bab ii tinjauan pustaka - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/917/3/bab ii.pdfbagi...
Post on 09-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Diabetes mellitus
a. Pengertian diabetes mellitus
1) Diabetes mellitus adalah salah satu jenis penyakit kronis (menahun), hal
tersebut terjadi akibat pankreas penderita diabetes mellitus mengalami
kerusakan sehingga mengakibatkan produksi insulin berkurang dan
tidak dapat bekerja secara maksimal (Sangkan, 2008).
2) Diabetes mellitus merupakan jenis penyakit yang ditandai dengan
kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh, hal tersebut disebabkan
karena kurangnya insulin. Akibat dari kurangnya insulin tersebut,
glukosa meningkat dalam darah dan mengakibatkan peningkatan
glukosa darah sehingga munculah penyakit diabetes mellitus (Dewi,
2009).
3) Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat menimbulkan
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang jika kadar glukosa tidak
terkontrol. Bahkan dari kompliksi tersebut dapat menyebabkan
kematian (Krisnatuti, 2014).
Berdasarkan pengertian dari berbagai sumber diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah kondisi dimana pankreas
mengalami kerusakan dan mengakibatkan produksi insulin berkurang,
sehingga proses metabolisme terganggu dan glukosa akan semakin
meningkat karena rusaknya pankreas tersebut.
b. Klasifkasi diabetes mellitus
Krisnatuti (2014) menyebutkan klasisfikasi diabetes mellitus meliputi:
1) Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM)
Penderita pada tipe 1 ini mengalami kerusakan pankreas dimana
didalam pankreas tersebut terdapat pulau langerhans yang
http://repository.unimus.ac.id
7
memproduksi insulin. Kerusakan pulau langerhans ini disebabkan oleh
gangguan sistem imun dan gangguan sistem imun tersebut
keratkaitannya dengan faktor genetik atau keturunan. Hingga saat ini
diabetes mellitus tipe 1 belum dapat di cegah maupun diobati dengan
insulin.
2) Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)
Dibanding tipe 1 diabetes mellitus tipe 2 lebih sering terjadi dan
kebanyakan muncul pada penderitanya setelah umur 40 tahun. Riwayat
keluarga, usia lanjut, obesitas, dan gaya hidup tidak sehat adalah
beberapa faktor pencetus diabtes mellitus tipe 2 muncul. Pada tipe 2 ini,
hiperglikemia dapat diatasi dengan pengunaan obat antidiabetes.
3) Diabetes mellitus gestasional
Diabetes jenis ini, terjadi saat kehamilan dan deteksi dini kemungkinan
adanya resiko diabetes mellitus gestasional wajib dilakukan dari saat
kunjungan awal saat pemeriksaan kehamilan (Dalimartha, 2012).
c. Manifestasi klinik diabetes mellitus
Gejala yang sering muncul dari diabetes mellitus sendiri adalah kencing
berlebih (poliuria), sering haus (polidipsia), sering lapar (polifagia), serta
penurunan berat badan (Paran, 2008). Gejala awal tersebut keratkaitannya
berhubungan dengan efek langsung dari kadar glukosa yang cukup tinggi
melebihi ambang batas normal (Krisnatuti, 2014).
d. Komplikasi diabetes mellitus
Komplikasi dari diabetes mellitus dapat bersifat akut dan juga dapat
bersifat kronis, hal ini tergantung pada kondisi penderita itu sendiri.
Komplikasi akut terjadi bila glukosa darah mengalami penurunan secara
cepat dan dalam waktu yang singkat, hipoglikemia adalah contohnya.
Komplikasi ini jarang menyebabkan kematian selama penderita cepat
ditolong dan diberi penanganan yang tepat (Hermanto, 2013).
http://repository.unimus.ac.id
8
2. Hipoglikemia
a. Pengertian hipogikemia
1) Hipoglikemia adalah glukosa darah yang terlalu rendah (Tandra, 2007).
2) Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa dalam darah
dibawah normal (Paran, 2008). Glukosa merupakan sumber energi
utama bagi manusia, pentingnya menjaga keseimbangan kadar glukosa
dalam darah adalah hal yang perlu diperhatikan sebab glukosa juga
digunakan oleh otak utuk meningkatkan fungsi otak (Sherwood, 2012).
3) Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah mengalami
penurunan dibawah normal. Ketidak seimbangan makanan, aktivitas
berlebih, dan konsumsi obat-obatan adalah beberapahal yang dapat
mempengaruhi terjadinya hipoglikemia (Nabyl, 2012).
4) Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana penderita diabetes mellitus
mengalami penurunan kadar glukosa dalam darah (Hermanto, 2013).
5) Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
mengalami penurunan dalam kondisi normal, tubuh dapat menjaga
kenormalan glukosa sekitar 70-110 mg/dL (Dewi, 2014).
Berdasarkan pengertian dari berbagai sumber diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hipoglikemia adalah turunnya kadar glukosa dalam
darah secara mendadak maupun tiba – tiba dalam waktu yang singkat,
sehingga menyebabkan penderitanya mengalami lemas dan syok. Bila
hipogikemia tidak ditangani dengan sesegera mungkin, maka resiko
kematian dapat terjadi.
b. Derajat hipoglikemia
Menurut IDAI 2009 dalam The Diabetes Control and Complications Trial
(DCCT), hipoglikemia yang memerlukan pertolongan orang lain untuk
menanganinya adalah tingkat hipoglikemia yang sudah berat. Sebagai
contoh penurunan kesadaran pada penderita. Hipoglikemia dibagi oleh
derajat dalam tingkat penamaannya, derajat tersebut meliputi:
http://repository.unimus.ac.id
9
1) Derajat 1
Penderita bisa mendeteksi maupun menangani sendiri hipoglikemi yang
dia alami.
2) Derajat 2 (Tanpa penurunan kesadaran)
Penderita memerlukan pertolongan orang lain dalam menangani
hipoglikemianya.
3) Derajat 3 (Disertai penurunan kesadaran maupun kejang)
Penderita tidak dapat mengangani hipoglikemia yang dialami.
c. Penyebab hipoglikemia
Faktor penyebab kadar glukosa rendah (hipoglikemia) yaitu tidak makan
atau menunda makan, tidak mengonsumsi ataupun kurang karbohidrat
bagi kecukupan tubuh, terlalu banyak insulin atau obat diabetes, dan
olahraga terlalu keras atau terlalu lelah dalam beraktifitas (Paran, 2008).
Sudoyo (2007) menjelaskan ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan hipoglikemia, antara lain:
1) Kadar insulin berlebih
a) Dosis yang berlebih dari semestinya.
b) Peningkatan bioavalibilitas insulin: absorbsi lebih cepat.
2) Peningatan sensitivitas insulin
a)Defisiensi hormon counter regulatory: peningkatan Addison,
hipopituarisme.
b) berat badan menurun.
c) Aktifitas fisik berlebih ataupun olah raga.
d) Post partum dan menstruasi, bagi wanita.
3) Asupan karbohidrat kurang
a) Menunda makan, makan sedikit dan muntah.
b) Diit berlebih.
c) Menyusui, bagi wanita.
http://repository.unimus.ac.id
10
4) Faktor lain
a) Konsumsi alkohol.
b) Konsumsi obat.
d. Manifestasi klinik hipoglikemia
Gejala dari hipoglikemia sendiri menurut Paran (2008) adalah sebagai
berikut:
1) Gemetar pada anggota tubuh
2) Emosi yang tak terkendali
3) Linglung / bingung dalam suatu hal
4) Sering merasakan berdebar-debar
5) Produksi keringat yang berlebih
6) Sering pusing
7) Lapar dan nafsu makan bertambah
Hermanto (2013) juga menyebutkan gejala umum dari hipoglikemia
meliputi lapar, pusing, gelisah, gemetar, keringat berlebih disertai
berdebar-debar, dan koma. Semua gejala tersebut muncul karena
kelebihan katekolamin dalam darah (hiperkatekolaminemia).
Tabel 2.1
Gejala hipoglikemia berdasarkan berat ringannya gejala klinis
Tingkat Gambaran Klinis Terapi (Penanganan)
Ringan
Lapar, tremor, pucat, ansietas,
berkeringat, palpitasi, takikardi,
penurunan dan kemampuan
kognitif.
