bab ii tinjauan pustaka - unimus
Post on 16-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan dan di alami oleh semua makhluk hidup
dalam kehidupan sehari-sehari. Kecemasan merupakan pengalaman
subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta
merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan
pada individu dapat memberikan sumber penting dalam usaha
memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005).
Seluruh ingatan yang ditekan selama masa balita dan masa
kanak-kanak dapat berdampak pada kehidupan dimasa dewasa, dan
akhirnya menjadi kecemasan. Biasanya merupakan hasil yang
berlebihan terhadap tekanan emosi. Turun-naiknya emosi memang
merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Akan tetapi, ada orang
yang merasa lebih tertekan oleh tekanan emosi daripada orang lain.
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu
panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup
seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi khusus dapat
mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah
7
terbentuk pola dasar yang menunjukan reaksi rasa cemas pada
pengalaman hidup seseorang.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Ramaiah (2005) ada empat faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukan reaksi rasa
cemas :
a. Lingkungan : Lingkungan atau sekitar tempat tinggal seseorang
mempengaruhi cara berpikir seseorang tentang diri orang itu sendiri
dan orang lain. Hal ini bisa disebabkan pengalaman seseorang itu
dengan keluarga, dengan sahabat, dengan rekan sekerja, dan lain-
lain. Kecemasan wajar timbul jika orang tersebut merasa tidak
aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan :kecemasan bisa terjadi pada seseorangjika
tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya dalam
hubungan personal. Ini benar terutama jika orang tersebut menekan
rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali.
c. Sebab-sebab fisik : Pikiran dan tubuh senantiasa saling
berinteraksidan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ini
biasanya terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,
dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
8
d. Keturunan : sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam
keluarga-keluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting
dari kecemasan.
3. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau dalam (Suliswati Dkk, 2005) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan
panik seperti pada gambar 1.1.
a. Kecemasan Ringan : Dihubungkan dengan ketegangaan yang
dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang
persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu
untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,
terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya :
Pasangan suami istri yang menghaadapi kelahiran bayi pertama
dengan resiko tinggi.
Keluarga yang mengalami perpecehan (berantakan).
Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada
detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal
9
lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan
dan perlu banyak perintah/arahan unntuk terfokus pada area lain.
Contohnya :
Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang
dicintai karena bencana alam.
Individu dalam penyanderaan.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
penyimpangan perseepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak
mampu berfungsi secara efektif.Biasanya disertai dengan
disorganisasi kepribadian.Contohnya : inndividu dengan
kepribadian pecah/depersonalisasi
10
Respons Adaptif Respons Maladaftif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 1.1 Rentang respons kecemasan.
a. Seseorang yang menghadapi ujian akhir.
b. Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
c. Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
d. Individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.
4. Alat ukur tingkat kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan isntrumen
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan Zung Self-Rating Anxiety Scale
(ZSAS).
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) pertama kali
digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan
sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan. Skala
HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya symptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap
11
item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor anatara 0 sampai dengan 4.
Penilaian kecemasan terdiri dari 14 pertanyaan (Nursalam, 2003).
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian
kecemasan yang dirancang oleh William W.K.Zung. terdapat 20
petanyaan, dimana setiap [ertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2:
kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15
pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah
penurunan kecemasan. Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan
antara lain : skor 20-44 kecemasan ringan, skor 45-59 kecemasan sedang,
skor 60-74 kecemasanberat, skor 75-80 kecemasan panik.
5. Tanda dan gejala
Menurut Ramaiah (2005) ada berbagai gejala kecemasan yang menahun.
Gejala-gejala ini yang paling lazim ialah :
a. Kejengkelan umum : Rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik.
Rasa cemas berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas
segera menyerang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur dan
selama siang hari menyebabkan seseorang itu mudah merasa lelah.
b. Sakit kepala : ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tenguk
dan di tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa
tidak enak atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnya mungkin
terdapat di belakang kepala, di atasnya, atau di sebelah depan.
c. Gemetaran : Sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan
tangan.
