bab iii gambaran umum wilayah studi 3.1 jawa...
Post on 01-Feb-2018
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1 Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan
Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Banten dan
DKI Jakarta di barat. Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah
merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari
barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada
di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai
Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi
yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Propinsi Jawa Barat
dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat.
Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa
Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang
(1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999). Padahal dalam kurun
waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi,
maupun kemasyarakatan.
Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan
pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan,
antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan Pemanfaatan Lahan,
Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan Laut serta Sumber Daya Perekonomian.
Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah Pembantu Gubernur
tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5 kotamadya, dan tahun 1999
jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya. Kota administratif berkurang dari
enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok pada tahun 1999 berubah status
menjadi kota otonom.
Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah
Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Provinsi
Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota Cilegon.
20
Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten dan
9 Kotamadya, dengan membawahkan 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan.
Adapun monografinya ditunjukkan dari data kondisii wilayah dan demografinya pada
tahun 2005 berikut ini.
Tabel II-1 Monografi Propinsi Jawa Barat 2005
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/Km2)
1 Kab. Bogor 3.440,71 3.945.111 1.147 2 Kab. Sukabumi 3.934,47 2.210.091 562 3 Kab. Cianjur 3.432,96 2.079.306 606 4 KAB. CIREBON 988,28 2.084.572 2.109 5 KAB. INDRAMAYU 2.000,99 1.749.170 874 6 Kab. Kuningan 1.178,58 1.073.172 911 7 Kab. Majalengka 1.204,24 1.184.760 984 8 KAB. BEKASI 1.484,37 1.917.248 1.292 9 KAB. KARAWANG 1.737,53 1.939.674 1.116
10 KAB. PURWAKARTA 969,82 760.220 784 11 KAB. SUBANG 2.051,76 1.406.976 686 12 Kab. Bandung 2.000,91 4.134.504 2.066 13 Kab. Sumedang 1.522,21 1.043.340 685 14 Kab. Garut 3.065,19 2.260.478 737 15 Kab. Tasikmalaya 2.680,48 1.635.661 610 16 Kab. Ciamis 2.556,75 1.522.928 596 17 Kota Depok 200,29 1.353.249 6.756 18 Kota Bogor 21,56 833.523 38.661 19 Kota Sukabumi 12,15 278.418 22.915 20 KOTA CIREBON 37,54 276.912 7.376 21 KOTA BEKASI 210,49 1.931.976 9.178 22 Kota Bandung 167,27 2.290.464 13.693 23 Kota Cimahi 48,42 482.763 9.970 24 Kota Tasikmalaya 471,62 579.128 1.228 25 Kota Banjar 1.135,90 166.868 147
Jumlah 34.816,96 39.140.812 Sumber : BPS - Survei Sosial Ekonomi Daerah Tahun 2005
3.2 Wilayah Pantai Utara Jawa Barat
Wilayah pantai utara Jawa Barat (selanjutnya disebut pantura) yang menjadi obyek
penelitian / studi ini terdiri dari 8 Kabupaten / Kota yang berada di belahan utara propinsi
Jawa Barat.
21
Kedelapan daerah tersebut adalah :
NO WILAYAH LUAS WILAYAH (KM2)
JUMLAH PENDUDUK
KEPADATAN (JIWA/KM2)
1 KAB. BEKASI 1.484,37 1.917.248 1.292 2 KOTA BEKASI 210,49 1.931.976 9.178 3 KAB. KARAWANG 1.737,53 1.939.674 1.116 4 KAB. PURWAKARTA 969,82 760.220 784 5 KAB. SUBANG 2.051,76 1.406.976 686 6 KAB. INDRAMAYU 2.000,99 1.749.170 874 7 KAB. CIREBON 988,28 2.084.572 2.109 8 KOTA CIREBON 37,54 276.912 7.376
Selanjutnya akan diuraikan beberapa informasi mengenai masing-masing Kabupaten /
Kota yang menjadi obyek studi terebut.
3.2.1 Kabupaten & Kota Bekasi
Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi jawa Barat dan tanggal
15 Agustus 1950 ditetapkan sebagai lahirnya Kabupaten Bekasi.
Mengingat perkembangan Kabupaten Bekasi yang cukup pesat, maka berdasarkan PP No.
48 Tahun 1981 dibentuk Kota Administratif Bekasi yang meliputi 4 wilayah kecamatan,
yaitu Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Selatan dan Bekasi Utara.Dan berdasarkan UU
No. 9 Tahun 1996 tanggal 16 Desember 1996 Kota Administratif Bekasi ditingkatkan
statusnya menjadi Kotamadya Bekasi.
Setelah terbentuknya Kotamadya Bekasi (sekarang Kota Bekasi), maka wilayah
Administratif Kabupaten Bekasi menjadi 15 Kecamatan dan 187 Desa dengan luas
wilayah yang semula 148.437 Ha menjadi 127.388 Ha. Dan berdasarkan Peraturan
Daerah No. 26 Tahun 2001 Wilayah Kabupaten Bekasi terbagi menjadi 23 Kecamatan.
Dengan kondisi Ibukota Kabupaten yang masih berada di Kota Bekasi maka akan
diadakan pemindahan Ibukota Kabupaten Bekasi ke Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang
Pusat berdasarkan PP No. 82 Tahun 1998 tanggal 2 Desember 1998 dan dipertegas
Inmendagri No. 9 Tahun 1999 tanggal 4 April 1999.
Dari 16 Kawasan Industri besar yang ada dikawasan pantura Jawa Barat (data 2001), 9
Kawasan Industri diantaranya berada di Bekasi, yaitu :
East Jakarta Industrial Park (EJIP),
Bekasi Fajar Industrial Zone,
22
YKK Industrial Estate
PT. Gobel Darma Nusantara
Lippo Cikarang Industrial Estate
Cikarang Industrial Estate (Jababeka)
Bekasi International Industrial Estate,
MM 2100 Industrial Estate,
Daya Kencana Industrial Estate.
