bab ii tinjauan umum tentang kriminologi, …erepo.unud.ac.id/17183/3/1003005174-3-bab...
Post on 24-Jun-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
29
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KRIMINOLOGI, PELANGGARAN LALU
LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DAN
BALAPAN LIAR
2.1 Kriminologi
2.1.1 Pengertian Kriminologi
Istilah kriminologi umtuk pertama kali digunakan oleh seorang ahli
Antropologi Perancis yang bernama P. Topinard (1830-1911). Secara umum, istilah
kriminologi identik dengan perilaku yang diketagorikan sebagai suatu kejahatan.
Kejahatan dimaksud disini adalah suatu tindakan yang dilakukan orang-orang dan
atau instansi yang dilarang oleh suatu undang-undang. Pemahaman tersebut diatas
tentunya tidak bisa disalahkan dalam memandang kriminologi yang merupakan
bagian dari ilmu yang mempelajari suatu kejahatan.1
Nama kriminologi yang disampaikan oleh P. Topinard, secara harfiah
berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang
berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi kriminologi berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari rentang seluk beluk kejahatan. Adapun cakupan
studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tapi juga meliputi
bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatam, serta reaksi sosial terhadapnya,
termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah
1Lamber Missa, 2010, Studi Kriminologi Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga
di Wilayah Kota Kupang Provivsi Nusa Tenggara Timur, (tesis), Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponogoro, Semarang, h. 48.
30
di berbagai bidang. 2 Oleh karena itu cakupan studinya yang begitu luas,
menyebabkan kriminologi ini menjadi sebuah kajian interdisipliner terhadap
kejahatan.
Melihat kajian kriminologi yang indisipliner, membuat para ahli hukum
memberikan definisi terhadap kriminologi dalam berbagai versi sesuai dengan
sudut pandang atau perspektif mereka masing-masing. Di bawah ini penulis
mengutip pendapat para ahli mengenai pengertian / definisi dari kriminologi.
a. W.A. Bonger
W.A. Bonger mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu yang bertujuan
menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis atau
kriminologi murni), yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis,
memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari
gejala-gejala kejahatan-kejahatan itu dinamakan etimologi. Di luar kriminologi
murni atau krimonologi teoritis tersebut, terdapat kriminologi praktis atau
terapan.3
b. W.E. Noach
W.E. Noach membagi pengertian kriminologi atat dua kategori, yakni
kriminologi dalam arti luas dan kriminologi dalam arti sempit. Kriminologi
dalam arti luas mencakup kriminologi dalam arti sempit dan kriminalistik.
Dalam arti sempit, kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk-
bentuk penjelmaan, sebab-sebab dan akibat-akibat dari kriminalitas (kejahatan
2Indah Sri Utari, 2012, Aliran dan Teori dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,
h.1.
3W.A. Bonger, 1995, Pengantar Tentang Kriminologi terjemahan R.A koesnoen, Penerbit
PT. Pembangunan Jakarta, h.7.
31
dan perbuatan-perbuatan buruk). Sedangkan kriminalistik merupakan ilmu
yang mempelajari kejahatan sebagai masalah teknik, sebagai alat untuk
mengadakan pengejaran atau penyelidikan perkara kejahatan secara teknis
dengan menggunakan ilmu-ilmu alam kimia dan lain-lain seperti ilmu
kedokteran kehakiman (ilmu kedokteran / forensic), ilmu alam kehakiman
antara lain sidik jari (dektiloskopi) dan ilmu kimia kehakiman antara lain ilmu
tentang kerancuan (ilmu toksikologi). Masih menurut Noach, kriminologi
dalam arti sempit tidak mencakup kriminalistik, sehingga hanya menunjuk pada
ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk, sebab-sebab dan akibat-akibat dari
kejahatan.4
c. Wolfgang, Savitz dan Johnston (dalam The Sociology of Crime and
Delequency)
Kriminologi adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala
kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-
keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal
yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat
terhadap keduanya.5
d. Edwin H. Sutherland
Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengertahuan mengenai kejahatan
