bab ii tinjauan teori a. tinjauan teori 1....
Post on 24-Feb-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-
kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.
Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur
(Sarwono, 2006).
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3
bagian; masing-masing 1) kehamilan triwulan pertama (antara 0
sampai 12 minggu); kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28
minggu); dan 3) kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40
minggu) (Sarwono, 2006).
b. Tanda dan Gejala
Menurut (Sulistyawati, 2009), untuk mengetahui seorang
wanita sedang hamil atau tidak, kita dapat melihat tanda-tanda
kehamilan yang ada.
10
11
Tanda-tanda kehamilan dapat dibagi menjadi:
1) Tanda-tanda dugaan hamil
a) Amenorea/tidak mengalami menstruasi (terlambat haid)
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
c) Pusing
d) Miksi/sering buang air kecil
e) Pigmentasi kulit terutama di daerah muka, areola payudara, dan
dinding perut
f) Varices atau penampakan pembuluh darah vena
g) Payudara menegang dan sedikit nyeri
h) Epulis: hipertropi dari pupil gusi.
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Rahim membesar, sesuai dengan umur kehamilan
b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai
(1) Tanda Hegar : SBR lunak.
(2) Tanda Chadwicks: Warna kebiruan pada serviks, vagina,
dan vulva.
(3) Tanda Piscaseck: Pembesaran uterus ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut.
(4) Kontraksi braxton hicks: Bila uterus dirangsang
(distimulasi dengan diraba) akan mudah berkontraksi.
12
(5) Ballotement positif: Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di
perut ibu dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu
sisi, maka akan terasa “pantulan” di sisi yang lain.
c) Tes urin kehamilan ( tes HCG) positif, yaitu tes urin
dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon
gonadotropin dalam urin. Kadar yang melebihi ambang normal,
mengindikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
3) Tanda pasti kehamilan
a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
b) Terasa gerak janin
c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan dan
ada gambaran embrio
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16
minggu).
c. Perubahan-perubahan Fisik Ibu Hamil
Perubahan Fisik fisik pada ibu hamil menurut Kurnia (2009) adalah :
1) Perubahan Fisik pada Trimester I
a) Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda
disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini
dapat terjadi setiap saat. Mual ini biasanya akan berakhir pada
13
14 mingggu kehamilan. Pada beberapa kasus dapat berlanjut
sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga.
b) Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi
peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran
pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi
pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.
c) Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung
kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan
akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung
kemih ditekan oleh kepala janin.
d) Konstipasi atau Sembelit
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan
dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang
lebih baik saat hamil.
e) Sakit Kepala/Pusing
Sakit kepala atau pusing sering dialami ibu hamil pada awal
kehamilan karena adanya peningkatan tekanan darah ke tubuh
sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke
14
posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah
merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih
sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik
maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang
dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala.
f) Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat
menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk
yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah
normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan
hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan
pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang
untuk menyokong rahim.
g) Meludah
Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus
menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala
morning sickness.
h) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa
kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini
bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi
karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga,
dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang
15
menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron
yang menyebabkan tubuh menahan air.
2) Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II
a) Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan
melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh
sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian
teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu
akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan
mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.
b) Sendawa dan buang angin
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil
hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya
perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut
perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman.
c) Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi
selama kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim
yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang
menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong
asam lambung kearah atas.
16
d) Pertumbuhan rambut dan kuku
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih
cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat
yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi,
tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak
semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.
e) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di
perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau
dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot
untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini
hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
f) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan
trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan
pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah
menurun.
g) Hidung dan gusi berdarah
Perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah ke seluruh
tubuh termasuk ke daerah hidung dan gusi selama masa
kehamilan akan menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi
lebih lembut dan lunak. Akibatnya, hidung dan gusi akan bisa
17
berdarah ketika menyikat gigi. Keluhan ini akan hilang setelah
melahirkan.
h) Perubahan kulit
Perubahan kulit timbul pada trimester ke-2 dan 3, karena
melanosit yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Timbul
garis kecoklatan mulai dari pusar ke arah bawah yang disebut
linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau
topeng kehamilan. Tanda ini dapat menjadi petunjuk kurangnya
vitamin folat.
i) Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan
yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan
sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-
bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah
kelenjar kulit.
j) Sedikit pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan
hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena
perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.
Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada
wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan
pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
18
3) Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III
a) Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang),
karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan
yang dapat memengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan
tekanan ke arah tulang belakang.
b) Konstipasi
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan
rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon
progesteron.
c) Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran
darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu
hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh
adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah
diafragma (yang membatasi perut dan dada).
d) Sering buang air kecil
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul
akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.
e) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan
akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang
mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah
19
vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan
menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk
varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.
f) Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di
bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu
hamil duduk atau istirahat.
g) Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki
ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini
disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal
yang menyebabkan retensi cairan.
h) Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun,
atau karena kekurangan kalsium.
2. Persalinan
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,
lahirnya bayi dan placenta dari rahim ibu (Depkes, 2004). Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Prawirohardjo, 2002).
20
Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 mingu), lahir tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Arfian, 2008).
b. Etiologi persalinan
Menurut Saifudin (2006) sebab terjadinya persalinan terdiri dari
teori-teori yang kompleks yaitu :
1) Teori penurunan hormon
Penurunan kadar estrogen dan progesteron, seperti telah diketahui
progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus
dimulai.
2) Teori plasenta menjadi tua
Terjadinya penurunan fungsi plasenta seiring dengan tuanya
kehamilan.
3) Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus.
4) Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan
21
c. Tahapan persalinan
Menurut Varney (2008) tahapan persalinan dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
1) Tahapan permulaan persalinan
a) Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primi gravida terjadi sebelum persalinan.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
d) Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi
lemah dari uterus.
e) Servix menjadi lunak dan mulai mengalami penipisan
(effacement)
f) Terjadi pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) di
mana lendir menjadi pelindung dan menutupi jalan lahir selama
kehamilan.
2) Tahapan persalinan pasti
a) Servix membuka dan menipis
b) Rasa nyeri dengan interval teratur
c) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d) Waktu dan kehebatan kontraksi semakin bertambah yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit).
22
e) Berjalan menambah intensitas
f) Lendir darah sering tampak cairan lendir bercampur darah
(Bloody show) melalui jalan lahir.
g) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d. Fase-fase dalam persalinan
1) Kala I persalinan
Persalinan Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya ) hingga
serviks membuka lengkap ( 10 cm). Klinis dapat dinyatakan partus
dimulai his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu
darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari
lendir servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika servik membuka.
Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan
fase aktif.
a) Fase laten :
(1) Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi.
(2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
(3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga
8 jam.
23
b) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase, yakni:
(1) Fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam
waktu 2 jam pada primipara jika multipara 1 jam
(2) Fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan berlangsung cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 6 jam pada primipara
pada multipara 3 jam.
(3) Fase deselarasi yaitu pembukaan dari 9 cm jadi lengkap
dalam waktu 2 jam pada primipara pada multipara 1 jam.
c) Fase dikategorikan menjadi 2, yaitu :
(1)Lambat : Pada primipara lamanya kala I > 10 jam
Pada multipara lamanya > 5 jam
(2) Cepat : Pada Primipara lamanya kala I ≤ 10 jam
Pada Multipara lamanya kala I ≤ 5 jam
d) Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase
aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
2) Kala II persalinan
Persalinan Kala II dimulai dari adanya tanda dan gejala kala
II dan berakhirnya dengan lahirnya bayi. Pada kala II his menjadi
lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya
dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka
pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
24
Tanda dan gejala kala dua persalinan :
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
atau vaginanya .
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah :
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-
KR.2007).
3) Kala III persalinan :
Persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
25
4) Kala IV persalinan
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam kala empat :
a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat.
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya,
fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
c) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.
e) Evaluasi keadaan umur ibu.
Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segara setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan (APN, 2008).
3. Persalinan Kala II
a. Pengertian Persalinan Kala II
Persalinan Kala II adalah sejak terjadinya pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi secara keseluruhan (Siti Maimunah, Amd. Keb.,
S.Pd, 2005 : 138).
Pada kala ini ibu bersalin harus tetap ditemani oleh karena setiap
saat terancam oleh keadaan gawat yang memerlukan pertolongan.
26
Pengawasan persalinan kala II, diperlukan observasi yang ketat dan
terutama kerja sama antara ibu bersalin dengan penolongnya.
b. Fisiologis persalinan Kala II
Pada Kala II his menjadi kuat dan lebih cepat, kira – kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin
sudah masuk di ruang pangul, yang secara reflek menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his, bila dasar
panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida kala
II berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara rata – rata 0,5
jam.( Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, 2006 : 184 ).
c. Mekanisme persalinan Kala II
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi
kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun – ubun
kecil terletak di kiri depan, ± 23% di kanan depan, ± 11% di kanan
belakang, dan ± 8% di kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.