12
d. Aktivitas system otonomik yang meningkat : Fungsi-fungsi tubuh
seperti pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, daan
sebagianya dinamakan “fungsi otonomik” Karena berfungsi secara
mandiri, tanpa pengaruh dari luar. Kecemasan dapat meningkatkan
aktivitas system otonomik ini dan karena itu menyebabkan keringat
bercucuran (khususnya di telapak tangan), serta memanas dan
memerahnya wajah.
Meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan
dalam sistem pencernaan makanan. “rasa mual di dalam perut” sangat
lazim timbul. Gejala-gejala lain mencakup rasa terbakar di dalam dada
atau perut, rasa penuh di dalam perut, sering diiringi sendawa,
gangguan di perut, (khususnnya mencret) dan makin sering buang air
kecil.
Diantara pusat otak dan korteks terletak sistem limbik. Sistem
limbik memungkinkan mengontrol insting dan naluri kita, misalnya
kita dipukul seseorang dan secara reflek kita akan berteriak.
Konsultasi antara pusat otak bagian atas dengan sistem limbik sangat
penting dalam formulasi emosi. Sistem limbik dihubungkan dengan
daerah korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran kompleks,
bernalar, dan personalitas. Limbik perempuan lebih besar dari pada
laki-laki karena perempuan lebih sensitif dalam hal berperasaan
dibanding laki-laki karena semakinj besar limbik seseorang maka
semakin besar pula tingkat hubungan emosionalnya.
13
Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam
gangguan kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang.
Ada penderita yang sembuh setelah mendapat pengobatan jangka-
pendek, sementara yang lain tetap menunjukan gejala-gejala dan
ketidakmampuan menjalani kehidupan normal pada tingkat kegawatan
yang berbeda-beda. Kecemasan yang menahun dalam diri orang muda
dewasa sering cenderung menjadi kurang berat dengan bertambahnya
usia, khususnya jika mencapai sukses dan kestabilan dalam kehidupan
profesi dan juga kehidupan pribadi.
6. Kriteria diagnostik kecemasan
Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah :
a. Kecemasan hebat berkepanjangan yang paling tidak mempunyai tiga
dari keempat kategori gejala berikut :
Urat saraf semakin tegang : Gemetaran, menjadi tegang, rasa
sakit dalam otot-otot, kelelahan, tidak mampu bersikap santai
alias berkedut, selalu mengernyitkan kening, wajah tegang,
gelisah, dan resah.
Gejala-gejala umum : Keringat bercucuran, denyut jantung yang
bertambah dan berdegup keras. Tangan yang dingin dan
berkeringat, mulut kering, merasa pusing, kesemutan pada
tangan dan kaki, makin sering buang air kecil, sakit perut, diare,
rasa sakit ditengah perut, tenggorokan tersumbat, dan bernafas
cepat.
14
Dugaan-dugaan kekhawaatiran : Rasa cemas, rasa gelisah,
ketakutan, mudah lupa dan mengetahui lebih dahulu bencana.
Perhatian : Perhatian yang meningkat yang mengakibatkan
pelengahan pikiran, susah berkonsentrasi, kurang tidur, mudah
marah, tidak sabar dan merasa resah.
b. Merasa cemas berkepanjangan selama setidak-tidaknya satu bulan.
c. Tidak ada kaitanya dengan gangguan jiwa seperti depresi, dan lain-
lain.
d. Berusia 18 tahun atau lebih.
B. Terapi spiritual
1. Pengertian
Terapi spiritual adalah terapi
dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien
dengan cara memberikan pencerahan (Setyoadi, 2011).
Spiritualitas merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubunganya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang
menimbulkan suatu kebutuhan dan kecintaan terhadap Tuhan, dan
permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Hidayat,
2013).
2. Hubungan spiritual, sehat, dan sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat
ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan
kesehatan sesorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang
15
agama dan akan berdampak pada kesehatan bila di konsumsi oleh
manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang
mengalami kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan
semangat untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk
mencapai kesejahteraan.Sebagai contoh, orang sakit dapat memperoleh
kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari
Tuhannya.
3. Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubuganya
dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi
sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam
pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki
peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut
mampu memberikan pelayanan yang lebih pada saat pasien kritis atau
menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dan pelayanan
kesehatan, dimana kebutuhan manusia yang diberikan melalui pelayanan
kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek
spiritual.Aspek spiritual dapat membangkitkan semangat pasien dalam
prroses penyembuhan.
16
4. Teori terapi spiritual
Terapi di dunia kesehatan berkembang ke arah pendekatan ke agamaan
(psikoreligius). Dari berbagai penelitian menunjukan bahwa tingkat ke
imanan seseorang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya tubuh
dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
WHO menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari ke
empat unsur kesehatan.Keempat unsur kesehatan tersebut addalah sehat
fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual.Pendekatan ini di adopsi
oleh psikiater Amerika Serikat (The American Psychiatric Association,
1992) yang dikenal denganpendekatan bio-psiko-sosio-spiritual.
5. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual seseorang dibagi ke dalam empat tingkatan
berdasarkan kategori umur, yaitu :
1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan
berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain : adanya
pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan kepercayaan atau
keyakinan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai
pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada
pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain,
seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa
prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna
17
pada dirinya, pekembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas
keagamaan orang disekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa
ini nak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa,
serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2. Usia remaja akhir, merupakan perkumpulan kepercayaan yang
ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan.
Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa
memiliki dan berarti akan keyakinan. Perkembangan spiritual pada
masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan
spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada
penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan
melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini,
diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan
yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk
mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional
dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional.
Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus bisa dijawab dengan
rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap
kepercayaan.
4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri
sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya
18
kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi
perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan
dirinya.
6. Doa dan zikir menurut agama islam
Doa adalah permohonan penyembuhan kepada Tuhan yang Maha Esa,
sedangkan zikir adalah mengingat Tuhan dengan seegala kekuasaan-Nya.
Dari sudut ilmu kedokteran jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan zikir
(psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatri setingkat lebih tinggi
daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan zikir mengandung
unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya
diripada diri seseorang yang sedang sakit sehingga kekebalan tubuh serta
proses penyembuhan ddapat meningkat. Penelitian Young (1993)
menujukan bahwa praktik spiritual klien lansia dapat meningkatkan
perasaan produktivitas dan kemampuan beradaptasi yang membantu dalam
menghadapi individu yang sakit kronis. Berdasarkan penelitian Nurhadi
dan Nursalam (2003), bimbingan spiritual berdampak positif terhadap
pengurangan stress klien yang dirawat di rumah sakit dan klien dengan
penyakit terminal. Jika stress dapat dikurangi, maka respon imun klien
akan meningkat sehingga infeksi-infeksi sekunder dapat diminimalkan.
Kesehatan merupakan barang yang berharga sehinggaa dalam Islam
sangat dianjurkan bagi hamba-Nya untuk selalu menjaga kesehatan dengan
cara makan dan minum yang baik dan halal. Makanan dan minuman yang
baik akan membantu menjaga kesehatan badan, sedangkan makanan yang
19
halal akan membantu menjaga kesehatan mental atau jiwa. Di dalam Al-
Quran dikatakan bahwa di antara rahmat Allah yang diberikan kepaada
para hamba-Nya adlah menjadikan Al-Quran sebagai penyembuh daan
menjadi rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidak ada sesuatu yang harus
mereka lakukan kecuali kembali kepada Allah dan Sunnah, supaya mereka
brhasil memperoleh kebahagiaan dunia dan akhir (Setyoadi, 2011).
Sama halnya dengan hipnoterapi, terapi spiritual juga termasuk kedalam
kategori psikoterapi. Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh
satu sisi spiritual manusia, mengaktifkan titik godspot dan mengembalikan
klien ke dalam kesadaran dari mana individu tersebut berasal , alasan
mengapa manusia diciptakan, tugas-tugas yang harus dilakukan manusia di
dunia, beberapa hal-hal yang pantas dan tak pantas dilakukan di dunia,
mengembalikan manusia ke dalam kesucian, mengembalikan sebuah
kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih
7. Tujuan terapi spiritual
a. Mereduksi waktu lamanya perawatan klien gangguan psikis.
b. Memperkuat mentalitas dan konsep diri klien
c. Klien dengan gangguan psikis berasal dari perssepsi yang salah terkait
dengan dirinya, orang lain dan lingkungan, dengan terapi spiritual
maka klien akan dikembalikan persepsinya terkait dengan dirinya,
orang lain dan lingkungan.
d. Mempunyai efek positif dalam menurunkan stress.