3.2.2 Kabupaten Karawang
Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian di
wilayah selatan berupa dataran tinggi.
Kabupaten Karawang terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang.
Di Kabupaten Karawang berdiri beberapa Kawasan Industri, antara lain :
Karawang International Industry City (KIIC),
Kawasan Surya Cipta,
Mitra Karawang Industrial Zone,
Taman Niaga Karawang Prima
Karawang Utama Industrial Estate,
Kujang Cikampek Industrial Estate
Mandala Industrial Estate
kawasan Bukit Indah City atau BIC
Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbung padi Jawa Barat.
Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur pantura. Kabupaten Karawang dilintasi ruas
jalan tol Jakarta-Cikampek serta Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang).
Cikampek merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang.
3.2.3 Kabupaten Purwakarta
Kabupaten Purwakarta terletak ±80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten
Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di
bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya.
23
Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas, yaitu
Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon.
Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km2 atau sekitar 2,81% dari luas
wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 782.262 jiwa (Sensus penduduk tahun 2005)
dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,42% per-tahun.
Berdasarkan perkembangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1989 telah dikeluarkan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 821.26-672 tanggal 29 Agustus 1989
tentang lahirnya lembaga baru yang bernama Wilayah Kerja Pembantu Bupati
Purwakarta Wilayah Purwakarta yang meliputi Wilayah Kecamatan Purwakarta,
Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Campaka, Perwakilan Kecamatan Cibungur yang pusat
kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Purwakarta. Sedangkan wilayah kerja
Pembantu Bupati Wilayah Plered meliputi wilayah Kecamatan Plered, Kecamatan
Darangdan, Kecamatan Tegalwaru, Kecamatan Maniis, Kecamatan Sukatani yang pusat
kedudukan Pembantu Bupati Purwakarta berada di Plered. Wilayah kerja Pembantu
Bupati Wilayah Wanayasa yang meliputi Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Pasawahan,
Kecamatan Bojong, Perwakilan Kecamatan Kiarapedes, Perwakilan Kecamatan
Margasari, dan Perwakilan Kecamatan Parakansalam yang pusat kedudukan Pembantu
Bupati Purwakarta Wilayah Wanayasa berada di Wanayasa yang telah diresmikan pada
tangga 31 Januari 1990 oleh Wakil Gubernur Jawa Barat.
Kondisi iklim di Kabupaten Purwakarta termasuk pada zona iklim tropis, dengan rata-rata
curah hujan 3.093 mm/tahun dan terbagi ke dalam 2 wilayah zona hujan, yaitu: zona
dengan suhu berkisar antara 22o-28oC dan zona dengan suhu berkisar 17o-26oC.
Secara umum Kabupaten Purwakarta mempunyai kemiringan antara 2-15%, sebesar
34,8% dari seluruh wilayah; kelas lereng antara 15-40%, sekitar 33,13% dari luas seluruh
wilayah. Terletak pada ketinggian lahan antara 40 meter DPL di bagian Utara dan 2.064
meter DPL terdapat di bagian Tenggara.
Wilayah Purwakarta dilintasi oleh ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan ruas Jalan Tol
Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Gerbang Tol yang berada di wilayah
Kabupaten Purwakarta adalah di Cikopo (Cikampek), Sadang dan Jatiluhur.
3.2.4 Kabupaten Subang
Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian Utara Propinsi Jawa Barat pada
koordinat antara 107 o 31' - 107 o 54' Bujur Timur dan 6o 11' - 6o 40' Lintang Selatan,
dengan luas wilayah 205.176,95 Ha atau 2.051,77 Km2 atau 4,64% luas Jawa Barat.
24
Secara administratif Kabupaten Subang termasuk ke dalam wilayah kerja Pembantu
Gubernur Wilayah IV Purwakarta, meliputi 22 kecamatan yang terdiri atas 232 desa dan
8 kelurahan serta 4 wilayah kerja pembantu masyarakat.
Kabupaten Subang, terdiri atas 22 Kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan
Jalancagak, Cisalak, Tanjungsiang, Cijambe, Cibogo, Subang, Kalijati, Cipeundeuy,
Pabuaran, Patokbeusi, Purwadadi, Cikaum, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Binong,
Ciasem, Pamanukan, Pusakanagara, Legonkulon, dan Kecamatan Blanakan.
Kabupaten Subang berdasarkan keadaan topografinya, mempunyai wilayah mulai dari
pegunungan sampai pantai yang terbagi ke dalam 3 (tiga) zone daerah dengan ketinggian
antara 0 - 1.500 Meter di atas permukaan laut.
Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun
berkisar antara 1.600 sampai 2.300 mm dengan rata-rata bulan kering selama 4 bulan dan
bulan basah 8 bulan. Keadaan suhu rata-rata 17o C, sedangkan kelembaban udara berkisar
antara 72 % - 91 %.
Laju penduduk Kabupaten Subang selama dua dekade yaitu 1971 - 1980 dan 1980 - 1990,
mengalamai penurunan yaitu dari 1,91% rata-rata per tahun menjadi 1,25%. Hal ini
menunjukkan adanya keberhasilan dalam pelaksanaan program kependudukan baik
melalui program Keluarga Berencana maupun program transmigrasi. Penyebaran
penduduk per Kecamatan menunjukkan penyebaran pendudukan yang belum merata,
dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Subang (1.300,7 jiwa/Km 2) dan terendah di
Kecamatan Cibogo (329,04 jiwa/Km 2).
3.2.5 Kabupaten Indramayu
Indramayu terletak pada 107°51’ - 108° 36’ BT dan 6°15’ - 6°40’ LS, dan berada pada
ketinggian 0 ~ 100 meter diatas permukaan laut. Sekitar 98,70 % wilayah Indramayu
bagian barat daya dan utara terletak pada ketinggian 0-3 meter diatas permukaan laut.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah Utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, dan
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon.