Sari buah, limun manis, anggur manis,
makanan ringan, memajukan jadwal
makan.
Sedang
Sakit kepala, sakit perut,
perubahan tingkah laku, agresif,
ganguan visus, bingung,
mengantuk, lemah, kesulitan
bicara, takikardi, pucat,
berkeringat, dilatasi pupil.
Mencerna 10-20 gram gula diikuti
dengan mengkonsumsi makanan
ringan.
http://repository.unimus.ac.id
11
Tingkat Gambaran Klinis Terapi (Penanganan)
Berat
Disorientasi berat, penurunan
kesadaran, koma, kejang. a. Bila jauh dari pertolongan medis:
bila tersedia glukagon, berikan
injeksi glukagon (SC, IM atau IV)
b. Bila tak ada respon dalam 10 menit
ulangi sekali lagi. Kemudian diikuti
dengan makan dan monitoring
berkala.
c. Bila tidak ada glukagon, oleskan
selai atau madu kebagian dalam
mulut sambil segera membawa
pasien ke rumah sakit.
d. Di rumah sakit: berikan dekstrose
10% intravena dengan dosis 2
mL/kgBB diikuti infus dekstrose
untuk menstabilkan kadar glukosa
darah antara 90-180 mg/dL (5-10
mmol/L).
Sumber: (IDAI, 2009)
Hipoglikemia dapat terjadi siang maupun malam hari, pada siang hari
terjadi bila insulin yang sudah disuntikan di pagi hari telah mencapai
puncaknya, pada saat itulah hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes
mellitus hingga muncul hipoglikemia sore yang akan timbul bersamaan.
Hipoglikemia malam terjadi pada tengah malam dikarenakan insulin yang
disuntikan pada malam hari telah mencapai puncak kerjanya (Smeltzer
dkk., 2008).
e. Penanganan hipoglikemia
Menurut Dewi (2014) dalam konsultasi dokter keluarga tahun 2009
menjelaskan bahwa penanganan hipoglikemia dapat dilakukan secara oral
dan dilakukan saat berada di rumah atau perjalanan. Penaganan tersebut
seperti dengan memberikan penderita tablet glukosa seperti permen dan
cairan berglukosa. Glukosa sebesar 20 gram bisa diberikan melalui oral,
namun bila masih belum biasa teratasi secara oral, Pemberian glukosa
harus dilakukan melalui intravena dengan dosis 25 gram dan harus
diencerkan 50% diikuti infuse dekstrose 5 atau 10% dalam pemberiannya.
http://repository.unimus.ac.id
12
Pemberian melalui intravena ini dinamakan terapi parenteral. Selain
melalui oral dan intravena, terapi melalui intramuskular dapat dilakukan
bila melalui intravena tidak dapat dilakukan. Hal itu terjadi karena melalui
intramuskular mampu menstimulasi glikogenolisis dan glukagon tidak
efektif. Penanganan dengan cara meningkatkan kosentrasi glukagon
plasma pada penderita hipoglikemia hanya akan berdampak sebentar dan
tidak bertahan lama, akibat dampak penanganan yang sebentar itu maka
penderita harus diberi makan untuk mengisi cadangan glikogen yang
hilang.
f. Pencegahan hipoglikemia
Walaupun terjadi secara tiba - tiba hipoglikemia dapat dicegah.
Pencegahan hipoglikemia dapat dilakukan dengan pengunaan insulin yang
sesuai aturan / dosisi dan makan yang disesuikan dengan kegiatan yang
akan dilakukan. Berikut beberapa cara pencegahan hipoglikemia menurut
IDAI (2009):
1) Tetapkan dosisi insulin se-fisiologis mungkin dengan pola kehidupan
penderita berdasarkan pola makan dan jenis kegiatan harian penderita.
2) Edukasi penderita tentang bagaimana cara menyuntik insulin.
3) Edukasi penderita tentang masa kerja insulin yang disuntikan.
4) Minta penderita untuk selalu memonitoring kadar glukosanya sendiri.
5) Dosis insulin harus berdasarkan profil glukosa darah, bukan kadar
glukosa sesaat.