20
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual
a. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan
memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap tuhan.
b. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam
memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan
emosional yang kuat dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda,
sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai
dengan keyakinan yang dimiliki.
d. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki
oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaanya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan
diri kepada Penciptanya.
9. Teknik terapi spiritual
a. Persiapan :
1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti kitab suci)
2. Lingkungan yang hening sehingga klien dapat berkonsentrasi
secara penuh.
b. Prosedur
Berikut adalah dua jenis prosedur pelaksanaan terapi spiritual yang
diterapkan :
21
1. Terapi spiritual daalam bentuk masal yang dilakukan di sebuah
ruangan tertentu. Pembicara yang sudah menguasai komunikasi
terapeutik memberikan pencerahahn tentang hakikat mengapa
manusia diciptakan dan mengenalkan tujuan manusia
diciptakan. Pencerahan bertujuan untuk mengurangi manusia
terhadap keinginan dan memprioritaskan kebutuhan. Meskipun
kebutuhan setiap orang berbeda, terapi ini akanmembantu
manusia kembali ke dalam kesadaran awal dengan dengan
mengetahui kebutuhan dassar manusia.
2. Terapi spiritual yang dilakukan dalam bentuk bimbingan
individu. Terapi dilakukan oleh satu petugas dengan satu klien,
petugas membacakan sesuatu yang harus ditirukan oleh klien
kemudian petugas meminta klien membacakan bacaan tertentu
sebanyak beberapa kali. Selain tu petugas juga membimbing
klien dalam proses ibadah. Meski mengalami gangguan jiwa,
beberapa klien.
Karena sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang
menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya
tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah
dibuat (Hidayat, 2006)
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam
22
keaadan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin
dekat, mengingat seseorang dalam segala hal, tidak ada yang
mampu membangkitkannya dari kesembuhan kecuali sang
pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas
kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual pasien. Perawat dituntut mampu
memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau
menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara
keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar
manusia yng diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya
berupa aspek biologis tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual
dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses
penyembuhan. Adapun doa untuk meminta kesembuhan :
“Allahuma rabbannas, adz-hibil ba’sa isyfi, antasy-syafi la
syifa’a illa syifa’uka, syifa’an la yughadiru saqaman”
Artinya:
Wahai Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah rasa sakit
ini, sembuhkanlah, Engkaulah yang dapat menyembuhkan.
Tidak ada obat selain obat-Mu, yaitu obat yang tidak
meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain.
23
C. Pra operasi
1. Pengertian.
Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukanya tindakan
pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien berada di meja bedah (Hidayat, 2013).
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,
kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat anestesi,
seperti anti biotika yang berpotensi dalam dalam istirahat, antikoagulan
yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi, diuretika yang
berpengaruh pada ketidakseimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status
nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah
adalah radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas
darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian pada pemeriksaan
elektrokardiagram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,
pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin,
dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan
kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.
24
2. Jenis pembedahan
a. Jenis pembedahan berdasarkan lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah
thorak kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah
urologi, bedah kepala leher, bedah digesif dan lain-lain.
b. Jenis pembedahan berdasarkan tujuan
1. Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab
terjadinya gejala dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan
laparatomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari
penyakit, misalnya pembedahan apendiktomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki
deformitas atau menyambung daerah yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bagian
tubuh seperti rhinoplasti.
c. Kategori tingkat berat pembedahan
1. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian
atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
25
Contoh:
a) Perdarahan hebat
b) Luka tembak atau tusuk
c) Luka bakar luas
d) Obstruksi kandung kemih atau usus
e) Fraktur tulang tengkorak
2. Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksankan dalam 24-
jam.