Kota Indramayu hanya berjarak 200 km dari Jakarta sebagai ibukota negara, dan 130 km
dari kota Bandung sebagai ibukota Propinsi, dengan panjang pantai 114 km yang
membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Dengan posisinya yang
25
seperti ini, Indramayu menjadi satu titik strategis dalam lalu lintas perdagangan antar
kota.
Kabupaten Indramayu memiliki suhu harian berkisar antara 26°C ~ 27°C dengan suhu
harian tertinggi 30°C dan terendah 18°C. Kelembaban udara berkisar antara 70-80%.
Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm / tahun, dengan jumlah hujan 75
hari.Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk pada type D
(iklim sedang). Angin barat dan angin timur bertiup secara bergantian kurang lebih setiap
6 bulan, angin barat bertiup bulan Desember sampai dengan bulan April dan angin timur
pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Kecamatan yang mengalami curah hujan
tinggi antara lain kecamatan Anjatan, Cikedung dan kecamatan Haurgeulis secara
berturut-turut adalah 2.167 mm/tahun, 1.869 mm/tahun dan 1.865 mm/tahun. Sedangkan
hari hujan terbanyak adalah kecamatan Cikedung dan Gabuswetan yaitu sebanyak 94 hari
hujan per tahun.
3.2.6 Kabupaten & Kota Cirebon
Kabupaten Cirebon, dengan luas wilayah 989.70 km2, terdiri atas 40 kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Sumber,
yang berada di sebelah selatan Kota Cirebon.
Kota Cirebon terletak pada 108º33 Bujur Timur dan 6º41 Lintang Selatan pada pantai
Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ±11 Km
dengan ketinggian dari permukaan laut ±5 M (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon
dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km
dari arah Kota Jakarta.
Cirebon berada di jalur pantura, sebagai pintu gerbang utama provinsi Jawa Barat di
sebelah timur, yakni di kecamatan Losari. Pada waktu musim mudik, jalur ini merupakan
salah satu yang terpadat di Indonesia. Cirebon juga terapat jalan tol Palimanan-Kanci.
Wilayah Cirebon merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak
paling timur, dengan posisi geografis 6º30 ~ 7º00 LS dan 108º40 ~ 108º48 BT, dengan
daerah yang berbatasan di sekitarnya :
Sebelah utara : Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon dan Laut Jawa
Sebelah selatan : Kabupaten Kuningan
Sebelah barat : Kabupaten Majalengka
Sebelah timur : Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah
26
Wilayah Kabupaten Cirebon beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28ºC suhu tertinggi di
wilayah ini dapat mencapai 33ºC sedangkan suhu terendah sekitar 24º.
Sementara itu di Kota Cirebon rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260
mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-
Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5%
(persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musin hujan jatuh pada bulan Oktober-
April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.
Suhu di wilayah ini cenderung tidak fluktuatif, sementara itu wilayah ini juga dikenal
dipengaruhi oleh Angin Kumbang yang bertiup relatif kencang, terkadang berputar dan
bersifat kering.
Curah hujan rata-rata di Kabupaten Cirebon pada tahun 2000 tercatat berkisar antara 452
mm per tahun. Di wilayah perbukitan di bagian selatan wilayah curah hujan dapat
berkisar antara 1.250 ~ 3.500 mm per tahun. Curah hujan terendah umumnya di wilayah
pesisir dan wilayah dataran di bagian utara.
Ketinggian bervariasi yang berkisar antara 0 - 300 (mdpl) berupa : (i) dataran dengan
kemiringan 0 - 5 % , (ii) dataran dengan kemiringan 5 - 20 % , (iii) bukit dengan
kemiringan di atas 20 % .
Pengelompokan topografi wilayah berdasarkan posisi ketinggian di atas permukaan laut
serta persebaran lokasinya adalah sebagai berikut :
Dataran rendah yang berketinggian 0-25 mdpl. Terletak di sepanjang pantai laut jawa
yang meliputi wilayah Kecamatan losari, Astanajapura, Mundu, Cirebon Utara dan
Kapetakan.
Dataran berketinggian 25-100 mdpl. Tersebar di bagian tengah, selatan wilayah yang
mencakup sejumlah wilayah kecamatan.
Perbukitan dengan ketinggian 100-300 mdpl. Terletak di bagian selatan wilayah yang
meliputi wilayah Sedong, Beber, Palimanan dan Lemahabang.
3.3 Investasi PMA dan PMDN di Wilayah Pantura
3.3.1 Kawasan Pantura Jawa Barat dan Variabel Jarak
Obyek kajian ini adalah kawasan jalur pantai utara, atau belahan utara propinsi Jawa
Barat, yang secara administratif terdiri dari 8 daerah tingkat II, yang kemudian
dikelompokkan lagi menjadi 6 wilayah, masing-masing dengan jarak ke Jakarta seperti
27
ditunjukkan pada Tabel III-1. Pengelompokan dimaksud adalah “menyatukan” Kabupaten
Bekasi dan Kota Bekasi, serta Kabupaten Cirebon dan kota Cirebon karena secara
geografis memiliki centroid yang sama.
(Sumber : Dep. PU - Master Plan Jalan Pantura 2000-2020)
Kawasan Pantura
JAWA BARAT
Kawasan Pantura
JAWA BARAT
Gambar 3.1 Kawasan Pantura Jawa Barat : Kondisi Jalan (2005)
Ketersediaan jalan yang dimaksud dalam kajian ini adalah jalan tol Jakarta – Cikampek
sepanjang 76 km, dilanjutkan dengan jalan Negara yang menghubungkan Cikampek
dengan Cirebon. Jalan tol tersebut mulai dioperasikan pada tahun 1988, dan melintasi 3
wilayah Kabupaten (Bekasi, Karawang, Purwakarta) dan 1 Kota (Bekasi). Sepanjang
lintasan tersebut, terdapat 6 tol-exit di wilayah Bekasi, 2 tol-exit di wilayah Karawang,
dan 2 tol-exit di wilayah Purwakarta. Masing-masing tol-exit tersebut berada di titik-titik
(jarak dari Cawang – Jakarta) yang ditunjukkan pada Tabel III-2.