6) Sebisa mungkin kadar glukosa darah mendekati normal, agar hormon
kontra-insulin dapat bekerja dengan baik.
7) Edukasi penderita dan orang sekitarnya agar mewaspadai gejala dan
tanda hipoglikemia yang sewaktu – waktu terjadi.
8) Berikan informasi pengaruh istirahat dan aktifitas fisik kepada
penderita.
9) Berikan dukungan psikologis kepada penderita, hal ini bertujuan
meningkatan rasa percaya diri.
http://repository.unimus.ac.id
13
g. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dalam
Mendeteksi Hipoglikemia
1) Usia
Usia sangat berpengaruh terhadap kejadian hipoglikemia, menurut
Longo (2011) menjelaskan bahwa pada usia lanjut hipoglikemia lebih
sulit dideteksi karena simptom autonomic dan neurogenic terjadi pada
kadar glukosa yang lebih rendah karena simptom autonomi
hipoglimenia sering tertutupi oleh betaclocker. Resiko hipoglikemia
pada usia lanjut yang menderita diabetes mellitus lebih tinggi daripada
usia lanjut yang menderita diabetes mellitus yang sehat disertai fungsi
yang baik. Menurut KemenKes (2013) usia lanjut antara 50 - 65 tahun.
2) Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko mengalami hipoglikemia karena tingkat
trigliserida yang lebih tinggi dibanding pria dan aktivitas fisik yang
jarang dilakukan akan semakin meningkatkan indeks masa tubuh
(Soegondo, 2007).
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan termasuk dalam faktor predisposisi karena bila
pendidikan seseorang tinggi, maka seseorang akan lebih dapat
menerima pembelajaran (Dewi, 2008).
4) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hal yang utama harus diperhatikan karena jika
pengetahuan seseorang kurang, itu artinya pemahaman mengenai
kesehatan pun ikut lemah (Sudarma, 2008). Penderita diabetes
mellitus membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi
kondisi hipoglikemia yang mungkin dialami. Pendidikan kesehatan
adalah intervensi yang tepat guna meningkatkan pengetahuan pasien
tentang deteksi dini hipoglikemia (Lewis, 2010).
5) Lama menderita diabetes mellitus
Menurut Ernawati (2010) semakin lama durasi atau lama menderita
diabetes mellitus maka semakin meningkat pula kemampuan
http://repository.unimus.ac.id
14
penderita dalam melakukan penatalaksanaan hipoglikemia. Penderita
diabetes mellitus yang sudah lama akan lebih beresiko masuk kedalam
fase hipoglikemia yang lebih berat, karena kerusakan glucose
counterregulation yang berpengaruh terhadap penanganan
hipoglikemia.
6) Ketersediaan glukometer
Ketersediaan alat ukur glukosa (glukometer) akan mendorong
penderita diabetes mellitus melakukan monitoring pada dirinya
sendiri untuk mengetahui glukosanya apakah tinggi bahkan rendah
dalam seharian secara mandiri. Pemantauan glukosa dapat dilakukan
secara mandiri sebanyak dua hingga empat kali dalam sehari.
Biasanya pemantauan tersebut dilakukan sebelum makan dan sebelum
tidur malam. Dalam seminggu pemantauan glukosa dilakukan
minimal dua hingga tiga kali (Smeltzer dkk., 2008).
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan terjadi usai seseorang melakukan
tindakan pengindraan ke objek yang dia telah amati. Pengindaraan tersebut
bisa terjadi dengan pancaindra yang dimiliki semua orang (Nursalam,
2008).
b. Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2012) menjelaskan tentang ke-6 tingkat pengetahuan yang
dimiliki semua orang, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan terendah dibanding dengan
tingkat pengetahun lain, karena tahu adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang diterima pada sebelumnya.
http://repository.unimus.ac.id
15
2) Memahami (comprehension)
Memahami ialah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterprestasi
kan materi yang diketahuinya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan suatu cara untuk menggunakan materi yang sudah
dipelajari.