sebagai gejala sosial. Jadi kalau kita perhatikan definisi tersebut diatas
4 Indah Sri Utari, op.cit., h. 2-3.
5 Topo Santoso, op.cit., h. 12.
32
meyakinkan kita bahwa kejahatan hanya terdapat dalam masyarakat. Oleh
karena itu perlu memperhatikan kondisi masyarakat bila mempelajari masalah
kejahatan. Sebab tidak pungkiri ada saling pengaruh antara individu dengan
masyarakat. Dari uraian diatas Sutherland meletakkan pendapatnya bahwa
kejahatan berakar pada organisasi masyarakat, dimana kejahatan-kejahatan
yang tinggi disebabkan kekacauan masyarakat.6
e. Soedjono Dirdjosisworo
Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab, akibat,
perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan
menghimpun sumbangan-sumbangan ilmu pengetahuan. Tegasnya,
kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan
akibatnya, mempelajari cara mencegah timbulnya kejahatan.7
f. Michael dan Alder
Kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan sifat dari
para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara resmi diperlakukan
oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para anggota masyarakat.8
g. Stephan Hurwitz
Kriminologi dipandang sebagai istilah global atau umum untuk suatu lapanagan
ilmu pengetahuan yang sedemikian luas dan beraneka ragam, sehingga tidak
mungkin dikuasai oleh seorang ahli saja.9
6Yurizal, op.cit., h. 156-157.
7Indah Sri Utari, op.cit., h. 4.
8 Wahyu Muljono, 2012, Pengantar Teori Kriminologi, Penertib Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, h. 35.
9Yesmil Anwar dan Adang, op.cit., h. 9
33
h. A.E. Wood
Istilah Kriminologi mengikiti keseluruhan ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada teori pengalaman yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,
termasuk reaksi-reaksi masyarakat atas kejahatan dan penjahat.10
i. M.P. Vrij
Kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejahatan, mula-mula
mempelajari kejahatan itu sendiri, kemudian sebab-sebab serta akibat dari
kejahatan tersebut.11
j. Paul Mudigno Mulyono
Kriminologi adalah imu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai
masalah manusia.12
k. J. Constant
Kriminologi sebagai suatu pengetahuan pengalaman yang bertujuan
menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan danpenjahat.
Dalam hal ini, diperhatikan banyak faktor-faktor sosiologis dan ekonomis,
maupun faktor-faktor psikologis individu.13
l. J.M. Van Bemmelen
Kriminologi merupakan tiap kelakuan yang merugikan (merusak) dan asusila
yang menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu
10Yusrizal, op.cit., h. 157.
11Indah Sri Utari, op.cit., h. 3.
12Yesmil Anwar dan Adang, op.cit., h. 7.
13A. S. Alam dan Amir Ilyas, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makasar, h.
2.
34
masyarakat tertentu sehingga masyarakat tersebut berhak mencela dan
mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan
dengan sengaja suatu nestapa (penderitaan) terhadap pelaku kejahatan.14
2.1.2 Ruang Lingkup Kriminologi
Berbicara mengenai ruang lingkup kriminologi, tentunya setiap ahli hukum
mempunyai pandangan yang berbada-beda satu sama lain mengenai ruang lingkup
dari kriminologi. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai ruang lingkup
kriminologi dari beberapa ahli.
Menurut W.A. Bonger, ruang lingkup kajian kriminologi dibedakan antara
kriminologi murni dan kriminologi terapan.
a. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi :
1. Antropologi kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti penjahat dari segi
tingkah laku, karakter dan cirri tubuhnya. Bidang ini juga meneliti :
apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan? dan
seterusnya. Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat
menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku-pelaku kejahatan?
2. Sosiologi kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan sebagai
suatu gejala masyarakat untuk mengetahui dimana letak sebab-sebab
kejahatan dalam masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari
14 Lamber Misa, op.cit., h. 49.
35
jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain : apakah masyarakat
melahirkan kejahatan? termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat
terhadap peraturan perundang-undangan. Apakah norma-norma
masyarakat tidak berfungsi dalam mencekah kejahatan?
3. Psikologi kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut
kejiwaan penjahatan. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya
di bidang ilmu ini antara lain : apakah kejiwaannya yang melahirkan
kejahatan? ataukah karena lingkungan atau sikap masyarakat yang
melahirkan kejahatan.
4. Psikopatologi dan neuropatologi kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan
penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Pernyataan-pernyataan yang
dicari jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain : apakah urat syaraf
atau sakit jiwa yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang
timbul akibat sakit jiwa atau urat syaraf tersebut?