27
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase yang
tinggi berada dalam uterus dengan presentasi kepala ? Keadaan ini
mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat.
Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume
bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan
yang lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, diruang yang lebih
sempit. Ini dikenal sebagai teori akomodasi.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipito
bregmatikus (9,5cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus ( 32 cm ). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang
turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas
kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan
tekanan intra uterin disebabkan oleh his yang berulang – ulang, kepala
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal
mengadakan rotasi ubun – ubun kecil berputar kearah depan, sehingga
di dasar ubun – ubun kecil berada di bawah simfisis, maka dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala
janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rectum. Dengan dahi, muka, dan akhirnya dagu.
28
Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut
putaran paksi luar.
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan
miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru
kemudian bahu belakang. Demikian dilahirkan trokanter depan terlebih
dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir
seluruhnya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Kala II
Menurut Sarwono (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi
proses persalinan adalah sebagai berikut :
1) Power/His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
Kontraksi atau his yang normal mulai dari salah satu sudut di
fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris keseluruh
korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri
dimana lapisan otot uteri paling dominan, kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh. Kekuatan terdiri dari
kemampuan ibu melakukan kontraksi involunteer secara
29
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunteer disebut juga kekuatan primer (his),
menandai terjadinya persalinan. Kekuatan voluenteer disebut
kekuatan sekunder (mengedan) yaitu terjadi segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sehingga ibu merasa ingin
mengejan. Power yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persalinan, sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan.
Kelainan his sering ditemukan pada primigravida,
khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang sifatnya inersia uteri, faktor herediter
memegang peranan pula dalam kelainan his. Faktor emosi
(ketakutan dan lain-lain) mempengaruhi his (Sarwono, 2002).
2) Passage
Pada saat ibu hamil menghadapi persalinan umumnya ibu
yang belum pernah melahirkan memiliki jalan lahir yang tidak
terlalu lebar. Sehinnga proses persalinan pada ibu hamil primipara
dan multipara sangatlah berbeda.
Pada terutama otot dasar panggul belum terelaksasi begitu
sempurna. Membutuhkan waktu cukup lama untuk proses
persalinan ibu primipara. (Sarwono.2002).
30
3) Passager
Keadaan janin yang berada didalam rahim ibu sangatlah
berperan penting. Apakah janin dalam keadaan sehat, sejahtera dan
dalam keadaan posisi yang benar. Dengan fleksi kepala janin
memasuki ruang panggul dengan ukuran yang kecil. Dan sampai
akhirnya pada dasar panggul kepala janin berada dalam fleksi
maksimal.
Putaran paksi luar sangat berpengaruh dalam proses
persalinan. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum
putaran paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung anak.
4) Psikis
Pada saat ibu hamil menghadapi persalinan, umumnya pada
ibu yang belum pernah melahirkan maupun ibu yang sudah
berpengalaman melahirkan sering dilanda rasa cemas dan panik.
Jika persalinan ini adalah yang pertama, maka ketidakpastian inilah
yang menjadi penyebab sebagian besar kegugupan dan kegelisahan
yang dirasakan calon ibu dalam menghadapi persalinan (Nolan,
2003).
Rasa panik pada proses persalinan dapat menghambat
relaksasi tubuh terutama otot dasar panggul yang berperan pada
proses persalinan. Sehingga dengan adanya kelurga dapat
membantu ibu untuk siap menghadapi proses persalinan. Dukungan
31
mental dan spiritual dari pihak keluarga maupun bidan dapat
mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan
(Purwaningrum, 2001)
5) Penolong
Dalam hal ini penolong disini adalah tenaga medis yaitu
dokter atau bidan yang mengetahui ilmu tentang kebidanan.
Sehinnga ibu dan anak dapat terselamatkan dengan baik.
(Sarwono.2002).
6) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang dilakukan ibu hamil merupakan salah
satu persiapan fisik dalam menghadapi persalinan. Aktivitas ibu
hamil yang dilakukan secara rutin sangat membantu kelancaran
dalam proses persalinan. Bagi wanita yang suka melakukan
aktivitas fisik secara teratur, mereka akan merasakan manfaat dari
senam hamil yaitu menguatkan tonus otot dan sistem
kardiovaskuler, mendukung stamina fisik, mengurangi
ketegangan, memperbaiki posisi tubuh dan merasa lebih nyaman
(Widianti & Proverawati, 2010).
4. Senam Hamil
a. Pengertian
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan
ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan
spontan. Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila
32
kandungan sudah mencapai usia 6 bulan ke atas. Senam hamil juga
disarankan bagi ibu yang pertama kali hamil, serta ibu yang pernah
mengalami kesulitan dalam persalinan atau melahirkan anak prematur
(Widianti & Proverawati, 2010).
Senam hamil dilakukan bagi calon ibu agar kehamilannya
dapat berjalan dengan normal. Biasanya senam dilakukan ketika masa
usia kehamilan sudah cukup kuat, sekitar 5 bulan. Hal tersebut dengan
pertimbangan pada masa-masa awal kehamilan masih cukup rentan
untuk banyak kegiatan, sehingga dianjurkan ibu lebih banyak istirahat
(Agnesti & Linggarjati, 2009).
b. Manfaat Senam Hamil
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), manfaat senam
hamil bagi ibu adalah :
1) Mengurangi rasa sakit selama persalinan
2) Memperkuat otot-otot panggul sehingga dapat memperlancar dan
mempercepat proses kelahiran
3) Mengurangi keluhan-keluhan saat kehamilan berlangsung
4) Memperkuat dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding
perut dan dasar panggul yang penting dalam proses persalinan
5) Melatih sikap tubuh guna menghindari atau memperingan keluhan-
keluhan seperti sakit pinggang dan punggung selama kehamilan
6) Membuat tubuh lebih rileks (membantu mengatasi stress dan rasa
sakit akibat his ketika bersalin)
33
7) Melatih berbagai teknik pernafasan yang penting agar persalinan
berjalan lancar
8) Meningkatkan energi dan kekuatan
c. Tahapan Senam hamil
Senam hamil dibagi menjadi empat tahap di mana setiap
tahapnya mempunyai manfaat tersendiri bagi wanita hamil (Yuliarti,
2010) :
1) Senam Aerobik
Aerobik merupakan aktivitas senam berirama, berulang, dan cukup
melelahkan. Wanita hamil tidak disarankan untuk melakukan
semua gerakan aerobik. Gerakan yang disarankan adalah jalan.
Manfaat :
a) Meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot
b) Merangsang paru-paru dan jantung, juga kegiatan otot dan
sendi
c) Secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan
tubuh, terutama kemampuan untuk memproses dan
menggunakan oksigen
d) Meningkatkan peredaran darah
2) Kalistenik
Senam pada tahap ini berupa gerakan-gerakan senam ringan
berirama yang dapat membugarkan dan mengembangkan otot-otot
serta dapat memperbaiki postur tubuh.
34
Manfaat :
a) Meredakan sakit punggung
b) Meningkatkan kesiapan fisik dan mental, terutama
mempersiapkan tubuh untuk menghadapi masa persalinan
3) Relaksasi
Relaksasi merupakan latihan pernafasan dan pemusatan perhatian.
Gerakan ini bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan tubuh.
4) Kebugaran Panggul (biasa disebut latihan kegel)
Manfaat :
a) Menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perineal) sebagai
persiapan persalinan
b) Mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental
d. Gerakan Dasar Senam Hamil
Sebelum memulai senam hamil, sebaiknya ibu hamil
melakukan gerakan pemanasan terlebih dahulu sehingga peredaran
darah dalam tubuh akan meningkat dan oksigen yang diangkut ke otot-
otot dan jaringan tubuh bertambah banyak, serta dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kejang atau luka karena telah disiapkan
sebelumnya untuk melakukan gerakan yang lebih aktif. Langkah-
langkah dasar senam hamil, antara lain (Widianti & Proverawati,
2010).
1) Duduk bersila dan tegak, kedua lengan mengarah ke depan dan
santai. Lakukan sebanyak mungkin dalam posisi sehari-hari
35
2) Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama dengan jarak
antara kedua bahu. Keempat anggota tubuh tegak lurus pada lantai
dengan badan sejajar lantai. Lakukan gerakan ini : tundukkan
kepala, lihat perut bagian bawah dan pinggang diangkat sambil
mengempiskan perut dan mengerutkan lubang anus. Selanjutnya
turunkan pinggang dengan mengangkat kepala melemaskan otot-
otot dinding perut dan otot dasar panggul. Lakukan gerakan ini
sebanyak 8 kali.