4) Analisis (analysis)
Analisis dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menjabarkan materi
atau objek, namun masih ada keterkaitannya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan dalam menyatukan formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi keratkaitannya dengan kemampuan melakukan penilaian
terhadap suatu objek.
c. Faktor pengetahuan
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan dapat membentuk
perilaku seseorang, walaupun pengetahuan adalah kemampun kognitif
paling rendah. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, diantaranya adalah:
1) Faktor internal
a) Umur
Masyarakat sering melihat umur sebagai patokan dari kematangan pola
berikir, semakin tua seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki olah individu tersebut.
b) Pendidikan
Selain umur, pendidikan juga dianggap sebagai patokan dari tingkat
pengetahuan seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa semakin
tinggi pendidikan orang tersebut maka semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.
http://repository.unimus.ac.id
16
c) Pengalaman
Pengalaman adalah aspek yang harus dimiliki oleh setiap individu
dalam kesehariannya. Dengan pengalaman yang banyak, maka
individu tersebut akan banyak juga pengetahuan yang dimiliki.
d) Pemahaman
Paham adalah cara yang tepat untuk melihat atau mengukur
pengetahuan dari individu. Semakin paham individu tersbut, maka
pengetahuan yang dimiliki akan semakin benar.
e) Keyakinan
Keyakinan sangatlah penting dalam melakukan tindakan atas apa yang
seseorang pahami dalam pola pikirnya. Seseorang yang memiliki
keyainan yang kuat, maka akan semakin berani seseorang tersebut
melakukan tindakan atas apa yang dia mengerti.
f) Pekerjaan
Semakin lama seseorang bekerja maka semakin bertambah pula
pengetahuan yang dimiliki. Lamanya bekerja adalah pengalaman yang
akan membantu seseorang dalam menentukan pertumbuhan
ekonominya.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan formal dan informal
Pendidikan adalah patokan untuk mengukur tingkat pendidikan
seseorang, dalam arti yang luas pendidikan mengambil peran penting
dalam kehidupan sehari – hari.
b) Sumber informasi
Informasi adalah semua makna yang digabung menjadi satu dan akan
diproses sedemikian rupa agar informasi dapat dibedakan, mana
informasi yang baik dan buruk. Dengan adanya informasi dari berbagai
sumber, maka seseorang dapat menambah pengetahuannya.
Pengukuran dari pengetahuan seseorang bisa di dapatkan melalui
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang akan
http://repository.unimus.ac.id
17
diukur. Pegukuran pemahaman pengetahuan seseorang tersebut dapat
diukur sesuai dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2010).
d. Pengukuran pengetahuan
Alat tes / kuersioner tentang objek pengetahuan yang akan diukur adalah
cara yang dapat dilakukan untuk mengukur pengetahuan. Dalam alat tes /
kuersioner tersebut dilakuakan penilaian pada setiap jawaban benar diberi
nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2010).
4. Sikap
a. Pengertian
Efendi (2009) menjelaskan bahwa sikap adalah reaksi maupun respon
seseorang terhadap objek yang ditemui, namun sifatnya masih tertutup dan
masih belum termasuk sebuah tindakan maupun aktivitas, tetapi masih
berupa predisposisi dari tindakan perilaku seseorang. Dengan kata lain,
sikap masih merupakan kesiapan dalam bertindak terhadap objek yang ada
di lingkungan sekitar individu tersebut.
b. Tingkat sikap
Sikap memiliki tingkatan-tingkatan yang akan dimiliki oleh setiap orang,
tingkat sikap tersebut meliputi:
1) Menerima (receiving)
Menerima dalam tingkatan sikap dapat dimaknai seperti objek
memberikan reaksi terhadap apa yang telah dilakukan subjek.
