bab ii tinjauan teori a. tinjaun teori 1.repository.ump.ac.id/8257/3/senowati dwi komalasari bab...
Post on 19-Oct-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjaun Teori
1. Diare
a. Definisi Diare
1) Depkes RI (2011), menyatakan bahwa diare adalah buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari.
2) Arifianto (2012), menyatakan bahwa diare adalah produksi
tinja yang lebih cair dibandingkan biasanya dan frekuensi
buang air besar (BAB) menjadi lebih sering. Umumnya,anak-
anak mengalami BAB tidak mencapai tiga kali sehari sehingga
frekuensi lebih dari tiga kali sering digunakan sebagai patokan
diare meskipun tidak selalu.
3) Yayasan Spiritia (2015), menyatakan bahwa diare adalah
peningkatan frekuensi buang air besar, serta pada kandungan
air dan volume kotoran tersebut. Diare dapat menjadi masalah
yang berat. Diare yang berat juga dapat menyebabkan dehidrasi
atau masalah gizi yang berat.
4) Wong (2008), menyatakan bahwa diare dapat disebebkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang
13
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
14
menderita diare `setiap tahunnya dan 20% dari seluruh
kematian pada anak yang hidup dinegara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare
dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus
halus (Enteritis), kolon (kolitis) atau kolon dan usus
(Enterokolitis).
5) Aden (2010), menyatakan bahwa diare merupakan buang air
besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam sehari, dan
biasanya berlangsung sampai dua hari atau lebih.
b. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut pedoman dari laboratorium/UPF
Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga (1996) dalam
Susilaningrum (2013), dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari. Akibat dari diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
Diare akut atau diare disebabkan oleh infeksi usus yang bersifat
mendadak, dapat terjadi pada semua umur dan apabila
menyerang bayi umunya disebabkan oleh
gastroenteritisinfantile. Diare akut adalah diare yang timbul
secara mendadak dan berhenti cepat atau maksimal sampai 2
minggu. Sebagai salah satu penyebab penting dari diare akut
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
15
pada bayi dan anak (yang bukan disebabkan oleh infeksi)
adalah enteropati karena sensitive terhadap protein susu sapi
atau „Cow’smilk protein sensitive enteropathy (CMPSE)‟ atau
lebih dikenal dengan alergi terhadap susu sapi atau „Cow’s milk
Allergy (CMA)‟.
Suraatmaja (2007) menyatakan bahwa diare akut, yaitu diare
yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Penyebab diare akut biasa disebabkan oleh
makanan dan minuman yang terkontraminasi oleh kuman
penyakit.
2) Diare kronik yaitu apabila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Akibat dari diare kronik adalah penurunan berat badan dan
ganguan metabolisme.
Diare kronik umumnya bersifat menahun. Penyebabnya
diakibatkan oleh luka radang usus, tumor ganas dan sebaginya.
Diare kronik lebih komplek dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,
malnutrisi dan lain-lain.
Menurut Sudaryat (2007) menyatakan bahwa diare diare
kronik dibagi dibagi menjadi 5 yaitu:
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
16
a. Diare parsisten : Diare yang disebabkan oleh infeksi.
b. Protacted diare : Diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu dengan tinja cair dan frekuensi lebih dari 4x atau lebih
perharinya.
c. Diare Intraktabel : Diare yang timbul berulang kali dalam
waktu yang singkat.
d. Prolonged Diare : Diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
e. Chronic non spesific dearrhea : Diare yang berlangsung
lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai dengan gangguan
pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pedoman MTBS (2008) dalam Susilaningrum (2013),
menunjukkan bahwa diare dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Diare dengan dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
a) Letargis atau tidak sadar.
b) Mata cekung.
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2) Diare dengan dehidrasi sedang
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
a) Gelisah, rewel/ mudah marah.
b) Mata cekung.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
17
c) Haus, minum dengan lahap.
d) Cubitan kulit perut kembali lambat.
3) Diare dengan dihidrasi ringan
Tidak cukup tanda-tanda seperti yang terdapat pada
klasifikasi diare dengan dehidrasi berat, dan sedang.
c. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi,
malabsorbsi, makanan, dan psikologi (Dewi, 2011).