3) Lakukan sikap merangkak dengan meletakkan kepala di antara
kedua tangan lalu menoleh ke samping kanan / kiri, selanjutnya
turunkan badan hingga dada menyentuh kasur dengan menggeser
siku sejauh mungkin ke samping. Bertahanlah pada posisi tersebut
selama 1 menit, kemudian tingkatkan menjadi 5-10 menit atau
sesuai kekuatan ibu hamil
4) Berbaring miring ke kiri (lebih baik ke arah punggung bayi), lutut
kanan diletakkan di depan lutut kiri (ganjal dengan bantal). Lengan
kanan ditekuk di depan dan lengan kiri diletakkan di belakang
5) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, bawah
kepala diberi bantal, demikian juga bawah perut agar tidak
menggantung. Tutup mata, tenang, atur nafas dengan berirama
6) Berbaring telentang, pegang kedua lutut dengan kedua tangan dan
rileks
36
Buka mulut secukupnya, tarik nafas dalam semaksimal mungkin,
katupkan. Mengejanlah seperti buang air besar, gerakan badan ke
bawah dan ke depan. Setelah tak dapat menahan lelah, kembali ke
posisi awal.
Bila dilihat dari gerakan-gerakannya, senam hamil sama seperti
olahraga biasa yang membuat tubuh segar dan bugar. Namun senam
hamil sangat membantu dalam proses persalinan, karena selama senam
hamil ini calon ibu dipersiapkan baik secara fisik maupun mental
untuk persalinan yang cepat dan spontan. Berikut ini adalah gerakan
senam hamil (Yuliarti, 2010) :
1) Ambil posisi berdiri di atas matras, kedua tangan di samping
badan. Kemudian angkat kedua tangan ke atas kepala sambil
menarik nafas dari hidung. Kemudian buang nafas lewat mulut
sambil menurunkan kedua tangan
2) Ambil posisi duduk di atas matras, kedua kaki diluruskan. Berat
badan bertumpu pada kedua tangan. Kemudian sambil tarik nafas
dorong dan tarik telapak kaki secara bergantian
3) Masih tetap dalam posisi yang sama, gerakkan kedua telapak kaki
secara bersamaan, ke arah depan dan belakang secara bergantian
disertai dengan tarik dan buat nafas
4) Tetap dalam posisi yang sama, buka kaki selebar paha, kemudian
tarik telapak kaki ke arah luar secara bersamaan, kemudian tarik ke
dalam secara bersamaan pula
37
5) Ambil posisi duduk sila, kemudian putar kepala, empat hitungan
pertama tarik nafas dan empat hitungan kemudian buang nafas
6) Lalu ambil posisi berbaring, letakkan kedua tangan di samping
tubuh, posisi kedua kaki di tekuk, lalu tarik nafas sambil
mengangkat kaki hingga membentuk sudut 900 lalu hembuskan
nafas sambil mengembalikan posisi kaki seperti semula
7) Tetap dalam posisi duduk dan kaki tertekuk, kemudian sambil
menarik nafas, angkat pantat, tahan beberapa lama, kemudian
hembuskan nafas sambil menurunkan pantat
8) Setelah itu, ambil posisi telentang, lalu tegangkan seluruh otot
tubuh, genggam tangan, tarik telapak kaki hingga lurus, pejamkan
mata, katupkan otot dubur, kemudian rilekskan otot-otot tersebut
dengan cara membuka telapak tangan dan mata, dan telapak kaki
kondisi normal, ulangi secara bergantian
9) Untuk relaksasi, ambil posisi berbaring miring ke kiri, kaki kanan
di depan, lalu tangan kiri di belakang dan tangan kanan berada di
depan muka (seperti posisi orang berbaring). Buat tubuh serileks
mungkin.