2) Merespon (responding)
Mersespon dalam tingkatan sikap dapat dimaknai sepetri objek
merespon apa yang telah diberikan subjek, seperti memberi jawaban bila
ditanya dan mengerjakan tugas bila diperintah.
http://repository.unimus.ac.id
18
3) Menghargai (valuing)
Menghargai dalam tingkatan sikap dapat dimaknai dengan
mendiskusikan masalah atau mengajak orang lain dalam mengerjakan
masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab dalam tingkatan sikap dapat dimaknai sebagai
bentuk pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat dan siap
menerima resiko yang telah diperbuat.
c. Faktor sikap
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap,
pembentukan pola sikap tersebut didasari pada berbagai objek psikologis
yang dihadapinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap menurut
Azwar (2009) meliputi:
1) Pengalaman pribadi
Segala hal yang telah terjadi adalah sebuah pengalaman yang telah
dilalui akan membentuk dan mempengaruhi individu dalam
pemebentukan sikapnya.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar akan memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam pembentukan sikap, sebab seseorang tersebut akan membawa
pengaruh terhadap kita dan tinggal kita sendiri yang menyikapai apakah
penting atau tidak pengaruh yang dibawanya itu.
3) Pengaruh kebudayaan
Pengaruh kebudayaan yang dimiliki oleh setiap individu memiliki
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.
4) Media masa
Media masa akan membangun sebuah opini dari setiap individu yang
menyaksikan, mendengarkan, dan membacanya. Karena media masa
sendiri adalah alat komunikasi dalam wujud barang.
http://repository.unimus.ac.id
19
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama dianggap dapat merubah
ataupun membentuk sebuah sikap karena keduanya memiliki dasar
pengertian dan konsep moral yang sama.
6) Pengaruh faktor emosional
Pembentukan sikap bukan hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal saja,
namun faktor internal seperti emosional memiliki arti penting dalam
berubahnya sikap seseorang.
d. Pengukuran sikap
Azwar (2010) menjelaskan tentang bagaimana cara mengukur sikap, yaitu
dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Maksud dari pernyataan sikap
sendiri adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang mengungkapkan suatu
objek sikap yang akan diungkapkan. Pernyataan sikap bisa berisi hal
negatif mengenai objek sikap yang bersikap kontra dengan objek sikap itu
sendiri, atau bias disebut dengan pernyataan tidak favourabel. Sebisa
mungkin skala sikap harus berisi pertanyaan favourabel dan tidak
favourabel, agar seolah – olah isi dari skala tersebut tidak memihak salah
satu dari objek sikap.
Skema 2.1
Hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan
Stimulus Proses Reaksi Terbuka
(Rangsangan) Stimulus (Tindakan)
Reaksi Tertutup
(Pengetahuan dan sikap)
Sumber: (Newcomb dalam Notoatmodjo, 2014)
Antara pengetahuan, sikap, dan tindakan memiliki hubungan satu sama
lain, karena proses dari stimulus dalam hal ini rangsangan seseorang
terhadap yang dirasakan akan menimbulkan reaksi yang tertutup
http://repository.unimus.ac.id
20
(pengetahuan dan sikap) dan reaksi yang terbuka (tindakan). Reaksi
tertutup dari proses stimulus tersebut juga akan menimbulkan reaksi
terbuka, sehingga hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan tidak dapat
dipisahkan (Newcomb dalam Notoatmodjo, 2014).
e. Jenis sikap
Azwar (2008), menjelaskan bahwa setiap seseorang memiliki sikap dalam
dirinya dan sikap tersebut tebagi menjadi dua, yaitu favorable adalah
perasaan mendukung atau memihak terhadap suatu objek dan unfavorable
adalah perasaan tidak mendukung atau tidak memihak terhadap suatu
objek. Seseorang akan berperilaku positif bila sikapnya positif dan
sebaliknya bila perilaku negatif, maka sikap yang dipilih adalah negatif.
B. Kerangka teori
Skema 2.2
Kerangka teori penelitian
Faktor predisposisi (predisposing factors):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tradisi dan kepercayaan
4. Nilai
5. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
Faktor pendukung (enabling factors): Perilaku pencegahan
Ketersediaan sumber / fasilitas kesehatan hipoglikemia
Faktor pendorong (reinforcing factors):
Perilaku petugas kesehatan maupun
tokoh masyarakat
Sumber: Modifikasi Lawrance Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007)
http://repository.unimus.ac.id
21
C. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel pengetahuan dan sikap.
D. Pertanyaan penelitian
Pertanyan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, tidak ada hipotesisnya
namun ada pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana
pengetahuan dan sikap tentang pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus di Kelurahan Sendangmulyo Kota Semarang.
http://repository.unimus.ac.id
top related