Jakarta. Penerbit
PT.Bina Aksara. Hal. 9.
34
Dengan bantuan kredit dari PD. BPR BKK tersebut maka
semua pedagang kecil dapat memproduksi bahan mentah
menjadi bahan jadi, berarti daya guna dari bahan tersebut.
c. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
Jika dalam menghadapi keadaan perekonomian yang kurang
sehat, maka kredit dapat sebagai alat stabilitas ekonomi
misalnya dalam usaha pengendalian inflasi, peningkatan
ekspor serta pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
d. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional
Bantuan kredit digunakan semua usahawan untuk
memperbesar volume usaha produksinya. Peningkatan usaha
nantinya diharapkan akan meningkatkan profit. Bila
keuntungan dengan kumulatif dikembangkan lagi dalam arti
kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka
peningkatan akan berlangsung terus menerus dan akibatnya
pendapatan terus meningkat.
2. Tinjauan Tentang Perjanjian Pinjam Meminjam Uang (Kredit)
Secaara Online
a. Tinjauan Tentang Pinjam Meminjam Uang Dengan Online
35
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk
mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman
dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata
uang rupiah dengan langsung melalui sistem elektronik dengan
menggunakan jaringan internet21.
Dalam artikel Upaya Menutup Celah Agar Fintech Tak
Berpraktik ‘Shadow Banking’, hadirnya fintech khususnya model
bisnis layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
informasi (Peer to Peer Lending), dapat memangkas proses
panjang dalam mengajukan kredit. Ketua Dewan Komisioner OJK,
Wimboh Santoso mengatakan jika hadirnya fintech yang
berkembang cepat/pesat memerlukan kebijakan yang cepat dan
tepat dari regulator. Setelah melihat pesatnya penyelenggara Peer
to Peer Lending, OJK buru-buru mengeluarkan payung hukum
lewat POJK 77/2016. Bentuk Badan Usaha, Modal, dan Kegiatan
Usaha layanan pinjam meminjam berbasis teknolgi informasi
sebagai berikut :
1. Bentuk Badan Usaha
21 Pasal 1 angka 3 POJK 77/2016
36
Badan hukum Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi (“Penyelenggara”)
berbentuk22:
a. perseroan terbatas; atau
b. koperasi
Penyelenggara berbentuk badan hukum perseroan terbatas
dapat didirikan dan dimiliki oleh23:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia; dan/atau
b. warga negara asing dan/atau badan hukum asing.
Kepemilikan saham Penyelenggara oleh warga negara asing
dan/atau badan hukum asing, baik dengan langsung ataupun
tidak langsung paling banyak 85%24.
2. Modal
Penyelenggara berbentuk badan hukum perseroan terbatas
wajib memiliki modal disetor paling sedikit Rp 1 miliar pada
saat pendaftaran. Sedangkan untuk penyelenggara berbentuk
badan hukum koperasi wajib memiliki modal sendiri paling
sedikit Rp 1 miliar pada saat pendaftaran25.
22 Pasal 2 POJK 77/2016 23 Pasal 3 ayat (1) POJK 77/2016 24 Pasal 3 ayat (2) POJK 77/2016 25 Pasal 4 ayat (1) dan (2) POJK 77/2016
37
Kemudian, Penyelenggara berbentuk perseron dan koperasi
wajib memiliki modal disetor atau modal sendiri paling sedikit
Rp 2,5 miliar pada saat mengajukan permohonan perizinan26.
3. Kegiatan Usaha
Penyelenggara menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi dari pihak Pemberi Pinjaman kepada pihak
Penerima Pinjaman yang sumber dananya berasal dari pihak
Pemberi Pinjaman27.Yang dimaksud dengan28: Pemberi
Pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha
yang mempunyai piutang karena perjanjian Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Penerima
Pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang
mempunyai utang karena perjanjian Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Perjanjian pelaksanaan Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi meliputi29:
a. perjanjian antara Penyelenggara dengan Pemberi
Pinjaman; dan
b. perjanjian antara Pemberi Pinjaman dengan Penerima
Pinjaman.