5. Penologi
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari
penjahat-penjahat yang telah dijatuhi hukuman. Pernyataan-
pernyataan yang dicari jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain :
apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga
masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan? Atau bahkan
mungkin akan meningkat kualitas kejahatannya? Apakah pemidanaan
36
dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara
pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan?15
b. Ruang lingkup kriminologi terapan meliputi :
1. Higiene kriminal
Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan
undang-undang, sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang
dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan.
2. Politik kriminal
Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah
terjadi. Disini dilihat sebab-sebab orang melakukan kejahatan.
Apabila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan
adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja.
Jadi tidak semata-mata dengan penjatuhan sanksi.
3. Kriminalistik
Ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan
pengusutan kejahatan.16 Dalam mengungkapkan kejahatan digunakan
scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium
kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat mengetes
kebohongan, balistik, atau penentu keracunan kedokteran kehakiman,
15Indah Sri Utari, op.,cit., h. 12-14.
16Topo Santoso, op.,cit., h. 10.
37
forencic texiology dan scientific kriminalistik lainnya sesuai dengan
perkembangan teknologi.17
Selain W.A Bonger di atas, Sutherland juga memberikan pendapatnya
mengenai ruang lingkup kriminologi. Menurut Sutherland, kriminologi meliputi :
a. Sosiologi hukum
Ilmu yang memandang kejahatan itu sebagai perbuatan yang dilarang
oleh hukum dan diancam dengan sanksi. Pada intinya yang menentukan
suatu perbuatan itu jahat atau tidak itu adalah hukum. Oleh karena di
dalam mencari sebab musabab kejahatan harus dilihat dari faktor-faktor
apa yang menyebabkan hukum dalam hal ini adalah hukum pidana;
b. Etimologi kriminal
Cabang ilmu dari kriminologi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari dan
mencari sebab-sebab kejahatan;
c. Penology
Ilmu yang mempelajari tentang hukuman. Sutherland menambahkan dan
memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian
kejahatan baik represif maupun preventif.18
Lain halnya dengan pendapat Noach mengenai kajian kriminologi. Noach
membagi kriminologi menjadi 2 (dua) pengertian yakni kriminologi dalam arti luas
dan kriminologi dalam arti sempit. Kriminologi dalam arti sempit merupakan suatu
ilmu pengetahuan tentang bentuk-bentuk perwujudan sebab-sebab dan akibat
17Indah Sri Utari, op.,cit., h. 15.
18Wahyu Muljono, op.,cit., h. 33-34.
38
kriminalitas. Jadi sesuai dengan pengertian di atas bahwa Kriminologi menurut
Noach dibadi menjadi 3 (tiga) dapat diperjelaskan dengan adanya unsur-unsur
yakni sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk gejala (fenomena), bentuk-bentuk gejala yang mudah
diketahui ialah yang berdasarkan pada norma-norma dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainya seperti hukum pidana dam etika;
2. Sebab-sebab kriminalitas (etiologi) yang berhubungan dengan lain-lain
gejala dalam kehidupan individu, masyarakat dan alam;
3. Akibat-akibat kriminalitas sampai berapa jauh dapat dianggap masih
meliputi oleh kriminologi.
Selanjutnya Noach membagi kriminalistik menjadi: pengetahuan tentang
lacak-lacak yakni bekas tanda-tanda yang ditinggalkan penjahat, termasuk bekas
persiapan dan pelaksanaan serta perbuatan sesudahnya untuk menutupi perbuatan
sesungguhnya. Dengan demikian meliputi penyidikan tentang:
1) Identitas si penjahat (dactilosophy: pemeriksaan tulisan dan
perbandingannya, dan cirri-ciri lain);
2) Alat-alat (umpamanya senjata api)
3) Pemeriksaan tentang uang kertas / uang logam palsu, hal-hal mana yang
membutuhkan pertolongan ahli-ahli kimia.19
Sarjana lain, selain yang disebutkan di atas juga memberikan pendapatnya
mengenai ruang lingkup kriminologi, yang meliputi :
a. Etimologi kriminal atau kriminologi dalam arti sempit
19Lamber Missa, op.,cit., h. 51.