1) Infeksi
a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran
pencernaan dan merupakan penyebab utama
terjadinya diare, infeksi enternal meliputi:
(1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella,
Shigella compylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dan sebagainya.
(2) Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO,
coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astrovirus, dan sebagainya.
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris,
Oxyuris, dan Strongylodies), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan
Trichomonas hominis), serta jamur (Candida
albicans)
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
18
b) Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain di
luar alat pencernaan, misalnya Otitis Media
Akut (OMA), tosilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2) Malabsorbi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorbsi
karbohidrat dan lemak.
a) Malabsorbsi Karbohidrat, pada bayi kepekaan
terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau sangat asam dan sakit didaerah perut.
b) Malabsorbsi lemak, terjadi apabila dalam makanan
terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan
bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi
micells yang siap diabsorpsi oleh usus. Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak diserap dengan baik.
3) Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, muntah
(sayuran). Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada bayi dan balita.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
19
4) Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak
bayi dan balita, umunya terjadi pada anak yang lebih
besar.
d. Tanda dan Gejala
Gejala diare menurut Putra (2012) adalah tinja encer dengan
frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai
bebrapa hal sebagai berikut :
1) Muntah
2) Badan lesu atau lemh
3) Panas
4) Tidak nafsu makan
5) Darah dan lendir dalam kotoran
6) Cengeng
7) Gelisah
8) Feses cair dan berlendir, kadang juga diserati dengan adanya
dara, kelamaan feses ini akan berwarna hijau dan asam.
9) Suhu meningkat.
10) Dehidrasi, apabila menjadi dehidrasi berat akan terjai
penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan diakhiri
dengan syok.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
20
11) Berat badan turun.
12) Anus lecet.
13) Turgor kulit menurun.
14) Mata dan ubun ubun cekung.
15) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
e. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi apabila
(Sudaryat, 2007) :
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya
kemtian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam-basa
a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anoksida jaringan.
d) Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria).
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam
caairan intraseluler.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
21
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi antara 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup,
hipoglikemia ini jarang terjadi tetapi lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b) Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang
terjadi).
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadarglukosa darah
menurun sampai 40mg% pada bayi dan 50mg% pada
anak-anak. Gejala lemah, apatis, peka rangsang,
berkeringat, pucat, syok, kejang, sampai dengan koma.
Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika
terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau
penyakit lain yang disertai kejang atau penderita
dipuasakan dalam waktu yang lama.
4) Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat. Hal ini desebabkan oleh :
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
22
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntahnya akan bertambah cepat. Orang tua
hanya sering memberikan teh saja (teh diit).
b) Walaupun susu diteruskan, tetapi sering diberikan dengan
pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.
5) Ganggguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare disertai dengan muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah hebat, dan dapat mengakibatkan
perdarahan pada otak dan kesadarn menurun
(soporakmateus) dan apabila tidak segera ditolong maka
penderita akan meninggal.
f. Jenis-jenis Diare
Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare :
a) Diare cair akut
Diare cair akut memiliki tiga ciri utama : gejalanya dimulai
secara tiba-tiba , tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya
terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang- kadang juga gejalanya
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
23
bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari75% orang yang
terkena diare mengalami diare cair akut.
b) Disentri
Disentri memiliki dua ciri utama : adanya darah dalam tinja,
dan mungkin disertai dengan kram perut, berkurangnya nafsu
makan dan penurunan berat badan yang cepat. Sekitar 10-15%
anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) mengalami disentri.
c) Diare yang menetap atau persisten
Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama
yaitu pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung
lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan.
Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono (2008) dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a) Tanpa dehidrasi , biasanya anak merasa normal, tidak rewel,
masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya
tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa
b) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan ank\ank rewel atau
gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali
dengan cepat jika dicubit.
c) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadran berkabut), mata cekung,
pada cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak
terlihat lemah.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
24
g. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan
terjadi beberapa hal antara lain sebagi berikut :
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan aitr (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyabab terjadinya
kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinyapemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita
Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen
dalam hati adan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
25
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oelh orang tua
karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat,
walaupun susu diteruskan dan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer diberikan terlalu lama,
makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
sebagian akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan apabila tidak segera
diatasi pasien akan meninggal.
h. Pencegahan diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif
yang dapat dilakukan adalah (Kemenkes, 2011):
1) Perilaku sehat
a) Pemberian ASI
b) Makanan pendamping ASI
c) Mencuci tangan
d) Menggunakan air bersih yang cukup
e) Menggunakan jamban
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
26
f) Membuang tinja yang benar
g) Pemberian imunisasi campak
2) Kesehatan lingkungan
a) Penyediaan air bersih
b) Pengelolaan sampah
c) Sarana pembangunan air limbah.
i. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare menurut Dewi (2011) adalah sebagai
berikut :
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat-obatan
a) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari
sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama
dan sisanya adlibitum.
b) Sesuaikan dengan umur anak:
a)
-
27
e) Oralit diberikan sebanyak 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam
pada kasus dehidrasi sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga
(cairan RL).
a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½
sendok teh garam dapur halus + 1gelas air masak atau air
teh hangat.
b) Air tajin (2 liter + 5 g garam).
(1) Cara tradisional
3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak
selama 45-60 menit.
(2) Cairan biasa
2 liter air + 100 g tepung beras + g garam dimasak
hingga mendidih.
4) Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan
daya tahan tubuh anak.
Penatalaksanaaan penderita diare menurut Maryunani
(2013) anatara lain dengan :
1) Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan
mengenai riwayat perjalanan penyakit, antara lain :
a) Lamanya sakit/diare/sudah berapa jam, hari.
b) Frekuensinya (berapa kali sehari)
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
28
c) Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali BAB,
misalnya berapa ml/popok penuh).Warnanya (biasa,
kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian beras).
d) Baunya (amis, busuk).
e) Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir
buang air kecil).
f) Ada tidaknya batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum,
selama, atau setelah diare).
g) Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman
sebelum dan sesudah diare).
h) Adakah penderita diare disekitar rumah.
i) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus diare meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada kasus diare meliputi
pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah, Hb, dan
pemeriksaan urine.
4) Pengobatan yang sesuai
Prinsip pengobatan diare, meliputi terapi cairan, ditetik
(cara pemberian makanan), terapi suportif, dan edukasi.
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
29
Tujuan pengobatan :
a) Mencegah dehidrasi
b) Mengatasi dehidrasi yang telah ada
c) Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan
makanan selama dan setelah diare.
d) Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya
episode diare, dengan memberikan suplemen zinc.
e) Zinc merupakan komponen > 300 enzim dan
dibutuhkan untuk sintesis DNA, pembelahan sel dan
sintesis protein.gejala dan tanda defisiensi zinc
(seng)tidak jelas, terutama pada yang ringan. Prevalensi
defisiensi Zn (zinc) di Indonesia cukup tinggi, berkisar
antara 44-60%. Angka kejadian diare 47% lebih tinggi
pada anak dengan difisiensi zinc. Penelitian
membuktikan bahwa suplemen zinc dapat menurunkan
angka kejadian diare akut dan persisten. Penelitian
suplementasi Zinc di Negara berkembang (india,
Meksiko, Papua Nugini, Peru, Vietnam, Guatemala,
Bnagladesh, Pakistan, Jamaica) memperlihatkan
menurunnya secara bermakna angka kejadian diare
akut, diare persiten, dan pneumonia. Sejak tahun 2004,
WHO dan UNICEF setelah mempelajari berbagai
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
30
penelitian di seluruh dunia, menganjurkan pemberian
Zn pada anak
f) dengan diare 20 mg per hari selama 10-14 hari. Pada <
6 bulan 10 mg per hari selama 10-14 hari.
Untuk mengatasi diare,tidak selalu harus dirujuk. Hsl ini
disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat
dilakukan sendiri oleh petugas lapangan. Anak baru dirujuk
apabila keadaan anak tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi
pada pedoman MTBS (2008), tindakan yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
1) Diare dengan dehidrasi ringan
a) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat, orang
tua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan
keoada anak yang ada dirumah. Juga perlu penjelasan.