Pada tabel tersebut ditunjukkan kondisi pada tahun 1988 (awal masa operasi) dan tahun
2005 (17 tahun setelah operasi, serta tahun akhir cakupan kajian ini), yang
memperlihatkan bahwa jumlah toll-exit tidak banyak berubah. Perubahan pada 2 toll-exit
(tambahan : Cikarang pusat dan Cikarang Tengah) tidak terlalu signifikan karena hanya
berjarak masing2 2 km dan 4 km dari toll-exit sebelumnya (Cikarang)
.
28
Tabel III-2 Lokasi Toll-Exit di Jakarta-Cikampek
No Wilayah Lokasi Exit Titik (km ke-) 1988 2005
1 Pondok Gede Timur 5 2 Bekasi Barat 9 3 Bekasi Timur 13 4 Cibitung 21 5 Cikarang Tengah 32 x 6 Cikarang 36 7
Bekasi
Cikarang Pusat x 8 Karawang Barat 45 9 Karawang Karawang Timur 54
10 Bukit Indah 65 11 Purwakarta Cikampek / Kopo 76
Ketersediaan jalan toll yang hanya sampai Cikampek (toll-exit Kopo) tersebut dilanjutkan
dengan jalan Negara dari Cikampek ke Cirebon sejauh 135 km. Adapun jarak dari Jakarta
ke masing-masing titik kajian (c.q. centroid wilayah kajian) diberikan pada tabel III-3.
Tabel III-3 Wilayah Kajian dan Jarak dari dan ke Jakarta
No Kab / Kota Wilayah Kajian Pusat Kota Km ke-
1 Kab. Bekasi 2 Kota Bekasi Bekasi Kota Bekasi 27
3 Kab. Karawang Karawang Karawang 63 4 Kab. Purwakarta Purwakarta Purwakarta 84 5 Kab. Subang Subang Subang 125 6 Kab. Indramayu Indramayu Indramayu 179 7 Kab. Cirebon 8 Kota Cirebon Cirebon Cirebon 219
3.3.2 Minat Investasi di Kawasan Pantura Jawa Barat
Minat investasi yang akan dibahas dalam bagian ini adalah pengajuan investasi yang
sudah mendapatkan persetujuan (approval) berupa Surat Persetujuan (SP) dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang berkedudukan di Jakarta. Untuk PMA, hal
ini sesuai dengan UU nomor 1/1967 beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Namun
demikian ada beberapa fenomena penanaman modal / investasi yang akan diteliti lebih
lanjut, khususnya menyangkut pengaruh “jarak” yang dirasakan pada data PMA / PMDN
yang ada.
29
3.3.2.1 Minat Investor PMA di Bekasi
Minat investasi / penanaman modal asing (PMA) di Bekasi secara akumulatif sangat
besar. Jika dibandingkan dengan daerah lainnya di pantai utara Jawa Barat, maka minat
investasi di Bekasi adalah yang tertinggi. Kinerja investasi modal asing di Bekasi selama
30 tahun terakhir ditunjukkan pada tabel III-4.
Tabel III-4 Investasi PMA & PMDN di Bekasi 1967-2005
JML PRO
NILAI INVESTASI TKA TKI JML
PRO NILAI INVESTASI TKA TKI
1967-1979 23 209,057,100 - - 31 191,047,997,000 - 2,973 1980 1 3,207,000 5 500 4 3,818,503,000 - 326 1981 1 10,708,000 22 110 2 1,972,053,000 - - 1982 - - - - 3 5,253,938,320 - -1983 5 156,026,932 32 1,550 3 14,152,957,000 - 1,550 1984 - - - - 1 761,400,000 2 -1985 4 41,925,620 12 763 2 4,450,000,000 - 763 1986 4 22,269,000 52 395 7 114,432,692,000 26 395 1987 3 20,090,000 34 430 14 305,743,268,580 143 430 1988 8 58,639,450 154 8,198 41 395,546,058,500 337 8,198 1989 25 130,766,700 516 16,873 38 626,846,144,484 353 16,873 1990 59 486,578,450 1,036 25,976 95 2,743,600,859,690 1,163 25,976 1991 69 627,682,565 1,519 27,332 41 1,128,000,464,250 281 27,332 1992 34 435,170,428 664 10,279 34 810,367,520,605 382 10,279 1993 34 362,959,700 527 7,069 22 1,027,838,639,900 162 7,069 1994 73 790,854,438 928 14,915 62 1,634,541,883,613 405 14,915 1995 138 3,124,106,641 1,544 48,956 38 732,630,716,250 203 48,956 1996 119 837,242,494 1,137 19,442 47 2,458,935,234,421 190 19,442 1997 120 651,914,521 508 19,190 49 3,639,471,623,661 137 19,190 1998 56 211,335,209 205 8,514 14 839,792,740,000 40 8,514 1999 63 48,628,603 351 11,086 6 129,250,000,000 10 11,086 2000 102 175,537,784 600 19,571 1 3,821,000,000 - 19,571 2001 126 400,123,046 723 15,643 10 935,346,800,000 3 15,643 2002 87 69,596,900 416 7,411 8 274,749,410,000 20 7,411 2003 80 96,566,544 258 4,879 9 1,051,079,285,000 10 4,879 2004 100 159,866,867 265 8,872 13 1,028,729,310,610 21 8,872 2005 117 119,009,096 28 9,354 16 441,192,750,000 4 3,356
JMLH 1,451 9,249,863,088 11,551 287,396 611 20,543,373,249,884 3,907 284,087 RATA2 37 237,175,977 296 7,369 16 526,753,160,253 100 7,284
PMDN : 1967-2005
TAHUN
PMA : 1967-2005
Secara umum minat investor PMA untuk menanamkan modalnya di Bekasi relatif tinggi.
Hal ini terlihat dari rata-rata 48 persetujuan PMA per tahun selama 25 tahun terakhir
(1976-2005).