26 Pasal 4 ayat (3) POJK 77/2016 27 Pasal 5 ayat (1) POJK 77/2016 28 Pasal 1 angka 6, 7 dan 8 POJK 77/2016 29 Pasal 18 POJK 77/2016
38
Penyelenggara dapat bekerja sama dengan penyelenggara
layanan jasa keuangan berbasis teknologi informasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan30. Kemudian perlu
diingat jika, dalam melakukan usacuma, penyelenggara wajib
mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada Otoritas Jasa
Keuangan (“OJK”)31. Ada batasan pemberian pinjaman dana yang
berbasis teknologi informasi yang di atur Pasal 6 POJK 77/2016
sebagai berikut :
1. Penyelenggara wajib memenuhi ketentuan batas maksimum
total pemberian pinjaman dana kepada setiap Penerima
Pinjaman.
2. Batas maksimum total pemberian pinjaman dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
3. OJK dapat melakukan peninjauan kembali atas batas
maksimum total pemberian pinjaman dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Jadi memang ada batasan jumlah pinjaman yang ditetapkan
OJK dalam penyelenggaraan layanan pinjaman berbasis aplikasi,
yaitu maksimum Rp 2 miliar.
30 Pasal 5 ayat (2) POJK 77/2016 31 Pasal 7 POJK 77/2016
39
b. Hak dan Kewajiban Semua Pihak
Suatu perikatan yang lahir oleh karena suatu perjanjian
mempunyai dua sudut yaitu sudut kewajiban dan hak-hak yang
timbul. Lazimnya suatu perjanjian adalah timbal balik, suatu pihak
yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima
kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikannya dari hak-hak
yang diperolehnya dan sebaliknya suatu pihak yang memikul
kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap
sebagai kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan
kepadanya itu.
Suatu perjanjian pinjam meminjam akan melibatkan dua
pihak yaitu pemberi pinjaman dan penerima pinjaman atau dengan
arti lain disebut debitur dan kreditur. Oleh karena itu dalam
hubungan dengan pembahasan tentang hak dan kewajiban ini akan
ditinjau dari dua sudut semua pihak tersebut. Apa yang merupakan
kewajiban pemberi pinjaman sekaligus akan merupakan hak dari
penerima pinjaman, demikian pula sebaliknya apa yang merupakan
hak pemberi pinjaman sekaligus akan merupakan kewajiban dari
penerima pinjaman. Persyaratan dari hak dan kewajiban itu
biasanya telah tercantum alam suatu blangko yang dipersiapkan
oleh pemberi pinjaman.
Pada awalnya dalam suatu perjanjian pinjam meminjam
akan tersangkut dua pihak dengan langsung, yaitu :
40
a. Pemeberi pinjaman (Kreditur)
b. Penerima pinjaman (Debitur)
Pihak penerima pinjaman dapat merupakan anggota
koperasi baik perseorang atau badan usaha yang telah melakukan
kegiatan atau usacuma untuk mengetahui hak dan kewajiban semua
pihak dalam suatu perjanjian pinjam meminjam, maka diuraikan
dengan garis besar hak dan kewajiban harus dilakukan oleh semua
pihak tersebut, adapun hak dan kewajiban dari pihak tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kewajiban pemberi Pinjaman (kreditur)
Perjanjian pinjam meminjam merupakan perjanjian timbale
balik, maka kewajiban dari kreditur merupakan hak dari
debitur, kewajiban utama dalam perjanjian pinjam
meminjam adalah menyerahlan sejumlah uang sebesar nilai
nominal yang telah disepakati oleh piminjam tersebut.
Menurut ketentuan jika pemberi pinjaman cuma mempunyai
satu kewajiban pokok yaitu menyerahkan uang pinjaman
tersebut pada tempat yang telah diperjanjikan.
2. Kewajiban penerima pinjaman (debitur)
Menurut Pasal 1793 KUHPerdata, penerima pinjaman
berkewajiban untuk mengembalikan apa yang dipinjamkan
dalam jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu yang
telah ditentukan, bila barang yang telah maksud Pasal
41
tersebut diartikan dengan uang maka penerima pinjaman
akan memikul suatu kewajiban utama untuk mengembalikan
uang yang telah dipinjamkan tepat pada waktunya, selain
kewajiban itu dalam suatu perjanjian pinjam meminjam uang
dibebankan kewajiban tambahan yaitu membayar bunga
yang telah ditetapkan.