5. Laserasi Perineum
a. Pengertian Laserasi Perineum
Pengertian ruptur sesuai dengan kamus kedokteran adalah
robeknya atau koyaknya jaringan (Dorland, 1998). Perineum
merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak di bawah
38
dasar panggul. Batas superior yaitu dasar panggul yang terdiri dari
musculus levator ani dan musculus coccygeus. Batas lateral tulang dan
ligamentum yang membentuk pintu bawah panggul, yaitu depan ke
belakang angulus pubicus, ramus ischiopubicus, tuber ischiadicum,
ligamentum sacrotuberosum, dan oscoccyges. Batas inferior yaitu kulit
dan vagina. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada
perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ruptur
perineum spontan merupakan robekan pada ruang berbentuk jajaran
genjang yang terletak di bawah dasar panggul yang terjadi secara alami
tanpa tindakan pada saat persalinan.
b. Klasifikasi Ruptur Perineum
Menurut Bandiyah (2009), klasifikasi ruptur perineum ada dua yaitu :
1) Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu
tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi
pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan
atau perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang
dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina.
39
c. Derajat Ruptur Perineum
Menurut Bobak (2005), derajat ruptur perineum dapat dibagi
menjadi empat derajat, yaitu :
1) Ruptur perineum derajat satu
Dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
2) Ruptur perineum derajat dua
Dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
3) Ruptur perineum derajat tiga
Dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
40
4) Ruptur perineum derajat empat
Dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a) Mukosa Vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
f) Dinding depan rectum
d. Tanda dan Gejala Ruptur Perineum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap
dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir (Bandiyah, 2009). Tanda-tanda yang
mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi
robekan pada mukosa vagina.
4) Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, di antara
fourchette dan sfingter ani.
e. Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor
ibu, faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-
faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Bobak, 2005) :
41
1) Faktor Ibu
a) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah
kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar
rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah
kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan
telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan
kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir
selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
b) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran
bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah
terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada
saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejan. Ibu
mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi
tertentu. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin
ibu bersalin melakukan meneran untuk mencegah terjadinya
ruptur perineum, diantaranya :
(1) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya selama kontraksi.
42
(2) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat
meneran.
(3) Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, menarik lutut ke
arah ibu, dan menempelkan dagu kedada.
(4) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat
meneran.
(5) Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu
kelahiran bayi. Dorongan ini dapat meningkatkan resiko
distosia bahu dan ruptur uteri.
(6) Pencegahan ruptur perineum dapat dilakukan saat bayi
dilahirkan terutama saat kelahiran kepala dan bahu.
2) Faktor Janin
a) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari
4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti
distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti
laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn,
2001).
43
b) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul
ibu (Dorland, 1998). Presentasi digunakan untuk menentukan
bagian yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Macam-macam
presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka, presentasi
dahi, dan presentasi bokong.
(1) resentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin
memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada
waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma. Sekitar 70%
presentasi muka adalah dengan dagu di depan dan 30%
posisi dagu di belakang. Keadaan yang menghambat
masuknya kepala dalam sikap flexi dapat menjadi penyebab
pesentasi muka. Sikap ekstensi memiliki hubungan dengan
diproporsi kepala panggul dan merupakan kombinasi yang
serius, maka harus diperhitungkan kemungkinan panggul
yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi muka
menyebabkan persalinan lebih lama dibanding presentasi
44
kepala dengan UUK (Ubun-ubun Kecil) di depan, karena
muka merupakan pembuka servik yang jelek dan sikap
ekstensi kurang menguntungkan. Penundaan terjadi di pintu
atas panggul, tetapi setelah persalinan lebih maju semuanya
akan berjalan lancar. Ibu harus bekerja lebih keras, lebih
merasakan nyeri, dan menderita lebih banyak laserasi dari
pada kedudukan normal. Karena persalinan lebih lama dan
rotasi yang sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu
maupun anaknya.
(2) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian
(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka
yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang
terpanjang. Presentasi dahi primer yang terjadi sebelum
persalinan mulai jarang dijumpai, kebanyakan adalah
skunder yakni terjadi setelah persalinan dimulai. Bersifat
sementara dan kemudian kepala fleksi menjadi presentasi
belakang kepala atau ekstensi menjadi presentasi muka.
Proses lewatnya dahi melalui panggul lebih lambat, lebih
45
berat, dan lebih traumatik pada ibu dibanding dengan
presentasi lain. Robekan perineum tidak dapat dihindari dan
dapat meluas atas sampai fornices vagina atau rektum,
karena besarnya diameter yang harus melewati PBP (Pintu
Bawah Panggul).