Kumulatif nilai investasi selama 37 tahun sebesar USD 9.249.863.088 (Sembilan milyar
lebih), atau setara dengan rata-rata USD 237 juta per tahunnya. Tenaga kerja terserap
rata-rata 7,369 TKI dan 296 TKA per tahunnya.
30
Wilayah Bekasi sebagai contoh, yang terdiri dari Kota dan Kabupaten Bekasi, hanya
membukukan persetujuan 30 proyek PMA dengan nilai USD 407.167.238,- selama 10
tahun (1978-1987) sampai dengan dioperasikannya infrastruktur transportasi berupa Jalan
toll Jakarta-Cikampek pada tahun 1988 dengan 2 toll-exit di Bekasi.
Sepuluh tahun (satu dekade) pasca beroperasinya jalan toll tersebut (1988-1997), jumlah
permohonan PMA yang disetujui sebanyak 968 proyek dengan nilai USD
13.614.387.722,- atau meningkat 33 kali dari satu dekade sebelumnya. Jika sebelum
operasi jalan toll tercatat rata-rata 3 proyek per tahun, maka dalam kurun 10 tahun pasca-
operasi tercatat rata-rata 96 proyek per tahun.
Nilai SP PMA di Bekasi
-
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
1980
1983
1986
1989
1992
1995
1998
2001
2004
US$
Grafik 3.3 Nilai PMA di Bekasi Yang Disetujui per Tahun (1980-2005)
Mulai tahun 1988, saat awal beroperasinya jalan toll, terlihat secara kumulatif naik secara
tajam, dan kembali landai pada tahun 1988. Demikian juga minat investasi (yang
disetujui permohonannya).
3.3.2.2 Minat Investor PMA di Karawang
Pola minat investasi yang serupa dengan yang terjadi di Bekasi, dijumpai juga di
Karawang. Kecenderungan minat yang tinggi ada di dekade 1988-1997, dan melemah di
1998-2005 (lihat Grafik 3.4).
Nilai investasi PMA tahunan di Karawang ditunjukkan pada Tabel III-5.
31
Tabel III-5 Investasi Tahunan PMA & PMDN di Karawang
JML PROYEK
NILAI INVESTASI TKA TKI JML
PRO NILAI INVESTASI TKA TKI
1967-1979 1 15,479,200,000 - 1,479 1980 1 82,000,000,000 6 103 1981 1 17,580,000 18 1,437 - - - - 1982 - - - - - - 1983 - - 1 11,912,000,000 - - 1984 - - 1 7,850,000,000 4 201 1985 - - - - - - 1986 - - 2 53,950,215,240 14 1,269 1987 2 37,583,340 12 165 - - - - 1988 3 8,600,000 59 2,687 8 228,709,021,494 65 13,464 1989 6 53,322,143 161 7,367 14 657,140,938,000 141 9,295 1990 11 199,067,857 261 6,641 31 1,906,167,527,895 403 22,794 1991 17 198,371,500 518 6,921 29 774,431,127,000 211 22,964 1992 18 271,443,400 187 1,469 7 620,287,663,000 120 9,890 1993 8 472,920,000 134 3,798 12 559,559,735,000 82 6,213 1994 5 59,614,000 92 988 22 1,596,314,392,521 320 10,366 1995 33 690,756,044 467 7,997 27 2,431,058,675,014 310 7,826 1996 32 651,240,518 287 5,288 14 821,128,353,000 49 2,898 1997 28 320,584,852 135 4,850 16 1,766,643,160,000 68 8,194 1998 16 80,746,000 50 1,046 1 479,638,000,000 - 1,507 1999 5 16,400,000 46 1,653 5 198,994,750,000 16 1,223 2000 6 31,060,000 38 468 - - - - 2001 15 61,587,500 79 2,511 4 46,461,000,000 2 1,773 2002 13 47,469,820 77 1,605 1 27,800,000,000 5 186 2003 11 25,530,000 46 975 3 193,612,186,480 6 276 2004 15 101,107,217 48 3,370 3 1,047,400,000,000 10 688 2005 24 166,001,722 5 6,179 2 54,200,000,000 - 140
JMLH 269 3,510,985,913 2,720 67,415 205 13,580,737,944,644 1,847 122,837 RATA2 7 90,025,280 70 1,729 5 348,224,049,863 47 3,150
PMDN : 1967-2005
TAHUN
KARAWANG : PMA 1967-2005
Pada periode 25 tahun (1980-2005) minat investasi PMA di Karawang terlihat “kosong”
pada interval 1982-1986. Fenomena yang menarik, karena sejak 1987 mulai ada lagi dan
meningkat terus.
Jika memperhitungkan rata-ratanya, maka selama 25 tahun tersebut rata-rata per tahun
ada 10 persetujuan PMA di Karawang, senilai USD 135.037.920 per tahunnya. Kinerja
ini kira-kira 35% dari pencapaian Bekasi, yakni landai sejak awal, dan meningkat tajam
pada than 1988 hingga 1997, dan kemudian landai kembali setelah tahun 1998.
32
Nilai SP PMA di Karawang
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
800,000,000
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
Grafik 3.4 Nilai PMA di Karawang Yang Disetujui per Tahun (1980-2005)
3.3.2.3 Minat Investor PMA di Purwakarta
Kabupaten Purwakarta, berada di ujung Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang menuju pantura sejak
1988 sampai dengan 2005. Sejak 2005, Purwakarta dilintasi oleh kelanjutan jalan tol ke arah
Bandung (Cikampek-Padalarang). Dengan demikian Posisi Purwakarta sangat unik.
Kinerja investasi PMA diPurwakarta ditunjukkan pada Tabe IV-6, dan Grafik 3.5.