3. Hak pemberi pinjama (kreditur)
Adapun hak pemberi pinjaman adalah sebagai berikut :
a. Menerima kembali uang yang telah dipinjam setelah
sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam
perjanjian
b. Pemberi bunga atas pinjaman yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang telah dicantumkan
dalam perjanjian
4. Hak Penerima Pinjaman (debitur)
Sebagaimana yang telah diuraikan jika debitur mempunyai
hak yaitu :
a. Menerima uang pinjaman sebesar jumlah yang
dicantumkan dalam perjanjian.
b. Dalam hall memang membutuhkan berhak menerima
bimbingan dan pengarahan dari kreditur sehubungan
dengan kegiatan pengaktifan usaha serta
42
mendapatkan pembinaan yang optimal dari pihak
kreditur
c. Syarat Untuk Penyelenggara Pinjaman Uang Dengan
Online (Kreditur)
Menurut pasal 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.77/POJK.01/2016 (POJK No 77/2016), suatu perusahaan yang
bergerak di bidang penyelenggara pembiayaan dengan elektronik
wajib mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Yang sering menjadi pertanyaan di sini adalah: apakah
untuk perizinan tersebut harus diajukan sebelum PT tersebut
didirikan atau setelah PT tersebut berdiri. Di dalam aturannya,
perizinan dapat diajukan setelah PT tersebut berdiri, artinya tidak
perlu mempunyai izin terlebih dahulu, dapat langsung mendirikan
perusahaan yang bergerak di bidang Fintech Lending. Namun
demikian, beberapa syarat dalam pendirian PT atau Koperasi yang
bergerak di bidang Fintech Leding ini. Begitu juga, karena di dalam
POJK 77/2016 tersebut tidak ditegaskan jika perizinan dapat
diajukan setelah PT berdiri, demi mencegah kesalahan dalam
proses pendiriannya, pihak Ikatan Notaris Indonesia meminta agar
Notaris memiliki standard dan prosedur yang jelas dalam bentuk
Surat Edaran atau lainnya guna menegaskan mengenai hal tersebut.
43
Seperti halnya perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan dan asuransi, seperti bank, Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), multifinance, money changer, maka untuk perusahaan yang
bergerak di bidang fintech lending ini juga harus mempunyai izin
dari OJK. Tata cara pengajuan perizinannya juga mengikuti
ketentuan yang diatur dalam POJK No 77/2016 tersebut.
Perusahaan ini memperbolehkan adanya unsur asing
sebagai salah satu pendiri atau pemegang saham dalam perusahaan.
Yang menjadi pertanyaan di sini adalah: apakah bila salah satu atau
beberapa pemegang sahamnya asing, maka harus ada izin dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagaimana PT
PMA lainnya. Jawabannya adalah TIDAK. Mengapa?, Karena
seperti pada perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
lainnya, seperti perusahaan asuransi atau perusahaan multifinance
atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lain, dimana
salah satu atau beberapa pemegang sahamnya asing, tidak perlu
mempunyai izin operasional ataupun izin lain pada saat melakukan
perubahan anggaran awal, jual beli saham, atau saat melakukan
corporate action lainnya. Dalam mengajukan perizinan, ada 2 tahap
yang harus dilakukan, yaitu:
1. Pengajuan Pendaftaran
2. Permohonan aplikasi perizinan.
44
Jadi untuk menjadi penyelenggara pinjaman uang (kredit)
online harus memenuhi syarat yang telah di tentukan oleh OJK.
1. Pengajuan Pendaftaran
Penyelenggara yang akan melakukan kegiatan
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi mengajukan permohonan pendaftaran kepada OJK.
Bagi Penyelenggara yang telah melakukan kegiatan Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
sebelum peraturan OJK ini diundangkan, harus mengajukan
permohonan pendaftaran kepada OJK paling lambat 6 (enam)
bulan setelah peraturan OJK ini berlaku, dengan mengisi
Formulir ini.