39
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti sebab musabab
timbulnya suatu kejahatan.20
b. Politik kriminal
Sudarto memberi tiga pengertian pada istilah politik kriminal, yaitu :
1. Dalam arti sempit, keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar
dan reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana;
2. Dalam arti luas, keseluruhan fungsi dalam aparatur penegak hukum,
termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi;
3. Dalam arti paling luas diambil dari pendapat Jorgen Jepsen, ialah
keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan
dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-
norma sentral masyarakat.21
Menurut Sudarto Politik kriminal ini adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. 22 Menurut Barda Nawawi Arief,
politik kriminal pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari politik sosial
(kebijakan atau upaya untuk mencapai kejahatan sosial), dan dikatakan bahwa
upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan
dalam arti :
a. Ada keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal dengan politik
sosial;
20Indah Sri Utari, op.,cit., h. 16.
21H.R Abdussalam, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, h. 13.
22Ibid.
40
b. Ada keteraduan antara (integralitas) antara upaya penanggulangan
kejahatan dengan penal dan non penal.23
2.2 Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur
Masalah yang patut diperhatikan dikota besar adalah masalah lalu lintas. Hal
tersebut bisa dilihat dari angka kecelakaan lalu lintas yang terus yang terus
meningkat setiap tahunnya, perkembangan lalu lintas bisa menyebabkan pengaruh
positif maupun negatif bagi kehidupan dimasyarakat. Setiap tahunnya juga jumlah
kendaraan terus meningkat dan tidak sedikit masyarakat yang melanggar peraturan-
peraturan lalu lintas sehingga pemerintah maupun kepolisian harus semakin ketat
dan tegas untuk masalah lalu lintas, hal tersebut untuk mengurangi atau menekan
tingkat kecelakan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh banyak
hal, pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, jalanan
yang tidak layak seperti jalan yang berlubang, kerusakan kendaraan, kendaraan
yang sudah tidak layak lagi pakai, pengendara yang tidak mematuhi rambu-rambu
lalu lintas.
1. Pengertian Lalu Lintas
Pengertian lalu lintas angkutan jalan di dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dirumuskan tentang pengertian
lalu lintas angkutan jalan secara sendiri-sendiri yakni sebagai berikut:
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan :
23Barda Nawawi Arief dalam Indah Sri Utari, op.,cit., h. 17.
41
“Lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
Lalu Lintas, Angkutan Jalan, jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Prasana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan, Pengemudi, Pengguna
Jalan, serta pengelolanya”.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan :
“Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan”.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan :
“Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”.
Melihat rumusan Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa lalu lintas angkutan jalan adalah gerak pindah orang atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan dan sarana
jalan yang diperuntukkan bagi umum. Kendaraan yang dimaksud adalah meliputi
baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor.
2. Pelanggaran Lalu Lintas
Di dalam pengertian umum yang diatur Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2009 tidak
ditemukan adanya pengertian secara limitative tentang apa yang dimaksud dengan
pelanggaran lalu lintas. Menurut Awaloedin bahwa pelanggaran lalu lintas adalah
perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan lalu lintas jalan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 (1) dan (2),
42
Pasal 33 (1) huruf a dan b, Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 atau peraturan
perundang-undangan yang lainnya.24
Definisi pelanggaran lalu lintas yang dikemukakan oleh Awaloedin tersebut
di atas ternyata masih menggunakan rujukan atau dasar perundang-undangan yang
lama yakni UU No 14 Tahun 1992 yang telah diganti dengan UU No. 22 Tahun
2009, akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan suatu masukan berharga dalam
membahas tentang pengertian pelanggaran lalu lintas.
Istilah pelanggaran dalam hukum pidana, menunjukan adanya suatu
perbuatan atau tindakan manusia yang melanggar hukum, melanggar hukum atau
Undang-Undang berarti melakukan suatu tindak pidana atau delik. Tiap delik
mengandung dua unsur : Unsur melawan hukum dan Unsur kesalahan. Bila mana
di lihat dari cara terjadinya delik itu dapat digolongkan kedalam 2 golongan, yaitu
: Delik yang dilakukan dengan sengaja (dolus), Delik yang dilakukan dengan
kealpaan (culpa).