Tabel III-6 Investasi PMA & PMDN di Purwakarta
JML PROYEK
NILAI INVESTASI TKA TKI
JML PRO NILAI INVESTASI TKA TKI
1967-1979 1 135,299,600 2 12,686,888,590 - 1,479 1980 2 51,223,000 56 733 2 7,646,029,980 6 103 1981 - - - - 1982 - - - - 1983 1 11,912,000,000 - - 1984 1 7,850,000,000 4 201 1985 - - - - 1986 2 53,950,215,240 14 1,269 1987 - - - - 1988 8 228,709,021,494 65 13,464 1989 1 46,000,000 68 303 14 657,140,938,000 141 9,295 1990 5 376,743,000 259 5,270 31 1,906,167,527,895 403 22,794 1991 10 308,359,047 326 5,405 29 774,431,127,000 211 22,964 1992 10 405,470,100 123 2,479 7 620,287,663,000 120 9,890 1993 4 29,358,000 50 1,518 12 559,559,735,000 82 6,213 1994 3 44,470,000 55 910 22 1,596,314,392,521 320 10,366 1995 5 99,730,000 100 647 27 2,431,058,675,014 310 7,826 1996 18 65,842,500 2,264 2,120 14 821,128,353,000 49 2,898 1997 18 586,791,867 132 5,248 16 1,766,643,160,000 68 8,194 1998 10 370,677,500 42 4,634 1 479,638,000,000 - 1,507 1999 4 1,300,000 26 1,676 5 198,994,750,000 16 1,223 2000 2 3,625,000 21 1,151 - - - - 2001 4 2,470,000 26 622 4 46,461,000,000 2 1,773 2002 3 66,900,000 41 2,383 1 27,800,000,000 5 186 2003 2 800,000 5 21 3 193,612,186,480 6 276 2004 3 1,047,400,000,000 10 688 2005 7 8,161,000 2 5,038 2 54,200,000,000 - 140
JMLH 108 2,603,220,614 3,596 40,158 207 13,503,591,663,214 1,847 122,837 RATA2 3 66,749,247 92 1,030 5 346,245,940,082 47 3,150
PMDN : 1967-2005
TAHUN
PURWAKARTA : PMA 1967-2005
Sumber : BKPM
33
Dari kinerja rata-ratanya, tampak lebih kecil lagi dari Karawang. Jika Karawang masih
mencatat 10 proyek disetujui setiap tahunnya, maka untuk Purwakarta “hanya” 3 proyek per
tahunnya selama 37 tahun sejak UU PMA. Rata-rata nilai investasi tahunannyapun sekitar USD
66.749.247,-, dengan serapan tenaga kerja 1.030 TKI dan 92 TKA.
Nilai SP PMA di Purwakarta
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
19751978
19811984
19871990
19931996
1999
US$
Grafik 3.5 Nilai PMA di Karawang Yang Disetujui per Tahun (1980-2005)
Serupa dengan Bekasi dan Karawang, minat investor PMA di Purwakarta juga tinggi di satu
decade (1988-1997) dan kemudian kembali “landai” di 1998-2005.
3.3.2.4 Minat Investor PMA di Subang
Pola investasi di Kabupaten Subang terlihat berbeda dibandingkan dengan Bekasi, Karawang,
dan Purwakarta.
Kinerja investasi PMA di Subang, yang berjarak sekitar 125 km dari Jakarta, ditunjukkan pada
Tabel III-7, dan polanya ditunjukkan pada Grafik 3.6 (tahunan) .
34
Tabel III-7 Investasi PMA & PMDN di Subang
JML PRO
NILAI INVESTASI
(US $) TKA TKI
JML PRO
NILAI INVESTASI (Rp) TKA TKI
1967-1979 1 784,100 - - - - 1980 - - - - 1981 - - - - 1982 - - - - 1983 - - - - 1984 - - - - 1985 - - - - 1986 1 4,359,500,000 10 646 1987 - - - - 1988 1 1,000,000 6 154 2 12,888,975,000 28 430 1989 3 73,537,087,000 39 1,725 1990 4 79,699,000,000 19 1,550 1991 2 21,000,000,000 21 300 1992 2 67,100,000,000 12 600 1993 - - - - 1994 1 8,080,000 13 126 4 172,384,025,000 10 1,626 1995 3 53,360,000 26 1,110 1 80,000,000,000 5 1,506 1996 6 315,761,250,000 18 2,317 1997 5 1,567,545,268,000 59 5,508 1998 2 25,306,000 14 391 - - - - 1999 2 2,150,000 15 633 - - - - 2000 2 18,089,133 16 673 - - - - 2001 - - - - 2002 1 888,889 1 24 2 348,500,000,000 10 1,212 2003 1 700,000 1 150 - - - - 2004 1 1,515,000 5 178 2 180,161,000,000 3 279 2005 2 2,200,000 1 1,519 2 54,200,000,000 - 106
JMLH 16 114,073,122 98 4,958 36 2,977,136,105,000 249 17,893 RATA2 0 2,924,952 3 127 1 76,336,823,205 6 459
PMDN : 1967-2005
TAHUN
SUBANG : PMA 1967-2005
Sumber : BKPM
Dari tabel diatas terihat kinerja Subang dalam menarik PMA jauh dibawah Bekasi, Karawang,
dan Purwakarta. Di Subang tercatat rata-rata “hanya” satu proyek per tahun, dengan nilai rata-
rata USD 2.924.952,- dan menyerap 127 TKI dan 3 TKA per tahunnya, selama 37 tahun
berjalannya UU PMA (1967-2005).
Jika dilihat angka kumulatif investasinya, maka pencapaian Subang dalam menarik PMA
selama 37 tahun UU PMA, “hanya” sebesar 1,2% dari pencapaian Bekasi, atau 3,2% dari
pencapaian Karawang, serta 4,4% dari pencapaian Purwakarta.
3.3.2.5 Minat Investor PMA di Indramayu
Kabupaten Indramayu, seperti Subang, dilintasi jalan Negara di jalur pantura. Jarak geo-
grafisnya dari Jakarta adalah 189 km. Dengan demikian posisi Indramayu juga relatif “remote”
terhadap Jakarta.