Permohonan pendaftaran oleh Penyelenggara,
disampaikan oleh Direksi kepada Kepala Eksekutif Pengawas
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dengan menggunakan
Formulir 1, dan dilampiri dengan dokumen yang paling sedikit
memuat:
a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran awal
berikut perubahannya (bila ada) yang telah
disahkan/disetujui oleh instansi yang berwenang atau
diberitahukan kepada instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
45
b. bukti identitas diri dan daftar riwayat hidup yang
dilengkapi dengan pas foto berwarna yang terbaru
berukuran 4×6 cm dari: pemegang saham yang
memiliki saham paling sedikit 20% (dua puluh persen),
anggota Direksi dan anggota Komisaris;
c. fotokopi nomor pokok wajib pajak badan;
d. surat keterangan domisili Penyelenggara dari instansi
yang berwenang;
e. bukti kesiapan operasional kegiatan usaha berupa
dokumen terkait Sistem Elektronik yang digunakan
Penyelenggara dan data kegiatan operasional.
f. bukti pemenuhan syarat permodalan
g. surat pernyataan rencana penyelesaian terkait hak dan
kewajiban Pengguna dalam hal perizinan
Penyelenggara tidak disetujui oleh OJK.
Persetujuan atas permohonan pendaftaran dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya dokumen permohonan pendaftaran sesuai dengan
persyaratan dalam peraturan OJK ini. OJK menetapkan
persetujuan pendaftaran Penyelenggara dengan memberikan
surat tanda bukti terdaftar.
Penyelenggara yang telah terdaftar wajib
menyampaikan laporan dengan berkala setiap 3 (tiga) bulan
46
untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret, 30 Juni,
30 September, dan 31 Desember kepada OJK dengan
informasi yang paling sedikit memuat:
1. Jumlah Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman
2. Kualitas pinjaman yang diterima oleh Penerima
Pinjaman berikut awal penilaian kualitas pinjaman
3. Kegiatan yang telah dilakukan setelah terdaftar di OJK.
Laporan berkala setiap 3 (tiga) bulan disampaikan
kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung
sejak jatuh tempo tanggal pelaporan.
2. Permohonan Perizinan
Pasal 10 (1) Penyelenggara yang telah terdaftar di OJK,
wajib mengajukan permohonan izin sebagai Penyelenggara
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal
terdaftar di OJK. Dalam hal jangka waktu telah berakhir,
Penyelenggara yang telah mendapatkan surat tanda bukti
terdaftar dan tidak menyampaikan permohonan perizinan atau
tidak memenuhi persyaratan perizinan, surat tanda bukti
terdaftar Penyelenggara dinyatakan batal.
Penyelenggara yang surat tanda bukti terdaftarnya
dinyatakan batal tidak dapat lagi menyampaikan permohonan
pendaftaran kepada OJK. Penyelenggara yang surat tanda
bukti terdaftarnya dinyatakan batal harus menyelesaikan hak
47
dan kewajiban Pengguna sesuai dalam surat pernyataan
rencana penyelesaian. Penyelenggara yang masih terdaftar dan
menyatakan tidak mampu meneruskan kegiatan
operasionalnya, harus mengajukan permohonan kepada OJK
disertai dengan alasan ketidakmampuan, dan rencana
penyelesaian hak dan kewajiban Pengguna.
Menurut Pasal 11 (1) Permohonan perizinan
Penyelenggara disampaikan oleh Direksi Penyelenggara
kepada Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya dengan menggunakan Formulir 2 dan dilampiri paling
sedikit:
a. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran awal
berikut perubahannya (bila ada) yang telah
disahkan/disetujui oleh instansi yang berwenang atau
diberitahukan kepada instansi yang berwenang,
b. Daftar kepemilikan
c. Data pemegang saham
d. Data Direksi dan Komisaris
e. Fotokopi bukti pemenuhan permodalan yang
dilegalisasi dan masih berlaku selama proses
permohonan perizinan atas nama pada salah satu bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha dengan
48
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah
yang berbadan hukum Indonesia
f. Struktur organisasi Penyelenggara
g. Pedoman/standar prosedur operasional terkait
penerapan program anti pencucian uang dan
pencegahan pendanaan terorisme
h. Rencana kerja untuk 1 (satu) tahun pertama yang
paling sedikit memuat
i. Bukti kesiapan operasional berupa :
a) Fotokopi nomor pokok wajib pajak atas nama
Penyelenggara
b) Surat pernyataan rencana penyelesaian terkait
hak dan kewajiban Pengguna dalam hal
Penyelenggara tidak dapat meneruskan
kegiatan operasional sistem elektronik Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi
c) Bukti pelunasan biaya perizinan.