(1) Beri ASI lama pada setiap kali pemberian (bila masih diberi
ASI)
(2) Jika deberi ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan.
(3) Jika tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu
cairan berikut ini yaitu oralit, kuah sayur, air tajin, air
matang.
(4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah :
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
31
(a) Satu bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (satu
gelas) air matang.
(b) Usia sampai satu tahun berikan 50-100 ml oralit setiap
habis BAB.
(c) Berikan oralit sedikit demi sedikit dengan sendok.
Apabila muntah, tunggu sepuluh menit, kemudian
berikan lagi.
b) Lanjutkan pemberian makan sesuai dengan usianya.
c) Apabila keadaan anak tidak membaik dalam waktu lima hari
atau bahkan memburuk, maka dianjurkan untuk dibawa ke
rumah sakit. Selama perjalanan kerumah sakit, oralit tetap
diberikan.
2) Diare dengan dehidrasi sedang
a) Berikan oralit dan observasi diklinik selama 3 jam dengan
jumlah sekitar 75 ml/kgBB atau berdasarkan usia anak.
Pemberian oralit pada bayi sebaiknya
b) dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit
berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pemberian Oralit berdasarkan usia 4 bulan
(
-
32
Apabila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak dibawah
enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang
sekitar 100-200 ml selama periode ini.
c) Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu
satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200
ml) air matang.
d) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Apabila
membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,
segera pasang infuse dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
3) Diare dengan dehidrasi berat
a) Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera rujuk.
b) Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan sebagai
berikut:
c) Jika dapat memasang infuse, segera berikan cairan RL atau
NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB
dengan pedoman sebagai berikut:
Tabel 2.2 Pemberian infuse untuk dehidrasi Umur Jumlah pemberian,
30ml/kgBB,selama
Pemberian
berikutnya,70
ml/kgBB,selama
Bayi
(
-
33
Keterangan :
Periksa kembali setelah 1-2 jam, jika status hidrasi belum
membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian
pertama. Jika kondisi membaik, teruskan penanganan
seperti pada dehidrasi ringan/sedang.
(1) Jika tidak dapat memasang infuse tetapi dapay memasang
sonde, berikan oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20
ml/kg BB/jam selama enam jam.jika anak muntah terus
menerus dan perut kembung, berikan oralit lebih lambat.
Jika keadaan membaik setelah enam jam, teruskan
penanganan seperti dehidrasi ringan/sedang. Jika keadaan
memburuk, segera lakukan rujukan.
(2) Jika tidak dapat memasang infuse maupun sonde, rujuk
segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk
memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan.
Adapun untuk mengatasi permasalahan selanjutnya,
perencanaan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan
a) Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa
kering, kenaikan berat jenis urine tiap empat jam, rasa
haus).
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
34
b) Pantau keluaran dan masukan dengan cermat meliputi
frekuensi, warna, dan konsistensi.
c) Pantau ketidakseimbangan elektrolit (Natrium klorida,
kalium).
d) Timbang berat badan setiap hari.
e) Monitor tanda-tanda vita (suhu,nadi) setiap empat jam.
f) Monitor pemeriksaan labortorium (elektrolit, berat jenis
urine, nitrogen urea darah).
g) Lakukan tindakan untuk mengurangi demam (ganti pakaian
katun da kompres dingin)
h) Kolaborasi dengan dokter tentang rehidrasi terutama untuk
dehidrasi dan terdapatnya penyakit berat lainnya.
2) Perubahan nutrisi
a) Pelihara input dan ouput yang tepat dengan meneruskan
nutrisi per oral.
b) Observasi muntah dan berak tiap 4 jam.
c) Berikan makanan secara bertahan menaikkan dari diet lunak
ke diet biasa.
d) Timbang berat badan setiap hari.