Kinerja investasi PMA di Indramayu ditunjukkan pada Tabe III-8, dan Grafik 3.6.
35
Terlihat rendahnya minat investor di Indramayu pada awal-awal UU PMA, bahkan sampai
tahun 1987 (selama 20 tahun UU PMA). Baru pada tahun 1988 masuk satu investasi yang
disetujui, untuk kemudian kosong lagi sampai tahun 1990.
Tabel III-8 Kinerja Investasi PMA & PMDN Tahunan Indramayu (1980-2005)
JML PROYEK
NILAI INVESTASI
(US $) TKA TKI
JML PRO
NILAI INVESTASI (Rp) TKA TKI
1967-1979 - - - - 1980 - - - - 1981 - - - - 1982 - - - - 1983 - 571,565,500 - - 1984 - 6,524,200,000 - - 1985 - - - - 1986 10 7,836,000,000 10 646 1987 - - - - 1988 1 1,720,000 1 102 28 26,194,891,000 28 430 1989 39 4,000,000,000 39 1,725 1990 19 3,000,000,000 19 1,550 1991 1 56,206,000 42 250 21 805,000,000 21 300 1992 1 230,000,000 36 258 12 1,068,500,000,000 12 600 1993 - 10,667,000,000 - - 1994 1 200,000 3 14 10 601,386,450,500 10 1,626 1995 5 1,588,981,107,000 5 1,506 1996 1 9,900,000 22 510 18 824,000,000,000 18 2,317 1997 59 1,748,227,522,500 59 5,508 1998 - 815,758,318,095 - - 1999 3 5,280,433 10 171 - - - - 2000 - - - - 2001 - 39,310,920,000 - - 2002 1 6,000,000 3 26 10 - 10 1,212 2003 1 1,175,000 6 51 - - - - 2004 3 - 3 279 2005 2 - - 106
JMLH 10 310,481,433 123 1,382 236 6,745,762,974,595 249 17,893 RATA2 0 11,941,594 3 35 6 172,968,281,400 6 459
TAHUN
INDRAMAYU : PMA 1967-2005 PMDN : 1967-2005
Sumber : BKPM
Rata-rata selama 37 tahun sejak UU PMA juga dibawah 1 proyek per tahunnya, sama seperti
Subang, dengan nilai proyek rata-rata USD 11.941.594 per tahunnya. Pencapaian ini setara
dengan 3,4% dari Bekasi, atau 8,8% dari Karawang, dan 11,9% dari Karawang.
Indramayu mengalami pola yang juga berbeda dengan Bekasi, Karawang, Purwakarta. Di
Indramayu terjadi lonjakan investasi ditahun 1990-1993, dan setelah itu landai kembali.
3.3.2.6 Minat Investor PMA di Cirebon
Wilayah Cirebon terdiri dari Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon, yang disatukan untuk
keperluan analisis. Pola investasi di wilayah Cirebon, yang centroidnya berjarak 219 km dari
Jakarta, ditunjukkan pada tabel III-9 dan Grafik 3.7.
36
Tabel III-9 Kinerja Investasi PMA & PMDN tahunan Wilayah Cirebon
JML PROYEK
NILAI INVESTASI
(US $) TKA TKI
JML PRO
NILAI INVESTASI
(Rp) TKA TKI
1967-1979 1 17,440,000 3 2,140,833,520 - - 1980 - - - - 1981 - - - - 1982 4 202,155,394,000 - - 1983 - - - - 1984 2 18,067,310,000 - - 1985 1 190,000,000 10 2,125 - - - - 1986 2 8,781,112,500 10 646 1987 1 55,000,000 5 200 2 20,936,597,000 - - 1988 8 25,950,000,000 28 430 1989 2 5,280,000 7 181 9 998,436,406,844 39 1,725 1990 3 32,550,000 32 491 6 187,844,458,000 19 1,550 1991 1 5,150,000 9 49 8 443,512,067,000 21 300 1992 2 17,400,000 14 620 4 19,673,300,000 12 600 1993 - - - - 1994 1 156,500 3 17 6 110,471,573,000 10 1,626 1995 1 7,920,519,000 5 1,506 1996 4 19,320,000 43 1,101 3 31,189,383,000 18 2,317 1997 1 230,000,000 8 1,266 1 7,000,000,000 59 5,508 1998 3 9,360,000 12 942 - - - - 1999 5 900,000 18 156 - - - - 2000 7 1,710,000 23 338 - - - - 2001 3 770,000 5 125 - - - - 2002 2 500,000 13 119 1 40,000,000,000 10 1,212 2003 3 750,000 5 146 - - - - 2004 1 300,000 - 19 - - 3 279 2005 3 155,750,000 - 112 2 280,000,000,000 - 106
JMLH 43 742,336,500 207 8,007 62 2,404,078,953,864 249 17,893 RATA2 2 19,034,269 5 205 2 61,643,050,099 6 459
PMDN : 1967-2005
TAHUN
CIREBON : PMA 1967-2005
Sumber : BKPM
Dari nilai rata-rata, Cirebon mencatat 2 persetujuan proyek setiap tahunnya, jauh dibawah
Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.
Nilai SP PMA di Cirebon Area
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
1975
1977
1979
1981
1983
1985
1987
1989
1991
1993
1995
US$
Grafik 3.7 Nilai PMA di Cirebon Yang Disetujui per Tahun (1980-2005)
37
Tampak bahwa di Cirebon polanya juga berbeda dengan Bekasi-Karawang-Purwakarta, dan
juga berbeda dengan Subang dan Indramayu. Cirebon mengalami kenaikan minat investasi
PMA pada 1987, kemudian 1988 landai sampai 1999. Tahun 2001 terjadi lonjakan lagi, dan
kemudian landai lagi.