Yang dimaksud dengan pelanggaran adalah perbuatan atau perkara
melanggar. Atau dengan kata lain pelanggaran adalah tindak pidana yang lebih
ringan daripada kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan melanggar adalah
melewati atau melalui dengan tidak sah, menubruk, menabrak, menyalahi,
melawan. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi pelanggaran yaitu pelanggaran
lalu lintas adalah suatu perbuatan atau perkara melewati, melalui dengan tidak sah,
menabrak, menyalahi, melawan, yang berhubungan dengan arus bolak-balik, hilir
24 Naning Rondlon, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin
Penegak Hukum dan Lalu Lintas, Bina Ilmu, Jakarta, h. 19.
43
mudik atau perjalanan dijalan, perhubungan antara satu tempat dengan tempat yang
lain dengan menggunakan kendaraan bermotor.
3. Pengertian Anak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masihdalam kandungan. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, anak di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Anak yang Berhadapan
dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi
korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.
a. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
b. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak
Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.
c. Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar,
dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
44
Berbagai jenis kejahatan anak yang mengarah kepada pelanggaran norma-
norma sosial merupakan tindakan amoral karena dipengaruhi oleh motivasi dan
dorongan emosi, ingin dikenal atau menonjolkan diri serta pelampiasan
kekecewaan. Bahkan sesungguhnya terkucil dari lingkungan keluarga dan
masyrakat.Tindakan kejahatan dan pelanggaran diancam hukuman pidana
berdasarkan jenis kejahatan tertentu yang dilakukan anak. Tindakan pelanggaran
dan kejahatan yang dilakukan karena pengaruh sikap mental, desakan emosi atau
pengaruh lainya tanpa memikirkan resiko yang dihadapi. Lalu lintas adalah
(berjalan) bolak-balik, hilir mudik, perihal perjalanan di jalan, perhubungan antara
satu tempat ketempat yang lain. Lalu lintas dan angkutan jalan yang mempunyai
karakteristik dan keunggulan tersendiri perlu dikembangkan dan dimanfaatkan
sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah pelosok daratan dengan mobilitas
tinggi dan mampu memadukan moda transportasi lain. Pengembangan lalu lintas
dan angkutan jalan yang ditata dalam satu kesatuan sistem, dilakukan dengan
mengintegrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang terdiri dari jaringan
transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta peraturan-peraturan,
prosedur dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh,
berdaya guna dan berhasil guna.
Mengingat penting dan srategisnya peranan lalu lintas dan angkutan jalan
yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu lintas dan angkutan jalan
dikuasai oleh negara yang pembinaanya dilakukan oleh pemerintah.
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang mengusai hajat hidup orang
banyak, maka lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh Negara yang
45
pembinaanya dilakukan oleh pemerintah. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan, sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang
handal dan terpadu.
Sebagaimana diketahui bahwa masalah kenakalan anak membawa dampak
negatif terutama tindakan atau perbuatan yang menggangu ketertiban dan
keamanan khususnya dalam lalu lintas. Tindakan anak ini umumnya bertentangan
dengan norma-norma sosial serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.
Berbagai pelanggaran tersebut sewajarnya masih merupakan tantangan bagi aparat
penegak hukum dalam menangani permasalahan ini. Untuk itu perlu diambil
langkah-langkah yang tepat, cepat dan terkendali serta terkoordinasi dengan
berbagai pihak agar usaha pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak ini
dapat teratasi.
Majunya ilmu pengetahuan dibidang teknik akan menambah jumlah
kendaraan bermotor dan makin ramainya jalan oleh para pemakai jalan terutama
yang mempergunakan kendaraan bermotor menyebabkan pesatnya arus lalu lintas
di jalanan. Simpang siurnya lalu lintas di jalanan setiap hari bertambah terus
sehingga segala akibat yang ditimbulkan oleh ramainya lalu lintas itu akan
mempunyai efek juga bagi masyarakat.
Mereka pada umunya kurang menyadari akan bahaya yang mungkin timbul
atas dirinya atau diri orang lain jika mereka sudah meginjakan kakinya di jalan. Di
jalan sering terjadi peristiwa yang menimbulkan bahaya dan malapetaka yang akan
menimpa jiwa dan harta. Janganlah hendaknya beranggapan bahwa peraturan lalu
lintas hanya merupakan beban atau penghambat bagi para pemakai jalan. Pesatnya
46
perhubungan yang memakai kendaraan bermotor memerlukan banyak peraturan
yang diperlukan untuk ketertiban hubungan lalu lintas itu. Semua bentuk lalu lintas
itu mempunyai pengaturan hukum tersendiri.