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penururnan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan
tubuh sehingg dapat diketahui status keadaan gizi dan
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
35
tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan
sebagai dasar perhitungkan dosis dan makan yang
diperlukan dalam tindakan pengobatan. Penilaian berat
badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar
NCHS (Nationaal Center for Health Statistics) yaitu
menggunakan persentil sebagai berikut :
Persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil
kurang atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut
WHO yaitu menggunakan presentase dari median: 80-100%
dikatakan malnutrisi sedang dan m 80% dikatakan
malnutrisi akut (wasting). Penilaian berat badan
berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu
menggunakan persentil: 75-25 dikatakan normal, persentil
10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan kurang dari persentil
5 dikatakan malnutrisi berat. Selain penggunaan standar
baku NCHS juga dapat digunakan kartu menuju sehat
(KMS). Sebagaimana penelitian Anwar (2003), dengan
adanya KMS perkembangan anak dapat dipantau secara
praktis, sederhana, dan mudah (Alimul, 2008).
Prosedur mengukur Berat Badan Bayi menurut Heller
(2009) bertujuan untuk mendapatkan pengukuran yang
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
36
akurat dari berat badan bayi dan merencanakan pada grafik
pertumbuhan.
Nilai jumlah kalori bahan makanan 1000-2400 kal/hari
sesuai dengan berat badan.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi
f) Berikan penyuluhan pada orangtua tentang makanan/diet
selama diare, cara pembuatan oralit, tetap memberikan ASI.
3) Perubahan integritas kulit
a) Jaga daerah popok bersih daan kering
b) Periksa dan ganti popok setiap jam atau basah
c) Gunakan sarung tangan dan cuci tangan sebelum dan
setelah mengganti popok.
d) Berikan daerah perineal dengan air dan sabun yang lembut
setiap BAB
e) Bubuhi krim/salep/lotion pada daerah ruam dipantat
f) Hindari penggunaan bedak bila telah terjadi lecet
g) Gunakan popok kain yang terbuka daripada popok
disposable
h) Yakinkan pemenuhan kebutuhan nutrisi sesegera mungkin
untuk mendukung penyambuhan jaringan
4) Gaangguan rasa nyaman
a) Baringkan pasien dalan posisi terlentang dengan bantalan
penghangat diatas abdomen
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
37
b) Berikan input jumlah kecil dan sering dari cairan jernih
dingin (tidak terlalu dingin atau panas), misalnya, teh encer,
agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60 menit
c) Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan
bau tidak sedap dari lingkungan klien
d) Beri penjelasan padaa orangtua untuk menghindari
beberapa hal, yaitu:
a) Pemberian cairan yang sangat dingin dan panas
b) Makanan yang mengandung lemak dan serat (misalnya,
susu, buah)
c) Makanan yang mengandung kafein
5) Kurangnya pengetahuan orang tua
a) Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapaat dipahami
jelaskan tentang agen penyakit, tindakan pencegahan, dan
pebtingnya cuci tangan sampai bersih
b) Jelaskan pembatasan diet, yaitu makanan tinggi serat (buah
segar), makanan tinggi lemak (susu), dan air yang sangat
panas atau dingin
c) Ajarkan orangtua untuk melaporkn gejala urine coklat gelap
selama lebih 12 jam dan tinja berdarah
d) Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan
keseimbangan antara masukan dan keluaran cairan,
manfaaat istirahat dan tindakan pencegahan diare (misalnya,
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
38
penyimpanan makanan yang tepat, cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang makanan).
j. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja :
a) Makrosopis dan mikroskopis.
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet clinistes, jika diduga terdapat intoleransi gula.
c) Jika perlu dilakukan pemeriksaan pembiakan pada uji
resistem.
2) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium
dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang
disertai kejang) (Sujianti, 2011).
2. Dehidrasi / Kekurangan Cairan pada Anak Diare
1. Definisi dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan kesembangan cairan yang
negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis
penyakit (Huang, 2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja,
2010). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit
(Latief, 2005)Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus,
berat badan turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi
kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis,
gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
39
asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut
cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesedaran menurun, dan
pernapasan kussmaul (Latief, 2005).