3.4 Kinerja Perekonomian Wilayah Jawa Barat
Salah satu segmen jalan tol yang penting dan terpadat saat ini adalah ruas Jakarta-Cikampek
yang merupakan bagian dari (rencana) jalan toll Trans-Jawa yang membentang dari Jakarta ke
Surabaya. Ruas jalan toll ini melalui belahan utara Jawa Barat atau jalur pantura, sehingga
diharapkan akan dapat menyebarkan pemerataan pembangunan di wilayah tersebut.
Wilayah utara Jawa Barat yang dilintasi oleh jalan tol Trans-Jawa ini adalah (dari barat) Kota
Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupater Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang,
Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Dengan demikian, banyak pihak yang berkepentingan
agar ruas lanjutan jalan toll Cikampek-Palimanan segera teralisasikan. Dengan demikian,
dipandang perlu memperhatikan perkembangan perekonomian wilayah pantura ini. Hal ini
dicoba dengan memperhatikan perkembangan PDRB (atas dasar harga berlaku / ADHB)
keenam wilayah terebut, yang disajikan pada tabel III-10 dan pada grafik 3.8.
38
Tabel III-10 Tabel PDRB atas dasar Harga Berlaku di 6 Wilayah Studi
PDRB (Juta Rp)Daerah \ tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Bekasi 39,142,808.08 43,866,178.82 49,057,003.28 54,328,327.30 61,650,734.80 73,736,807.38 Karawang 7,314,928.57 9,047,859.80 14,086,269.00 16,094,188.00 18,603,642.00 23,491,263.00 Purwakarta 4,451,740.35 5,226,904.90 5,860,816.09 6,272,762.29 6,767,197.60 7,972,216.77 Subang 3,968,357.04 4,525,572.00 5,703,024.39 6,269,052.87 6,777,628.54 8,107,164.51 Indramayu 4,696,887.76 5,253,362.15 6,075,256.48 6,913,376.31 7,666,256.90 8,938,212.27 Cirebon 7,905,377.96 10,138,429.20 11,430,038.77 12,282,152.20 13,514,836.67 16,521,375.64
PDRB (Juta Rp)Daerah \ tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998
Bekasi 4,304,889.00 5,346,949.00 6,519,167.00 12,438,338.14 14,522,911.94 19,379,835.64 Karawang 2,168,380.56 2,567,361.00 2,982,673.00 3,414,676.00 3,836,796.00 5,223,839.00 Purwakarta 751,906.00 928,575.00 1,066,125.58 1,260,739.62 1,476,709.13 1,767,158.94 Subang 1,378,375.00 1,564,213.00 1,771,336.00 2,045,067.00 2,412,410.00 3,515,547.88 Indramayu 1,388,459.17 1,642,789.18 1,949,614.61 2,238,082.94 2,550,249.50 3,801,247.91 Cirebon 2,104,511.89 2,442,013.41 2,847,760.19 3,797,338.55 4,308,171.46 6,318,930.05
PDRB (Juta Rp)Daerah \ tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992
Bekasi 896,321.67 1,120,460.58 1,300,977.17 1,557,901.45 1,805,749.54 2,267,337.39 Karawang 655,337.38 818,510.76 952,653.79 1,162,583.93 1,373,515.15 1,611,782.88 Purwakarta 287,499.70 344,532.52 396,979.44 434,896.39 520,013.05 583,410.89 Subang 573,628.03 720,650.77 869,200.89 958,850.93 1,099,082.43 1,181,879.03 Indramayu 633,699.46 691,752.94 773,768.37 876,240.25 971,750.67 1,071,076.83 Cirebon 1,043,412.95 1,182,953.81 1,199,847.08 1,293,278.01 1,486,666.91 1,725,878.32
PDRB (Juta Rp)Daerah \ tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986
Bekasi 238,371.26 298,212.13 335,243.82 387,773.48 502,951.28 666,415.17 776,810.14 Karawang 222,616.91 291,468.32 318,434.25 374,605.42 448,175.33 485,762.59 556,042.09 Purwakarta 74,099.72 99,927.46 112,428.43 136,184.33 167,740.32 181,035.61 218,894.46 Subang 168,886.03 225,471.71 251,201.38 301,381.20 367,764.76 408,106.45 472,671.55 Indramayu 243,584.21 288,338.41 324,150.15 378,428.28 466,684.81 554,704.51 575,645.98 Cirebon 373,406.71 442,013.46 496,911.70 580,118.32 715,412.72 850,344.08 882,446.67
Sumber : Biro Pusat Statistik (berbagai tahun)
Dari tabel PDRB 1980-2005 diatas terlihat bahwa wilayah Bekasi secara konsisten memimpin
kinerja perekonomian wilayah pantura Jawa Barat dari segi nilai nominalnya. Seluruh wilayah
studi mengalami pertumbuhan, walaupun dengan laju yang berbeda-beda. Untuk memberikan
gambaran yang lebih mudah, disajikan pada grafik 3.8 berikut ini plot perkembangan nilai
PDRB tersebut selama periode 1980-2005.
39
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
PDRB (Rp.Trilyun)
BekasiKarawangPurwakartaSubang IndramayuCirebon
Grafik 3.8 Perkembangan PDRB 6 Wilayah Jawa Barat di Pantai Utara 1996-2005
Dari grafik 3.8 terlihat bahwa secara umum pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun antara
1996 hingga 2005 menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang tidak merata, sehingga
menunjukkan perbedaan yang semakin jauh. Perbedaan yang mengarah kepada ketimpangan
seperti ditunjukkan gambaran “mulut buaya” pada grafik tersebut.
Tentu saja tidak ada pemerintah daerah yang menginginkan wilayahnya semakin tertinggal
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dengan gambaran yang diberikan tersebut, selanjutnya
dapat dikaji penyebab perbedaan pertumbuhan ekonomi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya. Jika tidak ditemukenali penyebabnya untuk kemudian diupayakan pemecahannya (dan
bahkan pencegahannya), maka grafik time-series pertumbuhan di atas konsisten berbentuk
“mulut buaya” yang berarti adanya ketimpangan (unevenness) antar daerah yang semakin
besar.
40
top related