Contoh:
a) Infeksi kandung kemih akut
b) Batu ginjal atau batu pada uretra
3. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan.
Contoh:
a) Katarak
b) Gangguan tiroid
c) Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih
4. Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu
membahayakan jika tidak dilakukan.
26
Contoh:
a) Hernia simpel
b) Perbaikan vagina
c) Perbaikan skar/cikatrik/jaringan parut
5. Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien
(pilihan pribadi klien).
Contoh: bedah kosmetik.
d. Jenis anestessi
Menurut Hidayat (2013) anstesi dibagi anestesi umum, anestesi
regional, anestesi lokal, hipoanestesi, dan akupuntur.
1. Anestesi umum
Anestesi umum adalah anestesi yang dilakukan untuk
memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta hilangnya
sensasi rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah
dengan inhalasi dan intravena.
2. Anestesi regional
Anestesi regional adalah anstesi yang dilakukan untuk
meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut saraf,
serta hilangnya rasa pada daerah tubuh tertentu, dan pasien
masih berada dalam keadaan sadar. Metode umum yang
dugunakan adalah melakukan blok sraf, blok regional
27
intravena dengan tourniquet, blok daerah spinal, dan
melalui epidural.
3. Anestesi local
Anestesi local adalah anestesi yang dilakukan untuk
memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesi dan pasien dalam keadaan sadar. Metode
yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesi
Hipoanestesi adalah anestesi yang dilakukan untuk
membuat status kesadran pasif secara artifisial sehingga
terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta
mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas.
Metode yang digunakan adalah hypnosis.
5. Akupuntur
Akupuntur adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok
rasa nyeri dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa
menghilangkan kesadaran.
Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
electrode pada permukaan.
28
D. Hemoroid
a. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuyluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
Hemoroid adalah bagian dari vena yang berdilatasi di dalam
kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, sekitar
50 % indiividu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan
luasnya vena yang terkena.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid
interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal
yang terjadi diluar sfingter anal.
b. Patogenesis
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi
vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor
risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain mengejan saat
buang air besar yang sulit, pola buangh air besar yang salah (lebih
banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban
sambil membaca), peningkatan tekanan intra abdomen yang
disebabkan oleh tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan
(disebabkan karena tekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare yang
berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang minum air, kurang
29
makan-makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah
raga/imobilisasi.
c. Patofisiologi
Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel
saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk:
1. Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis
superior dengan vena rektalis superior, media, dan inferiror.
2. Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang
membentuk masa bantalan.
3. Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan
benda padat, cair , ataua gas.
4. Secara teoritis, manusia manusia memiliki tiga buah
bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral
kiri.
Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran,
penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan perdarahan yang
kemudian disebut/menjadi ciri dari hemoroid.
d. Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna.
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak
prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop.
30
2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri kedalam anus secara
spontan.
3. Derajat III: pembesaran hemoroid ang prolaps dapat dapat
masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan
cenderung untuk mengalami trombosis atau infark.
Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat di deteksi
oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang
masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid.
e. Manifestasi klinis
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
1. Rasa gatal dan nyeri.
2. Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis
(pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat
menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.
f. Etiologi
Penyebab terjadinya hemoroid antara lain:
1. Terlalu banyak duduk
2. Diare menahun/kronis
3. Kehamilan: disebabkan oleh karena perubahan hormon
31
4. Keturunan penderita wasir
5. Hubungan seks tidak lazim (perianal)
6. Penyakit yang membuat penderita mengejan
7. Sembelit/ konstipasi/ obstipasi menahun
8. Penekanan kembali aliran darah vena
9. Melahirkan
10. Obesitas
11. Usia lanjut
12. Batuk berat
13. Mengangkat beban berat
14. Tumor di abdomen/ usus proksimal
E. Pengkajian
A. pengkajian umum (Mutaqqin & Sari, 2009)
1. Pengkajian awal
Identitas pasien
Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien.
Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi
pada berbagai jenis pembedahan.
2. Pengkajian riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien dilakukan perawat melalui
teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan
sesuai dengan klasifikasi pembedahan.