Adapun pengaturan yang mengatur tentang lalu lintas ini yaitu Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
menggantikan Undang-Undang nomor 14 tahun 1992. Dikeluarkanya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini adalah untuk ketertiban, keamanan, dan
kelancaran jalanya lalu lintas demi mewujudkan pembangunan dan integrasi
nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
di amanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun tujuan dari berlalu lintas menurut Pasal 3 huruf (a) Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 sebagai berikut:
“Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa”.
Dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan ini adalah agar masyarakat dapat mengetahui dan mematuhi aturan-
aturan yang berlaku dalam undang-undang ini, mengingat begitu banyaknya revisi
peraturan dalam undang-undang yang baru ini. Semua peraturan yang di keluarkan
ini agar dapat menjaga ketertiban, keamanan, dan kelancaran jalanya lalu lintas
kendaraan bermotor di jalan raya. Maksud dikeluarkanya Undang-Undang Nomor
47
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini karena undang-undang
lalu lintas yang lama itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
terutama karena pesatnya perkembangan kemajuan teknik dibidang pengangkutan
di jalan raya. Setiap orang dianggap/diwajibkan mengetahui undang-undang dan
peraturan-peraturan, akan tetapi hanya sebagian kecil saja dari penduduk yang
mengerti terutama mengenai peraturan lalu lintas yaitu hanyalah pengemudi
kendaraan bermotor yang telah menempuh ujian ketika hendak mendapatkan Surat
Izin Mengemudi (SIM). Bilamana terjadi suatu pelanggaran peraturan lalu lintas,
maka terlebih dahulu haruslah diingat bahwa segala peraturan lalu lintas jalan
berisikan 2 (dua) kategori ketentuan yaitu yang merupakan perintah dan larangan.
Dalam hal pelanggaran peraturan lalu lintas tidaklah memperhatikan apakah
tindakan itu dilakukan dengan sengaja atau karena kealpaan. Karena seorang
pengemudi kendaraan bermotor yang pada waktu mengendarai kendaraanya di
jalan umum tertangkap oleh polisi karena dia tidak membawa surat izin mengemudi
(SIM) karena tertinggal di rumah, tetapi dalam hal pelanggaran lalu lintas tetap
dipersalahkan.
Masalah lupa atau ketinggalan disini adalah suatu kealpaan (culpa). Tetapi
dalam peraturan lalu lintas kealpaan ini tidak diperhatikan. Akibat dari pelanggaran
lalu lintas ini dapat merugikan harta benda, misalnya dengan rusaknya kendaraan
itu sendiri, bahkan dapat pula merenggut jiwa orang lain maupun jiwa dari pada
pengemudi itu sendiri, tetapi ada juga pelanggaran yang tidak dapat menimbulkan
kerugian apa-apa, dan jenis pelanggaran yang terakhir inilah yang paling sering
terjadi.
48
2.3 Balapan Liar
2.3.1 Pengertian Balapan liar
Kenakalan anak muda yang sedang popular di jaman sekarang ini adalah
kenakalan geng motor. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh geng motor /
komunitas motor dan sering mengganggu ketertiban umum adalah adanya aksi
balapan liar di jalan raya. Balapan liar dapat kita lihat di jalan umum, dimana
raungan suara sepeda motor berderu kecang di tengan jalan, pekikan klakson tiada
henti berbunyi diantara hilir mudik beberapa kendaraan yang lewat. Saat iring-
iringan sepada motor melewati simpang jalan, terdengar suara tepukan tangan yang
meriah dan penonton di pienggirang yang sedang asyik melihatnya saat sebuah
sepeda motor melaju kencang.25
Balapan liar terdiri dari dua kata yaitu kata “balapan” dan kata “liar”. Kata
balapan berasal dari kata “balapan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa mengandung arti (lomba) adu kecepatan, pacuan. “membalapan” artinya
berlari kencang hendak mendahului orang yang berlari di depannya, memacu lebih
cepat. “membalapankan” artinya membawa kendaraan berlari kencang.
“pembalapan” artinya orang yang turut dalam lomba adu cepat . “balapan” artinya
yang sama dengan “berbalapan” yaitu lomba adu kecepatan.