(3) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan
posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi
bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut. Kesulitan pada persalinan bokong adalah
terdapat peningkatan resiko maternal. Manipulasi secara
manual pada jalan lahir akan meningkatkan resiko infeksi
pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan
segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan
setelah coming head lewat servik yang belum berdilatasi
lengkap, dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi serviks,
ataupun keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula
menyebabkan robekan perineum yang lebih dalam
(Cunningham, 2005).
46
3) Faktor Persalinan Pervaginan
a) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif
dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer,
2002). Waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai
dapat ditarik relatif lebih lama daripada forsep (lebih dari 10
menit). Cara ini tidak dapat dipakai untuk melahirkan anak
dengan fetal distress (gawat janin). Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu adalah robekan pada serviks uteri dan robekan
pada vagina dan ruptur perineum..
b) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin
(Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan
portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum,
pecahnya varices vagina.
c) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan
jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur
organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang
yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi
47
tersebut (Syaifudin, 2002). Persalinan macet dengan anak mati
merupakan indikasi dari embriotomi. Komplikasi yang
mungkin terjadi atara lain perlukaan vagina, perlukaan vulva,
ruptur perineum yang luas bila perforator meleset karena tidak
ditekan tegak lurus pada kepala janin atau karena tulang yang
terlepas saat sendok tidak dipasang pada muka janin, serta
cedera saluran kemih/cerna, atonia uteri dan infeksi ( Mansjoer,
2002).
d) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung
sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan
oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,
atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya
rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).
Sehingga sering petugas belum siap untuk menolong persalinan
dan ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala janin terjadi
defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar
kemungkinan ruptur perineum (Mochtar, 1998). Laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala
dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika
bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali.
48
e) Faktor Penolong Persalinan
Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan
berwenang dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpinan
persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab
terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan
kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang
tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh
bayi untuk mencegah laserasi.
f. Penanganan Ruptur Perineum
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan
dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan
memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah
vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Mochtar,
1998). Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur
perineum adalah :
1) Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,
segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio
plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
2) Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada
49
jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan
jahitan pada robekan perineum :
a) Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah
dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis
demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b) Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan
segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara
jelujur atau dengan cara angka delapan.
c) Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II
jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus
diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan.
Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.
Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit
perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
d) Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada
dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal
dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik
sehingga bertemu kembali.
e) Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani
yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus,
kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
50
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
g. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Menurut Bandiyah (2009) persalinan yang salah merupakan
salah satu sebab terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan
Asuhan Persalinan Normal kerjasama dengan ibu dan penggunaan
perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan
seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan
robekan pada perineum. Cara-cara yang dianjurkan untuk
meminimalkan terjadinya ruptur perineum diantaranya adalah :
1) Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), penolong meletakkan kain
yang bersih dan kering yang dilipat sepertiganya di bawah bokong
ibu dan menyiapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu,
untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir.
2) Melindungi perineum dengan satu tangan dengan kain bersih dan
kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari tangan
pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
3) Menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
4) Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala, bahu,
dan seluruh tubuh bayi secara bertahap dengan hati-hati dapat
mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan
perineum.
51
h. Bahaya dan Komplikasi Ruptur Perineum
Bahaya dan komplikasi akibat terjadinya ruptur perineum
antara lain adalah :
1) Perdarahan
Perdarahan pada ruptur perineum dapat menjadi hebat khususnya
pada ruptur derajat dua dan tiga atau jika ruptur meluas ke samping
atau naik ke vulva mengenai clitoris.
2) Infeksi
Laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses
karena dekat dengan anus. Infeksi juga dapat menjadi sebab luka
tidak segera menyatu sehingga timbul jaringan parut.
B. Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Laserasiperineum
Senam Hamil
Ketrampilanpenolong
HIS
Stress
Power tidakterkendali
Emosional ibu
In elastisitas
Regangan ototlebih
Ukuran passage
52
C. Kerangka Konsep
Bagan 2.3 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Notoatmodjo (2005), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara
penelitian, patokan dugaan atau sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada perbedaan keikut sertaansenam hamil terhadap derajat laserasi
perineum pada persalinan primipara di Bidan Praktek Mandiri Tri
Yuliastuti Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
H0 : Tidak ada perbedaan keikutsertaan senam hamil terhadap derajat
laserasi perineum pada persalinan primipara di Bidan Praktek
Mandiri Tri Yuliastuti Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
Variabel Independen
Senam hamil
Variabel Dependen
Derajat Laserasiperineum pada
persalinan primipara
53
54
top related