32
Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan
pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan
yang menyeluruh. Pengalaman bedah sebelumnya dapat
mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap
prosedur pembedahan. Jenis pembedahan sebelumnya, tingkat rasa
ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan,
dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor-
faktor yang mungkin akan diingat kembali oleh pasien. Peawat
mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien. Informasi
ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan
pasien selama pra dan pascaoperatif.
3. Pengkajian psikososiospiritual
Kecemasan preoperatif
Cemas disebabkan oleh hal - hal yang tidak jelas termasuk
didalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena mereka
tidak tahu konsekuensi pembedaha dan takut terhadap prosedur
pembedahan itu sendiri. Berbagai dampak psikologis yang dapat
muncul adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman
pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang terekpresi
dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak, atau apatis terhadap
kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas sering mengalami
ketakutan atau perasaan tidak tenang.
33
4. Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan pasien tentang pembedahan
dari perilaku dan perbuatanya. Pasien yang merasa takut biasanya
akan sering bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asinng
memasuki ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman
dan keluarga.
5. Konsep diri
Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi
yang dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri
pasien dengan cara meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dirinya. Konsep diri yang buruk mengganggu
kemampuan beradaptasi dengan stres pembedahan dan
memperburuk rasa bersalah atau ketidakmampuannya.
6. Sumber koping
Pengkajian terhadapperasan dan konsep diri akan membantu
perawat menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stres
akibat pembedahan. Perawat juga bertanya tentang manajemen
stres yang bisa dilakukan pasien sebelumnya. Perawat perioperarif
menkaji adanya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga
atau teman klien.
7. Kepercayaan spritual
Kepercayaan spritual memainkan peranan penting dalam
menghadapi ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama
34
yang dianut pasien, kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi
terapeutik. Segala upaya harus dilakukan untuk membantu pasien
bantuan spiritual yang diinginkan.
B. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan keadaan umum pasien preoperatif meliputi penampilan
umum dan perilaku, pengkajian tingkat kesadaran, dan pengkajian status
nutrisi.
1. Penampilan umum
Pada pengkajian umum, secara ringkas perawat melakukan survei
keadaan umum untuk mengobservasi penampilan umum pasien.
Bentuk dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan
yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan adanya
intervensi pembedahan. Pengkajian yang berhubungan dengan
praoperatif meliputi usia, tanda distres, jenis tubuh, postur, gerakan
tubuh, kebersihan diri dan bau badan, afek dan alam perasaan, dan
bicara pasien.
2. Pengkajian tingkat kesadaran
Penilaian tingkat kesadaran secara umum dapat mempersingkat
pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat
kesadran akan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian.
35
3. Pengkajian status nutrisi
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi
badan merupakan indikator status nutisi yang penting.
4. Pemeriksaa tanda – tanda vital
Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi pengukuran suhu, nadi,
tekanan darah, frekuensi pernapasan.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakuka meliputi kepala dan leher, mata,
hidung, mulut, abdomen, integumen dan muskuloskeletal.
C. Diagnosa keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan. (Wilkinson,
2006)
D. Rencana keperawatan
1. Cemas berhubugan dengan prosedur pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang. Dengan
kriteria hasil: pasien menyatakan kecemasan berkurang, pasien
mampu mengenali perasaan ansietasnya, pasien dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhi
ansietasnya, paien kooperatif terhadap tindakan, wajah pasien tampak
rileks.
36
1) I: bantu pasien mengekpresikan perasaan marah, kehilangan, dan
takut.
R: ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.
2) I: Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal.
R: reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan
gelisah.
3) I: jelaskan prosedur pembedahan sesua jenis operasi.
R: pasien yang teradaptasi dengan prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya akan merasa lebih nyaman.
4) I: Beri dukungan prabedah.
R: hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien terhadap pembedahan.
5) I: beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
R: mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan.
6) I: Tingkatkan kontrol sensasi pasien.
R: kontrol sensasi pasien dalam menurunkan ketakutan dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan pasien.
7) I: beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.
R: dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekpresikan.
8) I: Anjurkan pasien untuk berdoa.
R: berdoa dapat meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
top related