OJK melakukan penelaahan atas permohonan
perizinan yang disampaikan oleh Penyelenggara dan
memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan
perizinan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya dokumen permohonan perizinan sesuai dengan
49
persyaratan dalam peraturan OJK ini. Permohonan perizinan
otomatis berlaku bila jangka waktu terlampaui. Bila ada
perubahan kepemilikan, penyelenggara harus terlebih dahulu
mempunyai persetujuan dari OJK.
Pada saat peraturan OJK ini berlaku, perjanjian
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi yang masih berlangsung dengan nilai pinjaman dana
melebihi batas maksimum total pemberian pinjaman uang,
tetap dapat dilanjutkan sampai dengan berakhirnya jangka
waktu perjanjian dimaksud.
C. Tinjauan Umum Wanprestasi
1. Pengertian Wanprestasi
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang
dibuat antara kreditur dengan debitur.1Wanprestasi atau tidak
dipenuhinnya janji dapat terjadi baik karena disengaja ataupun tidak
disengaja32.
Seorang debitur dikatakan lalai, bila ia tidak memenuhi
kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang
telah diperjanjikan.
32 Salim HS. 2008. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta. Hal. 180.
50
Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243 KUH Perdata,
yang menyatakan jika:
“penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak
dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, bila si
berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap
melalaikannya, atau bila sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya, cuma dapat diberikan atau dibuatnya, cuma dapat
diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya”33.
Kata lain wanprestasi juga dapat diartikan suatu perbuatan
ingkar janji yang dilakukan oleh salah satu pihak yang tidak
melaksanakan isi perjanjian, isi ataupun melaksanakan tetapi
terlambat atau melakukan apa yang sesungguhnya tidak boleh
dilakukannya.
Mengenai pengertian dari wanprestasi, menurut Ahmadi
Miru wanprestasi itu dapat berupa perbuatan :
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.
3. Terlambat memenuhi prestasi.
4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk
dilakukan.
33 Ahmadi Miru. 2008. Hukum Perikatan. Jakarta. Penerbit Rajawali Pers. Hal. 12.
51
Sedangkan menurut A. Qirom Syamsudin Meliala
wanprestasi itu dapat berupa34:
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasi
maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
Bila prestasi debitur masih dapat diharapkan
pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi
tetapi tidak tepat waktu, sehingga dapat dikatakan wanprestasi.
3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, bila prestasi yang
keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur
dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.
Abdul kadir Muhammad, menyatakan wanprestasi terjadi
dikarenakan adanya 2 (dua) kemungkinan yaitu:
1. Keadaan memaksa (overmach / force mejeur).
2. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan ataupun
lalai.
Overmach adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak
dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang
debitur untuk melakukan prestasinya sebelum ia lalai untuk apa dan
34 A. Qirom Syamsuddin Meliala. 1985. Pokok-pokok Hukum Perjanjian. Yogyakarta.
Penerbit Liberty. Hal. 26.
52
keadaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya. Overmacht di
bagi dua yaitu:
1. Overmacht mutlak adalah bila prestasi sama sekali tidak
dapat dilakukan oleh sapapun.
2. Overmacht yang tidak mutlak adalah pelaksanaan prestasi
masih dimungkinkan, cuma memerlukan pengobanan dari
debitur.
Kesengajaan ataupun lalai, kedua hal tersebut
menimbulkan akibat yang berbeda, dimana akibat akibat adanya
kesengajaan, sidebitur harus lebih banyak mengganti kerugian dari
pada akibat adanya kelalaian.
Surat peringatan yang menyatakan debitur telah melakukan
wanprestasi disebut dengan somasi. Somasi adalah pemberitahuan
atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan
jika kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam
jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu.
Dari ketentuan pasal 1238 KUH Perdata dapat dikatakan
jika debitur dinyatakan bila sudah ada somasi ( in grebeke
stelling ). Somasi itu bermacam bentuk, seperti menurut pasal
1238 KUH Perdata adalah:
1. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya
berbentuk penetapan. Dengan surat penetpan ini juru sita
53
memberitahukan dengan lisan kepada debitur kapan selambat-
lambatnya dia harus bprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit
juru sita”
2. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan ataupun akta
notaris.
3. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri.
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah
menentukan saat adanya wanprestasi.
Menurut Sri Soedewi Masyehoen Sofwan, debitur
dinyatakan wanprestasi bila memenuhi 3 (tiga) unsur, yaitu35:
1. Perbuatan yang dilakukan debitur tersebut dalam disesalkan.
2. Akibatnya dapat diduga lebih dahulu baik dalam arti yang
objektif yaitu orang yang normal dapat menduga jika keadaan
itu akan timbul. Ataupun dalam arti yang subjektif, yaitu
sebagai orang yang ahli dapat menduga keadaan demikian
akan timbul.
3. Dapat diminta untuk mempertanggung jawabkan
perbuatannya, artinya bukan orang gila atau lemah ingatan.
Bila seorang dalam keadaan-keadaan tertentu beranggapan
jika perbuatan debiturnya akan merugikan, maka ia dapat minta
35 Sri Soedewi Masyohen Sofwan. 1981. Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori dan
Praktek. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Hal. 15.
54
pembatalan perikatan. Menurut pendapat yang paling banyak
dianut, bukanlah kelalaian debitur yang menyebabkan batal, tetapi
putusan hakim yang membatalkan perjanjian, sehingga putusan itu
bersifat “constitutief” dan tidak “declaratoir”. Malahan hakim itu
mempunyai suatu kekuasaan “discretionair” artinya ia berwenang
menilai wanprestasi debitur. Bila kelalaian itu dianggapnya terlalu
kecil hakim berwenang untuk menolak pembatalan perjanjian,
meskipun ganti rugi yang diminta harus diluluskan36.
2. Macam-Macam Wanprestasi
Jika debitur tidak melaksanakan prestasi-prestasi tersebut
yang merupakan kewajibannya, maka perjanjian itu dapat dikatakan
cacat atau katakanlah prestasi yang buruk. Wanprestasi merupakan
suatu prestasi yang buruk, yaitu semua pihak tidak melaksanakan
kewajibannya sesuai isi perjanjian. Wanpestasi dapat terjadi baik
karena kelalaian ataupun kesengajaan37. Wanprestasi seorang
debitur yang lalai terhadap janjinya dapat berupa:
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali.
Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan
merek Snoopy dengan harga Rp 13.000.000,00 yang
penyerahannya akan dilakukan pada Hari Minggu, Tanggal
36Subekti. 1982. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta. Penerbit PT.Intermasa. Hal. 148. 37 Yogi Ikhwan. Wanprestasi Sanksi Ganti Kerugian dan Keadaan,melalui:
http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaan-
memaksa/.html. . Diunduh 29 November 2018 Pukul 16:00 WIB.
55
25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama,
ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa alasan yang jelas.
2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat).
Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat waktu,
tapi membawa motor Miu bukan merk Snoopy yang telah
diperjanjikan sebelumnya.
3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan.
Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu
membawa motor Snoopy, namun datang pada jam 14.00.
4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.
Contoh:(Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat pukul
10.00 pada hari itu dan membawa motor Snoopy, namun
menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-jelas
dilarang dalam kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya.
Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang
berupa tidak berbuat sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan
debitur melakukan wanprestasi yaitu sejak pada saat debitur berbuat
sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perjanjian. Sedangkan
bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu yang
memberikan sesuatu bila batas waktunya ditentukan dalam
perjanjian maka menurut pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap
melakukan wanprestasi dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan
56
bila tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk
menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan
surat peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan kepada debitur.
Surat peringatan tersebut disebut dengan somasi38.
3. Mulai Terjadinya Wanprestasi
Praktek hukum perikatan di dalam masyarakat, untuk
menentukan sejak kapan seorang debitur wanprestasi terkadang
tidak selalu mudah, karena kapan debitur harus memenuhi prestasi
tidak tidak selalu ditentukan dalam perjanjian. Dalam perjanjian jual
beli, sesuatu barang, mislnya, tidak ditetapkan kapan penjual harus
menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli, dan kapan
pembeli harus membayar harga barang yang dibelinya kepada
penjual39.
Lain hal dalam menetapkan kapan debitur wanprestasi pada
perjanjian yang prestasinya untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya
untuk tidak membangun tembok yang tingginya lebih dari dua
meter, sehingga begitu debitur membangun tembok yang tingginya
lebih dua meter, sejak itu debitur dalam keadaan wanprestasi40.
Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau
untuk berbuat sesuatu, yang tidak menetapkan kapan debitur harus
38 Abdul Rosyid Sulaiman, SH., MM. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan
Contoh Kasus. Jakarta. Penerbit Prenada Media. hal. 44. 39 Riduan Syahrani. 2013. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung. Penerbit
Alumni. hlm. 218. 40 Ibid,
57
memenuhi prestasi tersebut, sehingga untuk memenuhi prestasi
tersebut, debitur harus lebih dahulu diberi teguran (somasi) agar
debitur memenuhi kewajibannya. Bila dalam prestasi tersebut dapat
seketika dipenuhi, misalnya penyerahan barang yang dijual dan
barang yang akan diserahkan sudah ada, pprestasi tersebut dapat
ditunut supaya dipenuhi seketika. Akan tetapi, bila prestasi dalam
perjanjian tersebut tidak dapat dipenuhi seketika, misalnya barang
yang harus diserahkan masih belum berada di tangan debitur, kepada
debitur (penjual) diberi waktu yang pantas untuk memenuhi prestasi
tersebut.
Tentang bagaimana cara memberikan teguran (somasi)
terhadap debitur agar bila debitur tidak memenhui teguran itu dapat
dikatakan wanprestasi, diatur dalam Pasal 1238 BW yang
menentukan, jika teguran itu harus dengan surat perintah atau
dengan akta sejenis41.
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur
kepada debitur yang berisi ketentuan jika kreditur menghendaki
pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang
ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi adalah
peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
tegoran kelalaian yang telah disampaikan kreditur kepadanya.
Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan jika: “Si
41 Ibid,
58
berutang adalah lalai, jika ia dengan surat perintah atau dengan
suatu akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan
sendiri, adalah jika ini menetapkan jika si berutang harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”42
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan jika debitur
dinyatakan wanprestasi bila sudah ada somasi (in gebreke stelling).
Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata
adalah:
a. Surat perintah Surat perintah tersebut berasal dari hakim
yang biasanya berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan
ini juru sita memberitahukan dengan lisan kepada debitur
kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini
biasa disebut “exploit juru Sita”
b. Akta sejenis Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan
ataupun akta notaris.
c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri Maksudnya sejak
pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat
adanya wanprestasi.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran
terhadap debitur yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan
dengan lisan akan tetapi untuk mempermudah pembuktian
42 Subekti. 1999. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta. Penerbit Pradnya
Semuamita.hlm. 323.
59
dihadapan hakim bila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan
maka sebaiknya diberikan peringatan dengan tertulis.
Dalam keadaan tertentu, somasi tidak diperlukan untuk
dinyatakan jika seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam
hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal termijn), prestasi
dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui
dirinya wanprestasi.
4. Akibat Adanya Wanprestasi
Tidak dipenuhinya perikatan yang diakibatkan oleh kelalaian
debitur atau wanprestasi sebagai akibat situasi dan kondisi yang
resikonya ada pada diri debitur menimbulkan beberapa akibat.
Akibat-akibat wanprestasi adalah43 :
1. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW);
2. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu
halangan yang timbul ke permukaan dapat
dipertanggungjawabkan kepada kreditur setelah pihak
debitur melakukan wanprestasi, kecuali ada kesengajaan atau
kelalaian besar (culpa lata) pada pihak kreditur atau tidak
dapat mengendalikan (overmacht).
3. Jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik ,
maka pihak kreditur dapat membebaskan diri dari kewajiban
43 Gr. Van der Burght. 1999. Tentang Perikatan. Bandung. Penerbit Mandar Maju. hlm.
131.
60
melakukan kontraprestasi melalui cara Pasal 1302 BW atau
melalui exceptio non adimpleti contractus menangkis
tuntutan debitur untuk memenuhi perikatan.
Adapun akibat yang diberikan kepada pihak yang melakukan
wanprestasi diancam beberapa sanksi atau hukuman, yaitu:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan
atau disebut ganti rugil
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan
perjanjian;
3. Peralihan resiko;
Membayar biaya perkara, bila sampai diperkarakan di depan
hakim.
top related