Kata yang kedua dari balapan liar adalah kata “liar” berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa kata “liar” memiliki arti yang berbeda-beda
25Choirul Huda, 2012, Balapan Liar : Sensasi Mengejar Gengsi di Balik Maut, available at
http://metro.kompasiana.com/2012.02/26/balapan-liar-sensasi-mengejar-gengsi-di-balik-maut-
442468.html, accessed 6 oktober 2015
49
berdasarkan objek yang ditunjukan. Dalam kamus besar bahas Indonesia, yang
menjadi objek dari kata “liar” yaitu hewan, orang, dan peraturan atau hukum.
1. Yang menjadi objek adalah hewan, kata “liar” memiliki arti tidak ada
yang memeliara, tidak dipelihara orang, tidak (belum) jinak, tidak tenag,
buas atau gan.
2. Yang menjadi objek adalah orang, kata “liar” memiliki arti belum
beradab.
3. Yang menjadi objek adalah peraturan atau hukum, kata “liar” memiliki
arti tidak teratur, tidak menurut aturan, tidak resmi ditunjuk atau diakui
oleh yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang berwenang, tidak
memiliki izin usaha.
Dari tiga objek diatas, yang dapat diserap adalah pengertian yang ketiga
yaitu pengertian kata “liar” memiliki arti tidak teratur, tidak menurut aturan, tidak
resmi ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang
berwenang, tidak memeliki izin usaha.
Setelah mengartikan satu persatu unsur kata dari balapan liar, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ”balapan liar” adalah lomba adu kecepatan yang
dilakukan secara tidak teratur dan tanpa izin resmi dari yang berwenang. Perbedaan
antara balapan resmi dengan balapan liar adalah :
a. Balapan resmi diketahui oleh pihak yang berwenang dan memiliki izin
pelaksanaan, sedangkan balapan liar sama seakli tidak diketahui oleh
pihak yang berwenang dan tidak memiliki izin.
50
b. Balapan resmi memilikki tempat yang jelas, tetap, dan aman, sedangkan
balapan liar tidak memiliki tempat yang jelas, tetap, dan aman. Balapan
liar selalu berpindah-pindah .
c. Balapan resmi mementingkan keselamatan dan tidak mengganggu lalu
lintas, sedangkan balapan liar tidak mementingkan keselamatan dan sagat
menggangu lalu lintas karena dilakukan pada jalanan umum.
Balapan liar tersebut tidak menggunakan sarana dan prasarana yang
semestinya seperti balapan di sirkuit, namun balapan liar ini memanfaatkan jalanan
umum. Bagi mereka, hanya dibutuhkan 4 (empat) hal untuk berlaga seperti balapan
yaitu : satu atau dua unit sepeda motor yang mesin dan knalpotnya sudah
dimodifukasi sedemikian rupa, jalan mulus yang relatif sepi dari pemakai jalan,
teman atau lawan untuk mengadu kecepatan dan terakhir adanya penonton. Dengan
empat hal di atas, maka mereka dengan sigap berlaku bagaikan seorang pembalap
yang hebat dan seakan lupa akan keadaan sekitar dan keselamatan mereka sendiri.
2.3.2 Ketentuan Pidana Balapan Liar
Kegiatan balapan liar yang marak terjadi sekarang ini, merupakan perilaku
yang menyimpang dari aturan hukum yang berlaku di masyarakat. Salah satu
aturan hukum yang dilanggar jika terjadi balapan liar adalah Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 297 jo pasal
115 huruf b. Pasal 115 huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa : “pengemudi kendaraan bermotor
di jalan dilarang balapan dengan kendaraan nermotor lain”. Sedangkan dalam Pasal
297 diatur mengenai pidananya, yaitu “setiap orang yang mengemudikan kendaraan
51
bermotor berbalapan di jalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga jutarupiah)”.
Adanya aturan hukum serta sanksi pidana yang berlaku mengenai
berkendara di jalan raya, tidak membuat anak yang tergolong geng motor tersebut
takut ataupun jera. Mereka tetap saja melakukan aksi balapan liar walaupun mereka
tau ada aturan hukum yang akan menjerat mereka jika mereka tertangkap tangan
melakukan balapan tersebuy. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang utama
dan serius untuk segera dicari penyelesaiannya. Maka terlebih dahulu harus dicari
faktor penyebab terjadinya pelanggaran atau kenakalan anak tersebut sehingga
nantinya jika penyebab tersebut dapat diketahui, Kepolisian lebih mudah untuk
melakukan penanggulangan terhadap balapan liar.
top related