2. Klasifikasi Dehidrasi
a. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbaya karena dapat
menyebabkan penurunan volume darah sampai kematian
apabila tidak cepat ditangani. Dehidrasi dapat dibagi menjadi
dihidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel dibawah
ini :
Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan
Pemeriksaan Fisik (Huang, 2005)
Gejala/tanda Ringan(3-5%) Sedang (6-9%) Berat (10% atau lebih
Tingkat kesadaran
Pengisian kembali
kapiler
Membran mukosa
Denyut jantung
Laju pernapasan
Tekanan darah
Denyut nadi
Turgor kulit
Fontanella
Mata
Keluaran urin
Sadar
2 detik
Normal
Sedikit meningkat
Normal
Normal
Normal
Kembali normal
Normal
Normal
Menurun
Latargi
2-4 detik
Kering
Meningkat
Meningkat
Normal, ortostatik
Kembali Cepat dan
lemah
Kembali lambat
Agak cekung
Cekung
Oliguria
Tidak sadar
Lebih dari 4 detik
Sangat kering
Sangat meningkat
Meningkat dan
hiperapnea
Menurun
Sangat lemah/ samar
atau tidak teraba
Tidak segera kembali
Cekung
Sangat cekung
Anuria
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
40
b. Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :
1) Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik
Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan
natrium yang relatif lebih besar daripada air, dengan kadar
natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar
natrium serum kurang dari 120 mEq/L, maka akan terjadi
edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis,
anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran,
kejang dan koma (Garna, dkk., 2000). Kehilangan natrium
dapat dihitung dengan rumus :
Defisit natrium (mEq) = (135 – kadar Na serum) air tubuh
total (dalam L) ( 0,6 x berat badan dalam kg)
Kadar Na serum berarti konsentrasi natrium serum yang
terukur, sedangkan 135 adalah nilai normal rendah natrium
serum. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan
ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraselukler,
sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler ke
intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal
dalam bentuk dehidrasi ini akan semakin diperberat dengan
perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen
intraseluler. Hasil akhirnya adalah penurunan volume
ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi
(Behrman et al, 2000).
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
41
2) Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik
Dehidrasi isinatremik (isotonik) terjadi ketika yang
cukuphilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium
dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama
jumlahnya/besarnya dalam kompartemen cairan
ekstravaskular maupun intravaskular. Kadar natrium pada
dehidrasi isonatremik 130-150 mEq/L (Huang, 2009).
Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada
dehidrasi isonatremik (Latief, 2005).
3) Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik
Dehidrasi Hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan
yang hilang mengandung lebih sedikit natrium daripada
darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum >
150 mEq/L. Kehilangan natrium serum lebih sedikit
daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di
ekstravaskuler pindah ke intravaskular meminimalisir
penurunan volume intravskular (Huang, 2009). Dehidrasi
hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake)
elektrolit lebih banyakn daripada air (Suharyono, 2008).
Cairan rehidrasi oral yang pekat, susu formula pekat,larutan
gula garam yang tidak tepat takar merupakan faktor resiko
yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia. Terapi
cairan untuk dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
42
hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan
serebrum dengan pendarahan dan trombosit serebral luas,
serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat mengakibatkan
defisit neurologis menetap.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Huang (2005), Aden (2010), Dewi (2011), Sulisnadewi, dkk (2012)
Patofisiologis
a. Kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi)
b. Hipoglikemia
c. Gangguan gizi
d. Gangguan sirkulasi
Etiologi
a. Infeksi
b. Malabsorbsi
c. Makanan
d. paikologis
Klasifikasi dehidrasi
a. Berdasarkan
gejala klinis
Ringan
Sedang
Berat
b. Berdasarkan
gambaran
elektrolit
Dehidrasi
hiponatremik/
hipotonik.
Dehidrasi
isonatremi/isot
onik
Dehidrasi
hipernatremik/
hipertoni
Penanganan Awal
Diare pada Anak
DIARE
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
43
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan
penjelasan tentang yang tercantum dalam hipotesa (Saryono, 2010).
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya
perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini
adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara status dehidrasi dengan penanganan
awal diare pada anak
H1 : Ada hubungan hubungan antara status dehidrasi dengan
penanganan awal diare pada anak.
VARIABEL BEBAS
Penanganan awal diare
VARIABEL TERIKAT
Status dehidrasi
Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
top related